• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Pendidikan Karakter pada Sekolah Berbasis di SMP Islam Plus Bina Insani Dusun Baran, Desa Ketapang, Kecamatan Susukan Tahun Pelajaran 2017/2018 - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Implementasi Pendidikan Karakter pada Sekolah Berbasis di SMP Islam Plus Bina Insani Dusun Baran, Desa Ketapang, Kecamatan Susukan Tahun Pelajaran 2017/2018 - Test Repository"

Copied!
192
0
0

Teks penuh

(1)

i

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA SEKOLAH BERBASIS PESANTREN DI SMP ISLAM PLUS BINA INSANI DUSUN BARAN, DESA KETAPANG, KECAMATAN SUSUKAN

TAHUN PELAJARAN 2017/2018 SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Disusun Oleh:

Aufiy Millatana

NIM. 11114239

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(2)
(3)

iii

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA SEKOLAH BERBASIS PESANTREN DI SMP ISLAM PLUS BINA INSANI DUSUN BARAN, DESA KETAPANG, KECAMATAN SUSUKAN

TAHUN PELAJARAN 2017/2018 SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Disusun Oleh:

Aufiy Millatana

NIM. 11114239

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAMNEGERI (IAIN) SALATIGA

(4)
(5)
(6)
(7)

vii MOTTO

Allah tidak akan memberikan cobaan diluar batas kemampuan manusia. Dimana bersama kesulitan pasti ada kemudahan. Dan memintalah ridho dari kedua orang tua sebelum melakukan sesuatu hal karena ridho Allah itu seperti ridho kedua orang tua.

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Bapak dan Ibuku tersayang, Muhsinin dan Priyatiningsih yang selalu membimbingku, memberikan doa, nasihat, kasih sayang, dan motivasi dalam kehidupanku.

2. Keduaadekku tersayang, Nur Alfin Ni‟mah dan Muhammad Irfanul Khakim. 3. Sahabat dan teman sahabatku Chabbatul Chayati, Laras Hanifah, Asprillia

Putri Pangesti,Amatul Mu‟inah Indah Purnama Sari, dan Wahyu Hidayahyang

selalu memberikan motivasi kepadaku dan membantu menyelesaikan skripsi ini.

(8)

viii

KATA PENGANTAR ميحرلا نمحّرلا الله مسب

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang selalu memberikan nikmat, karunia, taufik, dan hidayah-Nya skripsi dengan judul Implementasi Pendidikan Karakter pada Sekolah Berbasis Pesantren di SMP Islam Plus Bina Insani Dusun Baran, Desa Ketapang, Kecamatan Susukan Tahun Pelajaran 2017/2018 dapat terselesaikan.Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita baginda Nabi Muhammad SAW, yang menjadikannya suri tauladan yang mana beliaulah satu-satunya umat manusia yang dapat mereformasi umat manusia dari zaman kegelapan menuju zaman terang benerang yakni dengan ajarannya agama Islam.

Penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa motivasi, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak terkait sehingga kebahagiaan yang tiada tara penulis rasakan setelah skripsi ini selesai. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih setulusnya kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M. Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan sekaligus Dosen Pembimbing Skripsi yang telah mengarahkan, membimbing, memberikan petunjuk dan meluangkan waktunya dalam penulisan skripsi ini. 3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Agama

Islam.

(9)

ix

5. Kepada seluruh Dosen Tarbiyah khususnya pada Program Studi Pendidikan Agama Islam di FTIK IAIN Salatiga.

6. Bapak dan Ibuku tersayang, Muhsinin dan Priyatiningsih yang selalu membimbingku, memberikan doa, nasihat, kasih sayang, dan motivasi dalam kehidupanku.

7. Kepala Sekolah SMP Islam Plus Bina Insani yang telah mengijinkan peneliti. 8. Seluruh guru, staf dan peserta didik SMP Islam Plus Bina Insani Dusun

Baran, Desa Ketapang, Kecamatan Susukan.

9. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu atas bantuan dan dorongannya.

Penulis hanya bisa berdo‟a, semoga Allah SWT mencatatnya sebagai amal

sholeh yang akan mendapat balasan yang berlipat ganda.Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, masih banyak kekurangan baik dalam segi isi maupun metodologi. Untuk itu saran dan kritik yang membangun penulis harapkan dari berbagai pihak guna kebaikan penulisan di masa yang akan datang. Semoga skripsi ini bermanfaat untuk penulis pada khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. amin.

Salatiga, 8 Mei 2018 Penulis

(10)

x DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL LUAR ... i

LEMBAR BERLOGO IAIN ... ii

HALAMAN SAMPUL DALAM ... .... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

PENGESAHAN KELULUSAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... vi

MOTO DAN PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

ABSTRAK ... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

1. Manfaat Teoritis ... 7

(11)

xi

E. Penegasan Istilah ... 8

F. Sistematika Penulisan ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pendidikan Karakter ... 11

2. Sekolah Berbasis Pesantren ... 26

B. Kajian Pustaka ... 31

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 34

B. Kehadiran Peneliti ... 35

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 36

D. Sumber Data ... 36

E. Prosedur Pengumpulan Data ... 37

F. Analisis Data ... 41

G. Pengecekan Keabsahan Data ... 44

H. Tahap-Tahap Penelitian ... 45

BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA A. Paparan Data 1. Profil SMP Islam Plus Bina Insani a. Letak Sekolah SMP Islam Plus Bina Insani ... 47

b. Sejarah Singkat SMP Islam Plus Bina Insani ... 49

c. Dasar Pemilihan Nama Bina Insani ... 52

(12)

xii

e. Visi, Misi SMP Islam Plus Bina Insani ... 54 f. Struktur Organisasi SMP Islam Plus Bina Insani ... 56 2. Hasil Penelitian

a. Implementasi Pendidikan Karakter pada Sekolah Berbasis Pesantren di SMP Islam Plus Bina Insani Dusun Baran, Desa Ketapang,

Kecamatan Susukan Tahun Pelajaran 2017/2018.. ... 57 b. Hambatan dan solusi dalam Implementasi Pendidikan Karakter

pada Sekolah Berbasis Pesantren di SMP Islam Plus Bina Insani Dusun Baran, Desa Ketapang, Kecamatan Susukan

Tahun Pelajaran 2017/2018 ... 64 B. Analisis Data

1. Implementasi Pendidikan Karakter pada Sekolah Berbasis Pesantren di SMP Islam Plus Bina Insani Dusun Baran, Desa Ketapang, Kecamatan Susukan Tahun Pelajaran 2017/2018

a. Implementasi Pendidikan Karakter dalam Muchadloroh

pada Sekolah Berbasis Pesantren di SMP Islam Plus Bina Insani Dusun Baran, Desa Ketapang, Kecamatan Susukan

Tahun Pelajaran 2017/2018 ... 71 b. Implementasi Pendidikan Karakter dalam Muhadatsah

pada Sekolah Berbasis Pesantren di SMP Islam Plus Bina Insani Dusun Baran, Desa Ketapang, Kecamatan Susukan

(13)

xiii

c. Implementasi Pendidikan Karakter dalam Shalat Berjama‟ah pada Sekolah Berbasis Pesantren di SMP Islam Plus Bina Insani Dusun Baran, Desa Ketapang, Kecamatan Susukan

Tahun Pelajaran 2017/2018 ... 75 2. Hambatan dan Solusi dalam Implementasi Pendidikan Karakter

pada Sekolah Berbasis Pesantren di SMP Islam Plus Bina Insani Dusun Baran, Desa Ketapang, Kecamatan Susukan

Tahun Pelajaran 2017/2018

a. Hambatan dan Solusi dalam Implementasi Pendidikan Karakter dalam Muchadloroh pada Sekolah Berbasis Pesantren

di SMP Islam Plus Bina Insani Dusun Baran, Desa Ketapang,

Kecamatan Susukan Tahun Pelajaran 2017/2018 ... 77 b. Hambatan dan Solusi dalam Implementasi Pendidikan Karakter

dalam Muhadatsah pada Sekolah Berbasis Pesantren

di SMP Islam Plus Bina Insani Dusun Baran, Desa Ketapang,

Kecamatan Susukan Tahun Pelajaran 2017/2018 ... 78 c. Hambatan dan Solusi dalam Implementasi Pendidikan Karakter

dalam Shalat Berjama‟ah pada Sekolah Berbasis Pesantren

di SMP Islam Plus Bina Insani Dusun Baran, Desa Ketapang,

(14)

xiv BAB V PENUTUP

A. Simpulan ... 80 B. Saran ... 81 DAFTAR PUSTAKA

(15)

xv

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1.1 Angka pernah merokok, minum al-kohol, seks pranikah

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1 Kode Penelitian 2. Lampiran 2 Instrumen Penelitian 3. Lampiran 3 Transkrip Wawancara

4. Lampiran 4 Catatan Lapangan Pengamatan 5. Lampiran 5 Reduksi Data

6. Lampiran 6 Triangulasi Data 7. Lampiran 7 Foto

8. Lampiran 8 Data Sekolah 9. Lampiran 9 Surat Ijin Penelitian

10.Lampiran 10 Surat Keterangan Penelitian 11.Lampiran 11 Surat Tugas Pembimbing Skripsi 12.Lampiran 12 Daftar Nilai SKK

(18)

xviii ABSTRAK

Millatana, Aufiy.2018. Implementasi Pendidikan Karakter pada Sekolah Berbasis di SMP Islam Plus Bina Insani Dusun Baran, Desa Ketapang, Kecamatan Susukan Tahun Pelajaran 2017/2018. Skripsi, Salatiga: Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI). Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK). Institut Agama Islam Negeri (IAIN). Pembimbing Suwardi, M.Pd.

Kata Kunci: Pendidikan Karakter

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah implementasi pendidikan karakter, bagaimana hambatan dan solusi dalam implementasi pendidikan karakter pada sekolah berbasis pesantren di SMP Islam Plus Bina InsaniDusun Baran, Desa Ketapang, Kecamatan Susukan tahun pelajaran 2017/2018?.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Dalam memperoleh data peneliti menggunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis data dalam penelitian ini meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.Pengecekan keabsahan data menggunakan ketekunan peneliti dan triangulasi. Tahap-tahap penelitian dalam penelitian ini meliputi tahap pra lapangan, tahap pekerjaan lapangan, dan tahap analisis data.

Hasil penelitian ini penyimpulkan bahwa (1) Impementasi pendidikan karakter pada sekolah berbasis pesantren di SMP Islam Plus Bina InsaniDusun Baran, Desa Ketapang, Kecamatan Susukan tahun pelajaran 2017/2018 meliputi: (a) Religius, (b) Disiplin, (c) Bertanggung jawab,(d) Percaya diri, (e) Kerja keras, (f) Kreatif.(2) Hambatan dan solusi dalam implementasi pendidikan karakter di SMP Islam Plus Bina Insani Dusun Baran, Desa Ketapang, Kecamatan Susukan tahun pelajaran 2017/2018 hambatanmeliputi (a) Kurangnya kesadaran diri, (b) Kurang lancarnya saluran air yang akan digunakan untuk berwudhu, (c) Persiapan yang kurang matang, (d) Kurangnya pengetahuan kosa kata yang akan digunakan untuk membuat muhadatsah ataupun teks muchadloroh. Sedangkan solusi untuk mengatasinya yaitu: (a) Menyegerakan mengambil air wudhu untuk menambah semangat dalam melakukan suatu pekerjaan seperti shalat berjama‟ah, (b) Memperbaiki saluran air, agar air yang mengalir lebih lancar, (c) Memberikan motivasi kepada anak-anak akan pentingnya shalat berjama‟ah, (d) Lebih mematangkan persiapan ketika kegiatan muchadloroh ataupun muhadatsah mulai dari penbuatan teks, menghafalkannya, dan persiapan-persiapan lain yang dibutuhkan, (e) Menggunakan kamus atau bertanya kepada kakak kelas mengenai kosa kata yang tidak diketahui ketika membuat teks baik itu teks muchadloroh

(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan Islam merupakan bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan mengarahkan, melatih, mengasuh dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam. Pendidikan merupakan suatu usaha sadar yang dilakukan untuk mendorong dan memfasilitasi peserta didik untuk belajar, sehingga diperoleh suatu sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan juga merupakan upaya sadar dan terencana yang dilakukan oleh guru untuk mengembangkan segenap potensi peserta didiknya secara optimal (Wiyani, 2012:1). Menurut Rahmaniyah (2010:51) pendidikan merupakan usaha untuk meningkatkan kesejahteraan hidup yang berlangsung sepanjang hayat.

(20)

2

Artinya :“dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu

pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur” (Hafidz & Kastolani, 2009:5).

Pendidikan menurut UU No. 20 tahun 2003 adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Sedangkan menurut Ahmmad D. Marimba dalam Hasbullah (2009:3) pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.

(21)

3

pendidikan terutama di sekolah perlu adanya bimbingan atau pembelajaran yang menekankan pada pendidikan karakter tidak hanya berbekal pengetahuan saja .

(22)

4

Tabel 1.1 Angka pernah merokok, minum al-kohol, seks pranikah menurut provinsi

Dari data di atas dapat dilihat bahwa angka perilaku penyimpang dari tahun ke tahun menurut provinsi rata-rata mengalami peningkatan (Mulyani, 2017:112). Hasil penelitian lain yang di lakukan oleh BNN pada tahun 2016 sebagai berikut: (Mulyani, 2016:104)

(23)

5

Dari hasil dua penelitian di atas menunjukkan masih tingginya presentase kenakalan remaja. Menyadari bahwa remaja merupakan aset terbesar negara untuk membawa kemajuan negara tersebut. Dalam hal ini peranan agama dan keluarga sangat penting mengantisipasi perilaku kenakalan remaja tersebut. Ada beberapa faktor yang mendorong anak remaja usia sekolah SMP dan SMA melakukan hubungan seks di luar nikah. Faktor-faktor tersebut di antaranya pengaruh liberalisme atau pergaulan hidup bebas, faktor lingkungan dan keluarga yang mendukung ke arah perilaku tersebut serta pengaruh perkembangan media massa. Sehingga para remaja sangat rentan terhadap resiko kesehatan seperti penularan penyakit HIV/AIDS, penggunaan narkoba serta penyakit lainnya.

(24)

6

Sehingga peneliti tertarik ingin mengetahui mengenai pendidikan karakter yang dikemas dalam pendidikan non formal. Dengan demikian peneliti mengajukan penelitian dengan judul:

Implementasi Pendidikan Karakter pada Sekolah Berbasis Pesantren di SMP Islam Plus Bina Insani Dusun Baran, Desa Ketapang, Kecamatan Susukan Tahun Pelajaran 2017/2018”

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merumuskan beberapa pokok permasalahan yaitu:

1. Bagaimanakah implementasi pendidikan karakter pada sekolah berbasis pesantren di SMP Islam Plus Bina Insani Dusun Baran, Desa Ketapang, Kecamatan Susukan Tahun Pelajaran 2017/2018?

2. Bagaimana hambatan dan solusi dalam pelaksanaan implementasi pendidikan karakter pada sekolah berbasis pesantren di SMP Islam Plus Bina Insani Dusun Baran, Desa Ketapang, Kecamatan Susukan Tahun Pelajaran 2017/2018?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian adalah: 1. Mengetahui implementasi pendidikan karakter pada sekolah berbasis

pesantren di SMP Islam Plus Bina Insani Dusun Baran, Desa Ketapang, Kecamatan Susukan Tahun Pelajaran 2017/2018.

(25)

7

Dusun Baran, Desa Ketapang, Kecamatan Susukan Tahun Pelajaran 2017/2018.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua masyarakat pada umumnya dan khususnya dapat bermanfaat bagi para pendidik yaitu guru dan seluruh anggota sekolah. Adapun manfaat yang dimaksudkan sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

Secara teoritis penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan beserta hambatan dan solusi dalam pelaksanaannya implementasi pendidikan karakter pada sekolah berbasis pesantren di SMP Islam Plus Bina Insani Dusun Baran, Desa Ketapang, Kecamatan Susukan Tahun Pelajaran 2017/2018.

2. Manfaat praktis

(26)

8 E. Penegasan Istilah

Penegasan istilah ini dimaksudkan untuk memperjelas kata-kata atau istilah kunci yang diberikan dengan judul Pendidikan Karakter dalam pada Sekolah Berbasis Pesantren (Studi Kasus di SMP Islam Plus Bina Insani Dusun Baran, Desa Ketapang, Kecamatan Susukan). Pemaparan penegasan istilah sebagai berikut:

1. Pendidikan Karakter

Pendidikan adalah upaya sadar yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan individu agar dapat menentukan kehidupan secara mandiri (Ghufron, 2017:128). Sedangkan karakter secara bahasa berasal dari bahasa Yunani, charassein yang artinya mengukir (Munir, 2010:2).

Pendidikan karakter adalah proses pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikiran, raga serta rasa dan karsa (Samani, 2014:45). Sedangkan menurut Ratna Megawati dalam Kesuma (2012:5) mengatakan bahwa pendidikan karakter adalah sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya.

(27)

9 2. Sekolah berbasis pesantren

Pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional Islam untuk mempelajari, memahami, mendalami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-hari (Rafiq, 2005:1).

Sekolah berbasis pesantren berarti sekolah yang didalamnya terdapat pondok pesantren dengan diselenggarakannya sekolah umum disertai

diniyah dimana kurikulumnya terdiri dari 70% pendidikan agama dan 30% pendidikan umum. Dengan begitu siswa atau santri selama 24 jam dalam pengawasan guru serta kiai.

F. Sistematika Penulisan

Rangkaian laporan penelitian disusun menjadi lima bab, dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I: Pendahuluan, pada bab ini akan dipaparkan mengenai latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, dan sistematika penulisan.

BAB II: Kajian Pustaka, pada bab ini akan dipaparkan mengenai pendidikan karakter, sekolah berbasis pesantren, serta penelitian terdahulu yang mendukung penelitian.

(28)

10

BAB IV: Paparan Data dan Analisis Data, pada bab ini akan dipaparkan data yang penulis dapat dan analisis data mengenai implementasi pendidikan karakter pada sekolah berbasis pesantren di SMP Islam Plus Bina Insani Dusun Baran, Desa Ketapang, Kecamatan Susukan Tahun Pelajaran 2017/2018.

(29)

11 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori

1. Pendidikan Karakter

a. Pengertian Pendidikan Karakter

Sebelum mengetahui pengertian dari pendidikan karakter lebih dahulu memahami pengertian dari pendidikan dan karakter itu sendiri. Menurut Abu Ahmad dkk dalam Helmawati (2013:12) menyatakan secara etimologi pendidikan atau paedagogie berasal dari bahasa Yunani, terdiri dari kata pais yang berarti anak dan

again memiliki membimbing. Jadi paedagogie yaitu bimbingan yang diberikan kepada anak. Helmawati (2013:14) berpendapat bahwa pendidikan adalah membantu mengembangkan dan mengarahkan potensi manusia untuk mencapai tujuan hidupnya. Ada dua hal penting dalam pengertian tersebut. Pertama, orang yang dapat membantu mengembangkan potensi manusia. Kedua, adalah orang yang dibantu agar menjadi manusia.

(30)

12

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (Suwarno, 2006:21).

Salahudin (2013:72) mengatakan bahwa secara lingusitik, ada beberapa pengertian tentang karakter yaitu sebagai berikut:

a) Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti to mark atau menandai dengan focus mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku.

b) Karakter adalah bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak (Pusat Bahasa Depdiknas).

c) Karakter mengacu pada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan.

Zuchdi (2013:15) berpendapat bahwa kata karakter (Inggris:

character) berasal dari bahasa Yunani yaitu charassein. Dalam Kamus Bahasa Indonesia kata "karakter" diartikan dengan tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti seseorang dengan yang lain, dan watak. Karakter juga bisa berarti huruf, angka, ruang, simbul khusus yang dapat dimunculkan pada layar dengan papan ketik.

(31)

13

dan warga negara. Pendidikan karakter mengembangkan kemampuan siswa untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara kebaikan, mewujudkan dan menebar kebaikan dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati (Salahudin, 2013:42).

Pendidikan karakter menurut Ratna Megawati dalam Kesuma (2012:5) adalah sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya.

Menurut Perpres nomor 87 tahun 2017 menyatakan Penguatan Pendidikan Karakter yang selanjutnya disingkat PPK adalah gerakan pendidikan di bawah tanggung jawab satuan pendidikan untuk memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olahraga dengan pelibatan dan kerja sama antara satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat sebagai bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM).

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah usaha sadar yang dilakukan oleh seseorang untuk mengembangkan nilai-nilai kebaikan yang ada pada diri siswa. b. Tujuan Pendidikan Karakter

(32)

14

dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 sebagai berikut:

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Menurut Muslich (2015:81) mengatakan tujuan pendidikan karakter adalah untuk meningkatkan mutu penyelenggaran dan hasil pendidikan yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang. Adapun tujuan dari pendidikan karakter yang sesungguhnya jika dihubungkan dengan falsafah Negara Republik Indonesia adalah mengembangkan karakter peserta didik agar mempu mewujudkan nilai-nilai luhur pancasila (Salahudin, 2013:43). Sedangkan tujuan penguatan pendidikan karakter menurut perpres nomor 87 tahu 2017 adalah:

(33)

15

2) Mengembangkan platform pendidikan nasional yang meletakkan pendidikan karakter sebagai jiwa utama dalam penyelenggaraan pendidikan bagi Peserta Didik dengan dukungan pelibatan publik yang dilakukan melalui pendidikan jalur formal, non formal, dan informal dengan memperhatikan keberagaman budaya Indonesia.

3) Merevitalisasi dan memperkuat potensi dan kompetensi pendidik, tenaga kependidikan, Peserta Didik, masyarakat, dan lingkungan keluarga dalam mengimplementasikan PPK.

Dari beberpa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan karakter adalah mengembangkan perilaku atau akhlak baik dalam diri anak yang tidak menyimpang dengan agama, pancasila, dan budaya.

c. Ciri Dasar Pendidikan Karakter

Menurut Rusworth Kidder dalam Majid (2013:37-38) menyampaikan tujuh kualitas yang diperlukan dalam pendidikan karakter, yaitu Seven E’s (Empowered, Effective, Extended in to the

community, Embedded, Engaged, Epistemological, Evaluative). 1) Empowered (pemberdayaan). Guru harus mampu

memberdayakan dirinya untuk mengajarkan pendidikan karakter dengan dimulai dari dirinya sendiri.

2) Effective, proses pendidikan harus dilaksanakan dengan efektif. 3) Extended into community, komunitas harus membantu dan

mendukung sekolah dalam menanamkan nilai-nilai.

4) Embedded, integrasikan seluruh nilai ke dalam kurikulum dan seluruh rangkaian proses pembelajaran.

5) Engaged, melibatkan komunitas dan menampilkan topik-topik yang cukup esensial.

(34)

16

7) Evaluative, menurut Kidder terdapat lima hal yang harus diwujudkan dalam menilai manusia berkarakter, yaitu:

a) Diawali dengan kesadaran etik.

b) Adanya kepercayaan diri untuk berpikir dan membuat keputusan tentang etik.

c) Mempunyai kapasitas untuk menampilkan kepercayaan diri secara praktis dalam kehidupan.

d) Mempunyai kapasitas dalam menggunakan pengalaman praktis tersebut dalam sebuah komunitas.

e) Mempunyai kapasitas untuk menjadi agen perubahan dalam merealisasikan ide-ide etik dan menciptakan suasana yang berbeda.

d. Mekanisme Pembentukan Karakter 1) Proses pembentukan karakter

Menurut Majid (2013:18-20) menyatakan fondasi awal dalam pembentukan karakter adalah kepercayaan yang dibangun dari kedua orangtuanya dan konsep diri. Jika sejak kecil kedua orangtua selalu bertengkar lalu bercerai, maka seorang anak bisa mengambil kesimpulan sendiri bahwa perkawinan itu penderitaan. Namun, jika kedua orangtua selalu menunjukkan rasa saling menghormati dengan bentuk komunikasi yang akrab maka anak akan menyimpulkannya ternyata pernikahan itu indah. Semua ini akan berdampak ketika sudah tumbuh dewasa.

(35)

17

dari sinilah, peran pikiran sadar (conscious) menjadi semakin dominan. Seiring perjalan waktu, maka penyaringan terhadap informasi yang masuk melalui pikiran sadar menjadi lebih ketat sehingga tidak sembarang informasi yang masuk melalui pancaindra dapat mudah dan langsung diterima oleh pikiran bawah sadar. Semakin banyak informasi yang diterima dan semakin matang sistem kepercayaan dan pola pikiran yang terbentuk, maka semakin jelas tindakan, kebiasaan, dan karakter unik dari masing-masing indvidu. Dalam membangun karakter itu dapat menggambarkan beberapa hal diantaranya:

a) Karakter merupakan suatu proses yang dilakukan secara terus menerus untuk membentuk tabiat, watak, dan sifat-sifat kejiwaan yang berlandaskan pada semangat pengabdian dan kebersamaan.

b) Penyempurnaan karakter yang sudah ada dalam diri anak untuk mewujudkan karakter yang diharapkan.

c)Membina nilai/karakter sehingga dapat menampilkan karakter yang kondusif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang dilandasi dengan nilai-nilai dan falsafah hidup.

(36)

18

ini, yang paling tepat adalah dimulai sejak anak usia dini (dibawah 6 tahun), sehingga dapat menjadi pondasi awal dalam berperilaku di masa yang akan datang. Kehidupan anak tidak dapat terlepas dari sains dan teknologi, kreativitas dan aktivitas sosial. Hal tersebut menjadi relevan untuk mengimplementasikan pendidikan karakter untuk anak usia dini yang sesuai dengan perspektif Islam dalam materi sains.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan pembentukan pendidikan karakter dimulai dari keluarga terutama kedua orang tua, lingkungan, serta pengalaman hidup.

2) Tahap-tahap pendidikan karakter

Menurut Budimansyah dalam Majid (2013:20-21) Piaget merumuskan perkembangan kesadaran dan pelaksanaan aturan dengan membagi menjadi beberapa tahap dalam dua domain yakni kesadaran mengenai aturan dan pelaksanaan aturan. a) Tahap pada domain kesadaran aturan:

(1) Usia 0-2 tahun: aturan dirasakan sebagai hal yang tidak bersifat memaksa.

(2) Usia 2-8 tahun: aturan disikapi bersikap sakral dan diterima tanpa pemikiran.

(3) Usia 8-12 tahun: aturan diterima sebagai hasil kesepakatan.

b) Tahap pada domain pelaksanaan aturan:

(1) Usia 0-2 tahun: aturan dilakukan hanya bersifat motorik.

(2) Usia 2-6 tahun: aturan dilakukan dengan orientasi diri sendiri.

(3) Usia 6-10 tahun: aturan dilakukan sesuai kesepakatan. (4) Usia 10-12 tahun: aturan dilakukan karena sudah

dihimpun.

(37)

19

keadilan/kepatuhan. Dengan kata lain, pendidikan nilai berdasarkan teori Piaget adalah pendidikan nilai moral atau nilai etis yang dikembangkan berdasarkan psikologi perkembangan, moral kognitif.

e. Peran Agama dalam Pengembangan Karakter

Zuchdi (2013:18-21) untuk menjadi manusia yang memiliki karakter mulia (berakhlak mulia), manusia berkewajiban menjaga dirinya dengan cara memelihara kesucian lahir dan batin, selalu menambah ilmu pengetahuan, membina disiplin diri, dan berusaha melakukan perbuatan-perbuatan terpuji serta menghindar dari perbuatan-perbuatan tercela sekaligus melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya.

(38)

20

َيِزْخُيِلَو ِهللَّا ِنْذِإِبَف اَِلِوُصُأ ىَلَع ًةَمِئاَق اَهوُمُتْكَرَ ت ْوَأ ٍةَنيِل ْنِم ْمُتْعَطَق اَم

َ ِ ِااَ ْلا

Apa saja yang kamu tebang dari pohon kurma (milik orang-orang kafir) atau yang kamu biarkan (tumbuh) berdiri di atas pokoknya, maka (semua itu) adalah dengan izin Allah; dan karena Dia hendak memberikan kehinaan kepada orang-orang fasik

f. Pilar-Pilar Pendidikan Karakter

Menurut Heritage Foundation dalam Wiyani (2013:48-49) merumuskan sembilan karakter dasar yang menjadi tujuan pendidikan karakter. Kesembilan karakter tersebut antara lain:

1) Cinta kepada Allah dan semesta beserta isinya 2) Tanggung jawab, disiplin, dan mandiri

3) Jujur

4) Hormat dan santun

5) Kasih sayang, peduli, dan kerja sama

6) Percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah 7) Keadilan dan kepemimpinan

8) Baik dan rendah hati

9) Toleransi, cinta damai, dan persatuan

(39)

21

1) Jujur, perilaku yang didasarkan pada upaya untuk menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap diri sendiri maupun orang lain.

2) Bertanggung jawab, sikap dan perilaku seseorang dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

3) Bergaya hidup sehat, segala upaya yang dilakukan untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan.

4) Disiplin, tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan yang telah ditentukan. 5) Kerja keras, perilaku yang menunjukkan upaya

sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan untuk menyelesaikan tugas (belajar/pekerjaan) dengan sebaik-baiknya.

6) Percaya diri, sikap yakin akan kemampuan diri sendiri untuk mencapai setiap keinginan dan harapan yang diinginkan. 7) Berjiwa wirausaha, sikap dan perilaku yang mandiri, pandai,

(40)

22

produksi baru, menyusun operasi untuk mengadakan produk baru, memasarkannya, serta mengatur pemodalan operasinya. 8) Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, berfikir dan

melakukan sesuatu secara kenyataan atau logis untuk menghasilkan cara baru mengenai apa yang telah dimiliki. 9) Mandiri, sikap dan perilaku yang tidak mudah bergantung pada

orang lain dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. 10) Ingin tahu, sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk

mengetahui lebih mendalam dan meluas mengenai apa yang dipelajari, dilihat, dan didengarnya.

11) Cinta ilmu, cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap pengetahuan.

12) Sadar hak dan kewajiban diri dan orang lain, sikap mengerti dan melaksanakan apa yang menjadi milik/hak diri sendiri dan orang lain serta tugas/kewajiban diri sendiri serta orang lain. 13) Patuh pada aturan-aturan sosial, sikap menurut dan taat

terhadap aturan-aturan yang berkenaan dengan masyarakat dan kepentingan umum.

(41)

23

15) Santun, sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa maupun perilaku/tingkah lakunya kepada orang lain. 16) Demokratis, cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang

menilai sama antara hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. 17) Peduli sosial dan lingkungan, sikap selalu berupaya mencegah

kerusakan pada lingkungan alam sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi juga selalu ingin memberi bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

18) Nasionalis, cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya.

19) Menghargai keberagaman, sikap memberikan respek/hormat terhadap berbagai macam hal baik yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku, maupun agama.

Menurut Salahudin (2013:111-112) menyebutkan delapan belas nilai pendidikan karakter, yaitu:

1) Religius, sikap dan perilaku patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya.

(42)

24

3) Toleransi, sikap dan tindakan menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan perilaku orang lain yang berbeda dari dirinya.

4) Disiplin, tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan yang telah ditetapkan. 5) Kerja keras, perilaku yang menunjukkan upaya yang

sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. 6) Kreatif, berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan

cara atau hasil yang baru dari sesuatu yang telah dimiliki. 7) Mandiri, sikap dan perilaku yang tidak mudah bergantung pada

orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas atau permasalahan yang dihadapi.

8) Demokratis, cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menyamakan antara hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. 9) Rasa ingin tahu, sikap dan tindakan yang berupaya untuk

mengetahui lebih mendalam dan meluas mengenai sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

10) Semangat kebangsaan, cara berpikir dan bertindak yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas dari kepentingan diri dan kelompoknya.

(43)

25

tinggi mengenai bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.

12) Menghargai prestasi, sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat atau orang lain, dan mengakui, serta menghargai keberhasilan orang lain.

13) Bersahabat/komunikatif, tindakan yang memperlihatkan rasa senang bergaul, berbicara, serta bekerja sama dengan orang lain.

14) Cinta damai, sikap, perkataan, dan perbuatan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.

15) Gemar membaca, kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebaikan kepada dirinya.

16) Pedui lingkungan, sikap dan tindakan selalu berupaya untuk mencegah kerusakan lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

(44)

26

18) Tanggung jawab, sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang harus dia lakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, budaya), negara dan Tuhan.

2. Sekolah Berbasis Pesantren a. Pengertian Pesantren

Sujoko Prasojo dalam Nasir (2005:80) pondok pesantren adalah gabungan dari pondok dan pesantren. Istilah pondok, mungkin berasal dari kata funduk, dari bahasa Arab yang berarti rumah penginapan atau hotel. Akan tetapi di dalam pesantren Indonesia, khususnya pulau Jawa, lebih mirip dengan lingkungan padepokan, yang merupakan perumahan sederhana yang dipetak-petak dalam bentuk kamar-kamar yang merupakan asrama bagi santri. Sedangkan istilah pesantren secara etimologis asalnya pe-santri-an yang berarti tempat santri. Santri atau murid mempelajari agama dari seorang kiai atau syaikh di pondok pesantren (Mulyanto dalam Nasir, 2005:80).

(45)

27

pendidikan dan pengajaran serta mengembangkan dan menyebarkan ilmu agama Islam (Nasir, 2005:80).

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa sekolah berbasis pesantren adalah suatu lembaga yang mengintegrasikan pendidikan formal dan pendidikan diniayah atau keagamaan, serta peserta didik selama 24 jam dibawah pengawasan guru.

b. Unsur-Unsur Pesantren

Menurut Rafiq (2005:3-4) pesantren merupakan suatu komunitas tersendiri, dimana kiai, ustad, santri dan pengurus pesantren hidup bersama dalam satu lingkungan pendidikan, berlandaskan nilai-nilai agama Islam lengkap dengan norma-norma dan kebiasaan-kebiasaannya sendiri, yang secara eksklusif berbeda dengan masyarakat umum yang mengitarinya. Komunitas pesantren merupakan suatu keluarga besar di bawah asuhan seorang kiai atau ulama, dibantu oleh beberapa ustad. Dengan demikian unsur-unsur pesantren adalah:

1) Pelaku terdiri dari kiai, ustad, santri dan pengurus.

(46)

28

cara belajar mengajar (bandongan, sorogan, halaqoh, dan menghafal), evaluasi belajar mengajar.

c. Pembagian Pesantren

Menurut Nasir (2005:87-88) ada lima klasifikasi pondok pesantren yaitu:

1) Pondok pesantren salaf/klasik yaitu pondok pesantren dimana dalam pembelajaran menggunakan sistem pendidikan salaf (weton dan sorogan), dan sistem klasikal (madrasah) salaf. 2) Pondok pesantren semi berkembang yaitu pondok pesantren

dimana dalam pembelajaran menggunakan sistem pendidikan

salaf (weton dan sorogan), dan sistem klasikal (madrasah) swasta dengan kurikulum 90% agama dan 10% umum.

3) Pondok pesantren berkembang yaitu pondok pesantren seperti pondok pesantren semi berkembang, hanya sudah lebih bervariasi dalam bidang kurikulumnya, yakni 70% agama dan 30% umum. Disamping itu juga diselenggarakan madrasah diniyah.

(47)

29

tinggi (baik umum maupun agama), bentuk koperasi dan dilengkapi dengan takhasus (bahasa Arab dan Inggris).

5) Pondok pesantren ideal yaitu sebagaimana bentuk pondok pesantren modern akan tetapi lembaga pendidikan yang ada lebih lengkap terutama bidang keterampilan yang meliputi pertanian, teknik, perikanan, perbankan, dan benar-benar memperhatikan kualitasnya dengan tidak menggeser ciri khusus kepesantrenannya yang masih relevan dengan kebutuhan masyarakat/perkembangan zaman. Dengan adanya bentuk tersebut diharapkan alumni pondok pesantren benar-benar berpredikan khalifah fil ardli.

Sedangkan menurut Prasodjo dalam Haryanto (2012:41-42) membagi pesantren menjadi lima jenis. Kelima jenis pesatren tersebut adalah:

1) Jenis A

(48)

30 2) Jenis B

Pesantren ini terdiri dari rumah kiai, masjid, dan asrama untuk santri tinggal dan sekaligus tempat belajar yang sederhana. Para santri yang belajar di pesantren jelas ini datang dari berbagai daerah.

3) Jenis C

Pesantren ini terdiri dari rumah kiai, masjid, asrama santri, dan gedung madrasah (sekolah). Jenis pesantren ini telah mengembangkan komponen pranatanya dan kegiatan jalur sekolah formal seperti madrasah. Sistem pengajar kitab-kitab Islam klasik menggunakan sistem klasikal dan jenjang tingkat kelas. Kurikulum yang digunakan ada yang berorientasi pada sekolah-sekolah pemerintah, gabungan dari kurikulum pemerintah dan pesantren, dan kurikulum pesantren masing-masing.

4) Jenis D

(49)

31 5) Jenis E

Pesantren jenis ini di samping terdapat pengajaran kitab-kitab Islam klasik dengan sistem non klasikal dan klasikal, juga diselenggarakan pendidikan jalur sekolah yang mengacu pada kurikulum pemerintah mulai dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi, dan terdapat kegiatan pendidikan keterampilan seperti koperasi, komputer, perbengkelan, pertanian, dan lain-lain. Jenis pesantren ini sering mengambil prakarsa kegiatan-kegiatan yang berorientasi pada lingkungan dan bekerjasama dengan pesantren-pesantren kecil yang ada disekitarnya serta pesantren-pesantren yang didirikan dan dipimpin oleh para lulusannya

B. Kajian Pustaka

Kajian pustaka berisi mengenai skripsi terdahulu yang relevan dengan skripsi yang penulis selesaikan. Kajian pustaka disini berkaitan dengan pendidikan karakter yang terdapat dalam suatu kegiatan pendidikan. adapun kajian pustaka tersebut sebagai berikut:

(50)

32

diikuti oleh 21 siswa campuran putra dan putri dari kelas III-VI dimana runtutan acara pada setiap latihan adalah pembukaan, pemberian materi vokal dan materi tabuhan, pembacaan shalawat (penggarapan lagu), dan penutup. Pada materi vokal siswa diajarkan untuk mampu menguasai tiga lagu shalawat yaitu Maḥallul Qiam, Allahummaṣalli’alâ Muhammad, dan Yâ Hanânâ. Sedangkan pada materi tabuhan siswa diajarkan tiga tabuhan dasar hadrah yaitu tikah, grinji, dan golong. Nilai-nilai pendidikan karakter yang dikembangkan dalam ekstrakurikuler hadrah adalah relegius, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, rasa ingin tahu, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, dan tanggung jawab.

(51)

33

beberapa faktor pendukung salah satunya pelatih yang mampu menyisipkan materi nilai karakter yang terkandung dalam setiap gerakan.

3. Skripsi Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka dalam Pembentukan Karakter Siswa di MAN Yogyakarta 3 oleh M. Jihan Baitorus (10220043) Fakultas Dakwah Dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta pada tahun 2016. Hasil peneltian menunjukan bahwa: pertama, materi dalam kegiatan baris-berbaris mengandung nilai karakter disiplin, percaya diri, kepemimpinan dan tanggung jawab. Kedua, upacara mengandung nilai karakter semangat kebangsaan, cinta tanah air, disiplin. Ketiga, pertemuan mengandung nilai karakter mempercepat nilai persaudaraan dan memelihara persatuan dan kesatuan. Keempat, perkemahan mengandung nilai karakter cinta tanah air, bersahabat dan peduli lingkungan. Kelima, perjalanan lintas alam mengandung nilai karakter kepemimpinan, demokrasi, dan kemandirian serta percaya diri. Keenam, permainan mengandung karakter peduli sosial, demokratis.

(52)

34 BAB III

METODE PENELITIAN

Penyusunan karya ilmiah (skripsi) tidak lepas dari penggunaan metode penelitian sebagai pedoman agar kegiatan penelitian terlaksana dengan baik. Sebuah penelitian dapat mencapai hasil yang maksimal, jika seorang peneliti paham dan mengerti betul metode apa yang digunakan dalam penelitian tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian lapangan (Field Research), yaitu bahwa penelitian ini berangkat ke lapangan untuk mengadakan pengamatan tentang suatu fenomena dalam suatu keadaan alamiah (Moleong, 2008:26). Dalam hal ini peneliti terjun langsung ke lapangan penelitian yaitu SMP Islam Plus Bina Insani Dusun Baran, Desa Ketapang, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang untuk mengamati fenomena yang berhubungan dengan siswa, pengajar, dan penerapan pendidikan karakter.

(53)

35

secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Dalam penelitian ini akan dikaji lebih mendalam tentang pendidikan karakter pada sekolah berbasis pesantren di SMP Islam Plus Bina Insani Dusun Baran, Desa Ketapang, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang. Pada pelaksanaanya dilakukan pencarian gambaran dan deskripsi di lingkungan SMP Islam Plus Bina Insani dijadikan sebagai subjek penelitian.

B. Kehadiran Peneliti

Instrumen utama penelitian kualitatif adalah peneliti yang terlibat dekat dengan orang-orang yang diteliti (Daymon, 2008:7). Moleong (2008:164) menyatakan bahwa sebagai pengamat, peneliti berperanserta dalam kehidupan sehari-hari subjeknya pada setiap situasi yang diinginkannya untuk dapat dipahaminya.

(54)

36 C. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Islam Plus Bina Insani Dusun Baran Desa Ketapang Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang. Peneliti melakukan penelitian di SMP tersebut karena berbasis pesantren yang mana sangat kental akan agama mendukung akan pendidikan karakter para siswa dan sekolah tersebut berbasis pesantren dimana para siswa secara 24 jam dalam pengawasan guru. Selain itu jaraknya mudah di jangkau dan menghemat biaya.

D. Sumber Data

Data dalam penelitian kualitatif berupa kata-kata, tindakan dan selebihnya adalah tambahan data seperti dokumentasi dan lain-lain. Data tersebut adalah data yang ada kaitannya dengan implementasi pendidikan karakter di SMP Islam Plus Bina Insani Dusun Baran, Desa Ketapang, Kecamatan Susukan. Hal yang dilakukan untuk mengetahui informasi tersebut maka diperlukan adanya sumber-sumber yang berkaitan dengan data yang dibutuhkan. Data merupakan hal yang penting untuk menguatkan suatu permasalahan dan juga diperlukan untuk menjawab masalah penelitian.

Menurut Burhan Bungin dalam Manaf (2015:202) berpendapat bahwa data yang direkrut dalam penelitian kualitatif bersumber dari data primer dan data sekunder.

(55)

37

diperoleh dari sumber pertama baik dari individu maupun kelompok seperti hasil wawancara.

2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder. Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul maupun oleh pihak lain atau data pendukung yang sangat diperlukan dalam penelitian, diperoleh dengan cara melakukan pencatatan terhadap dokumen-dokumen.

Dalam penelitian ini data primer yang digunakan yaitu hasil dari wawancara kepada wakil kesiswaan dan siswa, hasil pengamatan, dan dokumen sekolah. Sedangkan data sekunder yang digunakan dokumentasi. E. Prosedur Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan tehnik pengumpulan data yaitu:

1. Teknik wawancara

Teknik wawancara adalah proses percakapan dengan maksud untuk mengontruksikan mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, motivasi, perasaan, dan sebagainya yang dilakukan dua pihak yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dengan orang yang diwawancarai (Bungin, 2011:155). Arikunto (2014:270) membagi pedoman wawancara secara garis besar menjadi dua:

(56)

38

kreativitas pewawancara sangat diperlukan, bahkan hasil wawancara dengan jenis pedoman ini lebih banyak tergantung dari pewawancara. Pewawancaralah sebagai pengemudi jawaban responden.

b. Pedoman wawancara terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang disusun secara terperinci sehingga menyerupai check-list.

Pewawancara tinggal membubuhkan tanda √ (check) pada nomor yang sesuai.

Wawancara yang dilakukan oleh peneliti berupa wawancara tersetruktur dimana peneliti memberi tanda √ (check) pada nomor yang sesuai dengan instrumen penelitian yang telah ada. Dalam wawancara ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama dan peneliti merekamnya dengan dilakukan face to face kepada informan, yaitu AS, SMA, WHA, dan TRP. Dalam wawancara harus ada pedoman wawancara. Pedoman wawancara berisi petunjuk secara terperinci tentang proses dan isi wawancara untuk menjaga agar pokok-pokok yang direncanakan dapat seluruhnya tercakup.

Wawancara dalam penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang:

(57)

39

b. Hambatan dalam implementasi pendidikan karakter di SMP Islam Plus Bina Insani Dusun Baran, Desa Ketapang, Kecamatan Susukan tahun pelajaran 2017/2018.

c. Solusi yang diambil dalam memecahkan permasalahan yang terjadi ketika implementasi pendidikan karakter di SMP Islam Plus Bina Insani Dusun Baran, Desa Ketapang, Kecamatan Susukan tahun pelajaran 2017/2018.

2. Observasi

Tehnik observasi adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu (Arifin, 2011:153). Arikunto (1996:145) menyatakan bahwa metode observasi adalah pengamatan yang meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Arifin (2012:153) menyatakan tujuan utama adalah untuk mengumpulkan data dan informasi mengenai suatu fenomena, baik yang berupa peristiwa maupun tindakan, baik dalam situasi sesungguhnya maupun dalam situasi buatan.

(58)

40

langkah-langkah peristiwa, bisa dibuat dalam bentuk kategori sewaktu dicatat, atau dapat pula berupa catatan tentang gambaran umum yang singkat (Moleong, 2008:181).

Kode data : Tanggal : Tempat : Subjek penelitian :

... ...

Dalam penelitian ini peneliti mengamati aktivitas mengenai kegiatan-kegiatan yang berkaitan pendidikan karakter. Aktivitas pengamatan tersebut digunakan untuk mengetahui implementasib pendidikan karakter pada sekolah berbasis pesantren.

3. Dokumentasi

Metode ini merupakan cara pengumpulan data yang menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap dan bukan berdasarkan perkiraan. Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, trankrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebaginya (Arikunto, 1996:234).

(59)

41

aturan suatu lembaga masyarakat tertentu yang digunakan dalam kalangan sendiri. Termasuk di dalam risalah atau laporan rapat, keputusan pemimpin kantor, dan semacamnya. Dokumen demikian dapat menyajikan informasi tentang keadaan, aturan, dan dapat memberikan petunjuk tentang gaya kepemimpinan. Dokumen eksternal berisi bahan-bahan informasi yang dihasilkan oleh suatu lembaga sosial, misalnya majalah, buletin, pertanyaan, dan berita yang disiarkan kepada media massa. Dokumen eksternal dapat dimanfatkan untuk menelaah konteks sosial, kepemimpingan, dan lain-lain (Suwandi, 2008:158, 161, 162).

Dalam penelitian ini penulis menggunakan dokumen resmi dari sekolah dan foto-foto yang berkaitan dengan kegiatan serta jurnal. F. Analisis Data

Menurut Bogdon dan Biklen dalam Moleong, (2008:248) analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistensikannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan menemukan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

(60)

42

dikumpulkan dengan berbagai cara diantaranya wawancara, observasi, intisari dokumen. Untuk itu analisis kualitatif menggunakan kata-kata yang biasanya disusun dalam teks yang diperluas (Miles, 1992:16)

Secara rinci dalam proses analisis data digambarkan sebagai berikut:

Masa Pengumpulan data REDUKSI DATA

Antisipasi Selama Pasca

PENYAJIAN DATA = ANALISIS Selama Pasca

PENARIKAN KESIMPULAN/VERIFIKASI

Gambar 3.1 Komponen analisis data: model alir (Miles, 1992:18)

a. Reduksi Data

(61)

43

perlu, memberi kode bagian yang penting dan sebagainya hingga laporan penelitian ini selesai.

Ada beberapa hal yang menjadi kaitan dengan reduksi data yaitu klasifikasi data yang telah dikumpulkan, dipisah-pisahkan kemudian dikelompokkan menurut permasalahannya. Dilanjutkan dengan interpretasi data yang berfungsi untuk menganalisis data lebih lanjut, data dikelompokkan kemudian diasumsikan oleh peneliti dengan landasan tujuan penelitian. Contoh reduksi data pada lampiran 5. b. Penyajian Data

Sekumpulan informasi yang tersusun sehingga memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data yang baik merupakan suatu cara utama bagi penyajian data yang shahih.

c. Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi

(62)

44 G. Pengecekan Keabsahan Data

Menurut Moleong (2008:326-332) agar hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan maka diperlukan pengecekan data apakah data yang disajikan valid atau tidak, maka diperlukan teknik keabsahan/kevalitan data. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik ketekunan pengamatan peneliti dan triangulasi.

1. Ketekunan pengamatan peneliti

Ketekunan pengamatan bertujuan untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Teknik ini menuntut agar peneliti mampu menguraikan secara rinci bagaimana proses penemuan secara tentatif dan penelaah secara rinci tersebut dapat dilakukan. Melalui teknik ini, peneliti berusaha setekun mungkin untuk mengamati setiap unsur yang relevan dengan penelitian agar dapat ditelaah secara rinci dan berkesinambungan.

2. Triangulasi data

(63)

45

a. Membandingkan data hasil wawancara dengan hasil wawancara informan lain.

b. Membandingkan data hasil wawancara dengan hasil pengamatan. c. Membandingkan data hasil wawancara dengan dokumen.

Melalui teknik ini peneliti akan membandingkan setiap data yang didapat dengan data-data lainnya sehingga menjadi suatu data yang valid dan bisa dipertanggungjawabkan. Hasil triangulasi dapat dilihat pada lampiran 6.

H. Tahap-Tahap Penelitian

Menurut Moleong (2008:127-148) menyatakan dalam tahap-tahap penelitian kualitatif harus memuat:

a. Tahap Pra Lapangan

Tahap Pra lapangan yaitu memperhatikan segala macam persoalan dan segala macam persiapan sebelum peneliti terjun ke dalam lapangan penelitian berupa: menyusun rancangan penelitian, mengurus perizinan, menjajagi dan menilai keadaan, memilih dan memanfaatkan informan. b. Tahap Pekerjaan Lapangan

(64)

46 c. Tahap Analisis Data

(65)

47 BAB IV

PAPARAN DATA DAN ANALISIS DATA A. Paparan Data

1. Profil SMP Islam Plus Bina Insani

a. Letak Geografis SMP Islam Plus Bina Insani

Secara geografis SMP Islam Bina Insani terletak di tengah-tengah desa tepatnya di Dusun Baran, Desa Ketapang, Kecamatan Susukan. SMP Islam Plus Bina Insani merupakan satu-satunya sekolah berbasis pesantren di desa tersebut. Letak SMP Bina Insani yang berada di tengah desa membuat suasana yang nyaman, tenang, dan sejuk dengan dikelilingi oleh tumbuhan-tumbuhan dan taman serta kolam perikanan. Terdapat mushola yang dapat mendukung kegiatan keagamaan di sekolah (LG/P/01/25-3-2018).

Berdasarkan dokumen profil sekolah (PP/D/01), diperoleh data tentang profil sekolah SMP Islam Plus Bina Insani yang merupakan sekolah swasta yang berada di bawah naungan Yayasan Pendidikan Islam Haji Ahmad Tamin Said. Berikut adalah biodata secara lengkap:

1) Identitas Sekolah

a) Nama Sekolah : SMP ISLAM BINA INSANI

b) NPSN : 20320215

(66)

48

e) Alamat Sekolah : Ketapang

RT / RW : 4 / 4

Kode Pos : 50777

Kelurahan : Ketapang

Kecamatan : Kec. Susukan

Kabupaten/Kota : Kab. Semarang

Provinsi : Prov. Jawa Tengah

Negara : Indonesia f) Posisi Geografis : -7,3799 Lintang

110,6081 Bujur

2) Data Pelengkap

a) SK Pendirian Sekolah : WgDEAT070175 b) Tanggal SK Pendirian : 1999-12-06 c) Status Kepemilikan : Yayasan

d) SK Izin Operasional : 0466/103.07/MN/2000 e) Tanggal SK Izin Operasional : 2000-04-12

f) Luas Tanah Milik (m2) : 15000 Luas Tanah Bukan Milik (m2) : 0 3) Kontak Sekolah

a) Nomor Telepon : 0298 615145

(67)

49

b. Sejarah Singkat SMP Islam Plus Bina Insani

Berdasarkan dokumen (SS/D/02), diporoleh data mengenai sejarah SMP Islam Plus Bina Insani. Pondok Pesantren Modern (selanjutnya disingkat PPM) Bina Insani awalnya adalah sebuah pengajian Al-Qur‟an secara musafahah dilaksanakan setelah shalat maghrib yang diselenggarakan di Masjid Al-Huda Baran. Pengajian itu tadinya diselenggarakan di rumah alm. Bapak Kamsu, sekitar tahun 1965, karena tidak tertampung lagi, maka dipindahkan ke masjid. Peserta didiknya adalah anak-anak dari lingkungan masjid dan anak-anak dari warga dusun tetangga. Pengasuhnya, imam dan takmir masjid seperti Bapak Kamsu Abdul Rasyid, Bapak Muhlison, Bapak Uri Abdul Rasyid, Bapak Muhri, Bapak Sarman, dan lainnya.

Pada tahun 1992 pengajian ini dikembangkan menjadi TPA, Madrasah Diniyah Manarul Huda, dikelola oleh remaja masjid dengan sistem klasikal. Materi pelajaran dikembangkan dalam kurikulum TKA-TPA, dan kurikulum Madrasah Diniyyah dengan kegiatan ektrakurikuler, seperti rabana, seni baca Al-Qur‟an,

(68)

50

yang awalnya sekitar 20-an anak hingga mencapai 300 anak. Adapun dari fasilitas sarana dan prasarana lembaga ini menempati gedung yang dibangun di atas tanah waqaf dari almarhum Bapak Kamsu Abdul Rasyid, Bapak Muhlison dan Bapak Uri Abdul Rasyid. Pembangunan gedung fisiknya dibangun oleh Haji Umar (sesepuh desa), sedangkan mebelernya dari Bapak Haji Suwandi (tokoh masyarakat) dan keluarga Haji Ahmad Tamin Said Jakarta.

Pada perkembangan berikutnya atas masukan dari para kiai dan tokoh-tokoh masyarakat untuk mendirikan pondok pesantren yang di dalamnya ada pendidikan formalnya, maka pada tahun 1999 disusun tim perumus dan pendiri pondok pesantren sekaligus yayasan yang akan menaungi lembaga yang akan didirikan itu.

(69)

51

Di awal rencana pendiriannya, untuk menyusun kurikulum, rencana, serta kegiatan kerja pondok, para penggagas dan pendiri membentuk Tim Sembilan atau yang kami istilahkan dengan Tim Kopeng yang berjumlah sepuluh orang untuk merumuskannya, yaitu:

1) Dr. H. Zuhroni, M.A., alumnus PTIQ Jakarta, pendidikan terakhir S-3 UIN Jakarta, aktivitas sehari-hari sebagai dosen tetap Universitas YARSI Jakarta, sebagai penggagas awal, jabatan di PPM Bina Insani menjadi Ketua Umum Yayasan. 2) Drs. KH. Muntaha Azhari, M.A. (alm), alumnus PTIQ Jakarta,

jabatan terakhir sebagai Wakil Rektor PTIQ Jakarta, selain menjadi anggota tetap juri MTQ Nasional, jabatan di PPM Bina Insani sebagai Ketua Yayasan.

3) K. Muhsoni, praktisi pendidikan pesantren, alumni Pondok Pesantren API Tegalrejo Magelang, selanjutnya sebagai Pengasuh PPM Bina Insani.

4) Muhammad Munzaini, M.Pd.I., praktisi pendidikan, alumnus IAIN Walisanga Salatiga dan UNU Surakarta. Selanjutnya sebagai Kepala Sekolah.

5) KH. Sholih Mubin, S.Ag., praktisi pendidikan, mubaligh, dan tokoh masyarakat.

(70)

52

7) Trijono, S.Pd. tokoh masyarakat dan praktisi pendidikan.

8) M. Islam, praktisi pendidikan.

9) Munjazinul Arif, S.Ag, alumni IAIN Walisongo Salatiga, dan aktivis LSM.

10)Drs. H. Imam Baihaqi, M.A., Dosen IAIN Walisongo Salatiga. Setelah berhasil merumuskan garis besar rencana pendirian pondok dengan ciri dan model yang ditentukan, kami mengsosialisasikannya kepada berbagai pihak kalangan masyarakat, di antaranya mengundang tokoh-tokoh masyarakat, para kiai, perangkat desa, dan tokoh-tokoh pendidikan di sekitar lokasi untuk mendapatkan restu dan masukan-masukan konstruktif untuk mewujudkan rencana mendirikan dan membangun pondok ini. Diantaranya adalah Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin Jetis: KH Mubarak Thaha, K. Anis Thaha, Kepala Desa Ketapang, kepala-kepala SDN dan MI sekitar, dan lain-lain. Pada awal berdirinya, jumlah santri hanya 22 orang, tetapi kini telah mengalami kemajuan pesat.

c. Dasar Pemilihan Nama Bina Insani

(71)

53

mendirikan, mengusahakan supaya lebih baik. Bisa pula berarti fondasi atau dasar. Dalam bahasa Arab, kata „bina‟ dengan segala bentukan penggunaan kalimatnya dapat berarti: konstruksi, untuk membangun, membangun, tegak, atau menegakkan, menyiapkan, siap, mengembangkan, menciptakan, membentuk, membuat, untuk mendasarkan. Sedangkan kata „insani‟ merupakan kata sifat dari kata insan (manusia), secara intelektual merupakan nama makhluk Allah yang hidup, sebagai khalifah Allah di muka bumi, berfikir, intelek, dimuliakan, dan diciptakan dalam bentuk terbaik. Insani berarti bersifat atau menyangkut manusia, kemanusiaan, dan manusiawi.

Bina Insani berarti pembangunan atau membangun (sifat) manusia, membina, mengusahakan agar menjadi manusia lebih baik, mengonstruksi, menegakkan, menyiapkan, mengembangkan, menciptakan, membentuk, membuat lebih maju, lebih sempurna, dan sebagainya dalam arti positif, atau dengan ungkapan lain, membangun manusia seutuhnya (insan kamil).

d. Makna Logo

(72)

54

1) Bentuk lima sudut menggambarkan bilangan lima dalam kehidupan beragama, berbangsa dan bernegara sangat penting, melambangkan pancasila sebagai dasar negara, shalat lima waktu yang merupakan tiang agama Islam dan pembeda muslim dan kafir, rukun Islam yang merupakan dasar dasar agama Islam.

2) Gambar kubah masjid berwarna emas, melambangkan tempat mendekatkan diri dan munajat kepada Allah, tempat berhimpunnya umat Islam, dan melakukan kegiatan keumatan yang bernilai tinggi disimbulkan dengan warna emas.

3) Gambar buku terbuka, kanan dan kiri berwarna emas, bertuliskan huruf dari arah kanan ke kiri, melambangkan buku-buku berbahasa Arab yang merupakan buku-buku-buku-buku ajaran Islam, dan dari kiri ke kanan dari melambangkan pusat ilmu pengetahuan umum.

4) PPM BINA INSANI sebagai nama dari pondok ini yang berupaya mewujudkan semua kegiatannya, di bawah naungan Yayasan Pendidikan Islam AHMADINA.

e. Visi dan Misi SMP Islam Plus Bina Insani

Berdasarkan dokumen (VM/D/02) visi dari SMP Islam Plus Bina Insani yaitu:

(73)

55

Sedangkan misi SMP Islam Plus Bina Insani adalah:

1) Mengkaji, menghayati, dan mengamalkan syariat Islam yang komprehensif dan rahmatan lil alamin.

2) Memantapkan keimanan dan ketakwaan santri kepada Allah

Azza wa Jalla, dan kewajiban membiasakan menjalankan syariat Islam dalam kehidupan sekolah dan pondok pesantren. 3) Mengembangkan sumberdaya manusia yang handal, religius,

(tafaqquh fid dīn) mencakup semua aspek kecerdasan.

4) Meningkatkan pelayanan maksimal pada kegiatan pembelajaran dan pengembangan diri.

5) Meningkatkan profesionalisme guru untuk menciptakan budaya mutu secara inovatif dan kreatif.

6) Menerapkan kedisiplinan dalam semua aspek kepada seluruh warga sekolah/pondok.

7) Menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat guna melestarikan sekolah yang bersih dan sehat.

8) Menjalin kerjasama antar stakeholder untuk mendapatkan dukungan terhadap kegiatan sekolah.

9) Menciptakan lingkungan yang nyaman dan menyenangkan sebagai wahana bersosialisasi warga pondok dengan masyarakat.

(74)

56

11) Mengupayakan pengadaan, pemanfaatan, dan pemeliharaan fasilitas pendidikan secara optimal.

12) Melaksanakan kegiatan pencapaian ketuntasan dan kompetensi terhadap lulusan, baik keterampilan, sikap maupun perilaku.

13) Melaksanakan Panca Jiwa Pondok Pesantren: a)Keikhlasan.

b)Kesederhanaan. c)Berdikari.

d)Ukhuwwah Islamiyyah. e)Berjiwa bebas.

f. Struktur Organisasi SMP Islam Plus Bina Insani

Berdasarkan dokuman (SO/D/09) adapun struktur organisasi yang terdapat di SMP Islam Plus Bina Insani sebagai berikut:

STRUKTUR MANAGEMEN SEKOLAH SMP BINA INSANI SUSUKAN TAHUN PELAJARAN 2017/2018

Ketua Yayasan : DR. H. Zuhroni, M.A

Kepala Sekolah : Muhammad Munzaini,S.Ag,M.Pd.I

Mudzirul Ma'had : K. Muhsoni

Komite : Basari

Urusan Kurikulum : Maskunah,S.Pd.I

Urusan Kesiswaan : Muntafiatun,S.Ag

(75)

57

Urusan Humas : Asriningrum,S.P

Urusan Sarpras : Siti Nur Wakhidah,S.Pd

Bendahara Sekolah : Siti Maesaroh,A.Md.E.I

Ka. Perpus : Indrastuti Tri Panuntun,S.Pd

Ka. Lab. IPA : Muflihah,S.T

Ka. Lab. TIK : Rizma Rofida,S.Pd

Ka. TU : Nila Ambarsari,S.E

Kepala Sekolah

Muhammad Munzaini,S.Ag,M.Pd.I NIP. 19681118 200212 1 003

2. Hasil Penelitian

a.

Implementasi Pendidikan Karakter pada Sekolah Berbasis Pesantren di SMP Islam Plus Bina Insani Dusun Baran, Desa Ketapang, Kecamatan Susukan Tahun Pelajaran 2017/2018

Gambar

Tabel 1.2 Prevalensi penyalahguna kelompok yang minum alkohol
Gambar 3.1 Komponen analisis data: model alir
Tabel 4.1 Jadwal kegiatan harian di SMP Islam Plus Bina

Referensi

Dokumen terkait

Pembentukan PPID di Lingkungan Pemerintah Kota Bandung merupakan komitmen dalam pelaksanaan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik

Analisa yang dilakukan pada pektin dari pepaya meliputi kadar metoksil dan kadar poligalakturonat, sedangkan pada selai sawo meliputi analisa fisik (viskositas dan brix ),

Tenaga medis dan tenaga Keperawatan yang telah diatur dengan Undang-Undang masing-masing, diharapkan dapat memberikan kepastian hukum pada pelaksanaan praktik profesinya

Hasil dari perancangan tersebut adalah terbentuknya suatu sistem basis data dan aplikasi yang dapat meningkatkan kinerja perusahaan khususnya yang berhubungan dengan proses

Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat hubungan yang positif antara nilai tes formatif dengan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran melakukan prosedur administrasi di

Pengendalian Terpadu Vektor Virus Demam Berdarah Dengue, Aedes aegypti (Linn.) dan Aedes albopictus

Gambar 4.130 Tampilan Pesan Sukses Pengeditan Data Status Pembayaran Member... Gambar 4.132 Tampilan Pesan Sukses Logout

Here's a short experiential program written by someone the first week he was learning how to program. It's designed to print an simple answer. At the time, I didn't know much