• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN UMUM 5.1. Beras Analog Bahan Baku dan Kandungan Gizi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GAMBARAN UMUM 5.1. Beras Analog Bahan Baku dan Kandungan Gizi"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

V.

GAMBARAN UMUM

5.1. Beras Analog

Beras analog merupakan tiruan beras yang terbuat dari bahan-bahan seperti umbi-umbian, serealia yang bentuk maupun komposisi gizinya mirip seperti beras. Beras analog dibuat sebagai salah satu langkah dalam upaya diversifikasi pangan.

5.1.1. Bahan Baku dan Kandungan Gizi

Sebagai produk diversifikasi pangan, beras analog memiliki keunggulan jika dilihat dari komposisi bahan baku. Sorgum dipilih karena indeks glikemiknya rendah. Indeks glikemik adalah dampak makanan terhadap kadar gula darah. Makanan dengan indeks glikemik rendah lambat meningkatkan kadar gula dalam darah. Dengan demikian, makanan tersebut menyehatkan dan baik bagi penderita diabetes. Sorgum bisa ditanam di lahan kritis, seperti daerah kering Nusa Tenggara. Kelebihan lainnya, sekali tanam sorgum bisa dipanen sampai tiga kali. Batang sorgum bisa diolah menjadi silase untuk pakan ternak.

Bahan baku lainnya seperti jagung juga mengandung protein lebih tinggi dibandingkan beras. Sedangkan sagu memang tidak memiliki kandungan protein, tetapi indeks glikemik sagu dan jagung juga rendah. Kandungan serat beras analog cukup tinggi sehingga menunjang perbaikan pencernaan. Dari sisi ketahanan terhadap lingkungan air payau, tanaman sagu cocok untuk menahan abrasi. Penanaman sagu di pesisir bermanfaat mengurangi dampak kenaikan muka laut akibat pemanasan global. Dengan demikian, mengonsumsi beras analog, selain memetik manfaat indeks glikemik rendah, juga berkontribusi terhadap perbaikan lingkungan.

Jika mengonsumsi beras analog yang berbahan baku sorgum, jagung, dan sagu akan lebih lama merasa kenyang dan mendapat kadar protein yang lebih tinggi dibandingkan beras konvensional. Kadar protein tinggi pada beras analog bisa memperbaiki gizi masyarakat yang kesulitan mengakses sumber protein. Perbandingan kandungan gizi yang dimiliki beras analog dapat dilihat pada Tabel 3.

(2)

Tabel 3. Informasi Perbandingan Nilai Gizi Beras Analog dengan Beras Biasa

Komposisi Beras Analog Beras Biasa

Kadar air (%) 6,48 12.58

Kadar protein (%) 8, 54 7.39

Kadar lemak (%) 1,40 0,19

Kadar abu (%) 1,39 0,19

Kadar kabrohidrat (%) 82,85 79,64

Energi per 100 gram (kalori) 378 360

Sumber : Botani Square, 2012.

Kandungan zat gizi dalam beras analog bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Beras analog bisa dinaikkan kadar protein, serat, ataupun antioksidannya dengan menyesuaikan bahan baku. Beras analog bisa dibuat menggunakan bahan baku lokal daerah terkait. Sumber karbohidrat bisa diperoleh dari tepung ubi kayu, ubi jalar, talas, garut, ganyong, jagung, sorgum, hotong, sagu, dan sagu aren. Sumber protein dapat diperoleh dengan menambahkan tepung kedelai, kacang merah, atau jenis kacang-kacangan lain. Serat makanan bisa diperoleh dari bekatul atau bahan lain.

5.1.2. Teknologi Pembuatan

Hingga saat ini teknologi pembuatan beras analog menggunakan metode pembutiran beras yang menghasilkan beras bentuk bulat seperti sagu mutiara, dan metode ekstrusi yang menghasilkan bentuk produk beras analog lonjong dan menyerupai bentuk beras. Pembuatan beras analog di IPB menggunakan teknologi ekstrusi dengan sistem tekanan dan pembentukan ulir yang menggunakan mesin tween screw extruder. Hasil akhirnya menyerupai beras, tetapi dengan warna kecoklat-coklatan.

Hal paling kritis yang harus dikendalikan saat mencetak campuran bahan baku menjadi beras analog adalah ketepatan suhu, kecepatan ulir mesin, dan kadar air pada adonan. Proses pembuatan beras analog meliputi penyediaan tepung sorgum (30 persen), tepung jagung (40 persen), dan tepung sagu (30 persen). Ketiga bahan dicampur hingga merata, lalu ditambahkan air secukupnya. Adonan dimasukkan ke dalam mesin ekstruder. Dari proses itu, dihasilkan butiran

(3)

menyerupai beras. Pengaturan kecepatan dan tekanan ulir, serta pemotongan pisau, sangat menentukan hasil butirannya. Selanjutnya dilakukan pengeringan untuk mengurangi kadar air beras seminimal mungkin, lalu beras analog siap dikemas. Untuk lebih jelas, proses pembuatan beras analog dapat dilihat pada Lampiran 5.

Dengan berbagai kelebihan tersebut, beras analog dapat dikembangkan secara luas, bahkan bisa diproduksi besar-besaran untuk ekspor. Kekayaan biodiversitas Indonesia berupa aneka tanaman sumber karbohidrat, protein, dan serat merupakan modal nyata. Namun, karena bahan baku dan proses pembuatannya masih skala kecil, harga beras analog relatif tinggi, Rp 9.000-Rp 14.000 per kilogram. Jika telah diproduksi secara luas, diharapkan harga bisa lebih terjangkau masyarakat luas. Beras analog yang diproduksi F-Technopark IPB telah dipasarkan di serambi Botani mulai dari tanggal 10 November 2012. Sejauh ini, beras analog yang dijual berbahan baku sorgum dan jagung.

5.2. Serambi Botani

Serambi Botani merupakan salah satu bentuk satuan usaha komersial yang berada di bawah PT. Bogor Life Science and Tehnology perusahaan yang dimiliki oleh IPB (Institut Pertanian Bogor). Serambi botani menjadi gerai pelopor yang menyediakan produk-produk lokal berkonsep alami dan sehat bagi masyarakat. IPB melakukan banyak penelitian ilmiah dan mengaktualisasikan hasil-hasil riset tersebut dengan membina banyak UKM (Usaha Kecil Menengah) dalam menghasilkan produk-produk yang bermanfaat dan memiliki standar mutu yang tinggi. Serambi Botani didirikan pertama kali di Botani Square Bogor pada tanggal 7 Agustus 2009 yang diprakarsai oleh Dr. Ir. Meika, Ir. Lusi Fausia, MEc, Ir. Fatimah, dan Dwiko Gunawan.

5.2.1. Visi dan Misi Serambi Botani

Setiap perusahaan memiliki visi dan misi yang ingin dicapai dalam menjalankan usahanya. Visi dari Serambi Botani adalah menjadi gerai inovasi produk hasil karya IPB yang tersebar di seluruh Indonesia dan mampu memberikan sumbangan bagi kesehatan dan kecerdasan bangsa. Adapun misi dari Serambi Botani, yaitu:

(4)

1. Memberikan kontribusi atau berbagai pengetahuan tentang produk-produk yang sehat dan alami kepada masyarakat

2. Meningkatkan nilai tambah produk lokal

3. Menjadi lokomotif bisnis bagi UKM binaan IPB sehingga meningkatkan kesejahteraan para UKM dan karyawannya.

4. Menjadi rekanan bisnis yang memberikan profit bagi para franchise.

5.2.2 Bauran Pemasaran Serambi Botani

Serambi Botani merupakan gerai yang menjual produk-produk hasil riset IPB. Serambi Botani tersebut memiliki bauran pemasaran sebagai berikut.

1. Produk

Produk yang terdapat di Serambi Botani Bogor merupakan produk hasil riset-riset IPB yang alami. Produk-produk tersebut dapat dikelompokkan ke dalam enam kelompok besar, yaitu healthy drinks, healthy food, herb and medicine, personal care, essential oil, dan snack and drink.

2. Tempat

Kantor Serambi Botani terletak di Kompleks Agripark, Jalan Taman Kencana No. 3, Bogor. Produsen menyalurkan produknya ke kantor Serambi Botani yang kemudian disalurkan ke gerai Serambi Botani Bogor untuk dijual. Gerai Serambi Botani Bogor tersebut terletak di Botani Square Lantai Dasar GF 14-15, Jalan Raya Pajajaran Bogor. Hingga saat ini telah terdapat gerai Serambi Botani yang tersebar di beberapa Mall, yaitu Gandaria City, Teras Kota, Kalibata City Square, Mall Artha Gading, Mall Alam Sutra, dan Mall Kasablanka.

3. Harga

Harga merupakan salah satu elemen penting dari bauran pemasaran, dalam kaitannya dengan kelangsungan usaha retail yakni Serambi Botani, harga merupakan elemen yang sensitif dimana proses penentuan harga tersebut perlu dipertimbangkan dengan matang. Proses penentuan harga produk di Serambi Botani ditentukan dengan cara mark-up pricing cost structure. Harga produk Serambi Botani bermacam-macam, yaitu bekisar antara Rp 7.000,00 hingga Rp 220.000,00

(5)

Promosi yang dilakukan Serambi Botani berupa periklanan, promosi penjualan, hubungan masyarakat, penjualan pribadi, dan pemasaran langsung.

5.2.3. Segmenting, Targetting, dan Positioning

Tujuan dari penetapan STP (Segmenting, Targeting, dan Positioning) adalah agar pasar yang akan dibidik terlihat dengan jelas dan terarah dalam melakukan kegiatan usahanya. Serambi Botani Bogor memiliki segmentasi yang ditujukan kepada masyarakat kota Bogor kelas menengah ke atas. Sedangkan target yang dituju adalah keluarga dengan keputusan pembelian yang lebih mengutamakan ibu-ibu karena Serambi Botani Bogor melihat bahwa dalam keluarga penentu keputusan utama pembelian terletak pada ibu rumah tangga. Serambi Botani melakukan positioning yaitu membentuk dan menciptakan suatu citra gaya hidup yang menyehatkan dengan menggunakan produk yang natural.

5.3. Karakteristik Responden

Gambaran umum karakteristik responden yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari karakteristik demografi dan ekonomi. Adapun penjelasan masing-masing karakteristik dijelaskan sebagai berikut:

5.3.1. Sebaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan data yang terkumpul, dari 100 orang pengunjung Serambi Botani yang dijadikan responden didominasi oleh responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 70 responden, sedangkan laki-laki sebanyak 30 responden. Hal ini dikarenakan pengambil keputusan dalam konsumsi rumahtangga sebagian besar dilakukan oleh perempuan, terutama kebutuhan pangan pokok seperti beras.

Gambar 4. Sebaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

5.3.2. Sebaran Responden Berdasarkan Usia

Mayoritas responden adalah pengunjung separuh baya yang berusia diantara 36-50 tahun, yaitu sebanyak 54 responden. Responden pada usia ini pada

70% 30%

Perempuan

(6)

umumnya sudah berkeluarga dan memiliki pendapatan sendiri sehingga memiliki sumberdaya yang cukup untuk membeli suatu produk sesuai tingkat kemampuannya. Selain itu, konsumen pada usia ini biasanya akan lebih selektif dalam pemilihan konsumsi pangan yang lebih sehat, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk konsumsi keluarganya.

Selanjutnya, diikuti dengan responden berusia 25-35 tahun sebanyak 22, responden, usia 51-65 tahun sebanyak 17 responden, 16-18 tahun dan 19-24 tahun memiliki jumlah yang sama yaitu 3 responden, dan hanya terdapat 1 responden yang berusia lebih dari 65 tahun. Persentase sebaran responden berdasarkan usia dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Sebaran Responden Berdasarkan Usia

5.3.3. Sebaran Responden Berdasarkan Status Pernikahan

Mayoritas responden adalah responden yang sudah menikah yaitu sebanyak 74 responden, dan sisanya adalah responden yang belum menikah yaitu sebanyak 26 responden. Status pernikahan seseorang dapat menunjukan tingkat konsumsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan primernya. Responden yang telah memiliki keluarga lebih selektif dalam pemilihan pangan pokok karena bertanggungjawab untuk memperhatikan konsumsi keluarganya sehari-hari.

Gambar 6. Sebaran Responden berdasarkan Status Pernikahan

3% 3% 22% 54% 17% 1% 16-18 Tahun 19-24 Tahun 25-35 Tahun 36-50 Tahun 51-65 Tahun >65 Tahun 26% 74% Belum Menikah Menikah

(7)

5.3.4. Sebaran Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga

Dalam penelitian ini, yang dimaksud anggota keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang menjadi tanggungan keluarga. Apabila responden belum menikah, maka dapat dikatakan responden tersebut tidak memiliki anggota keluarga. Sebanyak 26 responden belum berkeluarga. Sedangkan responden yang sudah berkeluarga memiliki persentase jumlah anggota keluarga yang bervariasi. Responden dengan jumlah anggota keluarga 4 orang sebanyak 20 responden, jumlah anggota keluarga 3 orang sebanyak 18 responden, jumlah anggota keluarga 5 orang sebanyak 12 responden, jumlah anggota keluarga 6 orang sebanyak 11 responden, jumlah anggota keluarga 2 orang sebanyak 8 responden, dan responden dengan jumlah anggota keluarga 7 orang sebanyak 5 responden.

Gambar 7. Sebaran Responden berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga

5.3.5. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Responden yang memiliki pendidikan sarjana berjumlah 38 responden. Selanjutnya diikuti oleh responden yang memiliki pendidikan diploma/akademi sebanyak 32 responden, pendidikan pasca sarjana dan SMA dengan jumlah yang sama yaitu masing-masing sebanyak 15 responden. Pada penelitian ini, tidak ada responden yang berpendidikan terakhir SD maupun SMP, sehingga dapat dikatakan bahwa responden pada penelitian ini adalah orang-orang yang berpendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin tinggi pemahaman terhadap kesehatan dan diversifikasi akan pangan yang dikonsumsinya sehingga dapat dengan mudah menerima produk baru seperti beras analog. 26% 8% 18% 20% 12% 11% 5% 0 orang 2 orang 3 Orang 4Orang 5 Orang 6 Orang 7 orang

(8)

Gambar 8. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

5.3.6. Sebaran Responden Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan responden erat kaitannya dengan tingkat pendidikan akhir yang dimilikinya. Sebagian besar responden telah menempuh pendidikan sarjana, diploma, ataupun pasca sarjana. Responden pada penelitian ini beragam, ada yang tidak bekerja dan bekerja. Responden yang memiliki pekerjaan sebagai pegawai swasta berjumlah 35 responden. Lalu diikuti dengan ibu rumah tangga sebanyak 21 responden, pegawai negeri sebanyak 19 responden, wiraswasta sebanyak 13 responden, pelajar/mahasiswa sebanyak 9 responden, dan pensiunan sebanyak 3 responden.

Gambar 9. Sebaran Responden Berdasarkan Pekerjaan

5.3.7. Sebaran Responden Berdasarkan Pendapatan

Pendapatan responden erat kaitannya dengan pekerjaan yang dimilikinya yang pada akhirnya menentukan tingkat kesejahteraannya. Dalam penelitian ini, yang dimaksud pendapatan bagi Ibu Rumah Tangga adalah besarnya penghasilan yang diterima dari suami per bulan, sedangkan untuk pelajar dan mahasiswa adalah besarnya uang saku yang diterima per bulan. Sebaran responden berdasarkan pendapatan dapat dilihat pada Gambar 10. di bawah ini.

15% 32% 38% 15% SMA Diploma/Akademi Sarjana Pasca Sarjana 9% 19% 35% 13% 3% 21% Pelajar/Mahasiswa Pegawai Negeri Pegawai Swasta Wiraswasta/Pengusaha Pensiunan

(9)

Gambar 10. Sebaran Responden Berdasarkan Pendapatan

Berdasarkan hasil survei, tidak ada responden yang berpendapatan rata-rata per bulan kurang dari Rp 500.000,00. Sebanyak 40 orang responden memiliki pendapatan rata-rata per bulan lebih dari Rp 4.500.000,00. Selanjutnya diikuti oleh responden yang memiliki pendapatan rata-rata per bulan sebesar Rp 3.500.000–Rp 4.500.000 sebanyak 32 responden, pendapatan rata-rata per bulan Rp 2.500.000–Rp 3.499.999 sebanyak 13 responden, pendapatan rata-rata per bulan sebesar Rp 1.500.000–Rp 2.499.999 sebanyak 8 responden, dan responden dengan pendapatan rata-rata per bulan sebesar Rp 500.000–Rp 1.499.999 sebanyak 7 responden. Hal ini menunjukkan bahwa pengunjung Serambi Botani adalah konsumen kalangan menengah ke atas.

7% 8% 13% 32% 40% Rp 500.000 - Rp 1.499.999 Rp 1.500.000 - Rp 2.499.999 Rp 2.500.000 - Rp 3.499.999 Rp 3.500.000 - Rp 4.500.000 >Rp 4.500.000

Gambar

Tabel 3. Informasi Perbandingan Nilai Gizi Beras Analog dengan Beras Biasa

Referensi

Dokumen terkait