LAPORAN RESMI PRAKTIKUM PERBEKALAN STERIL PERCOBAAN I
CARA STERILISASI PERALATAN DAN BAHAN
Disusun Oleh :
Putri Dewi Riayah G1F014030
Sasmita Laila K.S G1F014032
Ellisa Mahardhika G1F014034
Asisten : Novita Cahya P.
Dosen penanggungjawab : Hening Pratiwi M.Sc., Apt.
LABORATORIUM FARMASETIKA UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN FARMASI
Cara Sterilisasi Peralatan dan Bahan
I. Pendahuluan I.1. Tujuan
I.1.1. Mampu menguraikan dan melakukan pencucian dan sterilisasi peralatan dan bahan yang akan digunakan untuk menangani produk steril.
I.1.2. Mampu menguraikan cara-cara sterilisasi yang dilakukan terhadap alat dan bahan berdasarkan karakteristik alat dan bahan tersebut.
I.2. Dasar Teori
Sterilisasi yaitu suatu proses untuk membunuh semua jasad renik yang ada, sehingga jika ditumbuhkan didalam suatu medium tidak ada lagi jasad renik yang dapat berkembang biak (Fardiaz, 1992).Sterilisasi adalah proses pemanasan yang dilakukan untuk mematikan semua bentuk organisme (Purnawijayanti, 2001). Suatu benda yang steril, dipandang dari sudut mikrobiologi, artinya bebas dari mikroorganisme hidup yang tidak diinginkan. Suatu bendaatau substansi hanya dapat steril atau tidak sreril tidak akan mungkin setengah steril atau hampir steril (Pelozar, 1988).
Pengembangan produk steril ditujukan dengan persyaratan khusus dengan tujuan mengurangi resiko kontaminasi mikrobiologi, dan partikulat dan kontaminasi pirogen. Banyaknya kontaminasi tergantung pada skill, pelatihan, dan sikap personel yang melakukan. Quality Assurance juga memiliki peran penting, dan jenis pengembang ini harus mengikuti metode preparasi dan prosedur yang tervalidasi dan ketat (European Commission, 2008).
Produk yang harus steril harus disterilisasi akhir dengan panas, ketika sesuai, daalam kemasan akhiryna. Ketika tidak mungkin untuk melakukan sterilisasi akhir terkait instabilitas formulasi, produk dapat disterilisasi dengan metode sterilisasi akhir alternatf seperti filtrasi dan/atau proses aseptik (World Health Organization, 2002).
menggunakan proses pengisian ke wadah akhir yang aseptic. Setiap metode memiliki keuntungan dan kerugiannya masing-masing (World Health Organization, 2002).
Kontaminasi mikroba dari bahan awak harus minimal dan bioburden harus dimonitor sebelum sterilisasi. Spesifikasi harus masuk ke persyaratannya mengenai kualitas mikrobiologi ketika kebutuhan ini telah diindikasi melalui monitoring (World Health Organization, 2002).
Untuk mencapai sterilisasi yang efektif, keseluruhan bahan harus diproses melalui perlakuan yang berlaku dan prosesnya harus didesign untuk memastikan bahwa tujuannya tercapai (World Health Organization, 2002).
II. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah oven, autoklaf, glassware (ampul dan vial), tutup karet botol infus, dan seperangkat peralatan kesehatan bedah (instrument).
Bahan yang digunakan adalah aquades, air biasa, dan alkohol 70%.
III.Cara Kerja
III.1.Pencucian dan Sterilisasi Tutup Karet Botol Infus
- Direndam dalam alkohol 70% (15 menit) - Dicuci dengan air → kelihatan bersih
- Ditambah aquades dan dimasukkan ke autoklaf selama 15 menit pada suhu 121oC.
Tutup karet botol infus
III.2.Pencucian dan Sterilisasi Ampul dan Vial
- Direndam dalam alkohol 70% (15 menit) - Dibilas dengan air → kelihatan bersih - Dicuci dengan aquades
- Dimasukkan ke oven 170oC selama 15 menit
III.3.Pencucian dan Sterilisasi alat kesehatan reusable (instrument)
- Direndam alkohol 70% selama 30 menit - Dibilas dengan air biasa yang mengalir
- Dikeringkan dalam oven 170oC selama 15 menit atau hingga kering
- Dimasukkan ke bak dari stainless steel - Dibungkus menggunakan aluminium foil
- Disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit
Ampul dan vial
Ampul dan vial steril
Instrument bersih
Instrument kering
IV. Pembahasan
Sterilisasi merupakan eliminasi menyeluruh terhadap viabilitas mikrbial, termasuk bentuk vegetatif bakteri dan spora. Sterilisasi pada alat bedah, implant, linen, dan baju bedaj merupakan salah satu aspek dari regimen penting mengenai teknik aseptis. Metode sterilisasi dapat dibagi menjadi dua kelompok utama: fisik dan kimia. Meskipun sterilitas dapat dicapai dengan berbagai zat kimia, metode fisik biasanya lebih banyak digunakan. Panas, filtrasi, dan radiasi merupakan metode yang paling banyak digunakan dalam metode fisik untuk mensterilkan alat-alat medis dan alat-alat bedah. Sterilisasi kimia biasanya menggunakan etilen oksida atau hidrogen peroksida, meskipun formaldehide dan β-propiolakton juga dapat digunakan. Teknik yang paling banyak digunakan untuk medikasi adalah panas uap, etilen oksida, dan sterilisasi plasma gas hidrogen peroksida (Kubyshkina dkk, 2011).
Peranan sterilisasi pada bidang mikrobiologi diantaranya adalah untuk mencegah pencemaran organisme luar, untuk mempertahankan keadaan aseptis, sedangkan pada maupun media. Hal ini penting karena jika alat atau media tidak steril, akan sulit menentukan apakah mikroba merupakan akibat dari percobaan yang dilakukan atau merupakan kontaminan. Bekerja di laboratorium mikrobiologi mengandung risiko yang tidak kecil. Setiap saat harus selalu berasumsi bahwa setiap mikroorganisme adalah potensial patogen dan harus berhati-hati agar tidak terinfeksi oleh bakteri tersebut. Sterilisasi ini sangat penting dilakukan untuk keselamatan kerja saat melakukan penelitian yang bersangkutan dengan mikrobiologi (Ang, 2008).
permukaan benda adalah 15 pon tiap inchi2 (15 psi = 15 pounds per square inch). Waktu yang dibutuhkan autoklaf sektiar 3-5 jam. Lama sterilisasinya adalah 15 menit untuk suhu 121oC (Sunarmi dan Saparinto, 2010). Faktor-faktor yang mempengaruhi sterilisasi uap ada 3, yaitu waktu, suhu, dan kelembaban (Stefanus, 2006). Sterilisasi panas uap melalui autoklaf merupakan metode yang paling banyak digunakan untuk alat-alat medis. Metode uap panas merupakan metode yang dapat dipercaya, cepat, dan mudah dilakukan. Prinsip kerja metode ini yaitu dengan menggunakan panas uap, dapat mendenaturasi protein dalam mikroba sehingga dapat mengganggu perkembangan kehidupan dari mikroba tersebut. Metode ini juga tidak mahal dan dapat dengan cepat mensterilkan material porous dan dapat menjangkau setiap permukaan dan sudut. Meskipun demikian, metode ini memiliki beberapa kekurangan. Banyak diketahui bahwa panas dan uap dapat mengganggu partikel secara mekanis dan kimiawi terutama pada biomaterial sintetis. Kerugian utama dari panas uap adalah hidro filikisnya beberapa polimen, yang dapat membuat implant melemah secara mekanis. Terakhir, panas uap sendiri dapat membawa kontaminan ke permukaan alat dan secara langsung mengurangi tingkat kompatibilitas in vivo (Kubyshkina dkk, 2011).
Selain mengeringkan, oven juga berfungsi sebagai alat sterilisasi. Prinsip kerja dalam oven dengan menggunakan aliran udara panas dan kering. Alat-alat yang dapat disterilisasikan adalah alat-alat gelas seperti Erlenmeyer, cawan petri, tabung reaksi, dan pipet (Sumarsih, 2010).
mikroorganisme melalui koagulasi protein (UNC Environment Health and Safety, 2014). Namun pada percobaan ini proses sterilisasi dengan autoklaf tidak dilakukan terkait rusaknya alat yang tersedia.
Pada percobaan pencucian dan sterilisasi ampul dan vial, hal pertama yang dilakukan praktikan adalah merendam ampul dan vial menggunakan alkohol 70% selama 30 menit, membilas ampul dan vial dengan air hingga kelihatan bersih, mencuci menggunakan aquades, dan dilakukan pengovenan pada suhu 170oC selama 15 menit. Perendaman ampul dan vial ini ditujukan untuk mendenaturasi protein pada mikroba dan menghambat produksi metabolit murni untuk pembentukan sel (Centers for Disease Control and Prevention, 2008). Proses pembilasan dan pencucian dilakukan untuk membersihkan alkohol pada ampul dan vial serta untuk membersihkan mikroba mati yang menempel. Sedangkan proses sterilisasi dengan oven dilakukan untuk mengoksidasi molekul sehinggal sel konstituennya hancur dan organisme mati (Acharya, 2013). Namun pada percobaan ini, proses sterilisasi menggunakan oven tidak dilakukan terkait keterbatasan waktu.
Namun dalam percobaan ini, proses pengeringan menggunakan oven dan proses sterilisasi menggunakan autoklaf tidak dilakukan terkait keterbatasan alat dan waktu yang tersedia.
Monografi bahan: 1. Alkohol
Etanol mengandung tidak kurang dari 92,3% b/b dan tidak lebih dari 93,8% b/b setara dengan tidak kurang dari 94,9% v/v dan tidak lebih dari 96,0% v/v C2H5OH pada suhu 15,56o. Pemerian cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna. Bau Khas dan menyebabkan rasa terbakar pada lidah. Mudah menguap walaupun pada suhu rendah dan mendidih pada suhu 78o. Mudah terbakar. Kelarutan bercampur dengan air dan praktis tidak bercampur dengan semua pelarut organik (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995).
2. Aquades
Air murni adalah air yang dimurnikanyang diperoleh dengan destilasi, perlakuan menggunakn penukar ion, osmosis balik, atau proses lain yang sesuai. Dibuat dari air yang memenuhi persyaratan air minum. Tidak mengandung zat tambahan lain. Pemerian cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995).
V. Daftar Pustaka
Acharya, Tankeshwar. 2013. Dry-Heat Sterilization: Principle, Advantages and Disadvantages. http://microbeonline.com/dry-heat-sterilization-principle-advantages-disadvantages/. Diakses pada tanggal 10 November 2014.
Ang, Patricia. 2008. Sterilisasi. http://www.academia.edu/4776324/Sterilisasi. Diakses pada tanggal 10 November 2014.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. FARMAKOPE INDONESIA EDISI IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
European Commission. 2008. The Rules Governing Medicinal Products in the European Union. Brussels: European Commission.
Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan 1. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Gupte, S. 1990. Mikrobiologi Dasar, Alih bahasa oleh Suryawidjaya, J.E. Jakarta: Binarupa Aksara.
Kubyshkina, Galina, Barbara Zupancic, Marina Stukelj, Dusan Groselj, Ljubo Marion, dan Igor Emri. The Influence of Different Sterilization Technique on the Time-Dependent Behavior of Polyamides. Journal of Biomaterials and Nanobiotechnology, 2011, 2, 361-368.
Pelozar, M.J. dan E.C.S. Chan. 1988. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI Press.
Purnawijayanti, Hiasinta A. 2001. Sanitasi, Higiene dan Keselamatan Kerja dalam Pengelolaan Makanan. Yogyakarta: Kanisius.
Sumarsih, Sri. 2010. Untung Besar Usaha Bibit Jamur Tiram. Jakarta: Penebar Swadaya. Stefanus, Lukas. 2006. Formulasi Steril. Jakarta: ANDI.
Sunarmi, Yohana Ipuk dan Cahyo Saparinto. 2010. Usaha 6 Jenis Jamur dalam Skala Rumah Tangga. Depok: Penebar Swadaya.
UNC Environment Health and Safety. 2014. Self Study Unit: Autoclave. http://ehs.unc.edu/training/self_study/autoclave/container.php?page=4. Diakses pada tanggal 10 November 2014.
LAMPIRAN
Sterilisasi alat bedah, ampul, vial, dan tutup karet botol infus Pencucian ampul, vial, dan tutup
karet botol infus dengan Alcohol 70 %
Pencucian tutup karet botol infus dengan Alcohol 70 % Pencucian alat bedah dengan