LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI
GREEN HOUSE
DAN HIDROPONIK
PENANAMAN
KAILAN
PADA
GREEN HOUSE
DENGAN
MENGGUNAKAN METODE RAKIT APUNG (
Floating Raft
)
Oleh :
1. Bayu Wicaksana F14110003
2. Stevanus Andika Putra F14110014
3. Bukhari F14110024
4. Jaka Permana N F14110031
5. Reza Fahrizal Fahmi F14110039
6. Mordiati Ugik Farista F14110049
7. Saephul Rohman F14110050
8. Mohammad Zahwan F14110077
9. Yusuf Faizhal F14110085
10.Muhammad Fajar nur Iman F14110087
11.Andrie Priandri F14110090
12.Yaya Hidayat F14110092
13.Muhammad Muzakir F14110110
14.Muhammad Akmal F14110113
15.Muhammad Rizky A F14110123
16.M Hakim Nur Huda F14110132
DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pertanian merupakan salah satu sektor yang penting bagi kehidupan masyarakat Indonesia. Sektor ini berperan sebagai penunjang ketersediaan pangan bagi rakyatnya. Seiring dengan perkembangan teknologi, sektor pertanian juga
ikut mengalami perkembangan. Salah satu perkembangannya adalah
pengembangan pola cocok tanam tanpa media tanah. Pola cocok tanam ini dikenal dengan nama hidroponik. Hidroponik berasal dari kata hydro yang berarti air dan
ponos yang berarti daya. Dengan demikian hidroponik dapat diartikan sebagai proses memberdayakan air. Pola cocok tanam sistem hidroponik merupakan pola cocok tanam yang memberdayakan air sebagai dasar pembangunan tubuh tanaman dan berperan dalam proses fisiologi tanaman. Tumbuhan yang biasa ditanam secara hidroponik adalah sayuran dan buah-buahan yang berumur pendek seperti caisim, kailan, selada, bayam, tomat, paprika, mentimun, dan lain-lain.
Budidaya tanaman secara hidroponik memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan budidaya secara konvensional, yaitu pertumbuhan tanaman dapat di kontrol, tanaman dapat berproduksi dengan kualitas dan kuantitas yang tinggi, tanaman jarang terserang hama penyakit karena terlindungi, pemberian air irigasi dan larutan hara lebih efisien dan efektif, dapat diusahakan terus menerus tanpa tergantung oleh musim, dan dapat diterapkan pada lahan yang sempit (Susila, 2013). Kailan merupakan salah satu sayuran yang popular di Indonesia. Kailan mempunyai rasa yang khas dan enak. Tanaman ini merupakan sumber makanan yang bergizi dan banyak mengandung vitamin serta mineral. Selain itu kalian segar mengandung air, protein, lemak, kalsium dan vitamin A. Namun tanaman ini rentan terhadap penyakit soft rot pada daerah tropis yang disebabkan oleh Erwinia carotovora dan hama Plutella xylostella (diamond-back moth) serta kutu daun. Salah satu cara untuk menghadapi kendala budidaya kailan adalah dengan menggunakan metode hidroponik sistem rakit apung.
Sistem rakit apung atau Floating Hidroponic System (FHS) yaitu budidaya tanaman dengan cara menempatkan tanaman pada styrofoam yang mengapung di atas permukaan larutan nutrisi dalam suatu bak, sehingga akar-akar tanaman terendam dan dapat menyerap nutrisi dan air. Batang tanaman dijepitkan pada lubang styrofoam yang dipersiapkan lebih dahulu. Karakteristik sistem ini antara lain adalah terisolasinya lingkungan perakaran, sehingga fluktuasi suhu larutan nutrisi tergolong rendah. Fluktuasi suhu larutan nutrisi dalam sistem ini dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sekitar, umur tanaman, dan kedalaman Larutan nutrisi. Larutan nutrisi dapat didaur ulang sesudah dievaluasi kepekatan larutannya kurang lebih setiap minggu.
Tujuan
METODOLOGI
Waktu dan Tempat
Praktikum Teknologi Greenhouse dan Hidroponik dilaksanakan setiap hari Selasa pukul 07.00 – 10.00 WIB di Laboratorium greenhouse dan hidroponik Lapang Siswadhi Soepardjo, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pengamatan dilakukan setiap hari sejak 17 November sampai dengan 6 Desember 2014.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah: 1. Nutrisi
2. Tangki Nutrisi
3. Bak penampungan
4. Alat ukur Electrical Conductivity (EC) dan PH 5. Penggaris
6. Gelas ukur
7. Ember/Bak distibusi campuran nutrisi dengan air
8. Tabel pengamatan
9. Alat tulis
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah: 1. Benih kailan
2. Rockwool 3. Air
4. Nutrisi A & B
Metode Praktikum
1. Bawa tanaman yang disemai dan siap pindah tanam ke tempat budidaya 2. Cabut tanaman sampai akar dari baki semai dengan tangan. Akar yang
sangat panjang diusahakanagar tidak ada yang putus
3. Bungkus hipokotil, bagian antara kotil di atas dengan pangkal akar sampai batang dengan sepotong rockwool yang sudah dibasahi dengan air pada sistem hidroponik Rakit Apung (floating raft)
4. Buat lubang tanam pada styrofoam untuk sistem hidroponik Rakit Apung
(floating raft)
5. Letakkan tanaman ke dalam lubang tanam pada styrofoam dengan akar terurai bebas di bawah helaian pada sistem hidroponik Rakit Apung
(floating raft).
6. Setiap media styrofoam disediakan empat sampel tanaman yang sama. 7. Setiap media tanam diberikan perlakuan sama pada nilai PH dan nilai EC 8. PH yang digunakan adalah 7 sedangkan nilai EC yang digunakan berkisar
9. Pada tanaman kailan ini dilakukan pendinginan pada pengakaran.
10.Penambahan nutrisi A dan B serta air ke tanaman di atur mulai dari pukul 07.00 – 16.00 apabila kekurangan nutrisi.
11.Selama proses perawatan tanaman dilakukan pengukuran pada tinggi tanaman, jumlah daun, nilai EC, dan nilai pH.
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Kailan (Brassica alboglabra)
Kailan atau Brassica alboglabra. Bentuknya yang mirip dengan sawi/caisim atau kembang kol atau biasa disebut dengan sawi cina. Berasal dari Mediterania Timur dan merupakan bahan makanan utama sejak 4000 tahun lalu. Meskipun di Indonesia kailan tergolong jenis sayuran baru, dan termasuk sayuran daun yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Daunnya panjang dan melebar seperti caisim. Sedangkan warna daun dan batangnya mirip dengan kembang kol. Kailan merupakan sayuran dataran tinggi yang dapat tumbuh sepanjang tahun, semusim atau berumur pendek, tumbuh baik pada suhu udara 15-25 0C dan pada ketinggian 300-1900 meter di atas permukaan laut (dpl). Kailan sebaiknya ditanam pada akhir musim hujan antara bulan Maret sampai bulan April. Pagi atau sore hari adalah waktu yang tepat untuk penanaman dari bibit ke lapang. Kailan menghendaki keadaan tanah yang gembur dan subur dengan pH 5,5-6,5. Kailan mulai dipanen umur 25 hari setelah tanam, tingginya berkisar 35-45 cm (www.cherryfarms.co.uk/kailan.html.). Adapun pemanenan dilakukan dengan cara dicabut.
Larutan Hara
Larutan hara untuk sistem hidroponik adalah larutan yang mengandung ion anorganik terbentuk dari garam terlarut yang merupakan elemen terpenting bagi pertumbuhan tanaman. Larutan hidroponik standar yang biasa digunakan adalah larutan AB mix yang terdiri dari stok A (berisi larutan hara A) mengandung KNO3, Ca(NO3)2, NH4NO3 dan FeEDTA, stok B (berisi larutan hara stok B) mengandung KNO3, K2SO4, KH2PO4, MgSO4, MnSO4, CuSO4, ZnEDTA, H3BO3 dan NH4-M0O4 dan asam dengan jumlah 15-20 % dari total larutan stok A dan B (Resh 2004). Toshiki (2012) mengemukakan bahwa larutan hara menjadi salah satu faktor yang penting bagi produksi dan kualitas tanaman secara hidroponik. Tanaman memerlukan sejumlah besar unsur makro (N, P, K, Ca, Mg, dan S) dan juga memerlukan sejumlah kecil unsur mikro (Cl, Fe, B, Mn, Zn, Cu, Ni dan Mo). Unsur makro dan mikro tersebut terkandung di dalam larutan hidroponik standar (AB mix).
Sistem Hidroponik
Hidroponik dapat didefinisikan sebagai sistem budidaya tanaman dengan menggunakan media selain tanah, tetapi menggunakan media bersifat inert seperti kerikil, pasir, gambut, vermikulit, rockwoll, perlite, batu apung atau serbuk gergaji dan ditambahkan larutan hara yang berisi seluruh unsur yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman (Resh 2004).
Media tanam yang digunakan untuk sistem hidroponik harus terhindar dari bakteri, racun, jamur, dan virus yang dapat menjadi penyebab patogen tanaman. Terdapat dua jenis media tanam hidroponik yaitu media tanam bahan organik terdiri dari: arang sekam, serbuk kayu, gambut, batang pakis, dan sabut kelapa. Media tanam bahan anorganik terdiri dari: pasir, kerikil, batu apung, pecahan batu, perlit, dan zeolit. Pemilihan media tanam yang baik sesuai dengan metode hidroponik yang akan digunakan dapat memberikan pertumbuhan tanaman yang optimal (Resh 2004).
Fertigasi merupakan sistem irigasi bersamaan dengan pemberian hara yang umum digunakan pada sistem budidaya secara hidroponik. Aplikasi fertigasi dapat dilakukan dengan menggunakan pupuk baik dalam bentuk pupuk padat yang dilarutkan dalam air maupun pupuk cair yang dicampurkandalam air irigasi.Untuk dapat memenuhi kebutuhan pupuk bagi tanaman perlu diketahui kebutuhan pupuk optimal tanaman pada setiap tahap pertumbuhan untuk memperoleh kualitas tanaman yang baik (Hermantoro 2003).
Nitrogen
Sumber nitrogen untuk tanaman adalah gas N2 di udara yang menempati 78% dari kandungan gas atmosfer. Nitrogen dalam bentuk unsur tidak dapat digunakan oleh tanaman. Nitrogen harus diubah menjadi bentuk nitrat (NO3-) dan amonium (NH4+) melalui proses-proses tertentu. Pengadaan nitrogen di dalam tanah terjadi melalui proses mineralisasi N dari bahan organik dan immobilisasi, fiksasi N dari udara oleh mikroorganisme, melalui hujan dan bentuk-bentuk presipitasi lain, serta pemupukan.
Ketersediaan nitrogen berarti nitrogen harus berada dalam bentuk siap diabsorpsi tanaman , selain itu nitrogen berada di sekitar perakaran, dan berada di lingkungan yang baik bagi proses absorpsi tanaman (Tisdale et al., 1999). Jumlah nitrogen N (NO3- dan NH4+) dalam larutan tanah dipengaruhi oleh dari sifat perakaran tanaman, kehilangan N melalui penguapan dan faktor-faktor yang mempengaruhi proses penguapan, selain itu adanya pergerakan vertikal dan pencucian NO2-, serta ada tidaknya sisa-sisa tanaman yang dapat mengimobilisasikan nitrogen (Tisdale et al., 1999).
Fosfor
pertumbuhan terutama pada awal pertumbuhan dan pembungaan (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999). Apabila terjadi kekurangan P akibat retensi di dalam tanah, tanaman akan menunjukkan gejala di dalam jaringan yang tua terlebih dahulu baru diangkut ke bagian-bagian meristem atau jaringan yang lebih muda (Tisdale
et al., 1999). Peranan fosfor (P) menurut Rismunandar (1990) dalam tanaman digunakan dalam pembentukan protein terutama dalam transfer metabolik ATP, ADP, fotosintesis dan respirasi, serta termasuk komponen dari fosfolipid, selain itu, peranan fosfor lainnya dalam pembentukan akar, mempercepat matangnya buah, dan memperkuat tubuh tanaman.
Kalium
Kalium merupakan unsur hara paling dibutuhkan tanaman setelah nitrogen dan fosfor. Kalium diabsorpsi oleh tanaman dalam bentuk ion K+, dan dijumlahkan dalam berbagai kadar di dalam tanah. Bentuk dapat ditukar atau bentuk tersedia bagi tanaman biasanya dalam bentuk pupuk K yang larut dalam air, seperti KCl, K2SO4, KNO3, K-Mg-Sulfat dan pupuk-pupuk majemuk. Kalium yang cukup dalam tanaman menghasilkan bahan terlarut buah tinggi Rubatzky dan Yamaguchi (1999), sangat berpengaruh besar terhadap proses fisiologi tanaman (Sutandi dan Leiwakabessy, 2004). Kekurangan K pada tanaman maka yang akan terjadi adalah terjadi translokasi K dari bagian-bagian tua ke bagian-bagian yang muda atau dari bagian bawah bergerak ke bagian ujung tanaman (Tisdale et al., 1999). Unsur kalium memegang peranan relatif banyak dalam kehidupan tanaman, transportasi unsur hara dari akar ke daun, maupun dalam proses kerja berbagai enzim pertumbuhan (Masdar, 2003).
Tanah-tanah di daerah tropik basah termasuk Indonesia umumnya mempunyai kandungan K sangat rendah. Kalium tanah berasal dari dekomposisi mineral primer, yang ketersediaannya kecil. Berdasarkan ketersediaannya bagi tanaman K-tanah dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu K tidak dapat dipertukarkan (non-exchangeable), yaitu K-mineral yang pelepasannya lambat dan K-difiksasi oleh mineral tipe liat 2 : 1 seperti vermikulit, mineral intergrade, illit (hidus mika) dan khlorit biasanya lebih aktif dan lebih cepat dilepaskan, sedangkan K dapat dipertukarkan (exchangeable) yaitu bentuk K tersedia dan merupakan bentuk yang labil yang cepat tersedia (readily available) serta ada yang lambat tersedia (relatif tersedia), dan bentuk terakhir yaitu K-larutan, tanaman menyerap k dalam bentuk larutan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
a. Perkembangan Tanaman Pada Minggu ke-1
Tabel 1 pertumbuhan Jumlah Daun
Jumlah daun Hari
Tabel 2 pH Pada Larutan Nutrisi
EC Hari
Tabel 4 tinggi Tanaman
0
Grafik 1 Hubungan Jumlah Daun dengan Jumlah
Hari
Grafik 2 Hubungan pH dan Jumlah Hari
950.00
b. Perkembangan Tanaman Pada Minggu ke-2
Tabel 5 Pertumbuhan Jumlah daun
Jumlah daun Hari
Tabel 8 Pertumbuhan Tinggi Tanaman
7.50
Grafik 6 Hubungan pH dan Jumlah Hari
950.00
Grafik 7 Hubungan EC dan Jumlah Hari
2.00
c. Perkembangan Tanaman Pada Minggu ke-3
Tabel 9 Pertumbuhan Jumlah daun
Sampel Hari
1 2 3 4 5 6 7 8 9 12 13 14
1 5 5 6 6 6 6 6 6 6 6 7 7
2 6 6 6 6 6 6 6 6 6 5 6 6
3 5 5 6 6 6 6 6 6 6 6 7 7
4 5 5 5 5 6 6 6 6 6 6 7 7
5 5 5 6 6 6 6 6 6 6 5 6 6
6 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 6 6
7 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 6 6
8 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
9 5 5 5 5 5 5 5 5 5 7 6 6
10 5 5 5 5 5 5 5 5 5 6 6 6
11 5 5 5 5 5 5 5 5 5 6 6 6
12 5 5 5 5 5 5 5 5 5 6 6 6
13 5 5 5 5 5 5 5 5 5 6 6 6
14 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 6 6
15 5 5 5 5 5 5 5 5 5 6 6 6
16 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
17 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 6 6
18 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 6 6
19 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 6 6
20 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 2 2
rata-rata 5 5 5.15 5.2 5.25 5.25 5.25 5.25 5.25 5.5 5.85 5.85
Tabel 10 pH pada larutan Nutrisi
Sampel Hari
1 2 4 5 6 7 8 9 12 13 14
1 6.7 7.4 7.46 7.51 7.9 7.48 7.1 7.58 7 6.98 7.24
2 7.25 7.94 7.45 7.5 7.49 7.5 7.22 7.58 7.05 7.06 7.2
3 7.45 7.97 7.37 7.5 7.48 7.55 7.32 7.57 7.1 7.05 7.15
4 7.58 7.93 7.37 7.47 7.49 7.51 7.32 7.57 7.09 7.04 7.12 5 7.64 7.98 7.37 7.47 7.49 7.49 7.35 7.55 7.1 7.06 7.08
6 7.67 7.92 7.36 7.47 7.52 7.47 7.35 7.55 7.03 7.05 7.03
7 7.71 7.97 7.35 7.47 7.49 7.42 7.34 7.56 7 7.11 7.2
8 7.5 7.49 7.37 7.5 7.49 7.48 7.4 7.58 7.1 7.13 7.4
9 7.52 7.36 7.4 7.52 7.36 7.42 7.36 7.6 7.06 7.14 7.2
Tabel 11 EC
Tabel 12 Pertumbuhan Tinggi Tanaman
4.4
Grafik 9 Hubungan Jumlah daun dengan jumlah
hari
Grafik 10 Hubungan pH dengan jumlah hari
0.00
d. Pertumbuhan Tanaman Pada Minggu ke-4
Tabel 13 Pertumbuhan Daun
Sampel hari
Tabel 16 Pertumbuhan Tinggi Tanaman
6.80
Grafik 14 Hubungan pH dengan Jumlah Hari
1150.00
Grafik 15 Hubungan EC dengan Jumlah Hari
9.5
Pembahasan
Pada praktikum kali ini praktikan melakukan budidaya kailan di dalam
greenhouse dengan metode rakit apung (floating raft). Tanaman kailan sebelum ditanam di greenhouse terlebih dahulu disemai dalam wadah yang berisi media arang sekam. Waktu semai dilakukan sekitar 1 minggu. Setelah tanaman selesai disemai dan cukup umur dan kondisinya sudah baik, lalu tanaman dipindahkan ke dalam media rakit apung. Tanaman terlebih dahulu diselimuti oleh rockwool dan kemudian diletakan dalam Styrofoam yang sudah dilubangi untuk lubang tanam tanaman kailan. Media rakit apung ini terbuat dari bahan semen yang memanjang sepanjang greenhouse. Media tanam diisi oleh air dan juga larutan nutrisi A dan larutan nutrisi B atau biasa disebut larutan AB mix.
Parameter yang diamati adalah pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Variabel yang diamati di antaranya adalah jumlah daun, tinggi tanaman, kandungan pH dari larutan nutrisi dan air, serta nilai electric conductivity (EC).
Pengamatan sudah dilakukan selama 4 minggu, semua variabel dicatat mulai dari jumlah daun, tinggi tanaman, nilai pH, dan nilai EC. Semua variabel tersebut diolah dan diplot ke dalam beberapa grafik sehingga menggambarkan parameter-parameter yang diamati seperti pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Variabel jumlah daun selama 4 minggu pengamatan menunjukan jumlah daun cenderung meningkat secara keseluruhan. Hal ini menunjukan bahwa tumbuh kembang tanaman baik. Namun, ada beberapa sampel tanaman yang justru semakin bertambah umurnya, jumlah daun berkurang. Sampel tersebut adalah sampel 9 dan 20 dan ada juga sampel yang jumlah daunnya stagnant dari hari ke hari, yakni sampel 2. Pertumbuhan yang stagnant tersebut kemungkinan diakibatkan pasokan nutrisi yang kurang pada tanaman tersebut.
Variabel tinggi tanaman selama 4 minggu pengamatan menunjukan trend
positif, artinya pertumbuhan tinggi tanaman semakin baik dengan bertambah tingginya tanaman. Hal ini menunjukan pertumbuhan tanaman baik. Namun, ada beberapa sampel yang tanamannya menjadi rebah sehingga hal ini agak menyulitkan dalam hal mengukur tinggi tanaman.
Variabel pH merupakan salah satu faktor yang penting dalam menjaga pertumbuhan dan perkembangan tanaman agar mencapai hasil yang diharapkan. Dari hasil pengamatan selama 4 minggu menunjukan nilai pH sangat fluktuatif dari hari ke hari. Nilai rata-rata pH pada minggu ke-3 adalah 7.38. Nilai ini sebenarnya jika dilihat berdasarka literature sangat tinggi, sehingga cenderung tanaman akan merasa kurang nyaman dengan kondisi pH yang memasuki kondisi basa. Pengaturan pH memang agak sulit untuk dikontrol karena tidak adanya larutan untuk penurun pH. Cara termudah yang praktikan lakukan adalah dengan menambah air dan berharap dengan penambahan air tersebut nilai pH akan turun ke kondisi set point. Nilai set point yang disarankan adalah sekitar 5.5-7.
menambahkan air jika nilai EC terlalu tinggi dan menambahkan larutan nutrisi jika nilai EC terlalu rendah.
Dari hasil variabel-variabel di atas, menunjukan bahwa tanaman kailan
mengalami tumbuh dan kembang cukup baik. Namun, secara kenampakan warna daun kailan hijau kurang segar. Hal ini berkaitan dengan beberapa unsur nutrisi mikro dan makro yang dibutuhkan tanaman.
Beberapa kendala yang dialami selama praktikum budidaya kailan adalah sulit mengatur nilai EC agar tetap stabil. Pengontrolan nilai EC juga dilakukan secara manual sehingga pengontrolan nilai menjadi realatif bagi setiap orang yang bertugas untuk mengukur variabel-variabel tersebut. Kendala lain adalah sulit menurunkan pH yang terlalu tinggi atau mendekati basa. Seharusnya digunakan larutan penetral agar kondisi pH menjadi mendekati yang diinginkan.
KESIMPULAN
Praktikan berhasil mempelajari tatacara budidaya kailan menggunakan metode hidroponik sistem rakit apung. Beberapa kendala yang dialami selama praktikum budidaya kailan adalah sulitnya mengatur nilai EC agar tetap stabil, dan sulitnya menurunkan pH yang terlalu tinggi dikarenakan air sebagai pelarut yang mengandung tawas. Hasil pengamatan pertumbuhan kailan menunjukan bahwa tanaman kailan mengalami tumbuh dan kembang cukup baik. Namun, secara kenampakan warna daun kailan hijau kurang segar. Hal ini berkaitan dengan beberapa unsur nutrisi mikro dan makro yang dibutuhkan tanaman.
DAFTAR PUSTAKA
Hermantoro. 2003. Efektivitas sistem fertigasi kendi kasus pada tanaman lada perdu [disertasi]. Bogor (ID): Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.
Leiwakabessy, F. M., U. M. Wahjudin dan Suwarno. 2003. Kesuburan Tanah. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Leiwakabessy, F. M. dan A. Sutandi. 2004. Pupuk dan Pemupukan. Departemen Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Masdar. 2003. Pengaruh Lama dan Beratnya Defisiensi Kalium terhadap Pertumbuhan Tanaman Durian (Durio zibethinus Murr.). Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu. Jurnal Akata Agrosia Vol 6 No.
2/Juli-Desember 2003. Hal 60-66.
http://bdpunib.org/akta/artikelakta/2003/60.pdf. Diakses tanggal 15 Desember 2014.
Resh HM. 2004. Hydroponic Food Production 6thEdition : A Definitife Guide Book for The Advance Home Gardener and The Comercial Hydroponic Grower. Mahwah, New Jersey: New Concept Press.
Rubatzky, V. E., dan Mas Yamaguchi. 1999. Sayuran Dunia 3 Prinsip, Produksi, dan Gizi. Edisi kedua. Penerbit ITB. Bandung.
Tisdale, S. L., J. L. Havlin, J. D. Beaton, and W. L. Nelson. 1999. Soil Fertility and Fertilizer 6th Ed. Prentice Hall, Inc. New Jersey.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Jadwal piket pengamatan
PIKET Pagi Sore
Senin Huda Andrie
Selasa Reza Saepul
Rabu Steve Yusup
Kamis Jaka Zahwan
Jumat Rizky dan Fajar Bayu dan Bukhari
Sabtu Akmal Yaya