• Tidak ada hasil yang ditemukan

DETERMINAN MINAT BELI ULANG DI STARBUCKS FX SUDIRMAN JAKARTA REPURCHASE INTERESTS DETERMINANTS AT STARBUCKS FX SUDIRMAN JAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DETERMINAN MINAT BELI ULANG DI STARBUCKS FX SUDIRMAN JAKARTA REPURCHASE INTERESTS DETERMINANTS AT STARBUCKS FX SUDIRMAN JAKARTA"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

DETERMINAN MINAT BELI ULANG

DI STARBUCKS FX SUDIRMAN JAKARTA

Diah Ernawati

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Institut Keuangan Perbankan dan Informatika Asia Perbanas Jakarta, Indonesia

Email: diah.ernawati@perbanas.id

Abstrak:

Minat Beli Ulang konsumen merupakan faktor penting bagi perusahaan untuk meraih kesuksesan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Kualitas Produk, Citra Merek dan Persepsi Harga terhadap Minat Beli Ulang di Starbucks FX Sudirman. Jumlah sampel 75 responden diambil secara acak dari pengunjung Starbucks FX Sudirman dengan menggunakan teknik simple random sampling. Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda didapatkan persamaan regresi Y = 8,679 + 0,200X1 + 0,589X2 + 1,541X3 + e, di mana variabel Kualitas Produk, Citra Merek, dan Persepsi Harga memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Minat Beli Ulang.

Oleh karena itu, sebaiknya manajemen

Starbucks FX Sudirman

Jakarta dapat meningkatkan kualitas produk, citra merek, dan persepsi harga

sehingga kepuasan konsumen meningkat dan ingin melakukan pembelian ulang.

Kata kunci: Kualitas Produk, Citra Merek, Persepsi Harga, dan Minat Beli Ulang

REPURCHASE INTERESTS

DETERMINANTS AT

STARBUCKS FX SUDIRMAN JAKARTA

Abstract:

Consumer Repurchase Interests is an important factor for a company to achieve success. This research aims to determine and analyze the influence of Product Quality, Brand Image, and Price Perception on Repurchase Interests at Starbucks FX Sudirman. The sample consisted of 75 people, taken randomly with simple random sampling technique. The results of multiple linear regression analysis is Y = 8.679 + 0.200X1 + 0.589X2 + 1.541X3 + e, which the variables of Product Quality, Brand Image, and Price Perception have significant positive effects on Repurchase Interests. Therefore, management of Starbucks FX Sudirman Jakarta should be able to improve product quality, brand image, and price perception so that customer satisfaction increases and want to make repeat buying.

(2)

1. PENDAHULUAN

Dalam memenangkan suatu persaingan pasar, perusahaan perlu memperhatikan apa yang melandasi seorang konsumen dalam memilih suatu produk. Dalam hal ini adalah minat membeli dari seorang konsumen yang selalu timbul setelah adanya proses evaluasi alternatif di mana di dalam proses evaluasi seseorang akan membuat suatu rangkaian pilihan mengenai produk yang hendak dibeli atas dasar minat. Menurut Basu Swastha dan Irawan (2005: 349), faktor-faktor yang mempengaruhi minat beli berhubungan dengan perasaan dan emosi. Bila seseorang merasa senang dan puas dalam membeli barang atau jasa maka hal itu akan memperkuat minat membeli, sebaliknya rasa ketidakpuasan biasanya menghilangkan minat konsumen. Minat beli yang ada dalam diri konsumen merupakan fenomena yang sangat penting dalam kegiatan pemasaran, minat membeli merupakan suatu perilaku konsumen yang melandasi suatu keputusan pembelian yang hendak dilakukan.

Persaingan pasar dalam bidang bisnis coffee shop atau beverages semakin kompetitif. Hal ini terbukti dengan banyaknya coffee shop yang ada baik berasal dari luar negeri maupun dalam negeri. Membanjirnya coffee shop di pasaran mempengaruhi sikap seseorang terhadap pembelian dan pemakaian barang. Pembelian suatu produk bukan lagi untuk memenuhi kebutuhan (need), melainkan karena keinginan (want).

Starbucks merupakan perusahaan kedai kopi terbesar di dunia dengan 20.336 kedai di 61 negara. Pertama kali Starbucks membuka kedai kopi di luar Seattle adalah di kota Vancouver dan Chicago pada tahun 1987. Starbucks dikelola secara profesional dengan memfokuskan bisnis pada beverages, food, dan retail (penjualan biji kopi siap giling). Bila dilihat dari sisi harga, produk Starbucks Coffee dapat terbilang tidaklah murah bagi sebagian konsumen. Untuk dapat menikmati secangkir kopi, konsumen perlu mengeluarkan biaya yang cukup besar sekitar Rp 25.000,- sampai Rp 60.000,-. Hal tersebut menjadi menarik karena walaupun harga produk Starbucks tidaklah murah, namun jumlah pelanggan Starbucks cukup banyak seperti yang terlihat pada data jumlah pengunjung Starbucks Coffee FX Sudirman di tabel berikut.

Tabel 1.

Data Pengunjung Starbucks FX Sudirman periode Oktober 2018 - Februari 2019

Bulan

Oktober November Desember Januari Februari

Jumlah

(data berdasarkan ADT - Actual Daily Transaction)

26.590 26.660 27.920 26.815 27.280

Sumber : Hasil pengolahan data peneliti (2019)

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa rata-rata jumlah pengunjung per bulan bersifat fluktuatif dan cenderung meningkat. Hal tersebut didasari oleh beberapa hal seperti lokasi store yang lebih strategis dibanding dengan beberapa store Starbucks di wilayah Jakarta Pusat dan pelayanan barista yang memiliki reward Barista 5B. Barista yang memiliki reward Barista 5B tentunya mempengaruhi hasil penjualan yang diterima oleh perusahaan dibandingkan barista

(3)

yang tidak memiliki reward Barista 5B. Hal ini akan berdampak pada keuntungan yang diterima oleh perusahaan.

Kualitas produk adalah keseluruhan ciri dari suatu produk atau pelayanan yang berpengaruh pada kemampuan untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat (Kotler, 2005:49). Persepsi konsumen terhadap suatu produk yang sama belum tentu menghasilkan penilaian yang sama pula karena tidak semua konsumen memiliki pengetahuan lengkap mengenai kondisi produk tersebut, yang nantinya berdampak pada pola minat beli konsumen terhadap produk.

Konsumen akan memiliki gambaran persepsi yang positif pada merek itu sendiri. Apabila produk dianggap berkualitas di mata konsumen, maka produk itu akan selalu dicari. Konsumen memberikan penilaian pada suatu produk setelah konsumen mencoba untuk menggunakan suatu produk. Selanjutnya konsumen bisa menilai produk dari segi kualitas produk dan pelayanan dari perusahaan terkait.

Harga mempengaruhi tingkat penjualan dan tingkat keuntungan yang dicapai perusahaan. Konsumen menggunakan harga dalam memberi penilaian tentang kualitas produk (Garretson, 2002), sedangkan mengenai persepsi harga menjadi sebuah penilaian konsumen tentang perbandingan besarnya pengorbanan dengan apa yang didapatkan dari produk atas jasa (Zeithaml:1988). Seringkali orang berasumsi bahwa dengan harga yang jauh sedikit lebih mahal, kualitas yang didapatkan akan jauh lebih terjamin. Starbucks menetapkan harga relatif tinggi, hal itu mencerminkan kualitas produk yang diproduksi pula.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kualitas produk, citra merek, dan persepsi atas harga terhadap minat beli ulang pada Starbucks di FX Sudirman, serta untuk mengetahui pengaruh yang paling dominan dari ketiga variabel tersebut terhadap minat beli ulang pada Starbucks FX Sudirman.

2. KAJIAN LITERATUR

Produk adalah pemahaman dari produsen atas sesuatu yang dapat ditawarkan sebagai usaha dalam mendapatkan keuntungan perusahaan yang didapat dari kegiatan pemenuhan kebutuhan konsumen. Kualitas biasanya berhubungan dengan manfaat atau kegunaan serta fungsi dari suatu produk. Kualitas sebagai mutu dari atribut atau sifat-sifat sebagaimana dideskripsikan dari dalam produk dan jasa yang bersangkutan. Menurut Kotler (2008), kualitas didefinisikan sebagai keseluruhan ciri serta sifat barang dan jasa yang berpengaruh pada kemampuan memenuhi kebutuhan yang dinyatakan maupun yang tersirat. Jika pemasar memperhatikan kualitas, bahkan diperkuat dengan periklanan dan harga yang wajar maka konsumen tidak akan berpikir panjang untuk melakukan pembelian terhadap produk. Kualitas mempunyai peranan penting baik dipandang dari sudut konsumen yang bebas memililh tingkat mutu atau dari sudut produsen yang mulai memperhatikan pengendalian mutu guna mempertahankan dan memperluas jangkauan pemasaran. Menurut Irawan (2005) pelanggan akan merasa puas apabila hasil evaluasi mereka menunjukkan bahwa produk yang mereka gunakan berkualitas. Konsumen rasional selalu menuntut produk yang berkualitas pada setiap pengorbanan yang dilakukan untuk memperoleh

(4)

produk tersebut. Dalam hal ini kualitas produk yang baik akan memberikan nilai tambah di benak konsumen.

Persaingan perusahaan untuk memperebutkan konsumen tidak lagi terbatas pada atribut fungsional produk seperti kegunaan produk, melainkan sudah dikaitkan dengan merek yang mampu memberikan citra khusus bagi pemakainya. Seperti diketahui bahwa manfaat merek selain sebagai identitas suatu produk yang akan menjadi kekuatan produk tersebut, merek juga memiliki banyak manfaat positif bagi pelanggan maupun bagi perusahaan itu sendiri. Oleh karenanya merek merupakan aset dan peran terbesar dalam kesuksesan produk di pangsa pasar. Menurut Kotler dan Keller (2009), merek adalah produk atau jasa yang dimensinya mendiferensiasikan merek tersebut dengan beberapa cara dari produk atau jasa lainnya yang dirancang untuk memuaskan kebutuhan yang sama. Kotler (2000) menyebutkan bahwa para pembeli mungkin mempunyai tanggapan berbeda terhadap citra perusahaan atau merek. Pemahaman pelanggan terhadap suatu merek merupakan cerminan dari penilaian pelanggan atas merek produk-produk yang ditawarkan. Menurut Tjiptono (2014) citra merek adalah deskripsi asosiasi dan keyakinan konsumen terhadap merek tertentu. Citra merek (Brand Image) adalah pengamatan dan kepercayaan yang digenggam konsumen. Merek mengidentifikasikan sumber atau pembuat produk dan memungkinkan konsumen untuk menetapkan tanggung jawab pada pembuat atau distributor tertentu. Konsumen bisa mengevaluasi produk identik secara berbeda, tergantung pada bagaimana produk diberi merek. Mereka dapat menemukan merek mana yang memuaskan dan mana yang tidak.

Harga menjadi atribut produk atau jasa yang paling sering digunakan oleh sebagian besar pelanggan untuk mengevaluasi suatu produk. Dalam arti sempit harga adalah sejumlah uang yang dibayarkan atas barang dan jasa, sedangkan dalam arti luas, harga adalah jumlah semua nilai yang konsumen tukarkan dalam rangka mendapatkan manfaat (dari) memiliki atau menggunakan barang dan jasa (Kotler dan Armstrong, 2008:263). Menurut Engel (2004) harga adalah sejumlah uang (ditambah beberapa produk) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk dan pelayanannya. Dari sudut pandang produsen, harga merupakan satu-satunya unsur bauran pemasaran yang memberikan pemasukan atau pendapatan bagi perusahaan, sedangkan ketiga unsur lainnya (produk, distribusi, dan promosi) menyebabkan timbulnya biaya (pengeluaran). Dari sudut pandang pemasaran, harga merupakan satuan moneter atau ukuran lainnya (termasuk barang dan jasa lainnya) yang ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikan atau penggunaan suatu barang atau jasa. Dari sudut pandang konsumen, harga adalah sesuatu yang diberikan atau dikorbankan untuk memperoleh suatu produk. Harga merupakan suatu nilai yang harus dibayarkan untuk memperoleh suatu produk, sehingga nilai diartikan sama dengan harga.

Dikaitkan dengan minat beli, harga menjadi faktor yang diperhatikan oleh pembeli. Persepsi konsumen terhadap suatu nilai harga berbeda-beda sehingga sebuah perusahaan harus memproduksi produk ataupun jasa yang memberikan persepsi yang baik bagi konsumennya. Penilaian harga produk adalah mahal, sedang atau murah pada suatu produk tidak sama antara konsumen satu dengan yang lainnya. Hal tersebut dikarenakan sangat berhubungan dengan persepsi individu yang dilatarbelakangi oleh lingkungan dari individu tersebut. Peter dan Olson (2000) menyatakan bahwa persepsi harga berkaitan dengan bagaimana informasi harga dipahami

(5)

seluruhnya oleh konsumen dan memberikan makna yang dalam bagi mereka. Pada saat konsumen melakukan evaluasi dan penelitian terhadap harga dari suatu produk sangat dipengaruhi oleh perilaku dari konsumen itu sendiri.

Minat beli adalah sebuah perilaku konsumen di mana konsumen mempunyai keinginan untuk membeli atau memilih suatu produk berdasarkan pengalaman dalam memilih, menggunakan, dan mengkonsumsi atau bahkan menginginkan suatu produk (Kotler, 2007). Menurut Howard, 1994 (dalam Ashari, 2011) minat beli adalah sesuatu yang berhubungan dengan rencana konsumen untuk membeli produk tertentu serta berapa banyak unit produk atau jasa yang dibutuhkan pada periode tertentu. Menurut Cronin, 1992 (dalam Kuntjara, 2007) minat beli ulang pada dasarnya adalah perilaku pelanggan di mana pelanggan merespon positif terhadap kualitas pelayanan suatu perusahaan dan berniat melakukan kunjungan kembali atau mengkonsumsi kembali produk perusahaan tersebut. Sedangkan menurut Mowen dan Minor, 1998 (dalam Kusuma, 2009) pembelian ulang memiliki arti bahwa pelanggan membeli secara berulang terhadap produk atau jasa tertentu. Dari beberapa referensi di atas maka dapat disimpulkan minat beli ulang adalah keinginan yang timbul dalam diri pelanggan untuk membeli kembali produk atau jasa di masa yang akan datang setelah sebelumnya pernah mengkonsumsi produk atau jasa yang sama.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh para peneliti mengenai kajian kualitas produk, citra merek, dan persepsi atas harga terhadap minat beli ulang, antara lain adalah penelitian Sulistyari dan Yeostini (2012) yang mengemukakan bahwa Kualitas Produk, Citra Merek, dan Harga berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat beli produk Oriflame. Menurut Faradiba dan Astuti (2013), Kualitas Produk dan Harga berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat beli ulang konsumen pada Warung Makan “Bebek Gendut” Semarang. Ramadhan dan Suryono (2017) menyatakan variabel bebas/independen (Citra Merek) memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap minat beli ulang konsumen pada sepatu Nike Running Semarang.

Berdasarkan dari penelitian terdahulu dan kajian yang sudah dijelaskan, dan meningkatnya volume penjualan Starbucks setiap tahunnya menjadi bahan pertimbangan bagi peneliti untuk mengkaji dan melakukan penelitian dengan judul “Determinan Minat Beli Ulang di Starbucks FX Surdiman Jakarta”. Hubungan teoritis antara variabel-variabel yang berpengaruh terhadap Minat Beli Ulang pada Starbucks FX Surdiman yaitu Kualitas Produk, Citra Merek, dan Persepsi Atas Harga dapat dilihat dalam kerangka pemikiran berikut.

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Sumber: Data Peneliti (2019)

Kualitas Produk (X

1

)

Citra Merek (X2)

Persepsi Atas Harga (X3)

(6)

Berdasarkan perumusan masalah dan landasan teori, maka dapat dikemukakan hipotesis sebagai berikut.

H1: Diduga variabel kualitas produk berpengaruh positif terhadap minat beli ulang. H2: Diduga varibel citra merek mempunyai pengaruh positif terhadap minat beli ulang.

H3: Diduga variabel persepsi atas harga mempunyai pengaruh positif terhadap minat beli ulang.

3. METODE PENELITIAN

Pemilihan Sampel dan Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Pengambilan sampel dilakukan peneliti melalui penyebaran kuisioner kepada pelanggan Starbuck di FX Sudirman pada 13-15 Maret 2019 dengan teknik simple random sampling. Oleh karena jumlah populasi penelitian ini tidak diketahui secara pasti oleh peneliti, maka cara penetapan jumlah sampel dilakukan berdasarkan ketentuan Ferdinand (2014:173), yakni bahwa untuk penelitian multivariat, besarnya sampel dapat ditentukan sebanyak 25 kali variabel independen/bebas. Variabel bebas pada penelitian ini berjumlah 3, maka jumlah sampel sesuai rumus adalah sebagai berikut.

Berdasarkan perhitungan di atas, maka peneliti memutuskan jumlah sampel sebesar 75 responden, yang sudah memenuhi kriteria minimun menurut ketentuan Ferdinand (2014:173). Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan cara menyampaikan kuesioner sebagai instrumen penelitian, yaitu lembar isian yang di dalamnya berisi pertanyaan dan pernyataan yang selanjutnya data kualitatif dari hasil kuesioner tersebut diolah menjadi data kuantitatif dengan pengujian hipotesis. Dalam pengisian kuesioner, konsumen hanya diberi kesempatan untuk memilih satu dari lima alternatif jawaban sesuai dengan pilihan yang ada pada kuesioner yaitu dengan memberikan tanda silang (X) pada jawaban yang dianggap sesuai. Jawaban dari skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai dengan sangat negatif.

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berikut ini disampaikan hasil uji asumsi-asumsi klasik atau uji model regresi yang telah dilakukan, meliputi: Uji Normalitas, Uji Heterokedastisitas, Uji Multikolinearitas, dan Uji Regresi Linier Berganda.

Uji Normalitas

Uji normalitas menggunakan metode grafis normal P-Plot bertujuan untuk melihat apakah variabel dependen dan variabel independen mempunyai distribusi normal atau tidak. Apabila sebaran titik-titik pada grafik mendekati atau berada di sekitar garis diagonalnya maka dapat dikatakan bahwa model regresi yang digunakan adalah normal. Hasil uji normalitas data

N = 25 x Variabel Independen = 25 x 3

(7)

variabel kualitas produk, citra merek, persepsi atas harga, dan minat beli ulang dapat dilihat pada gambar normal P-Plot berikut ini.

Gambar 2. Uji Normalitas

Dalam hal ini peneliti juga melakukan uji normalitas dengan cara menggunakan signifikasi di bagian Kolmogrov-Smirnov di mana jika Sig. > 0,05 menunjukkan data berdistribusi normal dan sebaliknya jika Sig. < 0,05 menunjukkan data tidak berdistribusi normal dan penelitian belum dapat dilanjutkan. Hasil uji normalitas tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2. Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual N 75 Normal Parametersa,b Mean 0,0000000 Std. Deviation 9,78719733 Most Extreme Differences Absolute 0,112 Positive 0,093 Negative -0,112 Test Statistic 0,112

Asymp. Sig. (2-tailed) .020c

a. Test distribution is Normal.

Sumber : Hasil pengolahan data peneliti (2019) Sumber: Hasil pengolahan data peneliti (2019)

(8)

Berdasarkan tabel 2 di atas, nilai Asymp.Sig (2-tailed) menunjukkan nilai sebesar 0,20 yang berarti 0,20 > 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai residual terdistribusi dengan normal.

Uji Heteroskedastisitas

Pada penelitian ini, uji heterokedastisitas dilakukan dengan menggunakan grafik Scatterplot. Dalam mendeteksi ada tidaknya heterokedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu antara ZRESID dan ZPRED di dalam grafik tersebut. Model yang baik didapatkan jika tidak terdapat pola tertentu pada grafik, seperti mengumpul di tengah, menyempit kemudian melebar atau sebaliknya melebar kemudian menyempit. Hasil uji heterokedastisitas dengan menggunakan grafik Scatterplot dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 3. Hasil Uji Heteroskedastisitas Sumber : Hasil pengolahan data peneliti (2019)

Berdasarkan gambar 3 dapat dijelaskan bahwa titik-titik yang ada tidak membentuk suatu pola tertentu dan titik-titik yang ada menyebar ke atas dan ke bawah angka nol, sehingga dapat dikatakan bahwa penelitian model regresi ini tidak mengalami heteroskedastisitas.

Uji Multikolinearitas

Menurut Ghozali (2012) Uji Multikolinearitas memiliki tujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel independen, model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Uji ini dilakukan untuk membandingkan nilai toleransi (Tolerance Value) dan nilai Variance Inflation Factor (VIF) dengan nilai yang disyaratkan. Persyaratan nilai yang diasumsikan yaitu:

1. Jika nilai VIF < 10 dan nilai Tolerance > 0,1 maka tidak terjadi Multikolinearitas. 2. Jika nilai VIF > 10 dan nilai Tolerance < 0,1 maka terjadi Multikolinearitas.

(9)

Tabel 3. Hasil Uji Multikolinearitas Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 8,679 6,046 3,112 0,011

X1 0,200 0,149 0,261 2,342 0,024 0,439 2,278

X2 0,589 0,184 0,466 3,196 0,002 0,298 3,361

X3 1,541 0,428 0,441 3,598 0,001 0,421 2,373

a. Dependent Variable: Y

Sumber: Hasil pengolahan data peneliti (2019)

Berdasarkan tabel 3 di atas diketahui nilai VIF untuk variabel X1 kualitas produk sebesar 2,278, variabel X2 citra merek sebesar 3,361 dan variabel X3 persepsi atas harga sebesar 2,373. Hal ini berarti nilai VIF untuk semua variabel <10, dan pada nilai Tolerance untuk ketiga variabel independen sebesar 0,439, 0,298 dan 0,421 sehingga nilai Tolerance untuk semua variabel > 0,1. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa data penelitian ini bebas dari asumsi multikolinearitas.

Pengujian Regresi Linier Berganda

Menurut Sugiyono (2013) analisis regresi linier berganda digunakan oleh peneliti, bila peneliti bermaksud meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen (kriterium), bila dua atau lebih variabel independen sebagai faktor prediktor dimanipulasinya (ditarik-turunkannya). Analisis regresi dalam penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apakah ada pengaruh antara variabel independen yaitu kualitas produk (X1), citra merek (X2), dan persepsi atas harga (X3) terhadap variabel dependen yaitu minat beli ulang (Y). Berikut hasil uji regresi linear berganda.

Tabel 4. Hasil Uji Regresi Berganda

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta 1 (Constant) 8,679 6,046 3,112 0,011 X1 0,200 0,149 0,261 2,342 0,024 X2 0,589 0,184 0,466 3,196 0,002 X3 1,541 0,428 0,441 3,598 0,001 a. Dependent Variable: Y

(10)

Berdasarkan perhitungan uji regresi linier berganda pada tabel di atas dapat disusun bentuk persamaan sebagai berikut:

Y = 8,679 + 0,200X1 + 0,589X2 + 1,541X3 + e

Interpretasi persamaan regresi sebagai berikut:

1. Konstanta (B) memiliki nilai sebesar 8,679, hal ini menunjukkan jika kualitas produk (X1), citra merek (X2), dan persepsi atas harga (X3) nilainya nol, maka minat beli ulang (Y) memiliki nilai 8,679.

2. Nilai koefisien regresi pada variabel Kualitas Produk (X1) sebesar 0,200, tingkat signifikansinya yaitu sebesar 0,024 lebih kecil dari tingkat alpha 0,05 artinya variabel Kualitas Produk (X1) mempunyai pengaruh positif terhadap Minat Beli Ulang (Y). Hal ini berarti setiap terjadi peningkatan pada variabel Kualitas Produk sebesar 1 point, maka akan mengakibatkan peningkatan pada koefisien Minat Beli Ulang sebesar 0,200. Sebaliknya, jika terjadi penurunan pada variabel Kualitas Produk sebesar 1 point, maka akan mengakibatkan penurunan pada koefisien Minat Beli Ulang.

3. Nilai koefisien regresi pada variabel Citra Merek (X2) sebesar 0,589, tingkat signifikansinya yaitu sebesar 0,002 lebih kecil dari tingkat alpha 0,05 artinya variabel Citra Merek (X2) mempunyai pengaruh positif terhadap Minat Beli Ulang (Y). Hal ini berarti setiap terjadi peningkatan pada variabel Citra Merek sebesar 1 point, maka akan mengakibatkan peningkatan pada koefisien Minat Beli Ulang sebesar 0,589. Sebaliknya, jika terjadi penurunan pada variabel Citra Merek sebesar 1 point, maka akan mengakibatkan penurunan pada koefisien Minat Beli Ulang.

4. Nilai koefisien regresi pada variabel Persepsi Atas Harga (X3) sebesar 1,541, tingkat signifikansinya yaitu sebesar 0,001 yang berarti lebih kecil dari tingkat alpha 0,05 artinya variabel Persepsi Atas Harga (X3) mempunyai pengaruh positif terhadap Minat Beli Ulang (Y). Hal ini berarti setiap terjadi peningkatan pada variabel Persepsi Atas Harga sebesar 1 point, maka akan mengakibatkan peningkatan pada koefisien Minat Beli Ulang sebesar 1,541. Sebaliknya, jika terjadi penurunan pada variabel Persepsi Atas Harga sebesar 1 point, maka akan mengakibatkan penurunan pada koefisien Minat Beli Ulang.

Dari hasil uji regresi linear berganda yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa variabel independen (X1: kualitas produk, X2: citra merek, dan X3: persepsi atas harga) yang memiliki pengaruh terbesar terhadap minat beli ulang (Y) adalah variabel persepsi atas harga dengan nilai B sebesar 1,541 dibandingkan dengan variabel kualitas produk dan citra merek dengan nilai B sebesar 0,200 dan 0,589.

Uji Hipotesis Hasil Uji t (Parsial)

Uji-t dilakukan untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas yang terdiri dari kualitas produk, citra merek, dan persepsi atas harga terhadap minat beli ulang konsumen.

(11)

Ketentuan pengambilan keputusan berdasarkan hasil uji hipotesis dengan uji-t adalah sebagai berikut.

1. Membandingkan nilai t-hitung dengan t-tabel

- Apabila t-hitung ˂ t-tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak (tidak berpengaruh). - Apabila t-hitung > t-tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima (berpengaruh). 2. Membandingkan angka probabilitas signifikan

- Apabila angka probabilitas signifikansi > 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak (tidak berpengaruh).

- Apabila angka probabilitas siginifikansi < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima (berpengaruh).

Tabel 5. Hasil Uji t

Coefficientsa Model

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 8,679 6,046 3,112 0,011 X1 0,200 0,149 0,261 2,342 0,024 X2 0,589 0,184 0,466 3,196 0,002 X3 1,541 0,428 0,441 3,598 0,001 a. Dependent Variable: Y

Sumber: Hasil pengolahan data peneliti (2019)

Hasil Uji Hipotesis

Berdasarkan pengujian hipotesis dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Nilai t-hitung dari kualitas produk (X1) sebesar 2,342 > 1,666 t-tabel, dan menunjukkan nilai

signifikansi 0,024 < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima artinya variabel kualitas produk berpengaruh positif terhadap minat beli ulang (Y).

2. Nilai t-hitung dari citra merek (X2) sebesar 3,196 > 1,666 t-tabel, dan menunjukkan nilai signifikansi 0,002 < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima artinya variabel citra merek berpengaruh positif terhadap minat beli ulang (Y).

3. Nilai t-hitung dari persepsi atas harga sebesar 3,598 > 1,666 t-tabel, dan menunjukkan nilai signifikansi 0,001 < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima artinya variabel persepsi atas harga berpengaruh positif terhadap minat beli ulang (Y).

Uji Koefisien Determinasi (R²)

Uji Determinasi menurut Kuncoro (2013) adalah perangkat untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variabel terikat dan untuk mengetahui tingkat ketepatan terbaik dalam analisis regresi. Apabila variabel independen pada penelitian lebih dari 2, maka koefisien determinasi yang digunakan adalah Adjusted R Square (Ghozali, 2001). Skor R berada pada interval 0 < R <1, apabila koefisien determinasi nol (0) maka variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen dan jika koefisien determinasi mendekati satu (1)

(12)

maka variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Berdasarkan perhitungan korelasi maka dapat dihitung koefisien determinasi yaitu untuk melihat presentase (%) pengaruh variabel X1 (Kualitas Produk), X2 (Citra Merek), dan variabel X3 (Persepsi atas Harga) terhadap Y (Minat Beli Ulang) dengan rumus sebagai berikut:

KD = R2x 100%

Keterangan:

KD = Koefisien determinasi R2 = Kuadrat dan korelasi ganda

Berikut ini merupakan tabel hasil perhitungan koefisien determinasi:

Tabel 6. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .742a 0,551 0,532 9,99183

a. Predictors: (Constant), X3, X1, X2 b. Dependent Variable: Y

Sumber: Hasil pengolahan data peneliti (2019)

Berdasarkan hasil uji koefisien determinasi di atas, menunjukkan hasil uji koefisien determinan diperoleh nilai Adjusted R Square = 0,532 berarti bahwa variabel independen yaitu Kualitas Produk (X1), Citra Merek (X2), dan Persepi atas Harga (X3) mampu menjelaskan 53,2% variasi variabel dependen yaitu Minat Beli Ulang (Y), sedangkan sisanya 46,8% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti pada penelitian ini.

Berdasarkan hasil analisis uji hipotesis dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Kualitas Produk berpengaruh signifikan terhadap Minat Beli Ulang di Starbuck FX Sudirman

Berdasarkan hasil analisis data penelitian, variabel Kualitas Produk (X1) berpengaruh positif terhadap Minat Beli Ulang Konsumen (Y). Hal ini didukung oleh nilai t-hitung, di mana nilai t-hitung dari kualitas produk sebesar 2,342 > t-tabel 1,666 dengan signifikansi 0,024 atau < 0,05 dan nilai koefisien regresi sebesar 0,200, maka penelitian ini membuktikan bahwa variabel kualitas produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat beli ulang di Starbuck FX Sudirman.

(13)

2. Citra Merek berpengaruh signifikan terhadap Minat Beli Ulang di Starbuck FX Sudirman

Berdasarkan hasil analisis data penelitian, variabel citra merek (X2) berpengaruh positif terhadap minat beli ulang (Y). Hal ini didukung oleh hasil uji parsial t-hitung, di mana nilai t-hitung dari citra merek sebesar 3,196 > t-tabel 1,666, dengan signifikansi 0,002 atau < 0,05 dan nilai koefisien regresi sebesar 0,589, maka penelitian ini membuktikan bahwa variabel citra merek berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat beli ulang di Starbuck FX Sudirman.

3. Persepsi Atas Harga berpengaruh signifikan terhadap Minat Beli Ulang di Starbuck FX Sudirman

Berdasarkan hasil analisis data penelitian, persepsi atas harga (X3) berpengaruh positif terhadap minat beli ulang (Y). Hal ini didukung oleh nilai t-hitung, di mana nilai t-hitung dari persepsi atas harga sebesar 3,598 > t-tabel 1,666, dengan signifikansi 0,001 atau < 0,05 dan nilai koefisien regresi sebesar 1,541, maka penelitian ini membuktikan bahwa variabel persepsi atas harga berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat beli ulang di Starbuck FX Sudirman.

KESIMPULAN & SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data penelitian dapat diperoleh berbagai hal sebagai berikut.

1. Variabel Kualitas Produk berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap variabel Minat Beli Ulang Konsumen Starbucks FX Sudirman.

2. Variabel Citra Merek berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Minat Beli Ulang Konsumen Starbucks FX Sudirman.

3. Variabel Persepsi atas Harga berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Minat Beli Ulang Konsumen Starbucks FX Sudirman.

4. Di antara variabel Kualitas Produk, Citra Merek dan Persepsi atas Harga, yang pengaruhnya paling besar terhadap Minat Beli Ulang Konsumen Starbucks FX Sudirman adalah variabel Persepsi atas Harga. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil uji regresi linear berganda sebagai berikut: Y = 8,679 + 0,200X1 + 0,589X2 + 1,541X3 + e.

Saran

Beberapa hal yang dapat dijadikan arahan kebijakan bagi Starbucks FX Sudirman adalah sebagai berikut:

1. Berkenaan dengan kualitas produk di Starbucks FX Sudirman, hal yang perlu diperhatikan oleh pihak manajemen perusahaan adalah mengurangi kecacatan dalam penyajiannya. Manajemen perusahaan dapat mengevaluasi hal-hal yang berkaitan dengan metode pembuatan, bahan baku maupun mesin produksi (coffee grinder, drip coffee maker, mesin espresso komersial, dan lain-lain).

2. Berkaitan dengan citra merek di Starbucks FX Sudirman, hal yang perlu diperhatikan oleh pihak manajemen perusahaan adalah harus lebih kreatif dan inovatif untuk menjadi sponsorship dalam event-event nasional agar dapat memberikan edukasi kepada masyarakat berkaitan tentang produk-produk Starbucks.

(14)

3. Mengenai persepsi atas harga di Starbucks FX Sudirman, hal yang perlu diperhatikan oleh pihak manajemen perusahaan adalah mengevaluasi kembali hal-hal yang terkait dengan pemberikan diskon pada produknya. Perusahaan dapat melakukan penyebaran informasi tentang voucher, kupon, dan mempromosikan lewat media sosial secara intensif dalam rangka meningkatkan minat pembelian konsumen.

4. Berkaitan dengan minat beli ulang di Starbucks FX Sudirman, yang perlu diperhatikan oleh manajemen perusahaan adalah mengevaluasi semua faktor yang mungkin dapat menyebabkan Starbucks mengalami penurunan pangsa pasar. Starbucks yang memiliki market share yang besar perlu merencanakan pengembangan inovasi pada produk agar lebih berorientasi pada kepentingan konsumen.

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Cheng-Ping Li, (2016). Effects of Brand Image, Perceived Price, Perceived Quality, and Perceived Value on the Purchase Intention towards Sports and Tourism Products of the 2016 Taichung International Travel Fair. http://www.jimsjournal.org/11. Diakses 18 November 2018.

Cronin, J. J. & Steven A. T. (1992). Assuming Service Reexamination and Extension. Journal of Marketing (Vol. 56). New York, NY: Scribners

Ebrahimi, M. R., & Sara T. (2014). Investigating the Effect of Perceived Service Quality, Perceived Value, Brand Image, Trust, Customer Satisfaction on Repurchase Intention and Recommendation to Other Case study: LG Company.http://www.iiste.org/journals/. Diakses 18 November 2019.

Engel, J.F., Balckwell, R.D. & Miniard, P.W. (2000). Perilaku Konsumen. Alih bahasa F.X. Budiyanto. Jakarta: Binarupa Aksara.

Faradiba & Sri S. T. (2013). Analisis Pengaruh Kualitas Produk, Harga, Lokasi dan Kualitas Pelayanan terhadap Minat Beli Ulang Konsumen (Studi Pada Warung Makan “Bebek Gendut” Semarang). http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/djom. Diakses tanggal 18 November 2019.

Ferdinand, A. (2006). Metode Penelitian Manajemen: Pedoman Penelitian untuk skripsi, Tesis dan Disertai Ilmu Manajemen. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Ferdinand, A. (2014). Metode Penelitian Manajemen. Semarang: Badan Penerbit Universitas

Diponegoro.

Garretson, J. A., Fisher, & Scott B. (2002), Antecedents of Private Label Attitude and National Brand Promotion Attitude: Similarities and Differences.

Journal of Retailing, 78 (2);91–9.

Ghozali, I. (2001). Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Ghozali, I. (2012). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS. Semarang: Bina Pustaka.

Howard, J. A, (1994). Measuring The Effect of Marketing Information on Buying Intentions. The Journal of Service Marketing, 8 (4); 23-40.

Kuncoro, M. (2013). Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. Edisi 4. Jakarta: Erlangga. Keller, K. L. (2003). Strategic Brand Management. New Jersey: Pearson Education.

Kotler, P. (2005). Manajemen Pemasaran. Edisi 11. Alih bahasa: Benyamin Molan. Jakarta: PT Indeks.

Kotler, P. (2008). Marketing Management. (11th Ed). New Jersey: Prentice Hall International. Kotler, P. & Keller, L. (2009). Manajemen Pemasaran. Edisi 13. Jakarta: Erlangga.

(16)

Kotler, P. & Armstrong, G. (2001). Prinsip-Prinsip Pemasaran. Edisi 8, Jilid Kedua. Alih Bahasa oleh Damos Sihombing. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Kotler, P. & Armstrong, G. (2008). Bauran Pemasaran. Edisi 12. Jakarta: Erlangga.

Mowen, J. C. & Minor,M. (1998). Consumer Behaviour. (5th ed). Prentice Hall, New Jersey. Peter, J. P., & Olson J, C. (2000). Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran. Edisi 4. Jakarta:

Erlangga.

Ramadhan, A. G., & Suryono B. S. (2017). Analisis Pengaruh Kualitas Produk, Kualitas Pelayanan, dan Citra Merek terhadap Minat Beli Ulang pada Sepatu Nike Running di Semarang melalui Kepuasan Pelanggan sebagai Variabel Intervening. http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/management. Diakses 18 November 2018.

Sulistyari, Ikanita N. & Yoestini. (2012). Analisis Pengaruh Citra Merek, Kualitas Produk dan Harga Terhadap Minat Beli Produk Oriflame. (Studi Kasus Mahasiswi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Jurusan Manajemen Universitas Diponegoro Semarang). http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/dbr. Diakses tanggal 18 November 2018.

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung: CV. Alfabeta.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Swastha, B dan Irawan, 2005, Asas-asas Marketing, Liberty, Yogyakarta.

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Tabel 2. Hasil Uji Normalitas  One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Gambar 3. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Tabel 3. Hasil Uji Multikolinearitas  Coefficients a Model  Unstandardized  Coefficients  Standardized Coefficients  T  Sig
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dioda merupakan suatu piranti dua elektroda dengan arah arus yang tertentu, dapat juga dikatakan dioda bekerja sebagai penghantar bila tegangan listrik diberikan dalam arah

Laporan tesis yang berjudul : “Uji performansi gasifikasi biomassa pada proses sterilisasi berbahan bakar limbah media tanam jamur merang” ini disusun sebagai

Saat kita meresponi mandat apostolik dari Tuhan, Dia akan memberikan pengurapan-Nya sehingga kita bisa ikut serta dalam kegerakan apostolik akhir

masukkan sos ikan, garam, gula pasir dan belacan masukkan sos ikan, garam, gula pasir dan belacan , , gaulkan hingga bercampur rata gaulkan hingga bercampur rata... bawang besar

Z adalah adanya ungkapan klien mengatakan bahwa ia kurang nafsu makan, Kadang mual, dan muntah ,dan klien hanya mampu menghabiskan ½ porsi makanan yang disediakan

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menyatakan bahwa dari enam elemen dari analisis risiko pemakaian alat pelindung diri masker dan sumbat telinga pada pekerja tekstil di

Atribut selanjutnya adalah atribut warna memiliki skor bi sebesar (3,40), skor tersebut berbeda pada atribut rasa, aroma dan tekstur, dimana hasil skor atribut warna

UJI PUBLIK.. Nabi Muhammad Saw. dalam melaksanakan dakwahnya mendapatkan tekanan dari kaum Kafir Quraisy. Tekanan yang dimaksud, antara lain Nabi Muhammad Saw. dibujuk