• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH TEORI AKUNTANSI MEASUREMENT PERS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH TEORI AKUNTANSI MEASUREMENT PERS"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH TEORI AKUNTANSI

MEASUREMENT PERSPECTIVE ON DECISION USEFULNESS

Untuk memenuhi salah satu tugas kelompok

Mata kuliah Teori Akuntansi

Dosen Pembimbing: Dr. Enggar Diah Puspa Arum, S.E., Ak., M.Si., CA Dr. Sri Rahayu, S.E., Ak., M.SA

Disusun oleh : Kelompok 4

1. Aziexho Vornandes (P2C317004) 2. Rendi Dwipa (P2C317022) 3. Iin Tamarisa (P2C317010) 4. Novia Erlianti (P2C317016) 5. Nur Wulan Sari (P2C317028) JURUSAN MAGISTER ILMU AKUNTANSI

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya jualah maka penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Measurement Perspective on Decision Usefulness”.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi persyaratan tugas mata kuliah Teori Akuntansi pada Program Magister Ilmu Akuntansi Universitas Jambi.

Menyadari akan keterbatasan penulis dalam berbagai hal, maka kiranya masih banyak terdapat kekurangan dan kekeliruan baik di dalam penyusunan, penulisan, maupun penyajiannya, penulis menghaturkan maaf dan mohon bantuan kepada dosen pembimbing Ibu Dr. Enggar Diah Puspa Arum, S.E., Ak., M.Si., CA dan Ibu Dr. Sri Rahayu, S.E., Ak., M.SA, CA untuk memberi kritik dan saran yang tentunya bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Penulis menyadari dalam menyelesaikan makalah ini banyak menemukan berbagai aral rintangan, sehingga izinkanlah penulis menyampaikan sebuah pepatah bahwa “Tak Ada Gading Yang Tak Retak” memohon maaf bilamana ditemukan berbagai kekurangan baik dari segi pembahasan maupun dalam penulisannya. Akhir kata dengan seraya memanjatkan doa kepada Allah SWT penulis memohon agar segala kebaikan yang diberikan dari berbagai pihak dibalas oleh-Nya dan berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Jambi, Agustus 2017

Wassalam,

(3)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ...1

Kata Pengantar ...2

Daftar Isi ...3

BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang ...4

BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Kegunaan Informasi Akuntansi………..7

2.2 Kegunaan Keputusan (Decision Usefulness)...7

2.3 Pendekatan Decision Usefulness atas Informasi Akuntansi……….……...9

2.4 Perspektif Pengukuran……….………..14

2.5 Pasar Modal Efisien…..………,,15

2.6 Perspektif Pengukuran : Hubungan Kualitas Laba dan Relevansi-Nilai Laba...16

BAB III Penutup 3.1 Kesimpulan...18

(4)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perspektif pengukuran dalam pelaporan keuangan (financial reporting) adalah sebuah pendekatan dimana akuntan mengambil sebuah tanggung jawab untuk menggabungkan nilai wajar (fair values) dalam laporan keuangan yang tepat, dengan tetap memperhatikan realibilitas. Hal ini memberikan sebuah kewajiban tambahan untuk memberikan informasi kepada investor sehingga dapat digunakan untuk memprediksi kinerja perusahaan di masa depan.

Perspektif pelaporan keuangan yang memfokuskan pelaporan informasi yang berguna bagi investor disebut pendekatan kegunaan-keputusan (decision usefulness approach). Terdapat dua perspektif dalam pendekatan kegunaan-keputusan, yaitu perspektif informasi (information perspective) dan perspektif pengukuran (measurement perspective) (Beaver, 1998; Scott, 2009). Perspektif pengukuran lebih menekankan peran fundamental dari informasi akuntansi keuangan untuk menentukan nilai perusahaan. Perspektif pengukuran lebih menekankan kualitas angka akuntansi dalam laporan keuangan, termasuk di dalamnya adalah kualitas laba. Tinjauan secara historis menunjukkan bahwa perspektif pengukuran dan perspektif informasi mempengaruhi perkembangan akuntansi secara bergantian. Hitz (2007) mencatat bahwa saat ini telah dan sedang terjadi pergerakan standar-standar pelaporan keuangan menuju ke arah paradigma baru perspektif pengukuran.

(5)

mengabaikan peran pengungkapan informasi secara luas. Pemikir-pemikir akuntansi mengkritik ketidakmampuan angka akuntansi untuk memenuhi kebutuhan investor dan pemakai laporan keuangan lainnya, sehingga diperlukan pengungkapan informasi yang cukup luas. Perspektif informasi, yang menekankan pengungkapan luas, perlu mempertimbangkan kualitas angka akuntansi untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kelebihan informasi. Interaksi perspektif informasi dan perspektif pengukuran menjadi penting, karena kedua aspek dari kedua perspektif tersebut, yaitu kualitas angka akuntansi dan pengungkapan informasi secara luas, tidak dapat diabaikan salah satu. Perspektif informasi perlu mempertimbangkan kualitas angka akuntansi, dan perspektif pengukuran perlu mempertimbangkan luas pengungkapan. Dalam penelitian ini, proposisi tentang interaksi kedua perspektif tersebut dikembangkan berdasarkan temuan-temuan empiris maupun penalaran logik, dan diuji secara empiris.

Measurement perspective dapat meningkatkan earnings quality dengan semakin relevannya informasi akuntansi. Apabila informasi akuntansi semakin relevan, maka reaksi investor terhadap informasi tersebut akan semakin besar. Namun demikian, measurement perspective juga dibatasi oleh reliabilitas. Metode fair value yang dapat dimasukkan dalam laporan keuangan pokok adalah metode yang tidak mengakibatkan menurunnya reliabilitas laporan keuangan tersebut.

Measurement perspective berusaha untuk meningkatkan relevansi informasi akuntansi. Akuntan mengambil tanggung jawab untuk membantu investor dengan cara menggunakan pengukuran fair value terhadap laporan keuangan pokok. Akan tetapi, sesuai dengan SFAC 2 menyatakan bahwa ada dua kualitas informasi pokok,yaitu relevansi dan reliabilitas, yang harus dijaga keseimbangannya.

(6)
(7)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kegunaan Informasi Akuntansi

Terdapat dua metoda pendekatan pengukuran kegunaan informasi akuntansi yang masing-masing bersesuaian dengan perspektif informasi dan perspektif pengukuran (Beaver,1998; Wolk et al., 2001; Scott, 2009), yaitu pendekatan pengukuran reaksi pasar (event studies) dan pendekatan pengukuran relevansi-nilai. Pendekatan pengukuran reaksi pasar pada saat publikasi informasi akuntansi (pendekatan event study) didasari oleh perspektif informasi. Scott (2009) menyatakan bahwa untuk menguji apakah informasi akuntansi mempunyai kandungan informasi, peneliti dapat mendasarkan pada teorema Bayes dalam teori keputusan. Informasi akuntansi dinilai berguna jika informasi tersebut menyebabkan investor mengubah keyakinan (beliefs) dan tindakan (actions) mereka.

Pendekatan pengukuran kegunaan informasi akuntansi dengan metoda relevansi-nilai didasari oleh perspektif pengukuran (Beaver, 1998; Scott, 2009). Pendekatan ini didasari oleh teori clean surplus dari Ohlson (1995). Teori clean surplus Ohlson menunjukkan bahwa nilai pasar perusahaan dapat dinyatakan dalam variabel-variabel laba rugi dan variabel-variabel neraca. Teori ini menunjukkan bahwa nilai perusahaan tergantung pada (dipengaruhi oleh) variabel-variabel akuntansi fundamental. Hal ini konsisten dengan perspektif pengukuran.

2.2 Kegunaan Keputusan (Decision Usefulness)

Orang pertama yang menggunakan paradigma kegunaan keputusan (decision usefulness) adalah Chambers. Ia mengatakan sebagai berikut :

(8)

pembuatan keputusan atau dasar untuk memperoleh kembali konsekuensi keputusan. Sistem yang menyajikan informasi secara formal akan menyesuaikan dengan dua dalil umum. Pertama adalah kondisi dari setiap wacana ilmiah, sistem seharusnya secara logika konsisten; tidak ada aturan atau proses yang dapat bertentangan dengan setiap aturan atau proses lainnya. Kedua muncul dari pemakai laporan akuntansi sebagai dasar pembuatan keputusan dari konsekuensi praktik. Informasi yang dihasilkan oleh setiap sistem seharusnya relevan dengan berbagai bentuk pembuatan keputusan yang diharapkan dapat digunakan (Belkoui, 2011:14).

Sebaliknya, Scott (2003:52) mengatakan bahwa pendekatan kegunaan keputusan merupakan suatu pendekatan terhadap laporan keuangan yang berdasarkan biaya historis agar lebih berguna. Dalam mengadopsi pendekatan kegunaan keputusan ada dua pertanyaan penting, yaitu pertama siapa pengguna laporan keuangan dan kedua apa masalah keputusan pengguna laporan keuangan. Untuk menjawab pertanyaan tersebut kita harus memahami teori kegunaan orang pribadi (single-person of decision theory) dan teori investasi (theory of investment).

Teori kegunaan orang pribadi (single-person of decision theory) merupakan cara pandang investor yang harus mengambil tindakan di bawah kondisi yang tidak menentu, berarti teori ini tidak digunakan jika kondisi sudah ideal. Kondisi ideal adalah kondisi di mana karakter ekonomi sudah sempurna dan pasar sudah komplet atau sepadan dari kekurangan informasi asimetri dan rintangan lain menjadi wajar dan operasi pasar efisien (Scott, 2003:53). Teori ini masih relevan pada akuntansi karena laporan keuangan menyediakan tambahan informasi yang berguna untuk banyak keputusan. Jadi, simpulannya teori ini merupakan pilihan yang bagus untuk mulai memahami bagaimana individu membuat keputusan rasional di bawah ketidakpastian.

(9)

lainnya yang dilakukan pada saat ini dengan tujuan untuk memperoleh sejumlah keuntungan pada masa yang akan datang (Tandelilin, 2001:3). Misalnya seorang investor membeli sejumlah saham saat ini dengan harapan memperoleh keuntungan dari kenaikan harga saham ataupun sejumlah dividen pada masa yang akan datang. Sebakliknya tujuan investasi tersebut adalah untuk meningkatkan kesejahteraan investor.

2.3 Pendekatan Decision Usefulness atas Informasi Akuntansi

Akuntan telah memutuskan bahwa investor merupakan konstituen utama, serta menggunakan teori investasi dan teori pengambilan keputusan dalam memahami tipe informasi akuntansi yang dibutuhkan investor. Hal ini sesuai dengan tujuan laporan keuangan yang ada dalam pernyataan SFAC No.1 tentang the objective of financial reporting for business enterprise (FASB, 1978) (paragraf 5) sebagai berikut:

(1) “Financial reporting should provide information that is useful to present and potential investors and creditors and other users in making rational investment, credit, and similar decisions.” (laporan keuangan seharusnya menyediakan informasi yang berguna bagi investor atau kreditor yang ada sekarang maupun calon investor/ kreditor dan para pengguna lain dalam melakukan investasi, kredit, dan keputusan-keputusan serupa yang rasional).

(10)

kreditor dan para pengguna lain dalam menaksir (memprediksi) jumlah, penentuan waktu, dan ketidakpastian dari penerimaan kas yang prospektif dari deviden atau bunga dan hasil-hasil yang diperoleh dari penjualan, penebusan, atau jatuh temponya suatu sekuritas atau pinjaman).

Kedua pernyataan tersebut mengimplikasikan bahwa meskipun laporan keuangan memiliki sasaran yang luas, orientasinya terletak pada investor dan kreditor dengan berasumsi bahwa terpenuhinya kebutuhan mereka berarti terpenuhi pula hampir semua kebutuhan para pengguna lainnya. Investor, dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan tentang Pengguna dan Kebutuhan Informasi, didefinisikan sebagai penanam modal berisiko yang berkepentingan dengan risiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan (Standar Akuntansi Keuangan, 2009:2).

Pernyataan dalam SFAC No.1 jelas memberikan mandat pada profesi akuntansi untuk menyajikan laporan keuangan yang berguna (useful) bagi para pengguna dalam rangka membuat keputusan bisnis. Lebih lanjut, SFAC No.1 menyajikan suatu adaptasi penting dari teori keputusan bagi penyusunan laporan keuangan, bahwa teori keputusan ini berorientasi kepada pembuatan keputusan investasi bagi individu yang rasional (Machfoedz, 1999; Scott, 2009:76). Oleh karenanya, pengujian atas manfaat informasi akuntansi penting dilakukan. Pendekatan decision usefulness atas informasi akuntansi merupakan suatu pendekatan terhadap laporan keuangan yang berbasis biaya historis agar menjadi lebih berguna.

(11)

pendekatan decision usefulness atas informasi akuntansi, yaitu: (1) siapa saja para pengguna laporan keuangan. Terdapat banyak konstituen (kelompok-kelompok pengguna), seperti: investor, manajer, serikat buruh, standard setters, dan pemerintah. Terdapat banyak pihak yang berkepentingan atas laporan keuangan, oleh karenanya dengan mengidentifikasi pengguna (pihak yang berkepentingan) diharapkan akan dapat ditentukan bagaimana bentuk laporan keuangan atau informasi akuntansi apa saja yang harus disajikan dalam laporan keuangan; dan (2) apa saja masalah keputusan bagi para pengguna laporan keuangan. Akuntan akan lebih memahami berbagai kebutuhan informasi yang diperlukan oleh para pengguna laporan keuangan dengan mengetahui masalah-masalah keputusan yang dihadapi oleh para pengguna laporan keuangan.

(12)

keuangan (Moon & Keasey, 1992; Banker et al., 1993; Eccles & Holt, 2005; Alattar & Al-Khater, 2007; Standar Akuntansi Keuangan, 2009:3).

(13)

dari yang seharusnya disajikan (verifiability, neutrality, representational faithfulness). Jadi, informasi yang reliabel adalah informasi yang mewakili apa yang dinyatakan dan diukur oleh informasi tersebut. Bahwa, suatu informasi haruslah menyajikan kebenaran secara tepat dan bebas dari bias (FASB, 1980; Eccles & Holt, 2005; Maines & Wahlen, 2006; Standar Akuntansi Keuangan, 2009:5-9; Scott, 2009:76).

Penyajian laporan keuangan tidak mungkin menyajikan laporan keuangan dengan tingkat relevansi dan reliabilitas secara penuh karena konsekuensinya akan terjadi trade-off antara relevansi dan reliabilitas sebagai bagian dari kualitas informasi yang diinginkan. Adanya permasalahan bahwa laporan keuangan seharusnya menyajikan informasi yang berguna bagi investor dan pemakai lain, maka laporan keuangan harus mempertimbangkan tingkat relevansi dan reliabilitas atas penyajian informasi yang terkandung didalamnya. Kedua kriteria tersebut akan mengalami trade-off jika digunakan secara bersamaan. Selama ini penyajian laporan keuangan dengan berbasis biaya historis (historical cost) masih dinilai relatif reliabel, sebab biaya (cost) pada aktiva atau kewajiban perusahan masih obyektif untuk estimasi. Akan tetapi, kelemahan penyajian laporan keuangan berbasis biaya historis dinilai tidak memiliki kemampuan prediktif (tidak relevan) terhadap kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan peluang dan bereaksi dalam situasi yang merugikan (Scott, 2009:41&58).

(14)

manfaat (kegunaan) dari informasi yang disajikan bagi para penggunanya. Kualitas penting informasi yang terkandung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh para pengguna (Scott, 2009:59).

2.4 Perspektif Pengukuran

Perspektif pengukuran pada kegunaan keputusan secara tidak langsung lebih besar memakai nilai wajar dalam laporan keuangan yang tepat. Menurut Scott (2003:174) definisi perspektif pengukuran pada kegunaan keputusan adalah sebuah pendekatan pada pelaporan keuangan di mana akuntan melakukan tanggung jawab pada nilai wajar perusahaan dalam laporan keuangan yang tepat, penyediaan bisa turun dengan keandalan yang layak. Dengan demikian, peningkatan obligasi dengan membantu investor untuk memprediksi nilai wajar fundamental. Sebaliknya, Barth (2000) mengatakan bahwa informasi kegunaan keputusan adalah informasi pada kontribusi dari aktiva dan kewajiban untuk enterprise value. Jadi, atribut pengukuran benchmark adalah nilai penggunaan. Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa perspektif pengukuran lebih menekankan pada nilai sekarang dalam mengukur aktiva, kewajiban, dan ekuitas karena hal tersebut digunakan untuk pengambilan keputusan oleh pengguna laporan keuangan. Konsekuensinya adalah akan terjadi penurunan tingkat reliabilitas dari laporan keuangan tersebut.

(15)

memperlihatkan bagaimana nilai pasar perusahaan, yang disebabkan oleh perputaran sekuritas dapat dipercepat pada waktu neraca fundamental dan komponen laporan pendapatan. Teori ini mengasumsikan bahwa kondisi yang ideal meliputi tidak relevannya dividen dan keganjilan pasar efisien.

2.5 Pasar Modal Efisien

Jogianto (2000:363) menyatakan setidaknya ada 4 definisi pasar modal efisien. Pertama, definisi pasar didasarkan pada nilai intrinsic sekuritas. Ukuran efisiensi dilihat dari sejauh mana harga-harga sekuritas menyimpang dari nilai intrinsiknya (Beaver, 1989). Kedua, definisi yang didasarkan pada akurasi dari harga sekuritas. Fama (1970) mendefinisikan pasar modal efisien adalah jika harga-harga sekuritas mencerminkan secara penuh informasi yang tersedia. Ketiga, definisi yang didasarkan pada distribusi informasi. Beaver (1989) mengatakan pasar efisien jika dan hanya jika harga-harga sekuritas bertindak seakan-akan setiap orang mengamati system informasi tersebut. Keempat, definisi efisiensi pasar didasarkan pada proses dinamik (Jones, 1995). Definisi ini mempertimbangkan distribusi informasi yang tidak simetris dan menjelaskan bagaimana harga-harga akan menyesuaikan karena informasi yang tidak simetris tersebut. Pasar dikatakan efisien jika penyebaran informasi dilakukan secara cepat sehingga informasi menjadi simetris, yaitu setiap orang memiliki informasi ini.

(16)

tetapi eksekusinya masih di masa yang akan dating (seperti stock split). Selanjutnya, informasi yang secara logis dapat disimpulkan akan mempengaruhi harga saham juga akan direfleksikan ke dalam harga. Sebagai contoh, jika banyak investor percaya bahwa tingkat bunga akan segera turun, harga-harga akan mencerminkan kepercayaan ini sebelum penurunan yang sesungguhnya terjadi.

2.6 Perspektif Pengukuran: Hubungan Kualitas Laba dan Relevansi-Nilai Laba

Scott (2009) menyatakan bahwa perspektif pengukuran menekankan peran fundamental dari informasi akuntansi keuangan untuk menentukan nilai perusahaan. Hitz (2007) menyatakan gagasan fundamental yang mendasari perspektif pengukuran adalah bahwa akuntansi seharusnya mengukur secara langsung dan melaporkan informasi dasar yang diperlukan oleh investor yaitu nilai perusahaan, atau setidaknya fraksi dari nilai perusahaan. Berdasarkan perspektif pengukuran, ukuran-ukuran akuntansi didefinisikan dengan baik dan menunjukkan suatu karakter ekonomik. Perspektif pengukuran lebih menekankan kualitas angka akuntansi dalam laporan keuangan, termasuk di dalamnya adalah kualitas laba.

Berdasarkan perspektif pengukuran, kegunaan-keputusan (decision usefulness) informasi akuntansi, khususnya laba, dapat ditingkatkan melalui perbaikan kualitas laba.

(17)

bahwa perusahaan-perusahaan dengan kualitas laba yang lebih tinggi cenderung menunjukkan relevansi-nilai laba yang lebih tinggi pula.

(18)

BAB III PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan

Perspektif pengukuran dalam pelaporan keuangan (financial reporting) adalah sebuah pendekatan dimana akuntan mengambil sebuah tanggung jawab untuk menggabungkan nilai wajar (fair values) dalam laporan keuangan yang tepat, dengan tetap memperhatikan realibilitas. Hal ini memberikan sebuah kewajiban tambahan untuk memberikan informasi kepada investor sehingga dapat digunakan untuk memprediksi kinerja perusahaan di masa depan.

Measurement perspective dapat meningkatkan earnings quality dengan semakin relevannya informasi akuntansi. Apabila informasi akuntansi semakin relevan, maka reaksi investor terhadap informasi tersebut akan semakin besar. Namun demikian, measurement perspective juga dibatasi oleh reliabilitas. Metode fair value yang dapat dimasukkan dalam laporan keuangan pokok adalah metode yang tidak mengakibatkan menurunnya reliabilitas laporan keuangan tersebut.

Measurement perspective berusaha untuk meningkatkan relevansi informasi akuntansi. Akuntan mengambil tanggung jawab untuk membantu investor dengan cara menggunakan pengukuran fair value terhadap laporan keuangan pokok. Akan tetapi, sesuai dengan SFAC 2 menyatakan bahwa ada dua kualitas informasi pokok,yaitu relevansi dan reliabilitas, yang harus dijaga keseimbangannya.

(19)

yang berorientasi pada fair value terhadap laporan keuangan pokok asalkan kualitas reliabilitas laporan keuanganpokok tersebut tidak berkurang.

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Beaver, W.H. 1998. Financial Reporting: An Accounting Revolution. Third Edition. New Jersey: Prentice Hall.

Collins, D., Maydew, E., dan Weiss, I. 1997. “Changes in the Value-relevance of Earnings and Book Values over the Past Forty Years”. Journal of Accounting and Economics, 24, 39-67.

Cornell, B., dan Landsman, W.R. 2003. “Accounting Valuation: Is Earnings Quality an Issue?” AIMR, November/December, 20-28.

Financial Accounting Standard Board, 1978. Objectives of Financial Reporting by Business Enterprises. Statement of Financial Accounting Concepts No. 1. FASB, Stamford, Connecticut, November.

Financial Accounting Standard Board, 1980. Qualitative Characteristics of Accounting Information. Statement of Financial Accounting Concepts No. 2. FASB, Stamford, Connecticut, May.

Hitz, J.M. 2007. “The Decision Usefulness of Fair Value Accounting – A Theoretical Perspective”. European Accounting Review, 16 (2), 323-362.

Jones, J. 1991. “Earnings Management during Import Relief Investigation”. Journal ofAccounting Research, 29 (2), 193-228.

Ohlson, J. 1995. “Earnings, Book Values, and Dividends in Security Valuation.” Contemporary Accounting Research, 11 (Spring), 661-688. Scott, W.R. 2009. Financial Accounting Theory. Fifth Edition. Toronto: Pearson

Prentice Hall.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengatasi permasalahan yang telah penulis uraikan diatas, ada beberapa hal yang harus dilakukan sehingga terdapat pengendalian intern yang baik dalam piutang simpan pinjam

Dalam penerapan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) guru sudah dapat mengatur waktu belajar serta melaksanakan semua tahap-tahap dengan efektif dan

Nilai adjusted R 2 hasil estimasiyang ditunjukkan pada tabel 1 nilainya sebesar 0,852, yang berarti bahwa 85,20% variasi variabel dependen Tingkat

Metode low pressure injection (LPI) dengan spesifikasi material material solvent free epoxy binder dan structural adhesive yang telah terbukti berhasil dengan baik

TENTANG ALOKASI KURANG BAYAR DANA BAGI HASIL SUMBER DAYA ALAM PERIKANAN TAHUN ANGGARAN 2011 YANG DIALOKASIKAN DALAM. ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN

Kegiatan pengendalian merupakan inti dari sistem pengendalian intern, kegiatan pengendalian dapat membantu memastikan bahwa tindakan yang diperlukan telah diambil

[r]

Nilai p kurang dari 0,05 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima, yang artinya ada hubungan antara tingkat konsumsi energi dengan status gizi pada anak kelas 4, 5 dan 6 di SD