• Tidak ada hasil yang ditemukan

STTN-BATAN, J1. Babarsari Kotak Pos 6101 YKBB INTISARI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STTN-BATAN, J1. Babarsari Kotak Pos 6101 YKBB INTISARI"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

SDM TEKNOLOGI NUKLIR VII YOGY AKARTA, 16 NOVEMBER 2011 ISSN 1978-0176 KONDISIONING LlMBAH KROM MENGGUNAKAN BAHAN DASAR KERAMIK DENGAN

ADlTlF PB304 DAN TSG 107 *)

Sudaryo, Risqi Asih

STTN-BATAN, J1. Babarsari Kotak Pos 6101 YKBB 55281

INTISARI

KONDISIONING LIMBAH KROM MENGGUNAKAN BAHAN DASAR KERAMIK DENGAN ADIT/F Pbj04 DAN TSG 107. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat immobilisasi limbah krom dalam keramik yang telah ditambahkan aditif Pb304 dan TSG 107, jimgsi aditif, serta mengetahui kondisi (komposisi dan suhu) terbaik pada proses pembuatan mono lit keramik yang mampu mengungkung limbah krom. Penelitian dilakukan dengan cara mencampur limbah krom, lempung, kaolin, feldspar, dan air pada perbandingan yang bervariasi. Penambahan air divariasi dari 8%-12%, limbah krom dari 1%-5%, serta

aditif Pb304 dan TSG 107 dari 1%-5%. Campuran dicetak dengan diameter dan tinggi ± 2,44 cm pada tekanan 50 bar. Setelah kering, monolit dibakar pada suint 7000C-II000C, selanjutnya dilakukan uji susut bakar, uji serap air, analisis densitas, uji kuat tekan, uji lindi dengan metode TCL? (Toxicity Characteristic Leaching Procedure), dan karakterisasi material dengan diji'aksi sinar-X yang dilakukan pada kondisi terbaik. TCLP dilakukan dengan mencampurkan

3

gram sampel dengan 60 mL asam asetat 0,1 N, dan digunakan shaker untuk proses ekstraksi dengan kecepatan 90 rpm selama 18 jam. Kondisi terbaik dicapai saat penambahan air pembentukan 8%, limbah krom 5%, serta aditif Pb304 dan TSG 107 sebanyak 5%, dengan suhu pembakaran 10000e. Pada kondisi ini diperoleh kualitas mono lit keramik terbaik yang memenuhi standar produk keramik limbah dengan nilai susut bakar 15, 183%, serap air 10,079%, densitas 1,801grlcm3, kuat tekan 3864,045 ton/m2, dan dengan kadar krom total terlindi sebesar 1,533 ppm. Sementara itu berdasarkan difraktogram XRD, dibuktikan bahwa aditif Pb304 dan TSG 107 mampu mempercepat dekomposisi mineral serta menghasilkan eskolaite pada mono lit keramik limbah krom.

Kata Kunci: Keramik Limbah Krom, Kondisioning, AditijPb304 dan TSG 107, TCL?, XRD

ABSTRACT

CHROME WASTE CONDITIONING USING CERAMIC BASIC MATERIALS WITH Pb304 AND TSG /07 ADDITIVES. The purpose of this research was to determine the level of chrome waste

immobilization in ceramic that have been added Pb j04 and TSG 107 additives, the function of additives, and also to know the best conditions (composition and temperature) in the production of ceramic monoliths are able to confine the chrome waste. The research was done by mixing of chrome waste, clay, caoline,feldspar, and forming water on ratio variation. The added of water was be variated from 8% to 12%, addition of chrome waste from 1% to5%, and addition of Pbj04 and TSG 107 additives from 1% to5%. The ceramic matrix was formed with ±2.44 cm in diameter and ±2.44 cm in high, at pressure 50 bar. Monolith was to fired at 700"C to 11OO"Cafter dry, and then tested by weight reduction test, water absorption test, analysis of density, compressive strength test, leachate test by TCLP (Toxicity Characteristic Leaching Procedure) method, and material characterization with X-ray diffraction at the best condition. TCLP was pelformed by mixing 3grams sample with 60 mL acetic acid 0.1 N, and used shaker for the extraction process with speed of 90 rpm for 18 hours. The best condition was achieved when the adding forming water of 8%, chrome waste of 5%, Pbj04 and TSG additives of 5%, and jiring temperature of 1000"e. At this condition was obtained qualified monolith ceramic that fulfilled as waste ceramic froduct standard with a value of weight reduction 15.183%, water absorption 10.079%, density 1.801 g/Cln , compressive strength 3864.045 ton/m1, and total chrom in the leachet was 1.533 ppm. Meanwhile, based on XRD dijraktogram, proved that the Pbj04 and TSG 107 additives is able to accelerate the decomposition of minerals and produce eskolaite on ceramic monoliths of chrom waste.

Keywords: Ceramic of Chrome Waste, Conditioning, Pb304 and TSG 107 additives, TCL?, XRD

Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN 488 Sudaryo dkk

(2)

2. TATA KERJA

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama lima bulan, yaitu mulai Maret 20 II sampai Juli 20 II dan dilaksanakan di Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-Badan Tenaga Nuklir Nasional (STTN-BATAN), Y ogyakarta.

Bahan :

Limbah sludge krom dengan kadar krom total = 1370,47 ppm, Clay, Feldspar,

Kaolin, Aditif Pb304 dan TSG 107 (I: I), Aquades, Minyak paraffin.

Alat:

Timbangan analitik, Hydraulic casting (alat cetak sampel), Perangkat tekan Paul Webber, Furnace Thermolyne Sybron, Botol uji serap, Jangka sorong, Piranti shaker, Piranti gelas.

menjadi kulit jadi atau kulit tersamak (leather) dengan menggunakan bahan penyamak. Pada proses penyamakan, salah satu zat penyamak yang biasa dipakai adalah senyawa krom dalam bentuk kromium suIfat basa (Crg(S04MOH) (2). Air limbah dari proses ini akan mengandung bahan protein, sisa garam, sejumlah kecil mineral, dan krom. Krom merupakan bahan berbahaya dan beracun (B3), yang bersifat asam, menyebabkan iritasi pada kulit serta membran mukasid (selaput lendir) oleh karena itu perlu dilakukan pengolahan pada air limbah tersebut sebelum dibuang ke lingkungan.

Limbah krom yang digunakan dalam penelitian Inl berasal dari sludge limbah penyamakan kulit. Sludge diperoleh dari proses pengolahan air limbah melalui pengendapan menggunakan Mg(OH)z atau Ca(OH)z dengan reaksi sebagai berikut :

Crg(S04MOH))2

+

6Ca(OH)z ---+8Cr(OH)3

+

6CaS04

Sludge harus mendapatkan suatu perlakuan khusus atau pengolahan sebelum disimpan atau dibuang. Perlakuan khusus yang dimaksud adalah adanya proses kondisioning. Dalam penelitian ini, proses kondisioning sludge limbah krom dilakukan dengan menggunakan bahan dasar keramik disertai penambahan Pb304 dan TSG (Transparent Soft Glaze) 107 yang diharapkan dapat menambah kualitas keramik. Selain itu juga dilakukan variasi komposisi (air pembentukan, limbah krom, dan aditif) serta variasi suhu pembakaran sehingga dapat diketahui pengaruhnya dan pada akhirnya dapat diperoleh komposisi dan suhu yang terbaik pad a proses pembuatan keramik yang dapat mengungkung limbah krom.

ISSN 1978-0176 1. PENDAHULUAN

Keramik berasal dari bahasa Yunani, "keramos" yang artinya periuk atau belanga yang dibuat dari tanah

I.

Sementara arti barang keramik itu sendiri adalah bent uk barang yang terbuat dari tanah liat yang dibentuk sedemikian rupa dan melalui proses pembakaran, tetapi saat ini tidak semua keramik berasal dari tanah liat. Definisi pengertian keramik terbaru mencakup semua bahan bukan logam dan anorganik yang berbentuk padat.

Ada beberapa bahan alam sebagai bahan pembentuk keramik, diantaranya adalah:

Kaolin disebut juga china clay, berfungsi sebagai pengikat dan penambah kekuatan bahan keramik, serta sebagai bahan pengeras dalam pembuatan glasir2• Kaolin mempunyai komposisi hidrous aluminium silikat (AI203.2Si02.2H20) dengan disertai beberapa mineral penyerta. Kaolin terbentuk dari pelapukan batuan feldsparatik, dengan reaksi sebagai berikut:

Feldspar kaolin

2KAlSi30g

+

2H20

+

CO2 ---. AI203·2Si02·2H20

+

4Si02

+

K2C03

Feldspar termasuk senyawa alumina silikat (AISi30g) yang mengandung satu atau lebih unsur-un sur seperti K, Na, dan Ca. Feldspar yang mengandung kalium (KAISi30g) biasanya dipakai untuk membuat bahan keramik sedangkan yang ban yak mengandung natrium (NaAlSi30g) dipakai untuk membuat glasir. Sebagai bahan yang tidak plastis, feldspar sangat penting dalam industri keramik karena dapat berfungsi untuk mengurangi penyusutan pada waktu proses pengeringan dan pembakaran, juga berfungsi sebagai flux (peleleh) pada suhu di atas 1200°C, sehingga badan keramik menjadi padat tanpa mengalami perubahan bentuk (deformasi). Titik leburnya antara I I 70°C-I 290°C.

Clay, lempung akan memberikan sifat pembentukan keramik yang memungkinkan bubuk keramik dapat dirubah dari bentuk kering menjadi slurry dengan plastisitas tinggi. Derajat keplastisan

lempung ditentukan oleh beberapa faktor antara lain, susunan, bentuk dan kehalusan dari partikel tanah liat, banyaknya air dan garam-garam lain yang terlarut didalamnya, serta kandungan dan jumlah bahan organik yang ada didalamnya. Partikel lempung seperti lempengan tipis hampir berbentuk segienam (hexagonal) dengan permukaan yang datar dalam ukuran skala atom. Lempung mampu mengikat air disekitarnya dengan ikatan yang sangat kuat sehingga air yang terikat ini tidak mudah dilepaskan kecuali dengan dipanaskan sampai di atas I 000°C3.

Aplikasi penggunaan bahan-bahan keramik tersebut dapat digunakan untuk penanganan limbah di industri penyamakan kulit.

Industri penyamakan kulit adalah industri yang mengolah kulit mentah (hides atau skins)

Prosedur Penelitian

1. Penentuan komposisi air pembentukan a. Mineral dasar pembentuk keramik,

feldspar, dan clay ditimbang

kaolin, dengan

489

(3)

perbandingan (60:25:15) kemudian ditambahkan air dengan variasi 8%, 9%, 10 %, 11%, dan 12% dan diaduk sampai homo gen.

b. Adonan ditimbang sebanyak 25 g lalu dimasukkan ke dalam cetakan hydraulic casting selanjutnya dicetak pada tekanan 50 bar menggunakan alat tekan Paul Webber. c. Monolit yang diperoleh diangin-anginkan

selama 24 jam, kemudian ditimbang serta diukur diameter dan tingginya. Lalu monolit dibakar dalam Furnace Thermolyne Sybron pada suhu 700T dengan waktu penahanan selama 40 menit. Setelah selesai, fi/rnace dimatikan, ketika suhu fi/rnace menurun menjadi ±50DC, monolit dikeluarkan.

d. Monolit yang telah dingin lalu ditimbang serta diukur diameter dan tingginya. Selanjutnya dapat dilakukan uji susut bakar, uji serap air, analisis densitas, dan uji kuat tekan.

e. Langkah-Iangkah di atas diulangi dengan variasi suhu 800DC, 900DC, 1000DC, dan

1100DC.

2. Penentuan komposisi limbah krom

a. Mineral dasar pembentuk keramik, kaolin, feldspar, dan clay ditimbang dengan perbandingan (60:25:15) kemudian ditambahkan air dengan komposisi terbaik yang diperoleh dari percobaan penentuan komposisi air.

b. Campuran tersebut ditambahkan limbah krom dengan variasi 0%, 1%,2%,3%,4%, dan 5% lalu diaduk sampai homogen.

c. Adonan ditimbang sebanyak 25 g lalu dimasukkan ke dalam cetakan hydraulic casting selanjutnya dicetak pada tekanan 50 bar menggunakan alat tekan Paul Webber. d. Monolit yang diperoleh diangin-anginkan

selama 24 jam, kemudian ditimbang serta diukur diameter dan tingginya. Lalu monolit dibakar dalam Furnace Thermolyne Sybron pada suhu terbaik yang diperoleh pada percobaan sebelumnya dengan waktu penahanan selama 40 menit. Setelah selesai,

SDM TEKNOLOGI NUKLIR VII YOGYAKARTA,16NOVEMBER2011

ISSN 1978-0176 fi/mace dimatikan, ketika suhu fi/rnace menurun menjadi ±50DC, mono lit dikeluarkan.

e. Monolit yang telah dingin lalu lalu ditimbang serta diukur diameter dan tingginya. Selanjutnya dapat dilakukan uji susut bakar, uji serap air, analisis densitas, uji kuat tekan, dan uji lindi-TCLP.

3. Penentuan komposisi aditif

Pb304

dan TSG

107

a. Mineral dasar pembentuk keramik, kaolin, feldspar, dan clay ditimbang dengan perbandingan (60:25:15) kemudian ditambahkan air dan limbah krom dengan komposisi terbaik yang diperoleh dari percobaan penentuan komposisi limbah krom. b. Campuran tersebut ditambahkan aditif Pb304

dan TSG 107 (1:1) dengan variasi 0%, 1%, 2%, 3%, 4%, dan 5% lalu diaduk sampai homogen.

c. Adonan ditimbang sebanyak 25 g lalu dimasukkan ke dalam cetakan hydraulic casting selanjutnya dicetak pada tekanan 50 bar menggunakan alat tekan Paul Webber. d. Monolit yang diperoleh diangin-anginkan selama

24 jam, kemudian ditimbang serta diukur diameter dan tingginya. Lalu mono lit dibakar dalam Furnace Thermolyne Sybron pada suhu terbaik dengan waktu penahanan selama 40 menit. Setelah selesai, fi/rnace dimatikan, ketika suhu fi/mace menurun menjadi ±50DC, monolit dikeluarkan.

e. Monolit yang telah dingin lalu lalu ditimbang serta diukur diameter dan tingginya. Selanjutnya dapat dilakukan uji susut bakar, uji serap air, analisis densitas, uji kuat tekan, dan uji lindi-TCLP.

3.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Pengaruh Komposisi Air Pembentukan

Hasil percobaan pengaruh komposisi air pembentukan monolit keramik terhadap karakteristik susut bakar pada berbagai suhu pembakaran disajikan pad a Gambar I.

(4)

ISSN 1978-0176 12.500 12.000

'ii

11.500 ~ 11.000 .:.: ro

~ 10.500

::I VI ~ 10.000 9.500 9.000 7

8

12 13

7000e

8000e

9000e

lOOOoe llOOoe

Gambar 1. Grafik Pengaruh Air Pembentukan Terhadap Karakteristik Susut Bakar Monolit Keramik pada Berbagai Suhu Pembakaran

Nilai susut bakar memang dapat menjadi parameter kualitas produk mono lit keramik, tetapi tidak begitu besar pengaruhnya terhadap pengungkungan limbah B3. Seperti ditunjukkan pad a Gambar 1, pada suhu yang sarna, semakin banyak air pembentukan yang ditambahkan ke adonan keramik menyebabkan nilai susut bakamya semakin besar. Hal ini terjadi karena air pembentukan ketika dikeringkan maupun dibakar akan menguap dan mengakibatkan berkurangnya berat monolit.

Oemikian juga pad a kondisi air pembentukan yang sarna, maka semakin tinggi suhu pembakaran akan menyebabkan nilai susut bakarnya semakin besar. Hal ini dapat dipahami karena semakin tinggi suhu pembakarannya, kemungkinan terjadi proses dekomposisi akan semakin besar. Dekomposisi yang terjadi antara lain dehidrasi air kristal yaitu terlepasnya air terikat secara struktural di dalam mineral, seperti yang terjadi pada mineral kaolinit dengan reaksi sebagai berikut :

kaolinit

Ah03.2Si02

+

2H20

..

400°C-600°C metakaolint

dan trydimite, dimana mullite yang dimaksud adalah silicon spinel yang apabila suhu pembakaran dinaikan akan berubah menjadi mullite. Reaksi dekomposisinya adalah sebagai berikut :

2 (AI203.2Si02) 2A1203.3Si02

+

Si02 metakaolin 850°C-I050°C Spinel trydimite

Pada peruraian mineral di atas biasanya selalu diikuti dengan pelepasan gas CO2 yang berasal dari peruraian kalsit (CaC03). Selain itu, juga terjadi reaksi oksidasi yang akan memudahkan terlepasnya senyawa pengotor dan zat-zat organik yang terdapat di dalam lempung. Senyawa-senyawa yang paling mudah teroksidasi adalah karbon, sulfur, dan besil6•

Hidrokarbon akan teroksidasi membentuk gas CO2 dan H20.

Uji statistik terhadap sumber data Gambar 1 pada a

=

0,05 menunjukkan adanya interaksi antara kedua variabel terhadap karakteristik susut bakar mono lit keramik.

Hasil percobaan pengaruh komposisi air pada pembentukan monolit keramik terhadap karakteristik densitas dan kuat tekan pada berbagai suhu pembakaran disajikan Gambar 2 dan 3.

komposisi yang lain adalah dekomposisi mineral dari bahan keramik yaitu peruraian senyawa alumina silikat dalam hal ini metakaolin membentuk mullite

(5)

SDM TEKNOLOGI NUKLIR VII YOGY AKART A, 16 NOVEMBER 20 II ISSN 1978-0176

2.300

2.200

+---~E 2.100

u

't;a

2.000

<II

~

1.900

'Vi

~

1.800

"'"

~

.

, /

o

1.700

1.600 -;---,----,---,----.,----,---,

7 8 9 10 Komposisi Air (%) 11 12

13

Gambar 2. Grafik Pengaruh Air Pembentukan Terhadap Karakteristik Densitas Monolit Keramik pada Berbagai Suhu Pembakaran

5700 5200 ~

~

4700<: 4200 <: 3700 "' -"<1J 3200---f-::s '"

~

27002200 1700 7 8 9 10 Komposisi Air (%) 11 12 7000e

8000e

gOOOe

10000e

1~-

11000e

Gambar 3. Grafik Pengaruh Air Pembentukan Terhadap Karakteristik Kuat Tekan Monolit Keramik pad a Berbagai Suhu Pembakaran

Uji statistik terhadap sumber data Gambar 2 dan 3 pada pembentukan monolit keramik terhadap karakteristik densitas dan kuat tekan pada berbagai suhu pembakaran pad a a

=

0,05 baik untuk densitas maupun kuat tekan menunjukkan adanya saling keterkaitan diantara sifat-sifat tersebut.

Berdasarkan data hasil percobaan di atas menunjukkan bahwa untuk suhu pembakaran I 100°C diperoleh nilai densitas maupun kuat tekan sebesar 2,225 g/cm3 dan 5339,234 ton/m~.

Untuk komposisi air pembentukan yang sarna, perubahan suhu pembakaran yang semakin tinggi menyebabkan sifat serap aimya semakin rendah, densitas, dan kuat tekannya semakin tinggi. Hal ini disebabkan semakin tinggi suhu pembakaran, proses dekomposisi mineral akan semakin sempuma dimana pada suhu 850°C sudah mulai terbentuk silicon spinel dan tlydimite dan bahkan di atas suhu

1000°c ada kemungkinan sudah terbentuk senyawa mullite. Mul/ite merupakan senyawa yang sangat stabil, dengan adanya mul/ite sifat keramik menjadi keras, kompak, dan padat. Selain itu semakin tinggi suhu pembakaran kemungkinan terjadinya proses

peleburan mineral semakin besar, leburan ini akan menyelimuti partikel-partikel dan sebagian akan mengisi pori-pori di antara partikel-partikel, serta menjadikan semua partikel memadat setelah proses pendinginan. Monolit keramik yang telah mengalami peleburan sebagian, menjadi tidak berpori-pori sehingga kedap air, akibatnya sifat serap aimya akan semakin rendah.

Selama proses peleburan mineral, terjadi penyusutan volume pada mono lit keramik. Semakin tinggi suhu pembakaran maka penyusutan akan terus berlanjut. Penyusutan ini disebabkan berkurangnya ukuran partikel, khususnya pad a saat partikel-partikel tersebut mendekati titik lebur dan susunan partikel yang semakin mendekati fase cairo Penyusutan volume yang terjadi bisa melebihi 10%

4

2. Pengaruh komposisi Limbah Krom

Hasil percobaan pengaruh komposisi limbah krom terhadap karakteristik susut bakar monolit keramik disajikan pada Gambar 4.

(6)

ISSN 1978-0176 13.000 nom ••••••••••••••••••••••••••·1 [ ..- ~ "! ···· ·· T . 12.500

~

::- 12.000ro .><: 11.500 ro IXI•..::3 11.000 '" VI::3 10.500 10.000 0

1

2 3 4 5 6 Komposisi limbah (%)

Gambar 4. Grafik Pengaruh komposisi Limbah Krom Terhadap Karakteristik Susut Bakar Monolit Hasil Pembakaran 10000e

Berdasarkan Gambar 4 terlihat bahwa, semakin ban yak limbah krom yang ditambahkan ke adonan keramik menyebabkan nilai susut bakarnya semakin besar. Hal ini terjadi karena di dalam limbah krom banyak terdapat bahan organik seperti lemak dan protein yang merupakan senyawa

hidrokarbon. Hidrokarbon adalah senyawa yang mudah teroksidasi menghasilkan gas

eo~

dan H~O.

Hasil percobaan pengaruh komposisi limbah krom terhadap karakteristik densitas monolit keramik pada suhu 10000e disajikan Gambar 5.

1.825

1.820

1.815

",-5

1.810

-

~

1.805

II>

2

1.800

'ij;

~

1.795

c

1.790

1.785

1.780

···1 ···-·-·-···-r·· ···T ...mT··· .. ···

o

1

2

3

4

5

6 Komposisi Limbah (%)

Gambar 5. Grafik Pengaruh Komposisi Limbah Krom Terhadap Karakteristik Densitas Monolit Keramik Hasil Pembakaran 10000e

Berdasarkan Gambar 5 menunjukkan bahwa, semakin banyak limbah krom yang ditambahkan ke adonan keramik menyebabkan nilai densitasnya semakin kecil. Hal ini dapat terjadi karena pori monolit yang terbentuk akibat pelepasan gas

eo~

dan H~O seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, akan mengakibatkan volume ruang kosong di dalam monolit keramik. Jika limbah krom yang ditambahkan semakin banyak, maka pori-pori yang

dihasilkan akan semakin banyak pula sehingga volume ruang kosong dalam monolit menjadi semakin besar, hal ini mengakibatkan massa monolit menjadi semakin ringan oleh sebab itu nilai densitasnya menjadi semakin kecil.

Hasil percobaan pengaruh komposisi limbah krom terhadap karakteristik kuat tekan monolit keramik pada suhu 10000e disajikan pada Gambar

6.

(7)

3500

2500

SDM TEKNOLOGI NUKLIR VII YOGY AKART A, 16 NOVEMBER 2011 ISSN 1978-0176 4500 -- - - - .

E

4000

-

c:

o

~

c: ro ~ 3000

I-•... ro ::J ::.::: 2000

o

1

2 3 4 5 6 Komposisi Limbah (%)

Gambar 6. Grafik Pengaruh Komposisi Limbah Krom Terhadap Karakteristik Kuat Tekan Monolit Keramik Hasil Pembakaran 1000°C

Berdasarkan Gambar 6 menunjukan bahwa, semakin banyak limbah krom yang ditambahkan ke adonan keramik menyebabkan nilai kuat tekannya semakin kecil. Hal ini terjadi karena semakin banyak limbah krom yang ditambahkan maka pori monolit yang dihasilkan akan semakin banyak sehingga monolit keramik menjadi tidak mampat. Ketidakmampatan dan monolit yang porous menjadikan ikatan antar

2.5

partikel pembentuk monolit semakin lemah sehingga kekuatannya untuk me nahan komposisi menjadi berkurang akibatnya nilai kuat tekannya menjadi kecil.

Hasil percobaan pengaruh komposisi limbah krom terhadap karakteristik krom total terlindi monolit keramik pada suhu 1000°C disajikan pada Gambar 7. E

a.

2

a.

-

;:

:c

c: 1.5 QJ

I-ro 1 •...

l-

0

E

0

0.5 •.. ..c:::.::: 0 0

1

2 3 4 5 6 Komposisi Limbah (%)

Gambar 7. Grafik Pengaruh Komposisi Limbah Krom Terhadap Karakteristik Krom Total Terlindi Keramik Hasil Pembakaran 1000°C

Berdasakan Gambar 7 terlihat bahwa semakin banyak limbah krom yang ditambahkan ke dalam adonan keramik menyebabkan kadar krom total yang terlindi semakin besar. Hal ini seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, yaitu karena adanya pori monolit yang semakin banyak ketika limbah krom yang ditambahkan ke dalam adonan semakin banyak. Monolit keramik yang berpori menyebabkan air akan lebih mudah terse rap kedalamnya, saat proses penyerapan air ini kemungkinan lolosnya partikel krom melalui

perantara air akan semakin besar, sehingga kadar krom total yang terlindi akan semakin tinggi saat monolit mengandung banyak limbah krom.

Komposisi limbah krom yang dipakai untuk membuat monolit keramik yang beraditif Pb30~ dan TSG 107 adalah komposisi sebanyak 5%. Komposisi ini menghasilkan monolit keramik yang mempunyai nilai susut bakar 16,440%, nilai serap air sebesar 16, III %, nilai densitas 1,784 g/cm3, nilai kuat tekan sebesar 2375,939 ton/m", dan kadar krom total terlindi sebanyak 2,267 ppm. Berdasarkan data yang diperoleh, setiap variasi penambahan komposisi

(8)

ISSN 1978-0176

limbah krom tidak memberikan nilai pelindian krom total yang signifikan, bahkan sampai komposisi limbah krom sebanyak 5%. Hal ini dipengaruhi oleh suhu pembakaran dimana suhu pembakaran juga berpengaruh pada proses peleburan mineral. Mineral-mineral yang terlebur terutama adalah mineral yang titik lebumya rendah, leburan ini akan mengikat partikel lain yang belum melebur termasuk logam krom sehingga akan membentuk ikatan yang kuat jika monolit keramik mengalami proses pendinginan. Ikatan yang terjadi adalah ikatan fisik,

1.802 1.800 1.798 mE 1.796 V ';;:0 1.794 :; 1.792 rn

.*

1.790 c: ~ 1.788 1.786 1.784 1.782

dimana logam berat mengalami pengungkungan oleh bahan penyusun keramik sehingga mengurangi mobilisasi atau gerakan dari logam krom terse but.

3. Pengaruh Komposisi Aditif

Pb304

dan TSG

107

Hasil percobaan pengaruh komposisi aditif

Pb304 dan TSG 107 terhadap karakteristik densitas

dan kuat tekan monolit keramik hasil pembakaran suhu 10000e disajikan pad a Gambar 8 dan 9

...•...•...··..···T···.. ···.--··....·.···.J

o

1

2 3 4

5

6

Komposisi Pb104 dan TSG

107

(%)

Gambar 8. Grafik Pengaruh Penambahan Aditif Pb304 dan TSG 107 Terhadap Karakteristik Densitas Monolit Keramik Pembakaran 10000e

4000 3800 N 3600 .§.c: 3400 .s 3200 ~ 3000 ~ 2800

I-iii

2600 ~ 2400 2200 2000

o

1

2

3

4

5

6 KomposisiPb104 dan TSG

107

(%)

Gambar 9. Grafik Pengaruh Penambahan AditifPb304 dan TSG 107 Terhadap Karakteristik Kuat Tekan Monolit Keramik Pembakaran 10000e

Berdasarkan Gambar 8 dan 9 terlihat bahwa semakin banyak penambahan aditifPbP4 dan TSG 107 maka nilai densitas dan kuat tekan monolit keramik akan semakin besar. Aditif Pb304 berfungsi sebagai senyawa yang dapat menurunkan titik lebur pembentukan monolit keramik. Lelehan Pb304 mampu mengikat material pembentuk keramik yang

bertitik lebur tinggi untuk bergabung menjadi satu struktur yang kompak, sedangkan TSG 107 merupakan bahan gelasir bakaran rendah yang mudah melebur, saat TSG 107 melebur, lelehannya bersama lelehan Pb304 akan mengisi pori-pori dari monolit, sehingga akan meningkatkan kemampatan monolit keramik yang dihasilkan. Hal ini

(9)

menyebabkan densitas dan kuat tekan monolit keramik menjadi besar.

Hasil percobaan pengaruh komposisi aditif

Pb304 dan TSG 107 terhadap karakteristik kadar

SDM TEKNOLOGI NUKLIR VII YOGY AKARTA, 16 NOVEMBER 2011 ISSN 1978-0176 krom total terlindi monolit keramik hasil pembakaran suhu 1000°C disajikan pad a Gambar 10.

2.4 [

E;

2.3'C 2.2 2.1 c: •... 2 OJ

I-1.9 "iij

0

l-

.•... 1.8 E 1.7

0

•... 1.6 ..c: ::.::: 1.5

0

1

2

3

4

5 6 Komposisi Pb104 dan TSG

107

(%)

Gambar 10. Grafik Pengaruh Penambahan AditifTerhadap Karakteristik Krom Total Terlindi Monolit Keramik Pembakaran 1000°C

Gambar 10 menunjukkan bahwa semakin banyak penambahan aditif Pb304 dan TSG 107 ke dalam adonan keramik menyebabkan kadar krom total terlindinya semakin kecil. Hal ini terjadi karena pada dasamya aditif Pb304 dan TSG 107 berfungsi untuk menurunkan suhu peleburan bahan keramik. Pada suhu sekitar 800°C dimungkinkan sudah terjadi peleburan bahan aditif ini, karena suhu peleburannya rendah maka pembentukan monolit keramik akan lebih cepat terjadi. Ini disebabkan leburan aditif dapat melapisi partikel pembentuk keramik yang bel urn melebur dan masuk mengisi pori-pori monolit, ketika masuk ke dalam pori-pori, leburan ini membawa panas yang akan mempercepat reaksi dekomposisi seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Hasil penting dari reaksi ini adalah terbentuknya mlillite. Mlillite merupakan senyawa yang sangat stabil, sehingga dapat dikatakan pembentukan mlillite merupakan tujuan dari pembakaran keramik, karena dengan adanya mlillite, sifat-sifat keramik yang keras, kompak, dan padat mulai terbentukl7. Semakin banyak mlillite yang tebentuk, maka daya kungkung kromnya akan semakin baik. Krom akan berada diantara senyawa kristalin mlillite dan terikat kuat secara fisik dengan adanya leburan mineral maupun leburan aditif yang terjadi.

Hasil analisis XRD berupa difraktogram monolit keramik Iimbah krom tanpa aditif dan yang mengandung aditif Pb304 dan TSG 107 disajikan pada Gambar 11. Kedua difraktogram di atas membuktikan bahwa aditif Pb304 dan TSG 107 mampu mempercepat terjadinya dekomposisi mineral. Pada difraktogram monolit keramik yang mengandung aditif, terlihat peak kaolinit sudah tidak setajam pada difraktogram monolit keramik yang tidak mengandung aditif. Hal ini menandakan bahwa mineral kaolinit pada monolit keramik beraditiftelah terdekomposisi, terurai menjadi metakaolin. Sebaliknya peak yang tajam pada difraktogram monolit keramik tanpa aditif menandakan kristal kaolinit masih sempuma dan bel urn sepenuhnya terdekomposisi. Selain itu pada difraktogram monolit keramik yang beraditif sudah terdeteksi adanya senyawa eskolaite atau kromium (III) oksida (Cr203)' Hal ini membuktikan aditif juga dapat mempercepat terjadinya reaksi dekomposisi senyawa limbah krom. Limbah krom dalam bentuk kromium (III) oksida hidrat (Cr203.3H20) atau lebih dikenal dengan kromium hidroksida (Cr(OHh) yang terkandung dalam monolit keramik akan mengalami dehidrasi air kristal sehingga terbentuk eskolaite, dengan reaksi :

(10)

ISSN 1978-0176 r".>un{s) .

61HI-a.

b.

598 -n.1l . blH! ~,e8 -,lea· J BII .' r r f

=

Feldspar m

=

Mullite q

=

a Quartz e

=

Eskolaite k

=

Kaolinite f

=

Feldspar m = Mullite q

=

a Quartz k

=

Kaolinite Gambar 11. f~_B _.l,I ~.----~----...,,---:---:-, ---ft 2fi ~.€ (~n

Difraktogram Monolit Keramik : a. Dengan Aditif , b. Tanpa Aditif PbP4 dan TSG 107 Sebesar 5% Hasil Pembakaran 1000°C.

Sementara itu dari kedua difraktogram diperoleh informasi bahwa di dalam monolit keramik telah terbentuk mullite yang merupakan tujuan dari pembakaran keramik sehingga mono lit keramik menjadi keras, kompak, dan padat.

Hasil terbaik diperoleh saat penambahan aditif Pb304 dan TSG 107 sebanyak 5%, monolit keramik yang dihasilkan memiliki nilai susut bakar sebesar 15,183%, densitas 1,801g/cm3, kuat tekan 3864,045 ton/m2, dan kadar krom total terlindi 1,533 ppm. Nilai serap air dan kadar krom total terlindinya paling kecil sementara nilai susut bakar, densitas, dan kuat tekannya terbesar di antara mono lit keramik yang beraditif di bawah 5%. Meskipun nilai susut bakarnya terbesar, tetapi hal ini tidak menjadi masalah karena tidak terlalu mempengaruhi kualitas pengungkungan limbah B3.

Secara keseluruhan, mono lit keramik yang dihasilkan masih mempunyai nilai serap air yang relatif tinggi. Hal ini disebabkan suhu pembakaran monolit masih di bawah suhu bakar yang seharusnya. Monolit keramik yang dibuat pada penelitian ini berbahan utama kaolin dengan komposisi 60%, yang merupakan keramik jenis porselin. Pada umumnya suhu bakar porselin berkisar antara 1250°C-1460°C. Jika suhu bakar ini

terpenuhi maka akan dihasilkan keramik putih yang padat, keras, dan kedap air.

4. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat diambil kesimpulan :

1. Bahan dasar keramik dengan aditif Pb304 dan TSG 107 diketahui dapat mengungkung limbah krom dengan baik.

2. Aditif Pb304 dan TSG 107 mampu menurunkan suhu peleburan bahan keramik sehingga dapat dihasilkan monolit keramik yang berkualitas baik namun dengan suhu pembakaran yang lebih rendah.

3. Pengaruh variasi komposisi (air pembentukan, limbah krom, aditif Pb304 dan TSG 107) serta variasi suhu pembakaran terhadap monolit keramik yang dihasilkan adalah sebagai berikut

a. Air pembentukan berbanding lurus dengan nilai susut bakar dan serap air serta

(11)

b. berbanding terbalik dengan nilai densitas dan kuat tekan mono lit.

c. Suhu pembakaran berbanding lurus dengan nilai susut bakar, densitas, dan kuat tekan serta berbanding terbalik dengan nilai serap air mono lit.

d. Penambahan limbah krom berbanding lurus dengan nilai susut bakar, serap air, dan kadar krom total terlindi serta berbanding terbalik dengan nilai densitas dan kuat tekan monolit.

e. Penambahan aditif Pb304 dan TSG 107 berbanding lurus dengan nilai susut bakar, densitas, dan kuat tekan serta berbanding terbalik dengan nilai serap air dan kadar krom total terlindi.

4. Monolit keramik yang paling baik diperoleh saat penambahan air pembentukan sebanyak 8%, komposisi limbah krom 5%, dan aditif

Pb304

+

TSG 107 sebanyak 5% pada

pembakaran suhu 100°C. Pada pengujian monolitnya diperoleh hasil nilai susut bakar sebesar 15,183%, serap air 10,079%, densitas 1,801 g/cm3, kuat tekan 3864,045 ton/m", serta krom total telindi sebesar 1,533 ppm.

S.

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Sukosono, A.Md serta semua pihak terkait yang telah membantu di dalam kelancaran penelitian ini.

6.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ambar Astuti. 1997. Pengetahuan Keramik. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. 2. Sukandarrumidi. 1999. Bahan Galian

Industri. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

3. JMV Hartono. 1991. Teori Pembakaran Bagian I, II, dan III. Informasi Teknologi Keramik dan Gelas. Bandung

4. Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta

5. Anonim. Keputusan KABAPEDAL Nomor : KEP-03/BAPEDAL/09/1995 Tentang Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya.

SDM TEKNOLOGI NUKLIR VII YOGYAKARTA,16NOVEMBER2011

ISSN 1978-0176

Gambar

Gambar 1. Grafik Pengaruh Air Pembentukan Terhadap Karakteristik Susut Bakar Monolit Keramik pada Berbagai Suhu Pembakaran
Gambar 2. Grafik Pengaruh Air Pembentukan Terhadap Karakteristik Densitas Monolit Keramik pada Berbagai Suhu Pembakaran
Gambar 5. Grafik Pengaruh Komposisi Limbah Krom Terhadap Karakteristik Densitas Monolit Keramik Hasil Pembakaran 10000e
Gambar 7. Grafik Pengaruh Komposisi Limbah Krom Terhadap Karakteristik Krom Total Terlindi Keramik Hasil Pembakaran 1000°C
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil uji coba diatas maka dapat diambil sebuah analisa yaitu semakin banyak data training atau latih maka semakin bagus pula hasil yang didapatkan pada

Untuk mendeteksi pergerakan yang mengindikasikan pergerakan jatuh, terlebih dahulu diambil data training pada gerakan (Activity Daily Living) ADL seperti duduk, berjalan

Berdasarkan uraian dan analisa data yang telah dikemukakan interaksi antara penerapan total quality mangement dengan budaya organisasi secara parsial berpengaruh

Beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai saran dari penelitian yang telah dilakukan yatiu bahan ajar ini bisa menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya karena masih

sahabat itu dikenal dari riwayat-riwayat yang disampaikan oleh sejumlah banyak sahabat yang.. tidak mungkin mereka sepakat untuk berdusta, seperti sahabat yang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) penerapan metode eksperimen sederhana dapat meningkatkan pengetahuan siswa kelas XI MIPA 1 SMA Negeri 1 Banguntapan pada materi

Simpulan penelitian ini menunjukkan bahwa pengeloaaan pembiayaan pendidikan di SMP Negeri 02 Ketahun Kabupaten Bengkulu Utara mendekati sesuai dengan

Oleh karena probabilitas jauh lebih kecil dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa kofisien regresi Tingkat upah minimum(UM), Angkatan Kerja (AK), Tingkat Inflasi