PENYESUAIAN DIRI DALAM BELAJAR
PADA SISWA YANG BERPRESTASI DI BAWAH RATA-RATA (Studi Deskriptif pada Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman
Tahun Ajaran 2018/2019 dan Implikasinya Terhadap Usulan Topik-topik Bimbingan Belajar)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Bimbingan dan Konseling
Oleh: Kiky Aprilliya NIM: 151114021
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
HALAMAN MOTTO
“Orang-orang yang berilmu kemudian dia memanfaatkan ilmu tersebut
(bagi orang lain) akan lebih baik dari seribu orang yang beribadah
atau ahli ibadah.”
(H.R Ad- Dailami)
“Tanpa terus menerus tumbuh dan berkembang, kata kata seperti
kemajuan, prestasi, dan sukses tak punya arti apa-apa”
(Benjamin Franklin)
“Tidak ada yang tidak mungkin bila kamu memiliki keyakinan tersebut”
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya sederhana ini saya persembahkan kepada:
Allah SWT yang telah memberikan penguat dalam kehidupan saya
Kedua Orang tua yang saya cintai:
Bapak Yohanes Berman Suradi
Ibu Sri Mulyani
Adik saya yang saya sayangi
Rosita Anggreyani
Terkasih :
Akhmad Syaifuddin
Bapak Dr. Gendon Barus, M.Si yang setia dan sabar
dalam mendampingi saya selama proses penulisan skripsi
Teman-teman BK Angkatan 2015
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Universitas Sanata Dharma
ABSTRAK
PENYESUAIAN DIRI DALAM BELAJAR
PADA SISWA YANG BERPRESTASI DI BAWAH RATA-RATA (Studi Deskriptif pada Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman
Tahun Ajaran 2018/2019 dan Implikasinya Terhadap Usulan Topik-topik Bimbingan Pribadi Sosial)
Kiky Aprilliya
Universitas Sanata Dharma
2019
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendiskripsikan tingkat penyesuaian diri dalam belajar pada siswa yang berprestasi di bawah rata-rata di kalangan siswa kelas XI IPS SMA N 2 Ngaglik Sleman tahun ajaran 2018/2019. (2) mengidentifikasi item-item pengukuran penyesuaian diri dalam belajar siswa yang berprestasi di bawah rata-rata yang capaian skornya rendah sebagai bahan usulan topik Bimbingan untuk siswa kelas XI IPS SMA N 2 Ngaglik Sleman.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI SMA N 2 Ngaglik Sleman yang berprestasi di bawah rata-rata sejumlah 40 orang. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner Penyesuaian Diri dalam Belajar dengan 50 item. Reliabilitas instrumen diukur menggunakan Alpha Cronbach dengan indeks 0.881. Teknik analisis data yang digunakan adalah norma kategorisasi menurut Azwar yang terdiri dari 5 kategori yakni sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Penyesuaian diri dalam belajar sebagian besar 20 (50 %) siswa yang di teliti mencapai kategori sangat baik, 17 (42,5 %) pada kategori baik, 3 (7,5 %) pada kategori cukup baik. (2) Berdasarkan hasil perhitungan capaian skor item pengukuran penyesuaian diri dalam belajar siswa yang berprestasi di bawah rata-rata terdapat 2 item yang capaian skornya berada dalam kategori rendah, hal tersebut dijadikan sebagai dasar perancangan topik-topik bimbingan untuk meningkatkan penyesuaian diri dalam belajar siswa yang berprestasi di bawah rata-rata .
ABSTRACT
THE SELF ADJUSTMENT IN LEARNING OF STUDENTS WITH UNDER AVERAGE ACHIEVEMENT (Descriptive Study on Class XI IPS Students of SMA N 2 Ngaglik Sleman
Academic Year 2018/2019 and Its Implications on Proposal of Tutoring Topics)
Kiky Aprilliya
Sanata Dharma University
2019
This study was aimed to: (1) describe the level of self adjustment in learning for students who performed below the average among students of class XI IPS of SMA N 2 Ngaglik Sleman academic year 2018/2019. (2) identify items on the of self-adjustment measurement for students who perform below the average that had low scores as material for the proposed topic of Guidance for of class XI IPS students of SMA N 2 Ngaglik Sleman.
The type of this research was quantitative descriptive research. The research subjects were the class XII students of SMA N 2 Ngaglik Sleman, that had below average achievement with total subjects were 40 students. The instrument used was the Self-Adjustment in Learning questionnaire with 50 items of questions. Instrument reliability was measured using Alpha Cronbach that measured using 0.881 as the index. The data analysis technique used was the categorization norm according to Azwar which consists of 5 categorization: very high, high, medium, low, and very low.
The results of the study showed that: (1) Most of the students' self adjustments in learning 20 students (50%), that being studied were in a very good category, 17 students (42.5%) had good self adjustment, and 3 students (7.5%) were considered in quite good category. (2) Based on the calculation results of the items of self adjustment in learning for students who have below average achievement, there were 2 items that had low scores and become the basis for designing guidance topics to improve self adjustment in learning for student who performed below average.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas karuni-nya ,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulis
menyadari tanpa adanya bantuan, bimbingan dan kerjasama yang baik dari
pihak-pihak yang terlibat, maka penulis tidak dapat menyelesaikan skripsi
dengan baik dan cepat, oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih pada:
1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M,Si selaku Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2. Dr. Gendon Barus, M.Si selaku Kepala Program Studi Bimbingan
dan Konseling Universitas Sanata Dharma dan juga selaku Dosen
Pembimbing yang dengan sabar mendampingi penulis dalam
menulis skripsi.
3. Juster Donal Sinaga, M.Pd selaku Wakil Kepala Program Studi
Bimbingan dan Konseling.
4. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling
yang telah membimbing dan membagikan ilmunya kepada penulis
selama menempuh pendidikan di Program Studi Bimbingan dan
Konseling.
5. Kedua orangtua yang saya sayangi Bapak Yohanes Berman Suradi
dan Ibu Sri Mulyani yang sudah memberikan dukungan secara
moril dan materil sehingga saya bisa melanjutkan studi ke jejang
perguruan tinggi. Terimakasih doa yang selalu senantiasa Bapak
dan Ibu yang selalu berikan untuk saya.
6. Segenap Yayasan Realino Romo Andri dan Ibu Lasmi yang selalu
memperhatikan saya sehingga saya dapat menyelesaikan kuliah
saya tanpa kekurangan biaya sedikitpun.
7. Bruder Sarju yang telah memberikan bantuan serta mengarahkan
dan memberikan dukungan kepada saya, sehingga saya bisa
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vii
ABSTRAK ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C.Batasan Masalah ... 5 A.Hakekat Penyesuaian Diri ... 9
1. Pengertian Penyesuaian Diri ... 9
2. Aspek-Aspek Penyesuaian Diri... 10
3. Faktor-Faktor Penyesuaian Diri ... 14
B. Hakekat Belajar dan Prestasi di bawah Rata-rata ... 21
1. Pengertian Belajar ... 21
2. Ciri-ciri Belajar ... 22
3. Bentuk-bentuk Belajar ... 23
4. Hasil Belajar ... 24
5. Penilaian Hasil Belajar ... 25
6. Pengertian Prestasi di Bawah Rata-rata ... 31
7. Penyesuaian Diri dalam Belajar ... 32
8. Faktor-Faktor Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 32
C.Hakekat Remaja ... 33
1. Pengertian Remaja ... 33
2. Karakteristik Perkembangan Remaja ... 35
3. Tugas Perkembangan Remaja ... 36
4. Masalah-masalah dan Kesulitan Remaja dalam Perkembangan sosial ... 36
D.Hakekat Bimbingan Belajar... 38
1. Pengertian Bimbingan Belajar ... 38
2. Tujuan Bimbingan Belajar ... 39
3. Ruang Lingkup Program Bimbingan Belajar ... 39
4. Prosedur Penyusunan Program Bimbingan Belajar ... 40
E. Kajian Penelitian yang Relevan ... 41
F. Kerangka Berpikir ... 42
BAB III METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian ... 45
B. Tempat dan Waktu Penelitian... 45
C.Subjek Penelitian ... 46
D.Variabel Penelitian ... 46
F. Validitas dan Reliabilitas ... 50
G.Teknik Analisis Data ... 56
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ... 62
B. Pembahasan ... 66
BAB V PENUTUP A.Kesimpulan ... 70
B. Keterbatasan ... 70
C.Saran ... 71
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Subjek Penelitian ... 46
Tabel 3.2 Norma Skor Kuesioner Penyesuaian Diri dalam Belajar ... 49
Tabel 3.3 Hasil Rekapitulasi Uji Validitas Skala Penyesuaian Diri dalam Belajar Siswa ... 52
Tabel 3.4 Kriteria Guilford ... 55
Tabel 3.5 Nilai Koefisien Reliabilitas Instrumen ... 55
Tabel 3.6 Norma Kategorisasi Penyesuaian Diri ... 58
Tabel 3.7 Kategorisasi Data Skor Tingkat Penyesuaian Diri dalam Belajar Siswa ... 60
Tabel 3.8 Penggolongan Tingkat Capaian Skor Item Penyesuaian Diri dalam Belajar Siswa ... 60
Tabel 4.1 Tingkat Penyesuaian Diri dalam Belajar Siswa yang Berprestasi di Bawah Rata-rata ... 62
Tabel 4.2 Penggolongan Skor Item Penyesuaian Diri dalam Belajar Siswa yang Berprestasi di Bawah Rata-rata... 65
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pikir ... 44
Gambar 4.1 Diagram Kategorisasi Tingkat Penyesuaian Diri
dalam Belajar Siswa yang Berprestasi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Penyesuaian Diri dalam Belajar
Siswa ... 76
Lampiran 2 Tabulasi Data ... 83
Lampiran 3 Tabel Data Validitas ... 84
Lampiran 4 Usulan Topik-topik Bimbingan untuk
Meningkatkan Penyesuaian Diri dalam Belajar ... 88
Lampira 5 Data siswa yang Berprestasi di Bawah Rata-rata ... 89
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini dipaparkan mengenai latar belakang masalah, identifikasi
masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan batasan/definisi istilah. Paparan bersifat singkat dan ringkas.
A.Latar Belakang Masalah
Seorang individu dituntut supaya dapat beradaptasi dengan lingkungan baru
atau keadaan yang membuat individu tersebut harus menyesuaikan dengan
kondisi yang ada dalam kehidupan sekitarnya. Tidak semua individu mampu
untuk menyesuaikan diri dengan lancar. Adapula individu yang mengalami
kesulitan dalam belajar untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan baru atau
keadaan baru. Sundari (2005: 39) mengatakan bahwa penyesuaian diri adalah
kemampuan individu untuk beraksi karena tuntutan dalam memenuhi dorongan
atau kebutuhan dan mencapai ketentraman batin dalam hubungannya dengan
sekitar. Berdasarkan pernyataan di atas maka penyesuaian diri yang dimaksud
dalam latar belakang ini adalah penyesuaian diri individu dalam mengahadapi
keadaan dimana ia mengalami prestasi belajar di bawah rata-rata, sehingga
Siswa (SMA) mengalami peralihan dari (SMP) ke (SMA). Ketika mereka
berada di kelas X, siswa juga mengalami penyesuaian diri dengan lingkungan
baru dan cara belajar yang baru pula, namun terlepas dalam itu semua
penyesuaian diri siswa tidak hanya sampai disitu, selanjutnya siswa harus
beradaptasi dengan belajar. Perubahan dari satu tahap ke tahap belajar
berikutnya yang lebih tinggi membutuhkan penyesuaian, siswa harus
menyesuaikan dengan perubahan-perubahan yang ada dalam dirinya sendiri.
Belajar adalah perubahan tingkah laku yang disengaja untuk memperoleh
wawasan yang baru serta pengalaman yang baru pula sehingga kognitif, afektif
mereka berubah. Dari hasil belajar di sekolah siswa akan mendapatkan prestasi.
Pengertian prestasi menurut KBBI adalah hasil yang telah dicapai (dari yang
telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya), jadi prestasi belajar yaitu hasil
yang dicapai dari penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang
dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes
atau angka nilai yang diberikan oleh guru dari hasil yang telah dicapai. Prestasi
belajar dikembangkan menjadi prestasi di atas rata maupun di bawah
rata-rata. Prestasi di atas rata-rata merupakan hasil belajar capaian nilai yang didapat
di atas ketentuan standar nilai yang sudah ditentukan oleh guru ataupun sekolah.
Prestasi di bawah rata-rata adalah hasil belajar yang didapat tidak mencapai
standar nilai yang sudah ditentukan. Siswa yang mendapatkan prestasi di bawah
rata-rata tidak mudah dalam menerima keadaanya sehingga memerlukan
penyesuaian diri. Siswa akan mengalami kurangnya percaya diri dalam belajar,
diri dalam belajar sebab ia merasakan berbeda dengan teman-teman yang
memiliki prestasi di atas rata-rata.
Penyesuaian diri sangat penting bagi siswa dalam belajar yang prestasinya
di bawah rata-rata untuk menunjang keberlangsungan siswa dalam belajar dan
berada di lingkungan sekolah. Siswa yang memiliki nilai percaya diri akan
memotivasi belajarnya sehingga siswa dapat memperbaiki cara belajar siswa
tersebut, dengan penyesuaian diri yang dimiliki siswa dapat membuat siswa
menerima dirinya terhadap keadaan dan dapat memperbaiki dirinya, sehingga
mendapatkan hasil belajar yang maksimal untuk kedepannya.
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman. Peneliti ingin
meneliti di SMA Negeri 2 Ngaglik bermula dari peneliti ingin melihat seberapa
baik kemampuan siswa kelas XI dalam penyesuain diri yang memiliki prestasi
di bawah rata-rata. Peneliti juga ingin mengetahui bagaimana proses belajar yang
dilakukan siswa yang mendapatkan hasil belajar yang prestasi di bawah
rata-rata. Siswa kelas XI harus dapat menaikan peringkat nilai mereka yang mendapat
prestasi di bawah rata-rata sehingga lulus dengan hasil yang baik. Apabila hal
ini tidak dilakukan maka siswa akan mengalami kesulitan belajar di kelas XII.
Melihat bahwa harapan sekolah siswa mampu Lulus di kelas XII dimasa yang
akan datang. Guru BK juga mengeluhkan siswa yang prestasi di bawah rata-rata
kelas XI IPS cenderung mengabaikan tugas dari guru dan sering mengumpulkan
tugas terlambat dari batas pengumpulan. Siswa yang prestasi di bawah rata-rata
cenderung menarik diri dan menyukai kegiatan yang ia senangi sehingga dalam
belajar di kelas. Siswa harus mampu menyesuaian diri dalam belajar dikarenakan
siswa harus meningkatkan proses belajar mereka dari kelas X ke kelas XI dan
kelas XII. Sekolah memberikan standar capaian nilai yang diberikan pada setiap
kelas seperti kelas X capaian nilai yang harus terpenuhi 65, kelas XI capaian
nilai yang harus terpenuhi 70 dan untuk kelas XII capain skor nilainya 75.
Penyesuaian diri dalam belajar ini perlu dilakukan dengan keadaan yang baru
seperti proses penyesuaian diri dengan tuntutan belajar, proses belajar,
tugas-tugas yang diberikan dan lingkungan sekitar seperti hubungan dengan guru,
teman sebaya.
Berdasarkan penjelasan pada latar belakang di atas peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Tingkat Kemampuan Penyesuaian Diri
dalam Belajar pada Siswa yang Berprestasi di bawah Rata-rata (Studi
Deskriptif pada Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman Tahun Ajaran
2018/2019 dan Implikasinya Terhadap Usulan Topik-topik Bimbingan Pribadi
Sosial)”.
B.Identifikasi Masalah
Berangkat dari latar belakang masalah di atas, terkait dengan tingkat
peyesuaian diri dalam belajar pada siswa yang berprestasi di bawah rata-rata
pada siswa kelas XI IPS SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman tahun ajaran 2018/2019
berbagai masalah sebagai berikut:
1. Siswa cenderung untuk tidak mengerjakan atau menunda mengerjakan dan
2. Siswa yang berprestasi di bawah rata-rata memiliki sifat kurang percaya diri
dan tidak banyak berbicara dalam interaksi sosial sehingga sulit
menyesuaiakan diri dalam belajar.
3. Siswa kesulitan menyesuaiakan diri dalam bertanggung jawab dan cenderung
mengabaikan proses belajar
4. Penyesuaian diri siswa yang salah menyebabkan motivasi belajar menurun
dan berakibat prestasi belajar siswa di bawah rata-rata.
5. Siswa mengalami kecemasan dan tidak tenang dalam belajar.
C.Batasan Masalah
Dalam penelitian ini, fokus kajian diarahkan untuk menganalisa tingkat
penyesuaian diri dalam belajar siswa yang berprestasi di bawah rata-rata pada
siswa kelas XI IPS SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman Tahun Ajaran 2018/2019
pada no 1, 3, dan 4 yang telah dipaparkan pada identifikasi masalah di atas.
D.Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:
1. Seberapa baik tingkat peyesuaian diri dalam belajar siswa yang berprestasi
di bawah rata-rata pada siswa kelas XI IPS SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman
tahun ajaran 2018/2019?
2. Item-item pengukuran peyesuaian diri dalam belajar maka yang capaian
skornya rendah, sebagai dasar penyusunan topik-topik bimbingan
peningkatan penyesuaian diri dalam belajar dikalangan siswa yang
berprestasi di bawah rata-rata untuk siswa kelas XI IPS SMA Negeri 2
E.Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dilakukannya penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Mendiskripsikan seberapa baik penyesuaian diri dalam belajar pada siswa
yang berprestasi di bawah rata-rata siswa kelas XI IPS SMA Negeri 2 Ngaglik
Sleman tahun ajaran 2018/2019.
2. Mengidentifikasi butir pengukuran peyesuaian diri dalam belajar yang
skornya rendah pada siswa yang berprestasi di bawah rata-rata.
F.Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Memberikan tambahan informasi bagi peneliti ilmiah, dibidang
penyesuaian diri dalam belajar pada siswa yang berprestasi di bawah
rata-rata dan mengetahui topik-topik bimbingan pribadi-sosial.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru Pembimbing
Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh guru Bimbingan dan
Konseling, khususnya sebagai data (need assesmen) dalam rangka
penyusunan topik-topik bimbingan yang berkaitan dengan peyesuaian
b. Bagi peneliti lain
Penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber inspirasi bagi
peneliti lain yang berminat untuk mengkaji lebih mendalam hal
penyesuaian diri dalam belajar pada siswa yang berprestasi di bawah
rata-rata dilihat dari berbagai aspek.
G.Batasan Istilah
1. Penyesuaian Diri dalam Belajar
Penyesuaian diri dalam belajar adalah proses seorang individu untuk
beradaptasi dalam belajar atau berperilaku, bersikap, dan bertindak secara
tepat sesuai situasi belajar yang dialami dan membuat individu dapat
menghadapi perubahan yang terjadi dalam belajar.
2. Hasil belajar
Hasil belajar meupakan hasil penilaian yang diperoleh siswa setelah
mengikuti proses belajar. Penelitian ini mengambil hasil belajar siswa kelas
XI IPS SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman Tahun Ajaran 2018/2019 pada mata
pelajaran tertentu seperti Bahasa Indonesia, Matematika, Bahasa Inggris,
Geografi, Sosiologi, Ekonomi. Peneliti mengambil mata pelajaran tersebut
ingin melihat seberapa baik penyesuaian diri siswa dalam belajar dari keenam
mata pelajaran tersebut setelah mengikuti belajar-mengajar, yang merupakan
3. Prestasi di Bawah Rata-rata
Prestasi di bawah rata-rata merupakan hasil belajar yang didapat melalui
hasil pengukuran dengan sebuah instrumen tes atau instrumen yang relevan,
yang menghasilkan capaian atau perolehan belajar yang berada di bawah
standar rata-rata hasil belajar siswa dalam kelompoknya.
4. Bimbingan Pribadi Sosial
Bimbingan pribadi sosial merupakan bimbingan untuk membantu seorang
indidvidu dalam pribadi sosialnya, sehingga individu mampu berkembang
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Pada bab ini dibahas kajian teoritis yang melandasi kerangka konseptual
peneliti ini. Kerangka konseptual penelitian ini meliputi: konsep penyesuaian diri,
konsep belajar dan hasil belajar, konsep remaja, konsep bimbingan pribadi-sosial.
A.Hakekat Penyesuaian Diri 1. Pengertian Penyesuaian Diri
Ali (2005: 176) menyatakan bahwa penyesuaian diri yang baik adalah
individu yang telah belajar bereaksi terhadap dirinya dan lingkunganya dengan
cara-cara yang matang, efisien, memuaskan, dan sehat, serta dapat mengatasi
konflik mental, frustasi, kesulitan pribadi dan sosial tanpa mengembangkan
perilaku simptomatik dan gangguan psikosomatik yang mengganggu tujuan-
tujuan moral, sosial, agama, dan pekerjaan. Calhoun dan Acocella (Sobur, 2003:
526) mendefinisikan “Penyesuaian diri sebagai inetraksi yang kontinu dengan
diri sendiri, dengan orang lain, dan dengan dunia.”
Schneiders (Desmita, 2009: 192) menyebutkan penyesuaian diri (adjustment)
sebagai:
Jadi penyesuaian diri pada prinsipnya adalah suatu proses yang
mencakup respons mental dan tingkah laku, dengan mana individu berusaha
untuk dapat berhasil mengatasi kebutuhan-kebutuhan dalam dirinya,
sehingga terwujud tingkat keselarasan atau harmoni antara tuntutan dari
dalam diri dengan apa yang diharapkan oleh lingkungan di mana ia tinggal.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa penyesuaian
diri merupakan proses adaptasi seseorang dengan lingkungan dan keadaan
yang ada dalam hidup individu guna mendapatkan keberhasilan dalam
tuntutan kehidupanya.
2. Aspek-aspek Penyesuaian Diri
Menurut Rosdiana (2009: 3) aspek-aspek penyesuaian diri dalam belajar
meliputi 10 aspek yaitu:
a. Kepemimpinan (Agency atau leadership)
Kepemimpinan merupakan proses dimana seseorang memberi pengaruh
kepada orang lain. Karakter seseorang pemimpin digambarkan seperti
memiliki motivasi tinggi untuk berprestasi, persuasife memiliki keterampilan
sosial yang baik, kreatif dan memiliki penyesuaian diri sosial yang baik
(Baron & Byrne; dalam Rosdiana, 2009: 3). Siswa yang memiliki rasa
kepemimpinan akan memperoleh nilai positif dari hal tersebut dan memiliki
karakter seperti yang diutarakan diatas yang dapat mendukungnya dalam
penyesuaian diri dengan baik. Siswa yang penyesuaian dirinya baik akan
dan memiliki karakter seperti yang disebutkan. Karnes (Rosdiana, 2009: 3)
menegaskan dengan adanya kemampuan kepemimpinan ini, diharapkan akan
membentuk beberapa karakteristik inisiatif, keterampilan komunikasi,
semangat dan tanggung jawab yang dapat memberi dukungan bagi
keberhasilnnya di sekoah.
b. Kemasyarakatan (Communion)
Steinberg (Rosdiana, 2009: 3) menjelaskan remaja yang sehat tidak hanya
memiliki kemampuan untuk berhasil secara individual tetapi juga mampu
mepertahankan keterikatan yang memuaskan dan sehat dengan orang lain.
Satu elemen yang membentuknya dalam proses belajar di lingkungan
sekitarnya yang berkaitan dengan siswa.
c. Ketahanan (Presistence)
Aspek ini menunjukkan bagaimana siswa bertahan dalam kesulitan dan
kegagalan. Djamarah (Rosdiana, 2009: 4) mengatakan siswa idealnya merasa
yakin pada kemampuan diri sendiri dan tidak tergantung pada orang lain
dalam menghadapi berbagai masalah.
d. Keterlibatan Terhadap Tugas (TaskInvolvement)
Aspek ini menyangkut bagaimana siswa mampu menghindari gangguan
dan tetap dapat memusatkan perhatian pada tugas. Hal ini juga menunjukkan
kemampuan siswa untuk merasa bertanggungjawab terhadap hasil tugas yang
siswa dengan task involment lebih peduli terhadap aktivitas belajar dan
pengerjaan tugas-tugas sekolah. Sedangkan siswa dengan ego involment tidak
peduli pada proses belajarnya dan lebih mementingkan pandangan dan
tanggapan orang lain tentang dirinya. Jadi siswa yang lebih peduli, rajin
dalam belajar dan pengerjaan tugas-tugas sekolah merupakan siswa dengan
task involment sedangkan siswa dengan ego involment akan belajar karena
dukungan ingin mendapatkan sebuah pujian dari orang lain.
e. Kepercayaan Diri Akademis (AcademicConfidence)
Aspek ini menunjukkan seberapa besar rasa optimis siswa terhadap
kemampuannya dalam menyelesaikan sekolah. Siswa yang memiliki
kepercayaan diri akademis dapat melihat kemampuannya sendiri.
f. Kepercayaan Diri Sosial (SocialConfidence)
Aspek ini menggambarkan bagaimana kemampuan siswa dalam menjalin
hubungan siswa dengan orang di sekitarnya sehingga dalam proses
pembelajaran dapat membantu siswa dengan guru, teman sebaya, dan
sebagainya di sekolah.
g. Lokus Control Internal (InternalLocusofControl)
Seseorang diminta untuk menjelaskan hal yang menyebabkan
keberhasilan atau kegagalannya, maka mereka akan cenderung menjelaskan
mengenai locus of control, yang merupakan hal atau orang yang dianggap
memiliki tanggungjawab untuk menyebabkan kegagalan atau keberhasilan.
perilaku dan karakteristik yang ia miliki merupakan seseorang yang
menggunakan locus of control internal sedangkan orang yang cenderung
menunjuk faktor yang di luar dirinya sebagai penyebab kesuksesan dan
keberhasilan merupakan orang dengan locus of control eksternal. Hal ini
didukung oleh pendapat Ormord (Rosdiana 2009: 4) yang mengatakan dalam
situasi pendidikan, bila seseorang siswa melihat penyebab kegagalan dan
keberhasilan dirinya pada hal yang tidak akurat dan dari variabel yang tidak
terkontrol, yang lebih banyak merupakan variabel di luar diri, maka ia
cenderung tidak ingin mengubah perilakunya di masa depan agar meraih
sukses.
h. Kepercayaan Pengembangan Diri (IncrementalScale)
Aspek ini menggambarkan bahwa kemampuan manusia tidak stabil tetapi
dapat dikontrol sehingga masih dapat dikembangkan. Keyakinan bahwa dapat
dikembangkan dan dapat dikehendakinya merupakan sebuah keyakinan
dalam diri siswa. Pandangan tambahan (incrementialview) adalah keyakinan
bahwa kemampuan dapat dikembangkan melalui kerja keras disertai dengan
penambahan pengetahuan dan keterampilan sedangkan tampilan intitas
(entityview) adalah kemampuan bersifat stabil dan merupakan tingkah laku
yang terkontrol. Siswa yang memiliki incrementialview percaya keberhasilan
didapat dari kerja keras dengan pengetahuan dan keterampilan yang
dimilikinya, sedangkan siswa yang entity view memandang keberuntungan
i. Hubungan dengan Guru (TeacherRepport)
Aspek ini menunjukkan siswa memperlakukan guru sebagai salah satu
sumber pengetahuan dibandingkan sebagai ancaman. Djamarah (Rosdiana,
2009: 4) mengatakan dengan terjadinya hubungan antara siswa dan guru,
maka mereka saling mengenal kepribadian dan akan lebih memudahkan
dalam proses penyesuaian diri.
j. Hubungan dengan Teman Sebaya (PeerRapport)
Peer merupakan kumpulan orang-orang yang seusia yang berfungsi
sebagai perbandingan sosial dan sumber informasi di luar keluarga. Santrock
(Rosdiana, 2009: 4) mengatakan dalam hubungan dengan peer ini seseorang
dapat mengembangkan pengetahuan serta keterampilan sosialnya. Melihat
dari sudut pandang orang lain dalam menilai serta memperlakukan dirinya
sebagai prosespembelajaran suatu dimensi untuk menunjukan dirinya sebagai
siswa di sekolah.
3. Faktor-Faktor Penyesuaian Diri
Hartinah (2008: 190) menyebutkan ada lima faktor yang mempengaruhi
proses penyesuaian diri diantaranya yaitu:
a. Kondisi-kondisi fisik, termasuk didalamnya keturunan, konstitusi fisik,
suasana saraf, kelenjar, dan sistem otot, kesehatan, penyakit dan sebagainya.
Kondisi jasmani seperti pembawaan dan struktur/konstitusi fisik dan
secara instrinsik berkaitan erat dengan susunan/konstitusi tubuh. Struktur
jasmani merupakan kondisi primer bagi tingkah laku maka dapat diperkirakan
bahwa sistem syaraf, kelenjar dan otot merupakan faktor yang penting bagi
penyesuaian diri. Gangguan pada sistem syaraf, kelenjar dan otot dapat
menimbulkan gejala gangguan mental, tingkah laku, dan kepribadian.
Kualitas penyesuaian diri yang baik hanya dapat diperoleh dan dipelihara
dalam kondisi kesehatan jasmaniah yang baik pula.
b. Perkembangan dan kematangan, khususnya kematangan intelektual, sosial,
moral, dan emosional.
Sesuai dengan hukum perkembangan, tingkat kematangan yang dicapai
berbeda pada individu yang satu dengan yang lainnya. Sehingga pencapaian
pola-pola penyesuaian diri berbeda pula secara individu. Kondisi-kondisi
perkembangan mempengaruhi setiap aspek kepribadian seperti: emosional,
sosial, tanggung jawab, dan intelektual. Dalam fase tertentu salah satu aspek
mungkin lebih penting daripada kematangan sosial, dan kematangan
emosional, merupakan yang terpenting dalam penyesuaian diri.
c. Penentu psikologis, termasuk di dalamnya pengalaman belajar,
pengkondisian, penentuan diri (self determination), frustasi dan konflik.
1) Pengalaman
Tidak semua pengalaman mempunyai arti bagi penyesuaian diri.
Pengalaman-pengalaman tertentu yang mempunyai arti dalam
traumatik. Pengalaman yang menyenangkan akan menimbulkan proses
diri yang baik, sedangkan pengalaman yang traumatik dapat menimbulkan
penyesuaian yang kurang baik.
2) Belajar
Proses belajar merupakan dasar fundamental dalam proses penyesuaian
diri, karena melakui belajar ini akan berkembang pola respon yang akan
membentuk kepribadian.
3) Determinasi diri
Determinasi diri mempunyai peranan penting dalam penyesuain diri
karena mempunyai peranan dalam pengendalaian arah dan pola
penyesuaian diri.
4) Konflik dan Penyesuaian
Secara umum, orang berpandangan bahwa semua konflik bersifat
mengganggu atau merugikan. Kenyataannya ada pula seseorang yang
mempunyai banyak konflik tanpa hasil-hasil yang merusak atau
merugikan. Konflik dapat bermanfaat memotivasi seseorang untuk
meningkatkan usaha kearah pencapaian tujuan yang menguntungkan
secara sosial, atau mungkin sebaliknya ia memecahkan konflik dengan
melarikan diri, khusunya lari kedalam gejala-gejala neuroitis. Gejala
neuroitis merupakan gejala-gejala dalam saraf seperti saraf mata atau
d. Kondisi lingkungan, khususnya keluarga dan sekolah.
1) Pengaruh rumah dan keluarga
Interaksi sosial yang pertama diperoleh oleh individu berlangsung dalam
keluarga. Kemampuan interaksi sosial ini kemudian akan dikembangkan
di masyarakat.
2) Hubungan orangtua dan anak
Pola hubungan antara orangtua dan anak akan mempunyai pengaruh
terhadap proses penyesuaian diri anak-anak. Beberapa pola yang
mempengaruhi penyesuaian diri antara lain:
a) Menerima, yaitu situasi hubungan dimana orangtua menerima anaknya
dengan baik. Sikap penerimaan ini dapat menimbulkan suasana hangat
dan rasa aman.
b) Menghukum dan displin yang berlebihan. Displin yang ditanamkan
orangtua terlalu kaku dan berlebihan sehingga dapat menimbulkan
suasana psikologis yang kurang menguntungkan anak.
c) Memanjakan dan melindungi anak secara berlebihan, hal ini dapat
menimbulkan perasaan tidak aman, cemburu, rendah diri, canggung,
dan gejala-gejala salah suai lainnya.
d) Penolakan, yaitu pola hubungan dimana orangtua menolak kehadiran
anaknya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penolakan orangtua
3) Hubungan saudara
Suasana hubungan saudara yang penuh persahabatan, kooperatif, saling
menghormati, penuh kasih sayang, mempunyai kemungkinan yang lebih
besar untuk tercapainya penyesuaian yang lebih baik. Sebaliknya suasana
permusuhan, perselisihan, iri hati, kebencian dapat menimbulkan kesulitan
dan kegagalan penyesuaian diri.
4) Masyarakat
Keadaan lingkungan masyarakat dimana individu berada merupakan
kondisi yang menentukan proses dan pola-pola penyesuaian diri. Kondisi
ini menunjukkan bahwa gejala tingkah laku yang salah suai bersumber dari
masyarakat. Pergaulan yang salah di kalangan remaja dapat
mempengaruhi pola penyesuaian diri.
5) Sekolah
Sekolah mempunyai peranan sebagai media untuk mempengaruhi
kehidupan inetelektual, sosial, dan moral para siswa. Suasana di sekolah
baik sosial maupun psikologis menentukan proses dan pola penyesuaian
diri.
6) Penentu kultural, termasuk agama.
Lingkungan kultural dimana individu berada dan berinteraksi akan
menentukan pola penyesuaian diri, misalnya tata cara kehidupan di
bagaimana seseorang menempatkan diri dan bergaul di masyarakat sekitar.
Agama memberikan suasana psikologis tertentu yang mengurangi konflik,
frustasi, dan ketegangan lainnya. Agama juga memberikan suasana damai
dan tenang bagi seseorang. Agama merupakan sumber nilai, kepercayaan,
dan pola tingkah laku yang akan memberikan tuntutan bagi arti, tujuan,
dan hidup manusia.
4. Karakteristik Individu yang Mampu Menyesuaikan Diri.
Hartinah (2008: 186) mengatakan karakteristik individu yang mampu
menyesuaikan diri adalah sebagai berikut:
a. Penyesuaian diri secara positif
Mereka yang tergolong mampu melakukan penyesuaian diri secara positif
ditandai hal-hal sebagai berikut:
1) Tidak adanya ketegangan emosional.
2) Tidak menunjukkan adanya mekanisme-mekanisme psikologis.
3) Tidak menunjukkan adanya frustasi pribadi.
4) Memiliki pertimbangan rasional dan pengarahan diri.
5) Mampu dalam belajar.
6) Menghargai pengalaman.
7) Bersikap relistik dan objektif.
Berbagai bentuk penyesuaian diri secara positif yang dilakukan oleh
1) Penyesuaian dengan menghadapi masalah secara langsung
dalam situasi ini individu secara langsung menghadapi
masalahnya dengan segala akibat-akibatnya. Ia melakukan
segala tindakan sesuai dengan masalah yang dihadapinya.
2) Penyesuaian diri dengan melakukan eksplorasi (penjelajahan)
dalam situasi ini individu mencari berbagai bahan pengalaman
untuk dapat menghadapi dan memcahkan masalahnya.
3) Penyesuaian dengan trial and eror atau coba-coba dalam cara
ini individu melakukan segala suatu tindakan coba-coba, dalam
arti kalau menguntungkan diteruskan dan kalau gagal tidak
diteruskan. Taraf pemikiran kurang begitu berperan
dibandingkan cara eksplorasi.
4) Penyesuaian dengan substansi (mencari pengganti) jika individu
merasa gagal dalam menghadapi masalah, maka ia dapat
memperoleh penyesuaian dengan jalan mencari pengganti.
5) Penyesuaian diri dengan menggali kemampuan diri dalam hal
ini individu mencoba menggali kemampuan-kemampuan
khusus dalam dirinya, kemudian dikembangkan sehingga dapat
membantu penyesuaian diri.
6) Penyesuaian dengan belajar; individu akan banyak memperoleh
pengetahuan dan keterampilan yang dapat membantu
menyesuaikan diri.
Penyesuaian diri akan lebih berhasil jika disertai dengan
kemampuan memilih tindakan yang tepat dan pengendalian diri
secara tepat pula. Dalam situasi ini individu berusaha memilih
tindakan maa yang harus dilakukan, dan tindakan mana yang
tidak perlu dilakukan. Cara inilah yang disebut inhibisi.
Disamping itu, individu harus mampu mengendalikan dirinya
dalam melakukan tindakannya.
8) Penyesuaian dengan perencanaan secara cermat
Dalam situasi ini tindakan yang dilakukan merupakan
keputusan yang diambil berdasarkan perencanaan yang cermat.
Keputusan diambil setelah dipertimbangkan dari berbagai segi,
antara lain segi untung dan ruginya.
B.Hakekat Belajar dan Prestasi di bawah Rata-rata 1. Pengertian Belajar
Menurut Kingsley (Ahmadi & Supriyono, 2013: 127) belajar adalah proses
dimana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek
atau latihan. Belajar merupakan proses dari perkembangan hidup manusia.
Individu yang belajar telah melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu
sehingga tingkah lakunya berkembang, Semua aktivitas dan pretasi hidup tidak
lain adalah hasil dari belajar (Ahmadi & Supriyono, 2013: 127).
Dengan demikian dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar
untuk memperoleh perubahan dalam dirinya, baik secara praktek atau latihan
yang dapat memunculkan paradigma baru pada individu tersebut sehingga
tingkah lakunya berkembang. Hal tersebut dapat terjadi akibat dari interaksi dan
lingkungan yang ada di sekitarnya.
2. Ciri- ciri Belajar
Jika hakekat belajar adalah perubahan tingkah laku, maka menurut
Djamarah (2011: 15) ada enam ciri-ciri belajar.
a. Perubahan yang terjadi secara sadar
Ini berarti individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau
sekurang-kurangnya individu merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan
dalam dirinya. Misalnya ia menyadari bahwa pengetahuannya bertambah,
kecakapanya bertambah.
b. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional
Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri individu berlangsung
terus-menerus dan tidak statis. Suatu perubahan yang terjadi akan
menyebabkan perubahan berikutnya. Misalnya anak yang tidak bisa
membaca sebelumnya maka setelah ia belajar ia dapat membaca.
c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
Perubahan- perubahan itu selalu bertambah dan tertuju untuk memperoleh
suatu yang lebih baik dari sebelumnya. Maka semakin banyak usaha belajar
d. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang
akan dicapai. Perubahan belajar terarah pada perubahan tingkah laku yang
benar-benar disadari.
3. Bentuk-bentuk Belajar
Menurut De Block (Winkel, 2004) bentuk-bentuk belajar menurut fungsi
psikis belajar afektif, belajar kognitif, belajar senso-motorik.
a. Belajar Afektif
Belajar afektif merupakan belajar menghayati nilai dari suatu obyek yang
dihadapi melalui alam perasaan, entah obyek itu berupa orang, benda atau
kejadian/peristiwa. Orang harus belajar pula untuk mengungkapkan perasaan
dalam bentuk ekspresi yang wajar dan dapat diterima oleh masyarakat.
Misalnya anak kecil yang naik pitam karena keinginanya tidak dipenuhi;
belum menguasai cara/bentuk ekspresi marah yang wajar. Rasa marah yang
meluap-luap, belum pernah belajar cara mengekspresikan rasa marah secara
wajar yang dapat diterima oleh orang lain.
b. Belajar Kognitif
Belajar kognitif merupakan belajar memperoleh dan menggunakan suatu
bentuk representasi yang mewakili semua obyek yang dihadapi, entah obyek
itu orang, benda atau kejadian/peristiwa, misalnya seseorang pergi berlibur
negeri, semua pengalaman tercatat dalam benaknya berbentuk gagasan dan
sejumlah tanggapan. Gagasan dan tanggapan tersebut dituangkan dalam
kata-kata yang disampaikan kepada orang yang mendengar kriterianya
dipresentasikan dalam bentuk gagasan dan tanggapan yang kedua-duanya
bersifat mental; kemudian gagasan dan tanggapan dituangkan dalam
kata-kata yang dapat didengar oleh orang lain, yang menangkap apa yang
dimaksud.
c. Belajar Senso-motorik
Belajar senso-motorik merupakan belajar menghadapi dan menangani
aneka obyek secara fisik, termasuk kejasmanian manusia sendiri. Menurut
pandangan Piaget, belajar senso-motorik merupakan dasar bagi belajar
berpikir. Mengamati aneka obyek dengan memegang serta menangani benda,
mendasarkan perkembangan berpikir.
4. Hasil Belajar
Supratiknya (Widodo, 2013: 34) mengatakan hasil belajar yang menjadi
objek penilaian kelas berupa kemampuan-kemampuan baru yang diperoleh
siswa setelah mereka mengikuti proses belajar-mengajar tentang mata pelajaran
tertentu. Suprijono (2012: 5) mengatakan hasil belajar adalah pola-pola
perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan
pola perbuatan, nilai, pengertian, sikap, apresiasi dan keterampilan siswa setelah
mereka mengikuti proses belajar-mengajar dalam mata pelajaran tertentu.
5. Penilaian Hasil Belajar
a. Pengertian Penilaian hasil belajar
Kunandar (2014: 61) mengatakan penilaian hasil belajar merupakan
sesuatu yang sangat penting dan strategis dalam kegiatan belajar mengajar.
Penilaian hasil belajar maka dapat diketahui seberapa besar keberhasilan
peserta didik telah menguasai kompetensi atau materi yang telah diajarkan
oleh guru. Melalui penilaian juga dapat dijadikan sebagai acuan untuk melihat
tingkat keberhasilan atau efektivitas guru dalam pembelajaran. Penilaian hasil
belajar harus dilakukan dengan baik mulai dari penentuan instrument,
penyusunan instrument, telaah instrument, pelaksanaan penilaian, analisis
hasil penilaian dan program tindak lanjut hasil penilian.
Berdasarkan penjelasan di atas maka, pengertian penilaian hasil belajar
merupakan seberapa besar keberhasilan peserta didik, berdasarkan
kemampuan yang di dapatkan dari proses belajar mengajar, sehingga dapat
memberikan informasi yang bermanfaat tentang proses belajar mengajar
b. Bentuk-bentuk penilaian hasil belajar
Permendikbud No. 66 Tahun 2013 (Abidin, 2014:3) mengatakan penilaian
pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan pencapaian hasil
belajar peserta didik mencakup:
1) Penilaian otentik
Penilaian otentik merupakan penilaian yang dilakukan secara
komprehensif untuk menilai masukan (input), proses, dan keluaran
(output) pembelajaran.
2) Penilaian diri
Penilaian diri merupakan penilaian yang dilakukan sendiri oleh peserta
didik untuk membandingkan posisi relatifnya dengan kriteria yang telah
ditetapkan.
3) Penilaian berbasis portofolio
Penilaian berbasis portofolio merupakan penilaian yang dilaksanakan
untuk menilai keseluruhan identitas proses belajar peserta didik termasuk
penugasan perseorangan atau kelompok di dalam atau di luar kelas
khususnya pada sikap atau perilaku dan keterampilan.
4) Ulangan
Ulangan merupakan proses yang dilakukan untuk mengukur tingkat
pembelajaran, untuk memantau kemajuan dan perbaikan hasil belajar
pesrta didik.
5) Ulangan harian
Ulangan harian merupakan kegiatan yang dilakukan secara periodik untuk
menilai kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu kompetensi
(KD) atau lebih.
6) Ulangan tengah semester
Ulangan tengah semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah
melaksanakan 8-9 minggu kegiatan pembelajaran. Cukupan ulangan
tengah semester meliputi seluruh indikator yang mempresentasikan
seluruh KD pada periode tersebut.
7) Ujian akhir semester
Ujian akhir semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik
untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik pada akhir semester.
Cakupan ulangan meliputi seluruh indikator yang mempresentasikan
semua KD pada semester tersebut.
8) Ujian Tingkat Kompetensi
Ujian Tingkap Kompetensi yang disebut UTK merupakan kegiatan
tingkat kompetensi. Cakupan UTK meliputi sejumlah Kompetensi Dasar
yang mempresentasikan kompetensi Inti pada tingkat kompetensi tersebut.
9) Ujian Mutu Tingkat Kompetensi
Ujian Mutu Tingkat Kompetensi yang disebut UMTK merupakan kegiatan
pengukuran yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengetahui pencapain
tingkat kompetensi. Cakupan UMTK meliputi sejumlah Kompetensi
Dasar yang mempresentasikan Kompetensi Inti pada tingkat kompetensi
tersebut.
10) Ujian Nasional
Ujian Nasional yang selanjutnya disebut UN merupakan kegiatan
pengukuran kompetensi tertentu yang dicapai peserta didik dalam rangka
menilai pencapaian Standar Nasional Pendidikan, yang dilaksanakan
secara nasional.
11) Ujian Sekolah/Madrasah
Ujian Sekolah/ Madrasah merupakan kegiatan pengukuran pencapaian
kompetensi di luar kompetensi yang diujikan pada UN, dilakukan oleh
c. Cara-cara penilaian hasil belajar
Kunandar (2014: 93) mengatakan penilaian hasil belajar peserta didik perlu
dilakukan secara terprogram dan sistematis, jadi cara-cara penilaian terdapat 3
macam yaitu:
1) Penetapan indikator pencapain hasil belajar
Indikator merupakan pertanda atau indikasi pencapaian kompetensi, ukuran,
karakteristik, ciri-ciri, pembuatan atau proses yang berkontribusi atau
menunjukan ketercapaian suatu kompetensi dasar. Indikator dirumuskan
dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diukur dan diamati
seperti: mengidentifikasi, menghitung, membedakan, menyimpulkan,
menceritakan kembali, mempraktikan, mendemosntrasi, dan
mendiskripsikan.
2) Pemetaan standar kompetensi/kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator
dan teknik penilaian.
Pemetaan standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator dilakukan
untuk memudahkan guru dalam menentukan teknik penilaian yang akan
digunakan oleh guru untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.
3) Menyusun instrumen penilaian.
Menyusun instrumen penilaian adalah hal yang sangat penting dalam
yang tepat, maka akan menghasilkan informasi pencapaian kompetensi
peserta didik yang valid dan akurat.
d. Teknik dan Instrumen Penilaian
Permendikbud no. 66 Tahun 2013 (Abidin: 26) memaparkan teknik dan
Instrumen yang digunakan untuk penilaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan sebagai berikut:
1) Penilaian kompetensi sikap. Pendidik melakukan penilaian kompetensi sikap
melalui beberapa teknik, diantaranya adalah observasi, penilaian diri,
penilaian “teman sejawat” (peer evaluation) oleh peserta didik dan jurnal.
Instrumen yang digunakan untuk obeservasi, penilaian diri, dan penilaian
antar peserta didik adalah daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang
disertai rubrik, sedangkan pada jurnal berupa catatan pendidik.
2) Penilaian kompetensi pengetahuan. Pendidik menilai kompetensi
pengetahuan melalui tes tertulis, tes lisan, dan penugasan. Instrumen tes
tertulis dapat berupa soal, pilihan ganda, isian, jawaban singkat, benar-salah,
menjodohkan, dan uraian. Untuk instrumen tertentu saja harus dilengkapi
dengan penskoran. Instrumen tes lisan dapat berupa daftar pertanyaan yang
akan ditanyakan pada saat pelaksanan penilaian berlangsung. Instrumen
penugasan berupa pekerjaan rumah atau proyek yang dikerjakan baik secara
individu maupun atau kelompok sesuai dengan karakteristik proyek.
3) Penilaian Kompetensi Keterampilan. Pendidik menilai kompetensi
keterampilan melalui penilaian kerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta
praktik, projek, dan penialain portofolio. Instrumen yang digunakan berupa
daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang dilengkapi rubrik. Intrumen
penilaian harus memiliki berupa persyaratan. Persyaratan yang harus
dipenuhi diantaranya substansi yang mempresentasikan kompetensi yang
dinilai, konstruksi yang memnuhi persyaratan teknis sesuai dengan bentuk
instrumen yang digunakan, penggunaan bahasa yang baik dan benar serta
komunikatif sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik.
5. Pengertian Prestasi Belajar di bawah Rata-rata
Menurut Hamdani (2011: 137) pretasi belajar dalam bidang pendidikan
adalah hasil dari pengukuran terhadap usaha belajar siswa yang meliputi faktor
kognitif, afektif dan psikomotorik, setelah mengikuti proses pembelajaran yang
diukur dengan menggabungkan instrumen tes atau instrumen yang relevan. Hadi
(2004: 272) mengatakan rata-rata “mean” atau yang biasa disebut dengan nilai
rata-rata diperoleh dari menjumlahkan seluruh nilai dan membaginya dengan
jumlah individu.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi dalam belajar
siswa yang berprestasi di bawah rata-rata adalah hasil yang dicapai dalam proses
mengikuti pembelajaran meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotorik
dengan menggabungkan insrumen tes atau instrumen yang relevan, sehingga
mendapatkan hasil belajar atau prestasi rata-rata di bawah angka atau bilangan,
yang sebelumnya nilai yang diperoleh setelah dihitung, sehingga menemukan
nilai tengah sebagai patokan. Individu yang berprestasi di bawah rata-rata berada
telah dihitung berdasarkan langkah menentukan nilai rata-rata. Maka
dikategorikan memiliki prestasi di bawah rata-rata.
6. Penyesuaian Diri dalam Belajar
Ali (2015: 176) menyatakan bahwa penyesuaian diri yang baik adalah
individu yang telah belajar bereaksi terhadap dirinya dan lingkunganya dengan
cara-cara matang. Hamalik (2009: 45) megatakan bahwa belajar adalah
terjadinya perubahan dari persepsi dan perilaku, termasuk juga perbaikan
perilaku, misalnya pemuasan kebutuhan masyarakat dan pribadi secara lengkap.
Berdasarkan penjelasan di atas penyesuaian diri dalam belajar adalah
penyesuaian diri dalam belajar yaitu individu mampu menyesuaiakan diri
terhadap lingkungannya dengan cara-cara matang, dengan belajar individu
mampu memperoleh pengetahuan, perubahan dari persepsi dan keterampilan.
7. Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat bersumber dari
faktor Internal maupun faktor eksternal. Ahmadi & Supriyono (2013: 138)
menjelaskan bahwa kedua golongan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut.
a. Faktor yang tergolong internal meliputi:
1) Faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang
diperoleh, yang termasuk faktor ini misalnya pengelihatan, pendengaran,
struktur tubuh.
2) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh yang
a) Faktor intelektif yang meliputi: faktor potensial yaitu
kecerdasan dan bakat dan faktor kecakapan nyata yaitu
prestasi yang telah dimiliki.
b) Faktor non-intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu
seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi,
penyesuaian diri.
b. Faktor kematangan fisik maupun psikis.
Yang tergolong faktor eksternal yang merupakan faktor yang asalnya
dari luar diri seseorang atau individu, ialah:
1) Faktor sosial yang terdiri atas: lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah, lingkungan masyarakat, lingkungan kelompok.
2) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi,
kesenian.
3) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim.
C.Hakekat Remaja 1. Pengertian Remaja
Adoloscene atau remaja berasal dari kata Latin adoloscere yang berarti
“tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Menurut Hurlock (Rossum, 2008:
23) masa remaja terbagi menjadi dua yaitu remaja awal yang berlangsung
kira-kira dari usia 13 tahun sampai dengan 16 tahun dan remaja akhir yang
Berdasarkan penjelasan di atas remaja berarti tumbuh menuju tahap
dewasa. Remaja terbagi menjadi dua bagian yaitu remaja awal dengan
usia kira-kira 13-16 tahun dan yang kedua remaja akhir yang bermula
pada usia 16 tahun sampai usia matang secara hokum.
2. Karakteristik Perkembangan Remaja
Hurlock (1997) mengatakan seperti semua rentang dalam kehidupan
masa remaja yang memiliki ciri-ciri tertentu seperti berikut :
a. Masa remaja sebagai masa peralihan
Pada periode ini remaja ada pada posisi yang sedikit membuatnya
bingung, karena bukan menjadi anak-anak lagi namun belum saatnya
disebut dewasa.
b. Masa remaja sebagai periode perubahan
Pada masa ini remaja mengalami perubahan seperti perubahan fisik,
perubahan emosi ditandai dengan semakin banyak emosi yan dapat
dikenali bukan hanya marah ataupun senang tetapi juga minat sosial.
c. Masa remaja sebagai usia yang bermasalah
Masa remaja disebut dengan usia bermasalah karena remaja masih sulit
d. Masa remaja sebagai masa mencari identitas
Remaja mulai mencari identitas diri dengan melihat orang yang dapat
menjadi model atau figur.
e. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa
Pada periode ini remaja berusaha untuk menampilkan dirinya yang
dewasa dan bukan lagi anak-anak. Maka remaja akan mencoba
berperilaku seperti orang dewasa.
3. Tugas Perkembangan Remaja
Hurlock (1997) mengatakan tugas perkembangan remaja sebagai berikut:
a. Mencapai peran sosial pria dan wanita.
b. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif.
c. Mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya baik
pria maupun wanita.
d. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertangung jawab.
e. Mencapai kemandirian emosional dari orangtua dan orang dewasa
lainnya.
f. Mempersiapkan karir ekonomi.
g. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga.
h. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk
berperilaku mengembangkan ideologi.
Melihat ciri-ciri dan tugas perkembangan masa remaja, bahwa masa
akhir menuju remaja dengan menunjukan ciri-ciri seorang remaja
mempunyai perubahan berupa fisik, pikiran dan juga emosi oleh sebab itu
masa remaja memiliki tugas perkembangan yan harus terselesaikan supaya
dapat menjadi dewasa yang optimal. Tugas-tugas perkembangan fase
remaja ini berkaitan dengan perkembangan kognitifnya, yaitu fase
operasional formal. Kematangan pencapaian fase kognitif akan sangat
membantu kemampuan dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangannya
itu dengan baik. Supaya dapat terpenuhi dan melaksanakan tugas-tugas
perkembangan, diperlukan kemampuan kreatif remaja. Kemampuan kreatif
ini banyak diwarnai oleh perkembangan kognitifnya.
4. Masalah-masalah dan Kesulitan Remaja dalam Perkembangan
Masa remaja seringkali dikenali dengan masa mencari jati diri, oleh
Erickson disebut dengan identitas ego (ego identity) (Bischof, dalam Rossum,
2013: 25). Hal ini terjadi karena masa remaja merupakan peralihan antara masa
kehidupan anak-anak dan masa kehidupan orang dewasa. Sejumlah sikap yang
sering ditunjukkan oleh remaja yaitu sebagai berikut:
a. Kegelisahan
Sesuai dengan fase perkembangannya, remaja mempunyai banyak idealisme,
angan-angan, atau keinginan yang hendak diwujudkan di masa depan.
Namun, sesungguhnya remaja belum memiliki banyak kemampuan yang
memadai untuk mewujudkan semua itu. Seringkali angan-angan dan
Di satu pihak mereka menginginkan mendapatkan pengalaman
sebanyak-banyaknya untuk menambah pengetahuan, tetapi dipihak lain mereka merasa
belum mampu melakukan berbagai hal dengan baik sehingga tidak berani
mengambil tindakan mencari pengalaman langsung dari sumbernya. Tarik
menarik antara angan-angan yang tinggi dengan kemampuannya yang masih
belum memadai mengakibatkan mereka diliputi oleh perasaan gelisah.
b. Pertentangan
Sebagai individu yang sedang mencari jati diri, remaja berada pada situasi
psikilogis antara ingin melepaskan diri dari orang tua dan perasaan masih
belum mampu untuk mandiri. Pada umumnya remaja sering mengalami
kebingungan karena sering terjadi pertentangan pendapat antara mereka
dengan orang tua.
c. Aktivitas berkelompok
Berbagai macam keinginan para remaja seringkali tidak dapat terpenuhi
karena bermacam-macam kendala, dan yang sering terjadi adalah tidak
tersedianya biaya. Adanya bermacam-macam larangan dari orang tua
seringkali melemahkan atau bahkan mematahkan semangat para remaja.
Kebanyakan para remaja menemukan jalan keluar dari kesulitannya setelah
mereka berkumpul dengan rekan sebaya untuk melakukan kegiatan bersama.
Melakukan suatu kegiatan secara berkelompok sehingga berbagai kendala
d. Keinginan mencoba segala sesuatu
Pada umumnya, remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi (high curiosity),
Karena didorong oleh rasa ingin tahu yang tinggi, remaja cenderung ingin
berpetualang, menjelajah segala sesuatu, dan mencoba segala sesuatu yang
belum pernah dialaminya.
D.Hakekat Bimbingan Belajar 1. Pengertian Bimbingan Belajar
Kartadinata (Susanto, 2018: 47) memaparkan bimbingan belajar
merupakan proses bantuan yang diberikan kepada siswa agar dapat mengatasi
masalah-masalah yang dihadapinya melalui proses perubahan belajar,
individu dapat mencapai prestasi sesuai dengan kemampuannya. Yusuf &
Nurihsan (2010: 10) mengatakan bimbingan belajar yaitu bimbingan yang
diarahkan untuk membantu para individu dalam menghadapi dan memecahka
masalah-masalah akademik. Masalah-masalah akademik meliputi
pengenalan kurikulum, pemilihan jurusan/konsentrasi, cara belajar,
penyelesaian tugas-tugas dan latihan, pencarian dan penggunaan sumber
belajar, perencanaan pendidikan lanjutan dan lain-lain.
Jadi berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bimbingan belajar
merupakan proses pemberian bantuan pada bidang belajar untuk diberikan
kepada siswa yang memiliki masalah atau kebutuhan di bidang belajar
seperti meningkatkan prestasi, cara belajar, tugas-tugas, pengenalan
2. Tujuan Bimbingan Belajar
Yusuf dan Nurihsan (2010: 15) memaparkan tujuan bimbingan belajar
sebagai berikut:
a. Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif, seperti kebiasaan
membaca buku, disiplin dalam belajar, mempunyai perhatian terhadap
semua pelajaran, dan aktif mengikuti semua kegiatan belajar yang
diprogramkan.
b. Memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat.
c. Memiliki keterampilan atau teknik belajar yang efektif, seperti
keterampilan membaca buku, menggunakan kamus, mencatat
pelajaran, dan mempersiapakan diri menghadapi ujian.
d. Memiliki keterampilan untuk menetapkan tujuan perencanaan
pendidikan, seperti membuat jadwal belajar, mengerjakan tugas-tugas,
memantapkan diri dalam memperdalam pelajaran tertentu, dan
berusaha memperoleh informasi tentang berbagai hal dalam rangka
mengembangkan wawasan yang lebih luas.
e. Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian.
3. Ruang Lingkup Program Bimbingan Belajar
Sriyono (2016: 124) mengatakan ruang lingkup di sekolah mencakup
bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan pribadi, dan bimbingan
bimbingan dalam meningkatkan kemandirian belajar siswa merupakan
bagian dari layanan bimbingan belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat
Sukardi (Sriyono, 2016: 124), bahwa materi yang diangkat melalui layanan
pembelajaran yaitu meliputi:
a. Pengenalan siswa yang mengalami masalah belajar tentang
kemampuan, motivasi, sikap dan kebiasaan belajar.
b. Pengembangan motivasi sikap dan kebiasaan belajar yang baik.
c. Pengembangan keterampilan belajar membaca, mencatat, bertanya, dan
menjawab serta menulis.
d. Pengajaran perbaikan
e. Program pengayaan.
4. Prosedur Penyusunan Program Bimbingan Belajar
Winkel & Hastuti (2010: 130) mengatakan penyusunan program
bimbingan dapat dikerjakan oleh tenaga ahli bimbingan atau seorang
guru-konselor, yang akan bertugas sebagai koordinator bimbingan, dengan
mengajak bicara tenaga bimbingan yang lain di sekolah. Dalam penyusunan
rencana ini harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut: pola dasar mana yang
sebaiknya dipegang dan pendekatan (strategy) mana yang paling tepat;
komponen-komponen bimbingan belajar mana yang perlu diperioritaskan;
bentuk bimbingan belajar, sifat bimbingan belajar, dan ragam bimbingan
mana yang paling sesuai untuk melayani kebutuhan para siswa;
keseimbangan yang wajar antara pelayanan bimbingan secara kelompok
evaluasi program; pelayanan rutin dan pelayanan incedental pada tingkat
kelas mana saja akan diberikan layanan-layanan bimbingan tertentu;
petunjuk dan interuksi tertentu yang pernah dikeluarkan oleh instansi yang
berwenang; dan sebagainya. Setelah selesai disusun, rencana itu dibahas
dalam panitia kecil yang disebutkan di atas untuk di bahas seperlunya.
E.Kajian Penelitian yang Relevan
Panditasari (2013) melakukan penelitian tentang dominasi gaya belajar
yang dimiliki siswa kelas XI SMA Santo Mikael Sleman tahun ajaran 2012/2013
yang berprestasi belajar rendah dan membuat usulan topik-topik bimbingan
belajar yang sesuai untuk membantu mengoptimalkan penggunaan gaya belajar
siswa. Metode yang digunakan dalam penilitian ini adalah studi deskriptif.
Teknik pengambilan data menggunakan kuesioner skala gaya belajar yang
disusun oleh peneliti dengan memodifikasi kuesioner Sudaryanto (2010) dengan
jumlah 52 item.
Hasil penelitian yang diperoleh ialah siswa yang berprestasi belajar rendah
berjumlah 17 siswa. Berdasarkan aspek yang digunakan dalam penelitian maka
hasil penelitian menunjukkan gaya belajar visual sebesar 29,41%, gaya belajar
auditorial 29,41% dan gaya belajar kinestetik sebesar 41,17%. Peneliti
menyusun usulan topik-topik bimbingan belajar yaitu cara belajar kreatif dan
F.Kerangka Berpikir
Penyesuaian diri dalam belajar merupakan kemampuan individu
mendapatkan sebuah pengalaman, sikap-sikap, nilai-nilai yang dihasilkan dari
belajar, sehingga individu tersebut mampu menyesuaikan diri dalam belajar
dengan baik. Penyesuaian diri dalam belajar merupakan langkah individu untuk
mampu berinteraksi serta mencakup respon-respon mental dan perilaku supaya
individu tersebut dapat memenuhi kebutuhan belajar. Individu yang mampu
menyesuaikan diri dengan baik dapat berelasi secara interpersonal dengan baik,
dapat pula belajar dengan baik, bertanggung jawab, mandiri, peduli dan
penerimaan sosial.
Prestasi di bawah rata-rata merupakan hasil dari belajar mengajar seorang
siswa yang hasilnya diperoleh berada di bawah rata-rata. Siswa yang berprestasi
di bawah rata-rata mendapatkan nilai di bawah standar nilai yang telah
ditentukan, hal yang dapat mempengaruhi prestasi siswa di bawah rata-rata
yaitu, (a) faktor jasmaniah, (b) faktor psikologis, (c) kematangan fisik dan psikis,
(d) kematangan spiritual atau kemanan. Faktor- faktor tersebut dapat
ditanggulangi dengan cara siswa tersebut dapat menyesuaiakan diri dengan
keadaan yang ada.
Adapun aspek-aspek penyesuaian diri dalam belajar yang meliputi:
kepemimpinan, kemasyarakatan, ketahanan, keterlibatan terhadap tugas,
kepercayaan diri akademis, kepercayaan diri sosial, locus control internal,
teman. Berdasarkan pernyataan di atas hal tersebut merupakan ciri-ciri atau
tanda individu mengalami penyesuaian diri dalam belajar.
Bedasarkan hasil observasi di SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman, pada siswa
kelas XI IPS tahun ajaran 2018/2019, Peneliti ingin melihat seberapa baik
penyesuaian diri pada siswa yang berprestasi di bawah rata-rata. Setelah peneliti
mengetahui hasil penyesuaian diri dalam belajar siswa yang berprestasi di bawah
rata-rata, peneliti mengusulkan topik-topik program pendampingan yang sesuai
berdasarkan item-item yang skornya rendah hal ini untuk meningkatkan
kemampuan penyesuaian diri dalam belajar pada siswa yang berprestasi di