[61]
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR KIMIA KELAS X1 PADA
MATERI POKOK STRUKTUR ATOM DI SMA NEGERI 1 LOHIA
Oleh:
Asmal Tifa Guru SMA Negeri 1 Lohiae-mail: asmaltifakimia16@gmail.com
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan aktivitas dan hasil belajar kimia siswa kelas X1 SMA Negeri 1 Lohia pada materi pokok struktur atom melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Lohia pada siswa kelas X1 tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah siswa 22 siswa yang terdiri atas 11 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Data dikumpulkan dengan cara observasi, wawancara dan tes hasil belajar. Hasil observasi aktivitas siswa siklus I dan siklus II menunjukkan bahwa proses pembelajaran menjadi lebih efektif. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pada siklus I diperoleh ketuntasan belajar siswa secara klasikal sebesar 46%, dengan nilai rata-rata 64, kemudian meningkat pada siklus II diperoleh ketuntasan belajar siswa secara klasikal menjadi 86% dengan nilai rata-rata 76.
Kata Kunci : Model Pembelajaran Kooperatif NHT, Aktivitas belajar, Hasil belajar
PENDAHULUAN
Pemerintah berupaya untuk meningkatkan mutu atau kualitas pendidikan, antara lain dalam bentuk seminar pendidikan, pemantapan kinerja guru, pemantapan materi-materi pelajaran serta model pembelajaran untuk mata pelajaran tertentu, termasuk mata pelajaran kimia. Dengan berbagai upaya meningkatkan kualitas pendidikan ditingkat sekolah yang berperan adalah guru. Oleh karena itu guru merupakan sebagai pemegang peranan penting dalam meningkatkan mutu pendidikan dalam menjalankan proses pembelajaran yang optimal melalui pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan berbagai karakteristik siswa atau kemampuan berpikir siswa dengan harapan mencapai tujuan pembelajaran dengan baik.
Salah satu tujuan pembelajaran siswa dalam meningkatkan kualitas pendidikan, tentunya siswa memiliki integritas tinggi dalam mengembangkan potensi yang mereka miliki untuk menciptakan hasil belajar yang berkompeten sesuai dengan bidang ilmu yang diminati. Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam proses pembelajaran dapat dilihat dari nilai hasil belajar. Hasil belajar siswa merupakan indikator kualitas proses pembelajaran di kelas. Proses pembelajaran yang berkualitas dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: keterampilan mengajar guru, lingkungan belajar siswa, media pembelajaran yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan materi pelajaran, cara guru memotivasi siswa agar belajar dengan baik serta strategi dan model pembelajaran yang diterapkan oleh guru dalam kelas (Rusyan, 1994: 25).
Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau
melakukan aktivitas sendiri siswa. Proses pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas merupakan aktivitas mentransformasikan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan (Yamin, 2007: 75). Aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar (Sardiman, 2006: 96). Saat pembelajaran belangsung siswa mampu memberikan umpan balik terhadap guru. Sardiman (2006: 100) menyatakan bahwa aktivitas belajar merupakan aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam kegiatan belajar keduanya saling berkaitan. Oemar Hamalik (2009: 179) menyatakan bahwa aktivitas belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam kegiatan pembelajaran. Aktivitas belajar siswa akan menjadikan pembelajaran yang efektif sehingga guru tidak hanya menyampaikan pengetahuan dan ketrampilan saja. Namun, guru harus mampu membawa siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran.
Proses pembelajaran siswa tidak hanya ditentukan oleh sekolah, pola dan struktur serta isi kurikulum, tetapi ada yang paling penting adalah kemampuan guru yang mengajar dan membimbing siswa. Dimana salah satu faktor yang sangat mendukung keberhasilan guru dalam mengelola pembelajaran adalah kemampuan guru dalam menguasai dan menerapkan metode pembelajaran. Menurut Nasution (1999: 61), hasil belajar siswa dirumuskan sebagai tujuan instruksional umum yang dinyatakan dalam bentuk yang lebih spesifik. Hasil belajar ini menayatakan apa yang akan dapat dilakukan atau dikuasai oleh siswa dalam meningkatkan kualitas pendidikan.
[62] Ketuntasan Minimal (KKM) ≥ 70. Penyebab rendahnya hasil belajar siswa, dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya siswa kelas X1 sebagian besar masih cenderung pasif dalam mengikuti proses kegiatan pembelajaran. Selama kegiatan proses kegiatan pembelajaran, siswa jarang sekali mengajukan pertanyaan, gagasan ataupun menanggapi pertanyaan serta memberikan respon dalam proses pembelajaran. Interaksi antara siswa dengan guru, siswa dengan siswa dan siswa dengan lingkungannya sangat kurang. Tidak ada pola kooperatif (kerjasama) antar siswa dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu perlu dilaksanakan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas (PTK) dengan melakukan inovasi dalam pembelajaran meningkatkan kualitas pembelajaran,hasil belajar kimia di SMA Negeri 1 Lohia. Salah satu cara untuk meningkatkan hasil belajar dan membangkitkan semangat siswa mempelajari kimia adalah dengan melibatkan siswa berperan aktif dalam pemecahan masalah selama proses pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung dalam pemecahan masalah adalah model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Model ini melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Siswa dibagi kedalam beberapa kelompok belajar dimana tiap kelompok kecil terdiri dari 3 – 5 orang siswa. Langkah-langkah model pembelajaran NHT adalah penomoran, mengajukan pertanyan, berpikir bersama dan menjawab.
Menurut Ibrahim (2000: 28) bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu model pembelajaran yang memberikan penekanan pada pemberian struktur yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan lebih dirincikan oleh penghargaan kooperatif dari pada penghargaan individual. Model pembelajaran NHT dikembangkan pertama kalinya oleh Kagan (1993), dengan melibatkan para siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka mengenai isi pelajaran tersebut. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam mengajarkan pokok bahasan struktur atom merupakan suatu model yang diharapkan dapat memberi peran yang aktif dan motivasi kepada siswa agar mereka mempelajari dengan sungguh-sungguh materi yang diajarkan.
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan maka dilakukan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model pembelajaran NHT melalui tindakan-tindakan pembelajaran yang terlebih dahulu dirancang sebelum melakukan tindakan tersebut. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa kelas X1 pada materi pokok struktur atom di SMA Negeri 1 Lohia.
METODE PENELITIAN
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Lohia kelas X1 pada semester ganjil 2013/2014. Penelitian dilakukan pada siswa kelas X1 berjumlah 22 siswa yang terdiri atas 11 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan.
Menurut Aqib Zainal (2006) tahapan-tahapan dalam rancangan penelitian ini mengikuti rancangan penelitian tindakan kelas pada umumnya yang memuat perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Skema dari penelitian tindakan kelas sebagai berikut:
(Ismail, 2002) Gambar 1. Skema Penelitian Tindakan Kelas
Prosedur penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dua siklus. Setiap siklus dapat diimplementasikan model pembelajaran kooperatif tipe NHT, dengan langkah-langkah yaitu penomoran, mengajukan pertanyan, berpikir bersama dan menjawab.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini terdiri dari tes dan observasi. Tes siklus dipergunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa. Observasi dipergunakan sebagai teknik untuk mengumpulkan data tentang aktivitas siswa dan guru selama kegiatan belajar mengajar saat penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap siklusnya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa tes pada setiap akhir siklus. Analisis ini dihitung dengan menggunakan deskripsi statistik yaitu:
a. Untuk mengetahui rata-rata hasil belajar siswa (RHBS), digunakan rumus:
[63] c. Kriteria aktivitas mengajar guru (KAMG) dengan
rumus:
d. Kriteria aktivitas belajar siswa (KABS) dengan rumus:
x 100
(Sudjana, 2002: 67)
Menentukan tingkat penguasaan siswa terhadap suatu materi dibagi menjadi tiga kategori yaitu:90 ≤ ≤100 : Kategori sangat baik 70 ≤ ≤89 : Kategori baik 60 ≤ ≤69 : Kategori cukup baik < 59 : Kategori kurang baik (Ibrahim Muslim dkk, 2000).
Indikator ketuntasan penelitian telah berhasil
apabila terjadi peningkatan ketuntasan belajar
secara klasikal hingga mencapai nilai KKM adalah
70.
HASIL PENELITIAN
Tindakan Siklus Ia.
Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan siklus I, hal yang
dilakukan pertama kali oleh peneliti yaitu
menentukan
jadwal
pelaksanaan
siklus
I,
menyiapkan
perangkat
(RPP)
rencana
pelaksanaan pembelajaran, lembaran observasi
aktivitas siswa, guru, dan hasil belajar siswa
dengan
menerapkan
model
pembelajaran
kooperatif tipe NHT.
b.
Tahap Pelaksanaan dan Observasi
Tahapan ini, peneliti melaksanakan kegiatan
pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disusun
diimplementasikan pada tahap pelaksanaan. Dalam
siklus I pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang
direncanakan dan difokuskan pada penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan
tujuan untuk meningkatkan hasil belajar kimia pada
materi
pokok
struktur
kimia.
Pelaksanaan
pembelajaran pada akhir siklus I proses belajar
mengajar siswa diberi tes dengan harapan untuk
mengetahui keberhasilan siswa dalam proses belajar
mengajar yang telah dilakukan.
Selain hasil belajar siswa, dilakukan pula
penilaian terhadap aktivitas guru. Sebab dalam proses
pembelajaran
terkadang
kegagalan
suatu
pembelajaran
tidak
hanya
diakibatkan
oleh
kemampuan siswa namun dapat pula disebabkan oleh
kurangnya kemampuan guru dalam mengatur proses
pembelajaran baik dalam kelas maupun di luar kelas.
Apalagi untuk kelas dengan jumlah siswa yang banyak,
maka peran guru dalam mengelola kelas sangat
dibutuhkan. Penilaian aktivitas guru, dilakukan oleh dua
guru sejawat untuk mendapatkan hasil yang valid. Data
hasil penilaian aktivitas guru selama kegiatan belajar
mengajar secara keseluruhan telah menunjukkan
kategori baik. Hal ini dapat dilihat bahwa guru sangat
menguasai materi pokok struktur atom. Setelah melihat
observasi aktivitas guru juga dapat melihat aktivitas
siswa selama kegiatan belajar mengajar.
Berdasarkan data aktivitas siswa secara keseluruhan telah menunjukkan penampilan cukup baik. Hal ini dapat dilihat bahwa siswa sangat senang dengan materi pokok struktur atom. Setelah dilakukan kegiatan observasi guru,dan siswa juga dapat melihat hasil belajar siswa melalui tes siklus. Hasil tes siklus I dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3. Hasil belajar siswa pada siklus I
No. Subjek Nilai Ket.
1 RDL 72 ST
2 SB 58 BT
3 AS 73 ST
4 IH 61 BT
5 FV 77 ST
6 MY 57 BT
7 RN 73 ST
8 ZS 74 ST
9 WY 59 BT
10 TT 74 ST
11 FA 52 BT
12 FT 55 BT
13 RW 62 BT
14 MR 63 BT
15 ROS 70 ST
16 ROY 70 ST
17 POI 61 BT
18 PIA 70 ST
19 BM 60 BT
20 CU 73 ST
21 BO 60 BT
22 DP 62 BT
Jumlah 1413
Rata-Rata 64
Nilai Tertinggi 77
Nilai Terendah 52
Jumlah ST 10
Jumlah BT 12
ST% 46%
[64] Hasil siklus I setelah menerapkan model pembelajaran tipe NHT diperoleh nilai rata-rata belajar siswa adalah 64 dan ketuntasan belajar secara klasikal mencapai 46%. Nilai yang diperoleh jika interprestasikan masuk dalam kategori kurang baik. Walaupun jumlah siswa yang tuntas belajar lebih banyak dari yang tidak tuntas, namun hasil tersebut belum mencapai persentase ketuntasan yang dikehendaki peneliti/guru dalam PTK ini yaitu sebesar ≥ 70%. Sehingga penelitian dilanjutkan pada siklus II.
c.
Refleksi
Berdasarkan pengamatan dari dua kolaborator, dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar masih terdapat kekurangan terhadap aktivitas siswa dan guru kimia, yang perlu diperbaiki diantaranya:
1) Guru memberikan kesempatan kelompok lain untuk menanggapi hasil presentase suatu kelompok lain. 2) Guru dalam mengajukan pertanyaan kepada kelompok
tentang materi yang sedang dipelajari.
3) Guru harus menyuruh siswa dalam tiap kelompok untuk mengumpulkan tugas atau latihan.
Tindakan Siklus II
a.
Tahap perencanaan
Berdasarkan refleksi pada siklus I, pada siklus II
direncanakan perbaikan-perbaikan agar hasil belajar
siswa dapat meningkat. Perencanaan siklus diawali
dengan membuat rencana pelaksanaan pembelajaran
yang didasarkan pada siklus I, dan dilengkapi dengan
lembar observasi kegiatan guru dan siswa.
b.
Tahap Pelaksanaan dan Observasi
Pelaksanaan siklus II mengikut perencanaan
yang telah dibuat yang mengacu pada rencana
pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus I,
sehingga kesalahan atau kekuarangan pada siklus I
tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan
dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar
mengajar. Sebagai pengamat adalah peneliti dibantu
oleh seorang guru sebagai kolaborator.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi
tes siklus II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar
yang dilakukan dan aktivitas guru. Hasil observasi
aktivitas guru tampak diamati pada aspek-aspek
kegiatan belajar mengajar siklus II yang dilaksanakan
oleh guru dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatife tipe NHT mendapatkan penilaian yang
baik. Hal ini dapat dilihat bahwa guru telah mulai
meningkatkan kinerjanya. Dengan penyempurnaan
aspek-aspek di atas dalam penerapan model
pembelajaran NHT diharapkan siswa dapat
menyimpulkan apa yang telah mereka pelajari dan
mengemukakan pendapatnya sehingga mereka akan
lebih memahami tentang apa yang telah mereka lakukan.
Setelah melihat observasi aktivitas guru juga dapat
melihat observasi aktivitas siswa selama kegiatan
belajar mengajar siklus II dapat diamati pada
aspek-aspek kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan oleh
siswa dengan menerapkan metode pembelajaran tipe
NHT mendapatkan penilaian ketegori sangat baik, hal
ini ditunjukkan bahwa siswa telah meningkat dalam
kegiatan belajar pembelajaran. Dengan penyempurnaan
aspek-aspek di atas dalam menerapkan model
pembelajaran
NHT
diharapkan
siswa
dapat
menyimpulkan apa yang telah mereka pelajari dan
mengemukakan pendapatnya sehingga mereka akan
lebih memahami tentang apa yang telah mereka lakukan.
Setelah dilakukan kegiatan observasi guru,dan siswa
juga dapat melihat hasil belajar siswa melalui tes siklus.
Hasil tes siklus II dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 6. Hasil belajar siswa pada siklus II
[65] Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa hasil belajar siswa disiklus II dengan rencana pembelajaran terlihat bahwa rentang nilai yang diperoleh siswa sebesar dengan rata-rata 75. Berdasarkan analisis data hasil penilaian hasil belajar pada siklus II nampak bahwa siswa yang tuntas sebanyak 19 orang siswa atau 86% dan yang tidak tuntas sebanyak 3 orang siswa atau 14%, ini berarti indikator keberhasilan siklus II telah tercapai.
c.
Refleksi
Berdasarkan hasil observasi siklus II, hasil
belajar siswa untuk ulangan harian data-data yang
diperoleh dari pengamatan pada siklus II
menunjukkan terjadinya peningkatan keaktifan
siswa
dan
hasil
belajar
dalam
proses
pembelajaran.
Kekurangan-kekurangan
yang
terjadi pada siklus I telah diperbaiki pada siklus II
sehingga hasil yang diperoleh pada siklus II diatas
indikator keberhasilan yang ditetapkan. Penelitian
ini dikatakan berhasil karena ketuntasan klasikal
memenuhi nilai 86% diatas indikator yang
ditetapkan.
PEMBAHASAN
Problematika yang dihadapi oleh guru kimia
di SMA Negeri 1 Lohia adalah intelegensi siswa
dalam melakukan kegiatan proses pembelajaran
yang berbeda, ada yang berani dan adapula yang
merasa takut, dan sebagainya. Maka hal ini menjadi
tantangan bagi guru kimia untuk terus menemukan
bibit baru. Untuk itu setiap masalah yang
didapatkan perlu dilakukan suatu inovasi untuk
menemukan solusi dari permasalahan yang ada.
Salah satu inovasi yang dilakukan guru kimia
adalah melakukan penelitian tindakan kelas dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
NHT
.
Model pembelajaran kooperatif tipe NHT
merupakan salah satu model pembelajaran yang
memberikan penekanan pada pemberian struktur
yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi
siswa dan lebih dirincikan oleh penghargaan
kooperatif dari pada penghargaan individual
(Ibrahim, 2000).
Penelitian
Tindakan
Kelas
dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
NHT, dapat meningkatan hasil belajar siswa. Hal
ini dapat dilihat dari semakin meningkat hasil
belajar siswa terhadap materi yang disampaikan
guru (ketuntasan belajar meningkat dari siklus I, dan
II) dapat dilihat pada gambar grafik berikut:
Gambar 2. Nilai rata-rata danHasil belajar siklus I dan siklus II
Pada siklus I diperoleh ketuntasan belajar
secara klasikal sebesar 46% dengan nilai rata-rata 64.
Hal ini menunjukkan dari 22 siswa yang mengikuti
pelajaran kimia materi struktur atom, terdapat 10
siswa yang mempunyai nilai di atas KKM sedangkan
nilai 12 siswa belum memenuhi KKM. Hasil
pencapaian yang diperoleh belum memenuhi target
pada penelitian ini yaitu 54%, sehingga penelitian
dilanjutkan pada siklus II. Tindakan siklus II
diperoleh nilai ketuntasan secara klasikal 86%
dengan nilai rata-rata kelas 75 dengan kategori baik.
Nilai ini menunjukkan 22 siswa yang mengikuti
pelajaran terdapat 19 siswa memiliki nilai di atas
KKM. Meningkatnya nilai siswa sejalan dengan
meningkatnya hasil belajar siswa.
Banyak siswa
telah menyukai materi yang telah diajarkan dan telah
aktif dalam menerima materi secara langsung bahkan
termotivasi
dengan
siswa
lainnya.
Adanya
kompetensi antarsiswa mengakibatkan siswa makin
termotivasi untuk tampil lebih baik dari temannya
pada kelompok lain.
[66]
aktivitas guru, terjadi peningkatan aktivitas dari
siklus I ke siklus II. Pada siklus I diperoleh
aktivitas guru sebesar 75% (kategori baik) pada
siklus I dan meningkat pada siklus II menjadi 83%
(kategori
baik).
Keberhasilan
guru
dalam
meningkatkan hasil belajar siswa selain karena
model pembelajaran yang tepat, di dukung pula
oleh kemampuan guru yang telah berpengalaman
dalam melatih siswa dan menguasai materi.
Aktivitas belajar siswa merupakan
langkah-langkah untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa dari
pengamat yang melakukan penilaian terhadap
aktivitas siswa, terjadi peningkatan aktivitas dari
siklus I ke siklus II. Pada siklus I diperoleh
aktivitas siswa sebesar 67% (kategori cukup baik)
pada siklus I dan meningkat pada siklus II menjadi
92% (kategori sangat baik). Keberhasilan siswa
dalam meningkatkan hasil belajar tergantung model
pembelajaran yang tepat, di dukung pula oleh
intelegensi siswa yang telah berpengalaman dalam
menerima materi.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
dari dua siklus yang dilakukan pada pembelajaran
disimpulkan hasil observasi aktivitas siswa setiap
siklus cenderung meningkat dari kategori cukup
menjadi kategori baik, setelah melakukan tindakan
model pembelajaran kooperatif NHT melalui siklus
I dan siklus II menunjukkan bahwa proses
pembelajaran yang dilakukan guru ada perubahan
sehingga terjadi proses belajar lebih efektif.
Dengan melalui penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil
belajar siswa pada materi struktur atom pada siklus
I diperoleh ketuntasan belajar siswa secara klasikal
sebesar 46%, dengan nilai rata-rata 64, kemudian
meningkat pada siklus II diperoleh ketuntasan
belajar siswa secara klasikal menjadi 86% dengan
nilai rata-rata 75.
DAFTAR PUSTAKA
Aqib Zainal. 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas. PT Yrama Widya.
Ibrahim, Muslim, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya. Universitas Negeri Surabaya. University Press.
Ismail. 2002. Model-Model Pembelajaran. Jakarta. Depdiknas.
Kagan. 1993. Cooperative Learning Structure, Numbered Heads Together.
[Online]. Tersedia:
http://Alt.Red/clnerwork/numbered. htm. [5 desember 2010].
Nasution. 1999. Kurikulum dan Pengajaran, Jakarta: Bumi Aksara, cet-ke-3.
Rusyan, Tabrani. 1994. Pendekatan dalam Proses Belajar-Mengajar. Bandung. Remaja Jaya.
Sudjana, Nana. 2002. Penilaian Hasil Proses belajar Mangajar.Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Yamin. 2007. Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta: Gaung
Persada Press.
Sardiman. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar – Mengajar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Oemar Hamalik. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran.