• Tidak ada hasil yang ditemukan

KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis sp. SKALA LABORATORIUM SEBAGAI PAKAN ROTIFER (Brachionus sp.) DI SRIRACHA FISHERIES RESEARCH STATION, CHONBURI, THAILAND Repository - UNAIR REPOSITORY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis sp. SKALA LABORATORIUM SEBAGAI PAKAN ROTIFER (Brachionus sp.) DI SRIRACHA FISHERIES RESEARCH STATION, CHONBURI, THAILAND Repository - UNAIR REPOSITORY"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T. KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis sp. SKALA LABORATORIUM SEBAGAI PAKAN ROTIFER (Brachionus sp.) DI SRIRACHA FISHERIES

RESEARCH STATION, CHONBURI, THAILAND

PRAKTEK KERJA LAPANG

PROGRAM STUDI S-1 BUDIDAYA PERAIRAN

OLEH :

MOKHAMMAD RIZA NOOR TSANY LAMONGAN – JAWA TIMUR

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

(2)

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T. Yang bertanda tangan dibawah ini, saya:

Nama : Mokhammad Riza Noor Tsany NIM : 141311133082

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa laporan PKL yang berjudul KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis sp. SKALA LABORATORIUM SEBAGAI PAKAN ROTIFER (Brachionus sp.) DI SRIRACHA FISHERIES RESEARCH STATION, CHONBURI, THAILAND adalah benar hasil karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam laporan PKL tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik yang berlaku di Universitas Airlangga, termasuk berupa pembatalan nilai yang telah saya peroleh pada saat ujian dan mengulang pelaksanaan PKL.

Demikian surat pernyataan yang saya buat ini tanpa ada unsur paksaan dari siapapun dan dipergunakan sebagaimana mestinya.

(3)

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T. KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis sp. SKALA LABORATORIUM SEBAGAI PAKAN ROTIFER (Brachionus sp.) DI SRIRACHA FISHERIES

RESEARCH STATION, CHONBURI, THAILAND

Praktek Kerja Lapang sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Budidaya Perairan

Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga

Oleh:

(4)

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T. KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis sp. SKALA LABORATORIUM SEBAGAI PAKAN ROTIFER (Brachionus sp.) DI SRIRACHA FISHERIES

RESEARCH STATION, CHONBURI, THAILAND

Oleh :

MOKHAMMAD RIZA NOOR TSANY NIM. 141311133082

Setelah mempelajari dan menguji dengan sungguh-sungguh, kami berpendapat bahwa Praktek Kerja Lapang (PKL) ini, baik ruang lingkup maupun kualitasnya

dapat diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan.

Telah diujikan pada Tanggal : 09 Juni 2016

KOMISI PENGUJI

Ketua : Kustiawan Tri Pursetyo, S.Pi., M.Vet Anggota : Dr. Adriana Monica Sahidu, Ir., M.Kes

(5)

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T. RINGKASAN

MOKHAMMAD RIZA NOOR TSANY. Kultur Fitoplankton Tetraselmis sp. Skala Laboratorium Sebagai Pakan Rotifer (Brachionus sp.) di Sriracha Fisheries Research Station, Chonburi, Thailand.

Tetraselmis sp. merupakan mikroalga yang sangat mudah tumbuh dan

memiliki kandungan nutrisi yang baik sebagai pakan alami bagi Rotifer (Brachionus sp.). Tujuan Praktek Kerja Lapang ini adalah untuk mengetahui, mempelajari, memahami serta melaksanakan secara langsung teknik kultur Tetraselmis sp. dan untuk mengetahui kendala kultur Tetraselmis sp. di Sriracha

Fisheries Research Station, Chonburi, Thailand.

Praktek Kerja Lapang ini dilaksanakan di Sriracha Fisheries Research Station, Chonburi, Thailand pada tanggal 17 Januari 2016 sampai dengan 14 Februari 2016. Metode yang digunakan dalam Praktik Kerja Lapang ini adalah metode deskriptif dengan pengambilan data primer dan data sekunder. Pengambilan data primer dengan cara partisipasi aktif, observasi dan wawancara.

(6)

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T. SUMMARY

MOKHAMMAD RIZA NOOR TSANY. Laboratory-Scaled Culture of The Phytoplankton Tetraselmis sp. As Live Feed for Rotifer (Brachionus sp.) in Sriracha Fisheries Research Station, Chonburi, Thailand. Lecture Advisor Kustiawan Tri Pursetyo, S. Pi., M. Vet.

Tetraselmis sp. are the microalgae are very easy to grow and deliver more

nutrients well as live feed for rotifers (Brachionus sp.). The objective of this internship is to know, to learn, to understand and to conduct the culture technique of Tetraselmis sp., as well as to identify the problems of Tetraselmis sp. culture at Sriracha Fisheries Research Station, Chonburi, Thailand.

The internship was conducted in Sriracha Fisheries Research Station, Chonburi, Thailand on January 17, 2016 until February 14, 2016. The method used in this internship was the descriptive method by collecting the primary data and the secondary data. The primary data were collected by an active participation, observation and some interviews.

(7)

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T. KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T karena atas limpahan rakhmat serta hidayat-Nya, sehingga Praktek Kerja Lapang tentang Kultur Fitoplankton Tetraselmis sp. Skala Laboratorium Sebagai Pakan Rotifer (Brachionus sp.) dapat terselesaikan. Karya Ilmiah ini disusun berdasarkan hasil Praktek Kerja Lapang yang telah dilaksanakan di Sriracha Fisheries Research Station, Chonburi, Thailand pada tanggal 17 Januari hingga 14 Februari 2016.

Penulis menyadari bahwa Karya Ilmiah Praktek Kerja Lapang (PKL) ini masih belum sempurna, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan Karya Ilmiah ini. Akhirnya penulis berharap semoga Karya Ilmiah ini bermanfaat dan dapat memberikan informasi kepada semua pihak, khususnya bagi Mahasiswa Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Airlangga Surabaya guna kemajuan serta perkembangan ilmu dan teknologi dalam bidang perikanan, terutama budidaya perairan.

Surabaya, 21 Agustus 2016

(8)

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T. UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan kali ini, saya ingin mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada:

1. Ibu Dr. Mirni Lamid, MP., drh., selaku Dekan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga, Surabaya.

2. Bapak Kustiawan Tri Pursetyo, S. Pi., M. Vet. selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan serta petunjuk mulai dari penyusunan usulan hingga selesainya laporan Praktek Kerja Lapang.

3. Bapak Agustono, Ir., M.Kes. selaku Koordinator Praktek Kerja Lapang yang telah memberikan arahan dalam persiapan hingga pelaksanaan Praktek kerja Lapang.

4. Dr. Ir. Endang Dewi Masithah, MP dan Dr. Adriana Monica Sahidu, Ir., M.Kes selaku dosen penguji yang telah menguji saat pelaksanaan sidang Praktek Kerja Lapang.

5. Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Kasetsart University, Thailand yang memberikan kesempatan untuk mempelajari ilmu budidaya di tempat penelitian yang dimiliki yaitu Sriracha Fisheries Research Station dan Samutsongkhram Fisheries Research Station.

6. Ibu Dr. Wanmimol selaku Wakil Dekan di Fakultas Perikanan dan Kelautan Kasetsart University yang telah menyambut serta mempersiapkan segala aktivitas praktek kerja lapang di Thailand.

(9)

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T. lebih banyak di Sriracha Fishery Research Station, Chonburi Dan Samutsongkhram Fisheries Research Station, Samutsongkhram, Thailand. 8. Mr. Attawut Kantavong (P’Kongh) dan Mrs. Naruechon Pattarapanyavong

(P’Moon), selaku Supervissor yang membimbing selama pembelajaran di Sriracha Fishery Research Station, Chonburi Dan Samutsongkhram Fisheries Research Station, Samutsongkhram, Thailand.

9. Mr. Saroj Rermdumri (P’Lon), Mrs. Kanokwan Khaodon (P’O), Mr. Somchai Sakawjit (P’Thee), dan seluruh staff di Sriracha Fishery Research Station, Chonburi Dan Samutsongkhram Fisheries Research

Station, Samutsongkhram, Thailand yang telah membantu kami

beradaptasi dengan kehidupan di Thailand.

10.Kedua orang tua saya yang telah mendoakan dan mendukung saya serta menasehati saya.

11.Ita Zefares, Chamaiporn Srishakam, dan Metchawin Pasotakang, selaku teman-teman di Thailand, yang sudah mendukung dan membantu segala aktifitas praktek kerja lapang di Thailand.

12.Virly Rachmawati, Alfindra Haida Nabila, dan Shinta Mayanda Yulianto, selaku tim praktek kerja lapang yang sudah membantu dalam menyelesaikan praktek ini hingga akhir.

13.Rikky Leonard, selaku sahabat yang telah membantu menyelesaikan laporan ini hingga akhir.

(10)

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.

2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tetraselmis sp. ... 4

2.2 Sifat Ekologi dan Fisiologi Tetraselmis sp. ... 5

2.3 Reproduksi Tetraselmis sp. ... 5

2.9 Cara Menghitung Kepadatan Plankton . ... 9

2.10 Klasifikasi dan Morfologi Rotifer (Brachionus sp.) ... 10

2.11 Habitat Dan Penyebaran Rotifer (Brachionus sp.)... 11

2.12 Peranan Rotifer (Brachionus sp.) ... 11

III PELAKSANAAN KEGIATAN . ... 12

(11)

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.

4.1 Keadaan Umum Lokasi Praktek Kerja Lapang . ... 15

4.1.1 Lokasi Geografis Dan Topografi . ... 15

4.1.2 Universitas Kasetsart . ... 15

4.1.3 Sriracha Fisheries Research Station . ... 16

4.1.4 Lokasi ... 16

4.1.7 Samutsongkhram Fisheries Research Station . ... 19

(12)

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.

B. Salinitas ... 24

4.2.4 Penghitungan Tetraselmis sp. ... 25

4.2.5 Hambatan dan Penanggulangan ... 29

4.2.6 Kemungkinan Pengembangan Usaha ... 30

V SIMPULAN DAN SARAN ... 31

5.1 Simpulan ... 31

5.2 Saran ... 31

DAFTAR PUSTAKA ... 32

(13)

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T. DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

(14)

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T. DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Morfologi Tetraselmis sp.. ... 4

2.2 Morfologi Rotifer (Brachionus sp.) ... 10

4.1 Fakultas Perikanan Universitas Kasetsart. ... 16

4.2 Penampang Haemocytometer... 26

(15)

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T. DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Peta lokasi Praktek Kerja Lapang di Sriracha Fisheries Reasearch Station, Provinsi Chonburi dan Samutsongkhram Fisheries

Reasearch Station, Provinsi Samutsongkhram, Thailand. ... 35

2. Denah Lokasi Sriracha Fisheries Reasearch Station dan Samutsongkhram Fisheries Reasearch Station... 36

3. Foto Dokumentasi Sriracha dan Samutsongkhram ... 37

4. Peralatan Kultur Plankton Tetraselmis sp. ... 41

(16)

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T. I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kegiatan budidaya perikanan laut yang berkembang saat ini harus diimbangi dengan ketersediaan larva atau benih ikan yang memadai, baik dari segi jumlah, mutu dan kesinambungannya. Salah satu faktor yang menyebabkan terhambatnya pengadaan larva tersebut adalah sulitnya menyediakan pakan dengan kualitas baik, terutama pakan alami yaitu fitoplankton (mikroalgae) dan zooplankton. Saat ini telah banyak dihasilkan pakan buatan untuk larva, namun keberadaan pakan alami tetap dibutuhkan. Hal ini karena pakan alami mempunyai kelebihan dibandingkan pakan buatan, diantaranya adalah kandungan gizi yang seimbang dan berperan dalam menjaga kualitas perairan (Widjaja, 2004).

(17)

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T. Keberhasilan dalam kultur Rotifer akan sangat tergantung pada jenis dan kualitas pakan yang diberikan. Jenis pakan yang biasa diberikan untuk Rotifer antara lain fitoplankton (mikroalga), ragi dan emulsi bahan pengkaya (Melianawati dkk., 2006). Beberapa jenis fitoplankton yang dapat digunakan sebagai pakan Rotifer diantaranya adalah Chlorella sp., Dunaliella sp., Nannochloropsis sp. dan Tetraselmis sp. (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995).

Tetraselmis sp. merupakan jenis pakan alami yang sering digunakan sebagai pakan dan mempunyai nilai gizi yang baik (Supriyantini dkk., 2007). Menurut Isnansetyo dan Kurniastuty (1995) bahwa Tetraselmis sp. mengandung protein yang cukup tinggi yaitu berkisar 49,75% sedangkan lemak berkisar 9,10% dan karbohidrat 19,37%. Oleh sebab itu Tetraselmis sp. sangat cocok untuk digunakan sebagai pakan zooplankton. Salah satu contohnya adalah Rotifer.

(18)

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T. 1.2 Tujuan

Tujuan pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini adalah :

1. Untuk mengetahui teknik kultur fitoplankton Tetraselmis sp. sebagai pakan alami di Sriracha Fisheries Research Station, Chonburi, Thailand.

2. Untuk mengetahui grafik hambatan yang terjadi pada teknik kultur fitoplankton Tetraselmis sp. di Sriracha Fisheries Research Station, Chonburi, Thailand.

1.3 Manfaat

Manfaat pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL) adalah :

1. Mahasiswa mampu mengetahui teknik kultur fitoplankton Tetraselmis sp. yang ada di Sriracha Fisheries Research Station, Chonburi, Thailand.

(19)

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T. II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tetraselmis sp.

Tetraselmis sp. merupakan alga bersel tunggal, berbentuk oval elips dan memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif seperti hewan. Empat buah flagella pada ujung depannya yang berukuran 0,75-1,2 kali panjang badan dan berukuran 10x6x5 µm. Sel-sel Tetraselmis sp. berupa sel tunggal yang berdiri sendiri ukurannya 7-12 µm. Inti sel jelas dan kecil serta dinding sel mengandung bahan selulosa dan pektosa. Tetraselmis sp. memiliki klorofil sehingga berwarna hijau cerah (Gambar 1). Dan dipenuhi plastida kloroplast (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995). Klasifikasi Tetraselmis sp. adalah sebagai berikut:

Filum : Chlorophyta Kelas : Chlorophyceae Ordo : Volvocales

Sub ordo : Chlamidomonacea Genus : Tetraselmis Spesies : Tetraselmis sp.

(20)

5

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T. 2.2 Sifat Ekologi dan Fisiologi Tetraselmis sp.

Tetraselmis sp. bersifat kosmopolit yang dapat tumbuh dimana-mana,

kecuali pada tempat yang sangat kritis bagi kehidupan. Alga ini dapat tumbuh pada salinitas 15-35 ppt. (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995). Kisaran suhu 25-28

0C merupakan suhu yang optimal untuk pertumbuhan Tetraselmis sp.

Tetraselmis sp. dapat tumbuh baik dengan menggunakan lampu TL 80

Watt (Matakupan, 2009).

2.3 Reproduksi Tetraselmis sp.

Reproduksi Tetraselmis sp. terjadi secara vegetatif aseksual dan seksual. Reproduksi aseksual dimulai dengan membelahnya protoplasma sel menjadi dua, empat, delapan dalam bentuk zoospore setelah masing-masing melengkapi diri dengan flagella. Sedangkan reproduksi secara seksual, setiap sel mempunyai gamet yang identik (isogami) kemudian dengan bantuan substansi salah satu gamet tersebut ditandai dengan bersatunya kloroplast yang kemudian menurunkan zygote yang sempurna (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995).

(21)

6

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T. Ada empat fase pertumbuhan yaitu:

1. Fase Istirahat

Sesaat setelah penambahan inokulum ke dalam media kultur, populasi tidak mengalami perubahan. Ukuran sel pada saat ini pada umumnya meningkat. Secara fisiologis Tetraselmis sp. sangat aktif dan terjadi proses sintesis protein baru. Organisme mengalami metabolisme, tetapi belum terjadi pembelahan sel sehingga kepadatan sel belum meningkat. Umumnya terjadi pada hari pertama dan kedua kultur.

2. Fase Logaritmik atau Eksponensial

Fase ini diawali dari pembelahan sel dengan laju pertumbuhan tetap. Pada kondisi kultur yang optimum, laju pertumbuhan pada fase ini mencapai maksimal. Umumnya terjadi pada hari ketiga hingga hari kelima.

3. Fase Penurunan kecepatan tumbuh

Fase ini merupakan fase pada hari ketujuh yang menunjukkan kecepatan pertumbuhan sel yang mulai lambat karena kondisi fisik dan kimia kultur mulai membatasi pertumbuhan.

4. Fase Stasioner

(22)

7

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T. 5. Fase Kematian

Pada fase ini laju kematian lebih cepat dari pada laju reproduksi. Jumlah menurun secara geometrik. Penurunan kepadatan sel ditandai dengan perubahan kondisi optimum yang dipengaruhi oleh temperatur, cahaya, pH air, jumlah hara yang ada, dan beberapa kondisi lingkungan lain yang dimulai pada hari kesepuluh.

2.4 Aspek Fisika dan Kimia

Pertumbuhan fitoplankton dipengaruhi oleh beberapa faktor fisika seperti suhu, cahaya matahari, kedalaman, kekeruhan, salinitas dan kandungan oksigen terlarut. Faktor kimia seperti pH, fosfat, nitrat, nitrit, dan silikat (Nybakken, 1992). Kelimpahan dan komposisi jenis fitoplankton antara lain dipengaruhi oleh salinitas, musim, habitat, kecerahan dan proses reproduksi (Davis, 1951 dalam Merizawati, 2008). Suhu merupakan parameter lingkungan yang sangat penting bagi kehidupan fitoplankton. Sifat fisika-kimia perairan seperti kelarutan oksigen serta kecepatan reaksi kimia dipengaruhi oleh suhu. Kehidupan berbagai jenis fitoplankton dipengaruhi oleh salinitas (Sediadi, 1999 dalam Merizaati, 2008).

2.5 Peranan Tetraselmis sp.

(23)

8

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T. 2.6 Nutrient

Dalam kultur mikroalga skala laboratorium dibutuhkan medium kultur yang sesuai untuk pertumbuhannya. Medium air laut yang mengandung nutrien lengkap sebagai medium tumbuh yaitu sumber nutrisi berupa makronutrien (N, P, K, S, Na, Si, Ca) dan mikronutrien (Fe, Zn, Mn, Cu, Mg, Mo, B). Unsur N, P, dan S berfungsi dalam pembentukan protein, K berfungsi dalam metabolisme karbohidrat, Fe dan Na berfungsi dalam pembentukan klo rofil sedangkan Ca dan Si berfungsi dalam pembentukan dinding sel. Selain media air laut yang mengandung unsur lengkap sebagai media tumbuh, kultur Tetraselmis sp. juga ditambahkan pupuk sebagai penambahan kandungan dalam medium kultur (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995). Penambahan pupuk dalam medium dapat meningkatkan pertumbuhan mikroalga 10 kali lebih cepat dibandingkan dengan kultur mikroalga tanpa penambahan pupuk (Naughton, 1998). Penambahan pupuk pada medium kultur alga skala laboratorium dapat menggunakan pupuk Conway (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995).

2.7 Teknik Kultur

(24)

9

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T. 2009). Selanjutnya dilakukan pengeringan, dengan interval waktu antara 12-24 jam. Tujuannya agar media bebas dari organisme-orgnaisme yang akan menyebabkan kontaminasi (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995). Air laut yang akan digunakan untuk kultur disterilkan terlebih dahulu dengan menggunakan klorin 10-20 ppm dan diaerasi selama 24 jam (Wasis, 2009).

2.8 Pertumbuhan

Pertumbuhan Tetraselmis sp. Dalam kultur dapat ditandai dengan bertambahnya ukuran sel atau bertambahnya jumlah sel. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan suatu jenis fitoplankton dapat dikelompokkan menjadi internal dan eksternal. Faktor internal yang berpengaruh terhadap sifat-sifat pertumbuhan fitoplankton adalah faktor genetik (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995).

Salah satu prinsip dalam pengelolaan plankton ialah bagaimanana memperhatikan kelimpahan plankton supaya tetap stabil. Pertumbuhan plankton mulai berkurang terjadi pada akhir fase logaritmik, menuju fase stasioner dimana diantara kedua fase tersebut terdapat fase berkurangnya pertumbuhan (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995).

2.9 Cara Menghitung Kepadatan Plankton

(25)

10

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T. 2.10 Klasifikasi dan Morfologi Rotifer (Brachionus sp.)

Menurut Isnansetyo dan Kurniastuty, (1995), klasfikasi Rotifer adalah sebagai berikut:

Filum : Avertebrata Kelas : Aschelmintes Sub kelas : Rotaria Ordo : Eurotaria Family : Brachionidae Sub family : Brachioninae Genus : Brachionus Spesies : Brachionus sp.

Gambar 2.2 Morfologi Rotifer (Brachionus sp.) (Lahope, 2013)

(26)

11

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T. makanan terdiri atas mulut, mastaks yang bersifat kiti dan gigi untuk mencerna makanan (Rimper, 2008)

2.11 Habitat Dan Penyebaran Rotifer (Brachionus sp.)

Rotifera dapat ditemukan di air tawar dan tanah lembab, di mana mereka hidup di genangan air yang terbentuk di atas tanah. Habitat rotifera dapat mencakup lingkungan air, seperti dasar danau, serta lingkungan air yang mengalir, seperti sungai atau aliran. Rotifera juga sering ditemukan pada lumut dan lumut tumbuh di batang pohon dan batu, di genangan air, di tanah atau serasah daun, pada jamur tumbuh di dekat pohon mati, dalam tangki limbah pabrik pengolahan dan bahkan pada krustasea air tawar dan larva serangga air (Segers, 2008).

2.12 Peranan Rotifer (Brachionus sp.)

(27)

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T. III PELAKSANAAN KEGIATAN

3.1 Tempat dan Waktu

Praktek Kerja Lapang ini dilaksanakan di Sriracha Fisheries Research Station, Chonburi, Thailand. Kegiatan ini dilaksanakan mulai tanggal 17 Januari-14 Februari 2016.

3.2 Metode Kerja

Metode yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapang ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu obyek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran, maupun suatu peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari metode ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta, sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir, 2011).

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang diambil dalam Praktek Kerja Lapang ini berupa data primer dan data sekunder.

3.3.1 Data Primer

(28)

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T. A. Metode Survei

Metode survei merupakan metode pengumpulan data primer yang menggunakan pertanyaan lisan dan tertulis. Hasil dari metode ini berupa data subyek yang menyatakan opini, sikap, pengalaman atau karakteristik subyek penelitian secara individu atau kelompok. Data yang diperoleh dari metode survei sebagian besar berupa data deskriptif yang dapat dirancang untuk menjelaskan sebab akibat atau mengungkapkan ide-ide (Sangadji dan Sopiah, 2010).

Metode survei yang akan digunakan untuk mendapatkan data di lapangan adalah metode wawancara (interview). Wawancara adalah teknik pengumpulan data dalam metode survei yang menggunakan pertanyaan secara lisan kepada subyek penelitian. Teknik wawancara ini dapat dilakukan dengan melalui tatap muka, komunikasi telepon dan e-mail.

B. Observasi

Metode observasi adalah proses pencatatan pola perilaku subyek (orang), obyek (benda), atau kejadian yang sistematis tanpa adanya pertanyaan atau komunikasi dengan individu yang diteliti. Data yang diperoleh bersifat lebih akurat, tidak terdistorsi dan bebas dari response bias.

Tipe observasi yang digunakan menurut Nazir (2011) yaitu:

1. Observasi langsung yang memungkinkan pengumpulan data perilaku dan kejadian secara detail.

(29)

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T. 3. Observasi mekanik yaitu teknik observasi dengan bantuan mesin.

C. Metode Praktek

Metode praktek adalah suatu metode dengan memberikan materi pendidikan baik menggunakan alat atau benda, seperti di peragakan, dengan harapan siswa menjadi jelas dan mudah sekaligus dapat mempraktekkan materi yang di maksud suatu saat di masyarakat. Metode ini memberikan jalan kepada mahasiswa untuk menerapkan, menguji dan menyesuaikan teori dengan kondisi sesungguhnya melalui praktek peserta praktik atau latihan akan mendapatkan pelajaran yang sangat baik untuk mengembangkan dan menyempurnakan keterampilan yang di perlukan (Abdul Arno dalam Kadir, 2014).

3.3.2 Data Sekunder

(30)

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T. IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Keadaan Umum Lokasi Praktek Kerja lapang 4.1.1 Lokasi Geografis dan Topografi

Lokasi Praktek Kerja Lapang (PKL) adalah di Research Station dibawah naungan Universitas Kasetsart, yaitu Sriracha Fisheries Research Station yang berada di Provinsi Chonburi dan Samutsongkhram Fisheries Research Station yang berada di Provinsi Samutsongkhram, Thailand.

4.1.2 Universitas Kasetsart

Universitas Kasetsart didirikan pada tanggal 2 Februari 1943 dan pada tahun ini telah memasuki umur 73 tahun. Fakultas Perikanan didirikan sebagai salah satu dari empat fakultas pertama Kasetsart University (KU) pada hari yang sama dengan universitas didirikan. Fakultas Perikanan dibentuk dengan empat disiplin ilmu yaitu Biologi Perikanan, Manajemen Perikanan, Budidaya Perikanan dan Pengembangan Perikanan. Fakultas perikanan memiliki beberapa lembaga kecil lainnya atau stasiun penelitian yang didukung oleh akademik pendukung divisi fakultas. Stasiun penelitian milik Kasetsart antara lain Sriracha Fisheries Research Station, Samutsongkhram Fisheries Research Station, Kamphaengsaen Fisheries Research Station, Ranong Coastal Resources Research Station, dan Klongwan Fisheries Research Station.

(31)

16

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T. Gambar 4.1 Fakultas Perikanan Universitas Kasetsart (Kasetsart University, 2002)

4.1.3 Sriracha Fisheries Research Station

Sriracha Fisheries Research Station didirikan pada tahun 1960 untuk melakukan penelitian dasar biologi kelautan, oseanografi, lingkungan laut, konservasi dan pemulihan sumber daya pesisir laut di pesisir Sriracha dan sekitarnya. Stasiun ini juga melakukan penelitian yang bekerja sama dengan perusahaan swasta dalam mengembangkan produk nilai tambah dari rumput laut serta dalam budidaya dan pengelolaan perikanan.

4.1.4 Lokasi

(32)

17

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T. 4.1.5 Visi dan Misi

Visi Fisheries Research Station adalah melakukan penelitian di bidang oseanografi, lingkungan laut, budidaya pesisir dan menjadi stasiun untuk pembelajaran, penelitian, pelatihan bagi peneliti mahasiswa dan lain-lain.

Misi Fisheries Research Station adalah :

• Untuk melakukan penelitian di bidang biologi kelautan, oseanografi, lingkungan laut, konservasi dan pemulihan sumber daya pesisir laut.

• Untuk mendukung pembelajaran dan bidang pelatihan mahasiswa serta memberikan bantuan kepada dosen, peneliti dan lain-lain untuk kegiatan penelitian mereka.

• Untuk menjadi pusat kegiatan penyuluhan, pelatihan dan pertukaran teknologi bagi petani dan lain-lain.

4.1.6 Sarana dan Prasarana A. Air

Air yang digunakan pada proses budidaya di Sriracha Fisheries Research Station adalah air laut dengan salinitas 35 ppt. Air laut diambil dari Pantai Timur Teluk Thailand yang lokasinya di belakang stasiun penelitian. Dalam kultur Tetraselmis sp. memang dibutuhkan air laut atau air dengan salinitas yang tinggi

yang telah di sterilisasi (Sari dan Manan, 2012). B. Wadah Kultur

(33)

18

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T. dan diletakkan dibawah sinar 2 buah lampu neon 40 watt dalam ruangan bersuhu 24oC.

C. Sterilitator

Untuk mensterilkan alat-alat dan air laut yang akan digunakan dalam proses budidaya digunakan autoklaf berukuran besar (tinggi 70 cm dan diameter 90 cm). Autoklaf adalah alat yang digunakan untuk mensterilkan berbagai macam alat dan bahan tahan panas menggunakan uap air panas bertekanan 15 Psi atau sekitar 2 atm dan bersuhu 121oC (2500F) (Sari dan Manan, 2012).

D. Bangunan

Bangunan terdiri dari :

• Kantor

• Laboratorium

Research ini memiliki 4 laboratorium, yaitu laboratorium plankton, laboratorium pengamatan mikroorganisme, laboratorium kualitas air dan laboratorium sedimen.

• Aula

• Kamar atau Dormitori bagi mahasiswa yang melakukan penelitian

• Dapur

• Kolam treatment air

(34)

19

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.

• Kolam hatchery Anemone Fish

Kolam hatchery Anemone Fish di Sriracha Fisheries Research Station terbuat dari fiber yang rata-rata memiliki ukuran 60 x 150 x 85 cm. Jumlah ikan dalam kolam hatchery ini disesuaikan dengan ukuran kolam. Satu kolam rata-rata berisi 20 ekor ikan anemone berukuran dewasa. Hal ini tidak jauh berbeda dengan di Indonesia yang menggunakan kolam fiber dalam pemeliharaan ikan anemone yaitu dengan ukuran 50 x 100 x 80 cm dengan kepadatan 15 ekor dalam satu kolam.

• Kolam budidaya Anemone Mushroom

Kolam budidaya anemone Mushroom di Sriracha Fisheries Research Station terbuat dari beton dengan ukuran rata-rata 60 x 250 x 150 cm. Kolam ini mampu menampung 25 artificial stone yang digunakan sebagai tempat bertumbuhnya anemone mushroom. Anemone mushroom membutuhkan coral buatan untuk pertumbuhannya supaya memudahkan saat ingin mengambilnya, karena apabila tidak diberi koral buatan, anemone mushroom akan melekat di dasar kolam.

4.1.7 Samutsongkhram Fisheries Research Station

(35)

20

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T. 4.1.8 Lokasi

Samutsongkhram Fisheries Research Station didirikan pada tahun 1989. Pada awalnya bernama Samutsongkhram Coastal Aquatic Station, dan sejak tanggal 1 Oktober 2001 nama itu diganti menjadi Stasiun Penelitian Pengembangan dan administrasi dukungan Akademik Fakultas Perikanan, Kasetsart University dan diganti sebagai Samutsongkhram Fisheries Research Station. Lokasi Research ini di provinsi Samutsongkhram-Thailand.

4.1.9 Visi Dan Misi

Samutsongkhram Fisheries Research Station memiliki visi melakukan penelitian tentang kehidupan perairan di pantai sehingga mampu mengoptimalkan kondisi budidaya perairan.

4.1.10 Sarana dan Prasarana A. Air

Air yang digunakan untuk budidaya adalah air payau bersalinitas 5-10 ppt. Air laut diambil dari perairan Don Hoi Lod dan air tawar diambil dari sumur. Untuk mendapatkan air distilasi mereka melakukan distilasi sendiri menggunakan alat penyulingan air.

B. Wadah Kultur

(36)

21

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T. C. Sterilitator

Untuk mensterilkan alat-alat dan air laut yang akan digunakan dalam proses budidaya digunakan autoklaf. Autoklaf adalah alat yang digunakan untuk mensterilkan berbagai macam alat dan bahan tahan panas menggunakan uap air panas bertekanan 15 Psi atau sekitar 2 atm dan bersuhu 121oC (2500F).

D. Bangunan

Bangunan terdiri dari :

• Kantor

• Laboratorium

Terdapat 3 laboratorium antara lain : laboratorium kultur plankton, laboratorium kualitas air, dan laboratorium pensterilan alat-alat. Laboratorium dilengkapi dengan fasilitas yang cukup lengkap dan berstandar baik.

• Aula

• Kamar atau Dormitori bagi mahasiswa yang melakukan penelitian

• Dapur

• Kolam budidaya Bandeng (Milk Fish)

• Kolam budidaya Kakap (Sea Bass)

(37)

22

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T. 4.2 Kegiatan di Lokasi Praktek Kerja Lapang

4.2.1 Persiapan Media

Media kultur berupa air laut yang memiliki salinitas 30-35 ppt. Air laut dialirkan melalui pipa yang membentang dari laut menuju bak tandon di Sriracha Fisheries Research Station untuk ditampung.

Air laut yang digunakan untuk kultur plankton disaring dengan filter dan disterilkan dengan larutan klorin 10-20 ppm dan diaerasi selama 24 jam (Masithah, 2011). Hal ini sama dengan yang dilakukan di Sriracha Research Station sebelum digunakan untuk kultur, air laut yang ada pada bak tandon disterilkan terlebih dahulu dengan kaporit atau klorin 20 ppm didiamkan selama 24 jam dan dibiarkan tanpa aerasi. Kemudian setelah proses kaporit atau klorin selesai, air dialirkan melalui pipa menuju bak aerasi untuk ditambahkan oksigen selama 24 jam.

Air laut dari bak treatment tidak hanya untuk keperluan kultur plankton semata, namun juga dipergunakan untuk budidaya clown fish, anemone flower, terumbu karang dan udang vaname. Pada penggunan air laut sebagai media dalam kultur plankton, air diambil dari bak aerasi dan diisikan pada botol kultur 1000 ml.

4.2.2 Pemberian Nutrisi

(38)

23

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T. makronutrien yang merupakan pupuk dasar yang mempengaruhi pertumbuhan fitoplankton. Nitrat adalah sumber nitrogen yang penting bagi fitoplankton baik di air laut maupun air tawar. Bentuk kombinasi lain dari nitrogen seperti ammonia, nitrit dan senyawa organic dapat digunakan apabila kekurangan nitrat (Brahmantara dkk, 2015).

Kultur Tetraselmis sp. yang dilakukan di Sriracha Research Station skala laboratorium dalam pemberian nutrisi, menambahkan media Conway yang terdiri dari Makronutrien (NaNO3 = 100 gr, Na2EDTA = 45 gr, H3BO3 = 33,6 gr,

NaH2PO4H2O = 20 ml, FeCl36H2O = 1,3 gr dan MnCl24H2O = 0,36 gr) dan

Vitamin B-komplek (vitamin B1, B6 dan B12). Pemberian dilakukan ketika awal pertama mengkultur.

Pertama mempersiapkan botol kultur 1000 ml dan diisi dengan air laut sebanyak 900 ml. Kemudian menambahkan makronutrient 1 ml, Vitamin B-Komplek 1 ml, fitoplankton Tetraselmis sp. 40 ml dan diisi lagi dengan air laut hingga mencapai 1000 ml. Kemudian botol kultur ditaruh di dalam rak kultur dengan pemberian cahaya menggunakan 2 buah lampu neon 40 watt dan diberi aerasi.

4.2.3 Pengamatan Kualitas Air

(39)

24

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T. Tabel 4.1 Kualitas Air Selama Masa Pertumbuhan Tetraselmis sp.

No. Hari Waktu Kualitas Air

Dari data hasil Praktek Kerja Lapang dapat dilihat rata-rata suhu berkisar antara 24-25 0C dan termasuk ideal untuk pertumbuhan plankton. Hal ini sesuai

dengan pendapat Isnansetyo dan Kurniastuty, (1995), bahwa pada kisaran temperatur yang optimal untuk pertumbuhan fitoplankton adalah berkisar 250

C-280C.

B. Salinitas

(40)

25

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T. dengan pernyataan Isnansetyo dan Kurniastuty, (1995), bahwa pada kisaran salinitas yang optimal untuk pertumbuhan fitoplankton adalah berkisar 15-35 ppt.

4.2.4 Penghitungan Tetraselmis sp.

Setelah dilakukan persiapan dan pelaksanaan kultur maka proses selanjutnya adalah pengamatan, pengukuran dan pencatatan untuk menunjang keberhasilan dari kegiatan kultur. Pengamatan, pengukuran dan pencatatan tersebut meliputi pengamatan parameter biotik seperti kontaminasi makhluk hidup, pengukuran kualitas air media dan penghitungan fitoplankton yang dilakukan setiap hari sedangkan abiotik seperti suhu, pH dan salinitas.

(41)

26

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T. Kepadatan fitoplankton (sel/ml) = nA + nB + nC + nD + nE . . . (2)

5 x 4 x 10-6 Keterangan :

nA, nB, nC, nD : Jumlah sel fitoplankton pada blok A, B, C, D dan E 5 : Jumlah blok yang dihitung

4 x 10-6 : Luas kotak kecil (A, B, C, D dan E)

Penghitungan dengan cara ini dilakukan karena sesuai dengan ukuran sel Tetraselmis sp. Sebelum melakukan penghitungan yang perlu diperhatikan adalah

metode pengambilan sampel. Pengambilan sampel harus bisa homogen sehingga kepadatan populasi plankton dapat diketahui secara benar.

Gambar 4.2 Penampang Haemocytometer (Satyantini dkk., 2012)

(42)

27

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T. Tabel 4.2 Kepadatan Populasi Kultur Tetraselmis sp.

No. Hari Waktu Kepadatan (sel/ml)

Gambar 4.3 Grafik Pertumbuhan Tetraselmis sp.

Pada hasil pengamatan dapat dilihat bahwa pada hari pertama jam 03.00 am, kepadatan Tetraselmis sp. masih sangat rendah yaitu sebanyak 13 x 107

(43)

28

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T. sel/ml. Fase ini dinamakan fase lag (istirahat). Hal ini sesuai dengan pendapat Armanda, (2013), bahwa pada fase tersebut populasi tidak mengalami perubahan, tetapi ukuran sel pada fase ini meningkat. Fotosintesis masih aktif berlangsung dan organisme mengalami metabolisme tetapi belum terjadi pembelahan sel sehingga kepadatannya belum meningkat.

Kepadatan mulai meningkat dari hari ke-2 jam 03.00 am sebanyak 13,8 x 107 sel/ml hingga mencapai puncak pada hari ke-6 jam 03.00 am, yaitu dengan

kepadatan 28,2 x 107 sel/ml. Fase ini dinamakan fase logaritmik (pertumbuhan eksponensial). Hal ini sesuai dengan pendapat Armanda, (2013), bahwa pada fase ini fitoplankton mulai mengalami pembelahan sel dengan laju pertumbuhan yang terus meningkat secara signifikan.

Pada hari ke-8 jam 15.00 pm kepadatan mencapai 21,6 x 107 sel/ml,

sedangkan pada hari ke-7 jam 15.00 pm kepadatan mencapai 23,2 x 107 sel/ml, dan hari ke-8 jam 03.00 pm mencapai 23,7 x 107 sel/ml. Hal ini dimungkinkan karena keadaan cuaca maupun musim yang tidak menentu, dimana pada hari ke-7 jam 15.00 pm cuaca cerah dan suhu normal pada hari ke-8 jam 03.00 am suhu turun dan sedikit mendung, dan pada hari ke-8 jam 15.00 pm cuaca normal kembali sehingga menyebabkan pertumbuhan kurang maksimal karena terjadinya fluktuasi suhu.

(44)

29

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T. disebut fase kematian, karena pada fase ini terjadi penurunan jumlah/kepadatan plankton.

Armanda, (2013), berpendapat bahwa pertumbuhan plankton pada saat budidaya secara visual dapat ditandai dengan perubahan warna dari awalnya bening menjadi hijau muda dan berubah lagi menjadi hijau/hijau tua. Perubahan ini disertai dengan menurunnya transparansi. Hal ini merupakan indikasi dari adanya peningkatan sel yang secara langsung akan berpengaruh terhadap tingkat kepadatan.

4.2.5 Hambatan dan Penanggulangan

Banyak faktor-faktor yang menghambat dan dapat menimbulkan kegagalan dalam kegiatan kultur, diantaranya yaitu kontaminasi media kultur dari ruangan laboratorium, baik dari tangan manusia maupun dari dalam ruangan seperti kotoran debu, peralatan dan keringat.

(45)

30

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T. 4.2.6 Kemungkinan Pengembangan Usaha

(46)

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T. V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Simpulan dari hasil praktek kerja lapang (PKL) tentang Kultur Fitoplankton Tetraselmis sp. Skala Laboratorium Sebagai Pakan Rotifer (Brachionus sp.) di Sriracha Fishery Research Station, Chonburi, Thailand adalah sebagai berikut :

1. Kultur Fitoplankton Tetraselmis sp. Skala Laboratorium Sebagai Pakan Rotifer (Brachionus sp.) di Sriracha Fishery Research Station, Chonburi, Thailand meliputi persiapan media, pemberian nutrisi, pengamatan kualitas air, penghitungan Tetraselmis sp.

2. Hambatan yang tedapat dalam Kultur Fitoplankton Tetraselmis sp. Skala Laboratorium Sebagai Pakan Rotifer (Brachionus sp.) di Sriracha Fishery Research Station, Chonburi, Thailand adalah terjadinya kontaminasi pada media kultur dan peralatan sehingga dapat menganggu pertumbuhan maupun perkembangan plankton yang dikultur.

5.2 Saran

(47)

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T. DAFTAR PUSTAKA

Armanda D. T. 2013. Pertumbuhan Kultur Mikroalga Diatom Skeletonema costatum (Greville) Cleve Isolat Jepara Pada Medium f/2 dan Medium Conway. Bioma. Volume 2.

Brahmantara I. B. G., A. A. M. D. Anggreni dan I. B. W. Gunawan. 2015. Pengaruh Konsentrasi Penambahan Sodium Nitrat dan Fosfat Pada Media Guillard Terhadap Konsntrasi Biomassa Mikroalga Nannochloropsis sp. Hal 73-81.

Bunthawin, S., R. J. Ritchie and P. Wanichapichart. 2011. Dielectrophoresis Of Tetraselmis sp., A Unicellular Green Alga, In Travelling Electric Fields Analyzed Using The RC Model For A Spheroid. Songklanakarin J. Sci. Technol. Hal 585-597.

Creswell, L. 2010. Phytoplankton Culture For Aquaculture Feed. SRAC Publication. Hal 1-16.

Kaligis E. Y. 2015. Kualitas Air Dan Pertumbuhan Populasi Rotifer Brachionus rotundiformis Strain Tumpaan Pada Pakan Berbeda. Jurnal LPPM Bidang Sains dan Teknologi. Volume 2. Nomor 2.

Isnansetyo, A. dan Kurniastuty. 1995. Teknik Kultur Phytoplankton dan Zooplankton. Kanisius. Yogjakarta. Hal 13-97.

Lahope H. B., S. Wullur, J. Rimper, H. Pangkey dan IFM. Rumengan. 2013. Minute Rotiffer Dari Perairan Estuari Sulawesi Utara dan Potensinya Sebagai Pakan Larva Ikan. Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis. Volume 9. Maryam, S., G. Diansyah. dan Isnaini. 2015. Pengaruh Pemberian Pakan

Fitoplankton (Tetraselmis sp., Porphyridium sp. dan Chaetoceros sp.) Terhadap Laju Pertumbuhan Zooplankton Diaphanosoma sp. Pada Skala Laboratorium. Maspari Journal. Volume 2. Hal 41-50.

Masithah E. D., N. Ariesma dan Y. Cahyoko. 2011. Pengaruh Pemberian Bakteri Bacillus pumillus Pada Rumen Sapi Sebagai Pupuk Terhadap Pertumbuhan Dunaliela salina. Jurnal KELAUTAN. Volume 4.

(48)

33

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T. Melianawati, R., A. Hanafi dan M. Suastika. 2009. Pengaruh Perbedaan Jenis Pakan Terhadap Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis. Jurnal Perikanan. Hal 118-123.

Pranata, A. 2009. Laju Pertumbuhan Populasi Rotifera (Brachionus plicatilis) Pada Media Kombinasi Kotoran Ayam, Pupuk Ures dan Pupuk TSP Serta Penambahan Beberaapa Variasi Ragi Roti. Skripsi. Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara Medan. Hal 1-28.

Pujiono, A. E. 2013. Pertumbuhan Tetraselmis Chuii Pada Medium Air Laut Dengan Intensitas Cahaya, Lama Penyinaran dan Jumlah Inokulan Yang Berbeda Pada Skala Laboratorium. SKRIPSI. Hal 4-31.

Rimper, J. R. T. S. L. 2008. Bioteknologi dan Deteksi Senyawa Bioaktif Rotifera Brachionus spp. Dari Perairan Pantai dan Estuari Sulawesi Utara. SKRIPSI. Hal 7-8.

Ru’yatin, I. S. Rohyani dan L. Ali. 2015. Pertumbuhan Tetraselmis dan Nannochloropsis Pada Skala Laboratorium. PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON. Volume 1. Hal 296-299.

Sani, R. N., F. C. Nisa, R. D. Andriani dan J. M. Maligan. 2014. Analisis Rendemen dan Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Mikroalga Laut Tetraselmis Chuii. Jurnal Pangan dan Agroindustri. Volume 2. Hal 121-126.

Sari, I. P. Dan A. Manan. 2012. Pola Pertumbuhan Nannochloropsis Oculata Pada Kultur Skala Laboratorium, Intermediet, dan Massal. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Volume 4. Hal 123-127.

Satyantini W. H., E. D. Masithah, M. A. Alamsjah, Prayogo dan S. Andriyono. 2012. Buku Penuntun Praktikum Budidaya Pakan Alami. Fakultas Perikanan dan Kelautan. Universitas Airlangga. Hal 49-50.

Segers Hendrik. 2008. Global Diversity of Rotifers (Rotifera) in Freshwater. Hydrobiologia. Hal 49-59.

(49)

34

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T. Supriyantini, E., Ambariyanto dan I. Widodo. 2007. Pengaruh Pemberian Pakan Alami Tetraselmis Chuii dan Skeletonema Costatum Terhadap Kandungan Asam Lemak Omega 6 (Asam Arakhidonat) Pada Kerang Totok Polymesoda Erosa. Jurnal Pasir Laut. Volume 3. Hal 26-60.

Utami, N. P. dan K. Haetami. 2012. Pertumbuhan Tetraselmis Chuii Pada Medium Air Laut Dengan Intensitas Cahaya, Lama Penyinaran dan Jumlah Inokulan Yang Berbeda Pada Skala Laboratorium. Jurnal Perikanan dan Kelautan. Volume 3. Hal 237-244.

(50)

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T. LAMPIRAN

Lampiran 1. Peta lokasi Praktek Kerja Lapang di Sriracha Fisheries Reasearch Station, Provinsi Chonburi dan Samutsongkhram Fisheries Reasearch Station, Provinsi Samutsongkhram, Thailand.

Sumber: google maps.com (2016)

Lokasi Samutsongkhram Fisheries Research Station di Provinsi Samutsongkhram, Thailand

(51)

36

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T. Lampiran 2. Denah Lokasi Sriracha Fisheries Reasearch Station dan

Samutsongkhram Fisheries Reasearch Station.

Kantor Sriracha Fisheries

Reasearch Station Kultur Plankton Tetraselmis sp.

(Sumber: Digital globe, 2016. http:/ maps.google.com diakses: 21/04/2016)

Pembesaran Ikan Kakap Putih

Kantor Samutsongkhram Fisheries

Reasearch Station

(52)

37

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.

Lampiran 3. Foto Dokumentasi Sriracha dan Samutsongkhram

Sriracha Fisheries Research Station

Sriracha Dapur

Tempat Tidur Laboratorium Plankton

(53)

38

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.

Bak Tandon Inlet

Laboratorium Pengamatan Mikroorganime Outlet

(54)

39

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T. Samutsongkhram Fisheries Research Station

Samutsongkhram Kantor Utama

Aula Asrama

(55)

40

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.

Tempat Tidur Laboratorium Plankton

(56)

41

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T. Lampiran 4. Peralatan Kultur Plankton Tetraselmis sp.

Botol Kultur Mikroskop

Sedgewick Rafter Counting Cell Haemocytometer

(57)

42

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.

Cover Glass Refraktometer

Rak Kultur Lampu Neon 40 Watt

(58)

43

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.

(59)

44

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T. Lampiran 5. Bahan Kultur Plankton Tetraselmis sp.

Makronutrien Vitamin B-Komplek

Gambar

Gambar 2.1 Morfologi Tetraselmis sp. (Creswell, 2010)
Gambar 2.2 Morfologi Rotifer (Brachionus sp.) (Lahope, 2013)
Gambar 4.1 Fakultas Perikanan Universitas Kasetsart (Kasetsart University, 2002)
Tabel 4.1 Kualitas Air Selama Masa Pertumbuhan Tetraselmis sp.
+3

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur yang tak terikra penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang atas segala rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PENGARUH KOMPETENSI,

Berdasarkan hasil penelitian dan pengumpulan data di lapangan mengenai pemanfaatan SIG dalam pemetaan sebaran SMP dan SMA negeridi Kota Metro tahun 2013 maka

asing” atau pihak luar, maka penilaian mahasiswa terhadap agama Baha’i mengarah pada kesimpulan bahwa agama Baha’i adalah agama yang menyimpang dari ajaran Islam dan

Tidak mampunya air kelapa muda dalam menghambat pertumbuhan bakteri, Salmonella typhi dan Escherichia coli diduga karena tidak adanya kandungan metabolit sekunder

Hasil skripsi ini adalah sifat-sifat turunan fraksioanal kiri, yaitu: kelipatan konstanta, penjumlahan, pengurangan, komposisi dengan orde bilangan bulat, turunan fraksional

Dengan mengetahui perkembangan harga saham gabungan ini investor dapat.. menjadikannya pedoman untuk mengetahui peluang investasi di pasar

Skripsi berjudul : Upaya Meningkatkan Minat Belajar Mata Pelajaran Ibadah Kompetensi Dasar Salat Jumat Melalui Media Film Pada Siswa Kelas VII D di

Adapun faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa diantaranya tingkat intelegensi siswa, disiplin belajar siswa, minat belajar siswa, motivasi belajar siswa, Lingkungan