• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

28

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

1.1. Gambaran Umum Responden Penelitian

Berikut ini akan dijelaskan mengenai gambaran umum responden penelitian berdasarkan data demografis seperti jenis kelamin, usia, pekerjaan, dan tingkat pendidikan; dan data-data yang berkaitan dengan gangguan spektrum skizofrenia seperti jenis diagnosis, jenis pengobatan, lama responden mengalami gangguan, dan apakah responden pernah mengalami perawatan di rumah sakit atau tidak. Gambaran umum responden secara lengkap dapat dilihat pada tabel 10 dan 11.

Responden dalam penelitian ini adalah individu yang memiliki gangguan spektrum skizofrenia. Jumlah responden sebanyak 58 orang dengan rentang usia 18 – 51 tahun. Mayoritas responden dalam penelitian ini adalah laki-laki, yaitu sebanyak 69% (n = 40), sedangkan perempuan hanya sebanyak 31% (n = 18).

Sebagian besar responden dalam penelitian ini berada pada rentang usia

young adulthood, yaitu sebanyak 81% (n = 47), sisanya berada pada rentang usia

emerging adulthood sebanyak 5.2% (n = 3) dan middle adulthood sebanyak 13.8% (n = 8). Mayoritas responden memiliki tingkat pendidikan SMA dan S1, masing-masing sebanyak 39.7% (n = 23). Responden dalam penelitian ini lebih banyak yang tidak bekerja, yaitu sebanyak 31% (n = 18).

Berdasarkan jenis diagnosa, sebagian besar responden memiliki gangguan skizofrenia, sebanyak 70.7% (n = 41). Mayoritas responden mendapatkan pengobatan dengan obat-obatan, yaitu sebanyak 65.5% (n = 38) dan mengalami

(2)

29

gangguan selama 6 – 10 tahun, yaitu sebanyak 28% (n = 17), selama 0 – 5 tahun sebanyak 25.9% (n = 15) dan selama 11 – 15 tahun sebanyak 20.7% (n = 12). Sebagian besar responden pernah mengalami perawatan di rumah sakit, yaitu sebanyak 65.5% (n = 38).

1.2. Analisis Deskriptif

1.2.1. Analisis Deskriptif Kualitas Hidup

Table 1 Deskripsi Skor Kualitas Hidup

Kualitas Hidup Perolehan Harapan

Xtinggi 104 150

Xrendah 13 0

Mean 66.638 75

Std. Deviation 18.818 25

Berdasarkan tabel 1, dapat diketahui bahwa rata-rata skor perolehan skor kualitas hidup sebesar 66.638, lebih kecil dari skor harapan sebesar 75. Hal ini menunjukkan bahwa sampel pada penelitian ini menunjukkan tingkat kualitas hidup yang lebih rendah dibandingkan dengan populasi pada umumnya.

1.2.2. Analisis Deskriptif Strategi Coping

Table 2 Analisis Deskriptif Strategi Coping

Strategi Coping M (Perolehan) SD (Perolehan) M (Harapan) SD (Harapan) Active Coping 6.603 1.621 3 1 Planning 6.586 1.499 3 1 Positive Reframing 6.500 1.525 3 1 Acceptance 6.810 1.290 3 1 Humor 4.466 1.828 3 1

(3)

30

Emotional Support 6.431 1.557 3 1

Instrumental Support 6.103 1.784 3 1

Self-Distraction 6.603 1.498 3 1

Venting 4.897 1.926 3 1

Berdasarkan tabel 2, dapat diketahui bahwa tidak ada perbedaan signifikan di antara tipe strategi coping yang digunakan, hanya saja coping humor dan

venting lebih jarang digunakan dibandingkan coping lainnya.

1.3. Analisis Data

1.3.1.Hasil Uji Normalitas

Berdasarkan hasil perhitungan dengan program Statistical Package for Social Science (SPSS) versi 22.0, hasil dari data yang diperoleh memiliki tingkat normalitas .200 > .05. Maka, data yang diperoleh dalam penelitian ini memiliki distribusi normal.

1.3.2. Hasil Uji Validitas

Berdasarkan hasil uji validitas dengan menggunakan program Statistical Package for Social Science (SPSS) versi 22.0, alat ukur Self-Report Quality of Life for People with Schizophrenia (SQLS) yang terdiri dari 30 item memiliki validitas yang bergerak di antara .355 sampai dengan .822, dan satu item dinyatakan tidak valid, yaitu item 15 dengan validitas .190. Berdasarkan hasil perhitungan dengan program yang sama, alat ukur BriefCOPE yang memiliki 28 item memiliki validitas yang bergerak di antara .289 sampai dengan .676, dan 9 item dinyatakan tidak valid, yaitu item 11, 12, 19, 20, 23, 24, 25, 26, dan 28.

(4)

31

1.3.3. Hasil Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan program Statistical Package for Social Science (SPSS) versi 22.0. Berdasarkan hasil perhitungan, alat ukur SQLS memiliki reliabilitas .923 dan alat ukur Brief COPE memiliki reliabilitas .677. Jika item yang dinyatakan tidak valid dihapuskan, maka reliabilitas alat ukur SQLS menjadi .926 dan alat ukur BriefCOPE menjadi .818.

1.3.4. Uji Korelasi

Uji korelasi dilakukan untuk melihat bagaimana hubungan antar variabel. Adapun hasil perhitungan uji korelasi dengan menggunakan program Statistical Package for Social Science (SPSS) versi 22.0 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara strategi coping dan kualitas hidup sebesar r = .344 (p < .01).

Selanjutnya, uji korelasi dilakukan terhadap kualitas hidup dan jenis strategi coping yang merupakan dimensi dari Brief COPE, dan hasilnya adalah sebagai berikut:

1. Ada hubungan yang signifikan antara active coping dan kualitas hidup sebesar r = .462 (p < .01).

2. Ada hubungan yang signifikan antara planning dan kualitas hidup sebesar r = .284 (p < .05).

3. Ada hubungan yang signifikan antara positive reframing dan kualitas hidup sebesar r = .462 (p < .01).

4. Ada hubungan yang signifikan antara acceptance dan kualitas hidup sebesar r = .522 (p < .01).

(5)

32

5. Tidak ada hubungan yang signifikan antara humor dan kualitas hidup sebesar r = .00 (p > .01).

6. Ada hubungan yang signifikan antara using emotional support dan kualitas hidup sebesar r = .296 (p < .05).

7. Tidak ada hubungan yang signifikan antara using instrumental support dan kualitas hidup sebesar r = .128 (p > .01).

8. Ada hubungan yang signifikan antara self-distraction dan kualitas hidup sebesar r = 274 (p < .05).

9. Ada hubungan yang signifikan antara venting dan kualitas hidup sebesar r = .360 (p < .01).

Table 3 Korelasi Kualitas Hidup dan Jenis Strategi Coping

Dimensi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 Quality of Life 2 Active Coping .462** 3 Planning .284* .675** 4 Positive Reframing .462 ** .479** .522** 5 Acceptance .522** .592** .412** .602* 6 Humor .000 .022 .001 .016 .284* 7 Emotional Support .296 * .354** .296* .514** .452* .230 8 Instrumental Support .128 .312 * .233 .361** .321* .033 .710** 9 Self-Distraction .274 * .368** .363** .472** .441** .152 .421** .423** 10 Venting .360** -.025 .027 -.269* -.107 .188 .156 .213 .095 * p < .05; **p < .01

(6)

33

1.3.5. Uji Regresi

Uji regresi dilakukan untuk melihat bagaimana peran strategi coping

terhadap kualitas hidup. Berdasarkan hasil uji regresi antara kualitas hidup dan strategi coping, diketahui bahwa strategi coping menjelaskan 11.8% dari varian kualitas hidup (R2 = .118, F (1, 56) = 7.524, p < .01). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa strategi coping signifikan dengan kualitas hidup (β = .344, p < .05).

Table 4 Analisis Regresi Sederhana Kualitas Hidup dengan Strategi Coping

Variabel R2 Β

Strategi Coping .118 .344

Correlation is significant at the 0.01

1.3.6. Analisis Tambahan

Analisiss tambahan ini dilakukan untuk melihat perbedaan kualitas hidup berdasarkan data demografis dan karakteristik klinis yang berkaitan dengan gangguan.

1.3.6.1.Uji beda berdasarkan usia

Tidak ditemukan perbedaan yang signifikan antara individu yang berada dalam rentang usia emerging adulthood (M = 44, SD = 18.52), young adulthood

(M = 68.83, SD = 17.00), dan middle age (M = 62.25, SD = 24.71) terhadap kualitas hidup. Begitu juga terhadap strategi coping yang digunakan, tidak ada perbedaan yang signifikan berdasarkan rentang usia emerging adulthood (M = 52.67, SD = 6.81), young adulthood (M = 55.51, SD = 6.60), dan middle age (M = 52.88, SD = 17.06), baik secara keseluruhan maupun setiap strategi coping.

(7)

34

1.3.6.2.Uji beda berdasarkan jenis pengobatan

Tidak ditemukan perbedaan yang signifikan terhadap kualitas hidup, berdasarkan jenis pengobatan dengan obat-obatan (M = 66.39, SD = 19.18), terapi (M = 35, SD = 0), obat dan terapi (M = 70.19, SD = 16.59, dan tidak diketahui (M = 61.33, SD = 24.09). Begitu juga terhadap strategi coping yang digunakan, baik secara keseluruhan maupun setiap jenis coping, tidak ditemukan perbedaan yang signifikan berdasarkan jenis pengobatan dengan obat-obatan (M = 53.92, SD = 9.51), terapi (M = 56, SD = 0), obat dan terapi (M =57.63, SD = 6.45), dan tidak diketahui (M = 54.33, SD = 6.03).

1.3.6.3.Uji beda berdasarkan lama gangguan

Tidak ditemukan perbedaan yang signifikan terhadap kualitas hidup, berdasarkan lama gangguan dengan rentang 0 – 5 tahun (M = 62.13, SD = 24.06), 6 – 10 tahun (M = 68.59, SD = 19.57), 11 – 15 tahun (M = 65.33, SD = 17.70), 16 – 20 tahun (M = 68.00, SD = 10.38), 21 – 25 tahun (M = 83.00, SD = 6.56), 31 – 35 tahun (M = 61.00, SD = 16.97). Begitu juga terhadap strategi coping yang digunakan, baik secara keseluruhan maupun setiap strategi coping yang digunakan, tidak ditemukan perbedaan yang signifikan berdasarkan lama gangguan dengan rentang rentang 0 – 5 tahun (M = 53.93, SD = 11.96), 6 – 10 tahun (M = 56.12, SD = 7.71), 11 – 15 tahun (M = 54.42, SD = 3.99), 16 – 20 tahun (M = 54.44, SD = 8.19), 21 – 25 tahun (M = 52.33, SD = 12.50), 31 – 35 tahun (M = 63.50, SD = 3.54).

(8)

35

1.3.6.4. Uji Beda Berdasarkan Perawatan Rumah Sakit

Berdasarkan pertanyaan mengenai pernah atau tidaknya pasien mengalami perawatan di rumah sakit, hasil uji beda menyatakan bahwa terdapat perbedaan signifikan terhadap kualitas hidup individu yang pernah mengalami perawatan di rumah sakit (M = 71.34, SD = 14.13) dan yang tidak pernah mengalami perawatan di rumah sakit (M = 57.70, SD = 23.35). Sedangkan hasil uji beda terhadap strategi coping yang digunakan, tidak terdapat perbedaan yang signifikan, baik secara keseluruhan maupun setiap strategi coping yang digunakan berdasarkan pernah (M = 55.42, SD = 6.85) dan tidak pernah (M = 54.20, SD = 11.34) mengalami perawatan di rumah sakit.

1.4. Pembahasan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana peran strategi

coping terhadap kualitas hidup. Namun, sebelumnya peneliti melakukan uji korelasi untuk melihat apakah terdapat hubungan di antara strategi coping dan kualitas hidup.

Hasil penelitian menunjukkan hubungan antar variabel, yaitu terdapat hubungan positif yang signifikan antara strategi coping dan kualitas hidup, artinya semakin baik strategi coping yang digunakan akan meningkatkan kualitas hidup individu. Hasil penelitian ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Holubova dan rekan-rekannya (2015), yang menyatakan bahwa kualitas hidup dan strategi coping memiliki hubungan yang kuat.

Hasil uji korelasi juga menunjukkan bahwa terdapat tujuh jenis strategi

(9)

36

< 0.05), yaitu active coping, planning, positive reframing, acceptance, using emotional support, self-distraction, dan venting. Artinya, kualitas hidup akan meningkat jika penggunaan tujuh jenis strategi coping ini juga meningkat. Dengan kata lain, individu akan memiliki kualitas hidup yang baik jika mereka menggunakan jenis strategi coping ini. Sedangkan dua jenis lainnya tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kualitas hidup, yaitu jenis coping humor dan using instrumental support. Artinya, kualitas hidup individu tidak mengalami kenaikan atau penurunan dengan menggunakan kedua jenis coping

tersebut.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang mengatakan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara active coping, planning, dan kualitas hidup (Brenner, dkk., 2011; Holubova, dkk., 2015). Selain itu, dalam pembuatan alat ukur COPE Inventory, Carver dan rekan-rekannya (1989) menyebutkan bahwa emotional dan instrumental coping termasuk ke dalam kategori dukungan sosial. Maka, dari hasil penelitian ini, dapat dikatakan bahwa orang dengan gangguan skizofrenia di Indonesia lebih membutuhkan dukungan sosial yang bersifat emosional dibandingkan dengan instrumental, melihat bahwa

using instrumental support tidak memiliki hubungan dengan kualitas hidup. Setelah menemukan hubungan di antara kedua variabel penelitian, hasil perhitungan statistik juga menemukan bahwa strategi coping memiliki peran atau kontribusi terhadap kualitas hidup, yaitu sebesar 11.8% dan sisanya ditentukan oleh faktor lain. Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Caron dan rekan-rekannya (2005) juga menemukan bahwa coping hanya memiliki kontribusi sebesar 7% dari varian kualitas hidup.

(10)

37

Kontribusi yang tidak besar ini bisa disebabkan karena strategi coping

bukan merupakan satu-satunya faktor yang menentukan kualitas hidup seseorang, khususnya orang dengan gangguan spektrum skizofrenia. Ada banyak faktor yang memengaruhi kualitas hidup individu, di mana berdasarkan Distress/Protection Model of HRQL yang dikemukakan oleh Ritsner dan rekan-rekannya (2000), strategi coping merupakan satu di antara sekian banyak faktor yang memengaruhi kualitas hidup orang dengan gangguan spektrum skizofrenia.

Menurut Ritsner (2000, 2007), kualitas hidup merupakan hasil interaksi dari faktor distress dan faktor proteksi, dan strategi coping merupakan salah satu dari faktor proteksi. Melihat bahwa kualitas hidup responden dalam penelitian ini yang lebih kecil dari harapan, maka bisa dikatakan bahwa lebih banyak faktor distress yang memengaruhi kualitas hidup mereka dibandingkan dengan faktor proteksinya. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Górna dan rekan-rekannya (2008) juga ditemukan bahwa simtom negatif yang berperan paling besar dalam varian kualitas hidup.

Walaupun strategi coping bukan merupakan satu-satunya faktor penentu kualitas hidup orang dengan gangguan spektrum skizofrenia, namun dalam penelitian ini strategi coping memiliki peran terhadap kualitas hidup. Maka, penting untuk meningkatkan penggunaan strategi coping yang fungsional dan adaptif guna meningkatkan kualitas hidup orang dengan gangguan spektrum skizofrenia. Dengan usaha peningkatan dalam penggunaan strategi coping yang fungsional, strategi coping diharapkan dapat menjadi faktor proteksi yang baik untuk mengurangi faktor distress sehingga kualitas hidup orang dengan gangguan spektrum skizofrenia bisa menjadi lebih baik.

(11)

38

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap tingkat kualitas hidup dan strategi coping yang digunakan berdasarkan usia, jenis pengobatan, dan lama gangguan. Hasil ini sejalan dengan beberapa penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan tingkat kualitas hidup berdasarkan data demografis dan lama gangguan (Chan & Yu, 2004; Hsiung, Pan, Liu, & Chen, 2010; Ritsner, Gibel, & Ratner, 2006)

Perbedaan yang signifikan terhadap tingkat kualitas hidup hanya ditemukan pada pengalaman mereka akan perawatan di rumah sakit. Dari hasil perhitungan, individu yang pernah mengalami perawatan di rumah sakit memiliki kualitas hidup yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang tidak pernah mengalami perawatan di rumah sakit. Ritsner dan Gibel (2007) mengatakan bahwa pasien yang mengalami perawatan di rumah sakit untuk waktu yang lama lebih mampu untuk mendapatkan stabilitas pada tingkat dan struktur kualitas hidup subjektif.

Gambar

Table 1 Deskripsi Skor Kualitas Hidup
Table 3 Korelasi Kualitas Hidup dan Jenis Strategi Coping

Referensi

Dokumen terkait

Pada saat sekarang ini banyak sekali perusahaan yang memproduksi surat kabar, akan tetapi satu hal yang belum diperhatikan oleh seluruh perusahaan surat kabar ialah

I-2 : Citra CP Prima yang sedang menurun memang membutuhkan proses atau waktu yang tidak singkat untuk mengembalikannya seperti sebelumnya tetapi saya sangat yakin bahwa

Dan yang terakhir narasumber ke tujuh Sella Amalia adalah mahasiswa Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah

Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala

(9) Unhas harus menjalankan proses pembelajaran yang mampu menghasilkan lulusan berkualitas dan relevan serta sesuai dengan Capaian Pembelajaran Lulusan masing-masing

Suawardi Endraswara (2005:5) membuat definisi bahwa, “penelitian kualitatif adalah penelitian yang dilakukan dengan tidak menyertakan angka-angka, tetapi mengutarakan kedalaman

Definisi lain mengenai citra merupakan manifestasi dari pengalaman dan harapan sehingga ia mampu memengaruhi kepuasan konsumen akan suatu barang atau jasa

Setelah dilakukan analisis data penelitian variabel UTAUT yang mempengaruhi minat mahasiswa melakukan akses ke dalam sistem informasi Akper Alkautsar dan variabel