Oleh :
ANDRIYANO
NIM. 110 500 075PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
Oleh :
ANDRIYANO
NIM. 110 500 075Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
Pada Keberhasilan Stek Tanaman Kopi Robusta (Coffea canephora).
Nama : Andriyano
Nim : 110 500 075
Program Studi : Budidaya Tanaman Perkebunan Jurusan : Manajemen Perkebunan
Pembimbing, Penguji I, Penguji II,
F. Silvi Dwi Mentari, S. Hut., MP Roby, SP, MP Jamaluddin, SP, M.Si NIP. 197707232003122002 NIP. 197305172005011009 NIP. 197206122001121003
Menyetujui, Mengesahkan,
Ketua PS. Budidaya Tanaman Perkebunan Ketua Jurusan Manajemen Pertanian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
Nur Hidayat, SP, M.Sc Ir. Hasanudin, MP NIP. 197210252001121001 NIP. 196308051989031005 Lulus Ujian Pada Tanggal : ...
MENTARI).
Yang dimaksud dengan stek adalah mengusahakan perakaran dari
bagian-bagian tanaman (cabang, daun, atau akar) dengan memotong dari
induknya untuk ditanam. Kopi robusta ditanam menggunakan bibit stek
karena pada umumnya kopi robusta melakukan penyerbukan silang,
sehingga bila ditanam dengan biji dikawatirkan sifat tanaman tidak sama
dengan induknya.
Tujuan penelitian ini untuk menghitung kecepatan tumbuh dan presentase keberhasilan pertumbuhan stek kopi robusta yang diberikan zat pengatur tumbuh air seni sapi. Adapun hasil yang diharapkan dari penelitian ini, dapat memberi tambahan ilmu bagi kita dan sekaligus memberi informasi bagi petani kopi dan masyarakat pembudidaya tanaman kopi, tentang penggunaan ZPT air seni sapi (10ml/ 100 ml air dan urine sapi murni ) pada stek tanaman kopi. Penelitian ini dilakukan kurang lebih 1 bulan, terhitung dari tanggal 24 Desember, sampai dengan 26 Januari 2014, dari persiapan alat dan bahan hingga pengambilan data terakhir. Penelitian ini dilakukan di areal sekitar Laboratorium Agronomi Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
Penelitian ini terdiri dari 2 perlakuan dengan 20 kali ulangan yaitu :
u1 : Stek kopi yang direndam menggunakan air seni sapi dengan 10 ml/100 ml air, u2 : Stek kopi yang diberikan air seni sapi murni.
Pemberian air seni sapi pada perlakuan u2 (pemberian air seni sapi murni) memberikan hasil yang tertinggi pada presentase pertumbuhan stek kopi robusta. Kata kunci :Air seni sapi, stek & kopi.
merupakan anak ke lima dari tujuh bersaudara dari pasangan ayah dan ibu bernama La Engga dan Wa Da’e.
Jenjang pendidikan dimulai dari bangku Sekolah Dasar (SD) Negeri 17 Samarinda Ulu dan lulus pada tahun 2005, kemudian melanjutkan ke jenjang tingkat pertama (SLTP) Negeri 7 Samarinda dan lulus pada tahun 2008, setelah itu melanjutkan lagi ke tingkat menengah kejuruan (SMK) SPP-SPMA Negeri Samarinda dan lulus pada tahun 2011. Pendidikan tinggi dimulai pada Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, Manajemen Pertanian, Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan pada tahun 2011.
Pada tanggal 11 Agustus 2010 sampai dengan 09 Oktober 2010, melaksanakan Praktek Kerja Usaha (PKU) di Perkebunan Rakyat, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur.
Pada tanggal 04 Maret 2014 sampai dengan 03 Mei 2014 melaksanakan Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. Kota Bangun Plantation, Desa Jembayan, Kecamatan Loa Kulu, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur.
hidayah-Nyalah maka peneliti tentang Perendaman Air Seni Sapi Sebagai Zat Pengatur Tumbuh Pada Keberhasilan Stek Tanaman Kopi Robusta (Coffea canephora) dapat diselesaikan.
Tujuan dari peneliti ini adalah sebagai salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan studi D-3 di Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan, Jurusan Manajemen Pertanian, Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
Tidak lupa peneliti mengucapkan terimakasih kepada :
1. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan kepada peneliti sesama mengikuti pendidikan di Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan.
2. Bapak Nur Hidayat, SP, M.Sc selaku Ketua Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan, Jurusan Manajemen Pertanian, Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
3. Ibu F. Silvi Dwi Mentari, S. Hut, MP selaku pembimbing Karya Ilmiah.
4. Bapak Roby, SP, MP dan bapak Jamaluddin, SP, M.Si dan selaku penguji karya Ilmiah.
5. Rekan-rekan mahasiswa yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian penelitian ini.
Penulis menyadari, bahwa dalam penulisan karya Ilmiah ini masih banyak kekurangan yang harus di perbaharui. Untuk itu penulis berharap saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembacanya untuk perbaikan dan kesempurnaan karya Ilmiah ini. Semoga karya Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya.
Penulis
KATA PENGANTAR... iii
DAFTAR ISI... iv
DAFTAR TABEL... v
DAFTAR LAMPIRAN... vi
I. PENDAHULUAN... 1
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Tanaman Kopi... . 5
B. Perbanyakan Secara Vegetatif... 14
C. Tinjauan Urine Sapi... 18
III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu... 20
B. Alat dan Bahan... 20
C. Rancangan Penelitian... 21
D. Prosedur Penelitian... 21
E. Pengambilan Data... 23
F. Analisis Data... 24
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil... 25
B. Pembahasan... 26
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 30
B. Saran... 30 DAFTAR PUSTAKA
1. Fermentasi Kandungan Air Seni Sapi... 19 2. Data Hari Munculnya Tunas Pada Perlakuan u1 (10 ml/100 ml air) untuk 20 stek... 25 3. Data Hari Munculnya Tunas Pada Perlakuan u1 (10 ml/100 ml air) untuk 20 stek... 26 4. Hasil Presentase Keberhasilan Tumbuh Stek Kopi Robusta... 26
1. Kandungan Hara Air Seni Sapi... 33
2. Hasil Fermentasi Air Seni Sapi... 33
3. Alat dan Bahan... 34
4. Gambar Kegiatan Pembuatan Sungkup dari bambu... 36
5. Gambar Kegiatan Pengambilan Stek Pada Tanaman Kopi... 36
6. Gambar Kegiatan Pemotongan Stek Kopi Robusta... 37
7. Gambar Stek Kopi Tanaman Kopi Robusta... 37
8. Gambar Kegiatan Perendaman Stek Kopi... 38
9. Gambar Kegiatan Penanaman dan Penentuan Letak... 38
10. Gambar Penyungkupan Stek Kopi... 39
11. Gambar Hasil Perlakuan u1... ... 39
I.
PENDAHULUAN
Di Indonesia kopi mulai di kenal pada tahun 1696, yang di bawa oleh VOC. Tanaman kopi di Indonesia mulai di produksi di pulau Jawa, dan hanya bersifat coba-coba, tetapi karena hasilnya memuaskan dan dipandang oleh VOC cukup menguntungkan sebagai komoditi perdagangan maka VOC menyebarkannya ke berbagai daerah agar para penduduk menanamnya. Kopi merupakan salah satu hasil komoditi perkebunan yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi diantara tanaman perkebunan lainnya dan berperan penting sebagai sumber devisa negara. Kopi tidak hanya berperan penting sebagai sumber devisa melainkan juga merupakan sumber penghasilan bagi negara, tidak kurang dari satu setengah juta jiwa petani kopi yang di Indonesia (Najiyanti dan Danarti, 2004).
Kopi termasuk minuman yang digemari oleh pria dan wanita. Konon minuman yang bisa mengurangi rasa kantuk ini sangat umum di masyarakat Indonesia. Bahkan, gerai-gerai kopi sudah menjamur di berbagai sudut kota, hingga di mall. Kafein bekerja dalam tubuh dengan mengambil alih reseptor adenosin dalam sel syaraf yang akan memacu produksi hormon adrenalin. Di dalam kopi terkandung kafein, yang merupakan senyawa kimia alkaloid yang dikenal sebagai trimetilsantin dengan rumus molekul C8H10N4O2. Jumlah kandungan kafein dalam kopi adalah 1-1,5%, sedangkan pada teh 1 - 4,8%. Kopi merupakan suatu jenis minuman berwarna hitam pekat yang mampu memberikan cita rasa unik bagi yang meminumnya. Bahkan tidak sedikit orang menjadi kecanduan karena cita rasa kopi karena adanya kandungan kafein yang terdapat dalam kopi itu sendiri. Jika seseorang sudah kecanduan dengan meminum kopi akan merasakan hari mereka
akan tidak lengkap tanpa meminum kopi. Manfaat kopi sangatlah beragam, terutama manfaat untuk kesehatan. Adapun manfaat kopi untuk kesahatan yaitu : mencegah batu ginjal, melawan diabetes, membantu pernafasan, mencegah kanker payudara dan mengurangi resiko stroke (Anonim, 2012).
Kopi merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang mempunyai kontribusi cukup nyata dalam perekonomian Indonesia, yaitu sebagai penghasil devisa, sumber pendapatan petani, penghasil bahan baku industri, penciptaan lapangan kerja dan pengembangan wilayah. Pada tahun 2005 Indonesia mengekspor kopi robusta sebesar 4.847 ribu karung atau 17,25 persen dari ekspor kopi robusta dunia. Namun beberapa tahun terakhir telah tergeser oleh Vietnam, yang pada tahun 2005 pangsa pasar kopi robustanya telah mencapai lebih dari 50 persen dari perdagangan kopi robusta dunia sebesar 14.642 ribu karung, sehingga Indonesia tergeser pada posisi ke empat setelah Brazil, Vietnam dan Columbia. Tingkat produktivitas di Indonesia saat ini mencapai rata-rata sebesar 700 kg biji kering per hektar per tahun, baru mencapai 60 persen dari potensi produkstivitas yang dimilikinya. Tingkat produktivitas tanaman kopi Indonesia juga lebih rendah jika dibandingkan dengan negara produsen utama kopi dunia lainnya, seperti Vietnam (1.540 kg/ha/th), Columbia (1.220 kg/ha/thn) dan Brazil (1.000kg/ha/th). Apabila ditinjau dari arah kebijakan umum pengembangan kopi tidak terlepas dari kebijakan umum pembangunan perkebunan, yaitu memberdayakan di hulu dan memperkuat di hilir guna menciptakan peningkatan nilai tambah dan daya saing komoditi kopi, dengan memberikan intensif, penciptaan iklim usaha yang kondusif dan peningkatan
partisipasi seluruh stakeholder serta penerepan organisasi modern yang berlandaskan pada penerapan IPTEK (Dirjen Perkebunan, 2006).
Ada banyak teknik perbanyakan pohon kopi secara vegetatif, mulai dari cangkok, stek, okulasi, hingga kultur jaringan. Salah satu cara yang paling poluler adalah stek. Cara ini memiliki beberepa keunggulan diantaranya mudah dilakukan, sifat pohon kopi yang dihasilkan sama persis dengan induknya, hasilnya seragam dan lebih cepat berbuah. Cara stek juga memiliki kelemahan. Pohon kopi yang dihasilkan dari penyetekan tidak mempunyai akar tunjang. Sehingga pohon kopi mudah tersebut ataupun roboh. Selain itu, saat pohon masih muda rentan terhadap serangan nematoda. Namun kini kelemahan tersebut bisa disiasati dengan teknik penyambungan pohon. Tahap pertama yang harus diperhatikan dalam perbanyakan stek adalah memilih bahan tanaman sebagai induk pohon kopi yang akan dikembangkan. Berbeda dengan perbanyakan kopi arabika yang menggunakan varietas, pada kopi robusta biasanya menggunakan klon. Hasil stek yang mengalami kegagalan ini dipengarui oleh media tanam yang perbandingan pencampuran tanahnya kurang benar dimana volume perbandingan antara tanah dan pasir lebih besar tanahnya sehingga batang bawah yang ditanam tidak tersuplai air optimal dan akibatnya tanaman tidak mampu menghasilkan akar sehingga tanaman membusuk, untuk itu pemecahan masalahnya dengan member volume perbandingan pasirnya lebih diperbesar dimana volume pasir lebih besar dari pada tanahnya, media pasir memiliki pori pori yang cukup besar untuk laju air meresap pada sistem perakaran tanaman (Aris, 2010).
Tujuan penelitian ini untuk menghitung kecepatan tumbuh dan presentase keberhasilan pertumbuhan stek kopi robusta yang diberikan zat pengatur tumbuh air seni sapi.
Adapun hasil yang diharapkan dari penelitian ini, dapat memberi tambahan ilmu bagi kita dan sekaligus memberi informasi bagi petani kopi dan masyarakat pembudidaya tanaman kopi, tentang penggunaan ZPT air seni sapi (10ml/ 100 ml air dan air seni sapi murni ) pada stek tanaman kopi.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Morfologi Tanaman Kopi 1. Sistematika Tanaman Kopi
Tanaman kopi merupakan tanaman tahunan maka susunan botaninya Sangat berbeda dengan tanaman musiman, dan dalam tata nama secara taksonomi ini terdapat klasifikasi-klasifikasi dari tanaman kopi. Menurut Anonim (2006) dalam Farhan (2009) tanaman kopi termasuk sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Kelas : Dicotiledonea Ordo : Rubiales Family : Rubiaceae Genus : Coffea
Species : Coffea canephora. 2. Jenis Kopi
Menurut (Najiati dan Danarti, 2008), ada beberapa macam jenis kopi antara lain :
a. Kopi arabika (Coffea arabica)
Baik perkembangan kopi dunia maupun di Indonesia pada khususnya, kopi arabika ini yang banyak dan lebih dahulu dikembangkan , tetapi jenis ini sangat tidak tahan terhadap penyakit
hemileia vastratrix. Yang masih termasuk golongan arabica yaitu kopi arabica varietas baurbon, jenis catura, marago, pasumah (Sumatera) dan congensis. Jenis arabika mempunyai ciri-ciri dan sifat sebagai berikut :
1) Daun kecil, halus dan mengkilap, panjang daun kurang lebih 12-15 cm dan lebar 6 cm.
2) Biji buah lebih besar, berbau harum dan rasanya lebih enak.
3) Bila batang tidak dipangkas, tinggi pohon bisa mencapai 5 m dengan bentuk pohon ramping.
4) Bila jenis ini ditanam pada dataran tinggi yang beriklim kering sekitar 1350-1850 m dpl, produksinya akan bagus. Di Indonesia, kopi arabika dapat berproduksi baik pada ketinggian 1000-1750 m dpl.
5) Curah hujan yang optimal sekitar 1500-2250 mm per tahun, dan musim kering sekitar 2-3 bulan/tahun untuk perkembangan bunga. b. Kopi liberika (Coffea liberica)
Jenis ini berasal dari dataran rendah Monrovia di daerah Liberika. Jenis ini diperkirakan tahan terhadap penyakit, akan tetapi ternyata tidak, sehingga diganti dengan robusta. Jenis liberika ini sekarang hampir musnah, tinggal kurang lebih 1 % dari seluruh jenis kopi yang ada. Yang termasuk jenis liberika antara lain, kopi abeokutae, klainei, deweprei, excelsa dan dybrowskii. Jenis liberika ini memiliki sifat sebagai betikut :
1) Tanaman yang tidak dipangkas bisa mencapai ketinggian 10 m, memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan yang lain, demikian juga mengenai daun, cabang dan buah.
2) Cabang primer dapat bertahan lebih lama dan tiap-tiap buku dapat berbunga atau berbuah beberapa kali yang terdapat cabang primer, melainkan terdapat pada cabang pokok.
3) Besar kecilnya buah tidak merata, pada umumnya buahnya besar, tetapi bijinya kecil, sehingga perbandingan buah basah menjadi biji kering 10 : 1.
c. Kopi robusta (Coffea canephora)
Jenis kopi ini berasal dari hutan katulistiwa di Afrika, dari pantai barat sampai Uganda, terbentang 100 LU dan LS, dapat tumbuh dari permukaan laut sampai ketinggian 1700 m. Ketinggian tempat yang
optimal sekitar 300-800 m dpl, dengan curah hujan 1250-12500 mm/tahun. Yang termasuk varietas robusta antara lain :
congesta, uganda, dan quillo.
Jenis robusta ini memiliki sifat sebagai berikut :
1) Bau dan rasanya tidak seenak kopi arabika, tetapi produksinya jauh lebih tinggi dan harganya lebih rendah dari kopi arabika. 2) Daun lebih kecil dengan ukuran 15-17 cm dengan lebar daun 9 cm
dengan permukaanya agak berombak dan dari batang-batangnya banyak tumbuh cabang-cabang serta tahan terhadap penyakit.
Menurut Hulpi (2001), saat ini pemerintah telah melepas enam klon robusta, yaitu klon BP 42, BP 234, BP 288, BP 358, BP 409 serta SA 237.
3. Morfologi Tanaman Kopi a. Akar
Kopi termasuk keluarga (suku rubiaceae ), keluarga coffea, bijinya berkeping dua (dikotil). Susunan akarnya sebgai berikut :
Akar tunggal : akar yang masuk kedalam tanah, berfungsi untuk tegaknya tanaman dan penolong bila terjadi kekeringan. Pada akar tunggal sering timbul akar yang di samping di sebut akar lebar. Pada akar-akar lebar tumbuh akar-akar rambut dan bulu-bulu akar, yang
berguna untuk mengisap unsur hara bagi tanaman (Najianti dan Danarti, 2008).
b. Batang dan Cabang
Pohon kopi berbatang tegak lurus dan beruas-ruas hampir pada tiap tumbuh kuncup-kuncup pada batang dan cabang susunannya agak rumit pada batang-batang itu sering tumbuh cabang yang tegak lurus, yang direbut cabang (orthotrop) nama cabang atau tunas-tunas yang tumbuh pada batang itu bisa disebut wiwilan tunas air atau cabang air.
Menurut Najianti dan Danarti (2008), tanaman kopi memiliki beberapa cabang diantaranya yaitu :
1) Cabang reproduksi (orthrotrop)
Cabang reproduksi adalah cabang yang tumbuhnya tegak dan lurus. Ketika masih muda, cabang ini sering juga disebut wiwilan. Cabang ini berasal dari tunas reporoduksi yang terdapat di setiap ketiak daun pada batang utama atau batang primer. Setiap ketiak daun mempunyai 4-5 tunas reproduksi sehingga bila cabang reproduksi mati, maka bisa diperbaharui sebanyak 4-5 kali. Cabang reproduksi mempunyai sifat seperti batang utama sehingga bila batang utama mati atau tidak tumbuh sempurna, maka fungsinya dapat digantikan oleh cabang lain.
2) Cabang primer (plagiotrop)
Cabang primer adalah cabang yang tumbuh pada batang utama atau cabang reproduksi dan berasal dari tunas primer. Setiap ketiak hanya mempunyai satu tunas primer sehingga bila cabang ini mati, di tempat tersebut tidak dapat tumbuh cabang primer lagi. Ciri-ciri cabang primer adalah arah pertumbuhannya mendatar, lemah dan berfungsi sebagai penghasil bunga. Di setiap ketiak daun terdapat mata atau tunas yang dapat tumbuh menjadi bunga.
3) Cabang sekunder
Cabang sekunder adalah cabang yang tumbuh pada cabang primer dan berasal dari tunas sekunder. Cabang ini mempunyai sifat seperti cabang primer sehingga dapat menghasilkan bunga.
4) Cabang kipas
Cabang kipas adalah cabang reproduksi yang tumbuh kuat pada cabang primer karena pohon sudah tua. Pohon yang sudah tua biasanya mempunyai sedikit cabang primer karena sebagian besar sudah mati. Cabang ini biasanya terletak diujung batang dan pertumbuhannya cepat sehingga mata produksi tumbuh pesat menjadi cabang reproduksi. Cabang reproduksi ini sifatnya seperti batang utama dan sering disebut sebagai cabang kipas.
5) Cabang balik
Cabang balik adalah cabang reproduksi yang tumbuh pada cabang primer, berkembang tidak normal dan arah pertumbuhannya menuju kedalam mahkota tajuk.
6) Cabang air
Cabang air adalah cabang reproduksi yang tumbuh pesat serta ruas daun relatif panjang dan lunak atau banyak mengandung air.
c. Daun
Kopi mempunyai daun bulat telur ujungnya agak meruncing sampai bulat tumbuh pada batang, cabang dan ranting-ranting tersusun berdampingan pada ketiak.
d. Bunga
Tumbuhnya bunga kopi pada ketiak-ketiak cabang primer tersusun berkelompok, tiap-tiap kelompok terdiri dari 4-6 kuntum bunga yang bertangkai pendek.
Pada tiap-tiap ketiak daun dapat tumbuh 3-4 kelompok bunga maka pada tiap buku dapat tumbuh ± 30 kuntum bunga atau lebih dan pada musim berbunga satu pohon dapat keluar sampai ribuan kuncup. Kucup bunga tersebut mempunyai susunan sebagai berikut :
1) Kelopak berwarna hijau, berukuran kecil dan pendek. 2) Daun bunga mahkota terdiri dari 3-8 helaian bunga. 3) Benang sari terdiri dari 5-7 helai berukurang pendek.
4) Tangkai putik berukuran kecil panjang, kepala putik berseri 2 helai. 5) Bakal buah susunan tengelam di dalamnya terdiri-dari 2 butir biji
dari bakal buah hingga menjadi masak, berlansung 7-12 bulan tergantung dari jenis iklim dan letak geografinya.
e. Buah
Buah kopi yang masih muda berwarna hijau, sedangkan buah yang masak berwarna merah. Pada umumnya kopi mengandung 2 butir biji, biji-biji tersebut mempunyai bidang yang datar (perut) dan bidang yang cembung (punggung), tetapi ada kalanya hanya ada satu butir biji yang bentuknya bulat panjang sering disebut biji atau kopi (lanang).
4. Syarat Tumbuh Kopi Robusta
Menurut (Najianti dan Danarti, 2006), syarat tumbuh tanaman kopi robusta antara lain :
a. Iklim
Faktor iklim merupakan salah satu syarat utama dalam pembudidayaan tanaman kopi. Tanaman kopi dapat tumbuh baik pada kisaran zona 200 lintang utara dan 200 lintang selatan. Di antara faktor iklim yang mempengaruhi pertumbuhan dan hasil kopi, dalam garis besarnya dapat di bagi menjadi :
1.) Ketenggian Tempat
Kopi robusta dapat tumbuh pada dataran rendah sampai dataran tinggi, tetapi di dataran rendah kurang dari 1000 m dpl, mudah diserang oleh penyakit “HV” begitu juga pada ketinggian melebihi 1700 m, sudah tidak baik lagi, karena sudah terlalu dingin, lebih-lebih pada malam hari. Kopi robusta yang baik pada ketinggian tempat 400-800 mdpl, dengan derajat panas 24-30 oC. Derajat panas ini penting karena mempengaruhi cepat atau lambatnya kopi itu mulai berhasil.
2.) Curah Hujan
Mengenai curah hujan yang penting bukan banyaknya dalam satu tahun melainkan pembagian curah hujan dalam masa satu tahun. Batas minimal dalam satu tahun adalah 1000-2000 mm, sedangkan yang optimal adalah 2000-3000 mm.
3.) Sifat-Sifat Angin
Pohon kopi tidak dapat tahan terhadap angin yang kencang, lebih-lebih dimusim kemarau, karena angin ini akan mempertinggi penguapan air di permukaan tanah pada perkebunan. Selain mempertinggi penguapan dapat juga mematahkan dan merebahkan pohon pelindung yang tinggi, sehingga dapat merusak tanaman di bawahnya. Untuk mengurangi kerasnya guncangan angin di tepi-tepi perkebunan dapat ditanami pohon penahan angin. Selain itu pohon pelindung dapat mengurangi derasnya guncangan angin.
4.) Pengaruh Iklim Terhadap Produksi
Iklim besar pengaruh sekali terhadap produksi. Pengaruh ini sudah tampak menjelang cabang-cabang yang dewasa yang akan berbunga samapai pada buah yang masak. Dalam hal ini yang memegang peranan adalah curah hujan dan pancaran sinar matahari. Pada akhir musim penghujan, pada cabang-cabang produktif telah nampak tumbuh kuncup-kuncup bunga yang kecil sekali, kurang lebih ada lima buah. Tiap-tiap lubang dibagi oleh sepasang penampu, lambat laun kuncup itu bertambah besar hingga mencapai ukuran 10-12 mm. Pada tiap-tiap kuncup terdapat 4-6 buah. Dasar bunga yang bertangkai pendek keluar dari selubung penumpu daun pada permulaan berwarna hijau, kemudian berwarna putih, bentuknya serupa lilin. Pada saat
membentuk bunga lilin, pertumbuhan bunga berhenti istirahat kurang lebih 7-8 hari.
b. Tanah
Tanaman kopi menghendaki persyaratan kondisi tanah yang subur dan mempunyai solum tanah yang cukup dalam (kurang lebih 1,5 m). Jenis tanah yang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan tanaman kopi adalah mempunyai struktur tanah yang baik, mengandung bahan organik paling sedikit 3%, memiliki tata udara dan tata air yang baik.
B. Perbanyakan secara Vegetatif
Perbanyakan tanaman kopi dengan stek dewasa ini telah berkembang dengan pesat, terutama pada kopi robusta. Sebagian besar perusahaan perkebunan besar negara dan swasta telah menggunakan bahan tanam stek sebagai bahan tanam atau untuk peremajaan tanaman kopinya. Pertumbuhan tanaman stek lebih seragam dan memiliki sifat genetik sama dengan induknya. Sistem perakaran tanaman stek juga cukup kokoh menyerupai tanaman semaian (Nur dan Zainudin, 1989).
Perbanyakan tanaman kopi dilakukan melalui dua cara, yaitu secara generatif dan vegetatif. Secara teknis perbanyakan secara generatif lebih mudah dibanding perbanyakan secara vegetatif. Akan tetapi perbanyakan secara vegetatif menghasilkan bahan tanaman yang secara genetis sama dengan tanaman induknya. Kedua cara perbanyakan tanaman kopi tersebut memerlukan pengelolaan yang berbeda. Rencana penanaman kopi dengan
menggunakan bahan tanam yang berbeda akan memerlukan bahan tanaman, bahan pembantu, dan jumlah serta kualifikasi tenaga kerja yang berbeda. Karena merupakan teknik modifikasi dari perbanyakan secara generatif, maka pengelolaannyapun sebenarnya mengacu pada pengelolaan perbanyakan tanaman kopi secara generatif, dan hanya pada tindakan yang berbeda itu sajalah harus dilakukan penyesuaian pengelolaan (Aris, 2010).
Secara umum perbanyakan secara vegetatif dibagi menjadi penyetekan (stek ruas), penyambungan (sambungan epikotil, sambungan hipokotil, dan sambungan akar), gabungan antara penyetekan dan penyambungan (stek sambung), dan perbanyakan secara kultur jaringan. Secara manajerial, suatu hal yang harus diperhatikan untuk perbanyakan secara vegetatif ini adalah ketersediaan sumber bahan tanamannya. Untuk perbanyakan secara generatif, bahan tanam dapat disediakan oleh sumber benih resmi (Aris, 2010).
Untuk perbanyakan secara vegetatif, bahan tanam harus disediakan sendiri oleh kebun sesuai dengan keperluannya, misal dengan membangun kebun entres untuk memproduksi tunas orthotrop untuk keperluan penyetekan, membangun kebun entres untuk penyedia entres akar untuk keperluan sambung akar, atau melakukan pemesanan secara khusus untuk menyediakan bahan tanam hasil kultur jaringan kepada lembaga yang berkompeten, seperti Pusat Penelitian Kopi (Aris, 2010).
Selain itu keberhasilan dalam penyetekan harus didukung pula dengan lingkungan yang memadai. Umumnya menggunakan sungkup plastik
transparan. Sungkup ini berfungsi sebagai penjaga kelembaban dan suhu sehingga diharapkan pertumbuhan stek dapat tumbuh dengan baik. Setelah stek disemaikan, tahap selanjutnya adalah pemeliharaan persemaian. Pemeliharaan persemaian meliputi penyiraman dan pemberantasan gulma yang mengganggu dipersemaian. Penyiraman dilakukan hingga media menjadi lembab (Erviyanti, 2005).
Kopi robusta mempunyai sistem penyerbukan silang sehingga apabila kopi robusta diperbanyak dengan benih, tanaman tidak akan sama dengan induknya yang bersifat unggul. Untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan perbanyakan secara vegetatif salah satunya adalah menggunakan stek
(Aris, 2010).
Tujuan dilakukannya stek pada tanaman kopi yaitu untuk mendapatkan tanaman yang cepat menghasilkan, tanaman kopi yang rendah, memiliki sifat yang sama dengan induknya, dan untuk menghasilkan tanaman yang memiliki daya adaptasi dan perakaran yang kuat.
Syarat-syarat pohon induk tanaman kopi yang akan digunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman melalui stek yaitu :
1. Memiliki identitas pohon induk yang jelas.
2. Telah berumur minimal 5 tahun dan maksimal 25 tahun. 3. Memiliki daya adaptasi yang luas.
4. Terhindar dari gangguan hama dan penyakit.
Perbanyakan dengan stek mudah dilakukan dan tidak memerlukan peralatan khusus dan teknis pelaksanaan yang rumit. Dimana, perbanyakan tanaman dengan stek ini mempunyai berbagai keunggulan seperti dapat menghasilkan tanaman yang memiliki sifat yang sama dengan tanaman induknya dan dengan dilakukan perbanyakan tanaman secara stek lebih cepat berbuah dan berbunga, dapat menghasilkan tanaman baru dalam jumlah yang banyak walaupun bahan tanaman yang tersedia terbatas atau sedikit. Selain adanya keunggulan, perbanyakan tanaman secara stek terdapat juga kelemahan baik secara fisiologis maupun morfologi dalam pertumbuhan tanaman yaitu perbanyakan tanaman secara stek ini memiliki akar serabut yang dimana akar serabut pertumbuhan tanamannya rentan yaitu sangat mudah roboh pada keadaan iklim yang kurang mendukung seperti angin kencang, tanah selalu jenuh, sehingga perakarannya dangkal, membutuhkan tanaman induk yang lebih besar dan lebih banyak sehingga membutuhkan biaya yang banyak dan dalam perbanyakan tanaman secara stek tingkat keberhasilanya sangat rendah (Aris, 2010).
C. Tinjauan Air Seni Sapi
Hormon tumbuh dapat berupa hormon tumbuh alami, maupun hormon tumbuh sintetis. Hormon tumbuh alami dapat diperoleh dari organ tumbuh tanaman yang masih muda, misalnya ujung tanaman dan ujung akar. Tetapi sumber keduanya sulit dicari. Sedangkan hormon tumbuh sintetis adalah hormon tumbuh yang dibuat oleh pabrik, misalnya IAA (Indoleacetic acid) atau dipasaran disebut Rooton F (Abdurrani, 1990).
Seiring dengan berkembanganya ilmu pengetahuan, dari hasil penelitian ternyara Rooton F juga terdapat dalam air seni sapi. Fungsinya sama, yakni merangsang pertumbuhan akar pada stek kopi sebagai bahan tanam (Abdurrani, 1990).
Air Seni Sapi adalah zat cairan buangan yang terhimpun didalam kandung kemih dan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui saluran kemih. Jadi Air seni sapi adalah zat cair buangan yang terhimpun didalam kandung kemih sapi dan dikeluarkan dari dalam tubuh sapi melalui saluran kemih sapi. Air seni sapi juga merupakan pupuk kandang cair bagi tanaman, air seni sapi juga sebagai pengembur tanah, ini dikarenakan sapi banyak mengkonsumsi dedaunan yang banyak mengandung zat-zat bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman. Air seni yang dihasilkan ternak sebagai hasil metabolisme mempunyai nilai yang sangat bermanfaat yaitu : kadar N dan K yang sangat tinggi, air seni sapi mudah diserap tanaman dan air seni sapi mengandung hormon pertumbuhan tanaman. Kandungan unsur hara air seni yang dihasilkan ternak tergantung mudah atau sukarnya makanan dalam perut hewan dapat dicernakan. Kandungan kimia air seni sapi adalah N = 1,4 % sampai 2,2, P = 0,6 % sampai 0,7 %, K = 1,6 sampai 2,1%, penggunaan pupuk kandang air seni sapi sebagai zat pengatur tumbuh. Air seni sapi juga memberi pengaruh positif terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman, dikarenakan baunya yang sangat khas, air seni sapi juga dapat berfungsi sebagai pengendali hama tanaman dari serangga (Anti, 1987).
Selain itu, di dalam air seni sapi juga mengandung zat pengatur tumbuh, sebagaimana disebutkan bahwa kadar auksin pada air seni sapi jantan sekitar 1.042 ppm sedangkan pada air seni sapi betina 1.852 ppm. Kadar asam Gibberellin pada air seni sapi jantan 55 ppm sedangkan pada air seni sapi betina 291 ppm. Kedua zat pengatur tumbuh ini, baik auksin maupun asam gibberelin, setelah terabsorbsi dan masuk ke dalam benih, akan merangsang proses pertumbuhan bibit tanaman (Dharma, 2012).
Menurut Dharma, 2012kandungan air seni sapi sesudah fermentasi dan sebelum difermentasi mempunyai data sebagai berikut :
Tabel 1. Fermentasi Kandungan Air Seni Sapi
Perbandingan N P K Warna
Sebelum 1,1 0,5 0,9 Kuning
Sesudah 2,7 2,4 3,8 Coklat kehitaman
Cara penggunaannya, bahan air seni dikumpulkan pada satu tempat, misalnya kaleng, saring air seni dengan kain tipis atau kain kasa, encerkan air seni dengan menggunakan air bersih sampai konsentrasi 5 % atau 10 %, caranya yaitu 10 ml air seni ditambah 200 ml air (5 %) atau 10 ml air seni ditambah 100 ml air (10 %).
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu
Penelitian ini di lakukan di areal sekitar Laboratorium Agronomi Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Waktu penelitian ini dimulai pada 24 Desember 2013 sampai 26 Januari 2014, yang meliputi persiapan kegiatan, pelaksanaan penelitian, pengambilan data serta pengolahan data.
B. Alat dan Bahan
1. Alat - alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Gunting stek b. Cangkul c. Parang d. Gelas piala e. Plastik sungkup f. Bambu g. Gembor h. Bak semai i. Alat dokumentasi j. Alat tulis menulis.
2. Bahan - bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Top soil
b. Pasir c. air
d. Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) berupa air seni sapi.
e. Stek tanaman kopi robusta klon BP 234 yang diambil dari kebun percontohan Politeknik Pertanian .
C. Rancangan Penelitian
Penelitian terdiri dari 2 perlakuan di mana tiap perlakuan terdiri dari 20 ulangan. Jadi jumlah tanaman yang diamati adalah 40 stek tanaman kopi robusta. Perlakuan menggunakan air seni sapi sebagai Zat Pengatur Tumbuh dalam penelitian ini.
Rancangan penelitian faktor-faktor perlakuan adalah sebagai berikut : u1 : Stek kopi yang direndam menggunakan air seni sapi dengan 10 ml/100 ml air
u2 : Stek kopi yang direndam menggunakan air seni sapi murni. D. Prosedur Penelitian
1. Persiapan areal tanam
Areal yang digunakan dalam penelitian ini yaitu memiliki perlindungan yang cukup terhadap sinar matahari, dekat dengan sumber air, jauh dari gangguan hama serta gangguan penyakit dan juga mudah untuk diawasi. Area yang digunakan dibersihkan dan datar, agar memudahkan dalam penempatan bak semai.
2. Persiapan media tanam
Tanah yang digunakan untuk media tanam yaitu tanah top soil yang di ambil dari sekitar area penelitian dicampur dengan pasir dengan
menggunakan perbandingan 1 : 1. Tanah tersebut dibersihkan dari akar-akar pohon, daun dan krikil lalu dicampur dengan pasir.
3. Persiapan bahan tanam
Stek yang digunakan dalam penelitian ini yaitu stek kopi robusta dari perbanyakan secara generatif yang telah berproduksi dengan baik yang terhindar dari hama serta penyakit. Untuk steknya, menggunakan 2 ruas yang diambil dari cabang sekunder, dimana cabang ini tumbuh pada cabang primer dan berasal dari tunas sekunder, cabang yang dipilih pun harus sehat dan terhindar dari hama dan penyakit.
4. Pemberian ZPT pada stek tanaman kopi
Pemberian zat pengatur tumbuh pada perlakuan u1 (Stek kopi yang direndam menggunakan air seni sapi dengan 10 ml/100 ml air) dilakukan dengan mencampurkan ZPT dengan air yaitu dengan cara dilarutkan sesuai dengan perbandingannya. Aduk hingga rata, lalu stek kopi di celupkan ke dalam konsentrasi yang telah ada selama 10 menit. Pemberian zat pengatur tumbuh pada perlakuan u2 (stek kopi yang direndam menggunakan air seni sapi murni) dilakukan dengan menyelupkan stek kopi ke dalam konsentrasi yang telah ada selama 10 menit.
5. Penanaman stek
Masing-masing bak semai akan ditanami kurang lebih 20 stek tanaman kopi dengan pertumbuhannya yang baik. Dan lalu ditanam di media tanam yang telah disiapkan. Jarak tanam yang di gunakan adalah 5 cm x 5 cm.
6. Pemberian sungkup plastik
Keberhasilan dalam penyetekan harus didukung pula dengan lingkungan yang memadai, umumnya menggunakan sungkup plastik transparan. Sungkup ini berfungsi sebagai penjaga kelembaban dan suhu sehingga diharapkan pertumbuhan stek dapat tumbuh dengan baik.
Pemberian sungkup plastik dilakukan setelah stek telah ditanam di bak persemaian. Kemudian sungkup bak persemaian sampai tidak ada lagi celah yang terbuka, agar udara serta kelembabannya tetap terjaga.
7. Pemeliharaan
Untuk kegiatan pemeliharaan dilakukan pemantauan tempat persemaian, jangan sampai ada celah yang terbuka lebar, agar suhu udara di dalamnya tetap terjaga.
E. Pengambilan Data
Pengambilan data pengamatan dilakukan selama kurang lebih 3 minggu, dari data pertama hingga data terakhir.
1. Pengambilan data kecepatan tumbuh
Mengamati stek yang tumbuh lebih dahulu dan dicatat hari tampak tunas yang muncul dan juga pada jumlah tumbuhnya.
2. Presentase keberhasilan
Mengamati presentase keberhasilan pada saat terakhir pengambilan data dan sekaligus mengamati berapa jumlah stek yang tumbuh.
3. Jumlah tanaman
Jumlah stek tanaman kopi robusta yang hidup dihitung tiap perlakuannya. Untuk selanjutnya, akan dihitung presentase keberhasilan tumbuhnya.
F. Analisis Data
Persentase keberhasilan tumbuh stek kopi robusta, dihitung dengan cara : jumlah tanaman hidup
% keberhasilan stek = X 100% jumlah stek yang ditanam
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Jumlah Tanaman yang Hidup
Dari hasil penelitian dari pemberian urin sapi dengan perlakuan yang berbeda terhadap stek tanaman kopi robusta (Coffea canephora) bahwa perlakuan 1 tunas muncul yang pertama yaitu pada hari ke 14 dengan jumlah tunas yang muncul adalah 4 stek, sedangkan pada hari ke 15, tunas yang muncul adalah 4 stek, pada hari ke 17 tunas yang muncul adalah 3 stek, dan pada hari ke 18 tunas yang muncul adalah 5 stek, jadi jumlah keseluruhan tunas yang muncul pada perlakuan 1 yaitu 16 tunas, jadi stek yang hidup adalah 16 dan yang mati 4 stek. Data pertumbuhan tunas dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 2. Data Hari Munculnya Tunas Pada Perlakuan u1 (10 ml/100 ml air) untuk 20 stek.
Hari munculnya tunas Tanaman yang hidup Tanaman yang mati
14 4 -
15 4 -
17 3 2
18 5 2
Jumlah 16 4
Pada perlakuan 2, munculnya tunas lebih cepat dibandingkan dengan perlakuan 1 yaitu pada hari ke 12 dengan jumlah tunas yang muncul 5 stek, pada hari ke 13 tunas yang muncul adalah 3 stek, pada hari ke 14 tunas yang muncul adalah 4 stek dan pada hari ke 15 tunas yang muncul adalah 7
stek jadi jumlah keseluruhan tunas yang muncul pada perlakuan 2 yaitu 19 tunas, jadi stek yang hidup adalah 19 dan stek yang mati 1. Data pertumbuhan tunas perlakuan 2 dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3. Data Hari Munculnya Tunas Pada Perlakuan u2 Air Seni Sapi Murni Hari Munculnya Tunas Tanaman yang hidup Tanaman yang mati
12 5 - 13 3 - 14 4 - 15 7 1 Jumlah 19 1 2. Presentase Tumbuh
Pada presentase tumbuhan stek tanaman kopi robusta perlakuan U1, menunjukkan hasil presentase tumbuh 80 % dengan jumlah tanaman yang hidup sebanyak 16, sedangkan pada presentase tumbuh stek tanaman kopi robusta perlakuan U2, menunjukkan hasil presentase tumbuh 95 % dengan jumlah tanaman yang hidup sebanyak 19. Data presentase tumbuh stek tanaman kopi robusta dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4. Hasil Presentase Keberhasilan Tumbuh Stek Kopi Robusta. Perlakuan Jumlah tanaman hidup Presentase tumbuh
u1 16 16/ 20 x 100 = 80 %
u2 19 19/ 20 x 100 = 95 %
B. Pembahasan
Hasil pengamatan air seni sapi yang dilakukan selama 3 minggu terhadap stek kopi robusta memberikan hasil yang berbeda, dimana pemberian air seni sapi terbaik dari parameter yang diamati. Hal ini menunjukan bahwa pemberian
air seni sapi perlakuan u2 (stek kopi yang direndam menggunakan air seni sapi murni) memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan pada perlakuan u1,( stek kopi yang direndam menggunakan air seni sapi dengan 10 ml/100 ml air).
Menurut Novizan (2007) pupuk yang memiliki kandungan N yang lebih tinggi dibandingkan unsur hara lainnya tergolong ke dalam jenis-jenis pupuk fase vegetatif. Ditambahkan oleh Marsono dan Lingga (2006) bahwa pupuk yang kandungan N nya tinggi menyebabkan daun akan lebih cepat berubah menjadi hijau dan tunas-tunas baru akan bermunculan. Hal ini diduga merupakan salah satu penyebab terjadinya perbedaan pertumbuhan jumlah daun dan jumlah tunas yang akan muncul.
Menurut Anti (1987) penggunaan air seni sapi sebagai zat pengatur tumbuh mempunyai kandungan unsur hara N = 1,4 % sampai 2,2, P = 0,6 % sampai 0,7 %, K = 1,6 sampai 2,1%. Manfaat dari unsur hara tersebut adalah sebagai berikuit :
1. Tumbuhan memerlukan nitrogen (N) untuk pertumbuhan, terutama pada fase vegetatif yaitu pertumbuhan tunas, cabang dan batang. Kebutuhan akan N yang di butuhkan stek kopi robusta dapat di penuhi dengan pemberian air seni sapi karena memiliki kandungan N sebanyak 1,4 % sampai 2,2 persen nitrogen.
2. Dalam air seni sapi mengandung posfor (P) sebanyak 0,6 % sampai 0,7 % sehingga unsur P dapat memicu terjadinya pertumbuhan akar yang dapat memperkuat batang tanaman. Sehingga proses metabolisme pada stek
tanaman kopi dapat meningkat dan proses ini berdampak pada cepatnya pertumbuhan akar tanaman kopi.
3. Kandungan Kalium (K) pada air seni sapi 1,6 % sampai 2,1 % diduga mampu meningkatkan ketahanan stek kopi terhadap serangan penyakit dan kekeringan karena Kalium (K) berfungsi untuk memperkuat jaringan tanaman dan berperan dalam pembentukan antibodi tanaman yang bisa melawan penyakit serta kekeringan. Sehingga selama proses pengamatan berlangsung, stek tanaman kopi robusta lebih kuat menghindari serangan penyakit.
Berdasarkan hasil pengamatan di atas terlihat jelas bahwa u1 (stek kopi yang rendam menggunakan air seni sapi murni) lebih efektif karena kandungan unsur N, P, K masih tinggi karena tidak ada bahan campuran air karena air seni sapi murni memiliki unsur hara makro yang dibutuhkan tanaman. Sehingga pemberian air seni sapi murni lebih efektif. Sedangkan u2 (stek kopi yang direndam menggunakan air seni sapi dengan 10 ml/100 ml air) menunjukan rata-rata pertumbuhan yang lebih rendah.
Adapun tanaman yang mati untuk perlakuan u1 (stek kopi yang direndam menggunakan air seni sapi dengan 10 ml/100 ml air) yaitu 4 tanaman sedangkan pada perlakuan u2 (stek kopi yang direndam menggunakan air seni sapi murni) yaitu 1 tanaman. Hasil stek yang mengalami kegagalan ini dipengarui oleh media tanam yang perbandingan pencampuran tanahnya kurang benar dimana volume perbandingan antara tanah dan pasir lebih besar tanahnya sehingga batang bawah yang ditanam tidak tersuplai air optimal dan akibatnya tanaman tidak mampu menghasilkan akar sehingga tanaman membusuk, untuk itu pemecahan
masalahnya dengan member volume perbandingan pasirnya lebih diperbesar dimana volume pasir lebih besar dari pada tanahnya, media pasir memiliki pori pori yang cukup besar untuk laju air meresap pada sistem perakaran tanaman. Adapun kegagalan stek yang ditanam yaitu karna bibit stek yang diambil diduga kurang sehat atau terkena hama maupun penyakit.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kecepatan tumbuh yang lebih baik ditunjukkan oleh perlakuan u2 ( stek kopi yang direndam menggunakan air seni sapi murni) tunas muncul pada hari ke 12 dengan jumlah stek sebanyak 5 buah, sementara peresentase tumbuh yang lebih unggul adalah perlakuan u2 (stek kopi yang direndam menggunakan air seni sapi murni) dengan dengan presentase tumbuh yaitu 95 %.
B. Saran
Untuk mendapatkan stek kopi yang baik dapat di gunakan air seni sapi sebagai zat pengatur tumbuh, dan dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan konsentrasi dan waktu perendaman yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrani. 1990. Bercocok Tanam Kopi. Yayasan kanisius Yogyakarta.
Abdurrani. 1990. Kualitas Fisik dan Kimia Urine Ternak Sebagai Pupuk Organik. Penelitian UUM. Malang.
Anonim. 2012.Herbals Kesehatan Pertanian.
Anti. 1987. Pemanfaatan Urine Sapi Sebagai Pupuk Cair. Penelitian Universitas UUM Malang.
Aris. 2010. Perbanyakan Generatif Tanaman Kopi.
Dharma. W. A. 2012. Upaya Peningkatan Produktivitas Tanaman dengan Menggunakan Urine Sapi Sebagai Pupuk Organik Cair. Unifersitas Negeri Malang. Malang.
Direktorat Jendral Perkebunan, Deptan RI. 2006. Arah Kebijakan Pengembangan Kopi diIndonesia, Simposium Kopi. Surabaya.
Erviyanti. 2005. Hormon Tumbuhan. CV Rajawali. Jakarta.
Farhan. 2009. Bercocok Tanaman Kopi. Yayasan Kanisius. Yogyakarta. Hulpi. 2001. Bercocok Tanaman Kopi. Yayasan Kanisius. Yogyakarta.
Najianti dan Darnati. 2004. Budidaya Kopi dan Penanganan Pasca Panen. PT. Penebar Swadaya.
Najianti dan Darnati. 2006. Budidaya Kopi dan Penanganan Pasca Panen. PT. Penebar Swadaya.
Najianti dan Darnati. 2008. Budidaya Kopi dan Penanganan Pasca Panen. PT. Penebar Swadaya.
Nur dan Zainudin. 1989. Budidaya Tanaman Kopi. Yayasan Kanisius. Yogyakarta. Marsono dan P Lingga. 2006. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Novizan. 2007. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agro Media Pustaka. Depok. Wuianto Dan Erviyanti. 2005. Pupuk Organik Cair. Aplikasi Dan Manfaatnya. Agro
Lampiran 1. Kandungan Hara Air Seni Sapi
Kandungan Hara Urine Sapi
N(%) 1,00
P(%) 0,50
K(%) 1,50
Air(%) 92
Sumber : Universitas Negeri Malang. 2012
Lampiran 2. Hasil Fermentasi Air Seni Sapi
Sebelum Fermentasi Sesudah Fermentasi
pH
7,2
8,7
N
1,1
2,7
P
0,5
2,4
K
0,9
3,8
Ca
1,1
5,8
Na
0,2
7,2
Fe
3726
7692
Mn
300
507
Zn
101
624
Cu
18
510
Warna Kuning Hitam
Bau Menyengat Kurang
Lampiran 3. Alat dan Bahan
Gambar 1. Cangkul
Gambar 3. Gelas Piala.
Lampiran 4. Gambar Kegiatan Pembuatan Kerangka Sungkup dari bahan bambu
Lampiran 6. Gambar Kegiatan Pemotongan Stek Kopi Robusta
Lampiran 8. Gambar Kegiatan Perendaman Stek Kopi
Lampiran 10.Gambar Penyungkupan Stek Kopi