• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR KIMIA KELAS X1 PADA MATERI POKOK STRUKTUR ATOM DI SMA NEGERI 1 LOHIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR KIMIA KELAS X1 PADA MATERI POKOK STRUKTUR ATOM DI SMA NEGERI 1 LOHIA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

[61]

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR KIMIA KELAS X1 PADA

MATERI POKOK STRUKTUR ATOM DI SMA NEGERI 1 LOHIA

Oleh:

Asmal Tifa Guru SMA Negeri 1 Lohia

e-mail: asmaltifakimia16@gmail.com

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan aktivitas dan hasil belajar kimia siswa kelas X1 SMA Negeri 1 Lohia pada materi pokok struktur atom melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Lohia pada siswa kelas X1 tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah siswa 22 siswa yang terdiri atas 11 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Data dikumpulkan dengan cara observasi, wawancara dan tes hasil belajar. Hasil observasi aktivitas siswa siklus I dan siklus II menunjukkan bahwa proses pembelajaran menjadi lebih efektif. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pada siklus I diperoleh ketuntasan belajar siswa secara klasikal sebesar 46%, dengan nilai rata-rata 64, kemudian meningkat pada siklus II diperoleh ketuntasan belajar siswa secara klasikal menjadi 86% dengan nilai rata-rata 76.

Kata Kunci : Model Pembelajaran Kooperatif NHT, Aktivitas belajar, Hasil belajar

PENDAHULUAN

Pemerintah berupaya untuk meningkatkan mutu atau kualitas pendidikan, antara lain dalam bentuk seminar pendidikan, pemantapan kinerja guru, pemantapan materi-materi pelajaran serta model pembelajaran untuk mata pelajaran tertentu, termasuk mata pelajaran kimia. Dengan berbagai upaya meningkatkan kualitas pendidikan ditingkat sekolah yang berperan adalah guru. Oleh karena itu guru merupakan sebagai pemegang peranan penting dalam meningkatkan mutu pendidikan dalam menjalankan proses pembelajaran yang optimal melalui pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan berbagai karakteristik siswa atau kemampuan berpikir siswa dengan harapan mencapai tujuan pembelajaran dengan baik.

Salah satu tujuan pembelajaran siswa dalam meningkatkan kualitas pendidikan, tentunya siswa memiliki integritas tinggi dalam mengembangkan potensi yang mereka miliki untuk menciptakan hasil belajar yang berkompeten sesuai dengan bidang ilmu yang diminati. Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam proses pembelajaran dapat dilihat dari nilai hasil belajar. Hasil belajar siswa merupakan indikator kualitas proses pembelajaran di kelas. Proses pembelajaran yang berkualitas dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: keterampilan mengajar guru, lingkungan belajar siswa, media pembelajaran yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan materi pelajaran, cara guru memotivasi siswa agar belajar dengan baik serta strategi dan model pembelajaran yang diterapkan oleh guru dalam kelas (Rusyan, 1994: 25).

Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau

melakukan aktivitas sendiri siswa. Proses pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas merupakan aktivitas mentransformasikan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan (Yamin, 2007: 75). Aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar (Sardiman, 2006: 96). Saat pembelajaran belangsung siswa mampu memberikan umpan balik terhadap guru. Sardiman (2006: 100) menyatakan bahwa aktivitas belajar merupakan aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam kegiatan belajar keduanya saling berkaitan. Oemar Hamalik (2009: 179) menyatakan bahwa aktivitas belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam kegiatan pembelajaran. Aktivitas belajar siswa akan menjadikan pembelajaran yang efektif sehingga guru tidak hanya menyampaikan pengetahuan dan ketrampilan saja. Namun, guru harus mampu membawa siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran.

Proses pembelajaran siswa tidak hanya ditentukan oleh sekolah, pola dan struktur serta isi kurikulum, tetapi ada yang paling penting adalah kemampuan guru yang mengajar dan membimbing siswa. Dimana salah satu faktor yang sangat mendukung keberhasilan guru dalam mengelola pembelajaran adalah kemampuan guru dalam menguasai dan menerapkan metode pembelajaran. Menurut Nasution (1999: 61), hasil belajar siswa dirumuskan sebagai tujuan instruksional umum yang dinyatakan dalam bentuk yang lebih spesifik. Hasil belajar ini menayatakan apa yang akan dapat dilakukan atau dikuasai oleh siswa dalam meningkatkan kualitas pendidikan.

(2)

[62] Ketuntasan Minimal (KKM) ≥ 70. Penyebab rendahnya hasil belajar siswa, dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya siswa kelas X1 sebagian besar masih cenderung pasif dalam mengikuti proses kegiatan pembelajaran. Selama kegiatan proses kegiatan pembelajaran, siswa jarang sekali mengajukan pertanyaan, gagasan ataupun menanggapi pertanyaan serta memberikan respon dalam proses pembelajaran. Interaksi antara siswa dengan guru, siswa dengan siswa dan siswa dengan lingkungannya sangat kurang. Tidak ada pola kooperatif (kerjasama) antar siswa dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu perlu dilaksanakan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas (PTK) dengan melakukan inovasi dalam pembelajaran meningkatkan kualitas pembelajaran,hasil belajar kimia di SMA Negeri 1 Lohia. Salah satu cara untuk meningkatkan hasil belajar dan membangkitkan semangat siswa mempelajari kimia adalah dengan melibatkan siswa berperan aktif dalam pemecahan masalah selama proses pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung dalam pemecahan masalah adalah model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Model ini melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Siswa dibagi kedalam beberapa kelompok belajar dimana tiap kelompok kecil terdiri dari 3 – 5 orang siswa. Langkah-langkah model pembelajaran NHT adalah penomoran, mengajukan pertanyan, berpikir bersama dan menjawab.

Menurut Ibrahim (2000: 28) bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu model pembelajaran yang memberikan penekanan pada pemberian struktur yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan lebih dirincikan oleh penghargaan kooperatif dari pada penghargaan individual. Model pembelajaran NHT dikembangkan pertama kalinya oleh Kagan (1993), dengan melibatkan para siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka mengenai isi pelajaran tersebut. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam mengajarkan pokok bahasan struktur atom merupakan suatu model yang diharapkan dapat memberi peran yang aktif dan motivasi kepada siswa agar mereka mempelajari dengan sungguh-sungguh materi yang diajarkan.

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan maka dilakukan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model pembelajaran NHT melalui tindakan-tindakan pembelajaran yang terlebih dahulu dirancang sebelum melakukan tindakan tersebut. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa kelas X1 pada materi pokok struktur atom di SMA Negeri 1 Lohia.

METODE PENELITIAN

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Lohia kelas X1 pada semester ganjil 2013/2014. Penelitian dilakukan pada siswa kelas X1 berjumlah 22 siswa yang terdiri atas 11 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan.

Menurut Aqib Zainal (2006) tahapan-tahapan dalam rancangan penelitian ini mengikuti rancangan penelitian tindakan kelas pada umumnya yang memuat perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Skema dari penelitian tindakan kelas sebagai berikut:

(Ismail, 2002) Gambar 1. Skema Penelitian Tindakan Kelas

Prosedur penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dua siklus. Setiap siklus dapat diimplementasikan model pembelajaran kooperatif tipe NHT, dengan langkah-langkah yaitu penomoran, mengajukan pertanyan, berpikir bersama dan menjawab.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini terdiri dari tes dan observasi. Tes siklus dipergunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa. Observasi dipergunakan sebagai teknik untuk mengumpulkan data tentang aktivitas siswa dan guru selama kegiatan belajar mengajar saat penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap siklusnya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa tes pada setiap akhir siklus. Analisis ini dihitung dengan menggunakan deskripsi statistik yaitu:

a. Untuk mengetahui rata-rata hasil belajar siswa (RHBS), digunakan rumus:

(3)

[63] c. Kriteria aktivitas mengajar guru (KAMG) dengan

rumus:

d. Kriteria aktivitas belajar siswa (KABS) dengan rumus:

x 100

(Sudjana, 2002: 67)

Menentukan tingkat penguasaan siswa terhadap suatu materi dibagi menjadi tiga kategori yaitu:

90 ≤ ≤100 : Kategori sangat baik 70 ≤ ≤89 : Kategori baik 60 ≤ ≤69 : Kategori cukup baik < 59 : Kategori kurang baik (Ibrahim Muslim dkk, 2000).

Indikator ketuntasan penelitian telah berhasil

apabila terjadi peningkatan ketuntasan belajar

secara klasikal hingga mencapai nilai KKM adalah

70.

HASIL PENELITIAN

Tindakan Siklus I

a.

Tahap Perencanaan

Pada tahap perencanaan siklus I, hal yang

dilakukan pertama kali oleh peneliti yaitu

menentukan

jadwal

pelaksanaan

siklus

I,

menyiapkan

perangkat

(RPP)

rencana

pelaksanaan pembelajaran, lembaran observasi

aktivitas siswa, guru, dan hasil belajar siswa

dengan

menerapkan

model

pembelajaran

kooperatif tipe NHT.

b.

Tahap Pelaksanaan dan Observasi

Tahapan ini, peneliti melaksanakan kegiatan

pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disusun

diimplementasikan pada tahap pelaksanaan. Dalam

siklus I pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang

direncanakan dan difokuskan pada penerapan

model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan

tujuan untuk meningkatkan hasil belajar kimia pada

materi

pokok

struktur

kimia.

Pelaksanaan

pembelajaran pada akhir siklus I proses belajar

mengajar siswa diberi tes dengan harapan untuk

mengetahui keberhasilan siswa dalam proses belajar

mengajar yang telah dilakukan.

Selain hasil belajar siswa, dilakukan pula

penilaian terhadap aktivitas guru. Sebab dalam proses

pembelajaran

terkadang

kegagalan

suatu

pembelajaran

tidak

hanya

diakibatkan

oleh

kemampuan siswa namun dapat pula disebabkan oleh

kurangnya kemampuan guru dalam mengatur proses

pembelajaran baik dalam kelas maupun di luar kelas.

Apalagi untuk kelas dengan jumlah siswa yang banyak,

maka peran guru dalam mengelola kelas sangat

dibutuhkan. Penilaian aktivitas guru, dilakukan oleh dua

guru sejawat untuk mendapatkan hasil yang valid. Data

hasil penilaian aktivitas guru selama kegiatan belajar

mengajar secara keseluruhan telah menunjukkan

kategori baik. Hal ini dapat dilihat bahwa guru sangat

menguasai materi pokok struktur atom. Setelah melihat

observasi aktivitas guru juga dapat melihat aktivitas

siswa selama kegiatan belajar mengajar.

Berdasarkan data aktivitas siswa secara keseluruhan telah menunjukkan penampilan cukup baik. Hal ini dapat dilihat bahwa siswa sangat senang dengan materi pokok struktur atom. Setelah dilakukan kegiatan observasi guru,dan siswa juga dapat melihat hasil belajar siswa melalui tes siklus. Hasil tes siklus I dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3. Hasil belajar siswa pada siklus I

No. Subjek Nilai Ket.

1 RDL 72 ST

2 SB 58 BT

3 AS 73 ST

4 IH 61 BT

5 FV 77 ST

6 MY 57 BT

7 RN 73 ST

8 ZS 74 ST

9 WY 59 BT

10 TT 74 ST

11 FA 52 BT

12 FT 55 BT

13 RW 62 BT

14 MR 63 BT

15 ROS 70 ST

16 ROY 70 ST

17 POI 61 BT

18 PIA 70 ST

19 BM 60 BT

20 CU 73 ST

21 BO 60 BT

22 DP 62 BT

Jumlah 1413

Rata-Rata 64

Nilai Tertinggi 77

Nilai Terendah 52

Jumlah ST 10

Jumlah BT 12

ST% 46%

(4)

[64] Hasil siklus I setelah menerapkan model pembelajaran tipe NHT diperoleh nilai rata-rata belajar siswa adalah 64 dan ketuntasan belajar secara klasikal mencapai 46%. Nilai yang diperoleh jika interprestasikan masuk dalam kategori kurang baik. Walaupun jumlah siswa yang tuntas belajar lebih banyak dari yang tidak tuntas, namun hasil tersebut belum mencapai persentase ketuntasan yang dikehendaki peneliti/guru dalam PTK ini yaitu sebesar ≥ 70%. Sehingga penelitian dilanjutkan pada siklus II.

c.

Refleksi

Berdasarkan pengamatan dari dua kolaborator, dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar masih terdapat kekurangan terhadap aktivitas siswa dan guru kimia, yang perlu diperbaiki diantaranya:

1) Guru memberikan kesempatan kelompok lain untuk menanggapi hasil presentase suatu kelompok lain. 2) Guru dalam mengajukan pertanyaan kepada kelompok

tentang materi yang sedang dipelajari.

3) Guru harus menyuruh siswa dalam tiap kelompok untuk mengumpulkan tugas atau latihan.

Tindakan Siklus II

a.

Tahap perencanaan

Berdasarkan refleksi pada siklus I, pada siklus II

direncanakan perbaikan-perbaikan agar hasil belajar

siswa dapat meningkat. Perencanaan siklus diawali

dengan membuat rencana pelaksanaan pembelajaran

yang didasarkan pada siklus I, dan dilengkapi dengan

lembar observasi kegiatan guru dan siswa.

b.

Tahap Pelaksanaan dan Observasi

Pelaksanaan siklus II mengikut perencanaan

yang telah dibuat yang mengacu pada rencana

pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus I,

sehingga kesalahan atau kekuarangan pada siklus I

tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan

dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar

mengajar. Sebagai pengamat adalah peneliti dibantu

oleh seorang guru sebagai kolaborator.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi

tes siklus II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat

keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar

yang dilakukan dan aktivitas guru. Hasil observasi

aktivitas guru tampak diamati pada aspek-aspek

kegiatan belajar mengajar siklus II yang dilaksanakan

oleh guru dengan menerapkan model pembelajaran

kooperatife tipe NHT mendapatkan penilaian yang

baik. Hal ini dapat dilihat bahwa guru telah mulai

meningkatkan kinerjanya. Dengan penyempurnaan

aspek-aspek di atas dalam penerapan model

pembelajaran NHT diharapkan siswa dapat

menyimpulkan apa yang telah mereka pelajari dan

mengemukakan pendapatnya sehingga mereka akan

lebih memahami tentang apa yang telah mereka lakukan.

Setelah melihat observasi aktivitas guru juga dapat

melihat observasi aktivitas siswa selama kegiatan

belajar mengajar siklus II dapat diamati pada

aspek-aspek kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan oleh

siswa dengan menerapkan metode pembelajaran tipe

NHT mendapatkan penilaian ketegori sangat baik, hal

ini ditunjukkan bahwa siswa telah meningkat dalam

kegiatan belajar pembelajaran. Dengan penyempurnaan

aspek-aspek di atas dalam menerapkan model

pembelajaran

NHT

diharapkan

siswa

dapat

menyimpulkan apa yang telah mereka pelajari dan

mengemukakan pendapatnya sehingga mereka akan

lebih memahami tentang apa yang telah mereka lakukan.

Setelah dilakukan kegiatan observasi guru,dan siswa

juga dapat melihat hasil belajar siswa melalui tes siklus.

Hasil tes siklus II dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 6. Hasil belajar siswa pada siklus II

(5)

[65] Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa hasil belajar siswa disiklus II dengan rencana pembelajaran terlihat bahwa rentang nilai yang diperoleh siswa sebesar dengan rata-rata 75. Berdasarkan analisis data hasil penilaian hasil belajar pada siklus II nampak bahwa siswa yang tuntas sebanyak 19 orang siswa atau 86% dan yang tidak tuntas sebanyak 3 orang siswa atau 14%, ini berarti indikator keberhasilan siklus II telah tercapai.

c.

Refleksi

Berdasarkan hasil observasi siklus II, hasil

belajar siswa untuk ulangan harian data-data yang

diperoleh dari pengamatan pada siklus II

menunjukkan terjadinya peningkatan keaktifan

siswa

dan

hasil

belajar

dalam

proses

pembelajaran.

Kekurangan-kekurangan

yang

terjadi pada siklus I telah diperbaiki pada siklus II

sehingga hasil yang diperoleh pada siklus II diatas

indikator keberhasilan yang ditetapkan. Penelitian

ini dikatakan berhasil karena ketuntasan klasikal

memenuhi nilai 86% diatas indikator yang

ditetapkan.

PEMBAHASAN

Problematika yang dihadapi oleh guru kimia

di SMA Negeri 1 Lohia adalah intelegensi siswa

dalam melakukan kegiatan proses pembelajaran

yang berbeda, ada yang berani dan adapula yang

merasa takut, dan sebagainya. Maka hal ini menjadi

tantangan bagi guru kimia untuk terus menemukan

bibit baru. Untuk itu setiap masalah yang

didapatkan perlu dilakukan suatu inovasi untuk

menemukan solusi dari permasalahan yang ada.

Salah satu inovasi yang dilakukan guru kimia

adalah melakukan penelitian tindakan kelas dengan

menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe

NHT

.

Model pembelajaran kooperatif tipe NHT

merupakan salah satu model pembelajaran yang

memberikan penekanan pada pemberian struktur

yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi

siswa dan lebih dirincikan oleh penghargaan

kooperatif dari pada penghargaan individual

(Ibrahim, 2000).

Penelitian

Tindakan

Kelas

dengan

menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe

NHT, dapat meningkatan hasil belajar siswa. Hal

ini dapat dilihat dari semakin meningkat hasil

belajar siswa terhadap materi yang disampaikan

guru (ketuntasan belajar meningkat dari siklus I, dan

II) dapat dilihat pada gambar grafik berikut:

Gambar 2. Nilai rata-rata danHasil belajar siklus I dan siklus II

Pada siklus I diperoleh ketuntasan belajar

secara klasikal sebesar 46% dengan nilai rata-rata 64.

Hal ini menunjukkan dari 22 siswa yang mengikuti

pelajaran kimia materi struktur atom, terdapat 10

siswa yang mempunyai nilai di atas KKM sedangkan

nilai 12 siswa belum memenuhi KKM. Hasil

pencapaian yang diperoleh belum memenuhi target

pada penelitian ini yaitu 54%, sehingga penelitian

dilanjutkan pada siklus II. Tindakan siklus II

diperoleh nilai ketuntasan secara klasikal 86%

dengan nilai rata-rata kelas 75 dengan kategori baik.

Nilai ini menunjukkan 22 siswa yang mengikuti

pelajaran terdapat 19 siswa memiliki nilai di atas

KKM. Meningkatnya nilai siswa sejalan dengan

meningkatnya hasil belajar siswa.

Banyak siswa

telah menyukai materi yang telah diajarkan dan telah

aktif dalam menerima materi secara langsung bahkan

termotivasi

dengan

siswa

lainnya.

Adanya

kompetensi antarsiswa mengakibatkan siswa makin

termotivasi untuk tampil lebih baik dari temannya

pada kelompok lain.

(6)

[66]

aktivitas guru, terjadi peningkatan aktivitas dari

siklus I ke siklus II. Pada siklus I diperoleh

aktivitas guru sebesar 75% (kategori baik) pada

siklus I dan meningkat pada siklus II menjadi 83%

(kategori

baik).

Keberhasilan

guru

dalam

meningkatkan hasil belajar siswa selain karena

model pembelajaran yang tepat, di dukung pula

oleh kemampuan guru yang telah berpengalaman

dalam melatih siswa dan menguasai materi.

Aktivitas belajar siswa merupakan

langkah-langkah untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa dari

pengamat yang melakukan penilaian terhadap

aktivitas siswa, terjadi peningkatan aktivitas dari

siklus I ke siklus II. Pada siklus I diperoleh

aktivitas siswa sebesar 67% (kategori cukup baik)

pada siklus I dan meningkat pada siklus II menjadi

92% (kategori sangat baik). Keberhasilan siswa

dalam meningkatkan hasil belajar tergantung model

pembelajaran yang tepat, di dukung pula oleh

intelegensi siswa yang telah berpengalaman dalam

menerima materi.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan

dari dua siklus yang dilakukan pada pembelajaran

disimpulkan hasil observasi aktivitas siswa setiap

siklus cenderung meningkat dari kategori cukup

menjadi kategori baik, setelah melakukan tindakan

model pembelajaran kooperatif NHT melalui siklus

I dan siklus II menunjukkan bahwa proses

pembelajaran yang dilakukan guru ada perubahan

sehingga terjadi proses belajar lebih efektif.

Dengan melalui penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil

belajar siswa pada materi struktur atom pada siklus

I diperoleh ketuntasan belajar siswa secara klasikal

sebesar 46%, dengan nilai rata-rata 64, kemudian

meningkat pada siklus II diperoleh ketuntasan

belajar siswa secara klasikal menjadi 86% dengan

nilai rata-rata 75.

DAFTAR PUSTAKA

Aqib Zainal. 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas. PT Yrama Widya.

Ibrahim, Muslim, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya. Universitas Negeri Surabaya. University Press.

Ismail. 2002. Model-Model Pembelajaran. Jakarta. Depdiknas.

Kagan. 1993. Cooperative Learning Structure, Numbered Heads Together.

[Online]. Tersedia:

http://Alt.Red/clnerwork/numbered. htm. [5 desember 2010].

Nasution. 1999. Kurikulum dan Pengajaran, Jakarta: Bumi Aksara, cet-ke-3.

Rusyan, Tabrani. 1994. Pendekatan dalam Proses Belajar-Mengajar. Bandung. Remaja Jaya.

Sudjana, Nana. 2002. Penilaian Hasil Proses belajar Mangajar.Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Yamin. 2007. Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta: Gaung

Persada Press.

Sardiman. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Oemar Hamalik. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran.

Gambar

Gambar 1. Skema Penelitian Tindakan Kelas
Tabel 3. Hasil belajar siswa pada siklus I
Tabel 6. Hasil belajar siswa pada siklus II

Referensi

Dokumen terkait

1) Melaksanakan kegiatan pembelajaran siklus II sesuai dengan RPP yang telah disusun dengan mempertimbangkan perbaikan- perbaikan pada siklus I. Diharapkan pada

Pada bagian ini akan diuraikan data hasil penelitian dalam tahapan siklus- siklus penelitian hasil belajar peserta didik pada pembelajaran ilmu pengetahuan sosial

Tahap pelaksanaan ini merupakan implementasi dari semua rencana tindakan yang telah dibuat, dan dapat dilihat pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun

1) Melaksanakan kegiatan pembelajaran siklus II sesuai dengan RPP yang telah disusun dengan mempertimbangkan perbaikan- perbaikan pada siklus I. Diharapkan pada

Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan pada pembelajaran IPS dalam dua siklus dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan model pembelajar- an

Pada bagian ini akan diuraikan data hasil penelitian dalam tahapan siklus- siklus penelitian hasil belajar peserta didik pada pembelajaran ilmu pengetahuan sosial

Tahap perencanaan siklus II ini dilakukan perencanaan kegiatan- kegiatan yang perlu dilakukan sebagai upaya perbaikan pada siklus I. Perencanaan ini disusun berdasarkan pada

Pada tahap perencanaan siklus I hal yang dilakukan adalah persiapan yang terdiri dari menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dengan menerapkan model