• Tidak ada hasil yang ditemukan

USM IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NO 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI WILAYAH KECAMATAN GAJAH MUNGKUR SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "USM IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NO 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI WILAYAH KECAMATAN GAJAH MUNGKUR SKRIPSI"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

i USM

IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NO 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI WILAYAH

KECAMATAN GAJAH MUNGKUR

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat guna menyelesaikan Program Studi Strata 1 Ilmu Hukum

Oleh :

Nama : Diah Ayuning Galih Nim : A.131.14.0004

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEMARANG

SEMARANG TAHUN 2018

(2)
(3)
(4)
(5)

v

DOKUMEN PERPUSTAKAAN

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEMARANG

Perpustakaan Fakultas hukum Universitas Semarang dengan ini menerangkan bahwa skripsi dibawah ini :

JUDUL : IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NO 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI WILAYAH KECAMATAN GAJAH MUNGKUR

Peneliti : Nama : Diah Ayuning Galih Nim : A.131.14.0004

Telah didokumentasikan dengan nomor :... Di Perustakaan Fakultas Hukum Universitas Semarang untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Semarang, ... Bagian Administrasi Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Semarang

(6)

viii HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO :

“ Suatu Hasil Tidak Akan Pernah Menghianati Setiap Prosesnya “

Persembahan :

Karya kecilku ini ku persembahkan untuk :

1. Allah S.W.T yang senantiasa memberikan perlindungan, kasih sayang yang tiada henti dan melimpahkan kemudahan dalam setiap hal.

2. Ayah dan Ibu tercinta yang tiada henti memberikan doa terbaik bagi putri tercinta untuk meraih masadepan cerah dengan sukses.

3. Keluarga besar tercinta yang selalu memberikan dukungan dan menjadi malaikat saya di dunia.

4. Almamater Tercinta Universitas Semarang tempatku menimba ilmu untuk mendapatkan masa depan yang lebih baik.

(7)

ix ABSTRAK

Kebersihan suatu kota merupakan impian setiap walikota dan penduduk suatu kota tersebut, seperi hal nya di kota Semarang, akan tetapi akumulasi dari penumpukan sampah di Semarang semakin bertambah setiap harinya, hal ini mengharuskan Pemerintah Kota Semarang untuk segera mengatasinya, sehingga tidak mengganggu kelangsungan hidup penduduk kota Semarang.Untuk menangani masalah hal tersebut Pemerintah Kota Semarang mengeluarkan kebijakan yang tertuang dalamPeraturan Daerah Kota Semarang No 6 Tahun 2012 tentang pengelolaan sampah yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan. Penelitian ini meneliti tentang implmentasi Peraturan Daerah Kota Semarang No 6 Tahun 2012 dan faktor yang mendorong serta menghambat implementasi kebijakan pengelolaan sampah Kota Semarang menurut Perda No 6 Tahun 2012. Jenis penelitian ini adalah penelitian yuridis sosiologis, spesifikasi penelitian ini adalah deskriptif analisis dengan menggunakan sampel yang ditentukan dengan metode sistematis dengan cara purpose sampling. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder yang dikumpulkan melalui wawancara dan study pustaka, Kemudian dianalisis secara kualitatif. Hasil penelitian ini diketahui bahwa dalam implementasi Perda Kota Semarang No 6 Tahun 2012 di Kecamatan Gajahmungkur terdapat faktor-faktor yang mendorong dan faktor yang menghambat.

(8)

x ABSTRAK

The Cleanliness of the city is the dream of every mayor and society of the city, as well as in Semarang City, but acumulation of the garbage in Semarang is increase everyday, it is requires the goverment to imediatelly overcome this, so it doesn’t become a big problem that can distrub the survival in Semarang City.To deal with the poblem of lokal goverment issued regulation semarang city waste management areas number 6 in 2012 about waste management that aims to improve public health and the quality of environment. The Porpuse of the research is to find out how the implementation of management p olicies according to Semarang area number 6 in 2012 and the the factor that encourage and inhibit the implementation of waste management policies according to Semarang area number 6 in 2012, and in this study the conducted a study in one of the subdistricts in Semarang which according to the researcher is a dense district with industry activities, in the district Gajah Mungkur. The Methods use in this research is a qualitative approach is descriptive analitic. The result of this research is there are some factor which encourage and inhibit in the implementation.

(9)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

SURAT PERNYATAAN ORISINILITAS ii

HALAMAN PENGESAHAAN MEMPERBANYAK iii

HALAMAN PENGESAHAN UJIAN iv

DOKUMENTASI PERPUSTAKAAN v

KATA PENGANTAR vi

HALAMAN MOTTO DAN PERSEBAHAN viii

ABSTRAK ix

DAFTAR ISI xi

BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 LATAR BELAKANG 1 1.2 RUMUSAN MASALAH 3 1.3 TUJUAN DAN MANFAAT PENILITIAN 3 1.3.1 Tujuan Penelitian 3

1.3.2 Manfaat Penelitian 3

1.4 KEASLIAN PENELITIAN 5

1.5 SISTEMATIKA PENULISAN 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7

2.1 Pengertian Sampah 7

2.2 Jenis – Jenis Sampah 7

2.3 Kajian Tentang Pengelolaan Sampah 9

2.4 Wewenang Pemerintah Kabupaten / Kota dalam Pengelolaan sampah. 13

2.5 Kebijakan publik 15

2.6 Pengertian Implementasi 17

BAB III METODE PENELITIAN 19

3.1 Jenis / Tipe Penelitian 20

3.2 Spesifikasi Penelitian 21

(10)

xii

3.4 Metode Pengumpulan Data 22

3.5 Metode Analisis Data 23

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Implementasi Peraturan Daerah Kota Semarang No 6 Tahun 2012 tentang pengelolaan sampah di wilayah Kecamatan

Gajah Mungkur 33

4.2 Faktor Pendukung dan Kendala yang dihadapi Kecamatan Gajah Mungkur dalam mengimplementasikan Peraturan Daerah

Kota Semarang no 6 tahun 2012. 41

4.3 Upaya mengatasi kendala yang dihadapi Kecamatan Gajah Mungkur dalam mengimplementasikan Peraturan Daerah

Kota Semarang no 6 tahun 2012. 44

BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan

5.1.1 Implementasi Peraturan Daerah Kota Semarang No 6 Tahun 2012 tentang pengelolaan sampah

di wilayah Kecamatan Gajah Mungkur. 48 5.1.2 Faktor Pendorong dan Kendala yang dihadapi oleh

Kecamatan Gajah Mungkurdalam mengimplementasi Peraturan Daerah Kota Semarang No 6 Tahun 2012 tentang pengelolaan sampah dan upaya mengatasi kendala yang dihadapi Kecamatan Gajah Mungkur dalam mengimplementasikan Peraturan

daerah Kota Semarang No 6 tahun 2012 tentang

Pengelolaan Sampah. 49

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Kecamatan Gajah Mungkur. 50

5.2.2 Bagi Pemerintah. 50

(11)

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sampah merupakan sesuatu yang mempunyai hubungan erat dengan aktifitas kehidupan manusia sehari–hari, setiap aktifitas manusia sudah pasti akan menghasilkan sampah yang pada umumnya sering mengganggu lingkungan sekitar apabila tidak dikelola dengan baik dan benar. Terlebih di kota besar seperti kota Semarang, dengan pesatnya pembangunan dan pertumbuhan penduduk yang semakin menambah produksi sampah itu sendiri. Salah satu kecamatan pecahan dari Semarang Selatan yaitu Kecamatan Gajah Mungkur, Kecamatan Gajah Mungkur merupakan kecamatan dengan penduduk yang aktif dan produktif di bidang usaha kuliner. Akhir – akhir ini perkembangan usaha di bidang kuliner semakin berkembang pesat, tentunya hal ini juga akan menimbulkan bertambahnya sampah dari hasil produksi usaha pangan. Benda – benda padat dari yang berupa sisa proses industri, kegiatan perdagangan, rumah tangga dan lain– lain dapat berbentuk organik maupun anorganik. Zat organik dalam sampah dapat terdiri dari bahan nitrogen / protein karbohidrat, lemak dan sabun yang bersifat dapat berubah dan menjadi busuk yang mengeluarkan bau tidak sedap. Setiap bahan membutuhkan waktu proses perombakan yang berbeda–beda. Hal inilah yang memerlukan pembenaran penanganan pembuangan dan pengolahan nya sehingga timbunan sampah tidak menggunung dan mengganggu lingkungan sekitarnya. Keanekaragaman sampah/ limbah menyebabkan perlunya berbagai

(12)

2

macam peralatan dan cara–cara penanganan serta perlunya koordinasi antar sektor serta masyarakat dalam penanggulangan secara terpadu.1

Pengolahan sampah yang tidak baik nantinya akan menimbulkan berbagai dampak negatif yang secara langsung maupun tidak langsung akan dirasakan oleh masyarakat. Seperti pengaruh kesehatan atau pangaruh berturunnya kualitas lingkungan sebagai tempat tinggal, jika tidak ditangani dengan baik maka hal ini akan merampas hak masyarakat. Pasal 28 H ayat (1) Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 mengatur tentang pemberian hak kepada setiap orang untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat. Amanat undang–undang dasar tersebut memberikan konsekuensi bahwa pemerintah wajib memberikan pelayanan publik dalam pengelolaan sampah. Sehingga dalam hal ini pemerintah merupakan pihak yang berwenang dan bertanggungjawab dalam pengelolaan sampah, meskipun secara operasional pengelolaannya dapat berkerja sama dengan badan usaha, Organisasi persampahan dan kelompok masyarakat yang bergerak di bidang persampahan. Pemeritah Kota Semarang mengeluarkan kebijakan melalui Peraturan Daerah Kota Semarang No 6 Tahun 2012. Pada Perda tersebut ditetapkan bahwa metode pengolahan sampah dilakukan secara sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah yang lebih efektif, Kebijakan ini berbeda dengan metode lama yang sebelumnya digunakan yaitu dengan sistem 3P ( Pengumpulan, Pengangkutan, Pembuangan). Dengan adanya sistem baru diharapkan pengelolaan

1

Supranto, Dasar-dasar Audit lingkungan (Yogyakarta: Global Pustaka Utama,

(13)

3

sampah di Kota Semarang menjadi lebih efektif, Sehingga dapat mengatasi permasalahan penumpukan sampah di Kota Semarang. Namun bagaimanakah penerapan dalam kehidupan sehari–hari terutama di wilayah kecamatan Gajah Mungkur, sudahkah penerapan Peraturan Daerah tersebut efektif ?

Berdasarkan uraian latar belakang di atas , saya tertarik untuk meneliti tentang “Implementasi Peraturan Daerah Kota Semarang No 6 Tahun 2012 Tentang Pengolahan Sampah di Wilayah Kecamatan Gajah Mungkur“.

1.2 Rumusan Masalah

1) Bagaimana implementasi Peraturan Daerah Kota Semarang No 6 Tahun 2012 di Wilayah Kecamatan Gajah Mungkur ?

2) Faktor-faktor apa yang menghambat implementasi Peraturan Daerah Kota Semarang No 6 Tahun 2012 di Wilayah Kecamatan Gajah Mungkur dan bagaimana upaya mengatasinya ?

1.3 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

1) Untuk mengetahui implementasi Peraturan Daerah Kota Semarang No 6 Tahun 2012 tentang Pengolahan Sampah di Wilayah Kecamatan Gajah Mungkur.

2) Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi penghambat dari implementasi Peraturan Daerah No 6 Tahun 2012 Di Kecamatan Gajah Mungkur dan upaya mengatasinya.

(14)

4 1.3.2 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu pengetahuan yang didapatkan di dalam perkuliahan dan dapat membandingkan dengan praktek di lapangan.

1) Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu pengetahuan yang diperoleh dalam perkuliahan dan membandingknnya dengan praktek di lapangan, khusus nya ilmu pengetahuan dibidang Hukum Lingkungan.

2) Penelitian ini sebagai sarana untuk mengetahui secara mendalam mengenai beberapa kebijakan pemerintah tentang pengelolaan sampah dan kefektivitas kebijakan tersebut dilapangan.

3) Penelitian ini di harapkan dapat menjadi bahan informasi ilmiah yang dapat di gunakan untuk melakukan penelitian selanjutnya.

4) Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat untuk mengetahui ilmu hukum khusus nya terkait dengan implementasi pengolahan sampah berdasarkan peraturan daerah kota Semarang. 1.3.3 Manfaat Praktis

1) Bagi Pemerintah

Menberikan sumbangan pemikiran bagi pemerintah dalam pengambilan kebijakan terkait dengan pengelolaan sampah di masyarakat.

(15)

5 2) Bagi Masyarakat.

Memberikan informasi terhadap masyarakat tentang peraturan daerah Kota Semarang No 6 Tahun 2012 tentang Pengolahan Sampah . 3) Bagi Kecamatan Gajah Mungkur.

Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi tentang kebijakan peraturan daerah Kota Semarang No 6 Tahun 2012 mengenai pengelolaan sampah.

1.4 Keaslian Penelitian

No Nama Judul Fokus

Penelitian Fokus Penelitian ini 1 2. Ragil Agus Prianto (Universitas Negeri Semarang) Nurhana Mutmainah Universitas Unnes Partisipasi Masyarakat dalam pengelolaan sampah di kelurahan Jombang Kota Semarang ( Analisis Sosio Yuridis Terhadap Pasal 28 UU No 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan sampah. Evaluasi Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah

Meneliti apa saja bentuk bentuk regulasi terkait dengan Pengelolaan Sampah di Kota Semarang? Meneliti mengenai evaluasi terhadap peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah Di Meneliti bentuk aspirasi dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah di Kelurahan Jomabang Kota Semarang. Mengevaluasi SDA Pendukung Pengelolaan sampah, Pendanaan dan Sarana Prasarana

(16)

6 3. Cahyo Suryaningsih Lestari Universitas Diponegoro Takakura Di Kelurahan Jomblang Kota Semarang Tahun 2015 Analisis Strategi Pengelolaan Sampah Terpadu Berbasis Masyarakat Di Kota Semarang Kelurahan Jomblang Kota Semarang Penerapan pengelolaan sampah terpadu di Kota Semarang dilatarbelakangi oleh Undang -Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sam pah pendukung pengelolaan sampah. Meneliti tentang system pengelolaan sampah secara terpadu berdasarkan Peraturan Pemerintah Kota Semarang 1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika adalah gambaran secaran singkat mnyeluruh mengenai isi skripsi yang bertujuan untuk memudahkan para pembaca memahami isi laporan skripsi tersebut.

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini terdiri dari latar belakang, perumusan masalah, tujuan, manfaat penelitian, keaslian penelitian dan sistematika.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai pengertian dan pembahasan tentang pengertian sampah, jenis-jenis sampah, teknologi proses pengolahan dan pengkajian limbah padat atau sampah, dan pengertian kebijakan.

(17)

7 BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang cara atau metode penelitian yang digunakan oleh penulis, meliputi jenis atau tipe penelitian, spesifikasi penelitian, metode penentuan sampel, metode pengumpulan data, dan metode analisis data.2 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada Bab ini penulis membahas hasil penelitian tentang implementasi Peraturan Daerah Kota Semarang No 6 Tahun 2012 tentang Pengelolaan sampah di wilayah Kecamatan Gajah Mungkur dan kendala yang menghambat implementasi dari Peraturan Daerah Kota Semarang No 6 Tahun 2012

BAB V PENUTUP

Bab ini berisikan simpulan dan saran atas hasil penelitian dan pembahasan yang telahdi uraikan di Bab sebelumnya oleh penulis.

2

III METODE PENELITIAN (Online),http://digilib.unila.ac.id/525/8/BAB%20III.pdf,Diakses pada tanggal 23 April 2017 , pukul : 0.27WIB

(18)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampah

Sampah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga) . Berdasarkan UU RI No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, disebutkan sampah adalah sisa kegiatan sehari – hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat atau semi padat berupa zat organik atau anorganik bersifat dapat terurai atau tidak terurai yang dianggap sudah tidak dapat dipergunakan lagi dan dibuang ke lingkungan.

Sedangkan sampah yang dikelola berdasarkan undang – undang ini terdiri atas sampah rumah tangga, sampah sejenis sampah rumah tangga dan sampah spesifik. Yang dimaksud sampah rumah tangga adalah sampah yang berasal dari kegitan sehari – hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik. Sedangkan sampah sejenis sampah rumah tangga adalah sampah yang berasal dari kawasan komersil, kawasan industri, kawasan khusus fasilitas sosial, fasilitas umum, dan atau fasilitas lainnya.

Sampah spesifik meliputi :

a. Sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun.

b. Sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun. c. Sampah yang timbul akibat bencana.

d. Puing bongkaran bangunan.

(19)

9 2.1 Jenis – jenis Sampah

Terdapat berbagai macam jenis sampah di sekitar lingkungan kita ada yang berasal dari rumah tangga, kawasan industri, sampah rumah sakit, sampah dari pertanian, petenakan, institusi, kantor, sekolah dan masih banyak asal lainnya, namun dilihat dari jenis sampah dapat dibedakan menjadi dua :

1. Sampah organik

Sampah organik adalah sampah yang berasal dari sisa mahluk hidup seperti tumbuhan dan hewan serta berbagai macam hasil olahannya yang kemudian dibuang dan dapat terurai secara alami oleh bakteri tanpa adanya tambahan bahan kimia sebagai pengurainya, Sampah jenis ini merupakan sampah ramah lingkungan dan bahkan pada umumnya dapat dimanfaatkan kembali dengan melakukan pengolahan dan pemanfaatan yang tepat seperti pupuk kompos dan berbagai macam pakan bagi ternak. Meskipun tidak begitu berbahaya namun pengolahan sampah organik yang tidak tepat akan berpotensi menimbulkan berbagai macam masalah dalam kehidupan sehari – hari. Beberapa contoh sampah organik di sekitar lingkungan kita antara lain dedaunan , ranting pohon , kotoran hewan, sisa pengolahan makanan dan sisa pengolahan tanaman / sayuran .3

3

(20)

10 2. Sampah Anorganik

Sampah anorganik adalah sampah atau limbah yang dihasilkan dari berbagai macam proses, dimana jenis sampah ini tidak akan bisa terurai oleh bakteri secara alami dan pada umum nya di butuhkan waktu yang lama dalam pengurainnya. Sampah ini merupakan salah satu masalah yang ditemukan dalam kehidupan manusia, dimana sarmpah ini banyak merugikan bagi kelangsungan hidup sehari–hari. Hal tersebut di akibatkan oleh banyaknya sampah anorganik di muka bumi dan mencemari lingkungan hidup karena tidak dapat terurai secara cepat bahkan butuh waktu ratusan atau ribuan tahun untuk bisa terurai . Beberapa contoh sampah anorganik adalah berbagai macam sampah. Berdasarkan keadaan fisiknya sampah dikelompokkan atas :

- Sampah basah (garbage), Sampah golongan ini merupakan sisa – sisa pengolahan atau sisa sisamakanan dari rumah tangga atau merupakan timbulan hasil sisa makanan,seperti sayur mayur, yang mempunyai sifat mudah membusuk, sifat umumnyaadalah mengandung air dan cepat membusuk sehingga mudah menimbulkan bau.

- Sampah kering (rubbish)

Sampah golongan ini memang diklompokkan menjadi 2 (dua) jenis : Golongan sampah tak lapuk. Sampah jenis ini benar-benar tak akan bisalapuk secara alami, sekalipun telah memakan waktu bertahun – tahun,contohnya kaca dan mika. Golongan sampah tak mudah lapuk

(21)

11

sekalipun sulit lapuk, sampah jeni sini akan bisa lapuk perlahan – lahan secara alami. Sampah jenis ini masih bisa dipisahkan lagi atas sampah yang mudah terbakar, contohnya seperti kertas dan kayu, dan sampah tak mudah lapuk yang tidak bisa terbakar, seperti kaleng dan kawat.

2.2 Sumber- Sumber Sampah

Menurut Gelbert, sumber-sumber timbulan sampah adalahsebagai berikut : - Sampah dari pemukiman

Penduduk pada suatu pemukiman biasanya sampah dihasilkan oleh suatu keluarga yang tinggal disuatu bangunan atau asrama. Jenis sampah yang dihasilkan biasanya cendrung organik, seperti sisa makanan atau sampah yang bersifat basah,kering, abu plastik dan lainnya.

- Sampah dari tempat – tempat umum dan perdagangan

Tempat- tempat umum adalah tempat yang dimungkinkan banyaknya orang berkumpul dan melakukan kegiatan. Tempat – tempat tersebut mempunyai potensi yang cukup besar dalam memproduksi sampah termasuk tempat perdagangan seperti pertokoan dan pasar. Jenis sampah yang dihasilkanumumnya berupa sisa – sisa makanan, sampah kering, abu, plastik, kertas, dankaleng- kaleng serta sampah lainnya.

- Sampah dari sarana pelayanan masyarakat milik pemerintah

Yang dimaksud di sini misalnya tempat hiburan umum, pantai, masjid, rumahsakit, bioskop, perkantoran, dan sarana pemerintah lainnya yangmenghasilkan sampah kering dan sampah basah.

(22)

12 - Sampah dari industri

Dalam pengertian ini termasuk pabrik – pabrik sumber alam perusahaan kayu dan lain – lain, kegiatan industri, baik yang termasuk distribusi ataupun proses suatu bahan mentah. Sampah yang dihasilkan dari tempat ini biasanyasampah basah, sampah kering abu, sisa – sisa makanan, sisa bahan bangunan.

- Sampah Pertanian

Sampah dihasilkan dari tanaman atau binatang daerah pertanian, misalnya sampah dari kebun, kandang, ladang atau sawah yang dihasilkan berupa bahanmakanan pupuk maupun bahan pembasmi serangga tanaman4.

2.3 Dampak Negatif Sampah

Sampah padat yang bertumpuk banyak tidak dapat teruraikan dalam waktuyang lama akan mencemarkan tanah. Yang dikategorikan sampah disini adalah bahan yang tidak dipakai lagi ( refuse) karena telah diambil bagian-bagian utamanya dengan pengolahan menjadi bagian yang tidak disukai dan secaraekonomi tidak ada harganya. Menurut Gelbertada tiga dkk dampak sampah terhadap manusia dan lingkungan yaitu :

- Dampak Terhadap Kesehatan

Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai (pembuangan sampahyang tidak terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi

4 Gelbert M, Prihanto D dan Suprihatin A, 1996 Konsep Pendidikan Lingkungan Hidup dan “Wall

(23)

13

beberapa organisme dan menarik bagi berbagai binatang seperti, lalat dan anjing yang dapatmenjangkitkan penyakit. Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkanadalah sebagai berikut :

1. Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air minum.

2. Penyakit demam berdarah ( haemorhagic fever ) dapat juga meningkat dengan cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya kurangmemadai.

3. Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit).

Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu contohnya adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita(taenia). Cacing ini sebelumnya masuk kedalam pencernakan binatangternak melalui makanannya yang berupa sisa makanan/ sampah. - Dampak Terhadap Lingkungan

Cairan rembesan sampah yang masuk kedalam drainase atau sungai akan mencemari air. Berbagai organisme termasuk ikan dapat mati sehingga beberapa spesien akan lenyap, hal ini mengakibatkan berubahnya ekosistem perairan biologis. Penguraian sampah yang di buang kedalam air akanmenghasilkan asam organik dan gas cair organik, seperti metana. Selain berbau kurang sedap, gas ini pada konsentrasi tinggi dapat meledak.

(24)

14

- Dampak Terhadap Keadaan Sosial dan EkonomiDampak-dampak tersebut adalah sebagai berikut :

1. Pengelolaan sampah yang tidak memadai menyebabkan rendahnya tingkatkesehatan masyarakat. Hal penting disini adalah meningkatnya pembiayaan (untuk mengobati kerumah sakit).

2. Infrastruktur lain dapat juga dipengaruhi oleh pengelolaan sampah yang tidak memadai, seperti tingginya biaya yang diperlukan untuk pengolahanair. Jika sarana penampungan sampah kurang atau tidak efisien, orang akan cenderung membuang sampahnya dijalan. Hal ini mengakibatkan jalan perlu lebih sering dibersihkan dan diperbaiki. 2.4 Teknologi Proses Pengolahan dan Pengkajian Pengolahan Limbah

Padat ( Sampah )

Bertambahnya aktifitas manusia menyebabkan jumlah sampah padat semakin meningkat pula, apabila hal tersebut tidak segera diatasi maka dampak nya akan semakin berkelanjutan sehingga menyebabkan pencemaran bau gas yang dihasilkan dari proses pengkomposan alami atau gangguan–gangguan lain terhadap keseimbangan lingkungan . a. Macam–macam sampah yang paling banyak di gunakan adalah : 1. “Open Dumpling”

Sampah setelah sampai di TPA dapat di buang begitu saja. Cara ini paling murah dan mudah dilaksanakan, tetapi dapat menimbulkan dampak pencemaran yang berat. Tikus, lalat, lipas, nyamuk dan bakteri

(25)

15

tumbuh dengan subur pada timbunan sampah. Bau yang tidak sedap amat mengganggu penduduk yang tinggal tidak jauh dari TPA atau orang yang melewati area dekat penimbunan.

2. Metode “Incineration”

Di tempat pembuangan akhir sampah itu sengaja dibakar dan diawasi dengan baik. Pekerjaan ini sangat sederhana mudah dikerjakan dan biayanya pun tidak besar. Zat padat yang tersisa hanya abu dan volumenya jauh lebih kecil daripada sampah semula. Bau busuk, gangguan tikus, lipas, lalat nyamuk dan bakteri dapat ditiadakan, sehingga waktu pakai tempat pembuangan itu dapat lebih panjang. 3. Metode “ Sanitary Landfill “

Sampah dibuang, ditutup dengan tanah dan bersamaan dengan itu ditindas dengan alat berat, agar menjadi lebih mampat. Lapisan diatasnya dituangkan lagi sampah berikut berikut tanah berlapis–lapis dan demikian seterusnya sampai rata dengan permukaan tanah.

4. Metode “Komposting”

Perlakuan metode ini adalah dengan cara sampah dibusukkan supaya terjadi fermentasi. Pada waktu–waktu tertentu tumpukan sampah harus dibolak–balik agar fermentasi dapat berjalan dengan baik dan merata. Pencemaran lingkungan selama berlangsungnya proses tidaklah seberat penimbunan terbuka, tetapi dengan metode “komposting” ini

(26)

16

proses pembuatan pupuk berjalan lambat , yaitu diperlukan waktu 2 bulan.

5. Metode Daur Ulang

Dalam metode ini sebelumnya sampah dibeda – bedakan menurut jenisnya, kemudian setiap golongan diolah sendiri – sendiri menjadi produk atau hasil yang berharga kertas – kertas bekas setelah terkumpul diolah kembali menjadi kertas baru atau kertas karton. Hal ini dapat dilakukan juga terhadap jenis sampah seperti logam, plastik, dan gelas. Untuk sampah yang berjenis daun – daunan , buah – buahan, sisa sayur – sayuran dan zat organik lainya yang mudah busuk harus ditangani secara khusus.

6. Fermentasi Anaerobik

Pada cara ini sampah dirombak oleh mikroorganisme tertentu, tanpa udara, menjadi gas metan dan karbondioksida. Agar prosesnya berjalan dengan baik maka sampah harus dihancurkan terlebih dahulu sebelum di fermentasi.Berbagai macam pengolahan sampah tersebut yang akan dikaji dan dievaluasi adaah fermentasi anaerob yang kan menghasilkan gas bio. Cara memperoleh gasi bio yitu dengan mencampur sampah kota kecuali plastik, kaleng–kaleng bekas , pecahan kaca dan dengan dicampur air Riol kota dengan berbagai macam perbandingan.5

5

(27)

17

2.5 Wewenang Pemerintah Kabupaten atau Kota dalam Pengolahan Sampah

Dalam hal penyelenggaraan pengolahan sampah Pemerintah Kabupaten atau Kota mempunyai tanggungjawab dalam mewujudkan hak asasi masyarakat terhadap lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagaimana dimanatkan dalam UU RI No 18 tahun 2008 Pasal 9 angka 1 tentang pengolahan sampah. Kewenangan tersebut antara lain :

1. Dalam menyelenggarakan pengolahan sampah, pemerintah kabupaten/kota mempunyai kewenangan :

a. Menetapkan kebijakan dan strategi pengolahan sampah berdasarkan kebijakan provinsi dan nasional.

b. Menyelenggarakan pengelolaan sampah skala kabupaten / kota sesuai dengan norma, standar, prosedure, dan kriteria yang di tetapkan oleh pemerintah.

c. Melakukan pembinaan dan pengawasan kinerja pengelolaan sampah yang dilakukan oleh pihak lain.

d. Menetapkan lokasi tempat penampungan sementara , tempat pengolahan sampah terpadu dan atau tempat pemrosesan akhir sampah.

e. Melakukan pemantuan dan evaluasi secara berkala setiap 6 bulan selama 20 tahun tehadap tempat pemrosesan akhir sampai dengan sistem pembuangan terbuka yang telah di tutup.

f. Menyusun dan menyelenggarakan sistem tanggap darurat pengelolaan sampah sesuai dengan kewenangannya.

Sedangkan penyelenggaraan pengelolaan sampah dalam Peratauran Daerah Kota Semarang No 6 Tahun 2012 mencakup (Pasal 21 UUD 1945 ayat 1 dan 2) :

1. Pemerintah daerah menyusun rencana pengurangan dan penanganan sampah yang dituangkan dalam rencana strategis dan rencana kerja SKPD.

2. Rencana strategis pengurangan dan penanganan sampah sebagaimana dimkasud pada ayat (1) sekurang-kurangnya memuat :

(28)

18

b. Target penyediaan sarana-prasarana pengurangan dan penanganan sampah mulai dari sumber timbulan sampah sampai dengan TPA. c. Pola pengembangan kerjasama daerah, kemitraan, dan partisipasi

masyarakat.

d. Kebutuhan penyediaan pembiayaan yang ditanggung oleh pemerintah daerah dan masyarakat sebagai sumber timbulan sampah dan

e. Rencana pengembangan dan pemanfaatan teknologi yang ramah lingkungan dalam memenuhi kebutuhan mengguna ulang, mendaur ulang dan penanganan akhir sampah.

Dalam hal ini dibutuhkan kombinasi kerjasama antara pemerintah dan masyarakat, demi tercapainya peraturan yang ada agar berjalan secara terpadu dan komprehensif. Serta terdapat beberapa sanksi yang akan di jatuhkan kepada pengelola sampah apabila melanggar ketentuan persyaratan yang ditetapkan dalam perizinan, hal ini tercantum dalam Peraturan Daerah Kota Semarang Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Pasal 53 dan 54:

Keentuan pada Pasal 53 tersebut adalah : “Walikota dapat menerapkan sanksi administrasi kepada pengelola sampah yang melanggar ketentuan persyaratan yang di tetapkan dalam perizinan”.

Selanjutnya pada Pasal 54 ditentukan bahwa :

1. Setiap orang atau badan usaha yang melanggar ketentuan pada pasal 9 ayat (1), pasal 10 ayat (1) dan ayat (2), pasal (12), pasal (13), pasal 14 ayat (1), ayat (3) dan ayat (4), pasal 15, pasal (18), pasal 19 ayat (1) dan pasal 31 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) dikenakan sanksi administrasi. 2. Sanksi administrasi sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dapat diberikan

dalam bentuk :

(29)

19 b. Paksaan pemerintah daerah. c. Biaya paksa, dan

d. Pencabutaan/ pembatalan perizinan atau rekomendasi pencabutan/ pembatalan perizinan kegiatan dan /atau usaha.

3. Pengenaan sanksi administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat 2 diberikan setelah ada laporan hasil pengawasan.

4. Sanksi administrasi sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 dijatuhkan dalam bentuk tertulis.

2.5 Kebijakan Publik

Kebijakan atau kebijaksanaan berasal dari kata policy yang secara umum istilah policy digunakan untuk menunjukan perilaku dari beberapa “actor” seperti pejabat pemerintah, suatu kelompok atau lembaga pemerintah. Kebijakan dapat kita jumpai dalam setiap pemerintahan baik pada level internasional, nasional, maupun lokal.

Adapun pengertian tentang policy menurut beberapa ahli. Harold D. Lasswell dan Abraham Kaplan mengartikan policy “sebagai a projected of goals, values, and practices” (suatu program pencapaian tujuan–tujuan, nilai – nilai, dan praktik-praktik). Sedangkan Amara Raksasataya mengemukakan kebijakan sebagai suatu taktik dan stratetegi yang diarahkan untuk mencapai suatu tujuan. Oleh karena itu, suatu kebiakan memuat 3 elemen yaitu :

1. Identitas dari tujuan yang ingin dicapai. 2. Taktik yang sesuai dan strategi.

(30)

20

3. Penyediaan berbagai input untuk memungkinkan pelaksanaan secara nyata dari taktik dan strategi.

Berbeda dengan Friedrichs yang memandang policy sebagai serangkaian kegiatan yang di usulkan oleh seorang kelompok atau pemerintah di antara satu lingkungan tertentu yang memberikan hambatan dan kesepakatan dimana kebijakan diusulkan untuk memanfaatkan dan mengatasi masalah dalam upaya untuk mencapai satu tujuan atau merealisasikan satu sasaran tujuan.

Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke 4 tahun 2014 dijelaskan bahwa kebijakan berasal dari kata bijak yang berarti selalu menggunakan akal budinya, pandai, mahir, pandai bercakap-cakap, petah lidah. Selanjutnya diejlaskan bahwa kebijakan diartikan sebagai kepandaian, kemahiran, kebijaksanaan, rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan atau suatu pekerjaan, kepemimpinan dan cara bertindak tentang pemerintahan , organisasi dan lainnya.Pernyataan maksud , tujuan, prinsip dan cita-cita sebagai garis pedoman untuk managemen dalam usaha mencapai sasaran.6

Berikut pengertian kebijakan menurut beberapa ahli. Menurut Anderson Kebijkan adalah suatu tindakan yang mempunyai tujuan yang dilakukan seseorang pelaku atau sejumlah pelaku untuk memecahkan suatu masalah. Selanjutnya Anderson mengklasifikasikan kebijakan menjadi dua yaitu substantif dan prosedural . Kebijakan substantif yaitu apa yang harus dikerjakan

6

Kamus besar Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa Department Pendidikan Nasional, Cetakan VII, Edisi IV, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utam, Jakarta.

(31)

21

oleh pemerintah sedangkan kebijakan prosedural adalah siapa dan bagaimana kebijakan tersebut diselenggaraka. Ini berarti kebijakan publik adalah kebijakan-kebijakan yang dikembangkan oleh badan-badan dan pejabat-pejabat pemerintah.7 Sedangkan Jones dalam pandangan Prof Heinth Eulau dan Kenneth Prewitt kebijakan adalah keputusan tetap yang dicirikan oleh konsistensi dan pengulangan tingkah laku dari mereka yang membuat dan dari mereka yang mematuhi keputusan tersebut. Sekalipun definisi menimbulkan beberapa pertanyaan atau masalah untuk menilai beberapa lama sebuah keputusan dapat bertahan atau hal apakah yang membentuk konsistensi dan pengulangan tingkah laku yang dimaksud serta siapa yang sebenarnya melakukan jumlah pembuat kebijakan dan pematuh kebijakan tersebut.8 Sedangkan menurut Nugroho kebijakan adalah suatu aturan yang mengatur kehidupan bersama yang harus ditaati dan berlaku mengikat seluruh warganya. Setiap pelanggaran akan diberikan sanksi sesuai dengan bobot pelanggaran yang dilakukan dan dijatuhkan didepan masyrakat oleh lembaga yang mempunyai tugas menjatuhkan sanksi.9 Kemudian menurut pendapat Syafiie kebijakan hendaknya dibedakan dengan kebijaksanaan karena kebijaksanaan merupakan pengejawantahan aturan yang sudah ditetapkan sesuai situasi dan kondisi setempat oleh pejabat yang berwenang. Untuk itu Syafiii mendefinisikan kebijakan adalah semacam jawaban terhadap suatu masalah karna akan

7 Tahir, Arifin, 2014, Kebijakan Publik & Transparasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah,

Penerbit Alfabeta, Bandung.

8 Jones, Charles O, 1996, Pengantar Kebijakan Publik (Public Policy) Terjemahan Ricky Ismanto,

Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

9 Nugroho D, Riant, 2006, Kebijakan Publik Untuk Negra-Negara Berkembang, Penerbit PT Elex

(32)

22

merupakan sebagai upaya memecahkan, mengurangi dan mencegah suatu keburukan serta jadi penganjur, inovasi dan pemuka terjadinya kebaikan dengan cara terbaik dan tindakan terarah. Sedangkan William dunn

Menjelaskan bahwa ada 4 ciri pokok masalah kebijakan yaitu sebagai berikut : 1. Saling ketergantungan. Kebijakan bukan merupakan suatu kesatuan yang

berdiri sendiri, melainkan bagian dari seluruh sistem maalah.

2. Subyektifitas. Kondisi ekternal yang menimbulkan suatu permasalahan didefiniskan, diklarifikasi, dijelaskan, dan dievaluasi secara efektif. 3. Sifat batuan. Masalah-masalah kebijakan dipahami, diperhatikan dan

diubah secara sosial.

4. Dinamika masalah kebijakan. Cara pandang orang terhadap masalah pada akhirnya akan menetukan solusi yang ditawarkan untuk memecahkan masalah tersebut.

Empat hal tersebut menunjukan bahwa kebijakan mengandung berbagai pertimbangan terlebih jika menyangkut masyarakat banyak. Artinya dapat berhubungan dengan prinsip kemanusiaan, keadilan, kesejahteraan, dan prinsip demokrasi.10

Kemudian menurut Kartasasmita kebijakan adalah merupakan upaya untuk memahami dan mengartikan apa yang dilakukan, apa yang menyebabkan atau apa yang mempengaruhi, apa pengaruh dan dampak dari kebijakan publik

(33)

23

tesebut.11. Berbeda dengan Irfan Islami yang Menjelaskan bahwa kebijakan mempunyai beberapa implikasi yaitu sebagai berikut :

1. Bahwa kebijakan publik itu dalam bentuk perdananya berupa penetapan. 2. Bahwa kebijakan publik itu tidak cukup hanya dinyatakan tetapi

dilaksanakan dalam bentuk yang nyata.

3. Bahwa kebijakan publik itu baik untuk melakukan sesuatu itu mempunyai dan di landasi dengan maksud dan tujuan tertentu.

4. Bahwa kebijakan publik itu harus senantiasa ditujukan bagi kepentingan seluruh anggota masyarakat.12

Sedangkan Said Zainal mendefinisikan bahwa kebijakan dapat dibedakan dalam tiga tingkatan :

1. Kebijakan umum yaitu kebijakan yang menjadi pedoman atau petunjuk pelaksanaan baik yang bersifat positif atau yang bersifat negatif yeng meliputi keseluruhan wilayah atau instansi yang bersangkutan.

2. Kebijakan pelaksanaan, adalah kebija kan yang menjabarkan kebijakan umum. Untuk tingkat pusat, peraturan pemerintah tentang pelaksanaan suatu undang-undang.

3. Kebijakan teknis adalah kebijakan operasional yang berada dibawah kebijakan operasional13

11 Sutrisno, Edy, 2009, Mengenal Perencanaan, Implementasi & Evaluasi Kebijakan/Program,

Penerbit, Untag Press, Surabaya.

12 Islami, Irfan, 2001, Prinsip-prinip Perumusan Kebijakan Negara, Cetakan X, Bumi Aksara,

Jakarta.

13 Mulyadi, Dedi, 2015, Study Kebijakan Publik dan Pelayanan Publik, Penerbit Alfabeta,

(34)

24

Sedangkan pengertian publik diartikan sebagai masyarakat (rakyat). Setiap kebijaksanaan publik atau pemerintah harus selalu berorientasi pada kepentingan publik.

Ciri–Ciri kebijakan publik menurut James Anderson :

1. Kebijakan publik merupkan ttindakan pemerintah yang berorientasi pada tujuan.

2. Kebijakan publik merupakan serangkaian atau pola tindakan yang dibuat oleh pejabat-pejabat pemerintah dan bukan merupakan keputusan yang slaing terpisah.

3. Kebijakan publik itu apa yang nyata-nyata dilakukan oleh pemerintah misalnya dalam mengatur perdagangan, mengawasi inflasi, membangun perumhan rakyat, dan lain-lain, serta bukan sekedar pernyataan tentang apa yang ingin mereka lakukan atau dikatakan oleh pemerintah kota akan dilakukan.

4. Kebijaksanaa pemerintah itu dapat bersiat positif atau negatif. Positif apabila pemerintah nyata-nyata membuat keputusan-keputusan, peraturan-peraturan yang kemudian diimplementasikan dan diberi kekuatan sanksi dalam upaya mengatasi permasalahan tertentu.14 2.6 Pengertian implementasi Kebijakan Publik

Implementasi merupakan penyediaan sarana untuk melaksanakan sesuatu yang menimbulkan dampak atau akibat terhadap sesuatu. Sesuatu

14 Prof. Dr. H. M. Aries Djaenuri, Kepemimpinan, Etika, & Kebijakan Pemerintah, (Bogor:

(35)

25

tersebiut dilakukan untu menimbulkan dampak atau akibat itu dapat beupa undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan peradilan, dan kebijakan yang dibuat oleh lembaga-lembaga pemerintah dalam kehidupan kenegaraan.

Berikut pengertian implementasi menurut para ahli .15 Budi Winarno

Menjelaskan bahwa pengertian implementasi adalah tindakan-tindakan yang harus dilakukan oleh sekelompok individu yang telah ditunjuk untuk menyelesaikan suatu tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Kemudian Nurdin Usman berpendapat bahwa implementasi bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya mekanisme suatu sistem. Implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana untuk mencapai kegiatan. Kemudian Solichin Abdul Wahab berpendapat implementasi adalah tindaka-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu,

16

pejabat-pejabat, atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan. Sedangkan Daniel A. Mazmanian dan Paul Sabatier Mengemukakan pengertian implementasi adalah pemahaman yang akan terjadi setelah menetapkan suatu program yang menjadi fokus perhatian pemerintah yang merancang implementasi kebijakan. Dikatakan juga bahwa implementasi merupakan kejadian yang terjadi setelah dibuat dan disahkan

15

www.materibelajar.id

16

(36)

26

pedoman kebijakan negara. Sedangkan Hanifah Harsono berpendapat bahwa implementasi adalah suatu proses untuk melaksanakan kebijakan menjadi tindakan kebijakan dari politik kedalam administrasi. Pengembangan kebijakan dalam rangka penyempurnaan suatu program.

Sedangkan kebijakan dapat didefinisikan sebagai suatu ucapan atau tulisan yang memberikan petunjuk umum tentang penetapan ruang lingkup yang memberi batas dan arah umum kepada seseorang untuk bergerak.

(37)

27 BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian hukum merupakan suatu cara atau alat untuk mendapatkan pelajaran yang memberikan uraian tentang bagaimana proses – proses suatu karya ilmiah atau penelitian hukum disusun.

Metode penelitian menurut Ronny Hanitijo Soemitro adalah penelitian pada umumnya yang bertujuan untuk menemukan mengembangkan dan membenarkan suatu pengetahuan. Menemukan berarti berusaha memperoleh sesuatu untuk mengisi kekosongan atau kekurangan. Kemudian mengembangkan berarti memperluas dan menggali lebih dalam apa yang sudah ada masih atau dapat diragukan kebenarannya.

Dengan adanya suatu metode penelitian akan dapat mempermudah suatu penelitian itu dirumuskan, dianalisa, dan mudah untuk memecahkan masalah – masalah tertentu. Peranan metodologi dalam penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan, menurut Soerjono Soekanto sebagai berikut :

1. Menambah kemampuan para ilmuan untuk mengadakan atau melaksanakan penelitian secara lebih baik atau lebih lengkap.

2. Memberikan kemungkinan yang lebih besar untuk meneliti hal – hal yang belum diketahui.

3. Memberikan kemungkinan.

(38)

28

5. Memberikan pedoman untuk mengorganisasikan serta mengintegrasikan pengetahuan mengenai masyarakat.17

Kegiatan penelitian dibutuhkan suatu metode yang baik dan benar agar diperoleh hasil yang tepat dan dapat dipertanggungjawabkan. Sehingga suatu metode penelitian dapat dikatakan sebagai suatu hal yang mutlak dalam sebuah penelitian ilmiah hukum.

3.1 Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini yang penulis gunakan adalah tipe penelitian yuridis sosiologis yaitu tipe penelitian yang dilakukan secara langsung dangan melihat kenyataan yang ada dalam praktek di lapangan.18 Penelitian secara yuridis sosiologis digunakan dalam penelitian ini karena penulis ingin mengkaji tentang implementasi Peraturan Daerah Kota Semarang No 6 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah di Kecamatan Gajah Mungkur. Metode pendekatan secara yuridis sosiologis sangat penting untuk mengetahui keefektivan suatu peraturan daerah yang harus diterapkan di masyarakat.

17

Priant, Rgil Agus. “Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah di Kelurahan Jombang Kota Semarang”. Tesis Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang, 2011

18

III METODE PENELITIAN, http://digilib.unila.ac.id/525/8/BAB%20III.pdf,Diakses pada

(39)

29 3.2 Spesifikasi Penelitian

Spesifikasi penelitian yang digunakan adalah deskriptif analisis, metode deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran atau peristiwa yang terjadi dalam memaparkan objek penelitian berdasarkan kenyataan yang ada secara kronologis dan sistematis. Kemudian dikaitkan dengan kaidah–kaidah hukum tertentu dalam memecahkan permasalahan. Selain memberikan pemaparan dan penggambaran objek data yang diperoleh akan diinventarisasikan kemudian disusun secara sistematis, dianalisis berdasarkan kesesuaian norma–norma hukum yang berlaku kemudian memberikan aspek–aspek permasalahan mengenai implementasi Peraturan Daerah Kota Semarang No 6 Tahun 2016 mengenai pengelolaan sampah di wilayah Kecamatan Gajah Mungkur.

3.3 Metode Penentuan Sampel

Dalam melakukan penelitian hukum ini penulis menggunakan cara pengambilan sampel sistematis non random yang dilakukan dengan cara “purpose sampling” ( sampel bertujuan ) yang dilakukan dengan mengambil subjek yang didasarkan pada tujuan tertentu untuk menjaring informasi dan berbagai macam sumber sebanyak mungkin dan menggali informasi yang menjadi dasar dari penelitian dan sampel yang diambil adalah sampel yang memenuhi kriteria saja. Peneliti turun langsung ke

(40)

30

Kecamatan Gajah Mungkur guna meneliti bagaimana implementasi Peraturan Daerah Kota Semarang No 6 Tahun 2012 tentang Pengelolaan sampah di wilayah Kecamatan Gajah Mungkur.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan data primer yaitu sumber data yang diperoleh berupa berupa data yang didapat langsung dari lapangan dan didukung dengan data sekunder yang berupa studi pustaka.

1. Data Primer

Data primer merupakan hasil dari wawancara maupun data tertulis yang merupakan hasil penelitian di lapangan yang dilakukan secara terstruktur, pengamatan langsung untuk mendapatkan fakta atau gambaran yang kongkrit mengenai pengolahan sampah yang dilakukan di Kecamatan Gajah mungkur. Dalam wawancara dengan perangkat Kecamatan Gajah mungkur dan warga setempat secara terstruktur terlebih dahulu disiapkan instrumen berupa beberapa daftar pertanyaan atau kuisioner yang berfungsi sebagai pedoman pada saat wawancara dengan perangkat dari Kecamaan Gajah Mungkur berlangsung.

2. Data Sekunder.

Data sekunder merupakan data yang berhubungan erat dengan data primer sehingga dapat membantu menganalisa dan memahami data primer. Data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian hukum ini didapatkan dari dokumen – dokumen mengenai realisasi pengelolaan sampah di Kecamatan

(41)

31

Gajah Mungkur berdasarkan pada acuan Peraturan Daerah Kota Semarang No 6 Tahun 2012.

Data yang diperoleh dalam penelitian ini diperoleh melalui :

1. Studi pustaka, merupakan pengkajian informasi tertulis mengenai hukum yang berasal dari sumber dan dipublikasikan secara luas atau untuk umum, sebagaimana misal perundang-undangan.

2. Studi dokumen, merupakan penelusuran dokumen yang tidak dipublikasikan untuk umum.

3.5 Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode analisis data kualitatif. Analisis data kualitatif adalah suatu cara penelitian yang menghasilkan data deskriptis analistis, data yang diperoleh dikumpulkan dan di proses dengan memilah – milah data dari lapangan. Membandingkan antara implementasi kebijakan dengan keadaan yang berkembang di masyarakat.

Data yang sudah berhasil dikumpulkan selanjutnya dilakukan editing untuk mengetahui apakah data tersebut sudah benar, lengkap atau masih ada kekurangan yang harus disempurnakan. Selanjutnya disajikan dalam bentuk laporan penelitian. Prosedur penelitian kualitatif memiliki perbedaan dengan penelitin kuantitatif. Penelitian kualitatif didesain secara longgar, tidak ketat sehingga dalam pelaksanaan penelitian berpeluang mengalami perubahan dari

(42)

32

apa yang telah direncanakan. Hal ini dapat terjadi apabila perencanaan ternyata tidak sesuai dengan apa yang ada dilapangan.19

19

Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif : Teori dan Praktik, (Jakarta:PT. Bumi Aksara Cetakan kelima, 2015),hlm.107

(43)

33 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Implementasi Peraturan Daerah Kota Semarang No 6 Tahun 2012 di Kecamatan Gajah Mungkur.

Kecamatan Gajahmungkur adalah sebuah kecamatan di Kota Semarang, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Merupakan kecamatan pecahan dari Kecamatan Semarang Selatan. Terdapat 8 Kelurahan di Wilayah Kecamatan Gajah Mungkur antara lain yaitu :

- Kelurahan Lempongsari. - Kelurahan Karang Rejo. - Kelurahan Gajahmungkur - Kelurahan Sampangan. - Kelurahan Bendan Nduwur. - Kelurahan Bendan Ngisor. - Kelurahan Bendungan. - Kelurahan Petompon.

Dengan seluruhnya berjumlah 58.533 jiwa dengan kepadatan 6864 jiwa/km2 dan diklasifikasikan menjadi daerah pemukiman, daerah komersil, perkantoran, pabrik, sarana prasaran umum dan lain-lain dimana daerah tersebutlah menjadi sumber-sumber penghasil sampah yang harus dialokasikan atau dikelola dengan baik dan benar dengan tehnik tepat dan efektif. Perihal pengelolaan sampah ini

(44)

34

Di Kecamatan Gajahmungkur mengupayakan pengelolaan sampah yang optimal dengan memilah dan memilih sampah yang masih bisa diolah dan sampah yang sudah tidak dapat diolah. Dengan kekreatifan warga setempat beberapa kelurahan di Kecamatan Gajah mungkur mengolah sampah diantaranya menjadi pupuk kompos (Komposting) yang berasal dari sampah organik, sedangkan sampah anorganik di Kecamatan Gajahmungkur diolah menjadi berbagai macam karya seperti bunga plastikt, pot bunga hias, tas handmade yang tentunya barang-barang tersebut bisa di gunakan sehari-hari, dan dalam hal ini masyarakat berperan aktif dalam pengelolaan sampah menjadi produk baru yang dapat beralih fungsi.

Berdasarkan SK Walikota Semarang No. 660.2/2001 tanggal 20 april 2001 tentang penyerahan sebagian tugas dinas kebersihan kepada masing – masing Kecamatan di Kota Semarang maka semua sarana dan prasarana beserta petugas yang bertanggungjawab atas pengelolaan sampah dan kebersihan wilayah diserahkan kepada masing-masing wilayah Kecamatan.

Sedangkan dalam rangka melaksanakan Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang Nomor 6 Tahun 1993 dan Keputusan Walikota Semarang Nomor 660.2/ 274 Tahun 2000, maka diperlukan langka-langkah pengelolaan kebersihan di wilayah Kota Semarang yang dilakukan oleh Dinas Kebersihan, Dinas Pasar, PDAM, Camat, Lurah dan Lembaga Swadaya Masyarakat serta warga masyarakat.

(45)

35 a. Dinas Kebersihan.

- Merencanakan Pengelolaan kebersihan di Kota Semarang secara keseluruhan dan terpadu termasuk sarana dan prasarana.

- pengadaan perbaikan dan pengelolaan sarana dan prasarana kebersihan seperti truk, container sampah, depo kontainer, becak sampah, dan tong sampah serta sarana dan prasarana kebersihan yang ada di TPA dan IPLT.

- Memantau pengelolaan kebersihan di wilayah Kota Semarang.

- Menerima pengaduan dari warga masyarakat tentang pengangkutan sampah dan kebersihan di TPS.

- Menerima pengaduan dari warga masyarakat tentang peninjauan ketetapan retribusi kebersihan persil rumah tangga dan niaga, yang berlangganan PDAM dan Non PDAM.

- Menerima pengaduan lainya yang berhubungan dengan masalah kebersihan di wilayah Kota Semarang.

- Memeberikan pelayanan pengangkutan sampah persil niaga. - Melaksanakan pengangkutan sampah jalan protokol.

- bekerjasama dengan pihak ketiga.

- Menerima setoran retribusi kebersihan persil rumah tangga dan persil niaga, yang beralangganan PDAM, Lurah dan Lembaga masyarakat serta Pengusaha.

(46)

36

berlangganan PDAM, serta melimpahkan pemungutan

retribusinya kepada Lurah dan atau Lembaga Masyarakat di bawah koordinasi Camat.

- Menerima jasa pengurusan, pengangkutan dan pembuangan lumpur tinja di IPLT.

- Menyetorkan hasil pemungutan retribusi kebersihan dan pendapatan lainya di Kas Daerah Pemerintah Kota Semarang.

- Menerima bantuan atau partisipasi sarana dan prasarana kebersihan dari pihak ketiga

- Mengadakan kerjasama dengan pihak ketiga tentang pengelolaan kebersihan.

b. Kecamatan

- Memantau pengelolaan Kebersihan di wilayah Kecamatan. - memantau kebersihan jalan jalan protokol

- memantau kebersihan tong-tong sampah jalan protokol dan TPS di wilayahnya.

- mengajukan permohonan pengadaan, penambahan dan perbaikan sarana dan prasarana kebersihan seperti truk,kontainer sampah, depo kontainer, becak sampah, dan tong sampah kepada Dinas Kebersihan.

(47)

37

- Memberikan pelayanan pengangkutan sampah persil rumah tangga dan persil niaga dari TPS ke TPA yang ada di wilayahnya.

- malakukan pemungutan dan menyetorkan retsibusi kebersihan persil niaga di Dinas Kebersihan.

c. Kelurahan.

- Mengawasi kebersihan di wilayah kelurahan.

- Membentuk dan mengesahkan organisasi unit kebersihan Kelurahan. - Mengkoodinir KSM dalam menangani penyapuan jalan sampah

protokol.

- Memantau pengambilan sampah dari sumber ke TPS - Menunjuk petugas yang berfungsi memantau dan

- Melaksanakan kebersihan serta jadwal waktu pengangkutan kontainer. - Mengatur penempatan lokasi TPS, baik depo maupun kontainer;

- Membuat kebijakan yang berkaitan dengan pengelolaan dan penarikan. - iuran kebersihan kepada warga masyarkat untuk

- pengelolaan sampah dari sumber sampah sampai TPS

- Melakukan pemungutan retribusi kebersihan persil rumah tangga dan persil niaga yang tidak berlangganan PDAM.

- Menyetorkan hasil pemungutan retribusi kebersihan Dinas Kebersihan.

- Menerima biaya bantuan operasional dari Dinas Kebersihan, yang besarnya sesuai dengan jumlah setoran retribusi kebersihan

(48)

38

persil rumah tangga dan persil niaga yang berlangganan PDAM dan non PDAM berdasarkan ketentuan yang berlaku.

- Membuat SPJ dan membuat administrasi kebersihan;

- Melakukan pembuatan dan perbaikan secara swadaya masyarakat untuk TPS yang berupa bak sampah.

- Mengajukan permohonan becak sampah, penambahan kontainer, maupun depo di Dinas Kebersihan Kota Semarang lewat Camat. d. Warga Masyarakat

- Membersihkan Lingkungan rumah, pekarangan dan kebun (persil masing-masing).

- Membersihkan jalan dan lingkungan sekitarnya serta tidak membuang sampah di sembarang tempat.

- Menyediakan tong-tong sampah atau tempat sampah dari sumber sampah persil (masing-masing ) ke TPS yang dikelola oleh RT, RW maupun Pemerintah Kelurahan.

- Membayar retribusi kebersihan untuk pengangkutan sampah dari TPS ke TPA ( sesuai perda yang berlaku ).

- Membayar iuran penyapu jalan yang dikelola oleh KSM bagi persil yang menghadap jalan protokol.

- Mendapatkan pelayanan pengangkutan sampah dari sumber sampai TPS yang dikelola oleh Pemerintah Kelurahan.

(49)

39

Akan tetapi meskipun demikian Dinas Kebersihan tetap bertanggungjawab atas pelaksanaan kebersihan di Kota Semarang. Dalam hal ini dinas kebersihan yang terbentuk dalam Satgas (satuang petugas) K3 yang dalam tugas dan wewenangnya di bawah komando dari Kecamatan Gajah Mungkur. Daerah pelayanan kebersihan meliputi seluruh wilayah Kecamatan Gajahmungkur yang dibedakan atau diklasifikasikan menjadi: 1. Pemukiman, Meliputi keseluruhan kecamatan yang ada di Kecamtan

Gajahmungkur Semarang.

2. Daerah Komersial/Niaga seperti seluruh pasar yang ada dan daerah/lokasi pedagang kaki lima, pertokoan, pusat perbelanjaan, hotel, losmen dan restoran atau warung makan didaerah pertokoan.

3. Perkantoran dan fasilitas Umum.

4. Industri, Sebagian daerah sentra industri dilayani Dinas Kebersihan dan sebagian ada yang membuang sampahnya langsung ke TPA Jatibarang.

5. Jalan, Pelayanan kebersihan khusunya penyapuan di jalan protokol, kolektor dan sebagian jalan lokal sebagian ditangani oleh kelurahan dan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM). Adapun untuk pengangkutan ditangani oleh pihak ke III atau swasta dan kecamatan. Penyapuan jalan protokol oleh petugas setiap hari dimulai pukul 04.00 WIB dilanjutkan pengangkutan sampah oleh truck pukul 06.00 WIB untuk dibuang ke TPA Jatibarang, sehingga pukul 07.00 WIB jalan

(50)

40

protokol sudah dalam kondisi bersih. Hal ini dilakukan sepanjang hari secara periodik dengan kendaraan roda 3 ataupun truck sampah, sesuai dengan kondisi jalan protokol. Dan untuk memantau kinerja dari petugas kebersihan tersebut terdapat pengawas dan pengendalian kebersihan yang dilakukan oleh Dinas Kebersihan bagian pengawasan dan pengendalian. Pasukan Satgas K3, pengawasan dan pengendalian jalan protokol setiap hari mulai pukul 07.00 dan dilakukan secara periodik sepanjang hari ke seluruh titik-titik jalan protokol, serta menginformasikan kondisi kebersihan jalan protokol yang harus ditangani dengan segera kepada rekanan untuk ditindaklanjuti. Berikut gambar jalan protokol sebelum dibersihakan dan setelah di bersihkan.

(51)

41

Dalam pengelolaan sampah diberlakukan dengan penggunaan sistem pengelolaan sampah terpadu yang melibatkan peran serta masyarakat. Sistem pengelolaan sampah terpadu merupakan kombinasi dari sistem pengelolaan sampah dengan cara daur ulang, pengomposan, dan sistem pembuangan akhir. Pendekatan ini merupakan manifestasi dari sistem 3R (Reduce, Reuse, Recycle) atau 3M (mengurangi, menggunakan kembali, dan mendaur ulang). Dalam konsep pengelolaan sampah terpadu, program pemilahan sampah dilakukan sedekat mungkin dengan sumber yang ada di lapangan, sehingga pemilihan dapat lebih optimal.

4.1 Faktor Pendukung dan Kendala yang Dihadapi Kecamatan

Gajahmungkur dalam Mengimplementasikan Peraturan Daerah Kota Semarang No 6 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah.

Hal-hal yang menjadi faktor pendukung dan kendala yang dihadapi Kecamatan gajahmungkur dalam upaya mengimplementasikan Peraturan Daerah Kota Semarang antara lain :

- Faktor Pendukung

1. Adanya pengadaan fasilitas sarana dan prasarana setiap tahun.\

2. Kerjasama yang dilakukan oleh Pemerintah Kota dalam pengelolaan sampah juga sangat membantu dalam pemecahan masalah persampahan di Kota Semarang.

(52)

42

4. Aspek Sosial yang meliputi sosial ekonomi seperti kegiatan pasar dan pertokoan, serta kegiatan rumah tangga.

- Faktor Penghambat ( kendala yang di hadapi ) 1. Komunikasi

Implementasi kebijakan pengelolaan sampah di Kota Semarang akan tercapai apabila tujuan dan ukuran dasar kebijakan dikomunikasikan dengan baik oleh aparat pelaksana kebijakan, namun ketepatan dari penyampaian informasi kebijakan pengelolaan sampah di Kota Semarang yang ditujukan kepada masyarakat tampaknya belum sepenuhnya berhasil, karena menurut hasil wawancara kepada beberapa masyarakat Kota Semarang, mereka belum sepenuhnya paham mengenai pengelolaan sampah, karena menurut mereka hal tersebut merupakan tugas dan tanggung jawab dari pemerintah daerah.

2. Sumber Daya

Sumber daya yang diperlukan dalam implementasi kebijakan pengelolaan sampah di Kota Semarang adalah sumber daya manusia termasuk kualitas dan kuantitasnya. Menurut pemaparan dari para informan terkait dengan kuantitas sumber daya manusia dalam hal pelaksanaan pengelolaan sampah yang ada masih kurang dan perlu penambahan jumlah petugas kebersihan agar pelayanan kebersihan dapat berjalan secara optimal.

3. Disposisi

Disposisi implementor ini mencakup tiga hal penting, yakni: Respon implementor terhadap kebijakan, yang akan mempengaruhi kemauannya

(53)

43

untuk melaksanakan kebijakan, kognisi yakni pemahamannya terhadap kebijakan dan komitmen aparat dalam kegiatan pengelolaan sampah. Komitmen dari petugas lapangan berdasarkan hasil observasi penulis, mereka sudah mengetahui tugasnya dengan baik dalam kegiatan pengurangan dan penanganan sampah, namun didalam prakteknya masih ditemukan beberapa petugas lapangan ataupun pegawai yang dalam menjalankan tugasnya belum optimal, seperti belum sepenuhnya bekerja di saat jam kerja.

4. Struktur birokrasi

Merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi implementasi kebijakan. struktur birokrasi yang ada pada bidang Operasional Dinas kebersihan dan Pertamanan, susunan birokrasi yang ada dalam Dinas Kebersihan dan Pertamanan bidang Operasional tidak terlalu panjang dapat memudahkan dalam mengkoordinir petugas kebersihan dari Kasie, staff sampai mandor dan penyapu jalan dalam menjalankan mplementasi pengelolaan sampah di Kota Semarang. Namun hal tersebut belum sepenuhnya dapat berjalan dengan efektif karena pada kegiatan pengurangan sampah yang meliputi pembatasan timbulan sampah, pendauran ulang sampah dan pemanfaatan sampah dengan struktur yang ada belum sepenuhnya bisa mengatasi kegiatan pengurangan sampah. Jumlah timbulan sampah yang ada tiap tahunnya mengalami kenaikan. Kendala-kendala yang ada pada struktur birokrasi saat ini adalah belum adanya bidang-bidang khusus untuk kegiatan penanganan dan pengurangan sampah.

(54)

44

1.3 Upaya mengatasi kendala yang dihadapi Kecamatan Gajahmungkur dalam mengimplmentasikan Peraturan Daerah Kota Semarang no 6 tahun 2012.

1. Komunikasi.

Dalam penyampaian informasi tentang implementasi kebijakan pengelolaan sampah di Kota Semarang pemerintah daerah menggunakan cara sosialisasi yang dilakukan di kecamatan-kecamatan Kota Semarang yang dilakukan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan yang dibantu oleh Badan Lingkungan Hidup ataupun lembaga lingkungan lainnya dan juga dengan membagikan buku-buku terkait dengan informasi perda pengelolaan sampah dan sosialisasi tersebut sudah dilakukan beberapa kali dalam satu tahun. Cara lain yang dilakukan dengan menggunakan media seperti menginformasikan Perda pengelolaan sampah melalui media internet sudah dilakukan yang bertujuan untuk mempermudah masyarakat dalam mengetahui informasi tentang adanya perda tersebut.

Dalam hal sosialisasi Perda Pengelolaan Sampah bisa dengan memasang baliho ataupun poster mengenai kesadaran akan kebersihan lingkungan di tempat-tempat umum, dan sosialisasi yang dilakukan kepada masyarakat bisa lebih sering dilakukan dan sosialisasi melalui

(55)

45

media elektronik seperti di televisi dan radio agar implementasi pengelolaan sampah dapat berjalan dengan baik.

2. Sumber Daya.

Terlepas dari kurangnya sumber daya yang dimiliki, aparat pelaksana dalam menjalankan tugasnya sudah sesuai dengan porsinya masing-masing dan mereka saling membantu satu sama lain apabila terjadi kesulitan dalam menjalankan tugas. Selain sumber daya manusia, sumber daya lain seperti sarana dan prasarana yang mendukung pengelolaan sampah di Kota Semarang. Saat ini sarana dan prasarana yang ada di Kota Semarang dalam menunjang keberhasilan implementasi pengelolaan sampah dinilai masih kurang. Dari semua sumber daya yang diperlukan, baik dari sumber daya manusia, ataupun sarana dan prasarana memerlukan dana yang cukup besar agar semua yang dibutuhkan dalam kegiatan pengurangan dan penanganan sampah bisa tercapai. Selain itu perlu adanya penambahan petugas kebersihan dilapangan dan penambahan peralatan kebersihan dan kendaraan berat, karena saat ini kendaraan pengangkut sampah yang dimiliki Dinas Kebersihan dan Pertamanan tidak semua dalam kondisi yang baik atau rusak.

3. Disposisi

Dalam menjaga komitmen yang ada saat ini, para petugas lapangan yang melanggar dapat dikenakan sanksi bagi yang tidak bekerja sesuai

(56)

46

dengan tugasnya seperti kepada para petugas kebersihan yang dalam menjalankan tugasnya didapati kurang rajin dan sering terlambat untuk bekerja mendapat sanksi berupa teguran secara lisan ataupun tertulis. Respon atau tanggapan implementor terhadap suatu kebijakan pengelolaan sampah menentukan keberhasilan implementasi kebijakan pengelolaan sampah di Kota Semarang. Berdasarkan hasil penelitian dilapangan menunjukkan bahwa respon yang diberikan oleh implementor terhadap kebijakan pengelolaan sampah di Kota Semarang sudah cukup baik. Hal ini karena kebijakan pengelolaan sampah di Kota Semarang yang ada didalam Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2012 dapat menjadi acuan bagi implementor dalam menjalankan tugasnya melakukan pengelolaan sampah di Kecamatan Gajahmungkur. Sedangkan untuk respon pemerintah daerah dalam menanggapi keluhan-keluhan ndari masyarakat, seperti mengenai kurangnya atau tidak seimbangnya sarana dan prasarana dengan volume sampah yang ada atau mengenai keterlambatan petugas kebersihan dalam mengangkut sampah. menanggapi hal tersebut pemerintah daerah dapat langsung menangani masalah yang ada di masyarakat, serta dengan pemberian sanksi bagi petugas yang lalai dalam bekerjaMeningkatkan komitmen petugas kebersihan dan aparat pemerintah dengan cara memberikan motivasi yang dilakukan oleh atasan kepada bawahan untuk menjalankan tugasnya dengan optimal ketika bekerja.

(57)

47 4. Struktur Birokrasi

Dalam penanganan masalah birokrasi seharusnya terdapat bidang-bidang khusus untuk kegiatan penanganan dan pengurangan sampah serta perlu adanya tim yustisi seperti yang sudah diterapkan oleh kota Surabaya dalam hal penanganan sampah bagi masyarakat yang membuang sampah tidak pada tempatnya, sehingga ketika melakukan kegiatan dilapangan bisa optimal dan terkoordinir sesuai bagiannya masing-masing. Perlu adanya penambahan bagian-bagian khusus dalam kegiatan pengurangan dan penanganan sampah serta adanya bagian atau tim khusus yang menangani masyarakat yang melanggar saat membuang sampah

Gambar

Gambar protokol sebelum dan sesudah dibersihkan.

Referensi

Dokumen terkait

Persoalan yang secara ilmiah menarik untuk dikaji dari pelaksanaan agenda demokratisasi ini adalah persentuhan tradisi demokrasi yang berakar dari Barat dengan

Zakat adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau badan yang dimiliki oleh orang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan kepada

Beragam konvensi internasional yang telah disahkan ke dalam peraturan di Indonesia maupun regulasi yang ada di Indonesia berkenaan dengan pemanfaatan ruang angkasa sampai saat

Berrikuntza eta Kalitate errektoreordetzatik egin diren Irakaskuntza Berritzeko Programen (IBP) lehenengo eta bigarren deialdian (2007. urteetan) parte hartu dugu eskola moduan

Pada pengujian laju korosi dengan metode weight lost test diketahui material stainless steel terlihat mengalami peningkatan sebesar 2,46 % dan laju korosi

Berdasarkan pencitraan dengan mikroskop tegangan 3 Volt dipilih sebagai kondisi mula-mula untuk variasi berikutnya yaitu variasi dengan range tegangan yang lebih kecil

Pada pengujian ini digunakan sepuluh bahan uji air yang diambil secara acak , air tersebut kemudian akan disaring dan dibandingkan lama waktu penyaringan antara