• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PELATIHAN LADDER PRACTICE TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN DAN KELINCAHAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PELATIHAN LADDER PRACTICE TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN DAN KELINCAHAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGARUH PELATIHAN

LADDER PRACTICE

TERHADAP

PENINGKATAN KECEPATAN DAN KELINCAHAN

Gede Yuddha Anantawijaya, I Ketut Yoda, Ni Putu Dewi Sri Wahyuni

Ilmu Keolahragaan FOK Universitas Pendidikan Ganesha, Kampus Tengah

Undiksha Singaraja, Jalan Udayana Singaraja–Bali Tlp. (0362) 32559

e-mail:

jempejr69@gmail.com, yodaketut@gmail.com, niputudewisri@gmail.com

@undiksha.ac.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan ladder practice terhadap peningkatan kecepatan dan kelincahan pada siswa Sekolah Bulutangkis POKER Kerobokan Badung tahun 2016. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu dengan rancangan “the non-randomized control group prestest posttest design”. Jumlah subjek penelitian 32 orang siswa, dibagi menjadi 2 kelompok dengan teknik ordinal pairing, yaitu 16 orang diberikan pelatihan ladder practice, 16 orang kelompok kontrol. Instrumen yang digunakan untuk tes kecepatan adalah lari cepat (sprint) 60 meter, sedangkan untuk tes kelincahan adalah zig-zag run. Hasil analisis uji-t independent didapatkan hasil, variabel kecepatan dengan nilai thitung 7,435 dan signifikansi 0,000. Variabel

kelincahan dengan nilai thitung 12,163 signifikansi 0,000, berarti pelatihan berpengaruh terhadap

peningkatan kecepatan dan kelincahan.

Kata kunci: pelatihan ladder practice, kecepatan, kelincahan.

Abstract

This research was done to know the effect of training ladder practice on improving speed and agility at school students badminton POKER Kerobokan Badung year 2016. The kind of research this is research experiment specious to a draft the non-randomized control group pretest posttest design. The number of subjects 32 students, then divided into 2 groups using ordinal pairing techniques, which is 16 students given ladder practice and the last 16 students as control group. The instrument used in the test speed is a 60 meters, while for the test of agility is zig-zag run. The results of independent t-test analysis showed variable speed with value 7,435 significant 0,000. Agility variables with value 122,163 significant 0,000, which means that both of the training effect on increase speed and agility.

Key words: ladder practice training, speed, agility.

PENDAHULUAN

Olahraga bulutangkis di Indonesia sudah dikenal sejak lama, sehingga olahraga ini merupakan salah satu cabang olahraga yang populer di kalangan masyarakat Indonesia. Olahraga bulutangkis dapat dimainkan mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Juga dapat dimainkan secara perorangan atau

single dan berpasangan atau double.

Permainan bulutangkis sarat dengan berbagai kemampuan dan keterampilan gerak yang kompleks. Pemain bulutangkis harus melakukan gerakan-gerakan seperti lari cepat, berhenti dengan tiba-tiba dan segera bergerak lagi, gerak meloncat,

menjangkau, memutar badan dengan cepat, melakukan langkah lebar tanpa pernah kehilangan keseimbangan tubuh. Gerakan-gerakan tersebut dilakukan berulang-ulang dan dalam tempo cepat dan berangsur lama.

Karakteristik dari permainan bulutangkis adalah permainan dengan mengejar dan menjangkau shuttlecock

kemanapun arahnya dan berusaha untuk memukul shuttlecock supaya tidak jatuh di daerah permainan sendiri. Dengan demikian pemain harus bergerak dengan cepat dan lincah untuk mengejar dan menjangkau shuttlecock, sehingga

(2)

2

shuttlecock dapat dipukul dengan

sempurna dan jatuh di daerah permainan lawan. Dengan demikian faktor kecepatan dan kelincahan sangat penting dalam permainan bulutangkis.

Pemain yang bagus ataupun hebat harus memiliki penguasaan fisik, teknik dan taktik yang baik sebagai penunjang performanya agar dapat memenangkan suatu pertandingan. Faktor fisik sangat dominan dan penting sebagai unsur dasar yang harus dimiliki dengan baik oleh seorang pemain bulutangkis. Namun hal ini kontradiksi dengan apa yang ada, banyak pelatih dan atlet yang kurang memperhatikan latihan fisik, hanya mengedepankan latihan teknik dan taktik saja. Banyak orang beranggapan bahwa latihan fisik hanya membuat lelah dan membosankan, sehingga para atlet bulutangkis rata-rata lemah dalam fisik, kurang agresif, dan kurang lincah. Melalui proses pelatihan yang terprogram dengan baik diharapkan berdampak positif pada kebugaran mental, psikis, yang akhirnya berpengaruh langsung pada penampilan ketika bertanding. Untuk mempertahankan suatu prestasi maka perlu diketahui metode pelatihan yang tepat untuk pembinaan fisik pemain bulutangkis.

Sekolah Bulutangkis POKER Kerobokan Badung merupakan salah satu klub bulutangkis yang disegani di Bali, berdiri sejak tanggal 9 Desember tahun 2009 dengan kepala pelatih yaitu, Indri Astuti. Sekolah Bulutangkis POKER Kerobokan Badung sudah banyak mencetak atlet-atlet bulutangkis yang berprestasi, dimana pada setiap kejuaraan bulutangkis yang dilaksanakan khususnya di Bali selalu menguasai dikategori seperti, tunggal anak putra (U-12), tunggal pemula (U-14), tunggal remaja putra (U-16), ganda pemula putra (U-14) dan ganda remaja putra (U-16). Seiring berjalannya waktu dimana sejak tahun 2013 Sekolah Bulutangkis POKER Kerobokan Badung mengalami penurunan prestasi. Itu disebabkan kurangnya pemahaman pelatihan karena masih terpaku pada metode pelatihan lama dan belum mengembangkan yang namanya

sport science, prestasi Sekolah

Bulutangkis POKER Kerobokan Badung dari tahun 2013 sampai tahun 2015

diajang kejuaraan yang diikuti tidak lagi mendominasi di beberapa kategori justru mengalami penurunan prestasi dan tidak lagi begitu menonjol dalam kejuaraan-kejuaraan yang diikuti karena sulit bersaing dengan klub-klub lainnya. Ini diakibatkan karena siswa di Sekolah Bulutangkis POKER Kerobokan Badung kurang cepat, agresif dan lincah dalam mengejar, menjangkau dan bergerak untuk mengembalikan shuttlecock ke daerah permainan lawan serta sering kehilangan kecepatan dan penurunan kelincahan ketika bertanding dalam kejuaraan, hal mendasar inilah yang menyebabkan penurunan prestasi Sekolah Bulutangkis POKER Kerobokan Badung.

Diantara pelatihan yang ada, pelatihan ladder practice adalah salah satu pelatihan yang fungsinya melatih kecepatan, kelincahan dan sinkronisasi gerak secara seimbang. Untuk berlatih gerak ini yang dibutuhkan adalah alat yang meyerupai anak tangga yang di letakkan pada bidang datar atau lantai. Nantinya atlet berlari, meloncat dan melompat dengan pergerakan kaki cepat melewati tangga, sehingga dapat membantu mengembangkan kecepatan dan kelincahan. Dalam latihan ini memberikan variasi dalam bentuk gerakan latihan agar tidak merasakan kejenuhan. Dengan berfokus pada gerakan cepat kaki dan reaksi cepat dapat menjadi salah satu bentuk latihan fisik yang fungsinya melatih kecepatan dan kelincahan secara tidak langsung juga berpengaruh pada koordinasi gerak secara seimbang. Hasil penelitian Fantiro & Saputra (2015) menunjukan hasil bahwa ladder practice

membantu berbagai aspek gerakan, meningkatkan keseimbangan, daya tahan otot, waktu reaksi dan koordinasi antara berbagai bagian tubuh dan agar pemain dapat mengubah arah lebih cepat meski dalam kecepatan tinggi atau saat sprint.

Sehubungan dengan pemaparan pada bagian pendahuluan di atas, masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah, 1) Apakah pelatihan ladder practice

berpengaruh terhadap peningkatan kecepatan pada siswa Sekolah Bulutangkis POKER Kerobokan Badung tahun 2016? 2) Apakah pelatihan ladder

(3)

3

practice berpengaruh terhadap

peningkatan kelincahan pada siswa Sekolah Bulutangkis POKER Kerobokan Badung tahun 2016? Tujuan dari penelitian ini adalah,1) Untuk mengetahui pengaruh pelatihan ladder practice

terhadap peningkatan kecepatan pada siswa Sekolah Bulutangkis POKER Kerobokan Badung tahun 2016. 2) Untuk mengetahui pengaruh pelatihan ladder

practice terhadap peningkatan kelincahan

pada siswa Sekolah Bulutangkis POKER Kerobokan Badung tahun 2016.

Pelatihan adalah suatu proses berlatih yang sistematis yang dilakukan secara berulang-ulang dan yang kian hari jumlah beban pelatihannya kian bertambah untuk dapat mencapai sesuatu yang diinginkan. Pelatihan merupakan salah satu kunci sukses dalam mencapai prestasi sehingga harus dilakukan sebaik-baiknya. Menurut Bompa (dalam Nala, 2011:1), “pelatihan merupakan suatu aktivitas yang kompleks, suatu kinerja dari atlet yang dilakukan secara sistematis dalam durasi yang panjang, progresif dan berjenjang secara individual, dengan tujuan untuk mendapatkan suatu bentuk fisiologis dan psikologis tertentu agar dapat memenuhi berbagai tuntutan tugas sewaktu berolahraga”. Pelatihan merupakan suatu proses sistematis dari pengulangan, suatu kinerja progresif yang juga menyangkut proses belajar serta memiliki tujuan untuk memperbaiki sistem dan fungsi dari organ tubuh agar penampilan atlet mencapai optimal. Secara fisiologis, pelatihan fisik merupakan suatu proses pembentukan refleks bersyarat, proses belajar bergerak serta proses menghafal gerakan. Dengan demikian, pelatihan merupakan suatu gerakan fisik dan atau aktivitas mental yang dilakukan secara sistematis dan berulang-ulang (repetitif) dalam jangka waktu (durasi) lama, dengan pembebanan yang meningkat secara progresif dan individual, yang bertujuan untuk memperbaiki sistem serta fungsi fisiologis dan psikologis tubuh agar pada waktu melakukan aktivitas olahraga dapat mencapai penampilan yang optimal.

Prinsip pelatihan merupakan hal penting yang harus diperhatikan dalam melaksanakan pelatihan agar tercapai

tujuan dari latihan yang dilakukan. Prinsip-prinsip latihan akan mendukung upaya dalam meningkatkan kualitas latihan. Selain itu, akan menghindarkan dari rasa sakit dan timbulnya cedera selama dalam proses latihan (Sukadiyanto, 2005:12). Pelatihan ini menerapkan sistem beban berlebih karena, pemberian beban dalam pelatihannya dilakukan secara progresif dengan penambahan jumlah set di setiap minggu pemberian pelatihan, prinsip

reversibility karena melihat situasi

lapangan akibat faktor cuaca dan kegiatan subjek, mengingat subjek masih duduk dibangku sekolah. Latihan bersifat progresif artinya dalam pelaksanaan latihan dilakukan dari yang mudah ke sukar, sederhana ke komplek, umum ke khusus, bagian keseluruhan, ringan ke berat, dan dari kuantitas ke kualitas dilaksanakan secara berkelanjutan, program latihan yang baik disusun secara variatif untuk menghindari kejenuhan, keengganan, dan keresahan yang merupakan kelelahan secara psikologis, keberhasilan latihan jangka panjang sangat ditentukan oleh pembebanan yang tidak berlebihan. Artinya, pembebanan harus disesuaikan dengan tingkat kemampuan, pertumbuhan, dan perkembangan olahragawan, sehingga beban latihan yang diberikan benar benar tidak terlalu berat dan tidak terlalu ringan, dan skala prioritas latihan berhubungan dengan urutan sasaran dan materi latihan utama yang disesuaikan dengan periodisasi latihan. Setiap periodisasi memiliki penekanan tujuan latihan yang berbeda baik dalam aspek fisik, teknik, taktik maupun psikologis.

Suatu pelatihan akan memberikan dampak yang besar apabila latihan yang dilakukan sesuai dengan sistematika pelatihan. Selain untuk mendapatkan hasil yang maksimal, penerapan sistematika pelatihan ini dilakukan untuk mengantisipasi cidera saat latihan berlangsung. Ada dua tahapan yang harus diterapkan dalam melaksanakan suatu pelatihan fisik yaitu tahap pemanasan (warm-up) yang bertujuan untuk meningkatkan panas tubuh melalui metabolisme dalam sel otot yang terdiri dari peregangan (stretching), calisthenics,

(4)

4

(warm-down). Dalam penelitian ini

intensitas pelatihan yang digunakan adalah 70%-80% dari denyut nadi maksimal (DNM), dengan pertimbangan subjek penelitian adalah atlet pemula dalam aktivitas olahraga yang memiliki umur berkisar 12-14 tahun. Dengan intensitas tersebut tidak akan membahayakan bagi tubuh karena pelatihan diberikan berdasarkan denyut nadi maksimal. Predominan sistem energi yang dalam pelatihan ini adalah sistem

anaerob karena dalam pelatihan ini

menggunakan kecepatan gerak. Ladder

practice adalah salah satu bentuk latihan

fisik yang fungsinya melatih kecepatan, kelincahan kaki dan sinkronisasi gerak secara seimbang.

Ladder practice adalah suatu

bentuk latihan menggunakan satu atau dua kaki yang berbentuk tangga yang diletakkan dilantai atau tanah. Ladder

practice biasa digunakan untuk

meningkatkan kecepatan dan kelincahan. “Untuk berlatih gerak ini yang dibutuhkan adalah alat yang meyerupai anak tangga yang di letakkan pada bidang datar atau lantai” (PB. Djarum, 2013). “Latihan

Ladder practice membantu dalam

improvisasi berbagai aspek gerakan, meningkatkan keseimbangan, daya tahan otot, waktu reaksi dan koordinasi antara berbagai bagian tubuh, dan agar pemain dapat mengubah arah lebih cepat” (Fajar Ismoyo, 2014). “Latihan dengan alat ini juga dapat meningkatkan sistem saraf dan kelompok otot yang terkait. Latihan menggunakan alat ladder dapat diterapkan pada semua cabang olahraga dan karenanya telah menjadi salah satu program pelatihan yang cukup populer di dunia olahraga” (Fantiro & Saputra, 2015). Pengembangan kondisi fisik sebagai efek pelatihan tergantung pada bentuk pelatihan serta beban yang diberikan sesuai dengan cabang olahraga. “Untuk meningkatkan komponen kelincahan

takarannya tergantung dari tipe olahraga yang dilakukan” (Nala, 2011:151). Pelatihan ladder practice bisa dilakukan di lapangan bulutangkis maupun ditempat terbuka lainnya.

Bentuk latihan di level pertama menjadi latihan yang paling dasar, hanya berlari di dalam ruang anak tangga. Berdiri menghadapi anak tangga. Lompat pertama ke dalam ruang tangga dengan satu kaki. Ikuti dengan kaki lainnya sehingga dalam satu ruang tangga terdapat dua kaki. Lakukan sampai selesai. Pada level kedua berdiri menyamping anak tangga. Bergerak ke sisi kedalam tangga secara miring dengan satu kaki. Ikuti dengan kaki lainya dan ulangi hingga selesai. Level ketiga dimana pada level ini gerakan kaki dibuat secara

zig-zag ke belakang. Masukkan kaki

kanan ke dalam ruang anak tangga pertama. Ikuti dengan kaki kiri. Gerakkan kaki kanan secara mundur keluar tangga. Ikuti dengan kaki kiri dan ulangi hingga selesai. Untuk level keempat Mulai gerakan level ke empat, membutuhkan konsentrasi yang lebih. Mulailah dengan kedua kaki di luar tangga. Silang kaki kiri di atas kaki kanan ke ruang anak tangga yang pertama. Kaki kanan harus segera mengikuti di sebelah kanan ruang anak tanga pertama di ikuti dengan kaki kiri. Pertama, diikuti dengan kaki kiri. Ulangi secara berlawanan dari kaki kanan masuk ke dalam ruang anak tangga. Sedangkan level kelima Gerakan di mulai dengan persiapan kaki berada di luar anak tangga. Gerakan atau pindahkan kaki kanan ke dalam ruang anak tangga, langsung diikuti oleh kaki kiri. Begitu kaki kiri masuk kedalam ruang anak tangga, gerakan kaki kanan keluar anak tangga. Ikuti kemudian dengan menggerakkan kaki kiri ke luar anak tangga. Pindahkan kaki kiri keluar (sisi kiri) anak tangga, langsung di ikuti oleh kaki kanan dan lakukan sampai selesai.

METODE PENELITIAN

Jenis eksperimen yang digunakan adalah penelitian eksperimental semu (quasi

experimental) yang bertujuan untuk

memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat

diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan atau memanipulasi semua variabel yang relevan. Kadang di dalam suatu penelitian, karena satu dan lain hal,

(5)

5 randominasi tidak dapat dilaksanakan,

sebaliknya dipihak lain randominasi dapat dilakukan tetapi tidak dapat diperoleh kelompok kontrol (Kanca, 2010: 93). Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan the non-randomized control group pretest posttest design.

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa Sekolah Bulutangkis POKER Kerobokan Badung tahun 2016. Total keseluruhan jumlah subjek penelitian 32 orang. Dari total jumlah subjek yang berjumlah 32 orang, dibentuk dua kelompok yakni kelompok perlakuan dengan jumlah 16 orang dan kelompok kontrol dengan jumlah 16 orang. Pembentukan kelompok ini dilakukan setelah mendapatkan data hasil tes awal dengan menggunakan teknik ordinal

pairing (OP) yaitu pembagian kelompok

berdasarkan peringkat hasil tes awal yang bertujuan untuk memperoleh kelompok dengan kemampuan yang homogen atau relatif sama atau mendekati sama. Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan uji kolmogrov-smirnov

dengan bantuan program SPSS 16,0 pada taraf signifikansi 95%, α = 0,05. Kriteria pengambilan keputusan yaitu jika nilai signifikan yang diperoleh lebih besar dari pada α (sig>α), maka subjek penelitian berdistribusi normal, sedangkan jika nilai signifikan yang diperoleh lebih kecil dari pada α (sig<α), maka subyek penelitian bukan berdistribusi normal. Uji homogenitas data dalam penelitian ini menggunakan uji levene dengan bantuan program SPSS 16,0 pada taraf signifikansi 95%, (α) 0,05. Kriteria pengambilan keputusan yaitu jika nilai signifikansi yang diperoleh levene > α, maka variasi subyek

adalah homogen, sedangkan jika nilai signifikansi diperoleh levene < α, maka

variasi subyek tidak homogen atau heterogen . Uji hipotesis terhadap pengaruh pelatihan ladder practice

terhadap peningkatan kecepatan dan kelincahan menggunakan uji inferensial dengan uji-t independen. Hipotesis ini diuji dengan bantuan SPSS 16,0 pada taraf signifikan 95%, α = 0,05. Kriteria pengambilan keputusan yaitu jika nilai signifikansi< α berarti terdapat pengaruh terhadap peningkatan yang signifikan dari pelakuan yang diberikan, sedangkan jika

nilai signifikansi > α berarti tidak ada peningkatan yang signifikan dari perlakuan yang diberikan.

HASIL

Deskripsi data hasil penelitian kecepatan terdiri dari dua hasil, yaitu

pre-test dan post-test. Data pre-test diambil

pada awal kegiatan penelitian diberikan perlakuan pelatihan sedangkan data

post-test diperoleh pada akhir kegiatan setelah

diberikan perlakuan selama 12 kali pelatihan.

Deskripsi data hasil pres-test

kecepatan pada kelompok perlakuan pelatihan ladder practice yaitu diperoleh nilai rata-rata kecepatan sebesar 10,19, nilai tertinggi sebesar 12,15, nilai terendah sebesar 9,12, standar deviasi sebesar 1,015 dan varian sebesar 1,03. Sedangkan data hasil post-test kecepatan pada kelompok perlakuan pelatihan ladder

practice yaitu diperoleh nilai rata-rata

kecepatan sebesar 8,93, nilai tertinggi sebesar 10,45, nilai terendah sebesar 7,67, standar deviasi sebesar 0,84 dan varian sebesar 0,72.

Sementara deskripsi data hasil penelitian kecepatan pada kelompok kontrol diambil melalui hasil pre-test dan

post-test subjek penelitian. Deskripsi data

hasil pres-test kecepatan pada kelompok kontrol yaitu diperoleh nilai rata-raat kecepatan sebesar 10,43, nilai tertinggi sebesar 12,51, nilai terendah sebesar 9,11, standar deviasi sebesar 1,25 dan varian sebesar 1,56. Sedangkan data hasil post-test kecepatan pada kelompok kontrol yaitu diperoleh nilai rata-rata kecepatan sebesar 10,04, nilai tertinggi sebesar 11,98, nilai terendah sebesar 8,76, standar deviasi sebesar 1,12 dan varian sebesar 1,27.

Dari data hasil pre-test dan

post-test tersebut, diperoleh gain score

kecepatan pada kelompok perlakuan pelatihan ladder practice yaitu diperoleh nilai rata-rata kecepatan sebesar 1,26, median sebesar 1,19, nilai tertinggi sebesar 1,91, nilai terendah sebesar 0,41, standar deviasi sebesar 0,37 dan varian sebesar 0,13 yang akan dianalisis untuk menguji hipotesis penelitian. Sedangkan data gain score pada kelompok kontrol yaitu diperoleh nilai rata-rata kecepatan

(6)

6 sebesar 0,38, median sebesar 0,30, nilai

tertinggi sebesar 0,99, nilai terendah sebesar 0,10, standar deviasi sebesar 0,29 dan varian sebesar 0,08.

Dari data hasil penelitian kelincahan terdapat dua data yaitu

pre-test dan post-test. Data pre-test diambil

pada awal kegiatan penelitian sebelum subjek penelitian diberikan perlakuan pelatihan sedangkan data post-test

diperoleh pada akhir kegiatan setelah diberikan perlakuan selama 12 kali pertemuan. Deskripsi data hasil pres-test

kelincahan pada kelompok perlakuan pelatihan ladder practice yaitu diperoleh nilai rata-rata kelincahan sebesar 15,29, nilai tertinggi sebesar 17,31, nilai terendah sebesar 13,11, standar deviasi sebesar 1,25 dan varian sebesar 1,57. Sedangkan data hasil post-test kelincahan pada kelompok perlakuan pelatihan ladder

practice yaitu diperoleh nilai rata-rat

kelincahan sebesar 12,86, nilai tertinggi sebesar 13,87 nilai terendah sebesar 12,05, standar deviasi sebesar 0,48 dan varian sebesar 0,23.

Sementara deskripsi data hasil penelitian kelincahan pada kelompok kontrol diambil melalui hasil pre-test dan

post-test subjek penelitian. Deskripsi data

hasil pres-test kelincahan pada kelompok kontrol yaitu diperoleh nilai rata-rata kelincahan sebesar 15,05, nilai tertinggi sebesar 17,10, nilai terendah sebesar 13,47, standar deviasi sebesar 1,02 dan varian sebesar 1,05. Sedangkan data hasil post-test kelincahan pada kelompok kontrol yaitu diperoleh nilai rata-rata kelincahan sebesar 13,55, nilai tertinggi sebesar 14,45, nilai terendah sebesar 12,25, standar deviasi sebesar 0,58 dan varian sebesar 0,34.

Dari data hasil pre-test dan post-test

tersebut, diperoleh gain score kelincahan

pada kelompok perlakuan pelatihan ladder

practice yaitu diperoleh nilai rata-rata

kelincahan sebesar 1,40, median sebesar 1,35, nilai tertinggi sebesar 1,71, nilai terendah sebesar 1,00, standar deviasi sebesar 0,23 dan varian sebesar 0,05 yang akan dianalisis untuk menguji hipotesis penelitian. Sedangkan data gain

score pada kelompok kontrol yaitu

diperoleh nilai rata-rata kelincahan sebesar 0,37, median sebesar 0,35, nilai tertinggi sebesar 1,00, nilai terendah sebesar 0,03, standar deviasi sebesar 0,24 dan varian sebesar 0,06.

Dari hasil uji normalitas data dengan Instrumen Uji Kolmogorof-

Smirnov program SPSS 16.0 diperoleh

hasil untuk variabel kecepatan kelompok perlakuan 0.179 dengan signifikansi 0.184, sedangkan variabel kecepatan kelompok kontrol 0.183 dengan signifikansi 0.158. Hasil untuk variabel kelincahan kelompok perlakuan 0.186 dengan signifikansi 0.143, sedangkan variabel kelincahan kelompok kontrol 0.128 dengan signifikansi 0.200. Pada taraf signifikansi α = 0.05 signifikansi thitung

variabel kecepatan dan kelincahan lebih besar dari pada α (sig > 0.05) sehingga data yang diuji merupakan data yang berdistribusi normal. Maka akan dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan statistik parametrik. Uji normalitas data dilakukan pada gain score data kecepatan dan kelincahan. Dari hasil uji normalitas dengan instrument uji kolmogrov-smirnov

dengan batuan program SPSS 16.0 pada taraf signifikansi (α) 0,05 diperoleh nilai signifikansi hitung untuk semua data yang diuji lebih besar dari α (thitung > ttabel ),

dengan demikian semua data berdistribusi normal dan dapat dilihat pada tabel.

Tabel 1. Hasil Uji Normalitas Kecepatan dan Kelincahan

Sumber data Kolmogorov-smirnov

Statistik Df Sig Keterangan Kecepatan 1 Perlakuan 2 Kontrol 0,179 0,183 16 16 0,184 0,158 Normal Normal Kelincahan 1. Perlakuan 2. Kontrol 0,186 0,128 16 16 0,143 0,200 Normal Normal

(7)

7 Dari hasil uji homogenitas menggunakan

instrumen uji levene dengan bantuan program SPSS 16,0 pada pelatihan ladder practice diperoleh nilai uji untuk variabel kecepatan 0,154 dengan signifikansi 0.697, sedangkan nilai uji untuk variabel kelincahan 0,024 dengan signifikansi 0,877. Pada taraf signifikansi α = 0,05 signifikansi thitung variabel kecepatan dan

variabel kelincahan lebih besar dari pada α (sig > 0,05) sehingga data yang diuji berasal dari data yang homogen. Maka akan dilakukan uji hipotesis dengan

menggunakan statistik parametrik. Uji homogenitas data dilakukan pada gain

score data kecepatan dan kelincahan

menggunakan instrument uji levene

dengan bantuan program SPSS 16.0 pada taraf signifikansi (α) 0,05. Dari hasil uji ini didapatkan nilai signifikansi hitung untuk kedua data tersebut lebih besar dari pada α (Sig > 0,05), dengan demikian data yang diuji berasal dari data dengan variansi homogen. Data dapat dilihat pada tabel.

Tabel 2. Data Hasil Uji Homogenitas Kecepatan dan Kelincahan

Sumber data Nilai uji df 1 Df 2 Sig Ket

Kecepatan Kelincahan 0,154 0,024 1 1 30 30 0,697 0,877 Homogen Homogen Dari hasil uji-t independent didapat nilai

thitung variabel kecepatan sebesar -7,435

dengan signifikansi thitung = 0,000. Pada

taraf signifikansi α = 0,05 signifikansi thitung

variabel kecepatan = 0,000 lebih kecil dari

nilai α (Sig < 0,05), sehingga hipotesis penelitian pelatihan ladder practice

berpengaruh terhadap peningkatan kecepatan diterima. Data dapat dilihat pada tabel.

Tabel 3. Hasil Uji-t Independent Data Kecepatan

Sumber data thitung Df Sig

Kecepatan 7,435 30 0.000

Dari hasil uji-t independent didapat nilai

thitung variabel kelincahan 12,163 dengan

signifikansi thitung = 0,000. Pada taraf

signifikansi α = 0,05 signifikansi thitung

variabel kelincahan = 0,000 lebih kecil

dari nilai α (Sig < 0,05), sehingga hipotesis penelitian pelatihan ladder

practice berpengaruh terhadap

peningkatan kelincahan diterima.

Tabel 4. Hasil Uji-t Independent Data Kelincahan

Sumber data thitung Df Sig

Kelincahan 12,163 30 0.000

PEMBAHASAN

Secara teoritis hasil penelitian pelatihan ladder practice berpengaruh terhadap peningkatan kecepatan dan dapat dijelaskan sebagai berikut: pelatihan ladder practice adalah salah satu bentuk latihan fisik yang fungsinya melatih kecepatan, kelincahan kaki dan sinkronisasi gerak secara seimbang. Besar kecilnya kemampuan otot yang

terlibat dalam pelatihan ladder practice

sangat dipengaruhi oleh kontraksi otot itu sendiri. Karena pada pelatihan ladder

practice terdapat 5 level yang harus

dilakukan dimana pada setiap level memiliki gerakan dan kesulitan yang berbeda.

Dalam penelitian ini menggunakan prinsip-prinsip dasar latihan, salah satu prinsip yang digunakan adalah prinsip

(8)

8 beban berlebih. Prinsip beban berlebih

diterapkan pada frekuensi, intesitas dan durasi latihan. Dengan menerapkan prinsip beban berlebih otot mendapatkan pembebanan melebihi beban yang biasanya diterima dalam aktifitas sehari-hari. Agar prinsip beban berlebih memiliki efek yang positif, maka harus mengikuti prinsip beban tahanan bertambah sebab keduanya mempunyai hubungan yang erat. Peningkatan dapat dilakukan dengan cara meningkatkan beban, set, repetisi, maupun lamanya latihan selama penelitian. Prinsip pelatihan beraturan dimana pelatihan dimulai dari kelompok otot yang besar kemudian baru pada otot-otot yang lebih kecil sebab otot-otot-otot-otot besar lebih mudah pelaksanaannya.

Intesitas pelatihan yang diberikan antara 70% - 80% DNO. Sesuai dengan teori subjek penelitian ini adalah siswa siswa Sekolah Bulutangkis POKER tahun 2016 yang memiliki umur berkisar 12 – 14 tahun dengan frekuensi pelatihan yang digunakan adalah 3 kali seminggu yaitu selasa, kamis dan sabtu. Lamanya pelatihan adalah selama 4 minggu atau 12 kali pelatihan. Adapun set dan repetisi yang diberikan pada pelatihan ini adalah 5-7 set dan 7 repetisi sesuai dengan prinsip spesifisitas dan periodisasi latihan. Dimana set dan repetisi sudah sesuai dengan DNM subjek.

Sistem energi yang digunakan adalah sistem energi anaerob, dimana saat melakukan gerakan yang terdaoat 5 level otot yang bekerja tidak memerlukan oksigen. Latihan ini melibatkan hampir semua otot, terutama otot bagian tungkai seperti otot-otot gluteus, hamstring, gastrocnemius, fleksor, tibialis, abductor,

stabilizer, lutut, dan ancle. Gerakan lari yang diberikan secara cepat akan membuat stres pada komponen otot sehingga otot akan mengalami hypertropy

otot. Hypertropy otot ini menyebabkan peningkatan kekuatan otot. Yang pada akhirnya terjadi peningkatan terhadap kecepatan.

Nurhasan (2005:20) mengatakan bahwa kelincahan merupakan kemampuan bergerak dengan berubah-ubah arah secara cepat tanpa kehilangan keseimbangan. Seorang atlet dituntuk memiliki kelincahan untuk menopang

peningkatan prestasinya. Dimana kelincahan merupakan kemampuan seseorang untuk mengubah posisi tubuh, gerakan tubuh keposisi berbeda atau bergerak dengan kecepatan tinggi tanpa hilang kesadaran akan posisi tubuh dan keseimbangannya. ”Untuk meningkatkan komponen kelincahan ini takarannya tergantung dari tipe olahraga yang dilakukan” (Nala, 1998:74). Kelincahan adalah salah satu komponen biomotorik yang dominan dalam beberapa cabang olahraga baik yang bersifat individu maupun beregu.

Dalam kelincahan didukung oleh unsur-unsur biomotorik yang lain, seperti kecepatan, kelentukan, koordiansi dan reaksi gerak yang baik. Kelincahan sangat ditentukan oleh kecepatan reaksi, kemampuan tubuh untuk menguasai situasi dan mampu mengendalikan gerakan tubuh secara tiba-tiba. Kelincahan banyak diperlukan dalam cabang olahraga permainan. Kelincahan berkaitan dengan gerakan tubuh yang berubah dengan cepat tanpa harus kehilangan akan kesadaran dan keseimbangan akan posisi tubuhnya. Seorang atlet yang memiliki kelincahan yang baik akan mampu mengkondisikan tubuhnya untuk melakukan gerakan-gerakan yang terkoordinasi dan efektif.

Dengan melihat jalanya pelatihan

ladder practice yang menggunakan

prinsip-prinsip dasar latihan seperti beban berlebih sehingga terjadi peningkatan respon dan adaptasi organ tubuh terhadap pembebanan latihan yang diberikan. Dengan penurunan beban latihan pada salah satu sesi latihan, kesempatan dari organ-organ tubuh untuk melakukan istirahat (recovery). Pada saat

recovery, sel-sel di dalam tubuh akan

memanfaatkan istirahat tersebut untuk melakukan proses regenerasi sebagai persiapan menerima beban yang lebih berat. Prinsip pelatihan beraturan dimana pelatihan dimulai dari kelompok otot yang besar kemudian baru pada otot-otot yang lebih kecil sebab otot-otot besar lebih mudah pelaksanaannya. Prinsip spesifisitas, bentuk pelatihan dan beban pelatihan fisik yang diberikan untuk mengembangkan kemampuan biomotorik. Hasil dari proses peningkatan kualitas fisik

(9)

9 sebagai akibat dari latihan yang bersifat

reversibel, dimana peltihan yang

dilakukan secara berkesinambungan selama 12 kali pertemuan.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kelincahan, diantaranya adalah umur, jenis kelamin, tipe tubuh, berat badan, kelelahan, kecepatan reaksi dan kecepatan gerak yang baik, kemampuan tubuh dalam mengatur keseimbangan, kelentukan sendi-sendi tubuh serta kemampuan menghentikan gerakan tubuh dengan cepat.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan maka dalam penelitian ini dapat disimpulkan pelatihan ladder

practice berpengaruh signifikan terhadap

peningkatan kecepatan dan kelincahan pada siswa Sekolah Bulutangkis POKER Kerobokan Badung tahun 2016.

SARAN

Berdasarkan penelitian ini, dapat disarankan kepada pelatih, pembina olahraga, siswa dan peneliti disarankan dapat menggunakan pelatihan ladder

practice sebagai alternatif meningkatkan

kecepatan dan kelincahan. DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Manajemen

Penelitian. Yogyakarta: Renika

Cipta.

Bompa, dan Gregory Haff. 2009.

Perioditazion: Theory and

Methodology of Training 5th

Edition.United States: Human

Kinetics.

Candiasa, I Made. 2010. Statistik Univariat dan Bivariat Disertai

Aplikasi SPSS. Singaraja :

Universitas Pendidikan Ganesha. Djarum, PB, 2013. Teknik Latihan

Bulutangkis (edisi 18): Ladder

Practice. Tersedia pada :

http://www.pbdjarum.org/klub/tips-latihan/1/8d5c3 e645c3df/teknik-

latihan-bulutangkis-edisi-18-ladder-practice. (diakses pada

Kamis, 10 Desember 2015)

Fantiro, Frendy Aru, dkk. 2015. “Pengaruh Latihan Ladder Speed Run dan

Shuttle Run terhadap Kecepatan dan Kelincahan”. Jakarta: Kementerian Pemuda dan Olahraga R.I, Volume 17, Nomor 3 (hlm.290--308).

Harsono, 1988. Coaching dan

Aspek-Aspek Psikologis Dalam Coaching:

Jakarta. C.V. Tambak Kusuma. Irianto, Djoko Pekik, dkk. 2009. Materi

Pelatihan Kondisi Fisik Dasar.

Jakarta: Asdep Pengembangan Tenaga Dan Pembina

Keolahragaan.

Ismoyo, Fajar. 2014. “Pengaruh Latihan Variasi Speed Leader Drill terhadap Kemampuan Dribbling, Kelincahan dan Koordinasi Siswa SSB Angkatan Muda Tridadi Kelompok Umur 11-12 Tahun”.

Skripsi (tidak diterbitkan). Prodi Pendidikan Kepelatihan Olahraga, FIK UNY.

Kanca, I Nyoman.2004. “Pengaruh Pelatihan Fisik Aerobik dan Anaerobik terhadap Absorpsi Karbohidrat dan Protein di Usus Halus”. Desertasi (tidak diterbitkan). Program Pasca Sarjana, UNAIR.

---, 2006. Buku Ajar Metodelogi

Penelitian Keolahragaan.

Singaraja: Undiksha.

---, 2010. Metode Penelitian dan Pengajaran Pendidikan Jasmani

dan Olahraga. Singaraja :

Universitas Pendidikan Ganesha. Nala, Ngurah, 1992. Kumpulan Tulisan

Olahraga. Denpasar : Universitas

Udayana.

---, 1998. Prinsip Pelatihan Fisik

Olahraga. Denpasar: Universitas

Udayana.

---, 2011. Prinsip Pelatihan Fisik

Olahraga. Denpasar : Universitas

Udayana.

Nurhasan. 2000. Tes dan Pengukuran

Pendidikan Olahraga. Jakarta:

Universitas Pendidikan Indonesia. Suhendro, Andi dkk, 1999. Dasar-Dasar

Kepelatihan. Jakarta : Universitas

Terbuka.

Sukadiyanto, 2005. Pengantar Teori dan

(10)

10 Yogyakarta : Universitas Negeri

Yogyakarta.

Taufik, Nur, 2014. Faktor-faktor Yang

Mempengaruhi Kelincahan.

Tersedia pada

:http://www.olahragakesehatanjas

mani.com/2014/07/faktor-mempengatuhi -kelincahan.html. (diakses pada Kamis, 10 Desember 2015).

Undiksha, 2014. Pedoman Penulisan Skripsi dan Tugas AkhirProgram Sarjana dan Diploma 3 Edisi

Revisi. Singaraja: Universitas

Pendidikan Ganesha.

Widiastuti. 2011. Tes dan Pengukuran

Olahraga. Jakarta : PT Bumi Timur

Jaya.

Widjaja, Surja. 1998, Kinesiologi. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Yoda, I Ketut. 2006. Buku Ajar

Peningkatan Kondisi Fisik (tidak

diterbitkan). Singaraja: IKIP Negeri Singaraja.

Gambar

Tabel  1. Hasil Uji Normalitas Kecepatan dan Kelincahan

Referensi

Dokumen terkait

Sifat mekanik yang ditandai dengan nilai kekerasan spesimen meningkat dari substrat SS316 (sebelum proses coating ) yaitu 298,54 HVN [9] setelah proses coating

pengaruh yang signifikan antara variabel kepuasan terhadap loyalitas pelanggan yang ditunjukan oleh nilai t hitung sebesar 0,6844&gt; t tabel sebesar 1.9849 dengan

Penerapan kompetensi pedagogik guru dalam pembelajaran tematik berdasarkan kurikulum 2013 di MIM PK Kartasura sudah terlaksana dalam aspek pedagogik yang meliputi,

institusi penyedia pelayanan kesehatan yang ada. Sebagai contoh belum adanya fasilitas laboratorium yang kondisinya sama persis dengan rumah sakit atau pusat

Menimbang, bahwa mengenai lamanya pidana yang dijatuhkan hakim Pengadilan Negeri Batam kepada Terdakwa I dan Terdakwa II dengan pidana penjara masing-masing selama

Mojokerto sesuai dengan Peraturan bupati Mojokerto nomor 69 tahun 2016 tentang kedudukan, susunan organisasi, tugas dan fungsi serta tata kerja Dinas Komunikasi dan

Metode analisis deskriptif yaitu metode yang dilakukan dengan cara mengumpulkan, menyajikan, serta menganalisis data sehingga diperoleh gambaran yang cukup jelas

SebePumnya kami telah mmgiisolasi pmteh dari &amp;jwobacteril~~~ tuberculosis H37 Rv yang cfikdtur pada Middlebrook THlO d i d a p a h Bemt molekul63,3 kDa den blum