PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI BERBANTUAN
MEDIA LINGKUNGAN SEKITAR TERHADAP
HASIL BELAJAR IPA KELAS IV
Ni Luh Putu Sri Nariastini
1, I Komang Sudarma
2, I Gede Astawan
3 1,3Jurusan PGSD,
2Jurusan TP, FIP
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail:srinarias@gmail.com
1, darma_TP@yahoo.co.id
2,
igedeastawan@yahoo.com
3Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan yang signifikan antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan strategi pembelajaran inkuiri berbantuan media lingkungan sekitar dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan strategi pembelajaran ekspositori terhadap hasil belajar IPA pada siswa kelas IV di Gugus V Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2014/2015. Penelitian ini merupakan quasi experiment dengan rancangan post test only control group design.
Populasi penelitian ini adalah seluruh kelas IV di Gugus V Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 9 kelas dengan siswa 202 orang. Sampel penelitian ini yaitu kelas IV SD No. 3 Panji dengan jumlah siswa 28 orang dan kelas IV SD No. 2 Sambangan dengan jumlah siswa 26 orang, yang ditentukan dengan teknik simplerandom sampling. Instrumen pada penelitian ini yaitu tes pilihan ganda. Data yang diperoleh dianalisis dalam dua tahap, yaitu analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial (uji-t). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan strategi pembelajaran inkuiri berbantuan media lingkungan sekitar dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan strategi pembelajaran ekspositori, dengan nilai thitung sebesar 6,47 dan ttab sebesar 2,021. Artinya, thitung lebih besar dari ttab. Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan pembelajaran menggunakan strategi pembelajaran inkuiri berbantuan media lingkungan sekitar berpengaruh terhadap hasil belajar IPA pada siswa kelas IV di Gugus V Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2014/2015.
Kata-kata kunci: strategi pembelajaran inkuiri, hasil belajar IPA
Abstract
This study aimed at investigating the significant difference between the group whichis studied using inquiri learning strategy helped by environtment and the group which is studied using expository learning strategy of sains output in fourth grade students of clustered V Sukasada District, Buleleng Regecy in year 2014/2015. This study was quasi experiment with no equivalent post test only control group design. The population of this study was fourth grade students of clustered V, Sukasada District, Buleleng Regency in year 2014/2015 consist of 9 classes with 202 students. The sample of this study was fourth grade students of SD No 3 Panji consists of 28 students and fourth grade students of SD No 2 Sambangan consists of 26 students, which is chosen by using simple random sampling technique. The instrument of this study was multiple choice tests. The gained data was analyzed in two steps, descriptive statistic analysis and inferential statistic analysis (t-test). The results show that there was a significance different between the group who were studied using inquiry learning strategy helped by environment and group who were studied using expository learning strategy with t result 6,47, t table 2,021. It means t result, more than t table. From this result, it can be said that there was a significant effect of inquiry learning strategy helped by environment media toward Sains output of fourth grade students of clustered V Sukasada District Buleleng Regency I year 2014/2015.
PENDAHULUAN
Kualitas sumber daya manusia (SDM) suatu bangsa sangat ditentukan
oleh mutu pendidikan. Hal ini
mengarahkan pendidikan untuk
menyiapkan lulusan yang mandiri. Artinya, tujuan pendidikan tidak lagi semata-mata penyesuaian diri, melainkan juga ditujukan
pada peningkatan kemampuan
masyarakat menuju kehidupan yang lebih baik, mampu berpikir ke masa depan, dan mempunyai keberanian untuk mengambil
keputusan (Hamalik, 2004). Mutu
pendidikan sangat terkait dengan proses
pembelajaran, di dalam proses
pembelajaran inilah terjadi proses
transmisi dan transformasi pengalaman belajar peserta didik sesuai dengan kurikulum yang berlaku sehingga nantinya menghasilkan SDM yang berkualitas. Upaya yang dapat dilakukan untuk dapat mencetak SDM yang berkualitas yaitu
dengan cara meningkatkan mutu
pendidikan.
Meningkatkan mutu pendidikan di
Indonesia bukanlah persoalan yang
mudah. Untuk meningkatkan mutu
pendidikan di Indonesia telah ditempuh berbagai upaya oleh pemerintah. Upaya-upaya tersebut hampir mencakup seluruh komponen pendidikan, seperti pengadaan buku-buku pelajaran, peningkatan kualitas guru, proses pembelajaran, pembaharuan kurikulum, serta usaha lainnya yang berkaitan dengan kualitas pendidikan (Ambarita, 2011). Berkaitan dengan proses pembelajaran, salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh guru adalah
penggunaan strategi dan media
pembelajaran yang tepat. Pemilihan
strategi yang akan di gunakan dalam proses pembelajaran harus sesuai dengan keadaan, kebutuhan dan kemampuan siswa.
Guru dihadapkan pada sejumlah strategi-strategi pembelajaran yang ada
serta media pendukung untuk
memperlancar proses pembelajaran. Guru
dituntut untuk mampu mengenali
karakteristik siswanya terlebih dahulu
sebelum memilih strategi-strategi
pembelajaran dan media pendukung yang
akan digunakan dalam proses
pembelajaran tersebut. Hal ini sangat erat
hubungannya dengan strategi
pembelajaran yang akan diterapkan oleh guru pada setiap mata pelajaran termasuk IPA. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu cabang ilmu
pengetahuan yang mendasari
perkembangan teknologi maju dan konsep hidup harmonis dengan alam, sehingga IPA berperan penting dalam menyiapkan SDM yang handal dan bermutu. Selain itu “IPA merupakan salah satu mata
pelajaran pokok dalam kurikulum
pendidikan di Indonesia, termasuk pada
jenjang sekolah dasar” (Susanto,
2013:165). Mata pelajaran IPA sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari seperti diketahui, bahwa pembelajaran
IPA lebih banyak berisi tentang
permasalahan alam yaitu selalu berkaitan dengan lingkungan sekitar yang ada dalam kehidupan anak.
Kegiatan pembelajaran IPA di sekolah dasar jarang sekali menggunakan
lingkungan sebagai sumber belajar.
Berbagai pola lama yang diterapkan oleh guru terutama dalam melakukan kegiatan pembelajaran yang masih terpusat pada
guru (teacher centered) menyebabkan
kurangnya kesempatan bagi siswa untuk
dapat mengembangkan kemandirian
belajarnya dan penyebab dari rendahnya mutu pendidikan. Guru hendaknya mampu
memposisikan diri hanya sebagai
fasilitator bagi siswa, sehingga siswa
dapat terlibat penuh dalam proses
pembelajaran karena pada hakikatnya dalam kegiatan belajar mengajar “anak adalah sebagai subjek dan sebagai objek dari kegiatan pengajaran” (Djamarah dan Zain, 2006:38).
Dalam kenyataannya siswa
mengikuti pelajaran hanya mengikuti apa
yang diinstruksikan oleh gurunya.
Ketergantungan akan keberadaan guru sangatlah tinggi sehingga peranan siswa dalam mengembangkan diri tidak ada. Hal ini akan mengakibatkan siswa mengikuti pelajaran hanya sekedar ingin tahu dan pemenuhan kebutuhan jangka pendek yang berkaitan dengan hasil belajarnya. Dalam pengelolaan pembelajaran, guru hanya terpaku pada apa yang telah diberikan dalam diktat tanpa mengadakan penyesuaian dalam kondisi dan situasi
kelas yang dihadapi saat pembelajaran berlangsung. Pola pembelajaran yang selalu diterapkan oleh guru selama ini khususnya guru di sekolah dasar adalah memberikan apa yang ada pada buku pedoman, menyampaikan lembar demi lembar kepada siswa dan siswa hanya bersifat menerima berdasarkan materi yang mereka baca. Dengan demikian keterlibatan siswa dalam pembelajaran
sangat kurang, pembelajaran hanya
didominasi oleh guru tanpa mengindahkan bagaimana siswa memahami apa yang dipelajari dan dibahas pada pembelajaran yang sedang berlangsung.
Alasan ini diperkuat setelah
melakukan observasi awal di kelas IV di
gugus V Kecamatan Sukasada,
Kabupaten Buleleng. Berdasarkan
wawancara, pengamatan, serta
pencatatan dokumen yang dilaksanakan dari tanggal 21 Januari 2015 sampai 4 Februari 2015. Hasil observasi awal tersebut, terdapat beberapa kelemahan-kelemahan dalam proses pembelajaran IPA yaitu: (1) Guru belum maksimal menerapkan pembelajaran yang bersifat konstruktivis. Secara proporsi guru lebih
banyak menggunakan strategi
pembelajaran ekspositori, pembelajaran dimulai dengan ceramah, tanya jawab dilanjutkan dengan penugasan. Sehingga ketika proses pembelajaran berlangsung tidak jarang murid mengantuk dan bosan di dalam kelas, (2) dalam pembelajaran di
dalam kelas guru masih minim
menggunakan media pembelajaran
sehingga hasil belajar siswa tidak
maksimal, dan (3) kurangnya perhatian
guru terhadap siswa pada proses
pembelajaran sehingga guru tidak
mengetahui siswa yang bersangkutan sudah mengerti ataukah belum, hal ini dapat dilihat dari kegiatan guru pada saat proses pembelajaran, guru terkesan kurang menghiraukan siswa. Akibat dari strategi pembelajaran yang dilakukan guru tersebut mengakibatkan hasil belajar IPA yang dicapai siswa kurang maksimal.
Masih rendahnya hasil belajar IPA tersebut perlu dicarikan solusi demi perbaikan dan peningkatan hasil belajar, siswa khususnya dalam pembelajaran
IPA. Gambaran
permasalahan-permasalahan tersebut perlu diperbaiki guna meningkatkan motivasi, perhatian, pemahaman dan prestasi belajar siswa, sehingga mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Salah satu strategi pembelajaran yang relevan dengan hal tersebut adalah
dengan menerapkan strategi
pembelajaran inkuiri berbantuan media lingkungan sekitar.
Strategi pembelajaran inkuiri
adalah “rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan” (Sanjaya, 2006:196). Dengan strategi pembelajaran inkuiri siswa akan mampu memecahkan masalah dengan kenyataan yang ada di lingkungan siswa dengan mengkonstruksikan pengetahuan awal siswa dengan pengetahuan baru yang ditemukannya.
Menurut Sanjaya (2006) strategi
pembelajaran inkuiri memiliki enam
langkah dalam pelaksanaannya,
diantaranya orientasi, merumuskan
masalah, merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan merumuskan kesimpulan. Pada tahap orientasi guru mengondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Keberhasilan strategi pembelajaran inkuiri ini tergantung pada kemauan siswa untuk
beraktivitas menggunakan
kemampuannya dalam memecahkan
masalah. Merumuskan masalah
merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk
berpikir memecahkan teka-teki itu.
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara
yang dapat dilakukan guru untuk
mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan
permasalahan. Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam strategi pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam
mengembangkan intelektual. Menguji
hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai
dengan data atau informasi yang
diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan. Di samping
itu, menguji hipotesis juga berarti
mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.
Menurut Sanjaya (2006), strategi pembelajaran inkuiri memiliki keunggulan yaitu, (1) Strategi pembelajaran inkuri merupakan strategi pembelajaran yang
menekankan kepada pengembangan
aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran
melalui strategi ini dianggap lebih
bermakna, (2) Strategi pembelajaran inkuiri dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka, (3) Strategi pembelajaran inkuiri merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku
berkat adanya pengalaman, (4)
Keuntungan lain adalah strategi
pembelajaran ini dapat melayani
kebutuhan siswa yang memiliki
kemampuan diatas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.
Selain strategi pembelajaran inkuiri
media pembelajaran juga berperan
penting dalah menunjang tercapainya tujuan pembelajaran dan hasil belajar yang optimal khususnya dalam mata pelajaran IPA. Menurut Suryani dan Agung (2012:136) media pembelajaran
adalah “media yang digunakan dalam
pembelajaran, yaitu meliputi alat bantú guru dalam mengajar serta sarana
pembawa pesan dari sumber belajar ke penerima pesan belajar (siswa)”. Senada dengan pendapat diatas Rossi dan Breidle (dalam Sanjaya, 2006:163) mengatakan “media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan pendidikan seperti radio,
televisi, buku, koran, majalah, dan
sebagainya”. Media pembelajaran yang
relevan dengan penerapan strategi
pembelajaran inkuiri yaitu media
lingkungan sekitar.
Menurut Hamalik (2004:195)
“lingkungan adalah sesuatu yang ada di dalam sekitar yang memiliki makna dan atau pengaruh tertentu kepada individu.
Lingkungan sekitar sebagai media
pembelajaran sangatlah membantu dalam proses pembelajaran karena siswa dapat mengamati secara langsung di lingkungan sekitar dan tidak perlu mengandai-andai. Menurut Alip (dalam Arsana, 2013:41) keuntungan lingkungan sebagai media pembelajaran yaitu, (1) Kegiatan belajar lebih menarik dan tidak membosankan, karena siswa tidak hanya duduk berjam-jam di dalam kelas melainkan bisa
langsung keluar kelas dan bisa
mempraktekkan dengan nyata apa yang akan dibahas, (2) hakekat belajar akan lebih bermakna sebab siswa dihadapkan
dengan situasi dan keadaan yang
sebenarnya atau bersifat alami, (3) bahan-bahan yang dipelajari lebih kaya serta lebih aktual sehingga kebenarannya lebih akurat, (4) kegiatan belajar siswa lebih aktif sebab dapat dilakukan dengan
berbagai cara seperti mengamati,
bertanya, wawancara, membuktikan dan mendemonstrasikan, dan (5) sumber
belajar menjadi lebih kaya sebab
lingkungan yang dapat dipelajari bisa beranekaragam seperti, lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan budaya.
Strategi pembelajaran inkuiri
berbantuan media lingkungan sekitar dirasakan memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa karena salah satu
kelebihan dari strategi pembelajaran
inkuiri yaitu menekankan kepada
pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna, Uraian tersebut melatar
belakangi pelaksanaan penelitian dengan judul “Pengaruh Strategi Pembelajaran Inkuiri Berbantuan Media Lingkungan Sekitar Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV di Gugus V Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2014/2015”
METODE
Jenis penelitian ini adalah penelitian
eksperimen semu (Quasi Eksperiment)
dengan unit eksperimen berupa kelas. Desain penelitian ini menggunakan desain
penelitian eksperimen Post-test Only
Control Group Design yang dapat dilihat
pada tabel 1. Tabel 1. Desain Penelitian
Kelas Perlakuan Tes akhir (posttest)
E X O1 K - O2 (Sumber: Sugiyono, 2010:112) Keterangan: E = kelompok eksperimen K = kelompok kontrol
O1 = post-test terhadap kelompok
eksperimen
O2 = post-test terhadap kelompok
kontrol
X = treatment terhadap kelompok
eksperimen (Strategi
Pembelajaran Inkuiri
Berbantuan Media
Lingkungan Sekitar)
– = treatment terhadap kelompok
kontrol (Strategi
Pembelajaran Ekspositori) Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di Gugus V Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2014/2015 mulai dari bulan April sampai Mei selama 1 bulan (8 kali pertemuan). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas IV di Gugus V Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng tahun ajaran 2014/2015. Gugus ini terdiri dari
sembilan sekolah, yakni SDN 1
Sambangan, SDN 2 Sambangan, SDN 3 Sambangan, SDN 1 Panji, SDN 2 Panji, SDN 3 Panji, SDN 4 Panji, SDN 5 Panji dan SDN 6 Panji. Jumlah seluruh siswanya sebanyak 202 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan
adalah teknik simple random sampling.
Teknik ini digunakan sebagai teknik pengambilan sampel karena individu-individu pada populasi telah terdistribusi ke dalam kelas-kelas sehingga tidak
memungkinkan untuk melakukan
pengacakan terhadap individu-individu
dalam populasi. Setelah dilaksanakan pengambilan sampel, didapatkan SDN 2 Sambangan sebagai kelas eksperimen dan SDN 3 Panji sebagai kelas kontrol.
Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah strategi pembelajaran inkuiri
berbantuan media lingkungan sekitar dan
strategi pembelajaran ekspositori,
sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode tes. Data yang dikumpulkan adalah data skor hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas IV SDN 2 Sambangan dan SDN 3 Panji. Instrumen yang digunakan adalah tes objektif yang dibuat berdasarkan indikator pembelajaran. Instrumen yang
telah disusun diuji coba untuk
mendapatkan gambaran tentang
kelayakan instrumen agar dapat
dipergunakan sebagai instrumen
penelitian. Uji Coba instrumen hasil belajar IPA dilaksanakan di 4 sekolah yang terdapat di Gugus V Kecamatan
Sukasada Kabupaten Buleleng
diantaranya SDN 1 Panji, SDN 2 Panji, SDN 4 Panji, dan SDN 6 Panji. Hasil uji coba menunjukkan bahwa instrumen telah
layak digunakan sebagai instrumen
penelitian.
Metode analisis data dalam
penelitian ini menggunakan metode
analisis statistik deskriptif dan statistik
inferensial. Analisis deskriptif yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu mean, median, modus, varian dan standar deviasi. Teknik penyajian data hasil perhitungan mean, median dan modus
disajikan ke dalam kurva poligon. Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian ini adalah statistik inferensial uji-t dengan rumus
polled varians. Sebelum dilakukan
hipotesis, dilakukan uji prasyarat, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.
Hipotesis dalam peneltian ini adalah terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi pembelajaran inkuiri berbantuan media lingkungan sekitar dan kelompok siswa
yang dibelajarkan dengan strategi
ekspositori siswa kelas IV di gugus V
Kecamatan Sukasada Kabupaten
Buleleng Tahun Pelajaran 2014/2015.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pelaksanaan penelitian ini
menghasilkan data skor hasil belajar IPA
siswa setelah penerapan strategi
pembelajaran inkuiri berbantuan media
lingkungan sekitar pada kelompok
eksperimen dan penerapan strategi
pembelajaran ekspositori pada kelompok kontrol. Rekapitulasi perhitungan data hasil penelitian tentang hasil belajar IPA siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Skor Data Siswa
Statistik Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
Mean 19,14 13,96
Median 19,72 12,9
Modus 20,5 12,6
Varians 8,49 9,35
Standar deviasi 2,91 3,06
Tabel 2 mendeskripikan tentang mean, median, modus, varians, dan standar deviasi data hasil belajar IPA kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Distribusi frekuensi hasil belajar siswa kelas eksperimen disajikan pada gambar 1
Gambar 1. Poligon Data hasil Belajar IPA Kelompok Eksperimen
Berdasarkan gambar 1, diketahui modus lebih besar dari median dan
median lebih besar dari mean
(Mo>Md>M), sehingga kurva di atas adalah kurva juling negatif yang berarti sebagian besar skor cenderung tinggi. Distribusi frekuensi hasil belajar siswa kelas kontrol disajikan pada gambar 2.
Gambar 2. Poligon Data Motivasi Belajar
IPAKelompok Kontrol
Berdasarkan gambar 2, diketahui mean lebih besar dari median dan median lebih besar dari modus (M>Md>Mo),
sehingga kurva di atas adalah kurva juling positif yang berarti sebagian besar skor cenderung rendah.
Setelah distribusi data, dilakukan uji prasyarat analisis data yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Hasil uji
normalitas menggunakan Chi-square
kelompok eksperimen menunjukkan
bahwa nilai x2hit adalah 5,7433 dan x2tab
dengan taraf signifikansi 5% (db=52)
adalah 7,815. Hal ini berarti,
2hitung lebihkecil dari
2tabel (
2hitung
2tabel), sehingga data hasil belajar IPA kelompokeksperimen berdistribusi normal.
Sedangkan hasil uji normalitas kelompok
kontrol menunjukkan bahwa x2hit adalah
1,1907 dan x2tab dengan taraf signifikansi
5% (db=3) adalah 7,815. Hal ini berarti, hitung
2
lebih kecil dari
2tabel (tabel
hitung 2
2
), sehingga data hasilbelajar IPA kelompok kontrol berdistribusi
normal. Selanjutnya, dilakukan uji
homogenitas varians antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Uji homogenitas varians yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji F. Hasil uji
homogenitas varians menunjukkan Fhitung
1,101
, sedangkan nilai Ftabel dengandbpembilang = 25, dbpenyebut = 27, dan taraf
signifikansi 5% adalah
1,93
. Hal ini berartiFhitung < Ftabel sehingga varians data hasil
belajar IPA kelompok eksperimen dan
kontrol adalah homogen. Berdasarkan uji prasyarat analisis data, diperoleh bahwa data skor hasil belajar IPA siswa kelas IV adalah normal dan homogen.
Pengujian hipotesis dilakukan
dengan menggunakan uji-t dengan rumus
polled varians. Rangkuman hasil
perhitungan uji-t antara kelompok
eksperimen dan kontrol disajikan pada tabel 3.
Tabel 3 Rangkuman Hasil Perhitungan Uji-t
Data Kelompok N X s 2 t hitung ttabel (5%) Hasil Belajar IPA Eksperimen 28 19,14 8,49 6,47 2,021 Kontrol 26 13,96 9,35
Berdasarkan deskripsi data hasil
penelitian, kelompok siswa yang
dibelajarkan dengan strategi pembelajaran inkuiri berbantuan media lingkungan sekitar
memiliki hasil belajar lebih tinggi
dibandingkan dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan strategi pembelajaran ekspositori. Tinjauan ini berdasarkan rata-rata hasil belajar IPA siswa setelah diberikan perlakuan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Rata-rata hasil belajar IPA yang dibelajarkan dengan strategi pembelajaran inkuiri berbantuan media lingkungan sekitar adalah 19,14 dan
rata-rata hasil belajar IPA siswa yang
dibelajarkan dengan strategi pembelajaran ekspositori adalah 13,96.
Hasil pengujian hipotesis
menunjukkan nilai thitung = 6,47 dan nilai ttabel
dengan taraf signifikansi 5% = 2,021. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa nilai thitung lebih besar dari nilai ttabel (thitung >
ttabel). Hal ini berarti, terdapat perbedaan
hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan dengan strategi pembelajaran inkuiri berbantuan media lingkungan sekitar dan siswa yang dibelajarkan dengan strategi pembelajaran ekspositori.
Perbedaan hasil belajar IPA antara
kelompok siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan menggunakan
strategi pembelajaran inkuiri berbantuan media lingkungan sekitar dan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
strategi pembelajaran ekspositori
disebabkan oleh beberapa hal berikut. Pertama, strategi pembelajaran inkuiri memiliki langkah-langkah yaitu, orientasi,
merumuskan masalah, merumuskan
hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis dan merumuskan kesimpulan. Tahapan-tahapan strategi pembelajaran
inkuiri mengarahkan siswa untuk
mengkonstruksi pengetahuannya melalui
pengalaman atau penemuan secara
sendiri yang menemukan informasi atau pengetahuan tersebut dengan cara mereka sendiri, dengan demikian pembelajaran menjadi lebih bermakna. Temuan ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Piaget
(dalam Sanjaya, 2007:123) bahwa,
pengetahuan itu lebih bermakna apabila dicari dan ditemukan sendiri oleh siswa. Pengetahuan yang di dapat siswa dengan cara mereka sendiri dapat bertahan lebih lama karena pengetahuan yang dimiliki
merupakan pengetahuan hasil
konstruksinya sendiri, hal ini mengarahkan siswa dalam mencapai hasil belajar yang lebih baik.
Pada tahap orientasi guru
mengondisikan agar siswa siap
melaksanakan proses pembelajaran. Guru menjelaskan topik, tujuan dan hasil belajar yang diharapkan nantinya. Topik yang disampaikan merupakan topik yang sering ditemui siswa dalam kehidupan sehari-hari
dan menarik sehingga memunculkan
keingintahuan siswa dan memecahkan masalah yang timbul dari topik tersebut. Selain keingintahuan siswa akan topik yang
dibahas, keaktifan siswa dalam
memecahkan masalah juga meningkat, dengan demikian keinginan siswa untuk belajar lebih meningkat yang berdampak pada hasil belajar meningkat.
Pada tahap merumuskan masalah, siswa dihadapkan dengan masalah yang penuh dengan teka-teki dan menantang bagi siswa sehingga siswa berkeinginan untuk mencari tahu jawaban dari masalah yang ditemui. Masalah yang ditemui harus dirumuskan sendiri oleh siswa dengan bimbingan guru agar rumusan masalah
yang dipilih sesuai dengan tujuan
pmbelajaran, dan hasil belajar siswa menjadi meningkat. Temuan ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sanjaya, (2006) bahwa rumusan masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa, agar siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi, dan
berdampak pada hasil belajar yang
meningkat.
Pada tahap merumuskan hipotesis siswa dibimbing guru untuk merumuskan hipotesis atau jawaban sementara dari masalah yang ditemui. Kemampuan siswa
dalam berhipotesis dari suatu
permasalahan dipengaruhi oleh seberapa
luas wawasan yang dimiliki siswa itu sendiri. Semakin luas wawasan yang dimiliki maka hipotesis yang dirumuskan semakin banyak, namun semakin sempit
wawasan yang dimiliki siswa maka
hipotesis yang diajukan semakin sedikit. Selain itu, siswa dituntut untuk dapat berpikir kritis dalam mengajukan hipotesis agar hipotesis yang di ajukan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, tidak keluar dari konteks materi yang dibelajarkan dan bersifat logis.
Pada tahap mengumpulkan data,
siswa mengumpulkan data sebanyak
mungkin terkait dengan masalah yang ada, data tersebut dapat berupa kumpulan informasi-informasi, hasil pengamatan, atau hasil percobaan. Dari tahap pengumpulan data ini semua siswa terlibat aktif di dalam mengumpulkan data, dengan demikian
semua siswa membangun sendiri
pengetahuan yang dia dapat. Temuan ini didukung oleh Sibermen (2009:2) yang menyatakan bahwa “apa yang saya dengar,
lihat, diskusikan dan lakukan, saya
memperoleh pengetahuan dan
keterampilan”. Pengetahuan yang didapat diingat lama dan bermakna. Selain itu pembelajaran juga lebih menyenangkan dan tidak membosankan, sehingga siswa
minat siswa untuk belajar menjadi
meningkat dan akan berdampak pada hasil belajar siswa yang nantinya juga akan meningkat.
Pada tahap menguji hipotesis, siswa menguji hipotesis yang telah dibuat dengan
data-data yang sudah dikumpulkan,
menentukan jawaban yang dianggap
diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Dalam menguji hipotesis siswa diarahkan untuk berpikir rasional. Hal tersebut dipertegas oleh pendapat Sanjaya (2006) kebenaran jawaban yang diberikan
tidak berdasarkan argumentasi tetapi
berdasarkan data yang ditemukan dan dapat dipertanggung jawabkan.
Pada tahap merumuskan kesimpulan, siswa menarik kesimpulan dari pengujian hipotesis yang telah dilakukan. Menarik kesimpulan merupakan hal terakhir dan
penting untuk dilakukan. Penarikan
kesimpulan ini bukan hal mudah,
kesimpulan yang dirumuskan tidak fokus terhadap masalah yang dipecahkan. Pada tahap ini guru berperan sebagai motivator dan fasilitator bagi siswa, agar dalam
penarikan kesimpulan fokus pada
permasalahan yang dipecahkan dan tidak keluar dari konteks pembelajaran.
Kedua, penggunaan media
lingkungan sekitar tentunya juga
berpengaruh terhadap hasil belajar. Media lingkungan sekitar merupakan media yang paling dekat dengan kehidupan siswa dan
lingkungan sekitar juga menyediakan
benda-benda konkret sehingga siswa dapat
membangun pengetahuannya sendiri
dengan cara terjun langsung ke lapangan. Pengetahuan yang didapat menjadi lebih lama diingat, selain itu pembelajaran juga
lebih menyenangkan dan tidak
membosankan temuan ini didukung oleh penjelasan Sudjana dan Rivai, (2006) yang
menyatakan bahwa lingkungan dapat
menjadikan kegiatan belajar menjadi lebih menarik dan tidak membosankan sehingga motivasi belajar siswa menjadi lebih tinggi dan berdampak baik untuk hasil belajar siswa.
Fakta diatas berbeda dengan
penerapan strategi pembelajaran
ekspositori yang menempatkan guru
sebagai pusat pembelajaran (teacher
centered). Pada strategi pembelajaran
ekspositori transformasi pengetahuan
terjadi secara langsung dari guru kepada
siswa, sehingga pengetahuan yang
diperoleh oleh siswa bukanlah hasil
penemuannya sendiri melainkan hasil
transformasi dari gurunya. Temuan ini didukung oleh penjelasan Sanjaya (2006), yang mengatakan strategi pembelajaran ekspositori sangat tergantung kepada apa yang dimiliki guru, seperti persiapan, pengetahuan, semangat, antusias, motivasi dan kemampuan berkomunikasi, tanpa itu
sudah dapat dipastikan proses
pembelajaran tidak mungkin terjadi. Pada strategi pembelajaran ekspositori siswa tidak memiliki kesempatan untuk aktif di dalam pembelajaran, siswa hanya sebagai
pendengar dan pencatat yang baik
sehingga siswa menjadi pasif dan siswa cenderung menjadi bosan dan mengantuk pada saat mengikuti pembelajaran, selain itu siswa masih beranggapan bahwa guru
merupakan satu-satunya narasumber
informasi yang paling benar. Kebiasaan ini membuat siswa kurang memaknai dan
mengingat lama pengatahuan yang
diperoleh selama pembelajaran.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Lastari (2013) dengan penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Strategi Pembelajaran Inkuiri
Sosial Berbasis Pendidikan Karakter
Terhadap Hasil Belajar PKn Siswa Kelas V SD N 9 Padang Sambian” yang menyatakan bahwa strategi pembelajaran inkuiri mampu meningkatkan hasil belajar siswa.
Implikasi yang ditimbulkan pada pembelajaran di kelas akibat penerapan strategi pembelajaran inkuiri berbantuan
media lingkungan sekitar adalah Pertama,
temuan dalam penelitian ini membuktikan bahwa secara umum strategi pembelajaran
inkuiri lebih baik daripada strategi
pembelajaran ekspositori untuk
meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan strategi
pembelajaran inkuiri lebih banyak
memfokuskan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran dalam menemukan pengetahuannya secara mandiri melalui
penemuan. Kedua, siswa menjadi lebih
bersemangat dalam pembelajaran di kelas karena guru memberikan kesempatan untuk siswa menjadi lebih aktif untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri
sehingga pembelajaran menjadi lebih
bermakna dan lebih lama diingat.
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan strategi pembelajaran inkuiri berbantuan media lingkungan sekitar dan kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan strategi pembelajaran ekspositori kelas IV di Gugus
V Kecamatan Sukasada, Kabupaten
Buleleng Tahun Pelajaran 2014/2015 . Hal tersebut diperoleh dari hasil penghitungan
uji-t, thit sebesar 6,57, sedangkan, ttab
(dengan db= 52 dan taraf signifikansi 5%)
adalah 2,021. Hal ini berarti, thit lebih besar
H1 diterima. Dari rata-rata (X ), diketahui (
X ) kelompok eksperimen sebesar 19,14
dan (X ) kelompok kontrol sebesar 13,96.
Hal ini berarti (X ) eksperimen > (X )
kontrol. Dengan demikian, strategi
pembelajaran inkuiri berbantuan media lingkungan sekitar berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa.
Saran yang dapat disampaikan berdasarkan hasil dari penelitian yang telah peneliti laksanakan yaitu, pertama kepada siswa untuk memanfaatkan segala potensi yang dimilikinya dalam pembelajaran IPA untuk memperoleh hasil belajar IPA yang
lebih baik. Kedua,
kepada guru
untuk
menggunakan
atau
menerapkan
strategi pembelajaran inkuiri dan media
lingkungan sekitar untuk memperoleh
hasil belajar IPA yang lebih baik. Ketiga,
epada
sekolah
agar
menyarankan
kepada
guru
untuk
menggunakan
strategi
pembelajaran
inkuiri
yang
relevan dengan materi yang diajarkan
dan sesuai dengan karakteristik siswa,
sehingga dapat meningkatkan hasil
belajar IPA siswa. Keempat, Bagi
peneliti
yang
berminat
untuk
mengadakan penelitian lebih lanjut
sangat
memungkinkan
menguji
pengaruh strategi pembelajaran inkuiri
berbantuan media lingkungan sekitar
terhadap perolehan hasil belajar yang
lain seperti kemampuan memecahkan
masalah dan kemampuan berpikir kritis.
DAFTAR RUJUKAN
Ambarita, Biner. 2011. “Restrukturisasi Jurusan dan Program Studi Berbasis Taxonomi Anderson
Untuk Pembelajaran yang
Berkualitas Mencapai
Kompetensi Standar Lulusan”, Volume 4, Nomor 1 (hlm. 1-10). Arsana, I Made. 2013. “Implementasi
Pendekatan Pembelajaran
Kontekstual Berbantuan Media
Lingkungan Sekitar Untuk
Meningkatkan Aktivitas dan
Hasil Belajar IPA Pada Siswa Kelas IVB SD LAB Undiksha
Singaraja Tahun Pelajaran
2012/2013”. Tesis (tidak di
terbitkan). Jurusan Pendidikan Dasar Program Pasca Sarjana. Undiksha.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain.
2006. Strategi Belajar Mengajar.
Cetakan ke 3. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar
Mengajar. Jakarta: Bumi
Aksara.
Lastari, Putu Dian Yasmin. 2013.
“Pengaruh Strategi
Pembelajaran Inkuiri Sosial
Bebasis Pendidikan Karakter Terhadap Hasil Belajar PKn Siswa Kelas V SD N 9 Padang
Sambian. Skripsi (tidak
diterbitkan). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Undiksha.
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi
Pembelajaran Berorientasi
Standar Proses Pendidikan.
Cetakan ke 4. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Silbermen, L. 2009. Active Learning.
Yogyakarta: Pusaka Insan
Madani.
Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. 2006.
Media Pengajaran. Bandung:
Sinar Baru Algensindo.
Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian.
Bandung: Alfabeta.
Suryani, Nunuk dan Leo Agung. 2012.
Strategi Belajar Mengajar.
Yogyakarta: Ombak.
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar &
Pembelajaran di Sekolah Dasar.
Edisi Pertama. Jakarta: PT. Kharisma Putra Utama.
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran
Inovatif Berorientasi
Konstruktivisme. Jakarta: