• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Budaya merupakan nilai-nilai yang dimiliki manusia, bahkan mempengaruhi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Budaya merupakan nilai-nilai yang dimiliki manusia, bahkan mempengaruhi"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebudayaan

2.1.1 Definisi Kebudayaan

Budaya merupakan nilai-nilai yang dimiliki manusia, bahkan mempengaruhi sikap dan perilaku manusia. Dengan kata lain, semua manusia merupakan aktor kebudayaan karena manusia bertindak dalam lingkup kebudayaan. Menurut Vaner dan Beamer dalam Alo Liliweri (2002:7) mengartikan budaya sebagai pandangan yang koheren tentang sesuatu yang dipelajari, yang dibagi, atau yang dipertukarkan oleh sekelompok orang. Pandangan itu berisi apa yang mendasari kehidupan, apa yang menjadi derajat kepentingan, tentang sikap mereka yang tepat terhadap sesuatu, gambaran suatu perilaku yang harus diterima oleh sesama atau yang berkaitan dengan orang lain.

Menurut Alisyahbana dalam Supartono (2004:31) budaya merupakan manifestasi dari cara berfikir, sehingga menurutnya pola kebudayaan itu sangat luas sebab semua tingkah laku dan perbuatan, mencakup di dalamnya perasaan karena perasaan juga merupakan maksud dari pikiran. Kemudian Peruci dan Hamby dalam Tampubolon (2004:184) mendefisinisikan budaya adalah segala sesuatu yang dilakukan, dipikirkan, dan diciptakan oleh manusia dalam masyarakat, serta termasuk pengakumulasian sejarah dari objek-objek atau perbuatan yang dilakukan sepanjang waktu.

(2)

Berapa pengertian budaya diatas, menunjukan bahwa budaya merupakan satu unit interpretasi, ingatan, dan makna yang ada di dalam manusia dan bukan sekadar dalam kata-kata. Ia meliputi kepercayaan, nilai-nilai, dan norma, semua ini merupakan langkah awal di mana kita merasa berbeda dalam sebuah wacana. Budaya mempengaruhi perilaku manusia karena setiap orang akan menampilkan kebudayaannya tatkala dia bertindak, seperti tindakan membuat ramalan atau harapan tentang orang lain atau perilaku mereka. Terakhir, budaya melibatkan karakteristik suatu kelompok manusia dan bukan sekadar pada individu.

2.1.2 Nilai Budaya Pada Wirausaha

Nilai budaya yang terwujud dalam perasaan terhadap ketidakpastian merupakan bagian dari anggota masyarakat yang diturunkan secara turun temurun serta dapat dipelajari. Individu dalam masyarakat mempelajarinya melalui proses belajar yang berupa transfer ilmu pengetahuan dan pemberian reinforcement dalam situasi yang ada di masyarakatseperti keluarga, sekolah dan negara. Perasaan ini merupakan pola kolektif dari suatu masyarakat yang mungkin saja berbeda pada masing-masing masyarakat.

Terdapat dua ciri nilai budaya di dalam masyarakat, yaitu masyarakat dengan nilai budaya tinggi dan rendah. Tingkat nilai budaya dapat diukur dengan menggunakan uncertainty avoidance index (UAI). Berikut ini merupakan gambaran dari ciri-ciri masyarakat dengan nilai budaya tinggi dan rendah.

(3)

1. Nilai budaya tinggi

Menurut Hofstade (2005:34), jika dilihat secara ekstrim maka masyarakat dengan tingkat nilai budaya yang tinggi akan merasa nyaman jika berada pada situasi serta kondisi dimana keadaan saat ini dan masa depan dapat diprediksi atau dengan kata lain mempunyai kepastian. Masyarakat dengan nilai budaya yang tinggi akan berorientasi pada peraturan, institusi hukum, ahli dan kontrol untuk mengurangi ketidakpastian yang ada. Tingkat kecemasan mereka juga pada umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakat dengan tingkat nilai budaya rendah. Kecemasam masyarakat dengan tingkat nilai budaya tinggi ini termanifestasikan dalam aturan-aturan yang ketat dan rinci dalam mengatur segala aspek kehidupan seperti di dalam lingkungan keluarga, masyarakat dan negara serta organisasi.

2. Nilai budaya rendah

Masyarakat dengan nilai budaya rendah akan tetap merasa nyaman walaupun mereka berada pada situasi yang tidak pasti saat ini maupun masa depan. Hal tersebut mencerminkan tingkat toleransi yang tinggi terhadap ambiguitas dan pendapat yang beragam pada masyarakat dengan nilai budaya rendah. Oleh karena itu mereka tidak terlalu berorientasi pada peraturan, lebih siap dalam menghadapi perubahan, serta berani mengambil keputusan yang berisiko. Tingkat kecemasan pada masyarakat dengan nilai budaya rendah lebih rendah dibandingkan dengan masyarakat yang mempunyai nilai budaya tinggi. Masyarakat dengan nilai budaya rendah lebih tidak cemas dalam menghadapi

(4)

perubahan-perubahan/hal-hal baru. Nilai budaya rendah ini dapat dilihat dari konteks keluarga, masyarakat dan negara serta organisasi. Hofstade (2005:65)

Individu yang tinggal dengan keluarga yang mempunyai budaya dengan nilai budaya rendah meyakini bahwa mereka dapat mengontrol konflik dan kompetisi. Mereka menganggap perbedaan yang ada sebagai hal yang menarik untuk diketahui lebih lanjut. Oleh karena itu hal yang berbeda secara sosial tidak dianggap sebagai sesuatu yang membahayakan. Hal ini juga menyebabkan mereka mempunyai toleransi yang sangat tinggi pada tingkah laku yang kreatif dan baru.

Menurut Hofstade dalam Mueller & Thomas (2000:14), pada individu yang berada dalam masyarakat dengan nilai budaya yang rendah, ia mempunyai keinginan yang besar dalam mengambil resiko dan kebutuhan untuk berprestasi merupakan usaha yang sukarela dilakukan. Sedangkan individu yang berada pada masyarakat dengan nilai budaya yang tinggi. Ia meyakini bahwa konflik dan kompetisi merupakan suatu bentuk agresi yang merusak dan harus dihindari. Orang dan ide yang berbeda dianggap sebagai sesuatu yang membahayakan. Pada budaya dengan nilai budaya yang tinggi, individu di dalamnya mempunyai rasa takut akan kegagalan yang lebih besar, keinginan untuk mengambil resiko yang rendah dan juga toleransi terhadap situasi ambigu yang rendah.

(5)

Menurut Ripsas (1998:65), resiko yang ditandai wirausaha merupakan dampak dari perubahan di lingkungan yang tidak dapat dikontrol dan tidak pasti. Umumnya wirausaha memanfaatkan perubahan yang tidak pasti ini untuk mencapai tujuan mereka sehingga tidak heran jika wirausaha cukup mempunyai toleransi yang tinggi dalam menghadapi ketidakpastian.

Knight dalam Ripsas (1998:66), menyatakan bahwa wirausaha mempunyai kelebihan dalam hal toleransi terhadap ketidakpastian. Dari definisi yang diberikan tersebut dapat dilihat bahwa seorang wirausaha diasumsikan dengan pengambilan resiko yang berkaitan erat dengan ketidakpastian. Keunggulan atau fungsi utama seorang wirausaha adalah kemampuannya dalam menghadapi ketidakpastian. Resiko yang selalu dikaitkan dengan ketidakpastian merubah suatu hal yang tidak dapat diukur. Berdasarkan penjelasan-penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang wirausaha adalah kemampuannya dalam menghadapi ketidakpastian dengan memutuskan tentang bagaimana dan apa yang harus dilakukan dalam menghadapi ketidakpastian dengan tidak menjadikan beberapa kemungkinan yang terjadi di masa depan menjadi sesuatu yang pasti.

2.1.3 Tiga Wujud Kebudayaan

Berdasarkan dimensinya Menurut J.J. Hoenigman (2003:87), wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga yaitu :

(6)

1. Gagasan (Wujud ideal)

Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.

2. Aktivitas (tindakan), aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.

3. Artefak (karya)

Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud kebudayaan.

(7)

Kenyataannya kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.

2.2 Kewirausahaan

2.2.1 Defenisi Kewirausahaan

Menurut Frinces (2004:10), kewirausahaan adalah bentuk usaha menciptakan nilai lewat pengakuan terhadap peluang bisnis, manajemen pengambilan resiko yang sesuai dengan peluang yang ada dan lewat keterampilan komunikasi dan manajemen untuk memobilisasi manusia, dan sumber daya yang diperlukan untuk sebuah proyek sampai berhasil. Secara sederhana arti wirausahawan (entrepreneur) adalah orang yang berjiwa berani mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan Berjiwa berani mengambil resiko artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha, tanpa diliputi rasa takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti. (Kasmir, 2007:18).

Menurut Taufik Baharuddin dalam Maemunah (2004:27) menjelaskan bahwa seorang wirausahawan adalah seorang yang mempunyai kemampuan untuk menciptakan, mencari dan memanfaatkan peluang dalam menuju apa yang diinginkan sesuai dengan tujuan yang diterapkan. Pengembangan konsep kewirausahaan pada diri pengusaha menjadi penting, mengingat orang-orang yang mampu mengembangkan dan mampu mengolah kemampuan kewirausahaannya cenderung memiliki konsep yang jelas yang terarah dalam membangun dan membina usahanya.

(8)

Berdasarkan pendapat Suryana (2003:1), kewirausahaan merupakan kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. Pengertian wirausaha berdasarkan pendapat Zimmerer yang dikutip oleh Suryana (2003:13) adalah suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan (usaha). Pada hakekatnya kewirausahaan adalah sifat, ciri, dan watak seseorang yang memiliki kemauan dalam mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia nyata secara kreatif. Berdasarkan pemahaman tersebut, Suryana (2003:13) mengidentifikasi enam hakekat penting dari kewirausahaan sebagai berikut.

1. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan dasar sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses, dan hasil bisnis.

2. Kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the new and different).

3. Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan. 4. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha

(start-up phase) dan perkembangan usaha (venture growth).

5. Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru (creative), dan sesuatu yang berbeda (innovative) yang bermanfaat memberi nilai lebih

(9)

6. Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan mengkombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara baru dan berbeda untuk memenangkan persaingan. Nilai tambah tersebut dapat diciptakan dengan cara mengembangkan teknologi baru, menemukan pengetahuan baru, menemukan cara baru untuk menghasilkan barang dan jasa yang baru yang lebih efisien, memperbaiki produk dan jasa yang sudah ada, dan menemukan cara baru untuk memberikan kepuasan kepada konsumen.

2.2.2 Karakteristik Kewirausahaan

Pada tahap awal berdirinya suatu perusahaan, selain dibutuhkan tersedianya sumber daya atau faktor-faktor produksi juga diperlukan adanya jiwa kewirausahaan yang tangguh dari pengelolanya. Kewirausahaan merupakan suatu profesi yang timbul karena interaksi antara ilmu pengatahuan yang diperoleh dari pendidikan formal dengan seni yang dapat diperoleh dari suatu rangkaian kerja yang diberikan dalam praktek. Oleh karena itu, seorang wirausaha melakukan kegiatan ekonomi yang menghasilkan profit yang merupakan balas jasa atas kesediaannya menerima resiko. Menurut Panji Anoraga (2002:142) ciri-ciri kepribadian seorang wirausaha adalah sebagai berikut:

1. Memiliki cita-cita dan kemudian berusaha mewujudkan cita-cita tersebut. 2. Berani menanggung resiko.

3. Mau dan suka bekerja keras.

4. Memiliki semangat kerja yang tinggi dan tidak mudah putus asa. 5. Memiliki rasa percaya diri yang kuat.

(10)

6. Memiliki keterampilan untuk memimpin orang lain. 7. Memiliki daya kreativitas yang tinggi.

Banyak ahli yang mengemukakan karakteristik kewirausahaan dengan konsep yang berbeda-beda, misalnya pendapat Zimmerer dan Scarborough (2004:4) mengemukakan ciri-ciri dan watak kewirausahaan seperti berikut ini:

1. Menyukai tanggung jawab, wirausaha merasa bertanggung jawab secara pribadi atas hasil perusahaan tempat mereka terlibat.

2. Lebih menyukai risiko menengah, yaitu wirausaha bukanlah seorang pengambil risiko liar, melainkan seorang yang mengambil risiko dengan penuh perhitungan. 3. Keyakinan atas kemampuan mereka untuk berhasil, yaitu wirausaha umumnya

memiliki banyak keyakinan atas kemampuan untuk berhasil.

4. Hasrat untuk mendapatkan umpan balik langsung, wirausahawan ingin mengetahui sebaik apa mereka bekerja dan terus menerus mencari pengukuhan. 5. Memiliki tingkat energi yang tinggi, wirausahawan lebih energitik dibandingkan

dengan kebanyakan orang.

6. Orientasi ke depan, wirausahawan memiliki indera yang kuat dalam mencari peluang.

7. Keterampilan mengorganisasi, membangun sebuah perusahaan dari nol dapat dibayangkan seperti menghubungkan potongan-potongan sebuah gambar besar. 8. Memiliki prestasi lebih tinggi daripada uang, salah satu kesalah pengertian yang

paling umum mengenai wirausaha adalah anggapan bahwa mereka sepenuhnya terdorong oleh keinginan menghasilkan uang.

(11)

2.2.3 Keuntungan dan Kerugian Berwirausaha

Keuntungan dan kerugian kewirausahaan identik dengan keuntungan dan kerugian pada usaha kecil milik sendiri :

1. Keuntungan kewirausahaan

a. Otonomi. Pengelolaan yang bebas misalnya menjadi “bos” yang penuh kepuasan. b. Tantangan awal. Tantangan awal atau perasaan bermotivasi yang tinggi

merupakan hal yang menggembirakan, peluang untuk mengembangkan konsep usaha yang dapat menghasilkan keuntungan sangat memotivasi wirausaha.

c. Control financial. Bebas dalam mengelola keuangan dan merasa kekayaan sebagai milik sendiri.

2. Kerugian kewirausahaan

Berwirausaha juga memiliki beberapa kerugian, yaitu :

a. Pengorbanan personal. Pada awalnya wirausaha harus bekerja dengan waktu yang lama dan sibuk. Sedikit sekali waktu untuk kepentingan keluarga, rekreasi, hampir semua waktu dihabiskan untuk kegiatan bisnis.

b. Beban tanggung jawab. Wirausaha harus mengelola semua fungsi bisnis baik pemasaran, keuangan, personil maupun penggandaan dan pelatihan.

c. Kecilnya margin keuntungan dan kemungkinan gagal. Karena wirausaha menggunakan keuangan milik sendiri, maka margin laba/keuntungan yang diperoleh akan relatif kecil dan kemungkinan gagal juga ada.

(12)

2.3 Keberhasilan Wirausaha

Menurut pendapat Tulus Tambunan (2002:14) menyatakan bahwa “keberhasilan atau kegagalan suatu perusahaan pada umumnya ditentukan oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal perusahaan. Faktor internal perusahaan adalah kekuatan dari dalam perusahaan itu untuk tumbuh dan berkembang mandiri secara berkesinambungan. Pada perusahaan kecil faktor internal yang mempengaruhi keberhasilan usaha adalah diantaranya kualitas sumber daya manusia, penguasaan teknologi, struktur organisasi, sistem majemuk, partisipasi, kultur/budaya bisnis, kekuatan modal, jaringan bisnis dengan pihak luar, tingkat entrepreneurship. Sedangkan faktor eksternal yang turut menentukan keberhasilan atau kegagalan suatu usaha diantaranya faktor pemerintah seperti kebijakan ekonomi, politik, tingkat demokrasi, kemudian faktor diluar pemerintah seperti sistem perekonomian, sosio-kultur, budaya masyarakat, sistem perburuhan dan kondisi pasar buruh, kondisi infrastruktur dan tingkat pendidikan masyarakat. Selain itu lingkungan global juga mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan suatu usaha”.

Keberhasilan usaha menurut suryana (2003:285) adalah keberhasilan dari bisnis dalam mencapai tujuanya. Menurut Noor (2007:397) mengungkapkan bahwa keberhasilan usaha pada hakikatnya adalah keberhasilan dari bisnis mencapai tujuanya.

(13)

Faktor-faktor penyebab keberhasilan dan kegagalan wirausaha keberhasilan dan kegagalan wirausaha sangat tergantung pada kemampuan pribadi wirausaha. Berdasarkan pendapat Zimmerer yang dikutip oleh Suryana (2003:44), beberapa faktor yang menyebabkan wirausaha berhasil dalam menjalankan usaha barunya, diantaranya:

1. Mempunyai ide atau visi bisnis yang jelas.

2. Mempunyai kemauan dan keberanian untuk menghadapi risiko, baik waktu maupun uang.

3. Mempunyai semangat dan kerja keras dalam membuat perencanaan usaha, mengorganisasikan, dan menjalankannya.

4. Mempunyai loyalitas dan tanggung jawab terhadap pihak-pihak terkait.

Menurut Zimmerer dalam Suryana (2003:44-45) mengemukakan beberapa faktor yang menyebabkan wirausaha gagal dalam menjalankan usaha barunya, diantaranya :

1. Tidak kompeten dalam manajerial, tidak kompeten atau tidak kemampuan dalam pengetahuan mengelola usaha merupakan faktor penyebab utama yang menyebabkan perusahaan kurang berhasil.

2. Kurang berpengalaman baik dalam kemampuan teknik, kemampuan mensosialisikan usaha, kemampuan mengkoordinasikan, keterampilan mengelola sumber daya manusia maupun kemampuan mengintegrasikan operasi usaha. 3. Kurang dapat mengendalikan keuangan, agar perusahaan dapat berhasil dengan

(14)

pengeluaran dan penerimaan secara cermat. Kekeliruan dalam memelihara aliran kas akan menghambat operasional perusahaan dan mengakibatkan perusahaan tidak lancar.

4. Gagal dalam perencanaan, perencanaan merupakan titik awal dari suatu kegiatan, sekali gagal dalam perencanaan maka akan mengalami kesulitan dalam pelaksanaannya.

5. Lokasi yang kurang memadai, lokasi usaha yang strategis merupakan faktor yang menentukan keberhasilan usaha. Lokasi yang tidak strategis dapat mengakibatkan perusahaan sukar beroperasi karena kurang efisien.

6. Kurangnya pengawasan peralatan, serta kaitannya dengan efisiensi dan efektivitas, kurang pengawasan dapat mengakibatkan penggunaan alat tidak efisien dan tidak efektif.

7. Sikap yang kurang sungguh-sungguh dalam berwirausaha, sikap yang setengah-setengah terhadap usaha akan mengakibatkan usaha yang dilakukan menjadi labil dan gagal dengan sikap setengah hati, kemungkinan gagal menjadi besar.

8. ketidakmampuan dalam melakukan peralihan atau transisi kewirausahaan. Wirausaha yang kurang siap menghadapi dan melakukan perubahan, tidak akan menjadi wirausaha yang berhasil. Keberhasilan dalam berwirausaha hanya bisa diperoleh apabila berarti mengadakan perubahan dan mampu membuat peralihan setiap waktu.

(15)

2.4 Kerangka Konseptual

Menurut Carol Noore yang dikutip oleh Bygrave (1996:3), proses kewirausahaan diawali dengan adanya inovasi. Inovasi tersebut dipengeruhi oleh berbagai faktor baik yang berasal dari pribadi maupun di luar pribadi, seperti pendidikan, sosiologi, organisasi, kebudayaan dan lingkungan. Budaya merupakan sebagai salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku seseorang. Menurut Berger (2000:87) Budaya merupakan salah satu faktor yang berperan dalam kewirausahaan, dimana terdapat nilai-nilai budaya tertentu yang mendukung peningkatan potensi-potensi yang ada dalam diri seorang wirausaha.

Berdagang merupakan salah satu kultur yang menonjol dalam masyarakat Minangkabau. Mulai dari pedagang kaki lima yang berjualan di terminal, sampai

pengusaha besar pemilik jaringan supermarket ternama. Rahasia kesuksesan orang

Minang dalam berbisnis antara lain karena dia mau memulai usaha dari nol atau dari bawah, tidak gengsi memulai usaha dengan cara bersorak menjajakan kain 3 seribu di kaki lima. Orang Minang pun terkenal ulet, pantang menyerah, tahan banting, pandai menyesuaikan diri dengan tempat dia menjalankan usaha atau memakai prinsip di mana bumi dipijak di sana langit dijunjung.

Dari dulu orang China terkenal piawai dalam hal perdagangan. Jalur-jalur perdagangan di dunia pernah dikuasai oleh orang Cina dan sampai saat ini pun orang Cina sukses dalam bisnis perdagagangan. Dunia orang Cina adalah di bidang perdagangan. Mereka suka dan tertarik untuk berdagang. orang Cina memiliki ketekunan yang tinggi dalam hal berdagang. ketekunan inilah yang menjadi salah satu

(16)

faktor keberhasilan mereka dalam bisnis perdagangan. Pengaruh budaya yang mempengaruhi formasi bisnis etnis berhubungan dengan sikap terhadap pengalaman dan proses historis, disamping juga mempertimbangkan praktis yang mempengaruhi motivasi dan kemampuan bagi keberhasilan usaha.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Sumber:Bustami (2008), Redding (1990) dan Suryana (2003) Gambar 2.1: Kerangka Konseptual

2.5 Hipotesis

Hipotesis menurut Sugiyono (2006:70) adalah “jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan”. Berdasarkan perumusan masalah sebelumnya, maka hipotesis dari penelitian ini adalah:

“Budaya Minang Kabau dan budaya Tionghoa berpengaruh positif dan signifikan terhadap keberhasilan wirausaha pada pasar Aksara Medan”.

Budaya Tionghoa

Keberhasilan Wirausaha Budaya Minang

Referensi

Dokumen terkait

Kinerja kelompok tani berdasarkan fungsi dan tugas kelompok tani di Kecamatan Suranenggala tergolong kategori tinggi, yang dinyatakan oleh 61,25% responden.Kinerja kelompok

NABI YUNUS NIOME BAU BETE YUNUS DITELAN IKAN BESAR Bahasa Da’a Sultawesi Tengah... NABI YUNUS NIOME BAU BETE YUNUS DITELAN IKAN BESAR Bahasa Da’a Edisi Pertama

Menurut Oemi Abdurrachman (1993), di dalam penyampaian sesuatu pesan seringkali timbul salah pengertian, sehingga dengan demikian terjadi hal-hal yang tidak

atas segala nikmat cahaya ilmu pengetahuan, kemudahan serta petunjuk yang telah diberikan sehingga dapat terselesaikan dengan baik penulisan tesis dengan Pengujian Keseragaman

EFEKTIFITAS FLASH CARD DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL HURUF PADA SISWA TUNARUNGU KELAS TK-A2 DI SLB NEGERI CICENDO KOTA BANDUNG.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Laporan Tugas Akhir ini mengkaji tentang masalah potensi wisata yang terdapat di Pasar Jumat Karanganyar, strategi pengembangan Pasar Jumat Karanganyar, dan

Arah hubungan yang negatif menunjukkan bahwa semakin rendah performance goal orientation, maka akan diikuti dengan makin positifnya sikap terhadap sertifikasi guru