• Tidak ada hasil yang ditemukan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II GARUT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II GARUT"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

LEMBARAN DAERAH

KABUPATEN DAERAH TINGKAT II GARUT

NOMOR 1 1976 SERI C

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II GARUT NOMOR 1 TAHUN 1972

TENTANG

KETENTUAN-KETENTUAN PENGGUNAAN JALAN-JALAN DI KOTA GARUT.

Pasal 1 Ketentuan Umum

Didalam melaksanakan Peraturan Daerah ini, berlaku ketentuan-ketentuan yang termuat didalam Undang-undang Nomor: 3 tahun 1965 tentang lalu lintas Jalan Nomor: 28 tahun 1951.

Pasal 2

Route untuk Kendaraan Bermotor Umum.

(1) Kendaraan Bermotor Umum Bis atau Taksi dan yang lain yang khusus disediakan untuk mengangkat penumpang umum. Untuk masuk dan keluar kota Garut, diwajibkan melalui Jalan-jalan sebagai berikut:

(2)

a Yang datang dari jurusan Bandung, Semarang lewat Tarogong, melalui jalan Cimanuk-Jalan Guntur-Jalan Pramuka dan masuk Terminal.

b Yang datang dari Jurusan Tasikmalaya lewat Sukadana-Jalan Ciledug-Jalan Papandayan-Jalan Cikuray-Jalan Veteran-Jalan Bank-Jalan Pramuka dan masuk Terminal.

c Yang datang dari Jurusan Cikajang, melalui Jalan Cimanuk-Jalan Guntur-Jalan Pramuka dan masuk Terminal.

d Yang datang dari Jurusan Wanaraja, melalui Jalan A. Yani-Jalan Guntur-Jalan Pramuka dan masuk Terminal.

e Yang keluar Jurusan Bandung dan Semarang, dari Terminal-Jalan Pramuka-Jalan Guntur-Jalan Cimanuk dan seterusnya.

f Yang keluar dari Jurusan Tasikmalaya, dari Terminal-Jalan Pramuka-Jalan Bank-Jalan Veteran-Jalan Cikuray-Jlan Papandayan-Jalan Ciledug dan seterusnya.

g Yang keluar ke Jurusan Bayongbong, Cikajang dan Pameungpeuk dari Terminal melalui Jalan Pramuka-Jalan Bank-Jalan Cimanuk dan seterusnya.

h Yang keluar ke Jurusan Wanaraja, Sukawening dan Cibatu, dari Terminal-Jalan Pramuka-Jalan Guntur-Jalan Ciwalen-Jalan A.Yani dan seterusnya.

(2) Pada ketinggian-ketinggian pertigaan atau perempatan yang dilalui oleh kendaraan-kendaraan bermotor umum yang dimaksud ayat (1) pasal ini, dipasang rambu-rambu petunjuk lalu lintas.

Pasal 3

Larangan masuk bagi kendaraan bermotor umum

(1) Segala macam kendaraan bermotor umum dilarang melalui atau menjalani Jalan-jalan dari arah yang ditentukan sebagai berikut ini: a Dijalan Cimanuk, mulai dari pertigaan Jalan Guntur-Jalan Cimanuk

keluar sebelum sampai pertigaan Jalan Bank-Jalan Cimanuk. b Dijalan Bank, dari Jalan Cimanuk sampai perempatan Jalan

(3)

3 c Dijalan Kabupaten, dari Jalan Cimanuk sampai Jalan Kiansantang. d Dijalan Pajajaran, dari Jalan Cimanuk sampai Jalan Kiansantang. e Dijalan Papandayan, dari mulai perempatan Jalan Cikuray-Jalan

Pasundan sampai pertigaan Jalan Kiansantang.

f Dijalan Siliwangi, dari mulai Perempatan Jalan Siliwangi-Jalan Cikuray kearah Barat sampai Perempatan Jalan Siliwangi-Jalan Kiansantang-Jalan Dewi Sartika.

g Dijalan Ranggalawe, dari Jalan Ciledug sampai Perempatan Jalan Cikuray.

h Dijalan Ranggalawe, dari Jalan Kiansantang sampai Perempatan Jalan Cikuray.

i Dijalan Gunungpayung, dari Jalan Ciealen sampai pertigaan Jalan Pasarbaru.

(2) Agar yang berkepentingan mengetahui adanya larangan-larangan yang dimaksud, maka pada ketinggian-ketinggian Jalan-jalan tersebut diatas dipasang rambu Lalu lintas yang berkenaan dengan itu menurut Peraturan Lalu lintas, dengan dibubuhi tulisan umum.

Pasal 4

Larangan masuk bagi kendaraan Bermotor

Segala macam kendaraan Bermotor dilarang melalui atau menjalani dari dan waktu sebagai ditentukan dibawah ini :

a Dijalan Dewi Sartika dari mulai Perempatan Jalan Siliwangi-Jalan Dewi Sartika-Jalan Kiansantang sampai Perempatan Jalan A.Yani (rambu Nomor 19).

b Dijalan Pasundan dari mulai Pertigaan Jalan Pasundan-Jalan Ciledug sampai Keperempatan Jalan Pasundan-Jalan Papandayan-Jalan Cikuray. (Rambu Nomor: 19).

c Dijalan Mandalagiri dari mulai Pertigaan Jalan A.Yani-Jalan Mandalagiri sampai pintu K.A. antara waktu Jam: 07.00-13.00 (rambu Nomor:23)

d Dijalan Pasarbaru dari mulai Pertigaan Jalan Guntur-Jalan Pasarbaru sampai Jalan A.Yani.

(4)

e Dijalan Kenanga dari mulai Pertigaan Jalan Veteran-Jalan Kananga sampai Jalan Mandalagiri antara waktu Jam: 06.00-22.00 (rambu Nomor:23)

Pasal 5

Larangan Parkir bagi Kendaraan-kendaraan Bermotor

Segala macam kendaraan Bermotor dilarang menyimpan atau parkir kendaraan pada ketinggian-ketinggian dan waktu-waktu sebagai ditentukan dibawah ini:

a Dijalan Ciledug, dari mulai Pertigaan Jalan A.Yani-Jlan Ciledug sampai Pertigaan Jalan Ciledug-Jalan Siliwangi sebelah timur antara waktu Jam: 08.00-14.00.

b Dijalan A.Yani dari mulai Pertigaan Ciledug-Jlan A.Yani sampai Pertigaan Jalan Cikuray-Jalan A.Yani Jlan sebelah selatan antara waktu Jam: 08.00-22.00.

c Dijalan A.Yani dari mulai Pertigaan Jalan A.Yani-Jalan Pasarbaru sampai perempatan Jalan A.Yani-Jalan Ciwalen-Jalan Bratayuda Jalur sebelah Utara antara waktu Jam: 08.00-16.00.

d Dijalan Mandalagiri, sepanjang jalan itu sampai pintu K.A. dari mulai Pertigaan Jalan A.Yani-Jalan Mandalagiri, antara waktu jam: 07.00-11.00.

e Dijalan Guntur sebelah Utara Pasarbaru antar waktu Jam: 07.00-13.00.

f Dijalan Papandayan pada ketinggian Maktal Jalan selatan antara waktu Jam: 07.00-18.00.

Pasal 6 Penutup

(1) Pelanggaran atas larangan-larangan yang dimaksud pada pasal-pasal diatas diancam sesuai dengan ketentuan Undang-undang, berdasarkan pasal 2 ayat 2 ayat 1 dan 2 Undang-undang Nomor 3 tahun 1965 dan pasal 32 Undang-undang No. 3 tahun 1965.

(5)

5 (2) Terhadap kejadian tertentu atau ada keramaian dimana bias

menimbulkan kecelakaan jiwa manusia pada tempat-tempat dan waktu-waktu tertentu maka para Petugas Lalu lintas dikuasakan untuk menempatkan rambu-rambu Lalu lintas yang bersifat sementara guna melindungi pemakaian jalan yang lain.

(3) Dengan Keluarnya Peraturan ini, maka Peraturan-peraturan dan Keputusan-keputusan yang telah dikeluarkan terdahulu dan bertentangan dengan maksud Peraturan Daerah ini tidak berlaku lagi. (4) Peraturan Daerah ini disebut Peraturan Daerah Kabupaten Garut

tentang Ketentuan-ketentuan Penggunaan Jalan di Kota Garut, Sebagai pelaksanaan pada pasal: 8 Ayat 1 Peraturan Pemerintah Lalu lintas Jalan.

Ditetapkan di Garut

Pada tanggal 1 Agustus 1972 Pd.BUPATI KABUPATEN A.n.DEWAN PERWAKILAN RAKYAT GARUT DAERAH KABUPATEN GARUT

Ketua,

R.M.B. YACUB ISHAK. EDDY ACHMAD KARTAWIJAYA

Peraturan Daerah tersebut diatas disahkan oleh Gubernur Propinsi Jawa Barat dengan Surat Keputusannya tanggal 15 Juni 1974 nomor 461/A.V/18/Perund/SK/1974.

A.n.Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat, Asisten Sekretaris Daerah;

U.b. Kepala Biro Hukum,

(MOMON GANDASASMITA SH.)

Diundangkan dalam Lembaran Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Garut Nomor: 1 Tahun: 1976. Seri: C, No. 1

(6)

Sekretaris Wilayah/Daerah Tingkat II Garut

ABDURACHMAN KARTAWINATA

PENJELASAN

Umum:

Pemerintah Daerah berhak dan berkewajiban mengatur dan mengurus rumah tangga Daerahnya. Dengan tidak mengurangi ketentuan dimaksud dalam Undang-undang pembentukan Daerah sebagai pangkal ditetapkannya urusan-urusan yang termasuk rumah tangganya disertai alat perlengkapan dan pembinaannya serta sumber-sumber pendapatan yang pertama dari Daerah itu.

Demikian bunyinya pasal 39 ayat 1 dan 2 No. 18/1965 tentang pokok-pokok Pemerintah Daerah, Undang-undang No. 14/1950 (Jogyakarta) yang diundangkan pada tanggal 8 Agustus 1950 tentang pembentukan Daerah Kabupaten di Jawa Barat dan PP No. 18/1953 LN No. 31/35 tentang penyerahan urusan Pekerjaan Umum kepada Daerah.

Selanjutnya kita lihat pada Pasal 5 (1) Pasal 50 dan Pasal 49 UU. No. 18/1965 Pasal 36 UU No. 3 tahun 1965 tentang Lalu lintas Jalan dan Angkutan Jalan Raya junto Pasal 8 ayat 1 dan 2 PP tentang Lalu lintas Jalan.

Berdasarkan landasan-landasan tersebutlah kita bertolak mengeluarkan Peraturan Daerah ini, dimana Kewenangan Pemerintah Daerah untuk mengatur dan menutup penggunaan Jalan-jalan didalam Kota Garut, yang pembuatan, perbaikan serta pemeliharaannya berdasarkan Undang-undang termasuk urusan rumah tangga Daerah. Berbicara mengenai jalan, Jalan-jalan di Kota Garut ini tidak terlepas pula dari pada jaringan Lalu lintas diwilayah Propinsi dan diwilayah Pulau dan Nasional keseluruhannya yang ini semua sudah diatur melalui satu induk Undang-undang Lalu lintas Jalan yang tersebut diatas, Kriteria Pembuatan Peraturan daerah ini secara authentic ditetapkan didalam pasal 50 UU.No. 18/1965. Maka apa yang ditentukan dan diatur hanyalah penggunaan daripada Jalan untuk kepentingan Lalu lintas umum, untuk ketertiban Lalu lintas, untuk keamanan dan keselamatan Lalu lintas dan yang penting tidak terganggunya kelangsungan arus Lalu lintas secara

(7)

7 Sebelum Peraturan Daerah ini keluar, hal-hal tersebut telah diatur berdasarkan Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah Garut, Urusan Otonomi Daerah, tanggal 22 Agustus 1961 No. 195/3/61/SK/UOD. Dan Surat Keputusan Bupati Kabupaten Garut tanggal 15 Januari 1970 dengan SK No. 29/B.I-1?1970 Perihal penetapan route kendaraan Umum didalam Kota Garut.

Selanjutnya didalam Sidang Komisi “A” DPRD Kabupaten Garut tanggal 13 Desember 1971 dengan Dinas-dinas dan Jawatan Tehnis yang pekerjaannya ada hubungannya dengan bidang Komisi “A”, diusulkan oleh pihak Polisi Lalu lintas dan DLLD, bahwa rambu-rambu Lalu lintas, route-route kendaraan bermotor umum didalam kota, agar ditinjau kembali dan dikeluarkannya Peraturan dari Dewan, yang kemudian Komisi A mengharapkan usulan secara tertulis dan dengan pengusulan Kepala DLLD Wilayah Garut dengan Suratnya Nomor: 1.12/22/DLLD/1/72 tanggal 26 Januari 1972, Komisi “A” DPRD Kabupaten Garut mulai menggarap konsep rancangan, melalui sidang-sidang rutin Komisi dan Konsultasi-konsultasi langsung, achirnya menghasilkan rancangan sebagai wujud dan bentuknya yang sekarang ini. Jelas bahwa Peraturan Daerah ini merupakan Pertauran yang terakhir berdasarkan kondisi dan situasi terakhir didalam Kota Garut. Dengan keluarnya Peraturan ini, apakah tujuan yang diharapkan tercapai dengan sempurna. Tidak karena secara terus menerus perlu diikuti dan dicatat perkembangannya, sehingga bukanlah tidak mungkin bahwa Peraturan-peraturan Daerah selanjutnya sebagi perobahan atau tambahan akan berjalan pula, menurut perkembangan keadaan yang dinamis didalam masyarakat.

Apa yang dituangkan dalam Peraturan daerah ini, pada umumnya materinya telah dituangkan didalam dua Surat Keputusan yang terdahulu, hanya materinya disesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya dimana pertimbangannya, factor persediaan panjang jalan yang ada dengan volume Lalu lintas sudah tidak seimbang lagi. Banyaknya kendaraan-kendaraan bermotor umum yang melintasi Kota Garut, seperti Bus dan Taksi antar Kota, Jumlah banyaknya kendaraan tidak bermotor makin bertambah. Sementara ini yang dituangkan didalam Peraturan Daerah ini baru dikhususkan dan ditujukan kepada kendaraan-kendaraan bermotor, yang selanjutnya masih akan disusul dengan Peraturan Daerah yang mengatur Lalu lintas kendaraan-kendaraan tidak bermotor ini memerlukan waktu untuk pengumpulan dan pencatatan data-data yang riil.

(8)

Dihadapkan kepada persediaan panjang jalan yang ada, volume Lalu lintas yang tambah, maka didalam Peraturan Daerah ini mengandung dua kebijaksanaan pokok yakni:

a). Mengisi ruang Lalu lintas secara menyeluruh agar semua ruang sisa dilalui kendaraan-kendaraan bermotor bukan umum dan kendaraan tidak bermotor dan pemakaian jalan yang lain.

Ini dapat dilihat dengan perobahan rambu-rambu Lalu lintas yang semula dilarang masuk bagi semua macam kendaraan bermotor (rambu No. 18-bulat merah strip putih) dirobah dengan rambu larangan khusus bagi kendaraan bermotor umum saja atau kendaraan bermotor untuk Jalan-jalan tertentu (pasal 3 dan 4). Dan dengan Peraturan Daerah ini semua macam kendaraan tidak bermotor dapat memakai semua jaringan dari semua arah.

b). Menentukan route kendaraan bermotor umum (pasal 2) ini dimaksudkan agar terminal sebagai sarana income public service secara maximal dapat dimaafkan serta ada kepastian bagi masyarakat umum mengenai route dan jurusan yang ideal, bila hendak diberikan pelayanan umum kepada masyarakat khususnya didalam Lalu lintas ini tentunya harus ada tempat-tempat menunggu buat calon penumpang kendaraan bermotor umum, yang dimaksud adalah Bus/Taxi chelter, meskipun berdasarkan kemampuan Pemerintah hal ini masih merupakan kehendak dan cita-cita namun dengan melalui Peraturan ini Pemerintah sudah memberikan kepastian bagi masyarakat tentang route-route yang harus dilalui oleh kendaraan-kendaraan bermotor umum untuk Jurusan-jurusan tertentu. Pemerintah, sebenarnya mempunyai kehendak agar semua calon penumpang dari masyarakat ini pergi ke terminal sebagai pusatnya pelayanan umum buat angkutan dijalan Raya, namun kondisi social budaya masyarakat masih merdeka, dimana masyarakat lebih suka menunggu ditempat yang terdekat untuk memperoleh pelayanan angkutan umum, karena itu untuk didalam Kota Garut, adanya kendaraan-kendaraan bermotor umum yang sifatnya antar jemput atau mencari penumpang pada jalan-jalan tertentu, menurut Peraturan ini tidak dilarang atau diwajibkan, sehingga tidak perlu dicantumkan yang penting pada waktu mereka itu keluar atau masuk diwajibkan melalui satu route dan diharuskannya masuk keterminal, ini dengan maksud agar kendaraan-kendaraan bermotor itu melakukan kewajibannya

(9)

9 PASAL DEMI PASAL.

Pasal : 1. Maksud dari pasal ini agar didalam melaksanakan Peraturan ini tidak melengkapkan pula pengertian-pengertian dan ketentuan-ketentuan dari Undang-undang induknya.

Pasal : 2. Lihat penjelasan umum cukup jelas.

Pasal : 3. Pasal ini membantu terlaksananya kewajiban yang ditentukan didalam pasal 2.

Pasal : 4. Memang kondisinya jalan-jalan tersebut pada waktu-waktu tertentu sangat ramai sehingga kepentingan sebagian kecil masyarakat untuk sementara waktu ditiadakan untuk memberi kesempatan kepada kepentingan masyarakat yang lebih banyak. Seperti diketahui bahwa jalan-jalan Mandalagiri dan Pasar Baru pada Jam-jam 07.00-13.00 situasinya sangat ramai, banyaknya pemakaian jalan kaki dan kecelakaan-kecelakaan perlu dicegah, tetapi toh masih diberikan kelonggaran dengan hanya satu arah dilarang masuk dan khusus untuk kendaraan bermotor saja, untuk jalan Dewi Sartika, karena pada perempatan dekat penjara Lalu lintas dari arah dimuka penjara, maka perlu dilarang masuk sama sekali sepanjang waktu buat jalan kendaraan bermotor.

Dijalan Kenanga, yang sangat berbahaya dan sempit sekali adalah yang masuk kejalan Mandalagiri, itupun sepanjang waktu tertentu yakni dari Jam 06.00-22.00.

Pasal : 5. Sementara ini dilarang untuk parkIr dan menyimpan kendaraan bermotor hanya pada ketinggian tertentu, dimana keramaian Lalu lintas sangat padat memang dikandung maksud untuk selanjutnya dapat ditentukan tempat-tempat parkir dan pangkalan-pangkalan buat kendaraan-kendaraan tidak bermotor seperti Becak dan Delman, tetapi karena hal ini memerlukan ricet yang mendalam, akan kemudian dibuatkannya lagi Peraturan tambahan.

Dengan tidak mengurangi pendapat-pendapat yang mengharapkan ditentukannya tempat-tempat parkir dan pangkalan oleh semua pihak, maka dengan penjelasan ini cukuplah dimengerti.

(10)

Pasal : 6. Untuk memberikan kekenyalan pada suatu Peraturan, maka pada pasal ini, memberikan wewenang kepada fihak pelaksana agar dapatnya mengatur Hal-hal yang sifatnya temporair atau sementara, sehingga pada suatu keadaan keramaian pihak Polisi Lalu lintas dapatnya menutup suatu jalan dan menyalurkan kejalan yang lain.

Ketentuan Pidana dalam Peraturan Daerah ini conform dengan ketentuan Dalam Undang-undang yang telah ada.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian akurasi klasifikasi terbaik yaitu menggunakan fungsi kernel Gaussian Radial Basic Function (RBF) karena menghasilkan akurasi yang lebih besar,

Rata-rata lama menginap tamu nusantara di hotel non bintang/akomodasi lain sebesar 1,21 malam, mengalami kenaikan sebesar 0,05 malam dibandingkan dengan bulan

Mendapatkan hasil penurunan (settlement) dan waktu penurunan tanah pada permukaan tanah dan pengaruh metode Preloading yang digabung dengan PVD dalam perbaikan

Undang–Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Barat (Berita Negara Tahun 1950) sebagaimana telah

Dengan dasar pengertian ini maka dapat dinyatakan bahwa potensi peserta didik adalah kemampuan yang dimiliki setiap pribadi/individu peserta didik yang mempunyai

Sistem informasi penjadwalan yang ada di Jurusan Teknik Informatika yang sedang berjalan saat ini yaitu masih dilakukan secara manual. Penjadwalan dilakukan dengan

Frequency Shift Keying (FSK) merupakan suatu metode transmisi sinyal digital, dimana besarnya frekuensi gelombang pembawa (carrier) berubah-ubah sesuai dengan perubahan ada atau

Undang - Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah - daerah Kabupaten dalam lingkungan Propinsi Djawa Barat (Berita Negara tanggal 8 Agustus 1950) ; sebagaimana