• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah PAI Puasa Sunnah 6 Hari Bulan Sy

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah PAI Puasa Sunnah 6 Hari Bulan Sy"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Makalah Tugas Pendidikan Agama Islam

Tradisi Syawalan Pasca Idul Fitri yang Berada di Masyarakat Jawa

(2)

Daftar Isi

1. Kata Pengantar ………3 2.

3. Pembahasan ……….6 4. Penutup……….9 5. Daftar Pustaka ………10

(3)

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Tradisi Syawalan Pasca Idul Fitri yang Berada di Masyarakat Jawa”. Makalah ini berisikan tentang informasi Budaya yang terjadi pasca Idul Fitri atau yang lebih khususnya budaya Syawalan .

Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua dengan baik. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

(4)

Bab 1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Bulan Ramadhan, bulan yang dijalani umat muslim setiap hari diawali dengan sahur sebelum waktu subuh, lalu berpuasa, dan diakhiri pada waktu maghrib dengan berbuka puasa. Selama 30 hari, umat Muslim menjalaninya. Di akhir bulan, umat muslim merayakan Idul Fitri dengan melaksanakan sholat Ied. Waktu yang ada beberapa hari setelah Sholat Ied ini, disebut Lebaran. Lebaran merupakan waktu dimana masyarakat Islam Jawa melakukan pulang kampung, bertemu, berkumpul lagi bersama keluarga mereka.Banyak dari masyarakat jawa yang pergi keluar dari kampung mereka untuk mencari nafkah, mencari pekerjaan yang layak dan berpenghasilan besar. Pada saat Lebaran, semua masyarakat akan berkumpul kembali bersama keluarga mereka, dan bisa bersilaturahmi.

Kesibukan masyarakat yang merayakan Lebaran boleh berlalu. Namun, tradisi Syawalan yang datang setiap tujuh hari setelah hari raya Idul Fitri masih mejadi hari yang istimewa bagi sebagian masyarakat Jawa Tengah (Jateng). Ada yang menyebut Syawalan ini dengan Lebaran Ketupat. Pasalnya, banyak masyarakat yang menandai datangnya hari istimewa ini dengan memotong ketupat. Tak kalah hiruk pikuknya dengan Lebaran, perayaan Syawalan juga dijadikan sebagai wahana rekreasi keluarga.Istilah syawalan atau sering disebut halal bihalal, memang berasal dari bahasa Arab. Uniknya, istilah itu tidak dikenal oleh masyarakat Arab, karena memang tidak terdapat dalam tradisi dan kebudayaan mereka. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, syawalan memiliki arti “acara maaf-memaafkan” pada hari Lebaran. Sementara, istilah halal bihalal merupakan kata majemuk yang terdiri atas pengulangan kata bahasa Arab halal (baik atau diperbolehkan) yang diapit satu kata penghubung ba.

Syawalan sendiri merupakan tradisi hasil akulturasi budaya Islam dengan budaya Jawa. Saat syawalan, kita saling memaaf maafkan satu sama lain, dengan dilanjutkan dengan berbagi makan, dan sesekali, dengan tradisi sungkeman. Kata syawalan sendiri muncul karena tradisi ini dilakukan pada 7 hari pertama atau minggu pertama pada bulan Syawal di Kalender Islam, dengan tambahan –an, Syawalan dapat diterjemahkan secara kasar yang berarti “Melakukan Syawal”.

(5)

1.2 Rumusan Masalah

a. Bagaimana budaya syawalan ini tetap bertahan melewati zaman sampai sekarang? b. Dimana saja kah terjadinya budaya Syawalan?

c. Bagaimana awal asal usul budaya Syawalan?

d. Masyarakat mana yang melaksanakan budaya Syawalan? e. Apa perbedaan budaya Syawalan dan Silaturahmi?

1.3 Tujuan Penelitian

a. Memahami factor factor yang mempengaruhi bertahannya tradisi Syawalan hingga sekarang

b. Mengetahui asal mula tradisi Syawalan di pulau Jawa khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta

(6)

Bab 2. Pembahasan

2.1 Isi

Budaya syawalan ini berada di beberapa daerah di Pulau Jawa, khususnya daerah daerah di Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, dan sekitarnya. Tetapi terdapat 3 daerah yang terkenal dengan tradisi Syawalannya, yaitu Daerah Istimewa Yogyakarta, Pekalongan, dan Kendal. Asal mula Syawalan ini berbeda beda menurut daerah daerahnya sendiri, seperti di Pekalongan Tradisi ini terkenal dengan pemotongan “Lopis Raksasa” di kelurahan Krapyak Kidul dan Krapyak Lor kecamatan Pekalongan Utara. Masyarakat Krapyak dan sekitarnya merupakan masyarakat yang taat beragama dan memegang kultur kebermasyarakatan yang baik. Salah satu tradisi yang hingga sekarang ini dipelihara dengan baik adalah tradisi “Syawalan Krapyak”. Tradisi syawalan dilaksanakan seminggu setelah lebaran yang diawali dengan pemotongan lopis raksasa. Di Kendal, upacara syawalan ini seperti yang disebutkan oleh Koentjaraningrat dalam Kebudayaan Jawa (1984: 328) yaitu bahwa salah satu tradisi dan budaya Islam Jawa yang masih hidup adalah adanya penghormatan kepada makam-makam orang suci, baik ulama atau kyai. Jika kaum santri datang ke makam untuk mendoakan orang yang telah meninggal agar diampuni dosanya oleh Allah SWT, maka kaum Islam abangan yang berada di Kendal mendatangi makam sebagai tempat Pepundhen. Yaitu menjadikan makam sebagai sesembahan, yang dipui-puji, diberi sesaji, dan dimintai pertolongan.

Tetapi apa yang di fokuskan di makalah ini, apa yang dibahas adalah bagaimana prosesi syawalan ini terjadi di kota jogja, mulai dari asal mulanya, masyarakat dari mana saja yang melakukannya, bagaimana prosesnya sehingga masih bisa bertahan melewati perubahan zaman yang sangat pesat ini, dan mengapa prosesi syawalan ini masih di lakukan oleh beberapa jenis masyarakat di kota jogja.

Siapa yang mula-mula mengenalkan tradisi syawalan, belum diketahui secara pasti. Menurut Ibnu Djarir (2007), tradisi syawalan dirintis oleh KGPAA Mangkunegara I, yang terkenal dengan sebutan Pangeran Sambernyawa. Dalam rangka menghemat waktu, tenaga, pikiran, dan biaya, maka setelah salat Idul Fitri diadakan pertemuan antara Raja dengan para punggawa dan prajurit secara serentak di balai istana. Semua punggawa dan prajurit, dengan tertib dan teratur melakukan sungkem kepada raja dan permaisuri. Tradisi sungkem yang merupakan inti kegiatan syawalan, mengalami perluasan seiring dengan perkembangan zaman. Sungkeman saat ini dilakukan kepada semua orang tua. Makna sungkeman itu,

(7)

sejatinya sangat mulia dan terpuji. Sebagai lambang penghormatan kepada yang lebih tua, dan permohonan maaf.

Di Jogjakarta sendiri, budaya syawalan masih bertahan melewati kerasnya perubahan zaman, sampai sekarang. Keraton maupun Pakualaman, keduanya masih tetap melaksanakan budaya syawalan keluarga besar tepat setelah sholat Ied dilaksanakan. Biasanya, syawalan dilakukan di Pendopo Besar/ Joglo Besar kerajaan. Prosesi syawalan ini dilaksanakan oleh kelaurga besar Keraton maupun Pakualaman, meskipun dilaksanakan sendiri sendiri di tempat Raja masing masing.

Contohnya, masyarakat yang merupakan keturunan Kerajaan Pakualaman, masih tetap melakukan tradisi Syawalan ini setiap tahun tepat setelah Sholat Ied berlangsung. Proses Syawalan ini biasanya diadakan di Puro Pakualam, tepatnya di Pendopo Utama nya. Proses Syawalan ini diawali dengan duduk bersama di pendopo utama, sambil menunggu datangnya Sang Pakualam, para kerabat/tamu diberi makanan dan minuman ringan. Setelah Pakualam memasuki ruangan pendopo, semua orang diharapkan berdiri lalu memberikan hormat dengan cara membungkuk kepada Sang Pakualam. Setelah Pakualam memasuki ruangan dan selesai penghormatan, para kerabat diberi makanan utama, dan saat makanan utama disajikan biasanya terdapat beberapa pertunjukan sekaligus penghormatan kepada Sang Pakualam, seperti Tari Jawa, adanya Tumpeng besar yang dibawakan oleh Prajurit Pakualam dipimpin oleh Pangeran, turunan pertama dari generasi terakhir, dan beberapa pertunjukan lain. Setelah pertunjukan selesai, masuklah pada acara utama yaitu syawalan, berjabat tangan dan dengan maksud bermaaf maafan. Diawali dengan berbaris dengan rapi, pelan pelan mengikuti alur dan berjabat tangan satu satu dengan Sang Pakualam dan keluarga inti dari Pakualam, dengan bermaafan, sekaligus mengakhiri proses Syawalan ini.

(8)

Mungkin karena budaya syawalan ini lebih mengarah kepada “Jawa” daripada “Islam”. Seperti yang tadi saya sebutkan, di Arab sendiri tidak ada budaya seperti ini, jadi jelas bahwa syawalan ini hanya ada di Indonesia, dan khususnya di Jawa.

Apa perbedaan Antara syawalan dan silaturahmi? Syawalan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Syawalan memiliki arti “Acara Maaf-memaafkan” pada hari Lebaran. Sementara, istilah halal bihalal merupakan kata majemuk yang terdiri atas pengulangan kata bahasa Arab halal (baik atau diperbolehkan) yang diapit satu kata peng-hubung ba (Quraish Shihab, 1992). Sedangkan silaturahmi sendiri memiliki arti (shilah ar-rahim dibentuk dari kata shilah dan ar-rahim. Kata shilah berasal dari washala-yashilu-wasl(an)wa shilat(an), artinya adalah hubungan. Adapun ar-rahim atau ar-rahm, jamaknya arhâm, yakni rahim atau kerabat. Asalnya dari ar-rahmah (kasih sayang); ia digunakan untuk menyebut rahim atau kerabat karena orang-orang saling berkasih sayang, karena hubungan rahim atau kekerabatan itu. Di dalam al-Quran, kata al-arhâm terdapat dalam tujuh ayat, semuanya bermakna rahim atau kerabat. Dengan demikian, secara bahasa shilah ar-rahim (silaturahmi) artinya adalah hubungan kekerabatan.

Dari sini dapat kita artikan bahwa Syawalan berarti meminta maaf, memaafkan, dan bermaaf maafan dengan kerabat, dengan maksud berdamai dan tetap membawa keselarasan. Sedangkan silaturahmi itu proses mengenal lebih dalam lingkungan social keluarga. Silaturahmi mempererat tali persaudaraaan Antara individu satu dengan individu lain di dalam lingkungan keluarga, mendekatkan kekerabatan.

(9)

Bab 3. Penutup

3.1 Kesimpulan

Budaya syawalan ini masih bertahan sampai sekarang berdasarkan beberapa bahasan yang saya kemukakan sebelumnya. Budaya yang rumit ini mengikuti perubahan zaman sehingga pada zaman ini budaya Syawalan lebih simple dan tidak rumit. Hanya hal hal penting saja yang dilakukan dalam syawalan, yaitu berjabat tangan, bermaaf maafan dengan maksud damai kepada satu sama lain. Meskipun begitu, masih banyak juga beberapa golongan masyarakat yang melakukan proses Syawalan dengan rumit, tertata, dan berisi beberapa ritual wajib, seperti golongan keluarga kerajaan.

Meskipun asal usul budaya Syawalan ini berbeda beda tergantung di mana tempat terjadinya, tetapi pada dasarnya apa makna dari budaya Syawalan ini tetap sama, yaitu meminta maaf dan memaafkan dengan maksud berdamai. Perbedaan ini lah yang menjadi bukti bahwa perbedaan akulturasi geografis pun mempengaruhi tradisi Syawalan ini seiring berjalannya waktu. Masyarakat yang menjalankan pun mulai menyebar tidak hanya yang ber agama islam, tidak hanya yang etnis Jawa yang melakukan syawalan, tetapi hampir semua masyarakat di Indonesia melakukannya setelah melaksanakan ibadah sholat Ied.

(10)

Daftar Pustaka

1. https://sites.google.com/site/sauputra/makna-dan-arti-silaturahmi 2. http://rismadabtp.blogspot.co.id/2011/09/judul.html

3. http://sorotjogja.com/category/humaniora/budaya/page/5/

4. http://tradisionalseni.blogspot.co.id/2012/09/makna-tradisi-syawalan.html

5. https://mazguru.wordpress.com/2009/01/25/kesalehan-kultural-tradisi-syawalan-di-jogjakarta-pekalongan-dan-kendal/

Referensi

Dokumen terkait

Telah dilakukan evaluasi potensi sebagai larvasida terhadap ekstrak air dan etanol dari biji jarak pagar (kulit biji dan endosperm biji), serta minyak biji jarak pagar hasil

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Penentu Sektor

Tujuan penelitian ini adalah untuk me- ngetahui mengetahui karakteristik ibu hamil, mengetahui pengetahuan, sikap, dan praktek gizi ibu hamil, menganalisis hubungan tingkat

coli (bakteri gram negatif) karena bakteri ini memiliki struktur dinding sel dengan kandungan lipid rendah (1-4%) dan terdapat banyak pori-pori pada

Masa inkubasi sekitar 6 bulan.Infeksi paska primer terjadi setelah beberapa bulan atau tahunsetelah infeksi primer.Ciri khas TB paska primer adalah kerusakan paru

Dalam hal ini harus diperhatikan guru jangan hanya berperan sebagai transformator, tetapi juga harus berperan sebagai motivator, mendorong peserta didik untuk

1. Siswa menggunakan cerita pada awal pembelajaran. Siswa menemukan strategi dari permasalahan yang diberikan. Siswa menggunakan tangram dalam menyelesaikan LAS dengan benar.