i
UPACARA TRADISIONAL BERSIH DESA
TÊTAKÊN
DI DESA MANTREN KECAMATAN KEBONAGUNG
KABUPATEN PACITAN
(Suatu Tinjauan Folklor)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Progam Studi Sastra Daerah Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sebelas Maret
Disusun oleh
AMIRUL HUNAFA
C0112003
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
ii
UPACARA TRADISIONAL BERSIH DESA
TÊTAKÊN
DI DESA MANTREN KECAMATAN KEBONAGUNG
KABUPATEN PACITAN
(Suatu Tinjauan Folklor)
Disusun oleh
AMIRUL HUNAFA
C0112003
Telah disetujui oleh pembimbing Pembimbing I
Siti Muslifah,S.S,M.Hum NIP. 197311032005012001
Pembimbing II
Dra. Sundari, M.Hum NIP. 195610031981032002
Mengetahui,
Kepala Progam Studi Sastra Daerah
iii
UPACARA TRADISIONAL BERSIH DESA
TÊTAKÊN
DI DESA MANTREN KECAMATAN KEBONAGUNG
KABUPATEN PACITAN
(Suatu Tinjauan Folklor)
Disusun oleh
AMIRUL HUNAFA C0112003
Telah disetujui oleh Tim Penguji Skripsi
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret Surakarta Pada Tanggal 24 Juli 2017
Jabatan Nama Tanda Tangan
Ketua Dr. Supana, M. Hum.
NIP 196405061989031001 ...
Sekretaris Drs. Aloysius Indratmo, M.Hum.
NIP 196302121988031002 ...
Penguji I Siti Muslifah, S.S, M,Hum
NIP 197311032005012001 ...
Penguji II Dra. Sundari, M.Hum
iv
PERNYATAAN
Nama : Amirul Hunafa
NIM : C0112003
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul Upacara tradisional Bersih Desa Têtakên Di Desa Mantren Kecamatan Kebonagung Kabupaten Pacitan (Suatu Tinjuan Folklor) adalah betul-betul karya sendiri, bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam skripsi ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari skripsi tersebut.
Surakarta, 24 Juli2017
Yang membuat pernyataan
v MOTTO
Selalu ada harapan bagi mereka yang sering berdo`a
Selalu ada jalan bagi mereka yang sering berusaha
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada :
1. Kedua orang tua tercinta Bapak Sukiran
dan Ibu Amini, sebagai tanda baktiku
kepada beliau.
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT
yang telah mencurahkan segala rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga
penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar. Skripsi yang
berjudul Upacara Tradisional Bersih Desa Têtakên di Desa Mantren
Kecamatan Kebonagung Kabupaten Pacitan. (Suatu Tinjauan Folklor)
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra di
Program Studi Sastra Daerah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Proses penyusunan skripsi ini tidak dapat terselesaikan jika tidak ada
bantuan dari berbagai pihak. Penulis pada kesempatan ini menyampaikan
ucapan terima kasih kepada :
1. Prof. Drs. Riyadi Santosa, M. Ed., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu
Budaya Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah berkenan
memberikan kesempatan untuk menyusun skripsi.
2. Dr. Supana, M.Hum., selaku Ketua Program Studi Sastra Daerah yang
telah membimbing penulis selama studi di Program Studi Sastra Daerah,
dengan penuh perhatian dan kebijaksanaan.
3. Drs. Sisyono Eko Widodo,M.Hum., selaku pembimbing akademik, terima
kasih karena telah banyak membantu penulis dalam bidang akademik.
4. Siti Muslifah, S.S, M.Hum., selaku pembimbing pertama yang telah
berkenan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi dengan penuh
viii
5. Dra. Sundari, M.Hum., selaku pembimbing kedua yang telah berkenan
membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi dengan penuh
perhatian dan kesabaran.
6. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Sastra Daerah yang telah berkenan
memberikan ilmunya kepada penulis.
7. Kepala dan staf perpustakaan pusat Universitas Sebelas Maret Surakarta
serta perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya yang telah banyak membantu
penulis memberikan kemudahan dalam pelayanan pada penyelesaian
skripsi.
8. Bapak tercintaSukiran dan Ibu tercinta Amini, dan keluarga Besar Alm.
Mbah Abu Zahro dan keluarga besar Mbah Soniyemyang telah memberi
dukungan, do`a, pengorbanan, kasih sayang, perhatian serta sebuah
kepercayaan sehingga penulis dapat menempuh kuliah hingga akhir.
9. Kekasihku tercinta Tita Thiana Fitriani yang dengan setia menemani setiap
saat dan memberikan dukungan motivasikepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi dari awal sampai akhir.
10.Bapak Ibu kost di Solo yang selalu mengawasi penulis di kost, dan
teman-teman kost yang selalu memberikan semangat. Terimakasih atas
kebaikannya.
11.Teman-teman Sastra Daerah angkatan 2012, yang selalu mendukung dan
memberikan motivasi kepada penulis. Terimakasih pula atas
persahabatannya.
12.Teman-teman KKN UNS 2016 Desa Mendak, Andan Wahid Ramadhan,
ix
Andita,Hentyn Drajat, Ikrar Setia Dewiyang selalu mendukung dan
memberikan motivasi kepada penulis. Terimakasih pula atas
persahabatannya.
13.Bapak Kadimanbeserta keluarga dan Bapak Sunaryo selaku juru kunci
gunung Limo beserta keluarga, dan masyarakat Dusun JuwonoDesa
Mantren Kecamatan Kebonagung Kabupaten Pacitan yang telah banyak
membantu penulis, dan memberikan data yang sangat berguna.
Semoga semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis
menjadikan pahala dan mendapat balasan dari Allah SWT.Penulis menyadari
masih banyak kekurangan dalam berbagai hal, maka penulis mengharap kritik
dan saran guna menyempurnakan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi
ini bermanfaat bagi diri penulis dan orang lain. Tereimakasih.
Surakarta, 10Juli 2017
x DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
DAFTAR SINGKATAN ... xiv
ABSTRAK ... xv
ABSTRACT ... xvi
SARI PATHI ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Batasan Masalah... 7
xi
1. Penelitian Terdahulu ... 7
2. Hakikat Folklor ... 13
3. Upacara Tradisional ... 17
4. Bersih Desa ... 18
5. Pengertian Cerita Rakyat... 19
6. Bentuk Cerita Rakyat ... 20
7. Ciri-ciri Cerita Rakyat ... 22
8. Fungsi Cerita Rakyat ... 24
9. Makna Simbolik ... 25
F. Sumber Data ... 27
1. Sumber Data ... 27
2. Data Penelitian ... 28
G. Metode dan Teknik ... 29
1. Lokasi Penelitian ... 29
2. Metode Penelitian... 30
3. Teknik Pengumpulan Data ... 30
4. Teknik Analisis Data ... 32
H. Sistematika Penulisan ... 36
BAB II PEMBAHASAN ... 37
A. Lokasi Penelitian Upacara Tradisional Bersih Desa Têtakên ... 37
B. Cerita Rakyat Kyai Tunggul Wulung ... 46
C. Asal Usul Upacara Tradisioal Bersih Desa Têtakên ... 49
xii
1.Pelaksanaan Upacara Tradisional Bersih Desa Têtakên ... 53
2. Makna Upacara Tradisional Bersih Desa Têtakên ... 59
3. Fungsi Upacara Tradisional Bersih Desa Têtakên ... 62
4. Pelaku Upacara Tradisional Bersih Desa Têtakên ... 66
E. Makna Simbolik... 68
1. Makna Simbolik Sesaji Pelaksanaan Upacara Tradisional Bersih Desa Têtakên ... 68
2. Tanggapan Masyarakat dalam Upacara Tradisional Bersih Desa Têtakên ... 71
BAB III PENUTUP... 74
A. Kesimpulan ... 74
B. Saran ... 76
DAFTAR PUSTAKA ... 77
xiii
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 1. Denah lokasi desa Mantren ... 38
2. Gambar 2. Pembukaan Upacara tradisional bersih desa tetaken oleh bapak Bupati Pacitan ... 54
3. Gambar 3.Sesajen dalam upacara tradisional bersih desa tetaken ... 68
4. Gambar 4. Tumpeng ... 69
5. Gambar 5 Foto Bersama Informan ... 103
6. Gambar 6 Foto Bersama Informan ... 103
7. Gambar 7 Foto Bersama Informan ... 104
8. Gambar 8 Foto Bersama Informan ... 104
9. Gambar 9Tempat Upacara Tradisional Bersih Desa Tetaken ... 105
10.Gambar 10 Selo Mantangkep ... 105
11.Gambar 11Iring – iringan Pembawa Pusaka ... 106
12.Gambar 12Iring – iringan Pembawa Sesaji ... 106
13.Gambar 13 Ayam Panggang ... 107
14.Gambar 14Pembawa Legen ... 107
15.Gambar 15Rombongan Petapa Turun Gunung ... 107
16.Gambar 16Rombongan Petapa Dibasuh dengan Air Kembang ... 108
17.Gambar 17Prosesi Pelepasan Ikat Kepaladan Geber Pethak ... 108
18.Gambar 18Tarian Langen Beksan di Iringi Musik Gamelan ... 108
19.Gambar 19 Makna Bersama setelah Upacara Selesai ... 109
20.Gambar 20Pusaka pada Upcara Tradisional Bersih desa Tetaken ... 109
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran 1. Sinopsis ... 70
2. Lampiran 2. Surat Perijinan Penelitian ... 72
3. Lampiran 3. Daftar Pertanyaan Wawancara ... 74
4. Lampiran 4. Daftar Informan ... 89
xv
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan
Hal : Halaman
No. : Nomor
PNS : Pegawai Negri Sipil
SD : Sekolah Dasar
SLTP : Sekolah Lanjut Tingkat Pertama
xvi ABSTRAK
Amirul Hunafa. C0112003. 2017.Upacara Tradisional Bersih Desa Têtakên Di Desa Mantren Kecamatan Kebonagung Kabupaten Pacitan (Suatu
Tinjauan Folkor). Skripsi: Prodi Sastra Daerah Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Tujuan penelitian ini adalah (1) Mendeskripsikan awal mula adanya upacara bersih desa têtakên di Desa Mantren Kecamatan Kebonagung Kabupaten Pacitan, (2) Mendeskripsikan bentuk upacara bersih desa têtakên di Desa Mantren Kecamatan Kebonagung Kabupaten Pacitan (3) Mendeskripsikan makna simbolik sesaji yang terdapat dalam pelaksanaan upacara tradisional bersih desa têtakên di Desa Mantren Kecamatan Kebonagung Kabupaten Pacitan.
Landasan teori yang digunakan adalah pengertian folklor, upacara tradisi, pengertian cerita rakyat, dan fungsi cerita rakyat. Manfaat penelitian berupa manfaat secara praktis dan secara teoritis. Manfaat praktis penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan dokumentasi tradisi ritualyang hidup dalam masyarakat Jawa, dan untuk kesempatan lain dapat digunakan sebagai bahan penelitian lebih lanjut. Manfaat teoritis penelitian ini diharapkan dapat menjadi dan menambah kapustakan bagi dunia sastra,terutama tradisi sastra lisan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif.Kajian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kajian folklor.Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang mengetahui upacara tradisional bersih desa têtakên di Desa Mantren Kecamatan Kebonagung Kabupaten Pacitan. Sampel dalam penelitian ini adalah masyarakatyang mengetahui tentang upacara tradisional bersih desa têtakên.
xvii
tradisional têtakênberawal dari datangnya Kyai Tunggul Wulung ke gunung Lima untuk bertapa dan di percayai sebagai orang pertama yang melakukan babad alas di gunung Lima, upacara tradisional bersih desa têtakên juga sebagai salah satu contoh upacara adat bersih desa yang ada di Pacitan yang dijadikan sebagai tempat pariwisata juga sebagai tempat adanya upacara adat jawa yang masih menjunjung tinggi adat dan istiadat. Upacara tradisional bersih desa têtakên berawal pada saat sang juru kunci turun gunung Lima bersama para cantriknya sekaligus murid – muridnya yang baru selesai melakukan petapaan di gunung Lima. Makna simbolik dalam upacara tradisional bersih desa tetaken memiliki arti dan makna tersendiri dari ayam panggang, jenang tulak, legen, gentong, umbul – umbul, geber pethak.
xviii ABSTRACT
Amirul Hunafa. C0112003. 2017. Bersih DesaTêtakên Traditional Ceremony in Mantren Village of Kebonagung Sub District of Pacitan Regency (A
Folklore Study). Thesis: Local Letters Study Program of Cultural Science
Faculty of Surakarta Universitas Sebelas Maret
The objectives of research were: (1) to describe the origin of bersih desa têtakêntraditional ceremony inMantren Village of Kebonagung Sub District of Pacitan Regency, (2) to describe the form of bersih desa têtakêntraditional ceremony inMantren Village of Kebonagung Sub District of Pacitan Regency, and (3) to describe the symbolic meaning of sesaji (offering) existing in the implementation of bersih desa têtakêntraditional ceremony inMantren Village of Kebonagung Sub District of Pacitan Regency.
The theoretical foundation used included folklore definition, traditional ceremony, and folklore function. The research benefit included practical and theoretical ones. The practical benefit of research was that it could be used as the material of documenting the ritual tradition living within Javanese people and as the material of further research in other occasion. The theoretical benefit of research was that it was expected to be and to increase the literatures for letters realm, particularly oral letters tradition.
The method employed was a descriptive qualitative one. The study used in this research was folklore study. The population of research was the people knowing bersih desa têtakên traditional ceremony in Mantren Village of Kebonagung Sub District of Pacitan Regency. The sample of research was the people knowing bersih desa têtakên traditional ceremony.
Data source was divided into primary and secondary ones. The primary data source in this research consisted of the informants knowing the bersih desa têtakên traditional ceremony. Secondary data source included references and books relevant to the topic of research. Data was divided into primary and secondary ones. Primary data included the result of interview concerning bersih desa têtakên traditional ceremony in Mantren Village of Kebonagung Sub District of Pacitan Regency. Secondary data included information taken from books relevant to the topic of research.
Techniques of analyzing data used were data reduction, data display, and conclusion drawing. It was continued with analyzing the existence of bersih desa têtakên traditional ceremony in Mantren Village of Kebonagung Sub District of Pacitan Regency. Technique of collecting data through direct observation and interview.
xix
do the basic babad in mountain Lima, traditional ceremony net têtakên village as well as one example a ritual ceremony clean village in Pacitan is used as a place tourism as well as a place traditional ceremony of Java that still uphold the customs and customs. The traditional ceremony clean village têtakên begins when the caretaker down the mountain Lima with his cantriknya as well as his students who just finished doing petapaan in mount Lima. The symbolic meaning in the traditional ceremony of clean tetaken village has its own meaning and meaning of roasted chicken, jenang tulak, legen, barrel, umbul - umbul, geber pethak
xx SARI PATHI
Amirul Hunafa, C0112003. 2017. Upacara Tradisional Bersih Desa Têtakên Di Desa Mantren Kecamatan Kebonagung Kabupaten Pacitan (suatu Tinjauan Folklor). Skripsi: Prodi Sastra Daerah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Ingkang dados ancasipun panalitèn inggih mênika (1) Angandharakên asal usulipun upacara bersih desa têtakêning Desa Mantren Kecamatan Kebonagung Kabupaten Pacitan (2) Anggandharakên wujudipun upacara bersih desa têtakêningDesa Mantren Kecamatan Kebonagung Kabupaten Pacitan (3) Anggandarakên makna simbolik sesajen saklebeting upacara tradisional bersih desa têtakên ing Desa Mantren Kecamatan Kebonagung Kabupaten Pacitan.
Landhêsan teori ingkang dipunginakakên inggih punika pangêrtosan folklor, upacara tradisi, cariyos rakyat, saha fungsicariyos rakyat. Manfaat panalitèn punika sagêd dipunginakakên minangka dados ubarampé dokumentasi tradisi ritual ingkang taksih ngrêmbaka ing bêbrayan agung, saha kagem ubarampépanalitèn saklajengipun, bilih miturut ginanipunteoritis panalitèn punikasagêd dhadosakèn dên saha nambahi kapustakan kagêm jagad sastra ingkang awujud tradisi lisan.
Metode ingkang dipunginakakên wontên ing panalitèn punika inggih punika metode deskriptif kualitatif, kajian ingkang dipunginakakên wontên ing panalitèn punika kajianfolklor. Populasi wonten panalitèn inggih punika bêbrayan agung ingkang mangêrtosi upacara tradhisional bêrsih desa têtakêning Desa Mantren Kecamatan Kebonagung Kabupaten Pacitan. Tuladhawonten panalitèninggih punika bêbrayan agung ingkang mangêrtosi mangêrtosi upacara tradhisional bêrsih desa tetake.
Sumbêr data dipunbabar dados sumbêr data primer saha sumbêr data sekunder. Sumbêr data primer panalitèn punika informan ingkang mangêrtosi upacara tradhisional bêrsih desa têtakên. Sumbêr data sekunder wontên panalitèn punika referensi punapadéné buku ingkang wonten gayutipun kaliyan topik panalitèn. Data dipunbabar dados data primer saha data sekunder. Data primer wontên ing panalitèn arupi wawanrêmbag ingkang awujud upacara tradhisional bêrsih desa têtakêning Desa MantrenKecamatan KebonagungKabupaten Pacitan. Data sekunder panalitèn awujud katêrangan ingkang dipun pêndhêt saking buku ingkang wonten gayutipunkaliyan topik panalitèn.
xxi
Adhedasar panaliten saged dipunpendhêt bêbrayan agung ing Desa Mantren Kecamatan Kebonagung Kabupaten Pacitan menawi asal usul upacara tradisional tetaken wiwitanipun saking rawuhipun Kyai tunggul Wulung dhateng gunung Lima kanggê tapa lan dipercayai dados tiyang ingkang babad alas wonten ing gunung Lima. Upacara tradisional bêrsih desa tetaken wiwitipun wonten wektu sang juru kunci tindhak gunung Lima sesarengan kaliyan para cantrikipun ingkang dados muridipun, ingkang enggal dumugi tumindakaken tapa ing gunung Lima. Makna simbolik upacara tradisional bersih desa tetaken duweni arti lan makna piyambak-piyambak, saking ayam panggang, jenang tulak, legên, gentong, umbul – umbul, gêbêr pêthak.