• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Konfigurasi Posisi Kabel Submerged Floating Tunnel

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Studi Konfigurasi Posisi Kabel Submerged Floating Tunnel"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Abstrak - Submerged Floating Tunnel (SFT) atau Jembatan melayang dalam air adalah konsep baru dalam bidang konstruksi, konsep ini menggantikan pekerjaan pembuatan pilar dan pondasi dalam yang pada jembatan konvensional masih dibutuhkan. Sehingga diperlukan waktu yang lama dan material dalam jumlah yang besar. Gaya yang terjadi pada SFT sama dengan prinsip Archimides. Penampang SFT akan mendapat gaya uplift dari air yang lebih besar daripada berat sendiri Struktur. Oleh karena itu, pada SFT akan dipasang kabel baja untuk menahan struktur agar tetap kokoh. Sehingga struktur tidak mengalami pergoyangan berlebih akibat beban lingkungan. Berdasarkan hal tersebut diperlukan analisa lebih lanjut mengenai konfigurasi posisi kabel untuk menghasilkan struktur dengan kabel yang optimum. Kabel dimodelkan dengan berbagai konfigurasi yaitu dengan posisi sudut 540, 450, 360, 270, 180, 90 dan 00. Pemodelan dengan Finite Element Method (FEM) menggunakan SAP 2000 v.14.22 menghasilkan konfigurasi kabel A sebagai kabel efektif. Pada kondisi ini, gaya aksial, tegangan dan defleksi yang dihasilkan lebih kecil. Kondisi kabel A ini digabungkan dengan parameter efektif lain yaitu kondisi perletakan Sendi-Sendi dan BWR 1,3. Kondisi struktur gabungan tersebut mendapatkan gaya yang memiliki prilaku sama dengan pemodelan elemen cables menggunakan initial tension tertentu menggunakan tipe gelombang non linier. Kenaikan gaya pada kabel sejalan dengan pemberian initial tension dan menghasilkan perbedaan gaya yang tidak signifikan. Besarnya gaya kabel dengan penambahan initial tension yaitu 26,1 kN, 93,32 kN dan 100 kN secara berurutan adalah 4933,993 kN, 5213,178 kN dan 5222,239 kN. Sehingga berdasarkan defleksi dan tegangan yang terjadi pada kabel dan badan tunnel pemberian initial tension diambil sesuai sfesifkasi kabel sebesar 26,1 kN dengan keluaran gaya terkecil.

Kata Kunci— SFT, Cables, Permodelan Struktur, Konfigurasi Posisi Kabel

I. PENDAHULUAN

onstruksi infrastruktur di suatu daerah memiliki peranan yang penting dalam meningkatkan sumber daya, khususnya dalam konstruksi transportasi. Kepulauan Seribu adalah salah satu daerah di Jakarta yang tertinggal. Hal ini terjadi akibat minimnya intensitas transportasi yang terjadi karena fasilitas yang tidak mendukung.

SFT adalah tipe konstruksi yang modern yang berpotensi diaplikasikan untuk infrastruktur transportasi. Konsep dari SFT adalah meletakkan sebuah struktur berbentuk tubular pada kedalaman tertentu dibawah permukaan air dengan

menggunakan gaya apung Archimedes sebagai daya dukungnya[1].

SFT atau Jembatan Archimides adalah sebuah konsep yang inovatif untuk melewati perairan, seperti jalan penghubung di pelabuhan, penghubung teluk atau danau. SFT pada dasarnya terdiri dari terowongan yang mengapung didalam air, menggambil keuntungan dari gaya buoyancy pada kedalaman yang tepat dan tetap sebelum mencapai dasar laut dengan cara sistem angkur yang sesuai, mencangkup penggunaan kabel-kabel atau tiang-tiang[2].

A. Keuntungan konstruksi SFT

- Pemandangan (Konstruksi Tak Terlihat) - Konstruksi lebih pendek

- Alternatif lain dibandingkan menggunakan ferry - Aksesibilitas atau pengembangan bangunan bawah

tanah

- Fabrikasi dilakukan di tempat lain - Mudah dipindahkan ataupun dihancurkan B. Sistem Struktur

Sistem struktural SFT pada umumnya adalah menggunakan gaya apung pada badan penampang SFT untuk menahan beban vertikal baik berupa beban mati ataupun beban tambahan yang bekerja. Beban tambahan tersebut berupa beban lalu lintas, beban utilitas dan sebagainya. Dalam penelitian ini untuk mendapatkan konfigurasi posisi kabel yang efektif, SFT dianggap sebagai sistem morring karena pada sistem ini pengaruh kabel lebih besar dibandingkan pada sistem

pontoons selain itu sistem inilah yang akan di aplikasikan pada prototype di Indonesia[3].

Studi Konfigurasi Posisi Kabel

Submerged Floating Tunnel

Indra Komara, Endah Wahyuni, ST., M.Sc., Ph.D

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111

E-mail

:

[email protected]

K

(2)

C. Bentuk Penampang

Bagian lintasan dari SFT ditandai memiliki efek pada prilaku hidrodinamik dan respon dari beberapa beban yang terjadi. Bagaimanapun, lintasan akan di putuskan berdasarkan dari penggunaanya, banyaknya jalur dan alur dari mobil atau kendaraan, ruang untuk pedestrians, macam tipe dari servis utilitas dan lainnya. SFT bisa berbentuk lingkaran atau kotak atau semua bentuk geometrical sebagai kasus penelitian.

D. Bentuk Kabel

Studi konfigurasi posisi kabel SFT ini menggunakan konfigurasi kabel efektif, yaitu konfiigurasi segitiga[3]

berlandaskan pada penelitian Profesor Maeda, konfigurasi yang tepat digunakan pada SFT. Susunan kabel segitiga dicoba diberbagai sudut inklanasi kabel hingga menghasilkan nilai yang optimal dan kuat menahan badan tunnel akibat beban lingkungan dengan baik serta tidak membutuhkan biaya konstruksi yang besar.

II. URAIANPENELITIAN A. Persiapan

Pemodelan dengan menyesuaikan parameter yang ada pada prototype. Berikut pemodelan yang dilakukan:

Parameter perencanaan prototype SFT sesuai API RP 2A-WSD 2000, dengan tipe gelombang yang terjadi unbreaking wave. Tipe ini dikategorikan karena memiliki kedalaman laut lebih besar daripada 1,5 kali tinggi gelombang yang terjadi. Berikut tinggi dan perioda gelombang signifikan yang dimodelan:

Bathymetri didapat berdasarkan ketinggian laut berupa profil melintang laut. Dalam penentuan parameter perencanaan, hal tersebut sudah bisa dijadikan acuan untuk menentukan letak tunnel SFT berdasarkan kedalaman laut di lingkungan tersebut. Berikut merupakan profil melintang laut yang digunakan:

B. Perencanaan

Permodelan menggunakan penampang badan tunnel berbentuk lingkaran dengan material baja. Desain struktural tunnel dibuat sesuai dengan persyaratan rasio berat total tunnel dengan gaya apung yang bekerja. Prototype ini didesain untuk digunakan oleh kendaraan ringan biasa atau kendaraan penumpang karena SFT di Kepulauan Seribu dibangun untuk meninjau kelayakan pembangunan SFT di Indonesia, sehingga bisa dikaji lebih lanjut untuk peruntukan yang lebih komplek. 1) Perencanaan diameter dan profil memanjang

Perencanaan tebal diameter tunnel pada struktur disesuaikan dengan kondisi kendaraan yang direncanakan sebagai beban lalu lintas, yaitu 2.1 m dan tinggi bebas yang cukup, yaitu minimum 1.3 m. Ukuran kendaraan ringan yang digunakan sebagai acuan terdapat pada gambar dibawah ini: Gambar. 2. Penampang SFT yang sudah di teliti; (a) Tveit, (b) Mazzolani,

(c) Long

Gambar. 3. Bentuk Kabel yang telah diciptakan dan diuji (Maeda, 1994)

Tabel 1. Konfigurasi pemodelan konfigurasi posisi kabel No. Parameter Hs Ts BWR SIK Kekangan

Cm detik ND sudut ND 1 SIK 5.08 9.08 1.5 A S-S 5.08 9.08 1.5 B S-S 5.08 9.08 1.5 E S-S 5.08 9.08 1.5 D S-S 5.08 9.08 1.5 F S-S 5.08 9.08 1.5 G S-S Keterangan:

SIK = Sudut ingklinasi kabel ; Hs = Tinggi Gelombang ; Ts = Perioda gelombang

Tabel 2. Konfigurasi pemodelan konfigurasi posisi kabel

Tinggi gelombang maksimum (H) 5,08 m

periode gelombang maksimum (T) 9,08 s Sumber : IHL-BPPT,2011

Sumber : IHL-BPPT,2011

Gambar. 5. Bathymetri tempat prototype SFT direncanakan

Sumber :UU Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (pasal 12)

Gambar. 6. Dimensi kendaraan ringan

(3)

Perencanaan badan tunnel adalah 150 m dengan panjang bagian lurus 60 m dan tiap bagian miring 45 m serta Jarak kabel melintang 27 m.

2) Perencanaan Struktur sekunder - Tebal pelat lantai kendaraan 20 cm

- Gelagar memanjang jalan WF 350x175x7x11 - Gelagar melintang jalan WF 450x200x9x14 3) Perencanaan Struktur Primer

- Pengaku melingkar besar WF 250.175.7.11 - Pengaku melingkar kecil WF 150.75.5.7 - Pengaku memanjang WF 150.75.5.7

- Plat baja dengan tebal 2,5 cm

C. Pemodelan Struktur-Konfigurasi Posisi Kabel

Elemen shell pada SAP2000 tidak bisa menerima beban gelombang dinamis, untuk itu beban gelombang yang akan dimasukan secara manual (statis). Berikut data pembebanan yang dimasukan secara manual berdasarkan pengaruh kedalaman pada struktur.

SFT dimodelkan dengan kondisi perletakan sendi-sendi, variasi BWR 1,5 dan konfigurasi kabel yang dirubah-rubah. Tipe konfigurasi posisi kabel yang dimodelkan pada masing-masing ujung tunnel seperti pada Gambar 11. Konfigurasi posisi kabel efektif didasarkan pada nilai terkecil pada gaya aksial kabel tiap kondisi, defleksi tunnel dan tegangan pada dinding tunnel. Kombinasi beban yang dimodelakan adalah: 1. D+H+W 2. D+H+W+L dimana: D = Beban Mati H = Beban Hidrostatis W = Beban Gelombang (wave) L = Beban Hidup (Lalu lintas)

Setelah konfigurasi kabel efektif didapat, dimodelkan kembali permodelan struktur efektif dengan parameter kondisi perletakan Sendi-sendi[4] dan variasi BWR 1,3[5] yang

berdasarkan tinjauan efektif. Pemodelan efektif dilakukan untuk mendapatkan dukungan struktur dari ketiga parameter dengan baik. Pemodelan kabel menggunakan elemen frame dan elemen cables. Pemodelan dengan elemen cables diberikan besaran initial tension tertentu. Kondisi pemodelan tersebut dilakukan agar kondisi yang terjadi pada struktur mendekati dengan kondisi yang terjadi pada model uji. Berikut kondisi pemodelan struktur efektif yang dilakukan:

3,64

5 4,5

Gambar. 8. Dimensi Prototype SFT

Gambar. 9. Potongan rangka structural tunnel

Gambar. 10. Model SFT; (a) Tampak 3D, (b) Detail kabel, (c) Detail perletakan ujung tunnel

Gambar. 11. Contoh penomoran kabel C berdasarkan konfigurasi jumlah dan posisi; (a) Posisi 1 (sisi kanan), (b) Posisi 2 (tengah), (c) Posisi 3 (sisi kiri)

Tabel 3. Beban Akibat Arus dan Gelombang (statis) Group Posisi koordinat z (m) Jarak (m) Fw/c Group 1 ((0,0000)-(-2,0177)) 2,0177 18,878 kN/m2 Group 2 ((-2,0177)-(-3,5934)) 1,5757 22,308 kN/m2 Group 3 ((-3,5934)-(-5,0000)) 1,4066 22,462 kN/m2 Group 4 ((-5,0000)-(-5,4775)) 0,4775 60,513 kN/m2 Group 5 ((-5,4775)-(-6,0305)) 0,553 48,092 kN/m2 Group 6 ((-6,0305)-(-6,7275)) 0,697 36,226 kN/m2 Group 7 ((-6,7275)-(-7,5000)) 0,7725 30,777 kN/m2 Group 8 ((-7,5000)-(-8,2725)) 0,7725 29,488 kN/m2 Group 9 ((-8,2725)-(-8,9695)) 0,697 31,323 kN/m2 Group 10 ((-8,9695)-(-9,5225)) 0,553 37,766 kN/m2 Group 11 ((-9,5225)-(-10,000)) 0,4775 41,773 kN/m2

Tabel 4. Pemodelan struktur efektif dengan parameter elemen kabel yang dirubah

Model 1 Kabel dengan kondisi frame yangdi realease, wave linier Model 2 Cable dengan initial tension 26.1 kN, wave Linier

Model 3 Cable dengan initial tension 26.1 kN, wave Non Linier

Model 4 Cable dengan initial tension 90,32 kN, wave Non Linier

Model 5 Cable dengan initial tension 100 kN, wave Non Linier

(4)

Tipe kabel yang digunakan adalah strand “uncoated seven wire stress relived strand” 270 ASTM-A 416 sejumlah 58 strand.

III. HASILDANPEMBAHASAN A. Konfigurasi Posisi Kabel Efektif

Konfigurasi posisi kabel efektif ditinjau berdasarkan nilai keluarannya, yaitu defleksi tunnel, gaya aksial kabel, dan tegangan dinding tunnel.

1) Defleksi

Defleksi akibat kondisi maksimum yang terjadi dengan kombinasi pembebanan D+H+W+L.

Pengaruh dari beban kombinasi tersebut menyebabkan pergerakan yang mempengaruhi tunnel secara keseluruhan. Karena pergerakan struktur ditunjang oleh pergerakan kabel yang secara khusus mengikatnya. Dari gambar tersebut dapat diketahui pula deformasi pada masing-masing kondisi.

Sesuai grafik, didapat defleksi dengan nilai pada U1 yaitu berdasarkan kordinat sumbu x, U2 berdasarkan sumbu y dan U3 berdasarkan sumbu z. Defleksi terbesar disebabkan oleh U1 karena efek gelombang dan arus yang terjadi cukup besar untuk mempengaruhi struktur. Dari perbandingan tersebut didapat defleksi maksimal pada U1 sebesar 29,9 cm dengan konfigurasi posisi kabel G (sudut 00). Sehingga berdasarkan

defleksi struktur, konfigurasi efektif terdapat pada konfigurasi sudut inklinasi kabel dengan sudut 540 yaitu pada konfigurasi

A dengan nilai 5,39 cm.

2) Gaya Dan Tegangan Pada Struktur a. Gaya Aksial Kabel

b. Tegangan maksimum tunnel

Tegangan efektif terjadi pada konfigurasi posisi kabel A dengan memiliki nilai yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan konfigurasi lainnya. Hal tersebut ditinjau berdasarkan S11 (Sx), S22 (Sy) dan S12 (Sxy) yang menunjukan prilaku sama. Tegangan pada badan tunnel memiliki kenaikan apabila kondisi sudut inklinasi kabel dirubah, sehingga pemposisian sudut kabel pada kontruksi SFT sangat berpengaruh.

Berdasarkan Gambar 13, Tabel 5 dan Gambar 14 konfigurasi posisi kabel efektif terdapat pada kabel A dengan sudut 540 dengan keluaran gaya kabel, defleksi dan tegangan

badan tunnel terkecil. B. Struktur Efektif

Struktur efektif adalah gabungan dari berbagai tinjauan berdasarkan tiga parameter efektif yaitu konfigurasi posisi kabel, kondisi perletakan[4] dan variasi BWR[5]. Berikut

keluaran kondisi berbagai parameter: Gambar. 12. Defleksi akibat Kombinasi maksimum; (a) Sudut 540,

(a) Sudut 450, (b) Sudut 360, (c) Sudut 270, (d) Sudut 180, (h) Sudut 90, (g) Sudut 00

Gambar 13. Deformasi struktur akibat pengaruh kabel

Tabel 5. Gaya aksial kabel maksimum sesuai SIK

Max Luas Diameter s sijin KET

(N) Kabel (mm2) Kabel (mm) (N/mm2) (N/mm2) Kabel A-Sudut 540 42,92 3125601 8120 101.7 384.926 1496 OK Kabel B-Sudut 450 18.35 3336342 8120 101.7 410.880 1496 OK Kabel C-Sudut 360 32,07 3552082 8120 101.7 437.449 1496 OK Kabel D-Sudut 270 13,36 4118449 8120 101.7 507.198 1496 OK Kabel E-Sudut 180 24,34 5056835 8120 101.7 622.763 1496 OK Kabel F-Sudut 90 9,02 6932880 8120 101.7 853.803 1496 OK Kabel G-Sudut 00 5,0 9816964 8120 101.7 1208.986 1496 OK

Konfigurasi posisi kabel Jarak Kabel (m)

Gambar. 14. Tegangan maksimum tunnel sesuai parameter S11 (Sx), S12 (Sy) dan S22 (Sxy)

(5)

Berikut analisa pemodelan efektif yang dibuat, untuk melihat prilaku yang terjadi pada struktur dengan parameter elemen kabelnya.

Berdasarkan tabel-tabel diatas, didapatkan kondisi yang dianggap memiliki trend yang baik dengan mempertimbangkan parameter efektif. Kondisi elemen cable dengan diberikan initial tension memiliki kenaikan nilai yang tidak terlalu berbeda. Penambahan initial tension dilakukan dengan cara coba-coba untuk melihat parameter trend gaya pada kabel berlandaskan pada sfesifikasi kabel dan kondisi maksimum pada saat diberikan initial tension sesuai SAP 2000. Gaya Tabel 6. Kondisi konfigurasi posisi kabel A

KET A 1496 OK Dengan Perletakan S-S Dengan BWR 1,5 S11 366 OK S22 366 OK S12 220 OK -91.757 31.282 Tegangan Kabel Tegangan Tunnel

PARAMETER KABEL Tegangan (Mpa) Tegangan ijin (Mpa)

318.61 -42.299 Tabel 8. Kondisi BWR 1,3 KET C 1496 OK Dengan Perletakan S-S Dengan BWR 1,3 S11 366 OK S22 366 OK S12 220 OK Tegangan ijin (Mpa) Kabel 416.04 Tegangan Tunnel -52.177 -110.261 88.701

PARAMETER BWR Tegangan (Mpa)

Gambar. 15. SFT efektif dengan elemen frame beban gelombang linier

Gambar. 16. SFT efektif elemen cable, initial tension 26.1 kN (sesuai sfesifikasi kabel) & beban gelombang linier

Gambar. 17. SFT efektif elemen cable, initial tension maksimum & beban gelombang nonlinier

Gambar. 18. SFT efektif elemen cable, initial tension 26.1 kN (sesuai sfesifikasi kabel) & beban gelombang non linier

Tabel 9. Kondisi gaya aksial kabel dengan berbagai kemungkinan

Max Luas Diameter s sijin

(N) Kabel (mm2) Kabel (mm) (N/mm2) (N/mm2) 2686931 8120 101.7 330.903 1496 OK 35198 8120 101.7 4.335 1496 OK 4933993 8120 101.7 607.635 1496 OK 5213178 8120 101.7 642.017 1496 OK 5222239 8120 101.7 643.133 1496 OK 13748839 8120 101.7 1693.207 1496 Not OK

Model Struktur Efektif Model 1 Model 2 Model 3 Model 4 Model 5 Model 6 KET

Tabel 10. Defleksi maksimum struktur efektif

U1 U2 U3 Model 1 5.394 -0.000001 0.963 Model 2 153.415 0.000220 -1.153 Model 3 41.496 -0.142200 -12.222 Model 4 18.022 0.166000 -13.003 Model 5 17.584 0.163300 -13.077 Model 6 16.406 -0.000094 -39.391 Defleksi (cm) Model Struktur Efektif

Tabel 7. Kondisi perletakan Sendi-sendi

KET C 1496 OK Dengan Perletakan S-S Dengan BWR 1,5 S11 366 OK S22 366 OK S12 220 OK

PARAMETER PERLETAKAN Tegangan (Mpa) Tegangan ijin (Mpa)

Kabel 437.45

Tegangan Tunnel -54.578

-114.370 33.644

(6)

kabel hasil analisa numerik sesuai Tabel 9. Defleksi yang terjadi sebesar 41,496 cm dengan kondisi tegangan badan tunnel sesuai tabel dibawah.

Kondisi tegangan yang menunjukan prilaku sama dengan meninjau tegangan terkecil yaitu pada model 3 dengan tegangan S11 (Sx) sebesar 338,274 kN, S22 (Sy) sebesar 120,032 kN dan S12 (Sxy) sebesar 106,97 kN.

Berdasarkan parameter kabel, pemberian initial tension pada kabel serta penetuan tipe gelombang akan menunjukan pemodelan yang baik dengan keluaran gaya yang memiliki kenaikan tidak terlalu signifikan. Keluaran gaya tersebut menghasilkan prilaku serupa dengan kondsi cable yang diberikan initial tension 26,1 kN serta tipe gelombang non linier yaitu menghsilkan keluaran gaya terkecil sebesar 4933,993 kN. Sehingga, dengan pemberian initial tension yang menyesuaikan sfesifikasi kabel saja sudah memenuhi dengan meninjau trend yang terjadi dan tidak perlu diberikan initial tension tambahan.

IV. KESIMPULAN/RINGKASAN 1) Kesimpulan

Kesimpulan dari studi ini diambil berdasarkan konfigurasi posisi kabel dan berdasarkan dari pemodelan efektif struktur gabungan dari analisa konfigurasi posisi kabel, kondisi perletakan dan variasi BWR. Berikut kesimpulan yang didapat: a. Tegangan, gaya dan defleksi SFT akan semakin kecil apabila sudut inklinasi kabel semakin besar. Kondisi tersebut terdapat pada konfigurasi posisi kabel A dengan sudut 540.

b. Pemodelan struktur efektif yaitu konfigurasi posisi kabel dengan sudut 540, perletakan S-S dan BWR 1,3.

c. Pemodelan dengan elemen cable menggunakan initial 26,1 kN dan tipe gelombang non linier memberikan gaya

aksial terkecil sebesar 4933,993 kN dengan nilai tegangan sebesar 607,635 kN.

2) Saran

Saran dan gagasan yang dapat diambil dan dikembangkan berdasarkan studi ini adalah sebagai berikut:

a. Pemodelan dinamis pada SAP 2000 lebih dianjurkan untuk mengetahui perbedaan analisa arus dan gelombang. b. Parameter pemodelan yang dibuat dapat meninjau efek struktur terhadap kondisi perairan lain dengan kondisi gelombang dan arus yang berbeda.

c. Perlu dilakukan studi mengenai metode konstruksi disertai dengan analisa biaya, sehingga diketahui nilai ekonomi struktur.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Mazzolani, F.M., Faggiano, B., Esposto, M., Martire, G. 2009. “A new challenge for strait crossing: the emmersed cable supporting bridge.

NSCC2009.” hal 138 – 145.

[2] M. Di Pelato, F. Perotti, P. Fogazzi. 2007. “3D Dynamic Response of Submerged Floating Tunnels Under Seismic and Hydrodynamic Excitation”. Milan: Department of Structural Engineering, Politecnico di Milano.

[3] Sipata, Fandi. 2012. “Studi Konfigurasi Kabel Submerged Floating Tunnel.” Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

[4] Wahyudi, Agus. 2014. “Studi Permodelan Perletakan Ujung (Shore Connections) Pada Submerged Floating Tunnel (SFT).” Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

[5] Mardi, Agus. 2014. “Studi Variasi Buoyancy Weight Ratio (BWR) Pada Struktur Submerged Floating Tunnel (SFT).” Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

Tabel 11. Tegangan tunnel maksimum struktur efektif Model Elemen Tegangan Tegangan ijin Struktur Efektif Stresses (Mpa) (Mpa)

S11 (Sx) -53.896 366 OK S22 (Sy) 75.902 366 OK S12 (Sxy) -15.272 220 OK S11 (Sx) 778.194 366 TIDAK S22 (Sy) -323.716 366 OK S12 (Sxy) -3.259 220 OK S11 (Sx) 354.266 366 OK S22 (Sy) 242.621 366 OK S12 (Sxy) 165.098 220 OK S11 (Sx) 219.837 366 OK S22 (Sy) 142.548 366 OK S12 (Sxy) 93.591 220 OK S11 (Sx) 217.538 366 OK S22 (Sy) 140.796 366 OK S12 (Sxy) 92.387 220 OK S11 (Sx) 466.603 366 TIDAK S22 (Sy) 266.753 366 OK S12 (Sxy) -102.617 220 OK KET Model 1 Model 2 Model 3 Model 4 Model 5 Model 6

Gambar

Tabel 1. Konfigurasi pemodelan konfigurasi posisi kabel
Tabel 3. Beban Akibat Arus dan Gelombang (statis)  Group  Posisi koordinat z (m)  Jarak (m)  F w/c
Gambar 13 .  Deformasi struktur akibat pengaruh kabel
Tabel 6. Kondisi konfigurasi posisi kabel A
+2

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan kegiatan ini adalah untuk meyakinkan bahwa seleksi, pembinaan dan penyaluran dana telah dilakukan dengan baik dan telah memenuhi aspek program yang berprinsip

(iv) Lukis busur lingkaran berjari-jari ST dengan pusat titik N, sehingga memotong busur lingkaran dengan pusat L di titik O. Beri nama perpanjangannya titik M. Untuk melukis sudut

Pengalaman beberapa negara berkembang, antara lain India, RRC dan Filipina, telah menunjukan bahwa suatu sektor pertanian yang pertumbuhannya lamban dapat

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui seberapa baik respon siswa terhadap mata pelajaran matematika untuk materi pecahan senilai dengan bantuan

Implikasi Penelitian berdasarkan hasil regresi linier berganda dapat di ketahui hubungan antara umur, jam kerja, modal usaha, dan tenaga kerja terhadap pendapatan

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan jumlah agen pengikat-silang MBA terhadap kapasitas absorpsi dan rasio swelling dari

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui apakah reputasi underwriter, reputasi auditor, nilai penawaran saham, prosentase penawaran saham, dan earnings per share terhadap

Prosedur PTK menurut Kemmis dan Mc Taggart (1992), yaitu terdiri atas 4 kegiatan utama atau tahapan yaitu “Plan (perencanaan). Penelitian ini dilaksanakan di kelas 1 SDN