• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Berbagai Umur Pemotongan Tanaman Rami...Nesty R.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Berbagai Umur Pemotongan Tanaman Rami...Nesty R."

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH BERBAGAI UMUR PEMOTONGAN TANAMAN RAMI (Boehmeria nivea) TERHADAP POPULASI BAKTERI DAN PROTOZOA CAIRAN RUMEN

DOMBA (IN VITRO)

THE INFLUENCE OF VARIOUS DEFOLIATION TIME OF RAMIE PLANT (Boehmeria nivea) ON BACTERIA AND PROTOZOA POPULATION OF RUMEN

SHEEP LIQUOR (IN VITRO)

Nesty Rosiyanti *, Budi Ayuningsih **, Rahmat Hidayat ** Universitas Padjadjaran

* Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Tahun 2015 **Dosen Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

e-mail:nestyrosiyanti27@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian mengenai pengaruh berbagai umur pemotongan tanaman rami (Boehmeria nivea) terhadap populasi bakteri dan protozoa cairan rumen domba (in vitro) dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi Ternak Ruminansia dan Kimia Makanan Ternak serta di Laboratorium Riset dan Pengujian, Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran pada tanggal 1 Oktober 2014 – 31 Maret 2015. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh berbagai umur pemotongan tanaman rami terhadap populasi bakteri dan protozoa cairan rumen domba (in vitro). Penelitian menggunakan metode eksperimental dan Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan empat perlakuan berupa umur pemotongan tanaman rami yaitu: 15 hari, 30 hari, 45 hari, dan 60 hari. Setiap perlakuan diulang sebanyak lima kali. Peubah yang diukur adalah populasi bakteri dan protozoa cairan rumen (in vitro). Kesimpulan hasil penelitian adalah umur pemotongan mempengaruhi populasi bakteri rumen, dan tidak berpengaruh terhadap populasi protozoa cairan rumen domba. Populasi bakteri rumen tertinggi diperoleh pada umur pemotongan 30 hari.

Kata Kunci : tanaman rami, umur pemotongan, bakteri, protozoa, in vitro

ABSTRACT

The research of “The Influence of Various Defoliation time of Ramie Plant

(Boehmeria nivea) on Bacteria and Protozoa Population of Rumen Sheep Liquor (in vitro) was conducted on October 1th 2014 - March 31th 2015 at Ruminant Nutrition and Feed Chemistry Laboratory and Research and Analysis Laboratory, Faculty of Animal Husbandry, Universitas Padjadjaran. The objective of this research was to determine the influence of defoliation time of ramie plant on bacteria and protozoa population of rumen sheep liquor (in vitro). The experimental method used a Completely Randomized Design (CRD), with four treatments such as defoliation time of ramie plant that is: 15 days old, 30 days old, 45 days old and, 60 days old. Each treatments were replicated five times. The measured variables were bacteria and protozoa population of the rumen liquor (in vitro). The research result showed that the defoliation time have significant effect on bacteria population, but had not significant effect on protozoa population of rumen sheep liquor. The highest rumen bacteria population obtained at the defoliation time of 30 days old.

(2)

PENDAHULUAN

Ternak ruminansia seperti domba, sapi dan kambing merupakan ternak yang sangat berperan penting bagi keberlangsungan hidup manusia. Ternak tersebut dapat memanfaatkan rumput yang memiliki nilai gizi rendah menjadi daging dan produk lain yang memiliki nilai gizi dan nilai ekonomis yang tinggi bagi manusia. Pakan utama untuk ternak ruminansia adalah hijauan seperti rumput, legume dan daun-daunan. Oleh karena itu guna mendukung peningkatan produksi pada ternak ruminansia maka diperlukan adanya penyediaan hijauan pakan yang berkualitas.

Pakan merupakan salah satu faktor penentu utama yang mempengaruhi keberhasilan suatu usaha peternakan. Pakan hijauan umumnya bersumber dari hijauan lapang dan ataupun hasil budi daya. Ketersediaan hijauan di Indonesia umumnya dipengaruhi oleh iklim tropis yang mengakibatkan produksi hijauan tinggi pada musim hujan dan rendah pada musim kemarau. Selain itu, ketersediaan lahan untuk penyediaan hijauan pakan semakin lama semakin menunjukkan penurunan. Hal tersebut diakibatkan oleh semakin bersaingnya kebutuhan lahan untuk penanaman hijauan pakan dengan lahan untuk industri, perumahan, objek wisata dan lain-lain. Oleh karena itu perlu adanya peningkatan pemanfaatan lahan yang ada untuk penanaman hijauan pakan dengan sebaik-baiknya. Salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu dengan membudidayakan jenis-jenis hijauan pakan alternatif yang dapat tumbuh dengan cepat, produktivitasnya tinggi, mudah beradaptasi dan penanamannya mudah serta memiliki kandungan nutrien yang baik. Salah satu jenis hijauan pakan alternatif yang dapat dimanfaatkan yaitu tanaman rami (Boehmeria nivea).

Tanaman rami merupakan salah satu hijauan yang memiliki kandungan nutrien yang cukup baik, sehingga berpotensi untuk digunakan sebagai pakan. Selama ini tanaman rami baru dimanfaatkan bagian batangnya saja yaitu sebagai bahan baku tekstil sedangkan bagian daunnya digunakan untuk membuat kompos. Oleh karena itu perlu penggalian potensi tanaman rami sebagai pakan ternak.

Kualitas hijauan salah satunya dipengaruhi oleh umur pemotongan tanaman pada waktu interval tertentu. Pemotongan tanaman sebelum waktu berbunga biasanya memiliki kandungan nutrien yang tinggi bila dibandingkan dengan tanaman yang sudah berbunga. Semakin tua umur tanaman kandungan serat kasarnya semakin tinggi dan protein serta karbohidrat non struktural semakin rendah. Dengan demikian umur pemotongan akan mempengaruhi kandungan nutrien tanaman tersebut. Kandungan nutrien merupakan salah

(3)

satu faktor yang menentukan kualitas pakan, sehingga kualitas dari pakan ternak ruminansia akan mempengaruhi fermentasi di dalam rumen dan jumlah populasi mikroba rumen.

Mikroba rumen memiliki peran yang sangat penting pada proses pencernaan ternak ruminansia. Mikroba rumen dapat merombak serat dari pakan menjadi sumber energi yang dibutuhkan oleh ternak ruminansia. Mikroba rumen mempunyai peran penting sebagai sumber protein mikrobial bagi kecukupan nutrien pada ternak ruminansia.

MATERI DAN METODE PENELITIAN 1. Materi Penelitian

Bahan penelitian yang digunakan adalah tanaman rami (Boehmeria nivea) yaitu bagian batang dengan daunnya yang dipanen umur 15, 30, 45, dan 60 hari yang telah kering udara. Sampel kemudian diambil dan ditimbang sesuai dengan keperluan in vitro. Bahan lainnya adalah cairan rumen domba, saliva buatan, gas karbondioksida (CO2), dan zat kimia untuk analisis bakteri dan protozoa.

Peralatan yang digunakan dalam penelitian terdiri atas timbangan digital merk Sartorius, box plastik, label, termos, corong, kain saring jenis muslin, tabung fermentor, waterbath, rak tabung, thermometer, tabung plastik kapasitas 30 ml, Gas CO2, seperangkat alat analisis bakteri dan protozoa (terdiri atas satu unit mikroskop fluoresens Carl Zeis Axio Imager A2, seperangkat komputer dengan software axio vision, tabung reaksi, object glass, pipet tetes, cover glass).

2. Metode Penelitian

Pengujian fermentabilitas ransum dengan metode in vitro yang mengacu pada metode Tilley dan Terry (1963) terlebih dahulu dilakukan. Pertama-tama waterbath yang telah berisi air disiapkan dengan pengaturan suhu 39-400C. Sampel bahan yang telah kering udara ditimbang sebanyak ± 1 gram, kemudian sampel tersebut dimasukkan ke dalam masing-masing tabung fermentor lalu ditandai dengan tabel. Saliva buatan sebanyak 40 mililiter dan cairan rumen sebanyak 10 mililiter masing-masing dimasukkan ke dalam tabung fermentor yang telah diisi sampel. Gas karbondioksida dialirkan ke dalam tabung, kemudian lubang tabung fermentor tersebut ditutup dengan menggunakan tutup karet berventilasi. Kemudian tabung fermentor dimasukkan ke dalam rak yang telah tersedia di dalam waterbath yang telah disiapkan sebelumnya selama 3 jam sambil melakukan pengocokan secara kontinu setiap 30 menit sekali. Setelah 3 jam inkubasi, buka tabung fermentor kemudian teteskan sampel

(4)

dengan 3 tetes HgCl agar mikroba rumen mati lalu dikocok. Setelah itu supernatan dipisahkan dengan residunya dengan cara di saring dengan kain muslin sambil di tampung ke dalam tabung plastik yang telah diberi label kemudian setelah tabung terisi setengahnya tutup rapat. Supernatan digunakan untuk dihitung jumlah bakteri dan protozoanya.

Jumlah bakteri dan protozoa dihitung menggunakan metode Breed yang sudah di modifikasi oleh Ruyitno (1988). Supernatan yang terdapat dalam tabung plastik diambil sebanyak 1 ml dengan menggunakan pipet kemudian dimasukan ke dalam tabung reaksi. Setelah itu dilakukan dengan pengenceran sampai 10-1dengan menggunakan NaCl fisiologis. Lalu preparat untuk perhitungan bakteri dan protozoa dibuat dengan meneteskan satu tetes sampel hasil pengenceran dengan menggunakan pipet tetes diatas object glass kemudian tutup dengan cover glass. Setelah itu dilakukan pengamatan bakteri dan protozoa dengan menggunakan mikroskop fluoresens dengan perbesaran 1000 kali, lalu dilakukan penandaan dengan melingkari daerah yang terdapat bakteri dan protozoa. Setelah dilakukan penandaan, software otomatis akan menghitung luas daerah lingkaran tersebut. Kemudian dilakukan perhitungan jumlah bakteri dan protozoa dalam luas daerah lingkaran secara manual. Setelah jumlah bakteri dan protozoa dihitung, kemudian dilakukan perhitungan menggunakan rumus sebagai berikut :

( )

( ) × × / ×

Keterangan :

Cover glass yang digunakan 18 mm x 18 mm = 324 mm2= 324 x 106µm2  Faktor pengenceran sebanyak satu kali

 Volume tetesan sampel yang diamati 0,02 ml

Penelitian dilakukan dengan metode eksperimental. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan umur dan setiap perlakuan diulang sebanyak lima kali. Adapun masing-masing perlakuan yaitu P1; umur potong 15 hari, P2; umur potong 30 hari, P3; umur potong 45 hari, dan P4; umur potong 60 hari.

Analisis yang dilakukan terhadap data yang diperoleh yaitu analisis ragam yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diamati. Apabila terdapat perbedaan antar perlakuan kemudian dilakukan uji lanjut dengan menggunakan Uji Jarak Berganda Duncan.

(5)

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Pengaruh Perlakuan terhadap Populasi Bakteri

Bakteri merupakan biomassa terbesar yang terdapat di dalam rumen (Preston dan Leng, 1987). Bakteri sangat berperan dalam proses fermentasi di dalam rumen, karena dapat mencerna sebagian besar serat kasar yang terdapat di dalam pakan yang di konsumsi oleh ternak ruminansia. Populasi bakteri di dalam rumen jumlahnya tidak tetap dan sangat dipengaruhi oleh pakan. Hasil penelitian mengenai pengaruh berbagai umur pemotongan tanaman rami (Boehmeria nivea) terhadap populasi bakteri pada cairan rumen domba (in vitro) disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Pengaruh Perlakuan terhadap Populasi Bakteri

Ulangan Perlakuan P1 P2 P3 P4 ...( x 109sel/ml)………. 1 1,36 1,69 1,22 1,34 2 1,76 1,61 1,09 1,26 3 1,12 1,94 1,44 1,03 4 1,21 1,50 1,30 1,02 5 1,08 1,69 1,44 1,16 Rata-rata 1,31 1,69 1,30 1,16

Keterangan : P1 = tanaman rami yang dipotong umur 15 hari; P2 = tanaman rami yang

dipotong umur 30 hari; P3 = tanaman rami yang dipotong umur 45 hari; P4 = tanaman rami yang dipotong umur 60 hari

Berdasarkan Tabel 1. dapat diketahui bahwa perlakuan menghasilkan rata-rata populasi bakteri berkisar antara 1,16 dan 1,69 x 109 sel/ml. Hasil tersebut masih dalam kisaran yang normal untuk jumlah bakteri dalam cairan rumen. Hal ini sejalan dengan pendapat McDonald dkk. (2002), yang menyatakan bahwa jumlah bakteri dalam cairan rumen mencapai 109-1010sel/ml cairan rumen.

Data yang diperoleh dianalisis statistik untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap populasi bakteri dengan menggunakan analisis ragam. Sebelum dianalisis data ditransformasi ke dalam bentuk logaritma terlebih dahulu agar data menyebar normal. Hasil analisis menunjukkan bahwa umur pemotongan tanaman rami memberikan pengaruh nyata (P<0,05) terhadap populasi bakteri cairan rumen.

Guna mengetahui perbedaan antar perlakuan dilakukan uji lanjut jarak berganda Duncan yang hasilnya disajikan pada Tabel 2.

(6)

Tabel 2. Hasil Uji Jarak Berganda Duncan terhadap Populasi Bakteri

Perlakuan Rataan Populasi Bakteri Signifikansi(0,05)

P4 1,16 x 109sel/ml A

P1 1,31 x 109sel/ml A

P3 1,30 x 109sel/ml A

P2 1,69 x 109sel/ml B

Keterangan : Huruf yang tidak sama pada kolom signifikansi menunjukkan hasil yang berbeda nyata

Tabel 2. menunjukkan bahwa perlakuan P2 nyata (P<0,05) lebih tinggi populasi bakterinya dibandingkan dengan perlakuan P1, P3 dan P4. Tingginya rataan populasi bakteri pada perlakuan pemotongan 30 hari (P2) karena kandungan serat kasar serta lignin pada umur tersebut masih rendah dibandingkan perlakuan P3 dan P4. (Tabel 3.) Data kandungan serat kasar dan lignin tanaman rami pada berbagai umur pemotongan disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Kandungan Serat Kasar, Lignin dan Protein Kasar Berbagai Umur Pemotongan Tanaman Rami

Umur Pemotongan Kandungan (%)

Serat Kasar Lignin Protein Kasar

15 hari (P1) 24 3 32

30 hari (P2) 29 4 29

45 hari (P3) 40 7 25

60 hari (P4) 45 10 21

Sumber : Laboratorium Nutrisi Ternak Ruminansia dan Kimia Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran (2014)

Rendahnya kandungan serat kasar dengan lignin akan menyebabkan rendahnya pula ikatan lignoselulosa dan lignohemiselulosa. Oleh karena itu masih banyak komponen serat kasar yang tidak terikat oleh lignin yang dapat dicerna oleh mikroba rumen, sehingga mikroba rumen meningkat jumlahnya. Serat merupakan komponen utama yang dimanfaatkan oleh bakteri terutama bakteri selulolitik. Sedangkan untuk kandungan protein dan pati lebih banyak dimanfaatkan oleh protozoa rumen, sehingga hanya sebagian bakteri yang memanfaatkan protein dan pati. Cherkawski (1986) menyatakan bahwa dilihat dari kemampuan dalam mencerna serat kasar, bakteri merupakan mikroba yang paling penting dan keberadaan bakteri dalam rumen dibutuhkan sebanyak mungkin.

Rendahnya populasi bakteri pada perlakuan P3 dan P4 karena kandungan serat kasar dan lignin pada perlakuan tersebut tinggi. Anton dkk. (2013) menyatakan bahwa bahan pakan dengan kandungan serat kasar yang semakin tinggi, maka daya cernanya akan semakin

(7)

rendah. Komponen penyusun bahan berserat tersebut mengandung lignin, sehingga semakin tinggi kandungan serat dalam bahan pakan maka kandungan lignin juga meningkat. Hal tersebut sejalan dengan data yang terdapat pada Tabel 3.

Kandungan serat kasar dan lignin yang tinggi mengakibatkan selulosa dan hemiselulosa hampir seluruhnya terikat oleh lignin menjadi lignoselulosa dan lignohemiselulosa, sehingga tidak banyak selulosa dan hemiselulosa yang dapat dicerna oleh bakteri rumen dan menyebabkan populasi bakteri rumen rendah. Hal ini sejalan dengan pendapat Wardhana dan Fransisca (2012), yang menyatakan bahwa tingginya kandungan lignin akan mengikat selulosa dan hemiselulosa, membentuk lignoselulosa dan lignohemiselulosa yang sulit dicerna oleh mikroba rumen.

Tanaman rami pada perlakuan P1 memiliki kandungan serat kasar serta lignin yang lebih rendah. Perlakuan P1 menghasilkan jumlah bakteri rumen yang sama rendahnya dengan perlakuan P3 dan P4. Rendahnya jumlah bakteri pada P1 (umur 15 hari) disebabkan karena tanaman masih terlalu muda, dengan kandungan proteinnya yang sangat tinggi (32%). Kandungan protein pada tanaman muda kelarutannya tinggi serta mengandung proporsi nitrogen yang tinggi dalam bentuk senyawa nitrogen nonprotein (NPN). Sebagaimana pendapat Anggorodi (1994) yang menyatakan bahwa tumbuh-tumbuhan mengandung beberapa ikatan nitrogen sederhana yang sering disebut dengan nitrogen bukan protein. Ikatan nitrogen pada tumbuhan tua jumlahnya sangat sedikit, sedangkan pada tumbuhan muda jumlahnya sangat banyak. Selain itu umumnya pada tanaman muda mempunyai kandungan karbohidrat yang sangat rendah. Karbohidrat merupakan cadangan energi untuk tanaman. Kandungan karbohidrat akan meningkat sejalan dengan bertambahnya umur tanaman. Menurut Sudiro (2004) daun rami mengandung kadar pati (BETN) 46%.

Ketidakseimbangan proporsi NPN pada tanaman muda dengan karbohidrat yang tersedia, menyebabkan terjadinya fermentasi yang tidak seimbang di dalam rumen, dimana hasil fermentasi NPN (NH3) lebih tinggi dibandingkan hasil fermentasi karbohidrat (Volatile Fatty Acid). Hal ini sejalan dengan pendapat Iman dkk. (2008) mengenai degradasi ampas tahu dengan kandungan protein tinggi (>20%), yang menyatakan bahwa produksi N-amonia yang tinggi bila tidak diimbangi dengan produksi VFA, maka akan mengakibatkan N-amonia tidak dapat dimanfaatkan untuk pembentukan protein mikroba. N-amonia yang tidak dimanfaatkan selebihnya dibuang melalui urine dan bila dalam jumlah besar akan terjadi penimbunan gas NH3. Penimbunan gas NH3yang terjadi dikhawatirkan akan membuat ternak mengalami bloat (kembung perut). Pada keadaan kembung perut banyak gas yang terjebak di

(8)

dalam rumen sehingga rumen tidak dapat berfungsi dengan normal. Akibatnya bakteri rumen tidak bisa memanfaatkan kedua produk fermentasi tersebut dengan baik untuk pertumbuhannya, sehingga jumlah populasi bakteri rumen sedikit. Faktor lain yang mempengaruhi jumlah bakteri rumen rendah selain ketidakseimbangan produksi NH3 dengan VFA di dalam rumen adalah karena perlakuan ransum yang digunakan berupa pakan tunggal, berupa tanaman rami saja.

2. Pengaruh Perlakuan terhadap Populasi Protozoa

Protozoa memiliki jumlah yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan jumlah bakteri, namun memiliki ukuran yang lebih besar (McDonald dkk., 2002). Populasi protozoa di dalam rumen jumlahnya tidak tetap dan salah satunya dipengaruhi oleh pakan. Hasil penelitian mengenai pengaruh berbagai umur pemotongan tanaman rami (Boehmeria nivea) terhadap populasi protozoa pada cairan rumen domba (in vitro) dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Pengaruh Perlakuan terhadap Populasi Protozoa

Ulangan Perlakuan 1 2 3 4 ….………( x 107sel/ml)………..……….. 1 7,72 7,40 8,95 9,58 2 8,16 8,31 5,67 7,76 3 6,95 8,72 6,66 2,07 4 7,96 3,22 6,18 7,58 5 6,36 8,42 7,91 3,97 Rata-rata 7,43 7,21 7,07 6,19

Keterangan : P1 = tanaman rami yang dipotong umur 15 hari; P2 = tanaman rami yang dipotong umur 30 hari; P3 = tanaman rami yang dipotong umur 45 hari; P4 = tanaman rami yang dipotong umur 60 hari

Berdasarkan Tabel 4. dapat diketahui bahwa rata-rata populasi protozoa yaitu berkisar antara 6,19 sampai 7,43 x 107 sel/ml cairan rumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa populasi protozoa yang dihasilkan berada di atas kisaran normal. McDonald dkk. (2002) menyatakan bahwa kisaran normal untuk populasi protozoa yaitu 105-106sel/ml cairan rumen. Guna mengetahui ada tidaknya pengaruh perlakuan terhadap populasi protozoa, dilakukan analisis ragam. Sebelum dianalisis data di atas ditransformasi terlebih dahulu agar data menyebar normal. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa umur pemotongan tanaman rami memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap populasi protozoa cairan rumen.

(9)

Tidak berbeda nyatanya pengaruh perlakuan terhadap populasi protozoa disebabkan kandungan nutrien (terutama pati) pada tanaman rami relatif sama rendahnya pada setiap perlakuan. Hal ini disebabkan karena perlakuan merupakan pakan tunggal berupa hijauan saja. Ketersediaan pati yang rendah pada semua perlakuan menghasilkan jumlah populasi protozoa yang sama untuk semua perlakuan. Hal ini dikarenakan kandungan nutrien utama yang dimanfaatkan oleh protozoa adalah karbohidrat siap cerna seperti pati. Menurut Sudiro (2004) kandungan pati (BETN) daun rami 46%. Arora (1995) menyatakan bahwa protozoa

dapat mencerna pati karena mempunyai aktivitas α-amylase yang kuat.

Pakan sumber serat biasanya memiliki kandungan pati (karbohidrat nonstruktural) yang sedikit, sedangkan kandungan serat kasarnya tinggi. Pati merupakan sumber makanan utama yang dimanfaatkan oleh protozoa rumen. Jika ketersediaan pati yang dimanfaatkan oleh protozoa rumen telah habis maka protozoa akan memangsa bakteri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Apabila pakan yang diberikan kepada ternak memiliki kualitas yang rendah biasanya dilakukan tindakan defaunasi. Defaunasi dilakukan agar bakteri rumen tidak banyak dimakan protozoa. Protozoa sering mengganggu ekosistem bakteri di dalam rumen. Ekosistem bakteri rumen yang terganggu akan berpengaruh terhadap pencernaan serat kasar oleh bakteri, sehingga kecernaan pakan yang kandungan seratnya tinggi akan rendah. Namun meskipun protozoa sering mengganggu ekosistem bakteri, keberadaan protozoa tetap memberikan keuntungan. Menurut Dore dan Goute (1991) protozoa dapat memperlambat konversi karbohidrat fermentabel menjadi asam laktat oleh bakteri rumen, sehingga pH rumen dapat dikontrol.

KESIMPULAN

Umur pemotongan tanaman rami (Boehmeria nivea) memberikan pengaruh terhadap populasi bakteri, namun tidak berpengaruh terhadap populasi protozoa cairan rumen domba pada semua perlakuan. Umur pemotongan tanaman rami yang menghasilkan populasi bakteri tertinggi adalah umur pemotongan 30 hari.

SARAN

Umur pemotongan pada tanaman rami yang akan digunakan sebagai hijauan pakan disarankan pada 30 hari karena memiliki kandungan nutrient yang optimal. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh umur pemotongan tanaman rami secara langsung

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Arora, S. P. 1995. Pencernaan Mikroba pada Ruminansia. Cetakan kedua. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 14-53.

Anggorodi, R. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 78-104.

Anton B. P., Caribu H. P., dan Titi W. 2013. Kecernaan In Vitro Bahan Kering dan Organik serta Konsentrasi VFA Total pada Pakan Kambing yang disuplementasi Saccharomyces cerevisiae. Jurnal Ilmiah Peternakan 1 (1): 1-9.

Czerkawski, J. W. 1986. An Introduction to Rumen Studies. Pergamon Press. Oxford, New York, Tronto, Sydney, Frankfurt. 26-30.

Dore, J. and P. H. Goute. 1991. Microbial Interaction in the Rumen. In: Rumen Microbial Metabolism and Ruminant Digestion. Jouany. (Ed). INRA, Paris. Pp. 71-88.

Iman, H., Atun B. dan Budi A. 2008. Pengaruh Penundaan Pemberian Ampas Tahu pada Domba yang Diberi Rumput Gajah terhadap Konsumsi dan Kecernaan. Jurnal Ilmu Ternak Vol. 8 No. 1, 1-6.

Laboratorium Nutrisi Ternak Ruminansia dan Kimia Makanan Ternak. 2014. Analisis Tanaman Rami. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Bandung.

McDonald, P., R. Edwards and J. Greenhalgh. 2002. Animal Nutrition. 6th Edition. New York. 179-196.

Preston, T. R. and R. A. Leng. 1987. Matching Ruminant Production System With Available Resources in The Tropical. Penambul Books. Armidale. 28-56.

Ruyitno. 1988. Perhitungan Secara Langsung Bakteri Laut Menggunakan Teknik Mikroskop Epifluorensens. Jurnal Oseana Vol. XIII No. 1, 28-36.

Sudiro, D. 2004. Rami Tanaman Asli Indonesia untuk Meningkatkan Kemandirian Kebutuhan Alat Pertahanan. Buletin Balitbang Dephan Volume VII Nomor 13.

Tilley, J. M. A. and R. A. Terry. 1963. A Two Stage Technique for the In vitro Digestion of Forage Crops. Journal of the British Grassland Society 18 :104-111.

Wardhana S. dan Fransisca M. S. 2012. Fermentasi Jerami Padi Menggunakan White rot fungi dan Suplementasi Saccaromyces cerevisiae Pengaruhnya terhadap Kecernaan Nutrien Secara In Vitro. Jurnal Agripet : Vol (12) No. 2: 1-6.

Referensi

Dokumen terkait

Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai t hitung &gt; t tabel, yang berarti H 0 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Berpikir Berbicara Menulis

Pada kelompok kelas eksperimen XI hasil belajar sangat memuaskan dibandingkan dengan kelompok kelas kontrol XI dengan perbedaan nilai rata- ratanya yang telah dihitung

Hasil penelitian diperoleh bahwa secara keseluruhan persepsi kepuasan konsumen terhadap dimensi mutu produk adalah sangat puas, artinya konsumen produk

Saat ini telah banyak beredar di pasaran produk minuman susu fermentasi dari berbagai merk dan jenis, yang memiliki klaim menjaga kesehatan pencernaan dengan

Penelitian mengenai Kajian Value Co Creation Business Model Canvas Pada Kelompok Usaha Bersama (KUB) Akar Wangi Zocha Garut adalah yang terbaik dalam 3 tahun

Pemilik dan seluruh staff yang bekerja di perusahaan ini merupakan individu yang telah berpengalaman serta memiliki kompetensi tinggi dibidang Desain dan

Berdasarkan Tabel 8 dan Tabel 9, kelas yang diajar dengan menerapkan model PBM memiliki 10 siswa yang peningkatan kemampuan penalaran adaptifnya tinggi. Lebih

Bahan yang digunakan antara lain: domba sungei putih jantan sebanyak 4 ekor dengan rataan bobot badan awal 12,79 ± 0,2 kg, pakan konsentrat yang terdiri dari bungkil inti sawit,