• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam Menyelesaikan Soal Performance Task

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam Menyelesaikan Soal Performance Task"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

M-61

Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam Menyelesaikan

Soal

Performance Task

Loviga Denny Pratama

1

, Wahyu Lestari

2 Universitas Negeri Yogyakarta1 Universitas Negeri Yogyakarta2 loviga.denny2016@student.uny.ac.id

AbstrakPenelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis siswa dalam menyelesaikan soal berbasis performance task berdasarkan indikator yang telah disusun. Kemampuan berpikir kritis dalam penelitian ini meliputi aspek klasifikasi, aspek asesmen, aspek inferensi, dan aspek strategi. Metode pengumpulan data meliputi metode tes dan wawancara. Hasil penelitian dari 33 siswa yang tersebar di beberapa SMP di Kabupaten Probolinggo didapatkan bahwa 13 siswa mampu mencapai aspek klasifikasi, asesmen, inferensi, dam strategi dengan baik dalam menyelesaikan soal berbasis performance task, sehingga tergolong siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis level atas. Selanjutnya, 20 siswa mampu mencapai aspek klasifikasi dan asesmen namun kurang mampu dalam aspek inferensi dan strategi, sehingga tergolong siswa yang memiliki keampuan berpikir kritis pada level sedang. Hasil dari studi ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam merencanakan model atau strategi pembelajaran yang bertujuan mengoptimalkan serta meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal berbasis performance task.

Kata kunci: berpikir kritis, performance task

I. PENDAHULUAN

Masalah peningkatan mutu pendidikan di indonesia, terutama pada generasi muda untuk hidup dalam masyarakat modern merupakan salah satu aspek yang menarik untuk diperbincangkan. Salah satu bidang ilmu yang sangat berperan dalam dunia pendidikan adalah matematika. Matematika adalah alat penting untuk generasi muda karena mereka menghadapi masalah dan tantangan dalam aspek pribadi, pekerjaan, sosial, dan ilmiah kehidupan mereka. Dengan demikian, penting untuk memiliki pemahaman tentang sejauh mana peserta didik yang cukup siap untuk menerapkan matematika dalam memecahkan masalah [1].

Kemampuan siswa mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari merupakan tujuan utama pembelajaran matematika [2]. Sehingga guru perlu mengajarkan siswa tentang pemahaman dunia nyata (contextual) agar mereka tidak kesulitan memecahkan masalah matematika dalam kehidupan sehari-hari. Proses penggunaan matematika dalam memecahkan masalah disebut sebagai kemampuan literasi matematika. Perhatian pemerintah Indonesia terhadap literasi matematika juga dapat dilihat dari rumusan kompetensi dan tujuan pembelajaran yang terangkum dalam kurikulum. Namun demikian, sistem penilaian yang dilakukan di Indonesia saat ini belum secara spesifik mengukur kemampuan literasi matematika siswa. Sistem penilaian akhir yang digunakan saat ini adalah ujian nasional dimana sebaran soal-soal ujian nasional (UN) masih pada level bawah dari aspek kognitif siswa [3]. Selain itu terkait tujuan yang ditetapkan oleh Permendikbud Nomor 59 tahun 2014 dalam pembelajaran matematika penting untuk dikembangkan berbagai kemampuan, salah satunya kemampuan berpikir kritis. Hal ini sejalan dengan [4] yang mengungkapkan bahwa kemampuan berpikir kritis penting untuk dikembangkan dalam pembelajaran matematika.

Di era digital yang menumbuhkan pemikiran kritis-kreatif merupakan tantangan bagi pendidik matematika [5]. Tentunya upaya mendapatkan informasi pola pikir siswa dalam pembelajaran memerlukan sebuah instrumen penilaian. Salah satu bentuk instrumen penilaian yang kita kenal saat ini adalah

performance assessment. Performance assessment merupakan penilaian dengan berbagai macam tugas dan situasi dimana peserta tes diminta untuk mendemonstrasikan pemahaman dan mengaplikasikan pengetahuan yang mendalam, serta keterampilan dalam berbagai macam konteks [6]. Tugas guru disini

(2)

mengamati dan membuat pertimbangan tentang demonstrasi siswa dalam hal kecakapan dan kompetensi dalam hal menghasilkan suatu produk. Untuk mengukur kinerja siswa, dapat menggunakan instrumen

performance assessment yaitu performance task, performance rubric, dan scoring guide.

Setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda dalam memecahkan masalah matematika (i.e., [7], [8]). Beberapa dari mereka memperhatikan masalah yang diberikan dengan cara menyelesaikannya secara hierarkis, namun ada juga siswa yang hanya sembarangan menjawab masalah saat menghadapi ujian. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat dikatakan bahwa setiap siswa memiliki proses pemikiran atau rencana berpikir yang berbeda dalam memecahkan masalah. Oleh karena itu mereka membutuhkan instruksi yang berbeda [9]. Sehubungan dengan permasalahan-permasalahan yang telah dipaparkan, penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa dari hasil penyelesaian soal performance task yang diberikan. Hasil peneltian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang kemampuan berpikir kritis sisiwa dalam disiplin ilmu matematika, sehingga dapat membantu mengembangkan pola pikir siswa dalam menghadapi masalah dan tantangan di era modern saat ini.

II. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskripsi dengan pendekatan kualitatif. Pada penelitian ini dianalisis kemampuan berpikir kritis siswa dalam menyelesaikan soal berbasis performance task

berdasarkan indikator yang telah disusun. Kemampuan berpikir kritis dalam penelitian ini meliputi tahap klasifikasi, tahap asesmen, tahap inferensi, dan tahap strategi. Siswa-siswa dalam subjek penelitian ini merupakan siswa dari sekolah-sekolah yang berasal dari kabupaten probolinggo, baik sekolah negeri mapun sekolah swasta. Masing-masing sekolah diwakili dua orang siswa kelas VII SMP. Untuk mencapai sasaran utama dalam penelitian ini, diperlukan suatu prosedur penelitian seperti pada Gambar 1 berikut.

GAMBAR 1. PROSEDUR PENELITIAN

Tahap awal dalam penelitian ini yaitu tahap kegiatan pendahuluan. Tahap pendahuluan, peneliti menentukan daerah/tempat penelitian yang meliputi beberapa SMP di Kabupaten Probolinggo. Setelah tempat penelitian ditentukan, peneliti menentukan subjek penelitian. Subjek pada penelitian ini yaitu siswa SMP kelas VII sebanyak 34 siswa.

Dalam suatu penelitian diperlukan suatu instrumen penelitian yang valid. Oleh karena itu, sebelum peneliti melakukan penelitian harus membuat instrumen penelitian. Instrumen tersebut meliputi performance task, performance rubrics, dan pedoman wawancara yang akan divalidasi kepada validator. Kemudian pada hasil uji vaidasi, peneliti melakukan analisis terhadap hasil tersebut untuk mengetahui tingkat kevalidannya. Jika instrumen telah valid, maka instrumen tersebut dapat digunakan untuk tahap penelitian atau pengumpulan data. Pada tahap ini dilakukan tes pada soal berbasis performance task untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa. Cakupan pada materi tes penelitian ini yaitu tentang bangun datar persegi panjang. Setelah tes dilakukan, kemudian dilakukan wawancara terhadap siswa untuk menklarifikasi hasil performance task yang dikerjakan sehingga peneliti mengetahui proses berpikir kritis yang dilalui siswa dalam menyelesaikan performance task berdasarkan performance rubrics yang telah dibuat.

Tahap selanjutnya adalah analisis data. Pada tahap ini hasil jawaban siswa dari soal tes dan wawancara yang telah dilakukan akan dianalisis. Analisis ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis siswa. Setelah itu, melakukan pengkategorian dari hasil tes siswa. Adapun langkah-langkah pengelompokannya sebagai berikut. Pertama, mencari nilai minimum dengan cara mengalikan banyak soal tes dengan skor terendah rubrik penilaian. Langkah kedua, mencari nilai maksimum dengan cara mengalikan banyak soal tes dengan skor tertinggi rubrik penilaian. Langkah ketiga, menentukan jangkauan data tersebut. Langkah keempat, membagi jangkauan data menjadi tiga bagian, sehingga diperoleh interval kelas. Adapun interval kelas meliputi interval kelas rendah, sedang, dan tinggi secara berurutan yang mencerminkan kategori siswa yang mempunyai kemampuan berpikir kritis rendah, sedang, dan tinggi. Jadi pendeskripsian dan pengkategorian tingkat kemampuan berpikir kritis merupakan sasaran utama penelitian ini.

Kegiatan Pendahuluan Penentuan Subjek Penelitian Pembuatan Instrumen Validasi Instrumen

Analisis Hasil Validasi Pengumpulan Data

Analisis Data Kesimpulan

(3)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil skor yang diperoleh dari jawaban tes dan wawancara digunakan dalam menentukan level kemampuan berpikir kritis siswa. Dari hasil tes dan wawancara siswa yang meliputi tahap klasifikasi, tahap asesmen, tahap inferensi, dan tahap strategi. Klarifikasi dalam performance task diartikan sebagai kemampuan siswa dalam menyebutkan dengan tepat pernyataan yang diminta dari soal. Asesmen dalam

performance task diartikan sebagai kemampuan siswa dalam menggunakan informasi yang relevan dalam soal atau pengetahuan sebelumnya untuk menyelesaikan soal. Inferensi dalam performance task

diartikan sebagai kemampuan siswa menemukan langkah untuk menyelesaikan soal dan membuat kesimpulan. Strategi dalam performance task diartikan sebagai kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal dengan cara yang berbeda. Hasil skor tertinggi dan terendah yang didapatkan dalam penelitian ini secara berturut-turut adalah 97 dan 27. Dari skor tersebut dibuat kategorisasi tingkat kemampuan spasial siswa yang disajikan pada Tabel 1.

TABEL 1. KATEGORISASI SKOR KEMAMPUAN SPASIAL SISWA

No. Skor Kelompok

1. 0 skor 33,33 Bawah

2. 33,33 skor 66,67 Tengah

3. 66,67 skor 100 Atas

Adapun hasil penelitian yang didapat, dari 34 subjek penelitian didapatkan 14 siswa tergolong pada kelompok atas, dan 20 siswa tergolong pada kelompok tengah. Tes yang diberikan ialah soal performance task berisi topik, standar tugas, deskripsi tugas, dan kondisi penyelesaian tugas tentang permasalahan persegi panjang yang disajikan dalam bentuk soal cerita yang berkaitan dengan permasalahan nyata. Berikut akan disajikan hasil pengerjaan beberapa siswa yang mewakili dalam kemampuan berpikir kritis level tinggi dan sedang.

A. Aspek Klarifikasi

GAMBAR 2. HASIL PENGERJAAN S1 DAN S2 PADA TAHAP KLASIFIKASI Pengerjaan S2

(4)

S1 dan S2 merupakan salah satu siswa pada kelompok atas dan tengah. Adapun hasil pengerjaan siswa tersebut dalam tahap kasifikasi disajikan pada Gambar 2. Pada tahap ini, siswa kelompok atas dan tengah dapat menyebutkan informasi-informasi yang diketahui dalam soal secara tepat dan jelas, selain itu juga dapat menyebutkan dengan tepat pertanyaan yang diminta dari soal. Referensi [10] menyatakan bahwa ketika siswa memahami suatu masalah, maka secara tidak langsung mereka dapat mengkategorikan apa yang diketahui dan yang ditanyakan dalam soal. Kemampuan untuk membedakan antara apa yang diketahui dan yang tidak diketahui merupakan suatu hal penting untuk meraih keberhasilan dalam semua setting akademis [11].

B. Aspek Asesmen

Pada tahap asesmen ini, siswa pada kelompok atas dan tengah dapat melewati tahap ini. Berdasarkan Gambar 3, mereka menggunakan informasi-informasi yang relevan dalam soal serta dapat menjelaskan hubungan tiap informasi yang ada. Dari hasil pengerjaan kelompok atas terlihat bahwa subjek dapat menggunakan pengetahuan sebelumnya yang mereka peroleh seperti rumus yang digunakan yaitu rumus persegi dan persegi panjang, mengkonversi satuan dari hektar ke meter persegi, dan melakukan operasi bilangan. Pada siswa kategori tengah terlihat bahwa mereka menggunakan informasi yang relevan dalam soal yaitu dengan mengkonversi 1 hektar kedalam meter persegi sehingga dapat mengetahui panjang sisi taman. Aktifitas ini sesuai dengan referensi [12] bahwa pada tahap asesmen siswa dapat menggunakan pernyataan yang penting/relevan sebagai awal penyelesaian masalah. Dari hasil ini juga sejalan dengan referensi [13] bahwa siswa yang mampu mencari sumber informasi relevan serta mengetahui cara mengolah informasi tersebut untuk memecahkan masalah dapat dikatakan siswa tersebut memiliki kemampuan berpikir kritis.

GAMBAR 3. HASIL PENGERJAAN S1 DAN S2 PADA TAHAP KLASIFIKASI

C. Aspek Inferensi

Pada siswa kelompok atas dapat menentukan dan menuliskan langkah untuk menyelesaikan soal dengan benar dan runtut. Seperti halnya pada soal nomor 3 pada Gambar 4, S1 terlebih dahulu menghitung luas taman, luas kolam, dan luas jalan. Kemudian mengerjakan dengan cara luas taman dikurangi luas kolam dan dikurangi lagi dengan luas jalan. Begitu pula dengan soal nomor 4, S1 menjawab dengan cara membaginya menjadi dua bagian yaitu bagian kanan jalan dan bagian kiri jalan. Dalam mencari banyak tanaman pada bagian kanan jalan adalah mencari panjang sisinya terlebih dahulu. Kemudian setelah diketahui panjang sisinya, masing-masing sisi dibagi oleh 5-meter yang hasilnya akan dikalikan. Langkah ini juga sama digunakan untuk mencari bagia kiri jalan. Sehingga didapatkan hasil penyelesaian dengan menjumlahkan bagian kanan jalan dan bagian kiri jalan. Pada soal nomor 5, S1 juga menjawab dengan lengkap dan benar. Dengan begitu dapat dikatakan bahwa S1 dapat menentukan dan menuliskan langkah dalam menyelesaikan permasalahan dengan benar dan juga dapat membuat kesimpulan dengan benar. Aktivitas ini sesuai referensi [12] bahwa pada tahap inferensi dapat berupa tahap dimana siswa dapat membuat kesimpulan yang benar berdasarkan informasi yang telah diperoleh

Sedangkan pada siswa kelompok tengah tidak seluruhnya melewati tahap inferensi dikarenakan terdapat beberapa kesalahan konsep dalam menyelesaikannya. Seperti halnya pada soal nomor 4, S2 kurang tepat dalam mengambil langkah menyelesaikan permasalahan sehingga menyebabkan kesalahan dalam menyelesaikannya. Dalam mencari banyak tanaman pada bagian kanan jalan S2 mencari luas lahan terlebih dahulu kemudian membaginya dengan jarak antar tanaman. Begitupula dengan lahan bagian kiri, S2 juga mencari luas lahan terlebih dahulu kemudian membaginya dengan jarak antar tanaman. Kesalahan ini juga berakibat pada menentukan kesimpulan akhir yaitu pada sola nomor 5. Maka dari itu S2 tidak dapat melewati tahap inferensi dikarenakan tidak memenuhi indikator pada tahap inferensi.

Pengerjaan S2 Pengerjaan S1

(5)

GAMBAR 4. HASIL PENGERJAAN S1 DAN S2 PADA TAHAP INFERENSI

D. Aspek Strategi

Tahap strategi hanya dilakukan oleh siswa kelompok atas. Mereka dapat menemukan langkah lain untuk menyelesaikan soal dengan benar, serta dapat menjelaskan dengan baik langkah penyelesaian yang sudah ia temukan. Hal ini sesuai dengan referensi [12] bahwa tahap strategi merupakan tahap dimana siswa berpikir secara terbuka dalam menyelesaikan masalah sehingga memungkinkan siswa untuk dapat menemukan beberapa strategi dalam menyelesaikan masalah. Hal ini tidak dilakukan oleh siswa kelompok tengah. Gambar 5 menunjukkan hasil pengerjaan siswa pada tahap strategi.

GAMBAR 5. HASIL PENGERJAAN S1 DAN S2 PADA TAHAP STRATEGI

Siswa kelompok tengah tidak terbiasa menjawab satu permasalahan dengan dua ataupun lebih cara berbeda untuk menyelesaikannya. Mereka merasa bingung untuk melakukan cara berbeda dalam

Pengerjaan S2 Pengerjaan S1 Pengerjaan S2

(6)

menyelesaikan permasalahan yang akan dilakukan. Hal tersebut disebabkan karena mereka terbiasa untuk menyelesaikan satu permasalahan dengan satu cara penyelesaian saja. Sehigga secara sistematis hasil proses berpikir kritis siswa di kabupaten probolinggo dapat dilihat pada pada Tabel 2 berikut.

TABEL 1. HASIL PROSES BERPIKIR KRITIS

Aspek Indikator Siswa Kelompok

Atas

Siswa Kelompok Tengah

Klarifikasi

Menyebutkan dan menuliskan hal-hal yang

diketahui dalam suatu permasalahan √ √

Menyebutkan dan menuliskan hal-hal yang

ditanyakan dalam suatu permasalahan √ √

Asesmen

Menggunakan informasi yang relevan dalam menyelesaikan masalah

√ √

Inferensi

Menjalankan strategi penyelesaian √ √

Membuat kesimpulan yang benar √

Strategi Menemukan dan menjelaskan strategi lain dalam menyelesaikan masalah

IV. SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, kemampuan berpikir siswa kelompok atas telah mampu memenuhi indikator-indikator pada tahap klasifikasi, tahap asesmen, tahap inferensi, dan tahap strategi dalam menyelesaikan soal performance task. Sedangkan siswa kelompok sedang kurang mampu memenuhi beberapa indikator pada tahap tahap inferensi, ataupun tahap strategi dalam menyelesaikan soal

performance task. Berdasarkan hasil analisis juga didapatkan bahwa beberapa siswa tidak bisa melakukan beberapa strategi dalam penyelesaian soal. Sehingga berdasarkan temuan ini diharapkan pendidik dapat menyajikan permasalahan dengan pemecahan masalah dengan berbagai strategi (flexibility) dan solusinya juga bisa beragam (multi jawab, fluency). Sehingga siswa dapat terbiasa menyelesaikan satu permasalahan dengan berbagai strategi. Siswa juga diberikan kebebasan agar siswa memperoleh kemajuan dalam memecahkan masalah matematika sesuai dengan kemampuan dan minat siswa itu sendiri. Hal ini dapat memberikan peluang kepada siswa untuk menumbuhkan berpikir kritis siswa.

DAFTAR PUSTAKA

[1] OECD, PISA 2012 assesment and analytical framework: mathematics, reading, science, problem solving and financial literacy. German: OECD Publising, 2013.

[2] G. Graumann, “Mathematics for problems in the everyday world,” in Mathematics for Problems in the Everyday World, J. Maasz and J. O’Donoghue, Eds. Rotterdam: Sense Publishers, 2011, pp. 113–122.

[3] Kamaliyah, Zulkardi, and Darmawijoyo, “developing the sixth level of PISA-like mathematics problem for secondary school students,” IndoMS. J.M.E, vol. 4, no. 1, pp. 9–28, 2013.

[4] E. Aizikovitsh-Udi and D. Cheng, “developing critical thinking skill from dispositions to abilities: Mathematics education from early childhood to high school,” Creat. Educ., vol. 6, no. 1, pp. 455–462.

[5] R. Lynch-Arroyo and J. Asing-Cashman, “Using Edutainment to Facilitate Mathematical Thinking and Learning: An Exploratory Study,” J. Math. Educ., vol. 9, no. 2, pp. 37–52, 2016.

[6] L. M. Madaus, George F.; O’Dwyer, “Short History of Performance Assessment: Lessons Learned,” Phi Delta Kappan, vol. 80, no. 9, pp. 688–695, 1999.

[7] Ariyadi Wijaya, M. Van Den Heuvel-panhuizen, M. Doorman, and A. Robitzch, “Difficulties in solving context-based PISA mathematics tasks : An analysis of students ’ errors,” Math. Enthus., vol. 11, no. 3, pp. 555–584, 2014.

[8] D. Kurniati, R. H. Mukti, and N. A. Jamil, “No Title,” J. Penelit. dan Eval. Pendidik., vol. 3, no. 11, pp. 555–584, 2016. [9] E. Retnowati, “SEAMEO Qitep in mathematics,” Yogyakarta, 2016.

[10] A. H. Schoenfeld, Learning to think mathematically: Problem solving, metacognition, and sense making in mathematics, In D. A. G. New York: Macmillan Publishing Company, 1992.

[11] S. Tobias and H. Everson, Knowing what you know and what you don’t further research on metacognitive knowladge

monitoring. New York: College Board, 2002.

[12] S. M. Jacob and H. K. Sam, “Measuring Critical Thinking in Problem Solving Through Online Discussion Forums In First Year University Mathematics,” Proc. Int. Multi Conf. Eng. Comput. Sci., vol. 1, 2008.

[13] C. Wijaya, Pendidikan Remidial Sarana Pengembangan Mutu Sumber Daya Manusia. Bandung: Remaja Rosadakarya, 2010.

Gambar

GAMBAR 1. PROSEDUR PENELITIAN
GAMBAR 2. HASIL PENGERJAAN S1 DAN S2 PADA TAHAP KLASIFIKASI Pengerjaan S2
GAMBAR 3. HASIL PENGERJAAN S1 DAN S2 PADA TAHAP KLASIFIKASI
GAMBAR 4. HASIL PENGERJAAN S1 DAN S2 PADA TAHAP INFERENSI
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dari permasalahan tersebut, maka diperlukan suatu penelitian untuk mendapatkan pengaturan parameter proses pada mesin 3D Printer yang optimal dalam mendapatkan keakuratan

melambangkan kegelapan, perlindungan, ketidak bahagiaan, kesedihan, harga diri. Warna abu-abu pada bagian highlight melambangkan kebijaksanaan, rendah hati, suasana

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh kesimpulan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa dalam menyelesaikan soal aritmetika sosial dalam

FLOW CHART MENJALANAKAN APLIKASI ANBK SEMI DARING - Lanjutan Jalankan Exambrowser Admin CBT Sync ID Proktor SN Password Offline Aktif Status Tes Kelompok Siswa Tes Status

Kepuasan kerja berpengaruh positif signifikan pada kinerja karyawan sehingga, hal tersebut menjelaskan semakin meningkat kepuasan kerja yang dirasakan seorang

Tujuan dari langkah ini adalah untuk membuat relasi pada model data logika yang akan mewakili entitas, relationship¸ dan atribut yang telah diidentifikasi (Connolly

Untuk itu penelitian ini telah dilakukan di Kabupaten Langkat pada tahun 2009 yang bertujuan menganalisis laju alih fungsi lahan sawah dalam kurun waktu sepuluh tahun

Untuk kemampuan berpikir kritis siklus II, didapatkan hasil bahwa: (a) siswa mampu menemukan fakta sederhana dari soal, tetapi beberapa siswa masih belum dapat