• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS TREND PRODUKSI JAGUNG DI SENTRA KABUPATEN GOWA YUSNIAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS TREND PRODUKSI JAGUNG DI SENTRA KABUPATEN GOWA YUSNIAR"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS TREND PRODUKSI JAGUNG

DI SENTRA KABUPATEN GOWA

YUSNIAR 105960102311

(2)

ANALISIS TREND PRODUKSI JAGUNG

DI SENTRA KABUPATEN GOWA

YUSNIAR 105960102311

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Strata Satu (S-1)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2015

(3)
(4)
(5)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul : Analisis Trend Produksi Jagung di Sentra Kabupaten Gowa adalah benar merupakan hasil

karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebut dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Makassar, Juli 2015 Yusniar 105960102311

(6)

ABSTRAK

YUSNIAR. 105960102311. Analisis Trend Produksi Jagung Di Sentra Kabupaten Gowa. Dibimbing oleh SITI WARDAH dan FIRMANSYAH.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui trend produksi jagung di sentra Kabupaten Gowa.

Pengambilan responden dalam penelitian ini dilakukan dengan secara sengaja atau purposive yaitu dengan mengambil 2 kecamatan dari dataran rendah antaralain Kecamatan Bontomarannu dan Kecamatan Bontonompo Selatan, dan 2 kecamatan dari dataran tinggi yaitu Kecamatan Bungaya dan Kecamatan Manuju, dengan pertimbangan keempat kecamatan tersebut merupakan kecamatan yang para petaninya sedang menanam jagung, dimana responden yang akan diambil terdiri dari 9 orang petani jagung pada masing – masing kecamatan. Jadi secara keseluruhan jumlah responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah 36 orang petani jagung. Analisis data yang digunakan adalah analisis trend dengan metode kuadrat terkecil (Least Square Method) yang bertujuan untuk melihat produksi jagung lima tahun kedepan, dengan persamaan sebagai berikut : Y = a + b X.

Hasil penelitian menunjukkan persamaan garis trend produksi jagung tahun 2004-2018 sebesar Y = 124,1 + 11,39x dari persamaan tersebut diperoleh nilai intersept (a) = 124,1 ribu ton yang menunjukkan tingkat produksi diawal tahun (tahun analisis 2004-2018), koefisien (b) menunjukkan tingkat kecenderungan (trend) tiap tahun sebesar 11,39 ribu ton/tahun yang berkorelasi (+) yang berarti bahwa tiap tahun jagung bertambah produksinya dan tetap mengikuti garis trendnya. Sedangkan R2 merupakan tingkat korelasi antara produksi dan waktu tahun (2004-2018) sebesar 97,4 % (R2 = 0,974). Hal ini berarti bahwa perkembangan produksi jagung di Sentra Kabupaten Gowa mengalami peningkatan sebesar 97,4 % menurut kronologis waktu tahun 2004-2018.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat dan Hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya. Shalawat dan Salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah SAW beserta para keluarga, sahabat dan para pengikutnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Analisis Trend Produksi Jagung di Sentra Kabupaten Gowa”

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Kedua orangtua Ayahanda Dg. Juma dan Ibunda Sukira, dan kakanda tercinta Nurhayati Dg. Kebo, Muh. Asis Dg. Situju dan Syamsuddin, serta segenap keluarga yang senantiasa memberikan bantuan, baik moril maupun material sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

2. Ir. Hj. Siti Wardah, M.Si selaku Pembimbing I dan Firmansyah, SP., M.Si selaku Pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing

(8)

4. Bapak Amruddin, S.Pt, M.Si selaku Ketua Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

5. Seluruh Dosen Jurusan Agribisnis di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membekali segudang ilmu kepada penulis.

6. Kepada pemerintah Kabupaten Gowa terkhususnya kepada Kecamatan Bontomarannu, Kecamatan Bontonompo Selatan, Kecamatan Bungaya, dan Kecamatan Manuju yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di daerah tersebut.

7. Kepada staf – staf pegawai kantor Badan Pusat Statistik (BPS) yang selalu melayani dengan baik dan memberikan data yang diperlukan oleh penulis dalam penyusunan skripsi.

8. Kepada teman – teman yang selalu membantu dalam penyusunan skripsi dari awal hingga akhir yang penulis tidak dapat sebutkan satu persatu.

Akhir kata penulis ucapakan banyak terima kasih kepada semua pihak yang terkait dalam penulisan skripsi ini, semoga karya tulis ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan. Semoga ridho – Nya senantiasa tercurah Kepadanya. Amin.

Makassar, April 2015

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ………...… i

HALAMAN JUDUL ………...… ii

HALAMAN PENGESAHAN ……… iii

HALAMAN PERNYATAAN ……….………… iv

ABSTRAK ………...…… v

KATA PENGANTAR ……… vi

DAFTAR ISI ……… viii

DAFTAR TABEL ……… x

DAFTAR GAMBAR ………... xi

DAFTAR LAMPIRAN ……… xii

I. PENDAHULUAN ……… 1

1.1 Latar Belakang ……… 1

1.2 Rumusan Masalah ……… 3

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ……… 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ……… 5

2.1 Pengertian Trend ……….….……… 5

2.2 Analisis Trend ………..……….……… 5

(10)

III. METODE PENELITIAN………...……… 15

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ……… 15

3.2 Teknik Penentuan Sampel ………...……… 15

3.3 Jenis dan Sumber Data ……… 16

3.4 Teknik Pengumpulan Data ……… 16

3.5 Teknik Analisis Data……… 17

3.6 Definisi Operasional ……… 18

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ……….… 19

1.1 Letak Geografis Kabupaten Gowa ………..……… 19

4.2 Kondisi Demografis Kabupaten Gowa ……… 22

4.3 Kondisi Pertanian Kabupaten Gowa ……… 26

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ………..……… 28

5.1 Identitas Responden ………...……….. 28

5.2 Trend Produksi Jagung di Sentra Kabupaten Gowa ……..……… 35

5.3 Analisis Trend Produksi Jagung di Sentra Kabupaten Gowa .…… 38

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ………..……… 41

6.1 Kesimpulan ……….… 41

6.2 Saran ……… 41 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Teks

1. Produksi Jagung di Kabupaten Gowa tahun 2004 -2013 ………..…… 3 2. Kecamatan, Ibu Kota Kecamatan, Jarak dan Luas Kecamatan

Tahun 2013 ………..……….…… 21 3. Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin

di Kabupaten Gowa tahun 2013 ………..……… 23 4. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kabupaten Gowa

Tahun 2013 ………..……….…… 24 5. Keadaan Penduduk Berdasarkan Matapencarian di Kabupaten

Gowa Tahun 2013 ………..………..… 25 6. Keadaan Penduduk Berdasarkan Pendidikan di Kabupaten Gowa

Tahun 2013 ………..………..……… 26 7. Identitas Responden Berdasarkan Umur di Kecamatan Bontomarannu,

Kecamatan Bontonompo Selatan, Kecamatan Bungaya, dan

Kecamatan Manuju Kabupaten Gowa ……..……… 29 8. Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

di Kecamatan Bontomarannu, Kecamatan Bontonompo Selatan,

Kecamatan Bungaya, dan Kecamatan Manuju Kabupaten Gowa … 31 9. Identitas Responden Berdasarkan Pengalaman Berusahatani

di Kecamatan Bontomarannu, Kecamatan Bontonompo Selatan,

Kecamatan Bungaya, dan Kecamatan Manuju Kabupaten Gowa ..… 32 10. Identitas Responden Berdasarkan Tanggungan Keluarga

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Teks

1. Kerangka fikir analisis trend produksi jagung di sentra

kabupaten Gowa ………..………...…… 14 2. Grafik Trend Produksi Jagung di Sentra Kabupaten Gowa

Tahun 2004 -2013 ………..……… 37 3. Grafik Analis Trend Produksi Jagung di Sentra Kabupaten Gowa

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

Teks

1. Kuesioner penelitian Produksi di Sentra Kabupaten Gowa………… 44 2. Gambar Peta Lokasi Penelitian ………..……… 48 3. Identitas Responden Petani Jagung Kecamatan Bontomarannu,

Kecamatan Bontonompo Selatan, Kecamatan Bungaya,

Kecamatan Manuju di Kabupaten Gowa ………..…….…… 49 4. Rekapitulasi Data Produksi Jagung di Kabupaten Gowa

Tahun 2004-2018 ………..……… 51 5. Dokumentasi Penelitian .……… 52

(14)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman jagung secara spesifik merupakan tanaman pangan yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia ataupun hewan. Jagung merupakan makanan pokok kedua setelah padi di Indonesia. Sedangkan berdasarkan urutan bahan makanan pokok di dunia, jagung menduduki urutan ketiga setelah gandum dan padi. Tanaman jagung hingga kini dimanfaatkan oleh masyarakat dalam berbagai bentuk penyajian, seperti : tepung jagung (maizena), minyak jagung, bahan pangan, serta sebagai pakan ternak dan lain – lainnya.

Kebutuhan jagung dalam negeri tergolong tinggi dan terus meningkat. Produksi jagung nasional hingga sekarang belum mampu memenuhi kebutuhan nasional, sehingga masih mengimpor jagung. Impor jagung untuk tahun 2005 turun dari tahun sebelumnya pada tahun 2004 impor jagung tercatat 1.080.000 ton, sementara ekspornya 32.000 ton. Lalu pada tahun 2005 impor jagung turun menjadi 400.000 ton dan ekspornya naik menjadi 60.000 ton. Sementara total produksi jagung Indonesia sebanyak 7.500.000 ton (Anonim, 2007).

Kebutuhan jagung dalam negeri untuk pakan tahun 2005 sudah mencapai 4,9 juta dan diprediksi tahun 2010 menjadi 6,6 juta ton. Secara nasional produksi jagung dalam kurun waktu 1968 – 2007 yang menunjukkan trend meningkat dengan laju 5,16% per tahun. Produksi jagung pada saat itu rata-rata 3,67 t/Ha pipilan kering dengan laju peningkatan 3,0%.

(15)

Provinsi Sulawesi Selatan adalah provinsi penghasil jagung terbesar keempat di Indonesia setelah Jawa Timur, Jawa Tengah dan Lampung (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 1988). Produksi jagung di Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2003 sebanyak 639.555 ton. Areal tersebut tersebar pada beberapa Kabupaten, seperti Bone, Sinjai, Bulukumba, Bantaeng, Jeneponto, Takalar, Gowa (Dinas TPH Sulsel, 2005).

Selama ini, potensi jagung di Sulawesi Selatan terbilang besar dengan lahan yang luas pula yakni 303,812 Ha (Dinas TPH Sul-Sel, 2005). Namun produktivitas tanaman jagung masih rendah sekitar 3 ton per Ha. Hal ini disebabkan karena jagung ditanam pada lahan dengan potensi produktivitas yang rendah. (Swastika, 2002).

Kabupaten Gowa merupakan salah satu daerah yang terdapat di daerah provinsi Sulawesi Selatan yang menghasilkan jagung, namun produksi yang dihasilkan belum mampu memenuhi kebutuhan jagung yang dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan.

Berdasarkan dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa data jumlah produksi jagung 10 tahun terakhir yaitu mulai dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2013 mengalami fluktuasi, dimana pada tahun 2004-2005 mengalami peningkatan dari 124.979 ton/Ha hingga 168.428 ton/Ha, tetapi pada tahun 2006 jumlah produksi menurun menjadi 144.052 ton/Ha, kemudian pada tahun 2007 kembali mengalami

(16)

kenaikan pada tahun 2009-2013 yaitu dari 192.248 ton/Ha sampai 234.768 ton/Ha .

Tabel 1. Produksi Jagung di Kabupaten Gowa tahun 2004 -2013

No Tahun Jumlah Produksi ton/Ha

1. 2004 124.979 2. 2005 168.428 3. 2006 144.052 4. 2007 177.245 5. 2008 172.610 6. 2009 192.248 7. 2010 207.687 8. 2011 219.183 9. 2012 227.219 10. 2013 234.768

Sumber : Badan Pusat Statistik, (2015).

Berdasarkan pada uraian tersebut maka, peneliti tertarik untuk melakukan suatu penelitian yang bertujuan untuk melihat Trend Produksi Jagung Di Sentra Kabupaten Gowa agar hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk mengetahui produksi jagung pada tahun – tahun yang akan datang dan dengan diketahuinya produksi jagung yang akan datang maka produksi jagung dapat lebih ditingkatkan lagi

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka, rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimanakah trend produksi jagung di sentra Kabupaten Gowa ?

(17)

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian yang dilakukan adalah mengetahui trend produksi jagung di sentra Kabupaten Gowa.

Kegunaan Penelitian 1. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan dan pengetahuan serta sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Bagi Pemerintah Daerah

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan pangan terutama yang berkaitan dengan produksi jagung dimasa yang akan datang.

3. Pihak Lain

Penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai informasi, wawasan, dan pengetahuan serta sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.

(18)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Trend

Trend merupakan peramalan suatu variabel dengan variabel bebasnya waktu atau gerakan dari deret berkala selama beberapa tahun dan cenderung menuju pada suatu arah, dimana arahnya dapat naik, mendatar, maupun menurun (Ibrahim,2003)

Trend adalah jangka panjang yang mendasari pertumbuhan atau penurunan dalam suatu data runtun waktu. Kekuatan – kekuatan dasar yang menghasilkan atau mempengaruhi trend dari suatu data runtun waktu adalah perubahan populasi, inflasi, perubahan teknologi dan peningkatan produktivitas (Arsyad,1994)

Trend atau kecenderungan merupakan hasil dari perkembangan di dalam jumlah penduduk, pembentukan modal dan teknologi ini dapat ditemukan dengan menyamakan garis lurus atau lengkung yang melalui penjualan yang lalu (Kotler,1993).

2.2 Analisis Trend

Analisis trend merupakan suatu metode analisis statistika yang ditujukan untuk melakukan suatu estimasi atau peramalan pada masa yang akan datang. Untuk melakukan peramalan dengan baik maka dibutuhkan berbagai macam informasi (data) yang cukup banyak dan diamati dalam periode waktu yang relatif cukup panjang, sehingga hasil analisis tersebut dapat mengetahui sampai berapa besar fluktuasi yang terjadi dan faktor-faktor apa saja yang memengaruhi terhadap perubahan tersebut.

(19)

Secara teoristis, dalam analisis runtun waktu (time series) hal yang paling menentukan adalah kualitas dan keakuratan dari data-data yang diperoleh, serta waktu atau periode dari data-data tersebut dikumpulkan. Jika data yang dikumpulkan tersebut semakin banyak maka semakin baik pula estimasi atau peramalan yang diperoleh. Sebaliknya, jika data yang dikumpulkan semakin sedikit maka hasil estimasi atau peramalannya akan semakin jelek.

Metode yang digunakan untuk analisis time series adalah

 Metode Garis Linier Secara Bebas (Free Hand Method),  Metode Setengah Rata-Rata (Semi Average Method),  Metode Rata-Rata Bergerak (Moving Average Method) dan  Metode Kuadrat Terkecil (Least Square Method).

Dalam penelitian ini akan lebih dikhususkan untuk membahas analisis time series dengan metode kuadrat terkecil Secara umum persamaan garis linier dari analisis time series adalah :

Y = a + b X.

Nilai a dan b ditentukan dengan rumus :

a

=

∑ ∑ (∑ )(∑ )

∑ (∑ )

b

=

∑ (∑ )(∑ )

∑ (∑ ) (Sudjana, 2005)

(20)

Sedangkan menurut Umar (1996) untuk mencari nilai a dan b juga bisa digunakan rumus sebagai berikut :

a =

dan b =

Keterangan :

Y = Variabel yang dicari trendnya X = Variabel waktu (tahun).

a = Jumlah konstanta ( nilai Y apabila X = 0 )

b = Besarnya perubahan variabel Y yang terjadi pada setiap perubahan 1 unit variabel X

2.3 Produksi

Teori produksi mengambarkan tentang keterkaitan diantara faktor-faktor produksi dengan tingkat produksi yang diciptakan. Teori produksi dapat dinyatakan dalam bentuk fungsi produksi dan tingkat produksi yang diciptakan. Faktor-faktor produksi dikenal pula dengan istilah input, dan jumlah produksi disebut output. (Sukirno,2000), dalam kaitannya dengan pertanian, produksi merupakan esensi dari suatu perekonomian. Untuk berproduksi diperlukan sejumlah input, dimana umumnya input yang diperlukan pada sektor pertanian adalah adanya kapital, tenaga kerja dan teknologi. Dengan demikian terdapat hubungan antara produksi dengan input, yaitu output maksimal yang dihasilkan dengan input tertentu atau disebut fungsi produksi.

Produksi sering diartikan sebagai penciptaan guna, yaitu kemampuan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia. Produksi dalam hal ini mencakup

(21)

pengertian yang luas yaitu meliputi semua aktifitas baik penciptaan barang maupun jasa-jasa. Proses penciptaan ini pada umumnya membutuhkan berbagai jenis faktor produksi yang dikombinasikan dalam jumlah dan kualitas tertentu.

Istilah faktor produksi sering pula disebut “korbanan produksi”, karena faktor

produksi tersebut dikorbankan untuk menghasilkan barang-barang produksi (Soekartawi, 1990).

Menurut Soekartawi (1993) produksi dipengaruhi oleh beberapa faktor produksi usahatani yang dapat menghasilkan produksi dengan baik adalah tanah, modal, tenaga kerja, dan pengolahan atau manajemen.

1. Tanah

Di Indonesia tanah merupakan faktor produksi yang sangat penting, dimana bagian masyarakat Indonesia sumber utamanya melalui faktor produksi tanah terutama untuk pembangunan lahan pertanian. Faktor tanah memiliki peranan atau fungsi yang menonjol, tanah merupakan alat untuk memproanduktif tenaga atau seluruh anggota keluarga petani.

2. Modal

Modal adalah salah satu faktor produksi yang dapat diartiakan sebagai tanah tenaga kerja yang merupakan investasi, sehingga modal merupakan faktor produksi yang sangat penting selain faktor produksi lainnya.

(22)

kerja tersebut tetapi dilihat dari kualitas dan macam tenaga kerja. (Soekartawi,1993).

Penggunaan tenaga kerja dalam pertanian mempunyai arti yang sangat penting karena dengan bekerjanya faktor produksi maka faktor produksi akan memberikan fungsi dan faktor lain dalam kegiatan pertanian. Dalam usahatani sebagian besar tenaga kerja dari keluarga petani itu sendiri karena merupakan sumbangan untuk keluarga itu sendiri pada proses produksi pertanian secara keseluruhan, usahatani juga sekali – kali membayar tenaga kerja tambahan misalnya dalam tahap penggarapan tanah, baik dalam bentuk penggarapan ternak maupun tenga kerja langsung. (Mubyarto,2003).

4. Pengolahan (Manajemen)

Peranan manajemen menjadi sangat penting, manajemen dapat diartikan sebagai seni dalam merencanakan dan mengorganisasikan dalam mengevaluasi suatu proses produksi, karena proses produksi melibatkan sejumlah orang (tenaga kerja) dari berbagai tindakan. Maka manajemen berarti pula bagaimana mengelola orang – orang tersebut dalam tindakan atau tahapan proses produksi dalam faktor manajemen ini banyak dipengaruhi oleh berbagai aspek seperti tingkat pendidikan, keterampilan, skala usaha, dan lain – lain (Soekartawi,1993).

Fungsi produksi didefinisikan sebagai hubungan teknis antara input dengan output, yang mana hubungan ini menunjukkan output sebagai fungsi dari input. Fungsi produksi dalam beberapa pembahasan ekonomi produksi banyak diminati dan dianggap penting karena (Soekartawi, 1990):

(23)

1. Fungsi produksi dapat menjelaskan hubungan antara faktor produksi dengan produksi itu sendiri secara langsung dan hubungan tersebut dapat lebih mudah dimengerti.

2. Fungsi produksi mampu mengetahui hubungan antara variabel yang dijelaskan (Q), dengan variabel yang menjelaskan (X) serta sekaligus mampu mengetahui hubungan antar variabel penjelasnya (antara X dengan X yang lain).

Secara matematis sederhana, fungsi produksi dapat ditulis sebagai berikut :

Output = ƒ (input)…………...………..(2.1)

Q = f (X1, X2, X3, ..., Xi), Keterangan :

Q = output

Xi = input yang digunakan dalam proses produksi; i = 1,2,3,..., n.

Input yang digunakan dalam proses produksi antara lain adalah modal, tenaga kerja, dummy, dan lain-lain. Dalam ilmu ekonomi, output dinotasikan dengan Q sedangkan input (faktor produksi) yang digunakan biasanya (untuk penyederhanaan) terdiri dari input kapital (K) dan tenaga kerja (L).

Dengan demikian : Q = ƒ (K, L)...(2.2)

2.4 Jagung

Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di

(24)

sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari bulir), dibuat tepung (dari bulir, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung bulir dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi.

Berdasarkan temuan-temuan genetik, antropologi, dan arkeologi diketahui bahwa daerah asal jagung adalah Amerika Tengah (Meksiko bagian selatan). Budidaya jagung telah dilakukan di daerah ini 10.000 tahun yang lalu, lalu teknologi ini dibawa ke Amerika Selatan (Ekuador) sekitar 7000 tahun yang lalu, dan mencapai daerah pegunungan di selatan Peru pada 4.000 tahun yang lalu. Kajian filogenetik menunjukkan bahwa jagung budidaya (Zea mays ssp. mays) merupakan keturunan langsung dari teosinte (Zea mays ssp. parviglumis). Dalam proses domestikasinya, yang berlangsung paling tidak 7.000 tahun oleh penduduk asli setempat, masuk gen-gen dari subspesies lain, terutama Zea mays ssp. mexicana. Istilah teosinte sebenarnya digunakan untuk menggambarkan semua spesies dalam genus Zea, kecuali Zea mays ssp. mays. Proses domestikasi menjadikan jagung merupakan satu-satunya spesies tumbuhan yang tidak dapat hidup secara liar di alam. Hingga kini dikenal 50.000 kultivar jagung, baik yang terbentuk secara alami maupun dirakit melalui pemuliaan tanaman.

Jagung merupakan tanaman semusim (Annual Plants). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80 – 150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif, dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif.

(25)

Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya memiliki ketinggian antara 1 meter sampai 3 meter, namun ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6 meter. Tinggi tanaman bisa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum bunga jantan (Anonim,2011).

Jagung adalah termasuk tanaman monokotil (tumbuhan berbiji tunggal) sehingga perakarannya pun tergolong akar serabut yang kedalamannya dapat mencapai 8 meter, meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 meter. Batang tanaman jagung tegak dan mudah terlihat, seperti sorgum dan tebu (Suprapto,2001).

Menurut (Mubyarto, 2002) manfaat jagung sebagai berikut : 1. Buahnya merupakan sumber karbohidrat bagi manusia.

2. Sebagai salah satu sumber pangan pokok.

3. Daunnya dapat digunakan untuk pakan ternak kambing, sapi, maupun kerbau. 4. Batangnya yang sudah kering dapat digunakan untuk kayu bakar.

5. Tulang jagung (jenggel) dapat digunakan sebagai kayu bakar.

6. Kulit dari buah jagung dapat digunakan sebagai pengganti kertas sigaret pada rokok, serta dapat digunakan sebagai bungkus makanan kecil seperti dodol 7. Buahnya dapat diolah menjadi berbagai macam makanan, seperti nasi jagung,

jagung bakar, berondong (popccorn), dan juga sebagai pakan ternak.

(26)

sebagai makanan pokok, jagung juga merupakan bahan baku makanan ternak. Kebutuhan akan konsumsi jagung di Indonesia terus meningkat akan tetapi Negara Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan konsumsi jagung yang ada. Hal inilah yang membuat Negara Indonesia mengimpor jagung dari luar negeri untuk memenuhi kebutuhan akan konsumsi jagung dalam negeri.

Pemerintah telah melakukan berbagai cara dalam hal meningkatkatkan produksi jagung di Indonesia, mulai dari penggunaan benih unggul sampai dengan perluasan lahan tanam untuk pembudidayaan jagung. Meskipun produksi jagung sudah meningkat dari tahun – ketahun akan tetapi produksi jagung yang ada masih belum mampu memenuhi permintaan konsumen yang juga terus meningkat. Dengan melihat data – data produksi jagung pada tahun – tahun sebelumnya maka dapat diramalkan produksi jagung dimasa yang akan datang melalui analisis trend (time series) dengan menggunakan metode kuadrat terkecil. Peramalan dengan metode kuadrat terkecil akan menghasilkan jumlah kuadrat kesalahan-kesalahan terkecil.

Analisis trend dengan metode kuadrat terkecil (Least Square Method) yang bertujuan untuk melihat produksi jagung 5 tahun yang akan datang, maka digunakan persamaan sebagai berikut : Y = a + b X.

Keterangan :

Y = Variabel yang dicari trendnya ( Produksi jagung ) X = Variabel waktu (tahun).

(27)

b = Besarnya perubahan variabel Y yang terjadi pada setiap perubahan 1 unit variabel X

Sedangkan untuk mencari nilai konstanta (a) dan parameter (b) adalah :

a =

dan b =

dari uraian di atas tentang peramalan produksi jagung di masa yang akan datang maka dapat digambarkan kerangka berpikir sebagai berikut :

Gambar 1. Kerangka pikir analisis trend produksi jagung di sentra kabupaten Gowa Jagung Produksi Analisis Trend Hasil Panen Kabupaten Gowa

(28)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Gowa dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Gowa merupakan salah satu Kabupaten yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan yang memiliki potensi untuk memproduksi jagung. Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan yaitu dari bulan juni sampai Juli tahun 2015.

3.2 Teknik Penentuan Responden

Tehnik penentuan responden dalam penelitian ini adalah secara Purposive sample atau sampel bertujuan, dimana menurut Arikunto (2013), sampel bertujuan dilakukan karena beberapa pertimbangan, misalnya keterbatasan waktu, tenaga, dan dana, sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar dan jauh.

Berdasarkan pernyataan tersebut maka peneliti tidak dapat mengambil sampel pada semua kecamatan yang ada di Kabupaten Gowa di karenakan adanya keterbatasan waktu , tenaga, dan dana yang dimiliki, maka diambillah 2 kecamatan dari dataran rendah yaitu Kecamatan Bontomarannu dan Kecamatan Bontonompo Selatan, dan 2 kecamatan dari dataran tinggi antaralain Kecamatan Bungaya dan Kecamatan Manuju, dengan pertimbangan keempat kecamatan tersebut merupakan kecamatan yang para petaninya sedang menanam jagung, dimana responden yang akan diambil terdiri dari 9 petani jagung pada masing – masing kecamatan. Jadi secara keseluruhan jumlah responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah 36 orang petani jagung.

(29)

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah Data Kuantitatif dan data Kualitatif. 1. Data kuantitatif adalah jenis data yang berupa bilangan atau angka – angka

yang berhubungan dengan penelitian, seperti pada perhitungan data time series dengan metode kuadrat terkecil.

2. Data Kualitatif adalah jenis data yang berupa kalimat atau pernyataan yang berhubungan dengan penelitian, seperti : jawaban – jawaban dari petani jagung

Sumber data dalam penelitian ini adalah Data Primer dan Data Sekunder. 1. Data Primer adalah data yang diperoleh melalui wawancara langsung dengan

petani jagung

2. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi atau lembaga yang berhubungan dengan penelitian ini. Dalam penelitian ini data diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series 10 tahun terakhir yaitu mulai dari tahun 2004 sampai 2013, meliputi data produksi jagung di Sentra Kabupaten Gowa.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Teknik ini digunakan dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap objek yang akan diteliti sehingga didapatkan gambaran yang jelas mengenai

(30)

2. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan mengadakan tanya jawab dengan petani jagung dan petugas instansi atau lembaga pemerintah yang terkait dengan penelitian yaitu wawancara dengan petugas BPS Kabupaten Gowa.

3. Pencatatan

Teknik ini dilakukan untuk memperoleh data primer dan data sekunder yaitu dengan melakukan pencatatan terhadap jawaban – jawaban dari petani jagung dan melakukan pencatatan data yang ada pada instansi atau lembaga pemerintah yang terkait dengan penelitian

3.5 Teknik Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis trend dengan metode kuadrat terkecil (Least Square Method) yang bertujuan untuk melihat produksi jagung lima tahun kedepan, maka digunakan persamaan sebagai berikut : Y = a + b X.

Keterangan :

Y = Variabel yang dicari trendnya ( Produksi jagung ) X = Variabel waktu (tahun).

a = Jumlah konstanta ( nilai Y apabila X = 0 )

b = Besarnya perubahan variabel Y yang terjadi pada setiap perubahan 1 unit variabel X (besarnya perubahan trend)

Sedangkan untuk mencari nilai konstanta (a) dan parameter (b) adalah :

a =

dan b =

(31)

3.6 Defenisi Operasional

1. Analisis adalah suatu usaha untuk mengamati secara detail sesuatu hal atau benda dengan cara menguraikan komponen – komponen pembentuknya atau penyusunnya untuk dikaji lebih lanjut.

2. Trend merupakan peramalan suatu variabel dengan variabel bebasnya waktu atau gerakan dari deret berkala selama beberapa tahun dan cenderung menuju pada suatu arah

3. Analisis trend adalah suatu metode analisis yang ditujukan untuk melakukan suatu estimasi atau peramalan pada masa yang akan datang.

4. Produksi adalah segala kegiatan yang ditujukan untuk menciptakan atau menambah guna atas suatu benda untuk memenuhi kebutuhan kepuasan manusia.

5. Jagung adalah salah satu tanaman monokotil (tumbuhan berbiji tunggal) yang perakarannya tergolong ke dalam akar serabut.

6. Sentra adalah unit kecil kawasan yang memiliki ciri tertentu dimana didalamnya terdapat kegitan proses produksi dan merupakan area yang lebih khusus untuk suatu komoditi kegiatan ekonomi.

(32)

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Letak Geografis Kabupaten Gowa

Kabupaten Gowa berada pada 12°38.16' Bujur Timur dari Jakarta dan 5°33.6' Bujur Timur dari Kutub Utara. Sedangkan letak wilayah administrasinya antara 12°33.19' hingga 13°15.17' Bujur Timur dan 5°5' hingga 5°34.7' Lintang Selatan dari Jakarta. Kabupaten yang berada pada bagian selatan Provinsi Sulawesi Selatan ini berbatasan dengan 7 kabupaten/kota lain, yaitu :

 Di sebelah Utara berbatasan dengan Kota Makassar dan Kabupaten Maros.

 Di sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Sinjai, Bulukumba, dan Bantaeng.

 Di sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Takalar dan Jeneponto sedangkan

 Di bagian Barat berbatasan dengan Kota Makassar dan Takalar.

Luas wilayah Kabupaten Gowa adalah 1.883,33 km2 atau sama dengan 3,01% dari luas wilayah Provinsi Sulawesi Selatan. Wilayah Kabupaten Gowa terbagi dalam 18 Kecamatan dengan jumlah Desa/Kelurahan definitif sebanyak 167 dan 726 Dusun/Lingkungan. Wilayah Kabupaten Gowa sebagian besar berupa dataran tinggi berbukit-bukit, yaitu sekitar 72,26% yang meliputi 9 kecamatan yakni Kecamatan Parangloe, Manuju, Tinggimoncong, Tombolo Pao, Parigi, Bungaya, Bontolempangan, Tompobulu dan Biringbulu. Selebihnya 27,74% berupa dataran rendah dengan topografi tanah yang datar meliputi 9 Kecamatan yakni Kecamatan Somba Opu, Bontomarannu, Pattallassang,

(33)

Pallangga, Barombong, Bajeng, Bajeng Barat, Bontonompo dan Bontonompo Selatan.

Dari total luas Kabupaten Gowa, 35,30% mempunyai kemiringan tanah di atas 40 derajat, yaitu pada wilayah Kecamatan Parangloe, Tinggimoncong, Bungaya, Bontolempangan dan Tompobulu. Dengan bentuk topografi wilayah yang sebahagian besar berupa dataran tinggi, wilayah Kabupaten Gowa dilalui oleh 15 sungai besar dan kecil yang sangat potensial sebagai sumber tenaga listrik dan untuk pengairan. Salah satu diantaranya sungai terbesar di Sulawesi Selatan adalah sungai Jeneberang dengan luas 881 Km2dan panjang 90 Km. Di atas aliran sungai Jeneberang oleh Pemerintah Kabupaten Gowa yang bekerja sama dengan Pemerintah Jepang, telah membangun proyek multifungsi DAM Bili-Bili dengan luas + 2.415 Km2yang dapat menyediakan air irigasi seluas + 24.600 Ha, komsumsi air bersih (PAM) untuk masyarakat Kabupaten Gowa dan Makassar sebanyak 35.000.000 m3dan untuk pembangkit tenaga listrik tenaga air yang berkekuatan 16,30 Mega Watt.

Seperti halnya dengan daerah lain di Indonesia, di Kabupaten Gowa hanya dikenal dua musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Biasanya musim kemarau dimulai pada Bulan Juni hingga September, sedangkan musim hujan dimulai pada Bulan Desember hingga Maret. Keadaan seperti itu berganti setiap setengah tahun setelah melewati masa peralihan, yaitu Bulan April-Mei dan

(34)

Jumlah penduduk Kabupaten Gowa pada tahun 2009 sebesar 695.697 jiwa, laki-laki berjumlah 344.740 jiwa dan perempuan sebanyak 350.957 jiwa. Dari jumlah penduduk tersebut 99,18% adalah pemeluk Agama Islam.

Curah hujan di Kabupaten Gowa yaitu 237,75 mm dengan suhu 27,125°C. Curah hujan tertinggi yang dipantau oleh beberapa stasiun/pos pengamatan terjadi pada Bulan Desember yang mencapai rata-rata 676 mm, sedangkan curah hujan terendah pada Bulan Juli - September yang bisa dikatakan hampir tidak ada hujan.Untuk lebih jelasnya gambaran umum kecamatan yang ada dalam wilayah Kabupaten Gowa berdasarkan komposisi luas dan jarak dari Sungguminasa sebagai Ibukota Kabupaten Gowa dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kecamatan, Ibu Kota Kecamatan, Jarak dan Luas Kecamatan Tahun 2013

No Kecamatan Ibu Kota Jarak dari Ibu Kota (Km)

Luas Kecamatan

( )

1 Bontonompo Tamallayang 16,00 30,36 2 Bontonompo Selatan Pabundukang 30,00 29,24 3 Bajeng Kalebajeng 12,00 60,09 4 Bajeng Barat Borimatangkasa 15,80 19,04 5 Pallangga Mangngalli 2,45 48,24 6 Barombong Kanjilo 6,50 20,26 7 Somba Opu Sungguminasa 0,00 28,09 8 Bontomarannu Borongloe 9,00 52,63 9 Pattallassang Pattallassang 13,00 84,96 10 Parangloe Lanna 27,00 221,26 11 Manuju Moncongloe 20,00 91,90 12 Tinggi Moncong Malino 59,00 142,87 13 Tombolo Pao Tamaona 90,00 251,82 14 Parigi Majannang 70,00 132,76 15 Bungaya Sapaya 46,00 175,53 16 Bontolempangan Bontoloe 63,00 142,46 17 Tompobulu Malakaji 125,00 132,54 18 Biringbulu Lauwa 140,00 218,84

(35)

Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa kecamatan yang memiliki jarak paling jauh dari ibu kota adalah Kecamatan Biringbulu dengan nama ibu kota Lauwa yang berjarak 140,00 Km, dan Kecamatan yang memiliki jarak paling dekat adalah Kecamatan Somba Opu dengan nama ibu kota Sungguminasa yang berjarak 0,00 Km. Sedangkan kecamatan yang yang memiliki wilayah paling luas adalah Kecamatan Tombolo Pao dengan luas 251,82 Km2, dan Kecamatan yang memiliki wilayah paling kecil adalah Kecamatan Bajeng Barat dengan luas 19,04 Km2.

4.2 Kondisi Demografis Kabupaten Gowa

Kondisi demografis Kabupaten Gowa dapat di lihat dengan keadaan penduduk berdasarkan jenis kelamin, keadaan penduduk berdasarkan umur, keadaan penduduk berdasarkan mata pencaharian, dan keadaan penduduk berdasarkan pendidikan.

4.2.1 Keadaan Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Jumlah penduduk Kabupaten Gowa menurut kecamatan dan Jenis kelaminnya pada tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 3 yang menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kabupaten Gowa berdasarkan kecamatan memiliki jumlah penduduk sebesar 691.309, dengan pembagian jenis kelamin laki – laki 339.575 dan perempuan 351.734.

(36)

Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Kabupaten Gowa tahun 2013

No Kecamatan Jenis Kelamin Jumlah

Laki - Laki Perempuan

1 Bontonompo 19.924 21.680 41.604 2 Bontonompo Selatan 14.429 15.716 30.145 3 Bajeng 32.574 33.423 65.997 4 Bajeng Barat 11.834 12.431 24.265 5 Pallangga 51.530 52.993 104.523 6 Barombong 18.031 18.524 36.555 7 Somba Opu 68.398 69.544 137.942 8 Bontomarannu 16.401 16.685 33.086 9 Pattallassang 11.515 11.651 23.166 10 Parangloe 8.571 8.967 17.538 11 Manuju 7.248 7.673 14.921 12 Tinggi Moncong 11.637 11.801 23.438 13 Tombolo Pao 14.445 14.009 28.454 14 Parigi 6.585 7.724 13.859 15 Bungaya 8.142 8.636 16.778 16 Bontolempangan 6.768 7.348 14.116 17 Tompobulu 14.817 15.857 30.674 18 Biringbulu 16.726 17.522 34.248 Jumlah 339.575 351.734 691.309

Sumber : BPS Kabupaten Gowa dalam Angka (2014) 4.2.2 Keadaan Penduduk Berdasarkan Umur

Keadaan penduduk Kabupaten Gowa berdasarkan umur dan dan jenis kelaminnya dapat dilihat pada Tabel 4.

(37)

Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten Gowa Tahun 2013

No Kelompok Umur Jenis Kelamin Jumlah

Laki - Laki Perempuan

1 0 – 4 30,552 37,285 67,838 2 5 – 9 43,800 32,998 76,797 3 10 – 14 39,124 38,556 77,480 4 15 – 19 29,156 27,127 56,283 5 20 – 24 30,459 28,078 58,533 6 25 – 29 23,634 30,487 54,121 7 30 – 34 23,620 28,943 52,653 8 35 – 39 29,093 28,078 57,171 9 40 – 44 22,644 26,438 49,083 10 45 – 49 19,567 18,194 37,760 11 50 – 54 15,802 14,523 30,324 12 55 – 59 9,855 11,791 21,647 13 60 – 64 8,859 11,077 19,936 14 65 + 13.410 18.368 19.860 Jumlah 339.579 351.734 691.309

Sumber : BPS Kabupaten Gowa dalam Angka( 2014)

Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa kelompok umur yang paling terbanyak adalah 5 – 9 tahun yaitu dengan jumlah 43,800 dan paling terendah adalah 60 – 64 tahun yaitu dengan jumlah 8,859 pada jenis kelamin laki – laki sedangkan pada jenis kelamin perempuan tertinggi adalah pada umur 10 – 14 tahun yaitu dengan jumlah 38,556 dan yang terendah adalah umur 60 – 64 yaitu

(38)

4.2.3 Keadaan Penduduk Berdasarkan mata Pencaharian

Kabupaten Gowa adalah Kabupaten yang sebagian besar penduduknya memiliki jenis mata pencaharian sebagai tenaga guru, tenaga kesehatan, dan tenaga teknis. Untuk lebih jelasnya jenis mata pencaharian penduduk di Kabupaten Gowa dapat di lihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Kabupaten Gowa Tahun 2013

No Matapencarian Jenis Kelamin Jumlah

Laki - Laki Perempuan

1 Tenaga Guru 1.748 3.087 4.835 2 Tenaga Kesehatan 2.48 8.44 1.092 3 Tenaga Teknis 1.687 1.004 2.701

Jumlah 3.693 4.935 8.628

Sumber : BPS Kabupaten Gowa dalam Angka (2014)

Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa mata pencaharian penduduk Kabupaten Gowa sebagian besar adalah tenaga guru, tenaga kesehatan dan tenaga teknis.

4.2.4 Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi kemajuan dalam suatu masyarakat atau suatu daerah. Tingkat pendidikan juga merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi keberhasilan petani dalam melaksanakan usahataninya, baik dalam pengelolaan usahatani maupun kemampuan untuk mengadopsi pengetahuan yang berhubungan dengan pertanian. Jumlah penduduk yang ada di Kabupaten Gowa berdasarkan tingkat pendidikannya dapat dilihat pada Tabel 6.

(39)

Tabel 6. Keadaan Penduduk Berdasarkan Pendidikan di Kabupaten Gowa Tahun 2013

No Pendidikan yang di Tamatkan

Jenis Kelamin Persentase

Laki - Laki Perempuan Laki – Laki Perempuan 1 Tidak/Belum Tamat SD 71.363 63.143 30,34 26,73 2 SD/MI 58.184 70.070 24,74 29,66 3 SLTP/MTS/SEDERAJAT 42.234 37.825 17,96 16,01 4 SLTA/MA/SEDERAJAT 33.567 39.647 14,27 16,78 5 SMK 14.289 8.041 6,08 3,40 6 Diploma I/II 1.483 3.118 0,63 1,32 7 Diploma III Sarjana Muda 2.646 3.077 1,13 1,30 8 Diploma IV/S-1,S-2,S-3 11.434 11.331 4,86 4,80

Jumlah 235.198 236.252 100,00 100,00

Sumber : BPS Kabupaten Gowa dalam Angka (2014)

Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa penduduk Kabupaten Gowa memiliki jumlah penduduk laki – laki yang mengikuti pendidikan sebesar 235.198 dan perempuan sebesar 236.252 dengan berbagai macam tingkatan pendidikan yang dijalani.

4.3 Kondisi Pertanian Kabupaten Gowa

Potensi Kabupaten Gowa yang sesungguhnya adalah sektor pertanian. Pekerjaan utama penduduk kabupaten Gowa adalah bercocok tanam dengan sub sektor pertanian tanaman pangan sebagai andalan. Pada tahun 2009, Sektor pertanian tumbuh sebesar 5,23 persen, lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Pertumbuhan positif ini tidak lepas dari peran sub sektor-sub sektor

(40)

ubi kayu dan tanaman bahan makanan lainnya mengalami kenaikan. Pada Tahun 2009 produksi padi (padi sawah dan padi ladang) mengalami kenaikan sekitar 14,18 persen dibandingkan dengan Tahun 2008, yaitu dari 217.991 ton menjadi 248.912 ton, walaupun luas panen menurun 1,61 persen. Dilihat dari sisi produktivitas dan jenis padinya, produktivitas padi sawah sebesar 52,72 kwintal/ha, sedangkan produktivitas padi ladang 39,77 kwintal/ha.

Kecamatan-kecamatan yang berada di dataran tinggi seperti Parangloe, Bungaya dan terutama Tinggi moncong merupakan sentra penghasil sayur-mayur. Sayuran yang paling banyak dibudidayakan adalah kentang, kubis, sawi, bawang daun dan buncis. Per tahunnya hasil panen sayur-sayuran melebihi 5.000 ton. Sayuran dari Kabupaten Gowa mampu memenuhi pasar Kota Makassar dan sekitarnya, bahkan sampai ke Pulau Kalimantan dan Maluku melalui Pelabuhan Parepare dan Pelabuhan Mamuju. Selain bertani sayur yang memiliki masa tanam pendek, petani Gowa juga banyak yang bertani tanaman umur panjang. Salah satunya adalah tanaman markisa (Fassifora sp). Mengunjungi Makassar kurang afdol rasanya kalau tidak membawa buah tangan sirup atau juice markisa. Jika kita melihat pemandangan di bandara atau pelabuhan, kebanyakan para calon penumpang yang akan meninggalkan Makassar membawa sari buah beraroma segar ini. Tanaman yang berasal dari daratan Amerika Selatan ini identik dengan Sulawesi Selatan. Desa Kanreapia, Kecamatan Tinggi moncong merupakan salah satu daerah penghasil markisa di Kabupaten Gowa.

(41)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Identitas Responden

Identitas petani responden yang diuraikan berikut menggambarkan keberagaman petani responden dari beberapa aspek yaitu umur responden, tingkat pendidikan, luas lahan, pengalaman berusahatani, dan jumlah tanggungan keluarga. Identitas seorang responden akan sangat membantu dalam proses penelitian karena dapat memberikan informasi tentang keadaan usahataninya.

Petani merupakan orang yang melakukan usaha dalam memenuhi kebutuhannya dibidang pertanian. Untuk memperolah informasi tentang usahatani yang diusahakannya, maka identitas petani responden merupakan salah satu hal penting yang dapat membantu kelancaran proses penelitian.

Responden dalam penelitian ini adalah petani jagung yang diambil secara sengaja yang terdiri dari 2 kecamatan dataran rendah yaitu Kecamatan Bontonompo Selatan dan Kecamtan Bontomarannu dan 2 dari Kecamatan dataran tinggi antaralain Kecamatan Bungaya dan Kecamatan Manuju yang berada di Kabupaten Gowa, dengan jumlah responden yang dijadikan sebagai sampel sebanyak 36 orang petani jagung yang diambil 9 orang petani jagung pada masing

– masing kecamatan.

Berikut ini merupakan pembahasan mengenai identitas petani responden yang meliputi umur responden, tingkat pendidikan, pengalaman berusahatani,

(42)

5.1.1 Umur Responden

Umur merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berpartisipasi dalam berbagai aktivitas, termasuk dalam hal ini berusahatani dilahan sawah ataupun lahan tegalan. Pada umumnya petani yang memiliki umur yang lebih muda dan masih sehat jasmaninya mempunyai fisik yang lebih kuat.

Umur petani akan mempengaruhi kemampuan fisik bekerja dan cara berfikir, pada umumnya petani yang berumur muda dan sehat lebih cepat menerima hal – hal baru yang dianjurkan karena mereka lebih berani menanggung resiko. Petani yang berumur muda belum memiliki banyak pengalaman karena itu mereka lebih dinamis untuk mengimbangi kekurangan tersebut. Pada responden petani jagung dalam mengelola usahataninya memiliki tingkat umur yang bervariasi, variasi umur responden dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Identitas Responden Berdasarkan Umur di Kecamatan Bontomarannu, Kecamatan Bontonompo Selatan, Kecamatan Bungaya, dan Kecamatan Manuju Kabupaten Gowa

No Umur Responde (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 23 – 28 1 2,78 2 29 – 34 5 13,89 3 35 – 40 5 13,89 4 41 – 46 8 22,22 5 47 – 52 5 13,89 6 53 – 58 9 25 7 59 – 64 1 2,78 8 65 – 70 2 5,55 Jumlah 36 100

(43)

Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa menurut pengelompokan umur, responden terbanyak petani jagung memiliki umur 53 – 58 tahun yang terdiri dari 9 orang dari 36 responden yang memiliki persentase sebesar 25%, dengan umur termuda adalah 23 tahun dan umur yang tertua adalah 70 tahun. Hal ini berarti bahwa terdapat kecenderungan sebagian besar petani yang membudidayakan tanaman jagung di Kabupaten Gowa relatife lebih susah menerima informasi dan inovasi yang diberikan karena faktor umur yang sudah tidak muda lagi, dengan faktor umur yang mendominasi tersebut mempengaruhi kinerja petani dalam mengelola usahataninya sehingga dengan kinerja yang lamban tersebut petani kurang mampu untuk meningkatkan produksi jagung yang dikelolanya.

5.1.2 Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan suatu alat yang digunakan untuk meningkatkan kualitas manusia untuk menjadi lebih cerdas dan dapat mengasah kemampuan yang dimiliki agar dapat lebih berkembang dari segi pemikiran dan rasa percara diri. Tingkat pendidikan petani yang relatife memadai akan mempengaruhi cara berfikir petani, dimana pada umumnya petani yang mempunyai tingkat pendidikan yang lebih tinggi cenderung lebih cepat menerima inovasi baru dibandingkan dengan dengan tingkat pendidikan yang rendah.

Tingkat pendidikan yang dimaksud disini adalah pendidikan formal yang merupakan pendidikan yang diselenggarakan disekolah – sekolah pada umumnya.

(44)

yang dapat mengembangkan usahatani yang diusahakannya. Berikut ini adalah Tabel 8 yang memperlihatkan identitas responden berdasarkan tingkat pendidikannya.

Tabel 8. Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kecamatan Bontomarannu, Kecamatan Bontonompo Selatan, Kecamatan Bungaya, dan Kecamatan Manuju Kabupaten Gowa

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Tidak Sekolah 6 16,67

2 SD 19 52,78

3 SMP 7 19,44

4 SMA 4 11,11

Jumlah 36 100

Sember : BPS, Data Primer telah diolah (2015)

Berdasarkan data Tabel 8 dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan yang dimiliki oleh responden petani jagung yang ada di Kabupaten Gowa yang paling terbanyak pertama adalah SD yang berjumlah 19 orang dengan persentase 52,78% dan yang kedua adalah SMP yang berjumlah 7 orang dengan persentase 19,44% sedangkan yang ketiga adalah Tidak Sekolah yang berjumlah 6 orang dengan persentase 16,67% dan yang ke empat adalah SMA yang berjumlah 4 orang dengan persentase 11,11%.

Persentase data Tabel 8 dapat menunjukkan bahwa tingkat pendidikan petani jagung di Kabupaten Gowa masih tergolong rendah sehingga para petani masih susah dalam pengembangan usahataninya dikarenakan masih rendah atau kurangnya pengetahuan yang dimiliki, dengan pengetahuan petani yang masih terbilang rendah inilah yang mengakibatkan kurang mampunya petani

(45)

memanfaatkan teknologi – teknologi baru yang mampu meningkatkan produksi usahatani jagung yang dikelolanya.

5.1.3 Pengalaman Berusahatani

Pengalaman berusahatani adalah waktu yang telah digunakan petani dalam menjalankan pekerjaannya sebagai seorang petani yang dimana pengalaman usahatani dari seorang petani berpengaruh terhadap pola pengelolaan usahataninya, karena terdapat kecenderungan bahwa petani yang pengalaman usahataninya cukup lama maka juga memiliki kemampuan berusahatani yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutrisno (2009), petani yang usianya lebih tua mempunyai pengalaman yang lebih banyak dibandingkan dengan petani yang umumnya lebih muda. Berikut ini adalah Tabel 9, yang memperlihatkan lama pengalaman kerja dari petani jagung.

Tabel 9. Identitas Responden Berdasarkan Pengalaman Berusahatani di Kecamatan Bontomarannu, Kecamatan Bontonompo Selatan, Kecamatan Bungaya, dan Kecamatan Manuju Kabupaten Gowa No Lama Berusahatani

(tahun)

Jumlah (orang) Persentase (%)

1 2 – 8 10 27,78 2 9 – 15 9 25 3 16 – 22 11 30,56 4 23 – 29 2 5,55 5 30 – 36 3 8,33 6 37 – 43 - -7 44 – 50 1 2,77

(46)

Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa pengalaman berusahatani responden paling lama 16 – 22 tahun yang berjumlah 11 0rang dari 36 orang petani jagung dengan persentase 30,56% dan paling sedikit diatas 2 tahun yang berjumlah 10 orang dengan persentase 27,78%. Hal ini menujukkan bahwa pengalaman petani dalam berusahatani sudah lumayan lama sehingga dalam mengolah usahataninya, petani jagung yang ada di Kabupaten Gowa mengandalkan pengalaman yang didapatkan dari pengalaman yang telah dilalui sehingga petani kurang terbuka dalam menerima inovasi – inovasi baru yang dapat lebih meningkatkan produksi jagung yang ada di Kabupaten Gowa.

5.1.4 Jumlah Tanggungan Keluarga

Setiap responden memiliki keluarga yang didalamnya terdapat tanggungan kepala keluarga yang harus dinafkahi karena kepala keluarga merupakan tulang punggung keluarga yang harus bertanggung jawab terhadap anggota keluarganya untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.

Keluarga responden petani jagung terdiri dari petani itu sendiri yang berperan sebagai kepala keluarga, istri, anak dan tanggungan lainnya yang berstatus tinggal bersama mereka, sebagian besar petani dalam mengelola usahataninya menggunakan tenaga kerja yang berasal dari keluarga sendiri. Semakin besar jumlah tanggungan keluarga maka semakin dinamis dalam usahataninya karena petani terdorong oleh tanggung jawab terhadap keluarganya. Jumlah rata – rata tanggungan keluarga responden dapat kita lihat pada Tabel 10.

(47)

Tabel 10. Identitas Responden Berdasarkan Tanggungan Keluarga di Kecamatan Bontomarannu, Kecamatan Bontonompo Selatan, Kecamatan Bungaya, dan Kecamatan Manuju Kabupaten Gowa

No Tanggungan Keluarga (orang) Jumlah (KK) Persentase (%) 1 1 3 8,33 2 2 7 19,44 3 3 10 27,78 4 4 9 25 5 5 2 5,56 6 6 2 5,56 7 7 3 8,33 Jumlah 36 100

Sumber : Data Primer telah diolah, (2015)

Berdasarkan Tabel 10 dapat lihat bahwa jumlah tanggungan keluarga dari responden petani jagung di Kabupaten Gowa yang mendominasi 3 orang yaitu sebanyak 10 KK dengan persentase 27,78%. Kemudian tanggungan keluarga yang paling sedikit yaitu 1 orang dengan jumlah 3 KK dengan persentase 8,33%, sedangkan jumlah tanggungan terbanyak yaitu 7 orang dengan jumlah 3 KK dengan persentasenya 8,33%. Hal ini menunjukkan bahwa dalam mengelola usahatani jagung, selain menggunakan tenaga kerja keluarga petani juga menggunakan tenga kerja sewa sehingga lebih mempercepat dalam mengelola usahataninya karena tenakerja dari keluarga masi belum memadai.

(48)

yang dikembangkan oleh petani, terkhususnya bagi usahatani jagung itu sendiri. Luas lahan petani jagung yang di teliti pada empat kecamatan yang berada di Kabupaten Gowa dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Identitas Responden Berdasarkan Luas Lahan di Kecamatan Bontomarannu, Kecamatan Bontonompo Selatan, Kecamatan Bungaya, dan Kecamatan Manuju Kabupaten Gowa

No Luas Lahan (Ha) Jumlah (orang) Persentase (%)

1 0,05 – 0,20 3 8,33 2 0,21 – 0,36 9 25 3 0,37 – 0,52 10 27,78 4 0,53 – 0,68 4 11,11 5 0,69 – 0,84 2 5,56 6 0,85 – 1,00 8 22,22 Jumlah 36 100

Sumber : Data Primer telah diolah, (2015)

Berdasarkan Tabel 11 dapat lihat bahwa jumlah luas lahan terbanyak yaitu 0,37 – 0,52 ha yang berjumlah 10 orang dengan persentase 27,78%. Sedangkan luas lahan yang paling sedikit yaitu 0,69 – 0,84 yang berjumlah 2 orang dengan persentase 5,56%. Hal ini menunjukkan bahwa luas lahan yang dimiliki oleh petani jagung di Kabupaten Gowa masih terbilang sedikit sehingga petani tidak bisa meningkatkan produksi jagung untuk memenuhi kebutuhan yang ada sekarang ini.

5.2 Trend Produksi Jagung di Sentra Kabupaten Gowa

Trend produksi jagung di Kabupaten Gowa dari tahun 2004 sampai 2013 mengalami fluktuasi, hal ini terjadi karena dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya adalah keadaan cuaca seperti turunnya hujan yang tidak menentu,

(49)

yang mengakibatkan susahnya memperoleh sumber air sehingga tanaman banyak yang mati kekeringan. Adapun sumber mata air seperti sungai yang ada di lokasi lahan usahatani berjarak sangat jauh, ini dikarenakan lokasi lahan yang berada di dataran tinggi sehingga patani kesulitan dalam menjangkau mata air ditambah lagi dengan keadaan musim kemarau yang sedang berlangsung sekarang.

Selain keandaan cuaca yang kurang mendukung, masalah yang sering dihadapi petani dalam membudidayakan usahatani jagungnya adalah banyaknya hama wereng, binatang hutan seperti babi dan binatang ternak seperti sapi yang merusak tanaman petani serta masih kurangnya bantuan atau subsidi dari pemerintah setempat, adapun bila ada subsidi pembagiannya belum merata kepada para petani, faktor - faktor inilah yang mengakibatkan produksi jagung yang ada di Kabupaten Gowa mengalami fluktuasi karena produksi jagung tidak menentu sehingga mempengaruhi jumlah produksi .

Masalah – masalah yang dihadapi petani yaitu keadaan cuaca, hama, dan binatang yang merusak bahkan memakan tanaman jagung para petani bukan hanya dirasakan atau dialami oleh satu tempat saja akan tetapi dialami oleh beberapa kecamatan baik itu yang berada didataran tinggi seperti di Kecamatan Bungaya dan Kecamatan Manuju maupun yang berada di dataran rendah seperti di Kecamatan Bontomarannu dan Kecamatan Bontonompo Selatan, hal ini sesuai dengan pengakuan responden yang di jadikan sebagai sampel pada ke empat

(50)

Lines and Markers Plot pada trend produksi jagung 10 tahun terakhir yang mengalami fluktuasi dapat di lihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Grafik Trend Produksi Jagung di Sentra Kabupaten Gowa Tahun 2004 -2013

Y = a + bx Keterangan :

Y = Produksi Jagung di Kabupaten Gowa (ribu ton) X = Variabel waktu (Tahun 2004 sampai dengan 2013)

a = Intersept

b = Koefisien variabel waktu

R2= Tingkat Korelasi antara produksi dan waktu selama 10 tahun (2004-2013)

Berdasarkan Gambar 2 dapat di peroleh persamaan garis trend produksi jagung 10 tahun terakhir (2004-2013) sebesar Y = 123,9 + 11,43x dari persamaan tersebut diperoleh nilai intersept (a) = 123,9 ribu ton yang menunjukkan tingkat produksi diawal tahun (tahun analisis 2004-2013), koefisien (b) menunjukkan

(51)

tingkat kecenderungan (trend) tiap tahun sebesar 11,43 ribu ton/tahun yang berkorelasi (+) yang berarti bahwa tiap tahun bertambah produksinya. Sedangkan R2merupakan tingkat korelasi antara produksi dan waktu selama 10 tahun (2004-2013) sebesar 91,9 % (R2= 0,919). Hal ini berarti bahwa perkembangan produksi jagung di Sentra Kabupaten Gowa mengalami peningkatan sebesar 91,9 % menurut kronologis waktu tahun 2004-2013, artinya kronologis waktu tersebut merupakan perubahan dari faktor – faktor seperti cuaca, hama, binatang pengganggu, supsidi pemerintah, teknologi dan lain-lain.

5.3 Analisis Trend Produksi Jagung di Sentra Kabupaten Gowa

Data produksi jagung yang telah dianalisis trendnya menggunakan program MS Excel dengan metode Desigh Scatter with Straight Lines and Markers Plot kemudian di ramalkan untuk mengetahui trend produksi jagung lima tahun kedepan menggunakan MS Excel dengan metode Formulas Statistical Forecast. Hasil peramalan trend produksi jagung lima tahun yang akan datang (2015-1018) dapat dilihat pada Gambar 3.

(52)

Y = a + bx Keterangan :

Y = Produksi Jagung di Kabupaten Gowa (ribu ton) X = Variabel waktu (Tahun 2004 sampai dengan 2013)

a = Intersept

b = Koefisien variabel waktu

R2= Tingkat Korelasi antara produksi dan waktu selama 15 tahun (2004-2018)

Berdasarkan Gambar 3 dapat di peroleh persamaan garis trend produksi jagung tahun 2004-2018 sebesar Y = 124,1 + 11,39x dari persamaan tersebut diperoleh nilai intersept (a) = 124,1 ribu ton yang menunjukkan tingkat produksi diawal tahun (tahun analisis 2004-2018), koefisien (b) menunjukkan tingkat kecenderungan (trend) tiap tahun sebesar 11,39 ribu ton/tahun yang berkorelasi (+) yang berarti bahwa tiap tahun jagung bertambah produksinya dan tetap mengikuti garis trendnya. Sedangkan R2 merupakan tingkat korelasi antara produksi dan waktu tahun (2004-2018) sebesar 97,4 % (R2 = 0,974). Hal ini berarti bahwa perkembangan produksi jagung di Sentra Kabupaten Gowa mengalami peningkatan sebesar 97,4 % menurut kronologis waktu tahun 2004-2018.

Trend produksi jagung di Sentra Kabupaten Gowa sama dengan jurnal prospek pengembangan komoditi jagung pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Natsir dan Rikawanto Eko Mulyawan (2008) yang menjelaskan bahwa trend produksi jagung di Kecamatan Kulo Kabupaten Sidrap

(53)

(Sidenreng Rappang) terjadi peningkatan dari tahun ke tahun yaitu 98,1 ton. Kenaikan produksi jagung ini terhitung mulai pada tahun 2002 dengan trend produksi 361,2 ton sampai pada tahun 2011.

(54)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di empat kecamatan yang ada di Kabupaten Gowa yaitu Kecamatan Bontomarannu, Kecamatan Bontonompo Selatan, Kecamatan Bungaya dan Kecamatan Manuju, maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa hasil analisis trend produksi jagung di Kabupaten Gowa adalah sebesar Y = 124,1 + 11,39 x, dari analisis ini diketahui bahwa trend produksi jagung di Kabupaten Gowa menunjukkan tingkat kecenderungan (trend) pada tiap tahunnya produksi jagung bertambah dan tetap mengikuti garis trennya.

6.2 Saran

Dengan melihat berbagai aspek dari petani salah satunya adalah dari segi pengetahuan agar petani dapat lebih ditingkatkan lagi seperti mengikuti penyuluhan – penyuluhan yang ada di daerah setempat sehingga para petani dapat lebih menambah wawasan dan ilmu pengetahuan yang dapat bermanfaat bagi kelangsungan usahataninya. Selain itu diharapkan kepada pemerintah agar lebih memperhatikan lagi penyaluran berbagai subsidi yang diberikan agar semua petani mendapatkan bantuan secara merata dan petani tidak terbebani lagi dengan biaya – biaya dalam melakukan usahataninya karena terkendala dengan modal yang dimiliki.

(55)

DAFTAR PUSTAKA

Adrianus Entjaurau 2013 Kumpulan Makalah Statistika http:/ /adrianusentjaurau. blogspot.com/makalah-analisis-deret-berkala-dengan-metode-square.html. Diakses 29 April 2015.

Anonim. 2007. Poultry Indonesia. (On line) http://www. Poultry Indonesia.com/modules, diakses 3 Maret 2007.

Anonim, 2011a. Jagung. http://id.wikipedia.org/wiki/Jagung. Diakses Pada Tanggal 30 November 2011.

Arsyad, L. 1994. Peramalan Bisnis. FE-Universitas Gajha Mada, Yogyakarta. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 1988. Jagung. Pusat Penelitian

dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.

Biro Pusat Statistik. 2010. Jawa Timur Dalam Angka 2010. Penerbit: BPS. Jawa. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Propinsi Sulawesi

Selatan.2005.Gerakan optimalisasi jagung (GONG 2005) Sulawesi Selatan.Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Propinsi SulawesiSelatan, Makassar.

Widakda, Hedrik Mulyo, 2011. Analisis Permintaan Beras Di Kabupaten Klaten. Kripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Ibrahim, Y. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Rineka Cipta, Jakarta. 249 hal.

Kotler, Philip, 1993. Manajemen Pemasaran, Analisis Perencanaan, Implementasi, dan Pengendalian. UI Fekon, Jakarta.

Mubyarto, 2002. Penanganan Pasca Panen Hasil Pertanian. Workshop Pemandu Lapangan 1 (PL-1) Sekolah Lapangan Pengolahan dan Pemasaran Hasil. Mubyarto, 2003. Ekonomi Pertanian Lembaga Penelitian dan Penyelenggaraan

Ekonomi Sosial (LP3S. Jakarta.

(56)

Susilowati, Suci, 2011. Proyeksi Permintaan Daging Ayam Ras Di Kota Surakarta. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Sukirno, Sadono, 2000, Ekonomi Makro. Raja Grapindo Persada, Jakarta.

Suprapto, 2001. Mengenal Jagung (Zea mays caritina). Buletin Teknik Pertanian Vol.13 No.2.

Sutrisno, Edy, 2009. Manjemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Kencana Prenada Media

Swastika, DKS, 2002. Corn self-sufficiency Indonesia.The past 30 years and future prospects. (on line) (http//pustaka.Bogor.net/publ/JP3/JP213 11htm, diakses tgl 18 Agustus 2005).

Umar, Hasan, 1996. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Raja Grafindo Husada, Jakarta.

(57)

Lampiran 1. Kuesioner penelitian Produksi di Sentra Kabupaten Gowa KUESIONER PENELITIAN a. Identitas Responden 1. Nama : 2. Alamat : 3. Jenis Kelamin : 4. Umur : 5. Pendidikan Terakhir : 6. Jumlah Tanggungan : 7. Pekerjaan Utama : 8. Pekerjaan Sampingan : b. Lahan

1. Jenis Lahan : Lahan Sawah / Lahan Tegalan 2. Status Lahan : Lahan sendiri / Sewa

3. Luas Lahan : ……….. ha

4. Jika lahan milik sendiri, berapa biaya pajak lahan tersebut ?

5. Jika lahan merupakan lahan sewa berapa harga sewa lahan per tahun ? c. Kepemilikan Modal

(58)

d. Pertanyaan Umum

1. Sudah berapa lama Bapak/Ibu melakukan usahatani jagung ? Jawab:

……… ……….………...… ……….………..…

2. Berapakali Bapak/Ibu menanam jagung dalam waktu setahun ? Jawab:

……… ……….………...… ……….………..…

3. Berapa banyak modal yang Bapak/Ibu gunakan dalam satu kali produksi ? Jawab:

……… ……….………...… ……….………..…

4. Berapa jumlah tenaga kerja yang Bapak/Ibu gunakan dalam menggarap lahan ?

Jawab:

……… ……….………...… ……….………..…

(59)

5. Berapa jumlah benih yang anda gunakan dalam satu kali produksi ? Jawab:

……… ……….………...… ……….………..…

6. Berapa kali anda memanen jagung dalam waktu setahun ? Jawab:

……… ……….………...… ……….………..…

7. Berapa jumlah produksi jagung yang Bapak/Ibu diperoleh dalam satu kali panen ?

Jawab:

……… ……….………...… ……….………..…

8. Apakah jumlah produksi jagung yang dihasilakan sudah sesuai dengan yang diharapkan ?

Jawab:

(60)

9. Apa saja kendala – kendala yang dihadapi dalam membudidayakan tanaman jagung ? Jawab: ……… ……….………...… ……….………..…

10. Apakah ada bantuan subsidi dari pemerintah sebagai upaya meningkatkan produksi jagung?

Jawab:

……… ……….………...… ……….………..…

(61)
(62)

Lampiran 3. Identitas Responden Petani Jagung Kecamatan Bontomarannu, Kecamatan Bontonompo Selatan, Kecamatan Bungaya, Kecamatan Manuju Kabupaten Gowa

1. Identitas Responden Petani Jagung Kecamatan Bontomarannu

No Nama Umur (tahun) Pendidikan Pengalaman Usahatani (tahun) Jumlah Tanggungan Keluarga (orang) Luas Lahan Usahatani (ha) 1 Dg. Salassang 43 SMP 15 4 1,00 2 Dg. Taba 45 SMA 20 6 0,20 3 Sari 35 - 10 4 0,40 4 Dg. Tutu 53 SD 20 1 0,30 5 Dg. Boha 55 - 30 3 0,30 6 Halik Dg. Tata 50 SMP 20 4 1,00 7 Dg. Baha 52 SD 20 2 0,56 8 Dg.Gappa 31 SD 10 4 1,00 9 Dg. Jarre 23 SMP 5 2 0,60

2. Identitas Responden Petani Jagung Kecamatan Bontonompo Selatan

No Nama Umur (tahun) Pendidikan Pengalaman Usahatani (tahun) Jumlah Tanggungan Keluarga (orang) Luas Lahan Usahatani (ha) 1 Dg. Sese 32 SD 5 5 0,70 2 Dg. Tawang 55 SD 20 3 0,25 3 Dg. Rani 58 SD 20 2 1,00 4 R Dg. Situju 35 SMK 20 4 0,25 5 R Dg. Lira 55 SMP 23 6 1,00 6 M Dg. Lau 55 SD 5 4 0,30 7 Dg. Sila 53 SD 10 3 0,15 8 Dg. Ngangka’ 30 SMA 5 3 0,75 9 Dg. Ngalle 50 SD 20 4 0,05

(63)

3. Identitas Responden Petani Jagung Kecamatan Bungaya No Nama Umur (tahun) Pendidikan Pengalaman Usahatani (tahun) Jumlah Tanggungan Keluarga (orang) Luas Lahan Usahatani (ha) 1 Basri Dg. Talle 40 - 10 4 1,00 2 Dg. Nyanrang 48 SD 12 3 0,50 3 Dg. Serang 60 SD 35 1 0,40 4 Dg. Kio 50 SMP 20 3 0,50 5 J Dg. Lala 43 SMP 20 7 0,60 6 R Dg. Sarring 70 SD 45 1 1,00 7 Dg. Sore 45 SD 15 5 0,25 8 Dg. Senga’ 55 SD 20 2 0,30 9 Sattu Dg. Tutu 46 SMP 10 3 0,50

4. Identitas Responden Petani Jagung Kecamatan Manuju

No Nama Umur (tahun) Pendidikan Pengalaman Usahatani (tahun) Jumlah Tanggungan Keluarga (orang) Luas Lahan Usahatani (ha) 1 Dg. Siang 45 SD 4 3 1,00 2 Salmiah 33 SMA 8 3 0,50 3 Dg. Sanga 35 SD 3 2 0,50 4 Marlina 35 SD 10 4 0,50 5 Hasniah 32 SD 2 3 0,25 6 Dg. Toba 45 - 5 7 0,50 7 Dg. Rewa 65 - 30 2 0,25 8 Dg. Paning 45 SD 4 2 0,50

(64)

Lampiran 4. Rekapitulasi Data Produksi Jagung di Kabupaten Gowa Tahun 2004-2018 Tahun (2004-2013) Tahun (2004-2013) Produksi (ribu ton) 2004 1 125 2005 2 168 2006 3 144 2007 4 177 2008 5 173 2009 6 192 2010 7 208 2011 8 219 2012 9 227 2013 10 235 2014 11 250 2015 12 258 2016 13 274 2017 14 283 2018 15 296

(65)

Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian

Gambar dokumentasi penelian pengambilan data responden petani jagung di Kabupaten Gowa

(66)

RIWAYAT HIDUP

Penulis di lahirkan di Koccikang tanggal 21 Mei 1993 dari Bapak Juma dan Ibu Sukira. Penulis merupakan anak ke empat dari empat bersaudara.

Pendidikan formal yang dilalui penulis adalah di sekolah SD Impres Timbuseng pada tahun 1999 dan tamat pada tahun 2005, melanjutkan di sekolah SMP Negeri 1 Bontomarannu pada tahun 2005 dan tamat pada tahun 2008. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan sekolah di SMA Negeri 1 Bontomarannu Kabupaten Gowa dan tamat pada tahun 2011. Pada tahun 2011 penulis lulus seleksi masuk di Universitas Muhammadiyah Makassar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Jurusan Sosial Ekonomi Program Strata Satu (S1).

Tugas akhir dalam pendidikan tinggi diselesaikan dengan menulis skripsi

Gambar

Tabel 1. Produksi Jagung di Kabupaten Gowa tahun 2004 -2013
Gambar 1. Kerangka pikir analisis trend produksi jagung di sentra  kabupaten Gowa Jagung Produksi Analisis TrendHasil Panen Kabupaten Gowa
Tabel 2. Kecamatan, Ibu  Kota  Kecamatan,  Jarak  dan  Luas  Kecamatan Tahun 2013
Tabel  3. Jumlah  Penduduk  Menurut  Kecamatan  dan  Jenis  Kelamin  Kabupaten Gowa  tahun 2013
+7

Referensi

Dokumen terkait

Provinsi Sulawesi Selatan, Desa Jipang, Kecamatan Bontonompo Selatan, Kabupaten Gowa merupakan daerah sentra pade’de uring-uring. Gerabah merupakan salah satu

“Analisis Pendapatan dan Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Petani Jagung di Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan”, jurnal ilmu-ilmu agribisnis, volume 2

Sampel dalam penelitian ini adalah seorang petani jambu kristal di Desa Bangunsari Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis yang diambil secara sengaja (purposive

Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah petani jagung di desa Durian IV Mbelang Kecamatan STM Hulu Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara sebanyak 50

Metode penelitian yang digunakan adalah survey dengan responden 43 orang petani jagung dari populasi 840 orang petani di Desa Margaharja Kecamatan Sukadana

Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa pengalaman petani responden dalam menjalankan usahatani jagung untuk Kecamatan Labangka (lahan kering) lebih tinggi dibandingkan

Metode penelitian yang digunakan adalah survey dengan responden 43 orang petani jagung dari populasi 840 orang petani di Desa Margaharja Kecamatan Sukadana

Secara pengujian hipotesis dalam pengujian parsial Uji T variabel biaya produk berpengaruh signifikan terhadap pendapatan petani jagung di kecamatan Sumalata, Kabupaten Gorontalo Utara,