• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH - Repository IPDN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH - Repository IPDN"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

OLEH :

FERNANDES SIMANGUNSONG

KEMENTERIAN DALAM NEGERI

(2)

SELAMAT DATANG

PESERTA

ORIENTASI TUGAS DAN DUNGSI DEWAN

PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DALAM

MEMAHAMI PEMERINTAHAN DAERAH

SE-KABUPATEN BEKASI

(3)
(4)
(5)

Selamat…

Pagi!

Semangat…

Pagi!

PESERTA OTF

Luar…..Biasa

(6)

Biodata Narasumber

Nama

: Dr. Fernandes Simangunsong, S.STP, S.AP, M.Si

Lahir : Jambi, 4 Maret 1977

NIP

: 19770304 1995 11 1 001

Jabatan : Dosen Fungsional (Lektor Kepala)

Pangkat : Pembina TK. I (IV/b)

Instansi : Kampus IPDN Jatinangor

Alamat : Komp. Singgasana Pradana

Jl. Karangkamulyan No.2 A

Cibaduyut-BANDUNG

Email :

[email protected]

[email protected]

HP: 08122445916

WA

: 082119982722

(7)

KEKUASAAN PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

MERUPAKAN BAGIAN DARI KEKUASAAN

PEMERINTAHAN

KEKUASAAN PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

MERUPAKAN BAGIAN DARI KEKUASAAN

PEMERINTAHAN

BUPATI/WALI KOTA

BUPATI/WALI KOTA

GUBERNUR

GUBERNUR

OTORITAS DAN TANGGUNGJAWAB ATAS

PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

OTORITAS DAN TANGGUNGJAWAB ATAS

PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

MENYERAHKAN SEBAGIAN

MENYERAHKAN SEBAGIAN

MEMILIKI

MEMILIKI

PRESIDEN

PEMEGANG KEKUASAAN PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

(Pasal 6 ayat (1) dan Pasal 7 ayat (1) UU 17/2003

PRESIDEN

PEMEGANG KEKUASAAN PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

(Pasal 6 ayat (1) dan Pasal 7 ayat (1) UU 17/2003

(8)

KUASA BUD

KUASA BUD

KEPALA DAERAH

(PEMEGANG KEKUASAAN PENGELOLAAN

KEUDA)

KEPALA DAERAH

(PEMEGANG KEKUASAAN PENGELOLAAN

KEUDA)

KEKUASAAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

KEKUASAAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

PPKD Selaku BUD

(KEPALA BPKAD)

PPKD Selaku BUD

(KEPALA BPKAD)

KUASA PA

KUASA PA

BENDAHARA

BENDAHARA

PPK-SKPD

PPK-SKPD

PPTK

PPTK

PENGGUNA ANGGARAN

(KEPALA SKPD)

PENGGUNA ANGGARAN

(KEPALA SKPD)

SEKRETARIS DAERAH

(KOORDINATOR PENGELOLAAN KEUDA)

SEKRETARIS DAERAH

(KOORDINATOR PENGELOLAAN KEUDA)

(9)

Sumber Pendanaan

UU No. 33/2004

Pemerintah

Pusat

Pemerintah

Pusat

Pemerintah

Pemerintah

Daerah

Daerah

Belanja

Belanja

Surplus/Defisit

Surplus/Defisit

Pembiayaan

Pembiayaan

Lain-lain

Pendapatan

yang Sah

Lain-lain

Pendapatan

yang Sah

Pendapatan

Transfer

Pendapatan

Transfer

PAD

UU No.28/2009

PAD

UU No.28/2009

APBN

APBN

APBN

APBN

Pembagian Urusan

UU No. 32/2004

APBD

APBD

Pelaksanaan

Urusan

Pelaksanaan

Urusan

HUBUNGAN KEUANGAN PUSAT & DAERAH

HUBUNGAN KEUANGAN PUSAT & DAERAH

DAK

Dana Otsus

DBH

DAU

Dana Penyesuaian

Dana Hibah

Dana Darurat

Tugas

Pembantuan

Pemerintah

Pusat kepada

Daerah

Tugas

Pembantuan

Pemerintah

Pusat kepada

Daerah

Dekonsentrasi

Dekonsentrasi

Desentralisasi

Desentralisasi

K/L

melimpahkan wewenang

kepada Gubernur

(10)

URUSAN

Pemerintahan

Daerah

URUSAN

Pemerintahan

Daerah

HAK

KEWAJIBAN

Pendapatan

Belanja

Pembiayaan

Pendapatan

Belanja

Pembiayaan

ESENSI PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

ESENSI PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

Wajib

Pilihan

Concurrent

KELOLA

KELOLA

RKPD

RKPD

PP 58/2005

PP 38/2007

PP 41/2007

PMDN 13/2006

PMDN 59/2007

PMDN 21/2011

PMDN 16/2013

1. Memungut Pajak & Retribusi

2. Memperoleh Dana

Perimbangan

3. Melakukan Pinjaman

1. Sinkronisasi program pusat & daerah

2. Mengelola anggaran secara efisien dan

efektif

3. Menyampaikan Laporan Keuangan yang

akuntabel

Pelayanan dasar, pendidikan,

kesehatan, fasos dan fasum,

jaminan sosial...

Tujuan OTDA, al:

Efisiensi dan

efektivitas sumber

daya daya daerah

Pelibatan

masyarakat dlm

penyusunan

kebijakan daerah

Peningkatan

pelayanan umum

dan kesejahteraan

masyarakat

(11)

RPJMD

RKPD

KUA

PPAS

Nota

Kesepakatan

Pedoman

Penyusunan

RKA-SKPD o/ KDH

RKA-SKPD

RAPBD

Evaluasi

Raperda APBD

oleh Gubernur/

Mendagri

Perda APBD

PEDUM APBD

o/ MDN

SIKLUS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH (APBD)

SIKLUS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH (APBD)

Penatausahaan Belanja

Penerbitan SPM-UP, SPM-GU, SPM-TU dan SPM-LS oleh Kepala SKPD

Penerbitan SP2D oleh PPKD

Penatausahaan Pendapatan

Kekayaan dan Kewajiban daerah

Kas Umum

Piutang

Investasi

Barang

Dana Cadangan

Utang

Akuntansi

Keuangan Daerah

Bendahara penerimaan wajib menyetor penerimaannya ke rekening kas umum daerah selambat-lambatnya 1 hari kerja

Penatausahaan Pembiayaan

Dilakukan oleh PPKD

Laporan

Keuangan

diperiksa oleh

BPK

Rancangan

DPA-SKPD

DPA-SKPD

Verifikasi

Laporan Realisasi

Semester Pertama

R P-APBD

Pelaksanaan APBD

Pendapatan

Belanja

Pembiayaan

Evaluasi

R P-APBD

Oleh

Gbrnr/MDN

Perda P-APBD

Laporan Keuangan Pemerintah DaerahLRANeraca

Lap. Arus Kas

CaLK

Raperda PJ

Pel APBD

Disusun dan

disajikan Sesuai

SAP

Persetujuan Bersama (KDH +

DPRD)

Evaluasi o/

Gubernur/MDN

15 hari

7 hari penyesuaian o/ Pemda

Perda PJ Pel setelah 3 hari

(12)

PENGANGGARAN

PENGANGGARAN

(13)

ANGGARAN DAERAH

ANGGARAN DAERAH

Keuangan Daerah: Hak dan kewajiban dalam

penyelenggaran pemerintahan daerah yang dinilai

dengan uang, termasuk segala bentuk kekayaan

yang berhubungan dengan hak dan kewajiban

daerah.

Anggaran Daerah: Rencana keuangan tahunan

“yang dibahas dan disetujui bersama” Pemerintah

Daerah dan DPRD.

Pasal 25 huruf d UU No. 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah, tugas dan wewenang KDH

adalah “

menyusun dan mengajukan”

rancangan

Perda tentang APBD kepada DPRD untuk dibahas

dan ditetapkan bersama.

Pasal 42 ayat (1) huruf b UU No. 32 Tahun 2004

tentang Pemerintah Daerah, tugas dan wewenang

DPRD

adalah

membahas

dan

menyetujui

rancangan Perda tentang APBD bersama dengan

KDH.

Keuangan Daerah: Hak dan kewajiban dalam

penyelenggaran pemerintahan daerah yang dinilai

dengan uang, termasuk segala bentuk kekayaan

yang berhubungan dengan hak dan kewajiban

daerah.

Anggaran Daerah: Rencana keuangan tahunan

“yang dibahas dan disetujui bersama”

Pemerintah

Daerah dan DPRD.

Pasal 25 huruf d UU No. 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah, tugas dan wewenang KDH

adalah “

menyusun dan mengajukan

rancangan

Perda tentang APBD kepada DPRD untuk dibahas

dan ditetapkan bersama.

Pasal 42 ayat (1) huruf b UU No. 32 Tahun 2004

tentang Pemerintah Daerah, tugas dan wewenang

DPRD

adalah

membahas

dan

menyetujui

rancangan Perda tentang APBD bersama dengan

KDH.

(14)

PERAN KDH & DPRD

DALAM PROSES PENYUSUNAN APBD

PERAN KDH & DPRD

DALAM PROSES PENYUSUNAN APBD

Rakyat

Kepala

Daerah

Visi/Misi

RKPD

(KUA+PPAS

RPJMD

DPRD

RAPBD

Fungsi

Budget

(15)

RPJMD

RPJMD

Renstra

SKPD

Renstra

SKPD

Renja

SKPD

Renja

SKPD

RKPD

RKPD

KUA

KUA

PPAS

PPAS

PEDOMAN

PENYUSUNAN

RKA-SKPD

PEDOMAN

PENYUSUNAN

RKA-SKPD

RAPERDA

TAPD

TAPD

RKA-SKPD

RKA-SKPD

Dibahas bersama DPRD 5 tahun 5 tahun

1 tahun 1 tahun

RKP

RKP

RPJMN

RPJMN

NOTA KESEPAKATAN PIMPINAN DPRD DGN KDH

NOTA KESEPAKATAN PIMPINAN DPRD DGN KDH

1 tahun 1 tahun

5 tahun

1 tahun

RPJPD

RPJPD

RPJPN

RPJPN

20 tahun 20 tahun

Renstra

K/L

Renstra

K/L

Renja

K/L

Renja

K/L

5 tahun 1 tahun

pedoman

dijabarkan

pedoman

diacu

pedoman

pedoman

pedoman

dijabarkan

diacu

pedoman

Diserasikan dg

Musrenbang

Diacu

Diperhatikan

PROSES PENYUSUNAN RPJPD, RPJMD, RKPD & APBD

(UU 17/2003, UU 25/2004 UU 32/2004, PP 8/2008)

(16)

Azas Umum APBD

Azas Umum APBD

APBD disusun sesuai kebutuhan

penyelenggaraan pemerintahan dan

kemampuan pendapatan daerah.

Penyusunan APBD berpedoman kepada

RKPD dalam rangka mewujudkan pelayanan

kepada masyarakat.

APBD mempunyai fungsi otorisasi,

perencanaan, pengawasan, alokasi,

distribusi, dan stabilisasi.

APBD, Perubahan APBD dan

Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD

setiap tahun ditetapkan dengan peraturan

daerah.

APBD disusun sesuai kebutuhan

penyelenggaraan pemerintahan dan

kemampuan pendapatan daerah.

Penyusunan APBD berpedoman kepada

RKPD dalam rangka mewujudkan pelayanan

kepada masyarakat.

APBD mempunyai fungsi otorisasi,

perencanaan, pengawasan, alokasi,

distribusi, dan stabilisasi.

APBD, Perubahan APBD dan

Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD

setiap tahun ditetapkan dengan peraturan

(17)

PRINSIP PENYUSUNAN APBD

PRINSIP PENYUSUNAN APBD

Partisipasi Masyarakat

Transparansi dan Akuntabilitas

Anggaran

Disiplin Anggaran

Keadilan Anggaran

Efisiensi dan Efektivitas Anggaran

Taat Azas

Partisipasi Masyarakat

Transparansi dan Akuntabilitas

Anggaran

Disiplin Anggaran

Keadilan Anggaran

Efisiensi dan Efektivitas Anggaran

(18)

FUNGSI APBD

FUNGSI APBD

Fungsi

otorisasi:

APBD

menjadi

dasar

untuk

melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang

bersangkutan.

Fungsi perencanaan: APBD menjadi pedoman bagi

manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun

yang bersangkutan.

Fungsi pengawasan: APBD menjadi pedoman untuk

menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintahan

daerah sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

Fungsi alokasi: APBD diarahkan untuk menciptakan

lapangan

kerja/mengurangi

pengangguran

dan

pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi

dan efektivitas perekonomian.

Fungsi distribusi: APBD memperhatikan rasa keadilan

dan kepatutan.

Fungsi stabilisasi: APBD menjadi alat untuk memelihara

dan

mengupayakan

keseimbangan

fundamental

perekonomian daerah.

Fungsi

otorisasi:

APBD

menjadi

dasar

untuk

melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang

bersangkutan.

Fungsi perencanaan:

APBD menjadi pedoman bagi

manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun

yang bersangkutan.

Fungsi pengawasan:

APBD menjadi pedoman untuk

menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintahan

daerah sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

Fungsi alokasi:

APBD diarahkan untuk menciptakan

lapangan

kerja/mengurangi

pengangguran

dan

pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi

dan efektivitas perekonomian.

Fungsi distribusi:

APBD memperhatikan rasa keadilan

dan kepatutan.

Fungsi stabilisasi:

APBD menjadi alat untuk memelihara

dan

mengupayakan

keseimbangan

fundamental

perekonomian daerah.

(19)
(20)

Azas Umum Pelaksanaan APBD

Azas Umum Pelaksanaan APBD

Tidak diperkenankan melakukan

pengeluaran atas beban anggaran

belanja daerah untuk tujuan yang

tidak tersedia anggarannya, dan/atau

yang tidak cukup tersedia

anggarannya dalam APBD.

Belanja didasarkan pada prinsip

hemat, tidak mewah, efektif, efisien,

dan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundangan.

Tidak diperkenankan melakukan

pengeluaran atas beban anggaran

belanja daerah untuk tujuan yang

tidak tersedia anggarannya, dan/atau

yang tidak cukup tersedia

anggarannya dalam APBD.

Belanja didasarkan pada prinsip

hemat, tidak mewah, efektif, efisien,

dan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundangan.

(21)

Pokok-Pokok Administrasi

Pelaksanaan APBD

Pokok-Pokok Administrasi

Pelaksanaan APBD

SKPD tidak diperkenankan melakukan pungutan selain dari

yg ditetapkan dalam Perda.

Semua Penerimaan dilakukan melalui rekening kas umum

daerah.

Penerimaan SKPD tidak dapat langsung dipergunakan

untuk pengeluaran.

Setiap pengeluaran harus didukung oleh bukti yg lengkap

dan syah.

Pembayaran

atas

beban

APBD

dapat

dilakukan

berdasarkan Surat Penyediaan Dana (SPD), atau DPA-SKPD,

atau dokumen lain yang dipersamakan dengan SPD.

Pelaksanaan Pengeluaran atas beban APBD dilakukan

berdasarkan SPP, SPM.

Pembayaran dilakukan dengan penerbitan SP2D.

SKPD tidak diperkenankan melakukan pungutan selain dari

yg ditetapkan dalam Perda.

Semua Penerimaan dilakukan melalui rekening kas umum

daerah.

Penerimaan SKPD tidak dapat langsung dipergunakan

untuk pengeluaran.

Setiap pengeluaran harus didukung oleh bukti yg lengkap

dan syah.

Pembayaran

atas

beban

APBD

dapat

dilakukan

berdasarkan Surat Penyediaan Dana (SPD), atau DPA-SKPD,

atau dokumen lain yang dipersamakan dengan SPD.

Pelaksanaan Pengeluaran atas beban APBD dilakukan

berdasarkan SPP, SPM.

(22)

Badan Layanan Umum Daerah (BLUD)

Badan Layanan Umum Daerah (BLUD)

UU 17/2003 tentang Keuangan Negara

UU 17/2003 tentang Keuangan Negara

UU 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara

UU 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara

UU 15/ 2004 tentang Pemeriksanaan

Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan

Negara

UU 15/ 2004 tentang Pemeriksanaan

Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan

Negara

PP 23/2005 sebagaimana telah diubah dgn

PP 74/2012 tentang Perubahan Pengelolaan

Keuangan Badan Layanan Umum

PP 23/2005 sebagaimana telah diubah dgn

PP 74/2012 tentang Perubahan Pengelolaan

Keuangan Badan Layanan Umum

PP 58/2005 tentang Pengelolaan Keuangan

Daerah

PP 58/2005 tentang Pengelolaan Keuangan

Daerah

PP 24/2005 sebagaimana telah diubah dgn

PP 71/2010 tentang Standar Akuntansi

Pemerintah

PP 24/2005 sebagaimana telah diubah dgn

PP 71/2010 tentang Standar Akuntansi

Pemerintah

Esensi

Esensi

BLUD

BLUD

Bagian Dari

Reformasi

Keuangan

Daerah

Bagian Dari

Reformasi

Keuangan

Daerah

PENINGKA

TAN

PELAYANA

N

PENINGKA

TAN

PELAYANA

N

EFISIENSI

ANGGARA

N

EFISIENSI

ANGGARA

N

Pasal 68 &

69

UU 1/2004

Pasal 68 &

69

UU 1/2004

Perangkat Daerah yg

memiliki spesifikasi

teknis

di

bidang

pelayanan

umum

(seperti RSD)

Perangkat Daerah yg

memiliki spesifikasi

teknis

di

bidang

pelayanan

umum

(seperti RSD)

Instansi Pemerintah yg

mempunyai tugas &

fungsi

memberikan

layanan umum pada

masyarakat

Instansi Pemerintah yg

mempunyai tugas &

fungsi

memberikan

layanan umum pada

masyarakat

Diberikan Fleksibilitas Dalam

Pola Pengelolaan Keuangan

Diberikan Fleksibilitas Dalam

Pola Pengelolaan Keuangan

1.UU 24/2011 ttg Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial (BPJS), mengamanatkan

agar

Pemda

memfasilitasi

perangkat

daerah untuk menerapkan PPK-BLUD.

2.Permendagri 37/2012, mengamanatkan

Pemda agar melakukan evaluasi kepada

SKPD/Unit yang TUSInya memberikan

pelayanan kepada masyarakat untuk

menerapkan PPK-BLUD.

Dalam rangka peningkatan kualitas

pelayanan umum:

Dalam rangka peningkatan kualitas

pelayanan umum:

(23)

Pajak Daerah & Retribusi Daerah

Pajak Daerah & Retribusi Daerah

Dasar hukum UU 28/2009 tentang

Pemungutan PDRD

Dasar hukum UU 28/2009 tentang

Pemungutan PDRD

Daerah dilarang memungut pajak selain yang

tercantum dalam UU 28/2009 (closed list).

Daerah dilarang memungut pajak selain yang

tercantum dalam UU 28/2009 (closed list).

Memperluas Objek PDRD PKB, BBN-KB, Pajak

Hotel, Pajak Restoran

Memperluas Objek PDRD PKB, BBN-KB, Pajak

Hotel, Pajak Restoran

Menambah Jenis PDRD antara lain Pajak

Rokok, PBB-P2 dan BPHTB

Menambah Jenis PDRD antara lain Pajak

Rokok, PBB-P2 dan BPHTB

Menaikkan tarif maksimum beberapa jenis

PD, PKB, BBN-KB, PBB-KB, Pajak Hiburan,

Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak

Parkir

Menaikkan tarif maksimum beberapa jenis

PD, PKB, BBN-KB, PBB-KB, Pajak Hiburan,

Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak

Parkir

Diskresi Penetapan Tarif , Daerah bebas

menetapkan tarif dalam batas tarif minimum

dan maksimum yang ditetapkan dalam UU.

Diskresi Penetapan Tarif , Daerah bebas

menetapkan tarif dalam batas tarif minimum

dan maksimum yang ditetapkan dalam UU.

No

Kesiapan Daerah

Jumlah

Daerah

1

Perda yang telah siap:

338

a. Memungut tahun

2011

1

b. Memungut tahun

2012

17

c. Memungut tahun

2013

105

d. Memungut tahun

2014

215

2

Raperda (dalam

proses)

119

3

Belum menyusun

Raperda

35

Total

492

Esensi

Esensi

Kesiapan

Daerah

Kesiapan

Daerah

Mulai 1 Januari 2014,

PBB-P2

efektif menjadi Pajak

Daerah

Mulai 1 Januari 2014,

PBB-P2

efektif menjadi Pajak

Daerah

Sampai dengan Juli 2013,

sejumlah 35 daerah

belum menyusun Raperda

mengenai

Pemungutan PBB-P2

Sampai dengan Juli 2013,

sejumlah 35 daerah

belum menyusun Raperda

mengenai

(24)

Pinjaman Daerah

Pinjaman Daerah

ISUE STRATEGIS PINJAMAN DAERAH

ISUE STRATEGIS PINJAMAN DAERAH

1.Perlu adanya pemahaman yang utuh dari

Pemda dan DPRD terkait pinjaman daerah

seperti: kelengkapan dokumen persyaratan,

yang dapat berakibat menghambat proses

pertimbangan

Mendagri

dan

atau

persetujuan Menkeu;

2.Pengajuan

pinjaman

daerah,

perlu

memperhatikan besaran suku bunga bank

dan biaya adm bank lainnya

agar tidak

membebani APBD;

3.

Memenuhi

kewajiban

sebagaimana

diamanatkan PP 30 Thn 2011, pasal 36 ayat

(4) salinan perjanjian pinjaman jangka

menengah atau pinjaman jangka panjang

yang telah ditandatangani disampaikan

kepada BPK, Menkeu, dan Mendagri dan

pasal 59, untuk menyampaikan laporan

posisi kumulatif pinjaman dan kewajiban

pinjaman kepada Mendagri setiap semester

dlm TA berjalan,

implikasinya adalah

sanksi

penundaan

penyaluran

dana

perimbangan.

1.Perlu adanya pemahaman yang utuh dari

Pemda dan DPRD terkait pinjaman daerah

seperti:

kelengkapan dokumen persyaratan,

yang dapat berakibat menghambat proses

pertimbangan

Mendagri

dan

atau

persetujuan Menkeu;

2.Pengajuan

pinjaman

daerah,

perlu

memperhatikan besaran suku bunga bank

dan biaya adm bank lainnya

agar tidak

membebani APBD;

3.

Memenuhi

kewajiban

sebagaimana

diamanatkan PP 30 Thn 2011, pasal 36 ayat

(4) salinan perjanjian pinjaman jangka

menengah atau pinjaman jangka panjang

yang telah ditandatangani disampaikan

kepada BPK, Menkeu, dan Mendagri dan

pasal 59, untuk menyampaikan laporan

posisi kumulatif pinjaman dan kewajiban

pinjaman kepada Mendagri setiap semester

dlm TA berjalan,

implikasinya adalah

sanksi

penundaan

penyaluran

dana

perimbangan.

ESENSI

ESENSI

Pendapata

n

Pendapata

n

Belanja

Belanja

Defisit

APBD

Penerimaan Pembiayaan

Penerimaan Pembiayaan

SiLP

A

Cadangan

Dana

Penjualan

kekayaan daerah

yg dipisahkan

Penjam

an

Daerah

Penjam

an

Daerah

1. Pemerintah

2. Pemda Lainnya

3. Lembaga

Keuangan Bank

4. Lembaga

Keuangan Bukan

Bank

5. Masyarakat

(Obligasi

Daerah)

Sumber

Pinjaman

Sumber

Pinjaman

1. Jangka Pendek

2. Jangka

Menengah

3. Jangka Panjang

(25)

PERTANGGUNGJAWABAN

PELAKSANAAN APBD

(26)

Kepala SKPD menyelenggarakan akuntansi atas transaksi

keuangan, dan menyiapkan laporan Keuangan; sebagai sarana

pertanggungjawaban pelaksanaan APBD di lingkungan SKPDnya;

Laporan Keuangan SKPD terdiri dari laporan realisasi anggaran,

neraca, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan;

Pejabat Pengelola Keuda menyelenggarakan akuntansi atas

transaksi keuangan, dan menyusun laporan keuangan

pemerintah daerah. Laporan keuangan pemerintah daerah

terdiri dari laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas,

dan catatan atas laporan keuangan yang dilampiri laporan

ikhtisar realisasi kinerja dan laporan keuangan BUMD;

Laporan keuangan disusun dan disajikan sesuai dengan standar

akuntansi pemerintahan;

Laporan keuangan diperiksa BPK sebelum diajukan dalam

bentuk Rancangan Peraturan Daerah kepada DPRD.

Kepala SKPD menyelenggarakan akuntansi atas transaksi

keuangan, dan menyiapkan laporan Keuangan; sebagai sarana

pertanggungjawaban pelaksanaan APBD di lingkungan SKPDnya;

Laporan Keuangan SKPD terdiri dari laporan realisasi anggaran,

neraca, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan;

Pejabat Pengelola Keuda menyelenggarakan akuntansi atas

transaksi keuangan, dan menyusun laporan keuangan

pemerintah daerah. Laporan keuangan pemerintah daerah

terdiri dari laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas,

dan catatan atas laporan keuangan yang dilampiri laporan

ikhtisar realisasi kinerja dan laporan keuangan BUMD;

Laporan keuangan disusun dan disajikan sesuai dengan standar

akuntansi pemerintahan;

Laporan keuangan diperiksa BPK sebelum diajukan dalam

bentuk Rancangan Peraturan Daerah kepada DPRD.

Pokok-Pokok Pertanggungjawaban

Pelaksanaan APBD

Pokok-Pokok Pertanggungjawaban

Pelaksanaan APBD

(27)

UU 34/2004

UU 34/2004

UU 33/2004

UU 33/2004

UU 17/2003

UU 17/2003

MEWAJIBKAN PEMERINTAH DAERAH

STANDAR

AKUNTANSI

PEMERINTAHAN

(SAP)

STANDAR

AKUNTANSI

PEMERINTAHAN

(SAP)

PERMENDAGRI

13/2006

PERMENDAGRI

13/2006

LAP KEU:

DIPAHAMI

RELEVAN

ANDAL

DAPAT

DIBANDING-KAN

LAP KEU:

DIPAHAMI

RELEVAN

ANDAL

DAPAT

DIBANDING-KAN

TERWUJUDNYA

AKUNTABILITAS

&

TRANSPARANSI

KEUANGAN

DAERAH

TERWUJUDNYA

AKUNTABILITAS

&

TRANSPARANSI

KEUANGAN

DAERAH

PP 58/2000

PP 58/2000

PP 24/2005

PP 71/2010

PP 24/2005

PP 71/2010

BERDASAR

SAP

BERDASAR

SAP

LAPORAN KEUANGAN

BERKUALITAS

PASAL 96

LAP. KEU BERDASAR

SAP”

PASAL 296 (AYAT 4) LAP. KEU BERDASARKAN “

SAP”

PASAL 32 (AYAT 1) LAP. KEU BERDASAR

SAP

UU 15/2004

UU 15/2004

Audit Oleh BPK :

Meningkatkan Kredibilitas

Laporan Keuangan

LAP.KEUANGAN PP 24/2005 : (NERACA; LAP.ARUS KAS; LAP. REALISASI ANGGARAN; CATATAN ATAS LAP. KEUANGAN) LAP.KEUANGAN PP 24/2005 : (NERACA; LAP.ARUS KAS; LAP. REALISASI ANGGARAN; CATATAN ATAS LAP. KEUANGAN)

(28)

Pedoman-pedoman:

Pedoman-pedoman:

1. Surat Edaran Nomor SE.900/316/BAKD

, tanggal 5 april 2007, perihal

Pedoman Sistem dan Prosedur Penatausahaan dan Akuntansi, Pelaporan dan

Pertanggungjawaban Keuangan Daerah.

2. Surat Edaran Nomor SE.900/743/BAKD

, tanggal 4 September 2007,

perihal Modul Akuntansi Pemerintah Daerah.

3. Permendagri Nomor 65/2007

tentang Pedoman Evaluasi Rancangan

Peraturan Daerah tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD dan

Rancangan

Peraturan

Kepala

Daerah

tentang

Penjabaran

Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD

4. Surat Edaran Nomor SE.900/079/BAKD

, tanggal 12 Februari 2008,

perihal Pedoman Penyusunan Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah.

5. Surat Edaran Nomor SE.900/758/BAKD

, tanggal 13 Desember 2008,

perihal Modul Teknis Akuntansi dan Ilustrasi Penerapan Kebijakan Akuntansi

Pemerintah Daerah

6. Permendagri 55 Tahun 2008

tanggal 1 Desember 2008 tentang Tata Cara

Penatausahaan dan Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban Bendahara

serta Penyampaiannya

7. Surat Edaran Nomor SE.900/762/BAKD

, tanggal 26 Oktober 2010,

perihal Panduan pengelolaan Kas daerah

1. Surat Edaran Nomor SE.900/316/BAKD

, tanggal 5 april 2007, perihal

Pedoman Sistem dan Prosedur Penatausahaan dan Akuntansi, Pelaporan dan

Pertanggungjawaban Keuangan Daerah.

2. Surat Edaran Nomor SE.900/743/BAKD

, tanggal 4 September 2007,

perihal Modul Akuntansi Pemerintah Daerah.

3. Permendagri Nomor 65/2007

tentang Pedoman Evaluasi Rancangan

Peraturan Daerah tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD dan

Rancangan

Peraturan

Kepala

Daerah

tentang

Penjabaran

Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD

4. Surat Edaran Nomor SE.900/079/BAKD

, tanggal 12 Februari 2008,

perihal Pedoman Penyusunan Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah.

5. Surat Edaran Nomor SE.900/758/BAKD

, tanggal 13 Desember 2008,

perihal Modul Teknis Akuntansi dan Ilustrasi Penerapan Kebijakan Akuntansi

Pemerintah Daerah

6. Permendagri 55 Tahun 2008

tanggal 1 Desember 2008 tentang Tata Cara

Penatausahaan dan Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban Bendahara

serta Penyampaiannya

(29)

LAPORAN KEUANGAN

LAPORAN KEUANGAN

Catatan Atas Laporan Keuangan:

- Menyajikan Informasi secara Kualitatif & Kuantitaf

- Atas akun-akun pada:

- Laporan Realisasi APBD,

- Neraca, dan

- Laporan Arus Kas.

Catatan Atas Laporan Keuangan:

- Menyajikan Informasi secara Kualitatif & Kuantitaf

- Atas akun-akun pada:

- Laporan Realisasi APBD,

- Neraca, dan

- Laporan Arus Kas.

Neraca Daerah

Aset

-

Aset Lancar

-

Investasi

-

Aset Tetap

-

Dana Cadangan

-

Aset Lain-lain

Kewajiban

- Kewajiban Jangka Pendek

- Kewajiban Jangka Panjang

Ekuitas Dana

- Ekuitas Dana Lancar

- Ekuitas Dana Investasi

- Ekuitas Dana Cadangan

Laporan Arus Kas

Saldo Awal

Penerimaan Operasional

Investasi

Pembiayaan

Pengeluaran Non Anggaran

Saldo Akhir

Laporan Arus Kas

Saldo Awal

Penerimaan Operasional

Investasi

Pembiayaan

Pengeluaran Non Anggaran

Saldo Akhir

Laporan Realisasi Anggaran

Anggaran – Realisasi Pendapatan

Anggaran – Realisasi Belanja

- Anggaran – Realisasi Surplus/Defisit

Anggaran – Realisasi Pembiayaan

SILPA

Laporan Realisasi Anggaran

Anggaran – Realisasi Pendapatan

Anggaran – Realisasi Belanja

- Anggaran – Realisasi Surplus/Defisit

Anggaran – Realisasi Pembiayaan

SILPA

(30)

Mekanisme Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD

Mekanisme Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD

Surat

Pernyataan

KDH

Surat

Pernyataan

KDH

LK Pemda

(LRA, Neraca,

LAK, CALK)

LK Pemda

(LRA, Neraca,

LAK, CALK)

Lap. Kinerja

&

Ikhtisar LK BUMD

Lap. Kinerja

&

Ikhtisar LK BUMD

Lap.

Hasil

Pemeriksaan

Lap.

Hasil

Pemeriksaan

Surat

Pernyataan

KDH

Surat

Pernyataan

KDH

LK Pemda

(LRA, Neraca,

LAK, CALK)

LK Pemda

(LRA, Neraca,

LAK, CALK)

Pemeriksaan

Pemeriksaan

Melewati batas

waktu

Melewati batas

waktu

LK Pemda

(LRA, Neraca,

LAK, CALK)

LK Pemda

(LRA, Neraca,

LAK, CALK)

Lap.

Hasil Pemeriksaan

Lap.

Hasil Pemeriksaan

Tanggapan &

Penyesuaian

Tanggapan &

Penyesuaian

KDH

BPK

Penyampaian LK

Paling Lambat 3 Bulan

Setelah TA Berakhir

Pemeriksaan

Paling Lama 2 Bulan

Setelah LK Diterima

Pembahas

an

LK Pemda

Dengan

DPRD

Ya

Tidak

Lap. Kinerja

&

Ikhtisar LK BUMD

Lap. Kinerja

&

Ikhtisar LK BUMD

Lap. Kinerja

&

Ikhtisar LK BUMD

Lap. Kinerja

&

Ikhtisar LK BUMD

(31)
(32)

KUALITAS PENGELOLAAN APBD

KUALITAS PENGELOLAAN APBD

Ketepatan Waktu Penetapan Perda APBD (2010-2013);

Ketepatan Waktu Penetapan Perda APBD (2010-2013);

Kualitas Pendapatan APBD (Porsi PAD Terhadap

Pendapatan Daerah);

Kualitas Pendapatan APBD (Porsi PAD Terhadap

Pendapatan Daerah);

Kualitas Belanja APBD (Porsi Belanja Pegawai Terhadap

Belanja Daerah);

Kualitas Belanja APBD (Porsi Belanja Pegawai Terhadap

Belanja Daerah);

Kualitas Pelaksanaan APBD (Persentase Penyerapan

Belanja-SiLPA Rendah);

Kualitas Pelaksanaan APBD (Persentase Penyerapan

Belanja-SiLPA Rendah);

Kualitas Pertanggungjawaban APBD.

Kualitas Pertanggungjawaban APBD.

1

1

2

2

3

3

4

4

5

5

(33)

Penetapan Perda APBD Tepat Waktu

(2010-2013)

Penetapan Perda APBD Tepat Waktu

(2010-2013)

2010

2011

2012

2013

20

22

24

26

28

30

2010

0

2011

2012

2013

50

100

150

200

250

300

350

131

Daerah

(26,68%)

131

Daerah

(26,68%)

160

Daerah

(32,59%)

160

Daerah

(32,59%)

257

Daerah

(52,34%)

257

Daerah

(52,34%)

PROVINSI

PROVINSI

KABUPATEN DAN KOTA

KABUPATEN DAN KOTA

(34)

34

UU 22/1999 dan UU 25/2009

Catatan:

1. Diolah dari beberapa sumber (Data APBD Ditjen Keuangan Daerah dan www.djpk.depkeu.go.id)

2. Angka Riil menggunakan IHK (BPS), Tahun Dasar 1995

Pendapatan Daerah

Agregat APBD Tahun 1994 s.d 2011

Pendapatan Daerah

(35)

(triliun rupiah)

Struktur Pendapatan APBD Lima Tahun Terakhir

Struktur Pendapatan APBD Lima Tahun Terakhir

Catatan:

Diolah dari beberapa sumber (Data APBD Ditjen Keuangan Daerah dan

TAHUN TOTAL PENDAPATAN PAD % DANA

PERIMBANGAN %

LAIN2 PD YG

SAH %

Provinsi,

Kabupaten

dan Kota

2009

388,34 62,69 16% 283,50 73% 42,15 11%

2010

403,93 71,91 18% 292,61 72% 39,42 10%

2011

477,76 90,15 19% 327,16 68% 60,45 13%

2012

577,08 122,74 20% 381,07 66% 83,26 14%

2013

682,34 140,27 21% 432,79 63% 109,28 16%

Provinsi

2009

95,91 42,51 44% 43,63 45% 9,77 10%

2010

102,43 47,33 46% 45,02 44% 10,07 10%

2011

119,04 59,60 50% 47,43 40% 12,01 10%

2012

162,76 75,07 46% 54,69 34% 33,00 20%

2013

198,20 92,45 47% 62,88 32% 42,87 22%

Kabupaten/

Kota

2009

292,43 20,18 7% 239,87 82% 32,38 11%

2010

301,51 24,58 8% 247,58 82% 29,35 10%

2011

358,72 30,55 9% 279,73 78% 48,44 14%

2012

414,32 37,67 9% 326,38 79% 50,26 12%
(36)

Trend Pendapatan APBD Lima Tahun Terakhir

Trend Pendapatan APBD Lima Tahun Terakhir

36

2009

2010

2011

2012

2013

-

100.00

200.00

300.00

400.00

500.00

600.00

700.00

800.00

388.34

403.93

477.76

576.71

682.34

95.91

102.43

119.04

162.76

198.20

292.43

301.51

358.72

413.95

484.14

PROV/KAB/KOTA

PROVINSI

KABUPATEN/KOTA

(triliun rupiah)

Catatan:

(37)

37

2011 2012 2013

2011 2012 2013

2011 2012 2013

0

100

200

300

400

500

600

700

Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Total Pendapatan

PROV/KAB/KOTA

PROVINSI

KAB/KOTA

Trend Pendapatan APBD dan Proporsi PAD

Tiga Tahun Terakhir

Trend Pendapatan APBD dan Proporsi PAD

Tiga Tahun Terakhir

477 T

577 T

682 T

119 T

162 T

198 T

358 T

414 T

484T

19% 20%

21%

50% 46%

47%

9% 9% 10%

90 T

122 T

140 T

(38)

38

UU 22/1999 dan UU 25/2009

Catatan:

1. Diolah dari beberapa sumber (www.djpk.depkeu.go.id dan Data APBD Ditjen Keuangan Daerah)

2. Angka Riil menggunakan IHK (BPS), Tahun Dasar 1995

Belanja Daerah

Agregat APBD Tahun 1994 s.d 2011

Belanja Daerah

(39)

Tahun

Belanja

Total

APBD

Belanja

Pegawai %

Belanja

Barang

& Jasa

%

Belanja

Modal

%

Provinsi,

Kabupaten

dan Kota

2009

429,33

180,31

42

79,58

19

114,52

27

2010

444,00

198,54

45

82,51

19

96,36

22

2011

513,34

228,34

44

103,83

20

113,57

22

2012

617,54

261,38

42

122,30

20

137,69

22

2013

736,56

296,08

40

148,05

20

175,51

24

Provinsi

2009

105,60

27,18

26

24,49

23

25,80

24

2010

113,13

29,83

26

26,95

24

26,30

23

2011

127,92

31,55

25

33,80

26

26,43

21

2012

174,02

35,53

20

41,99

24

31,82

18

2013

213,02

39,03

18

50,94

24

43,04

20

Kabupaten/

Kota

2009

322,72

151,44

47

54,92

17

87,30

27

2010

358,94

168,70

47

55,55

15

70,06

20

2011

385,42

196,80

51

70,04

18

87,14

23

2012

443,53

225,85

51

80,31

18

105,88

24

2013

523,54

257,05

49

97,11

19

132,47

25

Struktur Belanja APBD Lima Tahun Terakhir

Struktur Belanja APBD Lima Tahun Terakhir

Catatan:

Diolah dari beberapa sumber (Data APBD Ditjen Keuangan Daerah dan

(40)

2011 2012 2013

2011 2012 2013

2011 2012 2013

0.00

100.00

200.00

300.00

400.00

500.00

600.00

700.00

800.00

228.34

261.38

296.08

31.55

35.53

39.03

196.80

225.85

257.05

513.34

617.54

736.56

127.92

174.02

213.02

385.42

443.53

523.54

25% 20% 18%

51% 51% 49%

PROV/KAB/KOTA

PROVINSI

KAB/KOTA

Trend Belanja APBD dan Proporsi Belanja Pegawai

Tiga Tahun Terakhir

Trend Belanja APBD dan Proporsi Belanja Pegawai

Tiga Tahun Terakhir

TOTAL

BELANJA

PROPORSI BELANJA PEGAWAI TERHADAP TOTAL

BELANJA

41

triliun rupiah triliun rupiah

(41)

Alokasi Belanja Modal

Provinsi TA. 2010-2013

Alokasi Belanja Modal

Provinsi TA. 2010-2013

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

2010 2011 2012 2013

01. Aceh 10. Lampung 19. Kalimantan Selatan 28. N.T.B 02. Sumatera Utara 11. DKI Jakarta 20. Kalimantan Timur 29. N.T.T 03. Sumatera Barat 12. Jawa Barat 21. Sulawesi Barat 30. Maluku

04. Riau 13. Banten 22. Sulawesi Utara 31. Maluku Utara 05. Kepulauan Riau 14. Jawa Tengah 23. Gorontalo 32. Papua

06. Jambi 15. D.I. Yogyakarta 24. Sulawesi Tengah 33. Papua Barat 07. Bengkulu 16. Jawa Timur 25. Sulawesi Selatan

08. Sumatera Selatan 17. Kalimantan Barat 26. Sulawesi Tenggara 09. Bangka Belitung 18. Kalimantan Tengah 27. Bali

01. Aceh 10. Lampung 19. Kalimantan Selatan 28. N.T.B 02. Sumatera Utara 11. DKI Jakarta 20. Kalimantan Timur 29. N.T.T 03. Sumatera Barat 12. Jawa Barat 21. Sulawesi Barat 30. Maluku

04. Riau 13. Banten 22. Sulawesi Utara 31. Maluku Utara 05. Kepulauan Riau 14. Jawa Tengah 23. Gorontalo 32. Papua

06. Jambi 15. D.I. Yogyakarta 24. Sulawesi Tengah 33. Papua Barat 07. Bengkulu 16. Jawa Timur 25. Sulawesi Selatan

08. Sumatera Selatan 17. Kalimantan Barat 26. Sulawesi Tenggara 09. Bangka Belitung 18. Kalimantan Tengah 27. Bali

23,27

23,27 20,67 20,67

18,28 18,28

Catatan:

1. Rata-rata Alokasi Belanja Modal Provinsi Tahun Anggaran 2010 adalah 23,27%, dengan target Renstra 26% 2. Rata-rata Alokasi Belanja Modal Provinsi Tahun Anggaran 2011 adalah 20,67%, dengan target Renstra 27% 3. Rata-rata Alokasi Belanja Modal Provinsi Tahun Anggaran 2012 adalah 18,28%, dengan target Renstra 28%

42

18,72

(42)

Alokasi Belanja Modal

Kabupaten/Kota TA. 2010 - 2013

Alokasi Belanja Modal

Kabupaten/Kota TA. 2010 - 2013

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

500

0

10

20

30

40

50

60

70

2010

2011

2012

2013

43

Catatan:

1. Rata-rata Alokasi Belanja Modal Kabupaten/Kota Tahun Anggaran 2010 adalah 21,17%, dengan target Renstra 26%

2. Rata-rata Alokasi Belanja Modal Kabupaten/Kota Tahun Anggaran 2011 adalah 22,61%, dengan target Renstra 27%

3. Rata-rata Alokasi Belanja Modal Kabupaten/Kota Tahun Anggaran 2012 adalah 23,87%, dengan target Renstra 28%

4. Rata-rata Alokasi Belanja Modal Kabupaten/Kota Tahun Anggaran 2013 adalah 24,73%, dengan target Renstra 29%

21,1 7

21,1 7

22,6 1 22,6

1 23, 87 23,

87 24,7

3

(43)

2010

2011

2012

2013

2010

2011

2012

2013

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

40%

11%

11%

9%

9%

30%

36%

35%

35%

15,85

T

140,05

T

13.82 T

99,85 T

155,82

T

19,24

T

168,99

T

KABUPATEN/KOTA

PROVINSI

Rasio Anggaran Urusan Pendidikan Terhadap Total Belanja APBD

Empat Tahun Terakhir

Rasio Anggaran Urusan Pendidikan Terhadap Total Belanja APBD

Empat Tahun Terakhir

(44)

Persentase Anggaran Urusan Pendidikan terhadap Total Belanja APBD

Provinsi TA. 2010 - 2013

Persentase Anggaran Urusan Pendidikan terhadap Total Belanja APBD

Provinsi TA. 2010 - 2013

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33

-

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

2010 2011 2012 2013

01. Aceh 10. Lampung 19. Kalimantan Selatan 28. N.T.B 02. Sumatera Utara 11. DKI Jakarta 20. Kalimantan Timur 29. N.T.T 03. Sumatera Barat 12. Jawa Barat 21. Sulawesi Barat 30. Maluku

04. Riau 13. Banten 22. Sulawesi Utara 31. Maluku Utara 05. Kepulauan Riau 14. Jawa Tengah 23. Gorontalo 32. Papua

06. Jambi 15. D.I. Yogyakarta 24. Sulawesi Tengah 33. Papua Barat 07. Bengkulu 16. Jawa Timur 25. Sulawesi Selatan

08. Sumatera Selatan 17. Kalimantan Barat 26. Sulawesi Tenggara 09. Bangka Belitung 18. Kalimantan Tengah 27. Bali

01. Aceh 10. Lampung 19. Kalimantan Selatan 28. N.T.B 02. Sumatera Utara 11. DKI Jakarta 20. Kalimantan Timur 29. N.T.T 03. Sumatera Barat 12. Jawa Barat 21. Sulawesi Barat 30. Maluku

04. Riau 13. Banten 22. Sulawesi Utara 31. Maluku Utara 05. Kepulauan Riau 14. Jawa Tengah 23. Gorontalo 32. Papua

06. Jambi 15. D.I. Yogyakarta 24. Sulawesi Tengah 33. Papua Barat 07. Bengkulu 16. Jawa Timur 25. Sulawesi Selatan

08. Sumatera Selatan 17. Kalimantan Barat 26. Sulawesi Tenggara 09. Bangka Belitung 18. Kalimantan Tengah 27. Bali

11,31

11,31

10,80 10,80

UUD ‘45

UUD ‘45

5,81 5,81

45

(45)

30,1

7

30,1

7

36,3

3

36,3

3

UUD ‘45

UUD ‘45

35,7

1

35,7

1

Persentase Urusan Anggaran Pendidikan terhadap Total Belanja APBD

Kabupaten/Kota TA. 2010 - 2013

Persentase Urusan Anggaran Pendidikan terhadap Total Belanja APBD

Kabupaten/Kota TA. 2010 - 2013

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

500

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

80.00

2010

2011

2012

2013

Catatan:

1.

Rata-rata Alokasi Anggaran Pendidikan Kabupaten dan Kota Tahun Anggaran 2010

adalah 30,17%

2.

Rata-rata Alokasi Anggaran Pendidikan Kabupaten dan Kota Tahun Anggaran 2011

adalah 36,33%

3.

Rata-rata Alokasi Anggaran Pendidikan Kabupaten dan Kota Tahun Anggaran 2012

adalah 35,71%

4.

Rata-rata Alokasi Anggaran Pendidikan Kabupaten dan Kota Tahun Anggaran 2013

46

31,84

(46)

Porsi Belanja Urusan Kesehatan

APBD Provinsi TA 2013

Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau Jambi Bengkulu Sumatera Selatan Bangka Belitung Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Barat Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat

(47)

Porsi Belanja Urusan Kesehatan

APBD Kabupaten/Kota per Provinsi TA 2013

Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau Jambi Bengkulu Sumatera Selatan Bangka Belitung Lampung Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Barat Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat

(48)

SiLPA Agregat Provinsi/Kabupaten/Kota TA

2013

49

Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau Jambi Bengkulu Sumatera Selatan Bangka Belitung Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Te ngah DI Yogyakarta Jawa Timur Kalimantan Barat Kalimantan Te ngah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Barat Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Te ngah Sulawesi Selatan Sulawesi Te nggara Bali Nusa Te nggara Barat Nusa Te nggara Timur Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat

0.00 2,000.00 4,000.00 6,000.00 8,000.00 10,000.00 12,000.00 1,975.30 1,462.28 1,298.05 6,081.08 1,196.44 1,187.66 404.16 1,376.04 912.10 615.41 8,344.55 5,205.23 2,040.90 3,295.78 468.86 4,754.10 781.03 1,047.64 1,741.25 11,256.41 155.71 408.92 123.30 248.17 653.56 338.45 1,666.37 296.73 551.95 458.02 269.70 787.21 178.24

(miliar

rupiah)

(miliar

rupiah)

(49)

SiLPA Provinsi TA 2013

Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau Jambi Bengkulu Sumatera Selatan Bangka Belitung Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Barat Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat

- 1,000.00 2,000.00 3,000.00 4,000.00 5,000.00 6,000.00 7,000.00 8,000.00

1,673.32 385.05 286.00 1,834.86 213.58 206.02 84.47 295.72 377.59 - 8,344.55 989.95 364.30 300.00 190.05 867.92 150.00 73.47 297.00 1,500.00 55.57 66.14 50.60 75.00 123.46 1.44 741.57 17.69 53.11 37.03 100.00 25.00 - (miliar rupiah) (miliar rupiah)

(50)

SiLPA Kabupaten/Kota Per Provinsi TA 2013

51

Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau Jambi Bengkulu Sumatera Selatan Bangka Belitung Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Barat Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat

- 2,000.00 4,000.00 6,000.00 8,000.00 10,000.00

301.98 1,077.23 1,012.05 4,246.22 982.86 981.65 319.70 1,080.33 534.51 615.41 - 4,215.28 1,676.60 2,995.78 278.82 3,886.17 631.03 974.17 1,444.25 9,756.41 100.14 342.78 72.70 173.17 530.10 337.01 924.80 279.04 498.84 420.98 169.70 762.21 178.24 (miliar rupiah) (miliar rupiah)

(51)

0

10

20

30

40

50

60

70

60 57

48

53 56 56 53 47

40 47

55

40

50 53 49 48 67

56 48

56 56 53

40 53

34

51 52

39 39 59

43 40

25

47 45 44

42 42 42 42 41

37 36 35 35 35 35

33 32 31 31

30 30 29 28 27 27 26

24 24 23 23 22

19 18 16

Persentase Realisasi Pendapatan dan Belanja APBD Provinsi

Triwulan II TA 2013

Pendapatan

Belanja

P

e

rs

e

n

46,55% 46,55%

29,42 % 29,42

%

(52)

Pendapatan

Belanja

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

80.00

90.00

100.00

Persentase Realisasi Pendapatan dan Belanja APBD Kab/Kota Agregat

Triwulan II TA 2013

P

e

rs

e

n

49,

53

%

49,

53

%

27,

99

%

27,

99

%

(53)

Provinsi Kab/Kota Prov dan Kab/Kota 0

10 20 30 40 50 60

46.5

49.5 48.5

29.4

27.99 28.5

Persentase Realisasi Pendapatan dan Belanja

Agregat APBD Provinsi, Kab/Kota dan Provinsi dan Kab/Kota

Triwulan II TA 2013

Pendapatan

Belanja

P

e

rs

e

(54)

Persentase Realisasi Pendapatan dan

Belanja

APBD Provinsi Triwulan III TA 2013

Persentase Realisasi Pendapatan dan

Belanja

APBD Provinsi Triwulan III TA 2013

Nang groe

Ace h Da

russ alam

Sum ater

a Ut ara

Sum ater

a Ba ratRiau

Kepu laua

n Ri au Jam bi Beng kulu Sum ater

a Se lata n Kep. Ban gka Belit ung Lam pung

DKI J akar ta Jawa Bar at Bant en Jaw a Te

ngah

DI Yo gyak arta Jawa Tim ur Kalim anta

n Ba rat

Kalim anta

n Te ngah

Kalim anta

n Se lata

n

Kalim anta

n Ti mur Sula wesi Bara t Sula wesi Uta ra Goro ntal o Sula wes

i Ten gah

Sula wes

i Sel atan

Sula wesi

Teng garaBali

Nusa Teng gara Bar at Nusa Teng gara Tim ur Malu ku Malu ku U

tara Papu

a

Papu a Ba

rat 0 20 40 60 80 100 120 78 62 77 63 51 82 77 68 76 61 66 85

81 84 83 84

77 79 76 75 77 8481

72 7277 85 71 80 73 81 76 100 39 46 55 40 51 50 45 63 44 59 40 54 48 63 57 69

55 55 58 57 46

58 66

60

51 50 49

64 64 63 74

46 48

Pendapatan Belanja

(55)

Realisasi Pendapatan dan Belanja

APBD Provinsi Triwulan III TA 2013

Realisasi Pendapatan dan Belanja

APBD Provinsi Triwulan III TA 2013

Pendapatan

Belanja

0.00

50.00

100.00

150.00

200.00

250.00

1

9

9

.3

1

2

1

6

.8

2

1

4

9

.0

4

1

1

1

.0

4

Anggaran

Realisasi

T

ri

ly

u

n

R

u

p

ia

h

74

,3

0

%

74

,3

0

%

51

,2

1

%

51

,2

1

%

(56)

Persentase Realisasi Pendapatan dan Belanja

Provinsi, Kab/Kota dan Agregat Triwulan III TA 2013

Provinsi Kab/Kota Agregat 0

10 20 30 40 50 60 70 80

74.78 75.19 74.99

51.21 51.16 51.19

(57)
(58)
(59)

2009

2010

2011*)

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

3%

6%

16%

65%

66%

74%

10%

5%

1%

22%

23%

9%

WTP

WDP

TW

TMP

Perkembangan Opini Audit BPK-RI atas LKPD

Tiga Tahun Terakhir

Perkembangan Opini Audit BPK-RI atas LKPD

Tiga Tahun Terakhir

(60)

61

Penganggaran APBD 2013

46.64%

49.86%

3.50%

PAD

Komposisi Penganggaran Pendapatan APBD

Provinsi 2013

18.32%

23.91%

20.20%

18.37%

9.57%

9.02%

0.60%

B.Pegawai B. Barang dan Jasa B. Modal B. Hibah dan Bansos B. Bagi Hasil B. Bantuan Keuangan

Komposisi Penganggaran Belanja APBD

Provinsi 2013

Kab.

Kota

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% Lain-Lain Pendapata n Daerah Yang Sah Transfer Pusat PAD 29,15T 334,85T 23,32T 18,54T 66,88T 9,96T

Komposisi Penganggaran Pendapatan APBD

Kabupaten/Kota 2013

Kab.

Kota

0.00 50.00 100.00 150.00 200.00 250.00 2 0 5 .3 5 5 1 .7 0 7 5 .7 9 2 1 .3 2 1 0 6 .2 3 2 6 .2 4 1 4 .5 7 3 .4 8 1 .2 1 0 .0 6 1 4 .8 3 1 .2 2 1 .9 7 0 .5 0 B. Pegawai B. Barang dan Jasa

B. Modal B. Hibah dan Bansos B.Bagi Hasil B. Bantuan Keuangan B. Lainnya triliun rupiah

(61)

Rata-Rata Kontribusi DAU

terhadap Total Pendapatan Daerah

TA 2013

Rata-Rata Kontribusi DAU

terhadap Total Pendapatan Daerah

TA 2013

PROVINSI

DA

U

15,

70

%

Selai

n

DAU

84,3

0%

KABUPATEN/KOTA

DAU 57,66% Diluar DAU

(62)

KABUPATEN/KOTA TOTAL PENDAPATAN

DAERAHNYA LEBIH DARI 80% BERASAL DARI

DAU TA. 2013

KABUPATEN/KOTA TOTAL PENDAPATAN

DAERAHNYA LEBIH DARI 80% BERASAL DARI

DAU TA. 2013

NO.

DAERAH

PENDAPATAN

TOTAL

DAU

Nominal

%

1

Kab. Mappi

694.349.572.019,00

624.173.975.800,00

89,89%

2

Kab. Banggai Kepulauan

521.399.708.594,00

446.340.738.000,00

85,60%

3

Kota Kotamobagu

378.864.076.800,00

311.773.832.000,00

82,29%

4

Kab. Gunung Sitoli

436.122.918.627,00

356.042.897.000,00

81,64%

5

Kab. Ciamis

1.606.206.477.019,00 1.303.907.527.000,00

81,18%

6

Kab. Tanah Datar

726.227.151.385,66

587.104.249.000,00

80,84%

7

Kab. Tasikmalaya

1.519.813.246.799,00 1.225.934.879.000,00 80,66%

8

Kab. Mandailing Natal

780.589.720.557,00

625.543.432.000,00

80,14%

9

Kab. Pontianak

579.345.521.859,00

463.983.726.000,00

80,09%

10

Kab. Seram Bagian Barat

551.352.505.000,00

441.210.135.000,00

80,02%

(63)

Rata-rata Alokasi DAU Kabupaten/

Kota

Rata-rata Alokasi DAU Kabupaten/

Kota

DAU

Belanja

Pegawai

59,41%

biaya

urusan

daerah

dalam

rangka

pelaksanaa

(64)

Alokasi Belanja Pegawai BTL Berada Diatas Total

DAU TA 2013

 NO

DAERAH

DAU

BELANJA PEGAWAI

SELISIH LEBIH

1

Kab. Kutai Kertanegara

150.245.858.000,00 1.705.858.309.328,11

(1.555.612.451.328,1

1)

2

Kab. Bengkalis 31.862.241.000,00 981.036.736.455,92 (949.174.495.455,92)

3

Kab. Badung 372.625.383.000,00 928.622.879.653,79 (555.997.496.653,79)

4

Kota Surabaya 1.160.025.693.000,00 1.708.378.288.132,00 (548.352.595.132,00)

5

Kota Medan 1.270.244.794.000,00 1.786.013.175.000,00 (515.768.381.000,00)

6

Kab. Siak 272.530.626.000,00 594.259.105.850,95 (321.728.479.850,95)

7

Kota Palembang 1.125.008.000.000,00 1.399.497.795.380,00 (274.489.795.380,00)

8

Kab. Paser 301.950.343.000,00 574.119.474.282,85 (272.169.131.282,85)

9

Kota Bandung 1.485.941.032.000,00 1.726.506.447.935,00 (240.565.415.935,00)

10

Kab. Kampar 685.859.400.000,00 916.250.913.363,00 (230.391.513.363,00)

11

Kota Tarakan 249.444.302.000,00 470.609.025.021,25 (221.164.723.021,25)

12

Kab. Musi Banyu Asin 451.257.714.000,00 633.800.499.100,00 (182.542.785.100,00)

13

Kota Samarinda 579.634.968.000,00 753.195.126.689,00 (173.560.158.689,00)

14

Kab Bulungan 326.787.105.000,00 484.026.430.858,00 (157.239.325.858,00)

15

Kota Bontang 140.109.328.000,00 292.208.125.114,00 (152.098.797.114,00)

16

Kota Batam 528.839.827.000,00 671.115.556.257,60 (142.275.729.257,60)

17

Kota Balikpapan 427.133.126.000,00 567.377.783.987,35 (140.244.657.987,35)

18

Kab. Penaja, Paser Utara 194.579.185.000,00 326.331.290.196,00 (131.752.105.196,00)

19

Kota Semarang 1.054.002.569.000,00 1.183.652.745.000,00 (129.650.176.000,00)

20

Kab. Kutai Timur 506.528.289.000,00 629.057.538.211,00 (122.529.249.211,00)

21

Kab. Rokan Hilir 388.866.199.000,00 505.683.008.063,00 (116.816.809.063,00)

22

Kab. Karanganyar 810.216.582.000,00 916.820.430.000,00 (106.603.848.000,00)

23

Kab. Sleman 891.589.912.000,00 992.715.698.928,80 (101.125.786.928,80)

24

Kab. Tabalong 405.082.029.000,00 501.633.473.357,00 (96.551.444.357,00)

25

Kota Bekasi 1.051.235.707.000,00 1.147.225.247.580,00 (95.989.540.580,00)

26

Kab. Natuna 177.949.262.000,00 268.406.772.245,00 (90.457.510.245,00)

27

Kota Dumai 345.090.262.000,00 427.053.115.030,25 (81.962.853.030,25)

28

Kab. Kep. Anambas 233.124.880.000,00 309.751.284.394,00 (76.626.404.394,00)

29

Kab. Pati 960.479.326.000,00 1.035.009.442.000,00 (74.530.116.000,00)

30

Kab. Nganjuk 928.265.611.000,00 1.002.406.751.673,00 (74.141.140.673,00)
(65)

Lanjutan...

 NO

DAERAH

DAU

BELANJA PEGAWAI

SELISIH LEBIH

32

Kab. Karimun 306.219.557.000,00 376.912.324.605,00 (70.692.767.605,00)

33

Kab. Indramayu 1.134.695.113.000,00 1.202.361.748.000,00 (67.666.635.000,00)

34

Kab. Lahat 566.788.216.000,00 630.844.211.890,00 (64.055.995.890,00)

35

Kab. Tanah Tidung 133.386.322.000,00 197.015.056.269,47 (63.628.734.269,47)

36

Kab. Gianyar 609.293.266.000,00 670.620.249.769,37 (61.326.983.769,37)

37

Kab. Wonogiri 917.476.557.000,00 978.297.272.084,00 (60.820.715.084,00)

38

Kota Surakarta 659.647.382.000,00 719.173.171.000,00 (59.525.789.000,00)

39

Kota Pekanbaru 738.107.469.000,00 795.863.777.358,00 (57.756.308.358,00)

40

Kab. Kuningan 998.586.961.000,00 1.054.403.055.131,00 (55.816.094.131,00)

41

Kota Cimahi 489.174.792.000,00 543.799.189.863,00 (54.624.397.863,00)

42

Kab. Sragen 869.155.545.000,00 922.336.286.000,00 (53.180.741.000,00)

43

Kota Banjarmasin 631.124.460.000,00 683.553.789.750,00 (52.429.329.750,00)

44

Kab. Majalengka 995.993.633.000,00 1.045.630.332.143,50 (49.636.699.143,50)

45

Kab. Klaten 1.066.318.427.000,00 1.115.667.957.000,00 (49.349.530.000,00)

46

Kota Ambon 551.507.941.000,00 593.968.834.946,00 (42.460.893.946,00)

47

Kab. Bintan 288.685.934.000,00 318.800.455.975,00 (30.114.521.975,00)

48

Kab. Purworejo 793.904.679.000,00 819.010.786.000,00 (25.106.107.000,00)

49

Kab. Bojonegoro 876.021.914.000,00 899.932.399.091,04 (23.910.485.091,04)

50

Kab. Banyumas 1.127.939.000.000,00 1.148.585.819.917,00 (20.646.819.917,00)

51

Kab. Tanah Laut 439.195.379.000,00 458.722.476.017,

Referensi

Dokumen terkait

Kajian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengukur tingkat kepuasan mahasiswa terhadap pelayanan akademik di Universitas Wijaya Kusuma Surabaya (UWKS)5. Saudara mendapatkan

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh deskripsi tentang: (1) mendeskripsikan bentuk konflik sosial yang dialami tokoh Sari dalam novel Perempuan Bersampur

Kedua sampel ini diambil untuk mewakili sampel lempung yang digunakan dalam penelitian ini adalah karena pada kedua sampel tersebut, terjadi pertukaran kation yang

(Grönroos 2015, 133 – 134.) Tulkkauspalveluntarjoaja voisi esimerkiksi pyrkiä pettymyksen eh- käisemiseksi selkeyttämään, millaisessa roolissa tulkki toimii, jotta asiakas ei

Dari pelaksanaan akreditasi ISO 17025:2008 memberikan manfaat diantaranya yaitu : pengurangan resiko, memungkinkan laboratorium untuk menentukan apakah personil

Berdasarkan kurva arus-tegangan, Sel dengan struktur ITO/CdS/Klorofil/PANI/ITO memiliki kenaikan rapat arus yang lebih tinggi dibandingkan dengan sel ITO/CdS/Klorofil/ITO,

bahwa untuk mewujudkan efektivitas dan efisiensi pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah serta untuk melaksanakan ketentuan Peraturan Menteri Dalam

2, yaitu pasir agak kasar dengan modulus halus butir sebesar 2,237 %, pemeriksaan berat jenis dan penyerapan air didapat nilai antara 2,5 – 2,7 sehingga