13
LANDASAN TEORI
A. Pembiayaan
1. Pengertian Pembiayaan
Pembiayaan merupakan aktivitas bank syariah dalam menyalurkan dana kepada pihak lain selain bank berdasarkan syariah. Penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan didasarkan pada kepercayaan yang diberikan oleh pemilik dana kepada pengguna dana. Pemilik dana percaya kepada penerima dana, bahwa dana dalam bentuk pembiayaan yang berikan pasti akan dibayar.
Didalam perbankan syariah, istilah kredit tidak dikenal, karena bank syariah memiliki skema yang berbeda dengan bank konvensional dalam menyalurkan dananya kepada pihak yng membutuhkan. Bank syariah menyalurkan dananya kepada nasabah dalam bentuk pembiayaan. Sifat pembiayaan, bukan merupakan utang piutang, tetapi merupakan investasi yang diberikan bank kepada nasabah dalam melakukan usaha.
Menurut Undang-Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998, pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dan pihak lain yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil 1
1
Ismail, perbankan syariah (Jakarta : PT Fajar Interpratama Mandiri. Tahun 2011). H. 105-106
Istilah pembiayaan disebut juga pada Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 pasal 1 poin ke 25 menjelaskan bahwa pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang di persamakan dengan itu berupa :
a. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah
b. Transaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk Ijarah Muntabiyah bit Tamblik
c. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istishna
d. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang Qardh e. Transksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk
transaksi multijasa.
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank syariah atau UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujroh tanpa imbalan atau bagi hasil.2
2. Tujuan pembiayaan
Secara umum tujuan pembiayaan dibedakan menjadi dua kelompok yaitu : tujuan pembiayaan untuk tingkat makro, dan tujuan pembiyaan untuk tingkat mikro.
Secara makro pembiayaan bertujuan :
2
Faturrahman Djamil, Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Di Bank Syariah, (Jakarta : Sinar Grafik, 2014), 64-65
a. Peningkatan ekonomi umat, artinya : masyarakat yang tidak dapat akses secara ekonomi, dengan adanya pembiayaan mereka dapat melakukan akses ekonomi.
b. Tersedianya dana bagi peningkatan usaha artinya : untuk pengembangan usaha membutuhkan dana tambahan.
c. Meningkatkan produktivitas, artinya : adanya pembiayaan memberikan peluang bagi masyarakat usaha mampu meningkatkan daya produksinya.
d. Membuka lapangan kerja baru, artinya : dengan dibukanya sektor-sektor usaha melalui penambahan dana pembiayaan, maka sektor-sektor usaha tersebut akan menyerap tenaga kerja.
e. Terjadi distribusi pendapatan, artinya : masyarakat usaha produktif mampu melakukan aktivitas kerja, berarti mereka akan memperoleh pendapatan dari hasil usahanya. Penghasilan merupakan bagian dari pendapatan masyarakat.
Adapun secara mikro, pembiayaan diberikan dalam rangka untuk : a. Upaya memaksimalkan laba, artinya :setiap usaha yang dibuka
memiliki tujuan tertinggi, yaitu menghasilkan laba usaha.
b. Upaya menimalkan risiko, artinya : usaha yang dilakukan agar mampu menghasilkan laba maksimal, maka pengusaha harus mampu minimalkan risiko yang mungkin timbul.
c. Pendayagunaan sumber ekonomi, artinya : sumber daya ekonomi dapat di kembangkan dengan melakukan mixing antar sumber daya alam dengan sumber daya manusia serta sumber daya modal.
d. Penyaluran kelebihan dana, artinya : dalam kehidupan masyarakat ini ada pihak yang memiliki kelebihan sementara ada pihak yang kekurangan dana.
3. Fungsi Pembiayaan
a. Meningkatkan daya guna uang b. Meningkatkan daya guna barang c. Meningkatkan peredaran uang d. Menimbulkan kegairahan berusaha e. Stabilitas ekonomi
f. Sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional
4. Jenis-jenis Pembiayaan
Jenis-jenis pembiayaan pada dasarnya dapat dikelompokkan menurut beberapa aspek antaranya :
a. Pembiayaan menurur tujuan
pembiayaan menurut tujuan dibedakan menjadi :
1) Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan yang dimaksudkan untuk mendapatkan modal dalam rangka pengembagan usaha. 2) Pembiayaan investasi, yaitu pembiayaan yang yang dimaksudkan
b. Pembiayaan menurut jangka waktu
Pembiayaan menurut jangka dibedakan menjadi :
1) Pembiayaan jangka waktu pendek, pembiayaan yang dilakukan dengan waktu 1 bulan sampai degan 1 tahun.
2) Pembiayaan jangka waktu tengah, yang dilakukan dengan waktu 1 tahun sampai dengan 5 tahun.
3) Pembiayaan jangka waktu panjang, pembiayaan yang dilakukan dengan waktu lebih dari 5 tahun.3
5. Analisa Pembiayaan
Merupakan suatu proses analisis yang dilakukan oleh bank syariah untuk menilai suatu permohonan pembiayaan yang telah di ajukan calon nasabah. Dengan melakukan analisis permohonan pembiayaan, bank syariah akan memperoleh keyakinan bahwa proyek yang akan dibiayai layak.4
Berapa yang harus di perhatikan analisis pembiayaan yang dapat diterapkan oleh para pengelola bank syariah adalah sebagai berikut:
a. Pendekatan analisis pembiayaan
Ada beberapa pendekatan analis pembiayaan yang dapat di terapkan oleh para pengelola bank syariah dalam kaitannya dengan pembiayaan yang akan dilakukan yaitu :
1) Pendekatan jaminan 2) Pendekatan krakter
3
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah ( Yogyakarta : Akademi Manajemen Perusahaan YKPN), h. 17-22
4
3) Pendekatan kemampuan pelunasan 4) Pendekatan dengan studi kelayakan 5) Pendekatan fungsi-fungsi bank5 b. Prinsip Analisis Pembiayaan
Dalam melakukan penilain kriteria-kriteria serta aspek penilainnya tetap sama. Begitu pula dengan ukuran-ukuran yang ditetapkan sudah menjadi standar penilain setiap bank. Biasanya kriteria penilaian yang umum harus dilakukan oleh bank untuk mendapatkan nasabah yang benar-benar layak untuk diberikan, dilakukan dengan analisis 5 C dan 7 P
Penilain dengan analisis didasarkan pada rumus 5C, yaitu : 1) Character (karakter)
Character merupakan sifat atau watak seseorang. Sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit benar-benar harus dapat di percaya.
2) Capacity (kemaun)
Capacity adalah analisis mengetahui kemampuan nasabah dalam membayar kredit. Dari penilain ini terlihat kemampuan nasabah dalam mengelolah bisnis.
3) Capital (modal)
Untuk melihat penggunaan modal apakah efektif atau tidak, dapat dilihat dari laporan keuangan (neraca dan laporan rugi laba)
5
Muhammad, Manajemen Bank Syariah (Yogyakarta : (UPP) AMPYKPN, Tahun 2002), h.304-305
yang disajikan dengan melakukan pengukuran seperti dari segi likuiditas dan solvabilitasnya, dan ukuran lainnya.
4) Condition (kondisi)
Dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi, sosial, dan politik yang ada sekarang dan prediksi untuk masa yang akan datang.
5) Collateral (jaminan)
Merupakan jaminan yang berikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun non fisik.
Selanjutnya, penilain suatu kredit dapat pula dilakukan dengan analisis tujuh 7P kredit dengan unsur penilain sebagai berikut :
a. Personality (kepribadian)
Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah-lakunya sehari-hari maupun kepribadiannya masa lalu.
b. Party
Yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu atau golongan-golongan tertentu, berdasarkan modal, loyalitas, serta karakternya.
c. Purpose
Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabaah.
d. Prospect
Yaitu untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan datang menguntungkan atau tidak atau dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya.
e. Payment
Yaitu merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber dari mana saja dana untuk pengemblian kredit.
f. Profitability
Yaitu untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasaabah dalam mencari laba.
g. protection
Yaitu tujuannya adalah bagaimana menjaga agar kredit yang diberikan mendapatkan jaminan perlindungan, sehingga kredit yang diberikan benar-benar aman.6
B. Murabahah
1. Pengertian Murabahah
Salah satu skim fiqih yang paling populer digunakan oleh perbakan syariah adalah skim jual beli murabahah. Secara sederhana, murabahah berati suatu penjualan barang seharga barang tersebut ditambah keuntungan disepakati. Minsalnya, seorang membeli barang kemudian
6
Sunaryo, hukum lembaga Pembiayaan ( Jakarta : Sinar Grafika, Tahun 2014), h. 136-139
menjualnya kembali dengan keuntungan tertentu. Jadi singkatnya, murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli.7
Jasmi B mendefinisikan murabahah adalah akad jual beli barang dengang menyatakan harga perolehan dan keuntungan yang disepakati oleh penjual dan bembeli. Barang yang di perjual belikan bisa saja barang konsumtif seperti alat-alat rumah tangga, kendaraan, material bahan-bahan bangunan untuk renovasi rumah dan lain sebagainya.8
Muhammad syafi’I Antonio mendefinisikan murabahah adalah jual beli dengan harga asal dengan tambah keuntungan yang disepakati. Dalam akad ini, penjual harus memberi tahu harga produk-produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya.9
Ascrya mendefinisikan murabahah adalah istilah fikih islm yang berarti suatu bentuk jual beli tertentu ketika penjual menyatakan biaya perolehan barang, meliputi harga barang dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan untuk memperoleh barang tersebut dan tingkat keuntungan yang diinginkan. Suatu bentuk jual beli tertentu ketika penjual menyatakan biaya perolehan barang, meliputi harga barang dan biaya lain yang
7
Adiwarman Karim, Bank Islam Analisa Fiqih dan Keuangan, (Jakarta : PT. RajaGrafindo Persda, Tahun 2004), h. 103
8
Djasmin B, Kegiatan Usaha Bank Syariah ( Padang : Hayfa Press, Tahun 2007), h. 30 9
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Islam dari Tiori ke Praktek, ( Jakarta : Gema Insani, Tahun 2001), hal 101
dikeluarkan untuk memperoleh barang tersebut, dan tingkat keuntungan yang diinginkan.10
Dari berbagai definisi di atas dapat di simpulkan bahwa murabahah adalah akad jual beli barang dengan harga asal di tambah keuntungan yang ditetapkan oleh bank dan disepakati oleh nasabah. Harga pokok barang dari pemasok tidak dapat dirahasiakan, keuntungan sebagai penambah harga jual beli pada nasabah harus disepakati oleh kedua belah pihak.
2. Pembiayaan murabahah
Murababah adalah akad jual beli atas barang tertentu, di mana penjuaal menyebutkan harga pembelian barang kepada pembeli kemudian menjual kepada pihak pembeli dengan mensyaratkan keuntungan yang diharapkan sesuai jumlah tertentu. Dalam akad murabahah, penjual menjual barangnya dengan meminta kelebihan atas harga beli dan harga jual barang disebut dengan margin keuntungan.
Dalam aplikasi bank syariah, bank merupakan penjual atas objek barang dan nasabah merupakan pembeli, bank menyediahkan barang yang dibutuhkan oleh nasabah dengan membeli barang dari supplier, kemudian menjualnya kepada nasabah dengan harga yang lebih tinggi di bandingkan dengan harga beli yang dilakukan oleh bank syariah. Pembayaran atas transaksi murabahah dapat dilakukan dengan cara membayar sekaligus
10
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah , ( Jakarta : PT. Raja Grafindo persada, Tahun 2007), h. 81-82
pada saaat jatuh tempo atau melakukan pembayaran angsuran selama jangka waktu di sepakati.11
Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang membutuhkan dana atau merupakan defisit unit.
Melihat dari khasus yang telah dialami bank, maka bank perlu mengatur secara tersendiri mengenai prosedur pemberian pembiayaannya berdasarkan dengan prinsip syariah.
3. Landasan Hukum murabahah
a. Al Quran
Dasar hukum diperkenankannya melakukan murabahah adalah sebagai berikut:
Al-Qur’an Surat Al-Hadid/ 57: 11
Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, Maka Allah akan melipat-gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh pahala yang banyak.
b. Al-Hadist
“ pendapatan yang paling afdhal adalah hasil karya tangan seseorang dan jual beli yang mabrur” (HR. Ahmad, al-Bazzar, dan ath-Thabarani).
Dari shaleh bin suhaib, dari bapaknya, Rasulullah Saw bersabda “tiga perkara yang didalamnya terdapat keberkahan : menjual dengan pembayaran sacara tangguh, muqarah (nama lain mudarabah), dan
11
mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah dan tudak untuk di jual” (HR Ibnu Majah)
Dari hadist di atas dapat disimpulkan bahwa jual beli mabrur adalah jual beli yang sah dalam islam dan di ridhoi oleh nabi Muhammad Saw.
c. Rukun Murabahah
Rukun murabahah terdiri dari yaitu : 1) Penjual (ba’i)
2) Pembeli (musytari) 3) Barang/Objek (mabi’) 4) Ijab qabul (sighat)12
d. Pembiayaan bermasalah
Dalam berbagai peraturan yang diterbitkan Bank Indonesia tidak di jumpai pengertian dari pembiayaan bermasalah, begitu juga istilah
non performing financings (NPFs) untuk fasilitas pembiayaan maupun istilah non performing loan (NPL) untuk fasilitas kredit tidak di jumpai dalam peraturan-peraturan yang di terbitkan Bank Indonesia. Namun dalam setiap statistik Perbankan Syariah yang diterbitkan oleh Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia dapat di jumpai istilah Non Performing Financing (NPFs) yang di artikan sebagai
12
Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah ( Jakarta : Zikrul Hakim Tahun 2007), h. 40
“pembiayaan non-lancar mulai dari kurang lancar samapai dengan macet”13
e. Penyebab Terjadinya Pembiayaan bermasalah
Pembiayaan bermasalah adalah pembiayaan yang pengembaliannya hutang pokok maupun margin dan pembayaran kewajiban lainnya tidak sesuai dengan yang telah di sepakati.
Pembiayaan bermasalah dapat di sebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :
1) Faktor internal :
a) Analisa pembiayaan yang kurang tajam.
b) Keliru dalam menghitung kebutuhan pembiayaan. c) Data calon debitur direkayasa.
d) Mental petugas bank yang kurang baik.
e) Pengikatan jaminan yang belum selesai, pembiayaan sudah dicairkan.
f) Usaha tidak layak. 2) Faktor eksternal
a) Adanya unsur kesegajaan dari nasabah, artimya nasabah tidak mau membayar kewajibannya kepada bank.
b) Adanya unsur tidak sengaja, artinya nasabah memiliki kemauan untuk membayar akan tetapi tidak mampu di karenakan usaha yang dibiayai terkena musibah.14
13
f. Penyelamatan Pembiayaan Bermasalah
Penyelamatan pembiayaan bermasalah adalah istilah teknis yang biasa dipergunakan di kalangan perbankan terhadap upaya dan langkah-langka yang dilakukan bank dalam usaha mengatasi permasalahan pembiayaan yang di hadapi oleh debitur yang masih memiliki prospek usaha yang baik, namun mengalami kesulitan pembayaran pokok dan atau kewajiban-kewajiban lainnya, agar debitur dapat memenuhi kembali kewajibannya.
Dalam peraturan perundang-undang yang berlaku bagi bank yang melaksanakan kegiatan berdasarkan prisip syariah, terdapat beberapa ketentuan Bank Indonesia yang memberikan pengertian tentang restrukturisasi pembiayaan, yaitu :
Peraturan bank indonesia No. 10/18/PBI/2008 tentang restrukturisasi pembiayaan bagi bank syariah dan unit usaha syariah, sebagai berikut.
Restrukturisasi pembiayaan adalah upaya yang di lakukan bank dalam rangka membantu nasabah agar dapat menyelesaikan kewajibannya, antaran lain melalui :
1) Penjadwalan kembali (rescheduling), yaitu perubahan jadwal pembayaran kewajiban nasabah atau jangka waktunya.
2) Persyaratan kembali (reconditioning), yaitu perubahan sebagian atau seluruh persyaratan pembiayaan, antara lain perubahan jadwal
14
pembayaran, jumlah angsuran, jangka waktu dan/atau pemberian potongan sepanjang tidak menambah sisa kewajiban nasabah yang di bayar kepada bank.
3) Penataan kembali (restructuring), yaitu perubahan persyaratan pembiayaan tidak terbatas pada rescheduling atau reconditioning, antara lain meliputi :
a) Penambahan dana fasilitas pembiayaan bank. b) Konversi akad pembiayaan.
c) Konversi pembiayaan menjadi surat berharga syariah berjangka waktu menengah.
d) Konversi pembiayaan menjadi penyertaan modal sementara pada perusahaan nasabah.
g. Bentuk-Bentuk Restrukturisasi dalam Rangka Penyelamatan
Pembiayaan Bermasalah
Dari ketentuan-ketentuan bank Indonesia pada urain di atas, restrukturisasi pembiayaan berdasarkan prinsip syariah meliputi: 1) Penurunan imbalan atau bagi hasil
2) Pengurangan tunggakan imbalan atau bagi hasil 3) Pengurangan tunggakan pokok pembiayaan 4) Perpanjangan jangka waktu pembiayaan 5) Penambahan fasilitas pembiayaan
Langka-langka tersebut dalam pelaksanaan bisa dilakukan secara bersamaan (kombinasi), minsalnya pemberian keringanan jumlah kewajiban disertai dengan kelonggaran waktu pelunasan, perubahan syarat perjanjian dan sebagainya.15
h. Cara penyelesaian pembiayaan bermasalah atau kredit macat
Penyelesaian pembiayaan macat, atau kategori golongan V, adalah upaya dan tindakan untuk menarik kembali pembiayaan debitur dengan kategori macet, terutama yang sudah jatuh tempo atau sudah memenuhi syarat pelunasan.
Pembiayaan macet atau golongan (V) merupakan salah satu pembiayaan bermasalah yang perlu diadakan penyelesaian apabila upaya restrukturisasi tidak dapat dilakukan atau restrukturisasi tidak berhasil dan pembiayaan bermasalah menjadi atau tetap berada dalam golongan macet, dalam rangka penyelesaian pembiayaan macet terebut, bank melakukan tindakan-tindakan hukum yang bersifat represif/kuratif.16
Seperti sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa pemberian suatu fasilitas kredit mengandung suatu resiko kemacetan. Akibatnya kredit tidak dapat ditagih sehigga menimbulkan kerugian yang harus ditanggung oleh bank. Dalam praktiknya kemacetan suatu kredit disebabkan oleh dua unsur sebagai berikut.
15
Faturrahman Djamil, Op.Cit, h. 82-85 16
1) Dari pihak perbankan
Artinya dalam melakukan analisisnya, pihak analis kurang teliti, sehingga apa yang seharusnya terjadi, tidak diprediksi sebelumnya atau mungkin salah dalam melakukan perhitungan. 2) Dari pihak lain
Dari pihak nasabah kamecetan kredit dapat dilakukan akibat dua hal yaitu :
a) Ada unsur kesengajaan. Dalam hal ini nasabah sengaja untuk tidak bermaksud membayar kewajibannya kepada bank sehingga kredit yang diberikan macet.
b) Adanya unsur tidak kesengajaan. Artinya si debitur mau membayar, akan tetapi tidak mampu.17
Secara garis besar, usaha penyelesaian pembiayaan bermasalah dapat dibedakan berdasarkan kondisi hubungannya dengan nasabah debitur, yaitu sebagai berikut.
a) Penyelesaian pembiayaan di mana pihak debitur masih kooperatif, sehingga usaha penyelesaian dilakukan secara kerjasama antara debitur dan bank, yang dalam hal ini di sebut sebagai “penyelesaian secara damai” atau “penyelsaian secara persuatif’
b) Penyelesaian pembiayaan dimana pihak debitur tidak koperatif lagi, sehingga usaha penyelesaian dilakukan secara pemaksaan dengan melandaskan pada hak-hak yang dimiliki oleh bank.
17
Dalam hal ini penyelesaian tersebut disebut “penyelesaian secara paksa’’
Dengan dasar dan prinsip-prinsip tersebut, proses penyelesaian pembiayaan macet dapat di tempuh oleh bank adalah beberapa tindakan-tindakan sebagai berikut :
a) Penyelesaian oleh bank
b) Penyelesaian melalui debt collector c) Penyelesaian melalui kantor lelang
d) Penyelesaian melalui badan peradilan (Al-qadha) e) Penyelesaian melalui badan arbitrase (Tabkim)
f) Penyelesaian melalui direktorat jenderal piutang dan lelang negara (DJPLN)
g) Penyelesaian melalui kejaksaan bagi bank-bank BUMN18
18