• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mesin voting elektronik berbasis mikrokontroler - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Mesin voting elektronik berbasis mikrokontroler - USD Repository"

Copied!
215
0
0

Teks penuh

(1)

BERBASIS MIKROKONTROLER

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Program Studi Teknik Elektro

Disusun oleh:

SOFIAN SEPTANTO HANDOYO

NIM: 035114051

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2007

(2)

BASED ON MICROCONTROLLER

FINAL PROJECT

Presented as Partial Fulfillment of the Requirements

To Obtain the Sarjana Teknik Degree

In Electrical Engineering Study Program

By:

SOFIAN SEPTANTO HANDOYO

Student Number: 035114051

ELECTRICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM

ELECTRICAL ENGINEERING DEPARTMENT

SCIENCE AND TECHNOLOGY FACULTY

SANATA DHARMA UNIVERSITY

YOGYAKARTA

2007

(3)
(4)
(5)
(6)

MOTTO:

JANGANLAH HENDAKNYA KAMU KUATIR TENTANG

APAPUN JUGA, TETAPI NYATAKANLAH DALAM

SEGALA HAL KEINGINANMU KEPADA ALLAH DALAM

DOA DAN PERMOHONAN DENGAN UCAPAN SYUKUR”

(FILIPI

4 : 6)

Kupersembahkan Tugas Akhir ini untuk

:

Yesus Kristus atas segala kasih dan kebaikannya,

Papa dan Mamaku dan segenap keluargaku

yang selalu memberikan doa & dukungan

Almamaterku Teknik Elektro USD

(7)

BERBASIS MIKROKONTROLER

Sofian Septanto Handoyo 035114051

INTISARI

Voting merupakan sarana untuk mencari suatu keputusan dalam musyawarah. Dengan perkembangan teknologi informasi saat ini, cara pelaksanaan voting dapat lebih mudah yaitu menggunakan bantuan komputer atau variasi teknologi lain yang dikenal dengan istilah electronic voting (e-voting). Untuk implementasi teknologi e-voting, maka akan dibuat sebuah mesin voting elektronik berbasis mikrokontroler.

Media untuk pemilihan suara pada e-voting terdiri dari sembilan balloting unit dengan lima tombol pilihan setiap unitnya. Masukan data tersebut kemudian diolah oleh control unit. Pada bagian ini terdapat empat buah mikrokontroler AT89S51 sebagai pusat pengendali. Tiga buah mikrokontroler slave berfungsi untuk menyimpan dan mengolah data pilihan hasil penekanan tombol suara. Dan sebuah mikrokontroler master berfungsi untuk menampilkan hasil akhir perhitungan suara pada penampil yang berupa LCD. Dalam tranmisi data antara mikrokontroler slave dengan mikrokontroler master menggunakan sistem komunikasi serial RS-485.

Mesin voting elektronik ini sudah dicoba dan terbukti dapat bekerja dengan baik. Hasil perhitungan jumlah suara yang ditampilkan pada LCD telah sesuai dengan tombol-tombol pilihan yang ditekan.

Kata kunci : E-voting, aplikasi mikrokontroler AT89S51, sistem komunikasi serial RS-485.

(8)

BASED ON MICROCONTROLLER

Sofian Septanto Handoyo 035114051

ABSTRACT

Voting is a way to find the final decision in a meeting. In this era of technology expansion, voting can be done in easier manner, that is using computer aided tools or another kind of technology which is known as electronic voting (e-voting). To implement this e-voting technology, the electronic voting machine which is based on microcontroller is going to be made.

The tool to do the voting of this e-voting device consists of nine balloting units with five buttons on each units. The data entry are then processed by the control unit. This part has four AT89S51 microcontrollers as controller. Three of them act as slaves and function to keep and process the selected data which are the result of the pressed buttons which are located on nine balloting units. And a master microcontroller function to drive the LCD which will display the result of the voting. The data transmission between slave microcontroller and master microcontroler use the serial communication system RS-485.

This electronic voting machine has been tested and is proved that it works well. The results of voting which are displayed on the LCDs are appropriate with the chosen pressed buttons.

Key word : E-voting, application of AT89S51 microcontroller, RS-485 serial communication system.

(9)

Puji syukur dan terima kasih penulis panjatkan kepada Allah Bapa atas segala

kasih karunia-Nya sehingga tugas akhir dengan judul “Mesin Voting Elektronik

berbasis Mikrokontroler” ini dapat diselesaikan dengan baik. Tugas akhir ini

merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada program studi

Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam proses penulisan tugas akhir ini penulis menyadari bahwa ada begitu

banyak pihak yang telah memberikan perhatian dan bantuan sehingga tugas akhir ini

dapat terselesaikan. Maka dari itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Juru selamat dan sumber inspirasiku, Yesus Kristus.

2. Kedua orang tuaku tercinta Yulianto Handoyo dan Nanik Hariyani atas

segalanya yang telah diberikan, dan dikorbankan yang tak akan pernah

dapat ternilai harganya.

3. Ko Ony dan Cik Yenni beserta si kecil, Ko Sindhu dan Cik lili, Renitha

adikku serta semua keluarga yang telah memberikan semangat dan

dukungan yang luar biasa kepada penulis.

4. Bapak Martanto selaku dosen pembimbing I yang telah banyak

meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, pengetahuan, diskusi,

arahan, kritik dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir.

5. Bapak Tjendro atas selaku dosen pembimbing II yang dengan senang hati

memberikan pengarahan, bimbingan dan segenap perhatiannya.

6. Mbak parminah (Pdt.GKMI Yogyakarta) dan Pak Jonathan (Pdt. Keluarga

Allah) yang memberikan bimbingan serta nasehat- nasehat imanku.

(10)
(11)

HALAMAN JUDUL...

LEMBAR PENGESAHAN OLEH PEMBIMBING...

LEMBAR PENGESAHAN OLEH PENGUJI...

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...

HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTTO HIDUP...

INTISARI...

ABSTRACT...

KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI...

DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR TABEL...

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah...

1.2 Rumusan Masalah...

1.3 Batasan Masalah...

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian...

1.5 Metodologi Penelitian...

1.6 Sistematika Penulisan...

BAB II DASAR TEORI

2.1 Tombol...

2.1.2 Tombol NO SPST Momentary Contact...

2.1.2 Tombol NO DPST Momentary Contact...

2.2 Mikrokontroler AT89S51……...

2.2.1 Fasilitas yang dimiliki AT89S51………...

2.2.2 Deskripsi fungsi pin dari AT89S51……….….

2.2.3 Sistem Interupsi AT89S51……….…….…...…

2.2.4 Sistem Timer AT89S51……….……….…

2.2.5 Sistem Komunikasi Serial AT89S51……….

i

iii

iv

v

vi

vii

viii

ix

xi

xiv

xvi

1

2

2

3

3

4

5

5

6

6

7

8

9

12

15

(12)

2.2.7 Reset……….………..…………

2.3 LCD (Liquid Crystal Display)...

2.4 Standar Komunikasi Serial…...

2.4.1 Pengaturan Impedansi Terminal...

2.4.2 Pemberian Prasikap Pada Jaringan RS-485………....….…..

2.4.3 Pengaman Jaringan RS-485 Terhadap

Beda Potensial Listrik……….………...

BAB III PERANCANGAN

3.1 Diagram Blok Perancangan Mesin Voting Elektronik………..

3.2 Perancangan Perangkat Keras……….………...

3.2.1 Rangkaian Master………….……….….…..

3.2.1.1 Konstruksi Rangkaian Master………….…………..

3.2.1.2 Rangkaian reset……….

3.2.1.3 Rangkaian Osilator………

3.2.1.4 Tombol Start dan Tombol Timer...

3.2.1.5 Rangkaian Penampil LCD……….………

3.2.2 Rangkaian Slave………

3.2.2.1 Konstruksi Rangkaian slave...

3.2.2.2 Rangkaian Osilator dan Rangkaian Reset………...

3.2.2.3 Rangkaian Masukan Tombol...

3.2.2.4 Penampil waktu pemilihan……….

3.3 Komunikasi Serial….………..….

3.3.1 IC Komunikasi Serial RS-485...

3.3.2 Konfigurasi Jaringan...

3.3.3 Komponen Penyesuai Impedansi...

3.3.4 Pemberian Prasikap pada Jaringan...

3.3.5 Pengamanan Beda Potensial Untuk Jaringan...

3.4. Perancangan Perangkat Lunak………..

3.4.1 Pengiriman Data Serial………...…...

3.4.2 Diagram alir Utama pada Mikrokontroler Master…….…...

18

19

20

22

23

25

28

30

30

30

32

32

33

33

35

34

36

36

38

39

40

41

42

42

45

46

46

48

(13)

3.4.2.2 Subrutin Write_inst………

3.4.2.3 Subrutin Write_data………...

3.4.3 Diagram alir Utama pada Mikrokontroler Slave…….……...

3.4.3.1 Subrutin Pengecekan Keypad Tombol Pilihan……..

3.4.3.2 Proses pewaktu pemilihan tombol...

3.4.3.3 Pilihan abstain...

3.4.3.4 Subrutin tampilan countdown seven segment...

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Akhir Perancangan...

4.2 Pengamatan Sistem...

4.2.1 Cara Menjalankan Mesin Voting Elektronik...

4.2.2 Pengamatan Kerja Alat keseluruhan...

4.2.3 Pengujian Kerja Sistem...

4.2.3.1 PengujianSistem dengan sebuah Rangkaian slave...

4.2.3.2 PengujianSistem dengan dua buah Rangkaian slave....

4.3 Sistem Catu Daya...

4.3 Transmisi Data Serial...

4.5 Pengaruh Panjang Kabel terhadap Sinyal Data...

4.6 Sistem Kerja Timer Batas Waktu Pemilihan...

4.7 Pengamatan dalam Penekanan Tombol Berdasarkan Waktu……….

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan...

5.2 Saran...

DAFTAR PUSTAKA...

LAMPIRAN SPESIFIKASI ALAT...

LAMPIRAN LISTING PROGRAM...

LAMPIRAN RANGKAIAN LENGKAP...

LAMPIRAN DATASHEET... 50

51

51

53

55

56

57

58

60

60

60

63

63

64

65

66

69

70

71

74

74

75

L1

L2

L3

L4

(14)

Gambar 2.1 Konfigurasi SPST…... 6

Gambar 2.2 Konfigurasi DPST... 6

Gambar 2.3 Konfigurasi Pin AT89S51... 7

Gambar 2.4 Register Interrupt Enable…... 10

Gambar 2.5 Register TCON………... 13

Gambar 2.6 Register TMOD…………... 13

Gambar 2.7 Susunan bit dalam register SCON... 17

Gambar 2.8 Rangkaian osilator... 18

Gambar 2.9 Konfigurasi tombol reset……... 18

Gambar 2.10 Bentuk LCD 16x2………... 19

Gambar 2.11 Bagian LCD 16x2………... 19

Gambar 2.12 Sinyal dari pemancar (driver) dan penerima (receiver)……… 22

Gambar 2.13 (a) Rangkaian Parallel Termination dan (b) Rangkaian AC-Coupled Termination……….. 23

Gambar 2.14 Transceiver dengan resitor prasikap.……… 24

Gambar 2.15 Pemisahan ground dengan isolasi optik………..……. 26

Gambar 2.16 Penyambungan ground data dan ground lokal dengan Koneksi resistor... 26

Gambar 2.17 Sistem proteksi shunting device dengan menggunakan dioda zener... 27

Gambar 2.18 Sistem proteksi shunting device dengan menggunakan dioda zener dan fuse seri... 27

Gambar 3.1 Diagram blok dari Mesin Voting Elektronik……….... 28

Gambar 3.2 Display unit pada LCD 2 x 16………... 30

Gambar 3.3 Konfigurasi Rangkaian Master... 31

Gambar 3.4 Tampilan pada LCD 2 x 16... 34

Gambar 3.5 Konfigurasi Rangkaian Slave... 35

Gambar 3.6 Rangkaian matriks keypad 3 x 5... 37

(15)

Gambar 3.8 IC SN75176... 40

Gambar 3. 9 Rangkaian sistem komunikasi RS-485... 41

Gambar 3.10 Rangkaian RS-485 dengan konfigurasi multidrop 2 kabel... 41

Gambar 3.11 Komponen penyesuai impedansi... 42

Gambar 3.12 Rangkaian prasikap untuk jaringan... 45

Gambar 3.13 Rangkaian pengaman dengan metode shunting device... 45

Gambar 3.14 Diagram alirProses Pengiriman dan Penerimaan data….…… 46

Gambar 3.15 Frame Data Asinkron... 47

Gambar 3.16 Diagram Alir Program Utama Mikrokontroler Master... 49

Gambar 3.17 Diagram alir subrutin Write_inst... 50

Gambar 3.18 Diagram alir subrutin Subrutin Write_data... 51

Gambar 3.19 Diagram Alir Program Utama mikrokontroler slave... 52

Gambar 3.20 Diagram alir Subrutin pengecekan tombol……… 54

Gambar 3.21 Subrutin pilihan abstain... 56

Gambar 3.22 Subrutin tampilan countdown seven segment... 57

Gambar 4.1 Bentuk Fisik Mesin Voting Elektronik... 58

Gambar 4.2 Bentuk Fisik Rangkaian Master per bagian... 59

Gambar 4.3 Bentuk Fisik Rangkaian Slave per bagian... 59

Gambar 4.4 Tampilan Hasil Perhitungan pada LCD... 61

Gambar 4.5 Hasil Pengamatan Sinyal Data Format RS-485... 66

Gambar 4.6 Hasil Pengamatan Sinyal pada line B Format RS-485... 67

Gambar 4.7 Hasil Pengamatan Sinyal pada line A Format RS-485... 68

Gambar 4.8 Sinyal Masukan untuk RXD Mikrokontroler AT89S51... 68

Gambar 4.9 Sinyal data line B Format RS-485 pada jarak 15 meter... 69

Gambar 4.10 Sinyal data line B Format RS-485 pada jarak 32 meter... 70

(16)

Tabel 2.1 Fungsi khusus port 3………... 8

Tabel 2.2 Register IE (Interrupt Enable Register)……….. 11

Tabel 2.3 Prioritas Interupsi……….……... 12

Tabel 2.4 Mode Kerja timer/counter……….…….. 14

Tabel 2.5Pin Tampilan LCD……….. 19

Tabel 3.1 Penggunaan terminal port pada Mikrokontroler master………. 31

Tabel 3.2 Penggunaan terminal port pada mikrokontroler slave………… 35

Tabel 3.3 Kombinasi baris dan kolom matriks keypad………...… 37

Tabel 3.4 Daftar heksa dari tampilan angka pada seven segment... 38

Tabel 3.5 Daftar memori alamat penyimpanan setiap pilihan... 53

Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Sistem Keseluruhan………... 62

Tabel 4.2 Hasil Pengamatan sistem dengan sebuah rangkaian slave. ……. 63

Tabel 4.3 Hasil Pengamatan sistem dengan dua buah rangkaian slave. …. 65 Tabel 4.4 Hasil pengukuran catu daya………. 66

Tabel 4.5 Hasil pengamatan pewaktu pada mikrokontroler... 70

Tabel 4.6 Hasil pengamatan penekanan tombol berdasarkan waktu.…….. 71

(17)

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Dalam suatu musyawarah, voting sering kali digunakan untuk menemukan jalan

keluar yang dianggap paling baik untuk menyelesaikan permasalahan. Salah satu tipe

pelaksanaan voting yaitu dengan penggunaan kertas suara sebagai dasar untuk

perhitungan hasil, tahapan-tahapan kegiatannya seperti pendaftaran para pemilih,

pemungutan suara dan perhitungan hasil sangatlah tidak mudah dan membutuhkan

waktu yang lama. Hal ini disebabkan pengumuman hasil voting harus menunggu semua

kertas suara hasil proses pemungutan terkumpul terlebih dahulu dan sebelumnya juga

harus dilakukan pemeriksaan untuk keabsahan atau keaslian dari kertas suara itu

sendiri.

Dengan perkembangan teknologi informasi saat ini, cara pelaksanaan voting

dapat menggunakan bantuan komputer atau variasi teknologi lain yang dikenal dengan

istilah electronic voting (e-Voting). E-Voting tersebut diharapkan dapat mengurangi

sekaligus membantu menyelesaikan masalah-masalah yang muncul ketika

menggunakan kertas suara. Pada penelitian ini, akan dirancang sebuah model mesin

voting elektronik berbasis mikrokontroler AT89S51 yang menggunakan media tombol

pilihan sebagai pengganti kertas suara. Dengan mesin ini, para pemilih dalam

menentukan aspirasinya hanya dengan cara menekan sebuah tombol suara pada piranti

yang telah tersedia dalam waktu yang bersamaan. Kemudian data-data pilihan suara

tersebut disimpan dan akan diolah untuk proses perhitungan suara oleh mikrokontroler,

dan selanjutnya akan ditampilkan pada sebuah LCD (Liquid Crystal Display).

(18)

1.2 Rumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan yaitu membuat sebuah

mesin voting elektronik yang dapat digunakan untuk melaksanakan proses pemungutan

dan perhitungan suara. Alat ini menggunakan tiga buah mikrokontroler AT89S51

sebagai slave, untuk mengolah masukan tombol pilihan yang terdiri dari sembilan unit.

Dan sebuah mikrokontroler AT89S51 sebagai master untuk menampilkan hasil

perhitungan suara pada LCD.

Dari uraian tersebut, masalah yang didapat adalah :

1. Bagaimana merancang dan membuat rangkaian antarmuka mikrokontroler,

tombol-tombol masukan dan LCD.

2. Bagaimana membuat perangkat lunak bahasa assembler pada

mikrokontroler untuk mengolah data masukan dan menampilkan hasil

perhitungan suara pada LCD ?

3. Bagaimana membuat komunikasi serial antar mikrokontroler ?

1.3 Batasan

Masalah

Batasan masalah pada alat ini adalah :

1. Terdapat sembilan unit masukan dengan lima tombol pilihan suara setiap

unitnya.

2. Batasan waktu pemilihan penekanan tombol suara adalah 10 detik dan 20

detik, jika belum dilakukan penekanan dalam waktu yang telah ditentukan

tersebut maka pilihan akan dianggap abstain.

3. Menggunakan empat buah mikrokontroler AT89S51 (1 sebagai master dan 3

(19)

4. Hasil voting ditampilkan pada LCD.

1.4

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Peneliti mempunyai tujuan yang ingin dicapai, yaitu untuk merancang dan

membuat perangkat keras maupun perangkat lunak menggunakan mikrokontroler

khususnya seri AT89S51 yang dapat digunakan untuk mengolah dan menghitung hasil

dari proses pemungutan suaraserta kemudian ditampilkan pada LCD.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat :

1. Sebagai referensi yang dapat mendukung penelitian selanjutnya yang

berkaitan aplikasi mikrokontroler dan komunikasi serial.

2. Tersedianya sebuah mesin voting elektronik untuk memudahkan proses

pelaksanaan dan perhitungandengan cepat dan akurat.

1.5

Metodologi Penelitian

Adapun metodologi penelitian yang dilakukan terdiri dari :

1. Studi literatur, yaitu dengan mempelajari berbagai informasi, baik dari buku

maupun internet sehingga dapat digunakan sebagai referensi pendukung

dalam penyusunan laporan.

2. Perencanaan rancangan dan pembuatan alat dalam bentuk perangkat keras

maupun perangkat lunak.

3. Melakukan pengamatan dan pengujian terhadap hasil perancangan agar dapat

(20)

1.6 Sistematika

Penulisan

Sistematika penulisan tugas akhir ini terbagi menjadi lima bab yang disusun

sebagai berikut:

BAB I. PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, perumusan masalah, batasan masalah, metodologi

penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II. DASAR TEORI

Bab ini berisi tentang dasar teori komponen-komponen yang akan

digunakan dalam penelitian .

BAB III. RANCANGAN PENELITIAN

Bab ini berisi tentang diagram blok dan penjelasan cara kerja secara

singkat rancangan perangkat keras dan perangkat lunak.

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang hasi dan pengamatan kerja dari perangkat keras

dan perangkat lunak yang telah dibuat.

BAB V. PENUTUP

Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran untuk perbaikan alat dan

(21)

DASAR TEORI

Penggunaan peralatan elektronika untuk kegiatan manusia dapat dilakukan secara

efektif dan efisien. Begitu juga dengan pembuatan “MESIN VOTING ELEKTRONIK

BERBASIS MIKROKONTROLER” yang digunakan dalam proses untuk perhitungan

suara. Dalam perancangan dan pembuatan mesin voting elektronik ini, tentunya harus

terlebih dahulu mengetahui prinsip kerja dasar dan piranti atau komponen yang akan

digunakan.

2.1

Tombol

Tombol merupakan suatu komponen yang berfungsi untuk menghubungkan dan

memutuskan arus. Tombol tersusun dari titik sambungan yang terbuat dari bahan yang

tahan terhadap busur api (arc) yang disebabkan saat arus diputus dan saat arus terhubung.

Ada dua jenis tombol yaitu tombol NO SPST momentary contact dan tombol NO DPST

momentary contact.

2.1.1 Tombol NO SPST Momentary Contact

Tombol NO SPST (Normally Open Single Pole, Single Throw) momentary

contact adalah salah satu jenis saklar yang dalam keadaan normal berkondisi OFF

(Normally Open), berupa satu kutub (berasal dari satu sumber) dan

menghantarkan arus hanya ke satu beban. Penghantaran arus dan tegangan

(kondisi ON) dari suatu sumber terjadi jika tombol ditekan, dan pemutusan arus

dan tegangan (kondisi OFF) terjadi saat tombol dilepas atau ketika tidak ditekan,

(22)

sehingga dinamakan momentary contact. Konfigurasi SPST ditunjukan pada

gambar 2.1.

Gambar 2.1 Konfigurasi SPST.

2.1.2 Tombol NO DPST Momentary Contact

Tombol NO DPST (Normally open double pole, single throw) momentary

contact adalah salah satu jenis saklar yang dalam keadaan normal berkondisi OFF

(Normally Open) terdiri dari sepasang kontak yang dioperasikan secara

bersamaan dengan sekali penekanan konfigurasi DPST ditunjukan pada gambar

2.2. Penghantaran arus dan tegangan (kondisi ON) dari suatu sumber terjadi jika

saklar ditekan dan akan terputus (kondisi OFF) jika dilepas kembali.

Gambar 2.2 Konfigurasi DPST.

2.2 Mikrokontroler AT89S51

Mikrokontroler merupakan perkembangan dari mikroprosesor. Dalam sebuah chip

mikrokontroler telah terintegrasi memori, CPU dan I/O. Hal tersebut membuat

mikrokontroler dapat langsung dibuat sistem dengan menambahkan sedikit peripheral

lain. Sifat mikrokontroler yang mampu diprogram (programmable) menyebabkan

(23)

ini yang digunakan adalah mikrokontroler AT89S51 buatan Atmel dan merupakan

anggota keluarga MCS-51.

2.2.1 Fasilitas yang dimiliki AT89S51

Pada mikrokontroler AT89S51 mempunyai beberapa fitur standar yaitu

memiliki 4K bytes memori flash, 128 bytes RAM, 32 jalur I/O, watchdog timer,

dua data pointer register, dua timer/counter 16-bit, 5 sumber interupsi (dua buah

interupsi eksternal dan tiga buah interupsi internal), port serial full-duplex,

on-chip oscillator, dan untai clock. AT89S51 juga terdapat fasilitas ISP (In System

Programming), yang artinya mikrokontroler ini mampu diprogram meskipun

dalam kondisi bekerja, mikrokontroler AT89S51 memakai pin MOSI, MISO, dan

SCK untuk flash programming (mengisi program). Gambar 2.3 memperlihatkan

konfigurasi 40 kaki IC AT89S51.

(24)

2.2.2 Deskripsi fungsi pin dari AT89S51

1. Port 0 (kaki 32-39). Pada perancangan komponen minimum, port ini dapat

digunakan untuk port I/O dwi-fungsi. Untuk perancangan yang lebih besar

(dengan memori luar), port ini menjadi bus data dan bus alamat rendah.

2. Port 1 (kaki 1-8). Port ini dipakai untuk port I/O dwi-fungsi yang dilengkapi

dengan pullup internal. Saat flash programing jalur P1.5, P1.6, P1.7

digunakan masing-masing untuk saluran MOSI, MISO, dan SCK.

3. Port 2 (kaki 21-28). Port ini dipakai untuk I/O atau sebagai bus byte alamat

tinggi (high addres) untuk rancangan dengan memori luar.

4. Port 3 (kaki 10-17). Port ini dipakai untuk I/O dwi-fungsi atau untuk fungsi

kendali khusus.Fungsi khusus port 3 ditunjukkan pada tabel 2.1.

Tabel 2.1. Fungsi khusus Port 3.

PORT PIN NO PIN FUNGSI KHUSUS

P3.0 10 RXD (masukan data port serial)

P3.1 11 TXD (keluaran data port serial)

P3.2 12 INT0’ (masukan interupsi 0 dari luar)

P3.3 13 INT1’ (masukan interupsi 1 dari luar)

P3.4 14 T0 (masukan ke pencacah 0)

P3.5 15 T1 (masukan ke pencacah 1)

P3.6 16 WR’ (sinyal baca untuk memori luar)

(25)

5. PSEN (Program store enable, kaki 29). PSEN merupakan keluaran untuk

sinyal kendali yang mengijinkan memori program (kode) eksternal.

6. ALE (Address Latch Enable, kaki 30). Sinyal keluaran ALE untuk

demultiplexing bus data dan alamat. Jika port 0 digunakan sebagai bus data

dan bus byte rendah alamat, ALE mengunci alamat ke register luar selama

setengah pertama siklus memori. Selanjutnya selama setengah kedua siklus

memori, jalur-jalur port 0 disediakan untuk data masukan atau keluaran ketika

perpindahan data sedang dilakukan.

7. Vpp (External Access, kaki 31). Untuk eksekusi program dari memori

eksternal maka kaki ini harus dihubungkan ground, sedangkan jika

mengakses program secara internal maka harus dihubungkan Vcc.

8. RST (Reset, kaki 9). Jika diberikan tegangan tinggi selama paling sedikit 2

siklus mesin, maka register internal akan diisi dengan harga tertentu untuk

kondisi awal sistem program.

9. Vcc (kaki 40) yang digunakan sebagai suplai tegangan mikrokontroler.

10.GND (kaki 20) digunakan sebagai ground mikrokontroler.

11.XTAL (kaki 19) dan (kaki 18) sebagai masukan dari rangkaian osilator.

2.2.3 Sistem Interupsi AT89S51

Mikrokontroler AT89S51 menyediakan 5 sumber interupsi, Interupsi

eksternal (External Interrupt) yang berasal dari kaki INT0 dan INT1, Interupsi

(26)

Port Serial (Serial Port Interrupt) yang berasal dari bagian penerima dan bagian

pengirim port Serial.

Semua sumber permintaan interupsi yang dibahas diatas, masing-masing

bisa diaktifkan atau di-non-aktifkan secara tersendiri lewat bit-bit yang ada dalam

register IE (Interrupt Enable Register) dalam SFR. Gambar 2.4 menunjukkan

register IE pada Mikrokontroler ATMEL AT89S51.

Gambar 2.4 Register Interrupt Enable

Fungsi-fungsi pin IE dapat dilihat pada Tabel 2.2. Pin IE7 digunakan

sebagai kontrol utama bagi interupsi-interupsi yang lain. Bila bit ini bernilai 0,

maka apapun kondisi bit lain dalam register ini, semua interupsi tidak akan

dilayani, oleh karena itu untuk mengaktifkan salah satu interupsi, bit ini harus

bernilai 1. Sedangkan Pin IE6 dan IE5 belum terimplementasikan pada

mikrokontroler AT89S51, karena digunakan untuk cadangan pada produk

mikrokontroler Atmel sejenis dimasa mendatang. IE4 dipergunakan sebagai bit

aktivasi interupsi port serial, apabila aktif maka interrupt akan terjadi setiap ada

data yang masuk ataupun keluar melalui port serial yang membuat Flag RI

(Receive Interrupt Flag) ataupun TI (Transmit Interrupt Flag) bernilai 1. Pin IE3

dan IE1 digunakan untuk timer 0 dan timer 1. Bila terjadi limpahan pada

(27)

dipergunakan sebagai input interupsi yang berasal dari luar, interrupt akan terjadi

pada saat terjadi pulsa low pada INT1 dan INT0.

Tabel 2.2 Register IE (Interrupt Enable Register)

Simbol Posisi Fungsi

EA IE.7 Untuk mematikan dan menghidupkan seluruh

interupsi secara serentak.

- IE.6 Cadangan ATMEL seri berikutnya

- IE.5 Cadangan ATMEL seri berikutnya

ES IE.4 Bit aktivasi interupsi Port Serial

ET1 IE.3 Bit aktivasi interupsi timer 1 overflow

EX1 IE.2 Bit aktivasi interupsi external 1

ET0 IE.1 Bit aktivasi interupsi timer 0 overflow

EX0 IE.0 Bit aktivasi interupsi external 0

Dalam melayani Interupsi, mikrokontroler bekerja berdasarkan prioritas

yang dapat diatur pada Register Interrupt Priority. Sebuah interupsi yang

berprioritas tinggi dapat meng-Interrupt interupsi lain yang mempunyai prioritas

lebih rendah. sedangkan interupsi dengan prioritas tinggi itu sendiri tidak dapat di

interrupt oleh interupsi lain. Apabila terjadi lebih dari satu interupsi yang

mempunyai prioritas yang sama secara bersamaan, maka prioritas akan diatur

(28)

Tabel 2.3 Prioritas Interupsi.

Simbol Posisi Fungsi

- 1P.7 Cadangan

- IP.6 Cadangan

- IP.5 Cadangan

PS IP.4 Bit prioritas untuk Interupsi Port Serial

PT1 IP.3 Bit prioritas untuk Interupsi timer 1

PX1 IP.2 Bit prioritas untuk Interupsi external 1

PT0 IP.1 Bit prioritas untuk Interupsi timer 0

PX0 IP.0 Bit prioritas untuk Interupsi external 0

Vektor interupsi adalah harga yang disimpan ke program counter pada saat

terjadi interupsi sehingga program akan menuju ke alamat yang ditunjukkan oleh

program counter tersebut. Vektor interupsi untuk interupsi eksternal INT0 adalah

0003H, untuk interupsi timer 0 adalah 000BH, untuk interupsi ekternal INT1

adalah 0013H, untuk interupsi timer 1 adalah 001BH dan untuk interupsi port

serial adalah 0023H.

2.2.4 Sistem Timer AT89S51

Pada AT89S51 memiliki 2 buah timer yaitu timer 0 dan timer 1 yang

merupakan Timer/counter 16-bit. Timer 0 dibentuk dengan register TL0 (timer 0

low byte, alamatnya pada RAM internal adalah 6AH) dan register TH0 (timer 0

(29)

(timer 1 low byte, alamatnya 6CH) dan register TH1 (timer 1 high byte, alamatnya

6DH).

Untuk mengatur kerja timer/counter dipakai 2 register tambahan yang

dipakai bersama oleh timer 0 dan timer 1. Register tambahan tersebut adalah

register TCON (timer control register, alamatnya 88H dan bisa dialamat secara

bit) dan register TMOD (timer mode register, alamatnya adalah 89H).

Gambar 2.5 Register TCON.

TF1/TF0 : sebagai bit flag penampung overflow timer 1/timer 0

TR1/TR0 : sebagai bit pengatur aktif tidaknya timer 1/timer 0

IE1/IE0 : sebagai bit flag adanya interupsi eksternal I/O

IT1/IT0 : sebagai bit untuk mengatur level pemicuan IE1/IE0

Gambar 2.6 Register TMOD

Timer/counter akan bekerja Jika TRx (TR1 atau TR0, dalam TCON)

bernilai 1 dan Gate bernilai 1. C/T sebagai bit selektor untuk memilih timer atau

counter dan Gate merupakan pengatur saluran sinyal clock. M1/M0 digunakan

(30)

Tabel 2.4 Mode Kerja timer/counter

M1 M0 Mode kerja

0 0 0 13 bit timer

0 1 1 16 bit timer/counter

1 0 2 8 bit auto reload timer/counter

1 1 3

Sebagai 2 buah timer 8 bit. (timer 0) TLO. Sebagai

timer/counter 8 bit dan THO sebagai timer 8 bit

1 1 3 (timer 1) timer/counter 1 tidak bekerja

Pada Mode 0, Mode 1 dan Mode 2 Timer 0 dan Timer 1 masing-masing

bekerja sendiri, artinya bisa dibuat Timer 0 bekerja pada Mode I dan Timer 1

bekerja pada Mode 2, atau kombinasi mode lainnya sesuai dengan keperluan.

Berikut ini Mode-mode kerja sistem timer pada AT89S51:

1. Mode 0 (pencacah biner 13-bit)

Timer/Counter bekerja sebagai pencacah 13-bit, yaitu pada TLx

sebagai pencacah 5-bit dan THx sebagai pencacah 8-bit. Artinya TLx akan

mampu mencacah dari 00000000 - 00011111 tanda menghasilkan limpahan

(overflow), kemudian diteruskan THx dari 00000000 – 11111111. Setelah

TLx berisi 00011111 dan THx berubah menjadi TLx 00000000 dan THx

00000000 akan dihasilkan overflow.

2. Mode 1 (pencacah biner 16-bit)

Timer/Counter bekerja penuh 16-bit sehingga dapat mencacah sampai

(31)

menghasilkan limpahan (overflow) setelah berubah dari 11111111(TLx)

11111111(THx) ke 00000000 00000000.

3. Mode 2 (pencacah biner 8-bit reloaded)

Timer/Counter bekerja hanya sebagai pencacah 8-bit pada TLx dengan

data isian dari 8-bit THx setelah terjadi limpahan (overflow), yaitu ketika TLx

berubah dari kondisi 11111111 ke 00000000.

4. Mode 3 (Gabungan pencacah 16-bit dan 8-bit)

Pada mode 3 ini digunakan gabungan Timer/Counter 0 dan

Timer/Counter 1 sebagai pencacah 16-bit yang tidak menghasilkan limpahan

(overflow). Untuk menghasilkan limpahan harus mengaktifkan Timer/Counter

0, yaitu untuk menghasilkan limpahan TF0 danTH0 untuk menghasilkan TF1.

2.2.5 Sistem Komunikasi Serial AT89S51

Ada dua macam cara pengiriman (transmisi) secara serial yaitu

komunikasi sinkron dan komunikasi asinkron. Pada komunikasi sinkron sinyal

detak dikirim bersama-sama dengan data serial. Selanjutnya dalam transmisi data

serial secara asinkron, detak tidak dikirim bersama data serial.

Port serial pada AT89S51 bersifat duplex penuh atau full-duplex, artinya

port serial bisa menerima dan mengirim data pada waktu bersamaan. Port serial

memiliki penyangga penerima yaitu serial buffer (SBUF). Port serial dapat

menerima byte yang kedua sebelum byte yang pertama dibaca oleh register

penerima, melalui register SBUF. SBUF berhubungan dengan akumulator dalam

(32)

Port serial pada AT89S51 bisa digunakan dalam empat mode kerja. Semua

mode dapat diatur melalui register kontrol serial (SCON). Keempat mode kerja

tersebut adalah :

Mode 0 Mode ini bekerja secara sinkron, data serial dikirim dan diterima

melalui kaki P3.0 (RxD), sedangkan kaki P3.1 (TxD) dipakai untuk

menyalurkan detak pendorong data serial. Data dikirim/diterima 8 bit

sekaligus, dimulai dari bit yang bobotnya paling kecil atau LSB (bit 0),

diakhiri dengan bit yang bobotnya paling besar atau MSB (bit 7).

Kecepatan pengiriman data (baudrate) adalah 1/12 frekuensi kristal

yang digunakan.

Mode 1 Pada mode ini, data dikirim melalui kaki P3.1 (TxD) dan diterima

melalui kaki P3.0 (RxD) secara asinkron (begitu juga mode 2 dan 3).

Pada mode ini, data dikirim/diterima 10 bit sekaligus, diawali dengan

1 bit start, disusul 8 bit data (LSB pertama), diakhiri dengan 1 bit stop.

Penerima bit stop adalah RB8 dalam register Serial Control (SCON).

Kecepatan pengiriman data (baudrate) variabel bisa diatur sesuai

dengan keperluan.

Mode 2 Data dikirim 11 bit, diawali dengan 1 bit start, kemudian 8 bit data. Bit

ke-9 yang dapat diatur lebih lanjut dan diakhiri dengan 1 bit stop.

Pengirim bit 9 tersebut berasal dari bit TB8 dalam register SCON.

Pada AT89S51 yang berfungsi sebagai penerima bit 9 ditampung pada

(33)

ditampung. Kecepatan baudrate) bisa dipilih antara 1/32 atau 1/64

frekuensi kristal yang digunakan.

Mode 3 Mode ini sama dengan mode 2, hanya saja kecepatan pengiriman data

(baudrate) bisa diatur sesuai keperluan, seperti halnya pada mode

asinkron (mode 1, mode 2, mode 3).

Register kontrol dan status untuk port serial berada dalam SCON seperti

diperlihatkan pada gambar 2.7. Register ini mengandung bit-bit pemilihan mode

kerja port serial, bit data ke-9 pengiriman dan penerimaan (TB8 dan RB8) serta

bit-bit interupsiport serial(TI dan RI).

Gambar 2. 7. Susunan bit dalam register SCON

Nilai baudrate pada komunikasi serial ditentukan oleh kristal yang

digunakan, karena berpengaruh pada jumlah limpahan timer. Perhitungan

baudrate sesuai dengan persamaan 2.1.

1 Limpahan Laju

32 2SMOD

timer

Baudrate = × ………(2.1)

2.2.6 On-chip Oscillator

Mikrokontroler ATMEL AT89S51 telah memiliki on-chip oscillator yang

dapat bekerja dengan menggunakan kristal eksternal yang dihubungkan ke pin

XTAL1 dan XTAL2. tambahan kapasitor yang terhubung dengan ground

diperlukan untuk menstabilkan sistem. Gambar 2.8 menunjukkan cara

(34)

XTAL1 (pin 19)

C1

C2

XTAL2 (pin 18)

XTAL

kapasitor yang terpasang adalah 30 pF ± 10 pF disesuai dengan yang dinyatakan

pada datasheet.

VCC

R

RST

C

0

SW1

1 2

2.2.7 Reset

Gambar 2.9 menunjukkan konfigurasi tombol reset. Reset akan aktif bila

pin RST diberikan logika high selama 2 µs.

Gambar 2.9. Konfigurasi tombol reset.

Bila tombol reset tidak ditekan, maka pin RST akan mendapat masukan

logika low, sehingga mikrokontroler akan bekerja normal. Resistor dan kapasitor

digunakan untuk memperoleh waktu pengosongan kapasitor. Waktu pengosongan

kapasitor dapat dihitung sebagai berikut:

Gambar 2.8. Rangkaian osilator

C R

(35)

2.3 LCD (

Liquid Crystal Display

)

LCD (Liquid Crystal Display) adalah suatu penampil dari bahan cairan kristal

yang pengoperasiannya menggunakan sistem dot matriks. Pada perancangan alat ini

digunakan penampil LCD 2 16 karakter seperti terlihat pada gambar 2.10, yang artinya

LCD ini memiliki 2 baris dan 16 kolom karakter. Sehingga jumlah total karakter yang

dapat ditampilkan sekaligus adalah sebanyak 32 karakter. Masing-masing karakter

tersebut terbentuk dari susunan titik yang berukuran 8 baris dan 5 kolom dot.

×

Tabel 2. 5 Pin Tampilan LCD.

Nomor Pin Simbol Nomor Pin Simbol

1 VEE (0V) 9 DB2

2 VCC (5V) 10 DB3

3 GND (0V) 11 DB4

4 RS 12 DB5

5 R/W 13 DB6

6 E 14 DB7

7 DB0 15 A

(36)

LCD yang digunakan pada perancangan ini adalah LCD Module M1632 produk

dari SEIKO. Pada LCD ini terdiri dari 8 jalur data, 3 jalur kendali dan fasilitas

pengaturan kontras serta backlight. LCD ini dapat dikendalikan dengan mikrokontroler

atau mikroposesor. Deskripsi pin:

1. DB0 s/d DB7, merupakan jalur data yang dipakai untuk menyalurkan kode

ASCII maupun perintah pengatur kerja LCD tersebut.

2. RS (register select), merupakan pin yang dipakai untuk membedakan jenis

data yang dikirim ke LCD. Jika RS berlogika ‘0’, maka data yang dikirim

adalah perintah untuk mengatur kerja LCD tersebut. Jika RS berlogika ‘1’,

maka data yang dikirim adalah kode ASCII yang ditampilkan.

3. R/W (read/write), merupakan pin yang digunakan untuk mengaktifkan

pengiriman dan pengambilan data ke dan dari LCD. Jika R/W berlogika ‘0’,

maka akan diadakan pengiriman data ke LCD. Jika R/W berlogika ‘1’, maka

akan diadakan pengambilan data dari LCD.

4. E (enable), merupakan sinyal sinkronisasi. Saat E berubah dari logika ‘1’ ke

‘0’, maka data di DB0 s/d DB7 akan diterima atau diambil dari port

mikrokontroler.

5. VCC dan GND, Sebagai terminal power supply (+5V).

2.4. Standar Komunikasi Serial

Pada sistem pengiriman data secara serial ada dua cara dasar untuk pengiriman

data. Cara pertama menggunakan penghantar tidak seimbang (unbalanced line) dimana

hanya sebuah penghantar yang digunakan untuk mengirimkan data isyarat digital dengan

(37)

amplitudo sinyal tergantung pada beda potensial antara penghantar sinyal terhadap

ground. Cara kedua, yang dikenal dengan operasi diferensial atau seimbang (balanced

line) menggunakan dua penghantar untuk masing-masing arah pengiriman. Tegangan

positif diumpankan oleh terminal ke satu penghantar untuk menunjukkan logika 0,

sementara tegangan negatif untuk menunjukkan logika 1. Pada sistem ini kedua

penghantarnya selalu berfluktuasi sehingga selalu tercipta beda potensial pada kedua

penghantar. Hal inilah yang menyebabkan keunggulan sistem pengiriman data secara

seimbang, yaitu sinyalnya masih dapat terdeteksi pada jarak yang cukup jauh. Selain itu,

sistem pengiriman data secara seimbang ini lebih tahan terhadap noise karena noise

hanya memiliki satu nilai. Sistem pengiriman data serial secara seimbang ini biasanya

menggunakan sistem standar RS-422 dan RS-485.

Sistem pengiriman data secara serial dengan standar komunikasi serial RS-485

dikembangkan sejak tahun 1983 dan mampu mentransmisikan data yang cukup jauh yaitu

1,2 km. Standar komunikasi serial RS-485 dapat diterapkan pada suatu jaringan telepon

tunggal (party line) atau pada jaringan multidrop (jaringan yang menggunakan topologi

bus). Ada sebanyak 32 pasang pemancar (driver)/penerima (receiver) yang dapat

disatukan pada jaringan multidrop. Pada sisi pemancar (driver), akan menghasilkan

tegangan sebesar 2 sampai 6 Volt yang saling berbeda polaritasnya pada terminal A-B

dengan acuan titik tengah ground. Pada penerima (receiver) mampu menerima data

dengan nilai amplitudo sinyal minimal +200mV sampai –200mV hingga +6 V sampai –6

V (sinyal maksimal) yang masih dapat diterima antara terminal A-B seperti ditunjukkan

(38)

Gambar 2. 12 Sinyal dari pemancar (driver) dan penerima (receiver ).

2.4.1 Pengaturan Impedansi Terminal

Pengaturan impedansi terminal dimaksudkan agar sinyal dapat terserap

secara penuh oleh penerima dan tidak berbalik ke saluran transmisi kembali.

Pengaturan impedansi terminal ini beracuan pada panjang kabel pengahantar dan

kecepatan laju data yang digunakan sistem. Pengaturan impedansi terminal dapat

diabaikan bila delay propagasi saluran data lebih rendah dari lebar satu bit data.

Sebagai contoh sebuah sistem yang menggunakan kabel dengan panjang 600

meter, maka delay propagasi saluran dapat dihitung dengan mengalikan panjang

kabel dengan kecepatan laju propagasi yang biasanya sebesar 66% sampai 75 %

dari kecepatan cahaya (= 3 x108 m/s). Dengan panjang kabel 600 meter maka perjalanan bolak-balik data 1200 meter dengan laju propagasi 0,66 kecepatan

cahaya, sehingga delay propagasi sebesar 6,06μs. Bila perjalanan data sebanyak

tiga kali bolak-balik, pemantulan akan melemah maka sinyal akan stabil pada

18,18μs. Padahal lebar satu bit data untuk 9600 baud adalah 104μs sehingga pada

(39)

Ada dua macam pengaturan impedansi terminal, yaitu:

I. Dengan parallel termination.

Yaitu dengan menambahkan resistor yang dipasang paralel antara

terminal A dan B (Gambar 2.13 (a)) sebagai penyesuai impedansi. Nilai

resistor ini pada umumnya sebesar 100 Ω. Nilai ini didapatkan dari nilai

impedansi intrinsik kabel penghantar transmisi. Pemasangan resistor

terminasi harus diletakkan pada ujung jalur data, dan tidak boleh ada lebih

dua terminasi yang ditempatkan pada sistem, karena dapat menambah

pembebanan DC pada sistem tersebut.

II. Dengan AC-couple termination.

Yaitu dengan menambahkan sebuah kapasitor kecil secara seri

dengan resistor penyesuai impedansi yang dipasang paralel pada terminal A

dan B gambar (2. 13 (b)). Cara ini berfungsi untuk menghilangkan efek

pembebanan DC.

Gambar 2. 13 (a) Rangkaian Parallel Termination dan (b) Rangkaian AC-Coupled Termination

2.4.2 Pemberian Prasikap Pada Jaringan RS-485

Ketika suatu jaringan berada dalam keadaan idle (menunggu), semua

(40)

pada jaringan dan semua dalam keadaan tristate. Tanpa ada yang mengendalikan

jaringan, maka sistem dalam keadaan tidak menentu. Untuk memelihara status

idle dalam keadaan jaringan kosong maka perlu dipasangkan resistor yang

dirangkai pullup dengan saluran data B terhadap VCC (umumnya bernilai +5

Volt) dan resistor pulldown pada saluran data A terhadap ground. Gambar 2.14

memperlihatkan rangkaian transceiver dengan resistor prasikap.

Gambar 2. 14 Transceiver dengan resitor prasikap.

Untuk memperoleh nilai resistor prasikap adalah sebagai berikut :

- Masing-masing nilai impedansi untuk driver RS-485 adalah 12KΩ dan

dirangkai secara paralel, maka jumlah beban (Rbeban) adalah

n

beban R R R R

R

1 ... 1 1 1 1

3 2 1

+ + + +

= ………(2. 3)

dengan : n maksimal = 32

- Jumlah beban dirangkai paralel dengan 2 resistor penyesuai impedansi,

maka jumlah beban total (Rtotal) adalah

pi beban

total R R

R

2 1

1

+

= ……….(2. 4)

- Nilai amplitudo sinyal minimal adalah 200mV, maka arus ( I ) yang

(41)

total

R I

3

10 200× −

= ………..(2. 5)

- Untuk menciptakan arus prasikap sebesar I dengan tegangan catu 5V,

maka resistor ( R ) yang dibutuhkan sebesar

I

R= 5………...(2. 6)

- Resistor prasikap yang dipasangkan pada dua sisi yaitu antara VCC dengan

line B dan line A dengan ground maka nilai resistansi prasikap (Rprasikap)

adalah

2

R

Rprasikap = ………(2. 7)

2.4.3 Pengaman Jaringan RS-485 Terhadap Beda Potensial Listrik

Pada sistem komunikasi dengan standar RS-485 yang menggunakan dasar

sistem perbedaan potensial sinyal dengan besar nilai perbedaan sinyal maksimal 6

Volt maka dengan jauhnya jarak antar sistem memungkinkan besar nilai

amplitudo sinyal dapat berbeda karena setiap sistem menggunakan acuan ground

lokal yang berbeda. Untuk itu perlu kiranya dibedakan antara ground sinyal

dengan referensi sinyal komunikasi, sedangkan ground sinyal adalah grounding

lokal yang dapat juga mempunyai beda potensial terhadap ground referensi.

Untuk menanggulangi perbedaan ground yang dapat berakibat berbedanya

amplitudo sinyal maka dapat ditempuh dua cara pencegahan :

1) Dengan memisahkan antara ground data dengan ground local / casing /

ground power. Caranya dengan menggunakan koneksi optik (dapat berupa

optocoupler atau komponen optik yang lain). Gambar 2. 15

(42)

Gambar 2. 15. Pemisahan ground dengan isolasi optik.

2) Menyambungkan ground data dan ground lokal / ground power dengan

menggunakan konektor dengan impedansi rendah / dapat berupa resistor

dengan nilai resistansi kecil. Gambar 2. 16 memperlihatkan gambar

penyambungan ground data dan ground lokal dengan koneksi resistor.

Gambar 2. 16. Penyambungan ground data dan ground lokal dengan

koneksi resistor.

Ada pula pengamanan yang lain yaitu dengan metode shunting device.

Metode ini memiliki dua cara yanmg memiliki kelebihan masing-masing :

1) Cara pertama yaitu dengan memasangkan dioda zener bolak-balik secara

shunt terhadap ground ataupun terhadap masing-masing penghantar

jaringan. Kelebihan cara ini yaitu dapat memberi proteksi terhadap yang

tinggi tetapi kelemahannya memiliki batas ambang tegangan yang tinggi

dan tingkat pengamanannya lambat. Gambar 2.17 memperlihatkan

(43)

Gambar 2.17 Sistem proteksi shunting device dengan menggunakan

dioda zener.

2) Cara kedua dengan memasangkan dioda zener bolak-balik secara shunt

dan merangkaiakan fuse secara seri. Gambar 2.18 memperlihatkan

sistem proteksi shunting device dengan menggunakan dioda zener dan

fuse seri.

Gambar 2.18. Sistem proteksi shunting device dengan menggunakan

(44)

PERANCANGAN ALAT

3.1 Diagram Blok Perancangan Mesin Voting Elektronik

Dalam pembuatan dasar kerja alat “Mesin Voting Elektronik berbasis

mikrokontroler” ini diperlukan perancangan perangkat keras maupun perangkat lunak.

Perancangan peralatan yang dibuat meliputi penyusunan diagram blok, rancangan

perangkat keras dan bagan alir program (flow chart). Diagram blok “Mesin Voting

Elektronik” dapat ditunjukkan pada gambar 3.1.

CONTROL UNIT

DISPLAY UNIT MIKRO

MASTER

LCD

BALLOTING UNIT

MIKRO SLAVE 3

1 3 2

Seven Segment

MIKRO SLAVE 2

1 3 2

Seven Segment

MIKRO SLAVE 1

1 3 2

Seven Segment

Gambar 3.1. Diagram blok dari Mesin Voting Elektronik.

(45)

Berdasarkan gambar 3.1 diagram blok Mesin Voting Elektronik ini terdiri dari:

1. Control Unit.

Control unit digunakan untuk mengatur balloting unit dan display unit.

Dalam pengaturan balloting unit tugasnya adalah mengolah dan menentukan

tombol suara yang telah ditekan serta membatasi pemilih melakukan penekanan

hanya satu kali saja, sehingga disini tidak akan terjadi dua kali penekanan tombol

suara. Saat pelaksanaan voting, control unit memberikan pewaktuan selama 10

detik atau 20 detik yang ditampilkan secara countdown (mencacah turun) pada

seven segment, berfungsi sebagai tanda batas waktu bagi pemilih dalam pemilihan

tombol suara. Jika sampai batas waktu yang telah ditentukan tersebut telah habis,

pemilih belum melakukan penekanan dari salah satu tombol, maka control unit

secara otomatis menggangap bahwa pemilih pemilih abstain atau tidak memilih

salah satu dari pilihan-pilihannya.

2. Balloting Unit.

Balloting unit pada alat ini berjumlah 9 unit masukan, yang setiap unitnya

terdapat 5 tombol suara (pilihan A,B,C,D,E). Pemilih akan diberikan kesempatan

untuk menentukan aspirasi pilihannya dengan cara menekan salah satu dari kelima

tombol suara yang tersedia tersebut. Balloting unit berfungsi sebagai masukan data

bagi control unit.

3. Display unit.

Display unit yang digunakan berupa seven segment dan LCD. Seven

(46)

digunakan untuk menampilkan hasil akhir perhitungan jumlah pilihan suara dari

seluruh balloting unit.

DAFTAR PILIHAN

HASIL JUMLAH TIAP PILIHAN

Gambar 3.2. Display unit pada LCD 2 x 16

3.2. Perancangan Perangkat Keras

Perancangan perangkat keras untuk alat ini terbagi menjadi tiga yaitu

rangkaian master, rangkaian slave dan komunikasi serial RS-485.

3.2.1

Rangkaian

Master

3.2.1.1 Konstruksi Rangkaian Master.

Pada perancangan rangkaian master ini, Control unit (Mikrokontroler

ATS8951) digunakan sebagai pengirim data pewaktuan yang telah ditentukan

sebelumnya dan sebagai penerima hasil data tiap pilihan suara dari tiap-tiap

rangkaian slave. Data pilihan yang telah diterima tersebut akan diolah kembali

untuk mendapatkan hasil perhitungan akhir dari tiap-tiap pilihan suara, kemudian

akan ditampilkan pada display unit yang berupa LCD. Dalam pengiriman dan

penerimaan data mikrokontroler master menggunakan komunikasi serial standar

RS-485.

Gambar 3.3 menunjukkan antarmuka konfigurasi rangkaian master dengan

LCD dan tiga buah tombol yang dihubungkan pada ground terdiri dari dua buah

tombol timer yaitu 10 detik dan 20 detik untuk menentukan batas waktu

(47)

voting. Sedangkan penggunaan teminal port mikrokontroler master yang

digunakandapat dilihat pada tabel 3.1.

Tabel 3.1 Penggunaan terminsl port pada Mikrokontroler master.

Port Fungsi Keterangan

P2 Data DB0 s/d DB7 LCD Output

P3.6 RS (register select) LCD Output

P3.7 E (enable clock) LCD Output

P1.5 Tombol Timer 10 detik Input

P1.6 Tombol Timer 20 detik Input

P1.7 Tombol Start Input

P3.0 (RxD) Komunikasi terima serial Input

P3.1 (TxD) Komunikasi kirim serial Output

P1.1 Kontrol RS-485 Output

5V 5V U1 AT89S51 9 18 19 29 30 31 1 2 3 4 5 6 7 8 10 11 12 13 14 15 16 17 39 38 37 36 35 34 33 32 21 22 23 24 25 26 27 28 RST XTAL2 XTAL1 PSEN ALE EA/VPP P1.0 P1.1 P1.2 P1.3 P1.4 P1.5 P1.6 P1.7 P3.0 P3.1 P3.2 P3.3 P3.4 P3.5 P3.6 P3.7 P0.0 P0.1 P0.2 P0.3 P0.4 P0.5 P0.6 P0.7 P2.0 P2.1 P2.2 P2.3 P2.4 P2.5 P2.6 P2.7 RST Q1 12MHz Tombol Start C3 30pF C2 30pF U2 LCD 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 GND VCC VO RS R/W E D0 D1 D2 D3 D4 D5 D6 D7 AND KTD R1 10K C4 10uF

Timer 10 detik Timer 20 detik TXD

RXD

CONTROL RS-485

(48)

3.2.1.2 Rangkaian reset.

Reset digunakan untuk mengembalikan keseluruhan sistem (program) ke

awal. Reset terjadi dengan adanya logika 1 selama minimal 2 cycle (2μ detik)

pada kaki reset (pin 9) berdasarkan datasheet [1]. Pada perancangan, waktu

pengosongan dipilih sebesar 100 ms dengan asumsi waktu reset telah lebih dari 2

µs, sesuai dengan persamaan 2.2. Bila nilai hambatannya (R) dipilih 10 kΩ, maka

nilai C adalah:

100 .10-3 = 10.000 x C

C = 10 µF

3.2.1.3 Rangkaian Osilator.

Osilator on-chip digunakan sebagai sumber detak (clock) ke

mikrokontroler. Penentuan Osilator yang digunakan dapat berpengaruh dalam

penggunaan baud rate untuk kecepatan data dalam komunikasi serial. Dalam

perancangan ini resonator kristal yang digunakan adalah kristal 11,0592 MHz,

karena dengan kristal ini detak limpahan yang diperoleh berupa bilangan

konstanta bulat. Hal ini lain jika menggunakan kristal 12 MHz, yang harus

dilakukan pembulatan sehingga akan mempengaruhi ralat pada kecepatan baud

ratenya.

Waktu instruksi timer 1 di detak dengan laju 12 MHz 11,0592

yaitu sebesar

921600 Hz atau 921,6 kHz. Pada persamaan 2.1 timer melimpah dengan laju

limpahan sebesar 32 x baud rate. Untuk perancangan ini, baud rate kecepatan

serial yang digunakan adalah 9600 bps, maka laju limpahan timer 1 dapat

(49)

kali/detik 307200

1 Limpahan Laju

9600 32 1 Limpahan Laju

= × = timer timer

Limpahan timer1 dengan kristal 11,0592 MHz membutuhkan perulangan sebesar:

kali 3 ulang isi

307200 921600 ulang

isi

1 Limpahan Laju

Instruksi Waktu

ulang isi

= = =

timer

3.2.1.4 Tombol Start dan Tombol Timer

Pinsip kerja piranti tombol start dan tombol timer yang digunakan adalah

tombol yang bersifat momentary, yaitu saat tombol ditekan maka kondisinya

terhubung dan sebaliknya kondisinya terputus saat tombol dilepas atau tidak

ditekan. Tombol tersebut dihubungkan menjadi satu pertanahan (Common

ground). Pada saat sistem dihubungkan dengan catu daya, isi dari tiap port

Mikrokontroler yang digunakan adalah FFh atau dalam keadaan logika ‘1’. Bila

salah satu tombol ditekan, maka salah satu pin akan terhubung dengan ground dan

mendapatkan masukan dengan logika ‘0’. Antarmuka untuk tombol start dan

tombol timer dapat dilihat pada gambar 3.3.

Pengaktifan tombol start dilakukan setelah menekan salah satu tombol

timer yang akan digunakan sebagai lama waktu dalam pemilihannya.

3.2.1.5 Rangkaian Penampil LCD (Liquid Cristal Display).

Penampil yang digunakan adalah LCD dengan tipe dot matrik 16x2

keluaran seico, sehingga LCD ini memiliki 2 baris dengan kemampuan

(50)

untuk menampilkan daftar pilihan suara A, B, C, D, E, F (Abstain), sedangkan

baris kedua digunakan untuk hasil akhir jumlah perhitungan tiap pilihan suara

tersebut Gambar 3.4 memperlihatkan desain penampilan dari LCD yang

digunakan.

A B C D E F

Jumlah Tiap-tiap Pilihan

Gambar 3.4.Tampilan pada LCD 2 x 16.

Untuk pembuatan antarmuka antara LCD dan mikrokontroler AT89S51

dapat dilihat pada gambar 3.3 menggunakan metode pengalamatan 8-bit data.

Jalur data DB0 s/d DB7 dari LCD HD44780 dihubungkan dengan Port 2 pada

mikrokontroler AT89S51. Penggunaan LCD diatur pin EN, RS dan R/W pada

LCD, maka perlu dilakukan pengaturan melalui mikrokontroler. Pin RS (register

select) dihubungkan pin P3.6. Pin E (enable clock) dihubungkan pin P3.7. LCD

hanya difungsikan dalam kondisi tulis, jadi pada LCD kaki R/W selalu dalam

kondisi low (dihubungkan dengan ground).

3.2.1

Rangkaian

Slave

3.2.2.1 Konstruksi Rangkaian slave

Perancangan untuk rangkaian slave ini, Control unit yang digunakan

adalah Mikrokontroler AT89S51, berfungsi untuk menentukan dan menghitung

hasil penekanan tombol suara yang berasal dari tiga balloting unit dan hasil

perhitungan pilihannya tersebut akan dikirimkan kepada rangkaian master.

(51)

Penggunaan terminal port yang dipakai dapat dilihat pada tabel 3.2, sedangkan

untuk antarmuka rangkaian mikrokontroler slave ditunjukkan pada gambar 3.5.

Tabel 3.2. Penggunaan port pada mikrokontroler slave.

Port Fungsi Keterangan

P3.5-P3.7 Baris Matriks keypad Input

P0.0-P0.4 Kolom Matriks keypad Input

P1 Satuan Seven segment Output

P2 Puluhan Seven segment Output

P3.3 Kontrol RS-485 Output

P3.0 (RxD) Komunikasi terima serial Input

P3.1 (TxD) Komunikasi kirim serial Output

C5 30pF R4 330 KOLOM4 R17 330 RST R10 330 BARIS3 RXD R13 330 J1 Seven Segment 1 2 3 4 5 10 9 8 6 a b c d e f g p A BARIS2 R7 330

Tombol Keypad Matriks

R18 330 R14 330 R9 330 R6 330 U2 AT89S51 9 18 19 29 30 5V 31 8 7 6 5 4 3 2 1 10 11 12 13 14 15 16 17 39 38 37 36 35 34 33 32 21 22 23 24 25 26 27 28 RST XTAL2 XTAL1 PSEN ALE EA/VPP P1.7 P1.6 P1.5 P1.4 P1.3 P1.2 P1.1 P1.0 P3.0 P3.1 P3.2 P3.3 P3.4 P3.5 P3.6 P3.7 P0.0 P0.1 P0.2 P0.3 P0.4 P0.5 P0.6 P0.7 P2.0 P2.1 P2.2 P2.3 P2.4 P2.5 P2.6 P2.7 R11 330 KOLOM2 R15 330 TXD C7 10uF 5V KOLOM1 KOLOM5 J2 Seven Segment 1 2 3 4 5 10 9 8 6 a b c d e f g p A KOLOM3 R5 330 CONTROL RS-485 C6 30pF 5V 5V R8 330 BARIS1 Q1 11.0592MHz R12 330 R2 10K R3 330 R16 330

(52)

3.2.2.2 Rangkaian Osilator dan Rangkaian Reset.

Konfigurasi yang digunakan untuk rangkaian reset dan rangkaian osilator

pada mikrokontroler slave ini sama dengan konfigurasi yang digunakan pada

mikrokontroler master. Hal ini dibutuhkan untuk sinkronisasi dalam komunikasi

serial agar kecepatan baudrate yang digunakan sama.

3.2.2.3 Rangkaian Masukan Tombol

Rangkaian masukan tombol suara menggunakan konfigurasi matriks keypad

yang bertujuan untuk menghemat jumlah port yang digunakan pada mikrokontroler.

Konfigurasi yang digunakan adalah matriks keypad 3 x 5 yang artinya terdiri dari 3

baris dan 5 kolom. Matriks keypad ini tersusun dari 15 tombol, apabila tidak

menggunakan konfigurasi matriks keypad maka dibutuhkan 15 port sedangkan

dengan matriks keypad hanya menggunakan 8 port.

Antarmuka matriks keypad ini dihubungkan dengan port 0 dan port 3

mikrokontroler AT89S51, untuk barisnya terhubung dengan jalur P3.5, P3.6, dan P3.7

yang berfungsi sebagai keluaran. Sedangkan kolomnya terhubung dengan jalur P0.0

sampai P0.4. yang berfungsi sebagai masukan mikrokontroler. Konfigurasi rangkaian

matriks keypad dapat dilihat pada gambar 3.6.

Pengecekan pada matriks keypad adalah dengan sistem pengecekan secara

berurutan (scanning) yaitu pengecekan baris dan kolom secara bergantian. Untuk

mengecek salah satu tombol yang ditekan, maka terlebih dahulu tiap baris diberi

logika ‘0’, kemudian dilakukan pengecekan tiap kolom. Apabila salah satu kolom

bernilai ‘0’ hal ini menandakan tombol ada yang sedang ditekan. Kombinasi baris

(53)

SW8 C2 1 4 2 3 SW11 A3 1 4 2 3 SW12 B3 1 4 2 3 SW13 C3 1 4 2 3 SW7 B2 1 4 2 3 SW1 A1 1 4 2 3 SW2 B1 1 4 2 3 P3.6 P3.5 P0.0 SW10 E2 1 4 2 3 SW15 E3 1 4 2 3 SW9 D2 1 4 2 3 SW3 C1 1 4 2 3 P0.4 P0.1 SW4 D1 1 4 2 3 SW6 A2 1 4 2 3 P0.2 SW5 E1 1 4 2 3 P3.7 SW14 D3 1 4 2 3 P0.3

Gambar 3.6. Rangkaian matriks keypad 3 x 5.

Tabel 3.3. Kombinasi baris dan kolom matriks keypad.

Tombol

Pilihan P3.7 P3.6 P3.5 P0.0 P0.1 P0.2 P0.3 P0.4

A1 0 1 1 0 1 1 1 1

B1 0 1 1 1 0 1 1 1

C1 0 1 1 1 1 0 1 1

D1 0 1 1 1 1 1 0 1

E1 0 1 1 1 1 1 1 0

A2 1 0 1 0 1 1 1 1

B2 1 0 1 1 0 1 1 1

C2 1 0 1 1 1 0 1 1

D2 1 0 1 1 1 1 0 1

E2 1 0 1 1 1 1 1 0

A3 1 1 0 0 1 1 1 1

B3 1 1 0 1 0 1 1 1

C3 1 1 0 1 1 0 1 1

D3 1 1 0 1 1 1 0 1

(54)

3.2.2.4 Penampil waktu pemilihan

Dalam proses pengambilan suara untuk pemilihan tombol suara terdapat batas

waktu yang telah ditentukan saat awal menjalankan mesin voting elektronik ini yaitu

timer 10 detik atau 20 detik. Berdasarkan batas waktu tersebut jika pemilih belum

melakukan penekanan dari salah satu tombol suara pada balloting unit maka

pilihannya akan dianggap abstain. Penampil yang digunakan sebagai indikator

pewaktu menggunakan dua digit seven segment yang bekerja secara countdown

(mencacah turun) setiap detiknya.

Prinsip kerja dari seven segment menyerupai kerja LED common anoda,

struktur pin LED seven segment dapat dilihat pada gambar 3.7 artinya untuk

menghidupkan atau menyalakannya diperlukan logika ‘0’ pada port mikrokontroler.

Untuk daftar susunan angka heksa penampilan seven segment berdasarkan struktur

pin-pin LED seven segment dapat dilihat pada tabel 3.4.

Tabel 3.4 Daftar heksa dari tampilan angka pada seven segment.

Desimal h g f e d c b a Heksa

0 1 0 0 0 0 0 1 0 82

1 1 0 1 1 1 0 1 1 BB

2 1 0 0 0 0 1 0 1 85

3 1 0 0 1 0 0 0 1 91

4 1 0 1 1 1 0 0 0 B8

5 1 1 0 1 0 0 0 0 D0

6 1 1 0 0 0 0 0 0 C0

7 1 0 0 1 1 0 1 1 9B

8 1 0 0 0 0 0 0 0 80

(55)

Gambar 3.7. Pin Seven segment

Pada gambar 3.5 terdapat antarmuka mikrokontroler dengan seven segment,

digit waktu untuk puluhan ditampilkan melalui port 1 sedangkan digit waktu untuk

satuan ditampilkan melalui port 2. Nilai resistor yang digunakan dapat dicari

berdasarkan arus yang mengalir pada pin LED seven segment tersebut yaitu:

R V VCC − LED

ILED =

Sehingga,

LED LED CC

I V

V

R =

Diketahui nilai VCC = 5 V, VLED adalah 1.4 V dan ILED dapat menyala

sebesar 11 mA, maka dari persamaan (2.1) didapat nilai R :

3 10 11

4 . 1 5

x

R = = 327,3 Ω

Nilai R yang digunakan adalah nilai R yang terdapat di pasaran, yaitu 330 Ω.

3.3 Komunikasi Serial

Pada perancangan “Mesin Voting Elektronik” menggunakan empat buah

Mikrokontroler AT89S51. Sebuah mikrokontroler sebagai master yang difungsikan untuk

menerima data yang dikirimkan dari tiga buah mikrokontroler slave. Tiap-tiap

(56)

digunakan komunikasi serial standar RS-485, yang mendukung untuk komunikasi data

secara bidirectional atau point to multipoint. Selain itu standar komunikasi ini memiliki

beberapa kelebihan, yaitu dapat digunakan untuk menghubungkan 32 unit peralatan

elektronik sekaligus tanpa memerlukan referensi ground yang sama dan juga lebih tahan

terhadap noise untuk penggunaan pada jarak yang cukup jauh (1,2 Km).

3.3.1 IC Komunikasi Serial RS-485.

Komponen utama yang digunakan pada komunikasi serial standar RS-485

pada perancangan ini adalah SN75176 yang merupakan seri 7517x buatan Texas

Instrument. Data yang ditranmisikan oleh IC ini dikirim dalam bentuk perbedaan

tegangan yang ada pada pin A (Do/Ri) dan B dari SN75176. Pada gambar 3.

8 memperlihatkan konfigurasi IC SN75176 yang memiliki 8 pin. (Teknik antarmuka

RS-485)[3] .

(Do/Ri)

Gambar 3.8 IC SN75176.

SN75176 berfungsi sebagai pengirim atau penerima data tergantung dari

kondisi kaki-kaki kontrolnya yaitu DE dan .. Apabila DE dan berlogika ‘0’,

maka SN75176 berfungsi sebagai penerima data sedangkan bila kaki DE dan RE

berlogika ‘1’ maka SN75176 berfungsi sebagai pengirim data. Gambar 3.9

memperlihatkan rangkaian sistem komunikasi RS-485 yang digunakan. RE RE

(57)

Gambar 3. 9 Rangkaian sistem komunikasi RS-485.

3.3.2. Konfigurasi Jaringan

Sistem yang akan dibuat menggunakan konfigurasi jaringan multidrop 2 kabel

karena komunikasi RS-485 memiliki kemampuan tiga keadaan (tristate) (RS-422 And

RS-485 Application Note halaman 6), yaitu mengeluarkan sinyal, menerima sinyal

dan keadaan terbuka (high impedance) maka dapat dikonfigurasikan untuk

komunikasi half-duplex. Jadi setiap mikrokontroler dari masing-masing rangkaian

slave dapat mengirimkan data serial secara bergantian. Gambar 3.10 memperlihatkan

rangkaian RS-485 dengan konfigurasi multidrop 2 kabel.

(58)

3.3.3. Komponen Penyesuai Impedansi

Agar sinyal data yang dikeluarkan dari masing-masing mikrokontroler slave

dapat diterima dengan sempurna oleh mikrokontroler master dan tidak terjadi

feedback maka diperlukan penyesuai impedansi pada jaringan (RS-422 And RS-485

Application Note halaman 18). Penyesuai impedansi yang digunakan pada rangkaian

ini yaitu sistem parallel termination seperti gambar 3.11. Parallel termination yaitu

memasangkan resistor secara paralel pada kabel jaringan. Nilai resistansi dari resistor

ini disesuaikan dengan impedansi nominal kabel jaringan yang digunakan yaitu

100Ω.

Gambar 3. 11 Komponen penyesuai impedansi.

3.3.4. Pemberian Prasikap pada Jaringan

Pemberian prasikap tegangan pada jaringan baik prasikap positif maupun

prasikap negatif dimaksudkan untuk menghindari keadaan sinyal yang tidak menentu saat

tidak ada data (keadaan menunggu / idle). Pemberian prasikap ini dengan cara

memasangkan resistor prasikap antara line B dengan ground dan resistor antara line A

dengan VC Sistem komunikasi yang akan dirancang memiliki konfigurasi :

1. Memiliki 2 resistor penyesuai impedansi 100Ω, yang akan dipasangkan paralel

(59)

2. Impedansi tiap rangkaian komunikasi RS-485 sebesar 12KΩ baik untuk pengirim

maupun penerima (RS-422 And RS-485 Application Note halaman 18).

3. Direncanakan ada 4 rangkaian komunikasi serial RS-485 (sebuah penerima dan 3

buah pengirim).

4. Suplai tegangan 5V dengan amplitudo sinyal minimal +200mV(422 And

RS-485 Application Note halaman 3).

5. Maka besar nilai nilai resistansi prasikap dihitung sebagai berikut:

- Jumlah beban keseluruhan 4 rangkaian, masing-masing nilai impedansinya

12KΩ dan dirangkai secara paralel sehingga jumlah beban adalah

3 3 2 1 1 1 1 1 1 R R R R

Rbeban = + + +

3 3 3 3 10 12 1 10 12 1 10 12 1 100 12 1 1 × + × + × + × = beban R 3 10 12 4 1 × = beban R Ω = K

Rbeban 3

- Jumlah beban dirangkai paralel dengan 2 resistor penyesuai impeda

Gambar

Gambar 2.3. Konfigurasi Pin AT89S51.
Tabel 2.1. Fungsi khusus Port 3.
Tabel 2.2 Register IE (Interrupt Enable Register)
Tabel 2.3 Prioritas Interupsi.
+7

Referensi

Dokumen terkait

• May be done using data movement instructions (memory mapped). • May be done by a separate controller

pada gerak rotasi, kecepatan susut sesaat ù dapat ditentukan dari kemiringan grafik fungsi posisi sudut terhadap waktu. Hitunglah posisi sudut pada t =

Penelitian ini juga bermanfaat sebagai refleksi penerapan bike sharing bagi masyarakat Bandung sebagai pengguna untuk meningkatkan performa dan mulai

Sampel dalam penelitian ini menggunakan total populasi pekerja shift di unit produksi Rolling Mill yang diukur kadar glukosa darah acak dan tekanan darahnya

Nilai ekonomi manfaat ekonomi manfaat internalisasi biaya eksternal yang dapat diamati meliputi nilai penghematan bahan bakar seperti elpiji dan kayu bakar akibat adanya

Penjelasan umum yang singkat tentang tata laksana proses yang terjadi yang memperjelas ruang lingkup sistem yang akan dibuat, boleh dibuat dalam bentuk flowchart

bahwa sejalan dengan maksud tersebut dengan memperhatikan Surat Ketua DPRD Kabupaten Lahat tanggal 23 Januari 2002 Nomor 140/82IDPRD/2002 perihal pemekaran Kecamatan Kikim

Pada tahap perencanaan yang meliputi mempersiapkan perencanaan, mempersiapkan materi pelajaran, dan menyediakan lembar penilaian masing-masing memperoleh skor 2, 3,