• Tidak ada hasil yang ditemukan

karena informasi yang ada menjadi tidak relevan dan tidak sesuai dengan keadaan pasar yang sesungguhnya. Laporan keuangan yang disusun berdasarkan bia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "karena informasi yang ada menjadi tidak relevan dan tidak sesuai dengan keadaan pasar yang sesungguhnya. Laporan keuangan yang disusun berdasarkan bia"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

TRANSLATION THE FINANCIAL STATEMENTS ARE BASED ON HISTORICAL COST ACCOUNTING (HCA) INTO GENERAL PRICE LEVEL ACCOUNTING

(GPLA) (CASE STUDY PT HM SAMPOERNA Tbk PERIOD 2009) Dwi Suhartanto

Dharma Tintri E.

Accounting Major, Economic Faculty, Gunadarma University. 2010 Margonda Raya Street 100, Depok – 16424

Abstract

In every year, Indonesia has some problems related to inflation.The general accounting accepting principles is historical method, this concept does not recognize inflation as influencing change during transaction period due to Stable Monetery Unit. These facts reveal into relevance of corporate financial statements. To find the resistence of the company in facing crisis and competition conditions which are difficult to predict, further more the additional report from the general price level accounting (GPLA) is required. This concept assessment the actual value of rupiah of the products or services exchanged known as purchasing power. The purpose of this research is to analyze the fairness of financial statements based on GPLA method. Description content and table analysis is applied by theoritical comparison. The conclusion of this paper indicates that the financial statement of PT HM Sampoerna has presented fairly by GPLA method.

keywords:historical Cost accounting, general price level accounting, purchasing power (inflation), financial statement.

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Indonesia adalah salah satu negara berkembang, masalah umum yang sering dihadapi oleh Negara berkembang adalah tingginya tingkat inflasi. Sejak krisis moneter tahun 1998, harga-harga di pasaran cenderung naik. Tercatat tahun 2005 dan 2008 merupakan tingkat inflasi terbesar dalam periode 2005-2009, dengan tingkat inflasi sebesar 17,11 persen dan 11,06 persen (Badan Pusat Statistik).

Dasar untuk penyusunan Laporan Keuangan perusahaan selama ini adalah akuntansi konvensional yang perhitungannya menggunakan akuntansi biaya historis (historical cost accounting metode). Salah satu prinsip dasar dari akuntansi konvensional adalah yang menyatakan bahwa kesatuan moneter itu dianggap stabil (stable monetary unit), yang artinya perubahan yang terjadi pada nilai dari satuan moneter tidak ada atau jika ada tidak material. Akan tetapi, muncul kritik pedas terhadap Stable Monetary Unit dari pihak tertentu terhadap relevansi laporan keuangan pada masa inflasi karena inflasi yang terjadi disuatu Negara akan membawa dampak terhadap laporan keuangan yang disajikan

(2)

karena informasi yang ada menjadi tidak relevan dan tidak sesuai dengan keadaan pasar yang sesungguhnya.

Laporan keuangan yang disusun berdasarkan biaya historis bisa dipastikan hasilnya tidak akurat lagi. Oleh karena itu muncul ide menggunakan model akuntansi bukan historis (nonconventional) lainnya seperti current value accounting, replacement value accounting, net realizable value accounting yang berbeda dari akuntansi biaya histories.Dalam akuntansi inflasi dapat digunakan dua alternatif pengukuran, yaitu bisa dengan metode akuntansi saat ini atau dengan metoda tingkat harga umum. Metoda akuntansi nilai saat ini mencerminkan perubahan-perubahan yang terjadi pada tingkat harga khusus; tingkat harga umum mencerminkan perubahan-perubahan yang terjadi pada tingkat harga umum. metoda tingkat harga umum dinyatakan pada postulat satuan moneter yang stabil. Metoda ini menyesuaikan laporan keuangan di masa inflasi dengan penyajian kembali laporan keuangan biaya historis yang dibuat sesuai dengan tingkat daya beli umum.

PT HM Sampoerna merupakan perusahaan anak bangsa yang bertaraf internasional yang mana perusahaan ini memiliki komitmen yang mulia, untuk tetap mengembangkan potensi masyarakat indonesia melalui program PPK Sampoerna, membentuk tim bantuan bencana alam yang bernama SAR, menyerap banyak tenaga kerja lokal dan juga memberikan kontribusi dalam mengembangkan perekonomian Indonesia.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dalam penulisan skripsi ini penulis mengambil judul “TRANSLASI LAPORAN KEUANGAN HISTORICAL COST ACCOUNTING (HCA) MENJADI GENERAL PRICE LEVEL ACCOUNTING (GPLA) (STUDI KASUS PT HANJAYA MANDALA SAMPOERNA Tbk PERIODE 2009)”.

2. Rumusan Masalah

Bagaiamana Kewajaran laporan keuangan PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk periode 31 Desember 2009 setelah disesuaikan dengan menggunakan metode General price-level-accounting (GPLA).

3. Batasan Masalah

Pada penulisan ini penulis membatasi masalah analisis yaitu hanya menganalisis pengaruh akuntansi inflasi metode tingkat harga umum pada laporan keuangan PT HM.Sampoerna Tbk yaitu Laporan Keuangan Neraca dan Laba Rugi periode Desember 2009.

4.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah Untuk menganalisa kewajaran penyajian laporan keuangan PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk periode 31 Desember 2009 berdasarkan metode General price-level-accounting(GPLA).

5.Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu

1. Manfaat akademis, yaitu: sebagai refrensi bagi pihak-pihak yang ingin melakukan penelitian sejenis ataupun memperdalam penelitian ini

(3)

Laporan Keuangan Historical cost accounting General price accounting (GPLA)

2. Manfaat Praktis,yaitu untuk sebagai bahan pertimbangan perusahaan dalam penyusunan laporan keuangan non

6.Kerangka Pemikiran

Penelitian yang dilakukan oleh Kery Soetjipto (2000) dan Iven Susanto dan Ivonne Moniaga F.P (2002) memberikan kesimpulan bahwa adanya perbedaan antara nilai histors (historical cost accounting) dengan nilai berdasarkan tingkat harga umum. Namun, dari keduanya juga didapatkan adanya perbedaan dalam hal perlu tidaknya dilakukan penyesuaian laporan keuangan berdasarkan tingkat harga umum. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

LANDASAN TEORI

1.Pengertian Akuntansi Inflasi

Akuntansi inflasi merupakan suatu proses akuntansi untuk menghasilkan informasi yang telah memperhitungkan tingkat perubahaan harga, sehingga informasi yang dihasilkan menunjukkan ukuran satuan mata uang dengan tingkat harga yang berlaku. Ada beberapa pendekatan untuk menyajikan informasi tersebut antara lain pendekatan harga umum (general price level

Historical cost accounting General price level accounting (GPLA) Ada perbedaan

2. Manfaat Praktis,yaitu untuk sebagai bahan pertimbangan perusahaan dalam penyusunan laporan keuangan non-konvensional.

Penelitian yang dilakukan oleh Kery Soetjipto (2000) dan Iven Susanto dan Ivonne Moniaga F.P (2002) memberikan kesimpulan bahwa adanya perbedaan antara nilai histors (historical cost accounting) dengan nilai berdasarkan tingkat harga umum. Namun, dari keduanya juga didapatkan adanya perbedaan dalam hal perlu tidaknya ian laporan keuangan berdasarkan tingkat harga umum. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Dilakuk an Penyesu aian Tidak dilakukan penyesuaiaan Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran

Pengertian Akuntansi Inflasi

Akuntansi inflasi merupakan suatu proses akuntansi untuk menghasilkan informasi yang telah memperhitungkan tingkat perubahaan harga, sehingga informasi yang dihasilkan menunjukkan ukuran satuan mata uang dengan tingkat harga yang berlaku. Ada beberapa pendekatan untuk menyajikan informasi tersebut antara lain pendekatan

neral price level), pendekatan biaya berlaku (current cost

2. Manfaat Praktis,yaitu untuk sebagai bahan pertimbangan perusahaan dalam

Penelitian yang dilakukan oleh Kery Soetjipto (2000) dan Iven Susanto dan Ivonne Moniaga F.P (2002) memberikan kesimpulan bahwa adanya perbedaan antara nilai histors (historical cost accounting) dengan nilai berdasarkan tingkat harga umum. Namun, dari keduanya juga didapatkan adanya perbedaan dalam hal perlu tidaknya ian laporan keuangan berdasarkan tingkat harga umum. Untuk lebih

Dilakuk Penyesu aian Tidak dilakukan penyesuaiaan

Akuntansi inflasi merupakan suatu proses akuntansi untuk menghasilkan informasi yang telah memperhitungkan tingkat perubahaan harga, sehingga informasi yang dihasilkan menunjukkan ukuran satuan mata uang dengan tingkat harga yang berlaku. Ada beberapa pendekatan untuk menyajikan informasi tersebut antara lain pendekatan

(4)

gabungan kedua pendekatan tersebut. General Price Level accounting atau dikenal sebagai akuntansi tingkat harga umum menyatakan bahwa nilai sesungguhnya dari Rupiah ditentukan oleh barang atau jasa yang diperoleh, yang biasa disebut daya beli.

(5)

2. Pelaporan keuangan dan perubahan harga

Ada 2 persoalan yang dihadapi oleh akuntansi yang mendasarkan pada historical costpada saat terjadi inflasi, yaitu:

1. Persoalan Penilaian (Valuation problem)

perubahan persepsi orang terhadap manfaat barang tertentu akan berubah, sehingga akan mempengaruhi nilai barang tersebut.

2. Persoalan Unit Pengukur (Measurement unit problem)

Karena adanya inflasi, daya beli uang berubah sehingga unit moneter sebagai pengukur nilai tidak bersifat homogen lagi jika dikaitkan dengan waktu.

3. Pendekatan Akuntansi Inflasi

Dalam penulisan skripsi ini penulis mengambil pendekatan Akuntansi Inflasi Konsep Akuntansi Nilai Uang Konstan dengan menggunakan Metode Tingkat Harga Umum (General Price Level Accounting ).

4. Konsep Akuntansi Tingkat Harga Umum

Dalam penyusunan berdasarkan tingkat harga umum perlu diperhatikan pos-pos yang akan terpengaruh dengan adanya penurunan daya beli rupiah, yaitu Monetery Asset, seperti kas ditangan, surat-surat berharga, piutang dan lain-lain yang sifatnya sebagai dormant account akan mengalami penurunan daya beli secara berarti karena rekening-rekening tersebut tidak dapat lagi dinilai (di-apprisial). Non monetery assets

secara riil tidak mengalami penurunan daya beli, tetapi dari sudut akuntansi merupakan pos yang terkena pengaruh penurunan harga beli. Assets dalam bentuk valuta asing tidak dipengaruhi oleh penurunan daya beli rupiah karena dapat dinilai dengan kurs yang terakhir

5. Perbedaan pos-pos moneter dan non-meneter

Kemampuan untuk membedakan pos-pos moneter dan non-moneter adalah merupakan suatu hal yang penting. Monetery Items adalah aktiva atau kewajiban yang dinilai atau disajikan dalam unit uang yang tetap misalnya kas,piutang,utang atau kewajiban lainnya yang jumlah nilai uangnya tetap.Non Monetery Items nilai di mana jumlah uangnya tidak ditetapkan menurut kontrak perjanjian. Misalnya Aktiva Tetap, bangunan, peralatan dan persediaan.

6. Pilihan Indeks Tingkat Harga

Akuntansi Nilai Dolar Konstan dari Draf Eksposur FSAB menetapkan Indeks Harga Konsumen untuk seluruh Konsumen Kota (Consumer Price Index for All Urban Consumers- CPI-U), bukannya Deflator Harga Implisit PNB, sebagai indeks tingkat daya beli umum. Penetapan ini memiliki dua alasan. Pertama, CPI-U memiliki dua keunggulan praktis, dihitung lebih sering (bulanan daripada triwulan), dan tidak direvisi setelah penerbitan awalnya, dan tingkat perubahan dalam CPI-U dan deflator Harga Implisit PNB cenderung mirip dan, oleh karenanya, penggunaan CPI-U juga cenderung menghasilkan hasil yang sebanding.

(6)

METODE PENELITIAN 1. Objek Penelitian

Objek penelitian dalam penulisan ini adalah akuntansi inflasi dengan menggunakan metode General Price Level Accounting (GPLA) dikenal sebagai Akuntansi tingkat harga umum.

2. Data

Laporan keuangan perusahaan periode 31 Desember 2009.Laporan keuangan yang akan digunakan antara lain Neraca ( Balance Sheet), Laporan Laba Rugi dan Catatan atas laporan keuangan.

3. Metode Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data-data yang dipelukan, penulis menggunakan dua metode pengumpulan data, yaitu.

1. Penelitian Kepustakaan

Penelitian dilakukan untuk mencari data sekunder atau informasi-informasi dengan mempelajari buku-buku dan artikel-artikel lain baik dari koran maupun internet yang berhubungan dengan masalah-masalah dibahas.

2. Penelitian Lapangan (Field Research)

Dalam hal ini studi lapangan yang dilakukan antara lain: a. Pengamatan ( Observation)

yaitu dengan cara mendatangi langsung perusahaan yang menjadi objek penelitian. b. Wawancara ( Interview )

yaitu dengan cara berdiskusi dan melakukan tanya jawab secara langsung dengan orang yang kompeten di bidangnya.khususnya yang menjadi objek penelitian. 4.Metode Analisis

Metode Analisis yang digunakan, yaitu Analisis tabel yang merupakan penyajian pos pos moneter sebelum dan sesudah konversi dengan menggunakan metode tingkat harga umum (General price-level-accounting). Selain analisis tabel, penelitian ini juga menggunakan analisis komparasi dimana membandingkan Kolom laporan keuangan berisikan pos-pos dalam laporan keuangan yang dalam hal ini adalah pos-pos dalam Neraca dan Laporan laba rugi sebelum penyesuaian berisikan nilai dari masing-masing pos laporan keuangan sebelum dilakukan konversi dengan indeks tingkat harga umum.

PEMBAHASAN

1. Kebijakan Akuntansi PT HM Sampoerna Tbk

Dasar Penyusunan Laporan Keuangan Konsolidasi didasarkan pada konsep biaya perolehan, kecuali untuk instrumen derivatif yang dinyatakan sebesar nilai Wajar. Laporan keuangan konsolidasi disusun dengan menggunakan basis akrual, kecuali untuk laporan arus kas konsolidasi. Laporan keuangan konsolidasi disusun menggunakan asumsi kelangsungan usaha. Asumsi ini digunakan berdasarkan pengetahuan manajemen atas fakta-fakta dan keadaan sekarang.

(7)

Berdasarkan Peraturan No VIII G7 tahun 2000 tentang pedoman penyajian laporan keuangan dimana didalam peraturan khusus menjelaskan tentang materialitas. Materialitas adalah istilah yang digunakan untuk mengemukakan sesuatu yang dianggap wajar untuk diketahui oleh pengguna laporan keuangan dan Bapepam. Kecuali ditentukan secara khusus, pengertian material adalah 5% dari jumlah seluruh aktiva untuk akun-akun aktiva, 5% dari jumlah seluruh kewajiban untuk akun-akun kewajiban, 5% dari jumlah seluruh ekuitas untuk akun-akun ekuitas, 10% dari pendapatan untuk akun-akun laba rugi dan 10% dari laba sebelum pajak untuk pengaruh suatu peristiwa atau transaksi seperti perubahan estimasi akuntansi.

2. Penyajian Laporan Keuangan Atas Dasar Nilai Mata Uang Akhir Tahun 2009, dengan menggunakan Metode Tingkat Harga Umum

a. Neraca

Terdapat perbedaan antara perhitungan jumlah aktiva dan jumlah kewajiban dan ekuitas (pasiva)sesudah konversi, yang awalnya sebelum konversi jumlah aktiva dengan kewajiban dan ekuitas seimbang sebesar Rp 17.716.447,- (dalam jutaan rupiah) menjadi tidak seimbang setela dilakukan konversi yaitu sebesar Rp 17.920.777,-(dalam jutaan rupiah) untuk total aktiva dan Rp 17.748.565,- (dalam jutaan rupiah) untuk jumlah kewajiban dan ekuitas.

Perbedaan atau ketidakseimbangan antara jumlah aktiva dan kewajiban setela dikonversi, menunjukan bahwa dengan adanya pengaruh inflasi yang ditandai dengan indeks harga konsumen yang lebih tinggi dari tahun sebelumnya, Sangay berpengaruh terhadap nilai pos-pos moneter dan dan juga pos-pos non-moneter yang terdapat didalam laporan keuangan neraca.

b. Laba Rugi

Terdapat perbedaan antara besarnya laba sebelum dilakuakan konversi yaitu Rp

7.213.466,- (dalam jutaan rupiah) sebelum konversi menjadi sebesar Rp 7.338.109,-(dalam jutaan rupiah) setelah dilakukan konversi. terdapat perbedaan, merupakan kerugian atas kepemilikan asset moneter yang disebabkan oleh harga-harga yang cenderung naik yang tidak lain disebabkan oleh terjadinya inflasi, nampak dari tingkat indeks harga konsumen yang lebih tinggi dari indeks harga konsumen sebelumnya. Rugi tersebut bukan disebabkan karena adanya biaya yang dikeluarkan lebih besar dari pada pendapatan yang diperoleh perusahaan, melainkan rugi atas kepemilikan asset moneter yang sebesar Rp 124.643 (dalam jutaan rupiah), merupakan pergeseran moneter yang disebabkan oleh pengaruh inflasi terhadap kepemilikan asset moneter yang dimiliki perusahaan.

(8)

KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan

Neraca

Jumlah aktiva dan jumlah kewajiban dan ekuitas (passiva) sebelum konversi jumlahnya seimbang sebesar Rp 17.716.447,- (dalam jutaan rupiah) menjadi tidak seimbang sesudah konversi yaitu sebesar 17.920.777,- (dalam jutaan rupiah) untuk jumlah aktiva dan Rp 17.748.565,- (dalam jutaan rupiah) untuk jumlah kewajiban dan ekuitas. Hal ini menunjukan bahwa ada perbedaan setelah dan sebelum dilakukan konversi antara total pos aktiva, hutang dan modal. Menurut Peraturan No VIII G7 tahun 2000 tentang peraturan penyajian laporan keuangan, tingkat materialitas yang ditetapkan sebesar 5%. Sedangkan selisih untuk aktiva sebelum dan setelah konversi sebesar Rp 204.330,- (dalam jutaan rupiah) atau sebesar 2% dan untuk kewajiban dan ekuitas sebelum dan setelah dikonversi terdapat selisih sebesar Rp 49.419,- (dalam jutaan rupiah) atau sebesar 2% , Selisih terhadap aktiva dan passiva (kewajiban dan modal) setelah konversi sebesar Rp 172.212,- (dalam jutaan rupiah) atau sebesar 1 %, sehingga perbedaan tersebut dikapitalisasi kedalam saldo laba yang dicadangkan untuk menjaga keseimbangan antara aktiva dan Passiva (Kewajiban dan modal) di dalam laporan keuangan neraca. Keseluruhan perbedaan tersebut bersifat tidak material karena laporan keuangan neraca yang sebelum dan setelah dikonversi ke dalam General Price Level Accounting (GPLA) tidak menunjukan perbedaan yang signifikan dan dibawah tingkat materialitas yang telah ditetapkan. Sehingga penyajian laporan keuangan neraca PT HM Sampoerna dianggap wajar berdasarkan metode GPLA.

Laba RugiTerdapat perbedaan antara besarnya laba sebelum dilakukan konversi yaitu Rp 5.087.339,-(dalam jutaan rupiah) sebelum dikonversi menjadi sebesar Rp 5.179.034,-(dalam jutaan rupiah) setelah dilakukan konversi. Perbedaan ini bersifat tidak material karena perbedaan laba sebelum dan sesudah dikonversi hanya sebesar 1,8 % dibawah dari 10 %, ini diakibatkan oleh adanya kerugian kepemilikan asset moneter yang ada pada perusahaan. Sehingga laporan keuangan laba rugi PT HM Sampoerna dinilai wajar berdasarkan metodeGeneral Price Level Accounting (GPLA).

2. Saran

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian ini, dapat diutarakan saran yaitu, Dilakukannya penelitian lebih lanjut dengan sampel penelitian dari industri yang berbeda (Industri jasa) atau perusahaan yang padat karya dengan rentang waktu yang lebih panjang.

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik.2009.”Monthly Indonesia’s Consumers Price Indices and Infltions”.

www.bps.go.id

Cahyono, Yuli Tri. 2003. “ Pengaruh Inflasi Terhadap Pelaporan Keuangan”, Jurnal Akuntansi & Keuangan, Vol.2 : 141-150

Harahap, Sofyan Safri.2007.Teori Akuntansi – Edisi tiga. Kuala Lumpur: PT Raja Grafindo Persada.

Leng, Pwee. 2002.”Analisis terhadap perlunya Penyesuaian Laporan Keuangan Historis”,

Jurnal Akuntansi & Keuangan, Vol.4, No.2 : 141 – 155.

Na’im, Ainun. 1988.Akuntansi Inflasi – Edisi Pertama . Yogyakarta: PT BPFE-Yogyakarta.

PT HM.Sampoerna..”Hubungan Investor-Laporan Keuangan 2005-2009”.

www.sampoerna.com

Rochaety, Eti., dan Ratih Tresnati. 2005.Kamus Istilah Ekonomi. Jakarta : Bumi Aksara Sari, Dian Indah.. 2008.Akuntansi Inflasi Dalam Menilai Relevansi Laporan Keuangan Perusahaan. Sumatera: Universitas Sumatera Utara.

Soetjipto, Kery. 2000 “Analisis Pengaruh Akuntansi Tingkat Harga Umum terhadap Neraca, Laporan Laba Rugi, Laba Ditahan, dan Rasio Keuangan”, Jurnal Akuntansi & Keuangan, Vol 1, Edisi Khusus Penelitian.

(10)

Referensi

Dokumen terkait