• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ruang Lingkup Subjek Hukum Internasional

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Ruang Lingkup Subjek Hukum Internasional"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

Ruang Lingkup Subjek Hukum Internasional Palang Merah Internasional dalam Hukum Internasional

Disusun Oleh :

Dhanny Saraswati (8111416129)

Zaeda Zulfa (8111416243)

Rombel 05 Hukum Internasional

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2017

(2)

Assalamualaikum Wr.Wb.

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas berkat rahmat dan karunianya. Dalam rangka memenuhi tugas makalah hukum lingkungan oleh Bapak Ridwan Arifin, S.H., LL.M. program studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang, sehingga makalah yang berjudul “Ruang Lingkup Subjek Hukum Internasional Palang Merah Internasional dalam Hukum Internasional” ini dapat terselesaikan. Kami selaku tim penyusun makalah ingin menyajikan studi kasus, putusan dan aspek Ruang Lingkup Subjek Hukum Internasional dalam Hukum Internasional. Dalam pembahasan makalah ini meliputi sejarah berdirinya Palang Merah Internasional, Ruang Lingkup kerja dari Palang Merah Internasional itu sendiri dan Peran serta Palang Merah Internasional dalam menangani permasalahan-permasalahan kemanusiaan yang terjadi di beragam negara.

Makalah ini disajiakan mulai dari Bab I Pendahuluan yang meliputi: Latar Belakang, Rumusan Masalah, dan Metode Penulisan. Bab II menguraikan tentang Sub Pembahasan I, II dan III, Bab III mengememukakan tentang kesimpulan dan daftar isi.

Kami selaku tim penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, dengan kata lain masih banyak kekurangan data baik dari segi data yang diperoleh dari berbagai sumber yang sudah tidak relevan lagi maupun dari tata cara dan tata bahasa penyusunan buku ini. Untuk itu dengan segala kerendahan hati kami mengundang kepada para pembaca untuk menyampaikan kritik dan saran kepada kami agar kiranya makalah ini menjadi lebih baik dan berkualitas. Demikian harapan kami, semoga makalah ini dapat memberikan sumbanga pemkiran kepada para pemuda.

Semarang, 13 Oktober 2017

(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL...1

KATA PENGANTAR...2

DAFTAR ISI...3

BAB 1 PENDAHULUAN...4

1.1.Latar Belakang...4

1.2.Rumusan Masalah...5

1.3. Metode Penulisan...6

BAB II PEMBAHASAN...8

2.1.Rumusan Masalah Pertama...8

2.2.Rumusan Masalah Kedua...9

2.3. Rumusan Masalah Ketiga...13

BAB III KESIMPULAN...16

(4)

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang

Seperti telah dikatakan walaupun kenyataan menunjukkan bahwa negara merupakan subjek hukum Internasional yang terutama, negara dewasa ini tidak merupakan satu-satunya subjek Hukum Internasional. Keadaan ini tidak lain disebabkan oleh berbagai perubahan yang telah terjadi dalam masyarakat Internasional dari abad ke abad yang merupakan pencerminan masyarakat Internasional dewasa ini. Anggapan bahwa negara adalah satu-satunya subjek hukum Internasional merupakan suatu anggapan yang wajar sekali dalam keadaan bahwa hubungan antar negara identik dengan hubungan internasional. Istilah hukum antarnegara yang hingga kini kadang-kadang masih dipergunakan orang, merupakan bukti bahwa anggapan ini masih ada penganutnya. Seperti juga persoalan hukum internasional lain yang telah kita bicarakan sebelumnya, persoalan ini bisa kita tinjau secara teoritis, tetapi bisa pula kita tinjau secara praktis. Secara teoritis dapat dikemukakan bahwa subjek hukum sebenaranya, hanyalah negara. Dan, pada dasarnya negara adalah subjek hukum yang paling utama, terpenting dan memiliki kewenangan terbesar sebagai subjek hukum Internasional1Perjanjian internasional seperti misalnya Konvensi-Konvensi Palang Merah Tahun 1949 memberikan hak dan kewajiban tertentu2. Hak dan kewajiban itu diberikan konvensi secara tidak langsung kepada orang perorangan (individu) melalui negara-(nya) yang menjadi peserta konvensi itu. Melalui konstruksi demikian, banyak keadaan atau peristiwa individu menjadi subjek hukum Internasional berdasarkan suatu konvensi dapat dikembalikan pada negara-(nya) yang menjadi peserta konvensi demikian ialah Covention on the Settlement of Investment Disputes between States and Natinals of Other States and The European Covention on Human Rights. Pendirian yang mengatakan bahwa perjanjian Internasional hanya berlaku dalam wilayah suatu negara yang menjadi pesertannya setelah

1Sefriani, 2009, Hukum Internasional Suatu Pengantar, Rajawali Pers, Jakarta, Hlm. 103.

(5)
(6)

ICRC (International Committee on The Red Cross)merupakan organisasi non pemerintah yang anggotannya palang merah-palang merah Nasional negara-negara dan berkedudukan di Swiss. Kedudukan Non Government Organization ini sebagai subjek hukum internasional tidak lepas dari perannya yang besar dalam memberikan pertolongan pada korban perang khususnya di Perang Dunia I dan II. Di samping itu, Non Government Organization ini memberi kontribusi yang besar pada pembentukan Konvensi-Konvensi 1949 yang mengatur tentang hukum perang atau hukum humaniter internasional4 Meskipun mendapat status sebagai subjek hukum internasional, tetapi dalam ruang lingkup yang sangat terbatas. ICRC hanya bergerak di bidang kemanusiaan, memberikan perlindungan terhadap korban perang baik skala domestik maupun internasional. Rumusan masalah dalam makalah ini akan membahas tentang Ruang Lingkup Subjek Hukum Internasional Palang Merah Internasional dalam Hukum Internasional.

B.Rumusan Masalah

1.Bagaimanakah sejarah keberadaan Palang Merah Internasional?

2.Apa sajakah ruang lingkup Subjek Hukum Palang Merah Internasional dalam Hukum Internasional?

3.Bagaimanakah peran serta Palang Merah Internasional dalam menangani permasalahan di suatu negara?

C.Metode Penulisan

(7)

memanfaatkan sumber perpustakaan untuk memperoleh data penelitiannya. Tegasnya riset pustaka membatasi kegiatannya hanya pada bahan-bahan koleksi perpustakaan saja tanpa melakukan riset lapangan. Riset pustaka tidak hanya sekedar urusan membaca dan mencatat literatur atau buku sebanyak-banyaknya sebagaimana yang sering dipahami banyak orang selama ini. Apa yang disebut riset pustaka atau sering juga disebut studi pustaka,ialah rangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian.

Gambar 1. Gambaran Umum Metode Library Research

(8)

masyarakat. Ahli kedokteran atau biologi, misalnya, terpaksa melakukan riset pustaka untuk mengetahui sifat dan jenis-jenis virus atau bakteri penyakit yang belum dikenal.Data pustaka tetap andal untuk menjawab persoalan penelitiannya. Bukankah perpustakaan merupakan tambang emas yang sangat kaya untuk riset ilmiyah. Informasi atau data empiric yang telah dikumpulkan orang lain, berupa laporan hasil penelitian atau laporan-laporan resmi, buku-buku yang tersimpan dalam perpustakaan tetap dapat digunakan oleh periset kepustakaan. Studi kepustakaan merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari suatu penelitian. Teori-teori yang mendasari masalah dan bidang yang akan diteliti dapat ditemukan dengan melakukan studi kepustakaan. Selain itu seorang peneliti dapat memperoleh informasi tentang penelitian-penelitian sejenis atau yang ada kaitannya dengan penelitiannya. Dan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Dengan melakukan studi kepustakaan peneliti dapat memanfaatkan semua informasi dan pemikiran-pemikiran yang relevan dengan penelitiannya.Seorang peneliti hendaknya mengenal atau tidak merasa asing dilingkungan perpustakaan sebab dengan mengenal situasi perpustakaan, peneliti akan dengan mudah menemukan apa yang diperlukan. Untuk mendapatkan informasi yang diperlukan peneliti mengetahui sumber-sumber informasi tersebut, misalnya kartu katalog, referensi umum dan khusus, buku-buku pedoman, buku petunjuk, laporan-laporan penelitian, tesis, disertasi, jurnal, ensiklopedi, dan bahan-bahan khusus lain. Dengan demikian peneliti akan memperoleh informasi dan sumber yang tepat dalam waktu yang singkat dan mempermudah penyusunan karya tulis.

Metode kepustakaan akan sangat berguna karena dapat menampung banyak sumber literasi.

BAB II PEMBAHASAN

A.Sejarah Keberadaan Palang Merah Internasional

(9)

gangguan dalam negeri baik sipil maupun militer dengan prinsip ketidakberpihakan (impartiality), kenetralan (neutrality), kemandirian (independence) sebagai pedoman dalam implementasi gerakan5 Saat sebuah wilayah dari suatu negara berdaulat dinyatakan tidak ada korban dari konflik bersenjata maka ICRC mem-perluas misi gerakan dengan memberikan bantuan kepada korban kekerasan yang disebabkan oleh situasi yang lain.Misi itu diselaras-kan dengan perkembangan dunia dan kebutuhan para korban dalam situasi dan kondisi yang semakin rentan akibat kekerasan yang semakin variatif. Penerapan prinsip kemanusian ICRC yang konsisten, membangun kepercayaan dengan pihak berwenang terkait dan melaksanakan kegiatan secara profesional sehingga banyak negara yang menerima ICRC dengan melanjutkan dan memperluas kegiatannya di luar fase-fase krisis akut. Aktifitas ICRC adalah mengunjugi tawanan perang dan tahanan sipil; mencari orang hilang; me-nyampaikan berita antara anggota keluarga yang terpisah karena konflik; mem-pertemukan kembali keluarga yang terpisah; memberikan makanan, air, dan bantuan medis kepada orang sipil yang tak punya akses kebutuhan dasar tersebut; menyebarluaskan pengetahuan tentang Hukum Humanitarian Internasional (HHI); memantau kepatuhan terhadap HHI; dan mengarahkan perhatian kepada kasus-kasus pelanggaran HHI dan membantu pengembangan HHI. Pembentukan Perhipunan Nasional Palang Merah atau Bulan Sabit Merah di setiap negara merupaan tanggung jawab tambahan untuk mengupayakan perkembang-an mitranya di level nasional. Keberadaan perhimpunan nasional memberi manfaat ICRC yaitu dapat memobilisir jaringan kemanusiaan skala dunia sesuai dengan prinsip kemanusiaan universal. Perkembangan ICRC di seluruh dunia, tidak dapat dilepaskan dari Henry Dunant (1828-1910). Perkembangan ICRC di seluruh dunia, tidak dapat dilepaskan dari Henry Dunant (1828-1910). Gagasan pembentukan ICRC berawal dari keprihatinan Henry Dunant yang menyaksikan kejadian korban perang di Solferino (nama dari satu kota di dataran rendah Propinsi Lambordi, paling utara Italia, kurang lebih 9 Km di selatan Danau Garda) pada tanggal 24 Juni 1859 antara Perancis dan Austria memperebutkan wilayah Sardinia sehingga diperkirakan sebanyak 40.000 korban tewas dan terluka. Perancis membantu

(10)

Sardinia dengan sejumlah konsesi, yaitu wilayah Savoya dan Nizza diserahkan ke Perancis sesuai dengan Perjanjian Rahasia di Flombieres. Perang ini berakhir dengan perdamaian di Zurich tahun 1859 dengan ketentuan Napoleon III menerima Lombard dari Austria yang langsung diserahkan kepada Sardinia oleh Napoleon sedangkan Savoya dan Nizza di serahkan oleh Sardinia kepada Perancis. Dunant sebagai pebisnis dan berperan sebagai pelayan umat menyaksikan kejadian itu meminta bantuan masyarakat setempat untuk membantu merawat korban dari kedua belah pihak yang harus diberi perawatan yang setara. Pengalaman terhadap kejadian itu di dokumentasikan oleh Dunant dalam buku dengan judul Un Souvenir De Solferino atau dalam edisi Inggrisnya A Memory of Solferino yang isinya merupakan implementasi gagasan pada masa damai, yaitu pentingnya mendirikan perhimpunan-perhimpunan bantuan kemanusiaan yang memiliki juru rawat yang siap untuk merawat korban luka pada waktu terjadi perang dan para relawan yang bertugas membantu dinas medis, angkatan bersenjata, dan perhimpunan itu diberi pengakuan dan perlindungan melalui sebuah perjanjian internasional. Gagasan itu berkembang luas dan mendapatkan simpati publik. Gustave Moynier, seorang pengacara dan Ketua dari The Geneva Public Welfare Society (GPWS) atau Perhimpunan Jenewa untuk Kesejahteraan Masyarakat menyatakan tertarik dan berniat untuk mengimplementasi-kannya serta meminta Dunant untuk me-nyatakan gagasannya di pertemuan GPWS pada tanggal 9 Februari 1863 di Gedung Cacino Saint-Pierre. Ternyata 160 dari 180 anggota GPWS yang hadir itu mendukung Dunant dan disepakati dukungan itu dalam suatu kegiatan yang dinamakan Proyek Mounier-Dunant. Proyek itu dibentuk pengurus terdiri atas Gustave Moynier (Ketua GPWS), dr. Louis Appia, dr. Theodore Maunoir, Jenderal Guillame-Henri Dufour (ketiganya Anggota GPWS). Dunant tidak dilibatkan dalam proyek tersebut karena bukan anggota GPWS.

B. Ruang lingkup Subjek Hukum Palang Merah Internasional dalam Hukum Internasional

(11)

kemampuan untuk menjadi pendukung hak dan kewajiban berdasarkan Hukum Internasional. Munculnya organisasi –organisasi Internasional baik yang bersifat bilateral, regional maupun multilateral dengan berbagai kepentingan dan latar belakang yang mendasari pada akhirnya mampu untuk dianggap sebagai subjek hukum internasional. 7Menurut I Wayan Parthiana subjek hukum pada umumnya diartikan sebagai pemegang hak dan kewajiban menurut hukum. 8Sedangkan menurut Mochtar Kusumaatmadja pengertian subjek hukum internasional adalah:

a. Pemegang segala hak dan kewajiban menurut hukum internasional. subjek hukum semacam ini disebut subjek hukum internasional penuh, misalnya negara.

b. Mencakup pula keadaan-keadaan dimana yang dimilikinya itu hanya hakhak dan kewajiban-kewajiban terbatas, misalnya kewenangan untuk mengadakan penuntutan hak yang diberikan oleh hukum internasional di muka pengadilan berdasarkan suatu konvensi, misalnya individu.

c. Subyek hukum internasional memperoleh kedudukan berdasarkan hukum kebiasaan internasional karena perkembangan sejarah

Dengan kemampuan sebagai pemegang hak dan kewajiban tersebut, berarti adanya kemampuan untuk mengadakan hubungan hukum yang melahirkan hak –hak dan kewajiban. Secara umum yang dipandang sebagai subjek hukum adalah:

1. Individu atau orang perorangan atau disebut pribadi alam dan

2. Badan atau lembaga yang sengaja didirikan untuk suatu maksud dan tujuan tertentu yang karena sifat, ciri, dan coraknya yang sedemikian rupa dipandang mampu berkedudukan sebagai subjek hukum.

Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa subjek hukum menurut hukum internasional adalah pemegang atau pendukung hak dan kewajiban menurut hukum internasional adalah Subjek Hukum Internasional.

Ada beberapa subjek Hukum Internasional yaitu: 1. Negara

7I Wayan Parthiana, Pengantar Hukum Internasional, Penerbit Mandar Maju, Bandung, 1990, hal. 58.

(12)

Negara sebagai subyek utama hukum internasional terbentuk dari unsur-unsur konstitutif : penduduk yang tetap, wilayah tertentu, pemerintah dan kedaulatan9

2. Tahta Suci (vatikan) 3. Palang Merah Indonesia 4. Organisasi Internasional

Palang Merah Internasional sebagai subjek hukum merupakan organisasi dalam ruang lingkup nasional yaitu Swiss yang didirikan oleh lima orang berkewarganegaraan Swiss, yang dipimpin oleh Hendry Dunat dan bergerak dibidang kemanusiaan. Kegiatan kemanusiaan yang dilakukan oleh Palang Merah Internasional mendapatkan simpati dan meluas dibanyak negara, yang kemudian membentuk palang Merah Nasional di masing –masing wilayahnya. Palang Merah Nasional dari negara –negara itu kemudian dihimpun menjadi Palang Merah Internasional (International Commite of the Red Cross/ICRC).

Palang Merah Internasional yang berkedudukan di Jenewa mempunyai tempat tersendiri dalam sejarah hukum internasional. Organisasi ini sebagai suatu subjek hukum lahir karena sejarah walaupun kemudian kedudukannya diperkuat dalam perjanjian dan kemudian konvensi – konvensi Palang Merah (sekarang Konvensi Jenewa tahun 1949 tentang perlindungan korban perang). Palang Merah Internasional secara umum diakui sebagai organisasi internasional yang memiliki kedudukan sebagai subjek hkum internasional walaupun dengan ruang yang sangat terbatas. kedudukan sebagai subjek hukum internasional walaupun dengan ruang lingkup yang sangat terbatas.Sedangkan Bowett tampaknya menolak anggapan bahwa ICRC termasuk organisasi internasional. Hal ini terlihat dari pendapat beliau yang menggolongkan ICRC sebagai private international union, sedangkan yang dianggap awal perkembangan organisasi internasional menurut beliau adalah public international union. Sepanjang sebagian besar sejarahnya, Komite Palang Merah Internasional (ICRC) secara khusus menahan diri untuk tidak menerapkan undang-undang hak asasi manusia internasional, karena alasan politisasi yang diajukan oleh undang-undang ini10 Namun, karakter konflik

9 Marlina, “Perlindungan Hak Buruh Migram Oleh Negara Dalam Kedudukannya Sebagai Subjek Hukum Internasional”, Jurnal Pandecta, Vol.8 No.2, Juli 2013, hlm 182-195.

10 Sergey Sarapin, “The International Committee of the Red Cross and International Human Rights Law ”, Oxford Journal Of Human Rights Law Review, Vol.9 No.1, Januari 2009,

(13)

bersenjata yang berubah dan situasi kekerasan lainnya dimana ICRC saat ini beroperasi telah mendorongnya untuk menetapkan kerangka kerja untuk memanfaatkan secara terbatas hak asasi manusia yang dipilih dan yang berlaku, untuk tujuan memperkuat perlindungan dan bantuan yang diberikannya. Artikel ini membahas bagaimana ICRC dapat menggunakan hak asasi manusia dengan cara ini selama konflik bersenjata, melalui prisma hukum humaniter internasional, serta persyaratan untuk doa mereka sesuai dengan doktrin ICRC yang relevan.

Dalam Pasal 1 Statuta ICRC disebutkan bahwa ICRC adalah “an independent humanitarian organization”. Selain itu, Oppenheim, Goodspeed, dan umumnya pendapat para sarjana lain yang secara tegas menyatakan bahwa keanggotaan organisasi internasional adalah negara-negara, tentunya akan menolak untuk menggolongkan ICRC terdiri dari individu, walaupun memang harus diakui bahwa ICRC memenuhi sebagian besar kriteria sebagai suatu organisasi internasional, misalnya :

a.Memiliki organisasi yang tetap untuk menjalankan fungsi-fungsinya, berupa organ-organ khusus yang akan menjalankan fungsi ICRC sebagaimana tercantum dalam Statuta ICRC, Statuta Gerakan, dan Konvensi Jenewa.

b.Memiliki instrument dasar berupa Statuta ICRC yang diadopsi tanggal 21 Juni 1973, dimana di dalamnya dicantumkan struktur organisasi ICRC (pasal 8-10), metode operasi berupa “Rules of Procedur” (pasal 13), baik untuk ICRC sendiri maupun dalam kapasitasnya sebagai bagian dari Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional.

c.Memiliki lembaga konsultatif berupa Konferensi Internasional Palang Merah yang diadakan setiap 4 tahun sekali. Pada konferensi ini dihasilkan berbagai resolusi yang akan menjadi pedoman kerja bagi seluruh unsure Gerakan. Konferensi ini dihadiri oleh ICRC, Federasi, Perhimpunan Nasional, serta negara-negara penandatanganan Konvensi Jenewa. Selain itu ada pula lembaga Council of Delegates yang terdiri dari wakil-wakil ICRC, Federasi dan Perhimpunan Nasional yang bertemu 2 tahun sekali untuk memberikan pendapat atas kebijakan dan masalah umum bagi semua unsur Gerakan.

(14)

Merah Internasional pada dasarnya juga memiliki runag lingkup atau cakupan dalam menjalankan kegiatannya, ruang lingkup tersebut terangkum dalam prinsip-prinsip dasar Palang Merah. Prinsip dasar Palang Merah dikenal dengan 7 Prinsip Palang Merah yang disahkan di Wina ( Austria ) oleh Konferensi

International Palang Merah dan Bulan Sabit Merah XX tahun 1965. Terdiri atas : 1) Kemanusiaan ( Humanity )

Bahwa gerakan Palang Merah dan Bulan sabit Merah didirikan berdasarkan keinginan untuk memberikan pertolongan tanpa membedakan korban dalam pertempuran, berusaha mencegah dan mengatasi penderitaan sesama manusia.

2) Kesamaan ( Importiality )

Bahwa gerakan ini tidak membedakan bangsa, suku, agama dan politik, tujuannya semata-mata untuk mengurangi penderitaan manusia sesuai dengan kebutuhannya dan mendahulukan yang paling parah.

3) Kenetralan ( Neutrality )

Bahwa gerakan ini tidak boleh memihak atau melibatkan diri dalam pertentangan Politik, agama, suku, atau ideologi agar senantiasa mendapat kepercayaan dari semua pihak.

4) Kemandirian ( Independence )

Bahwa gerakan ini bersifat mandiri, tugasnya membantu pemerintah dalam bidang kemanusiaan, harus mentaati peraturan negaranya dan harus menjaga otonomi negaranya sehingga dapat bertindak sesuai dengan prinsip pelang merah.

5) Kesukarelaan ( Voluntari Service )

Gerakan ini memberi bantuan secara sukarela bukan keinginan mencari keuntungan.

6) Kesatuan ( Unity )

Gerakan ini dalam suatu negara hanya terdapat satu perhimpunan palng merah atau bulan sabit merah yang terbuka untuk semua orang dan melaksanakan tugas kemanusiaan di seluruh wilayah.

7) Kesemestaan ( Universality )

(15)

C. Peran serta Palang Merah Internasional dalam menangani permasalahan di suatu negara?

Untuk memaparkan Peran Serta Palang Merah Internasional dalam membantu menangani permaslahan keamanusiaan yang terjadi di suatu negara, makalah ini akan memberikan dari contoh penelusuran yang telah ada dalam penelitian berjudul “Peran International Of The Red Cross (ICRC) Dalam Mengatasi Masalah Kemanusiaan di Aceh Tahun 2004-2006”. Khusus dalam pemaparan ini memfokuskan mengenai peran sebuah organisasi non-permerintah dalam mengatasi masalah kemanusiaan pada situasi konflik bersenjata dan bencana alam, organisasi yang dimaksud adalah palang merah internasional atau yang disebut dengan International Committee of The Red Cross (ICRC). Organisasi ini berbasis di Jenewa Swiss pada tanggal 24 Juni 1863 yang didirikan oleh Henry Dunant dan awalnya bernama ―Komisi Lima‖ dengan empat tokoh terkemuka lainnya dari keluarga terkenal Geneva, sebagai sebuah komisi penyelidikan dari Masyarakat Jenewa untuk kesejahteraan masyarakat.2Misi resmi ICRC adalah sebagai organisasi kemanusiaan yang tidak memihak, netral dan mandiri yang misinya semata-mata bersifat kemanusiaan yaitu untuk melindungi kehidupan dan martabat para korban konflik bersenjata, perang, dan situasi-situasi kekerasan lain dan memberikan mereka pertolongan dan bantuan. ICRC melaksanakan tugas yang bersumber pada Konvensi Jenewa 1949 dan Statuta Gerakan, dimana bahwa tugas ICRC adalah:

1. Memantau kepatuhan para pihak yang bertikai pada konvensi Jenewa 2. Mengorganisir perawatan terhadap korban luka di medan perang

3. Mengawasi perlakuan terhadap tawanan perang dan melakukan intervensi yang bersifat konfidensial dengan pihak berwenang yang melakukan perlawanan.

4. Membantu mencarikan orang hilang dalam konflik bersenjata 5. Mengorganisir perlindungan dan perawatan penduduk sipil

6. Bertindak sebagai perantara netral antara pihak yang berperang

(16)

mempunyai misi untuk mempromosikan hukum humaniter internasional11CRC telah menjalankan misinya dilebih dari 80 negara di dunia, tersebar di 27 negara di Afrika, 14 negara di Asia, 27 negara di Eropa dan Amerika, serta 12 negara di Timur Tengah dan Africa Utara. Misi-Misi ICRC mencakup hal hal sebagai berikut ; Memberikan Perlindungan , Kegiatan perlindungan mencakup kunjungan ketempat-tempat penahanan dan pemulihan kembali hubungan keluarga. ICRC tidak membeda-bedakan korban dan konsisten dengan sikap netralnya dengan rutin melakukan kunjungan bagi tahanan-tahanan dan melakukan dialog rahasia dan konstruktif dengan pihak berwenang dan bertanggungjawab mengenai kondisi material dan pengobatan. Memberikan Bantuan, Krisis kemanusiaan sering kali terjadi seiringan dengan krisis-krisis lainnya seperti kelaparan, wabah penyakit, dan kekacauan ekonomi. Sehinggan dalam kondisi ini ICRC siap siaga berusaha menyediakan kebutuhan para korban berupa bantuan makanan dan obat-obatan serta pembuatan penyediaan air atau sarana medis. Bekerjasama dengan Perhimpunan Nasional Negara , ICRC selalu menjalin kerjasama dengan perhimpunan negara manapun tempat beroperasi, tujuannya adalah untuk mempermudah pergerakan dan meningkatkan kemampuan perhimpunan-perhimpunan nasional dalam memenuhi tanggungjawab mereka dalam memberikan pelayanan kemanusian di negaranya masing-masing. Kerjasama yang dilakukan adalah seperti memberikan pelatihan kepada staf kesehatan utama, ahli beda, dan teknisi lainnya. Aceh memang dikaruniai dengan berbagai macam keistimewaan dan kekayaan alam—yang tragisnya juga mengundang pertikaian. Teristimewa adalah posisi geografisnya yang strategis, terletak di persimpangan jalan laut yang ramai, yang menghubungkan Lautan Hindia dan Laut Cina Selatan. Tepat di persimpangan dua budaya besar dunia, India dan China. Potensial sebagai tempat rendezvous bagi para pelayar, sekaligus strategis sebagai sarang perompak untuk menghadang kapal-kapal kaya. Mengingat posisi Aceh yang berada di ujung barat nusantara, negeri ini juga menjadi gerbang pertama yang harus dilalui jamaah haji ketika berangkat ke tanah suci melalui jalur laut. Maka negeri ini pun sempat memiliki julukan yang terkenal sebagai Serambi Mekah. Tsunami merupakan perstiwa bencana alam

(17)
(18)

pengungsi (11’086 Rumah Tangga).500 perlengkapan kebersihan dirakit dan didistribusikan di 90 lokasi penampungan.ICRC memastikan bahwa bantuan yang telah diberikan telah sesuai dengan kebutuhan para pengungsi, seperti pemulihan diri, kebersihan dan peralatan untuk mata pencaharian. Segera setelah tsunami, ICRC menyediakan bahan, logistik dan dukungan keuangan untuk kegiatan PMI. Awalnya, PMI terfokus pada mengevakuasi barang bantuan mati dan mendistribusikan. Komponen lain dari Gerakan juga telah beroperasi di provinsi Aceh sejak tsunami. Ini termasuk Federasi Internasional Palang Merah dan banyak Nasional dan Bulan Sabit Merah.Sampai saat ini, lebih dari 90 proyek yang bertujuan mendukung upaya rehabilitasi dan rekonstruksi PMI telah disetujui dalam Kerangka Koordinasi Gerakan. Beberapa 25 Palang Merah Nasional dan Bulan Sabit Merah serta Federasi Internasional, ICRC dan PMI telah memberikan kontribusi terhadap pelaksanaan program, misalnya, merehabilitasi layanan ambulans PMI; mengatur dukungan psikososial; mengembalikan pasokan air;merekonstruksi rumah, sekolah dan pusat kesehatan; dan merehabilitasi infrastruktur PMI dan meningkatkan kapasitas tanggap darurat.PMI, Federasi dan ICRC telah ditandatangani, atas nama seluruh Gerakan, perjanjian dengan yang baru terbentuk badan pelaksana pemerintah untuk rekonstruksi dan rehabilitasi Aceh dan Nias. Perjanjian tersebut menegaskan komitmen Gerakan untuk memberi masyarakat Aceh dengan nilai $ 600,000,000 'dukungan dalam berbagai sektor. Hal ini dilihat sebagai langkah penting dalam posisi Gerakan sebagai pemain kunci dalam pemulihan dan rehabilitasi tahap operasi tsunami.

BAB III KESIMPULAN

(19)

(IFRC) dan 186 Perhimpunan Nasional. Perhimpunan Nasional di Indonesia bernama Palang Merah Indonesia (PMI). ICRC adalah organisasi tertua dan dihormati dalam Gerakan, dan merupakan salah satu organisasi yang paling banyak diakui di seluruh dunia. Salah satu contoh pengakuan dunia, ICRC telah tiga kali menerima Hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 1917, 1944, dan 1963. Pernyataan misi resmi ICRC berbunyi: Komite Internasional Palang Merah (ICRC) adalah organisasi yang tidak memihak, netral, dan mandiri, yang misinya semata-mata bersifat kemanusiaan, yaitu untuk melindungi kehidupan dan martabat para korban konflik bersenjata dan situasi-situasi kekerasan lain dan memberi mereka bantuan. ICRC mengarahkan dan mengkoordinasi kegiatan bantuan kemanusiaan dan berupaya mempromosikan dan memperkuat hukum humaniter dan prinsip-prinsip kemanusiaan universal. Tugas utama ICRC bersumber pada Konvensi Jenewa dan Statuta Gerakan, dimana dikatakan bahwa tugas ICRC antara lain:

 memantau kepatuhan para pihak yang bertikai kepada Konvensi Jenewa

 mengorganisir perawatan terhadap korban luka di medan perang

 mengawasi perlakuan terhadap tawanan perang (Prisoners of War – POW) dan melakukan intervensi yang bersifat konfidensial dengan pihak berwenang yang melakukan penahanan.

 membantu pencarian orang hilang dalam konflik bersenjata (layanan pencarian)

 mengorganisir perlindungan dan perawatan penduduk sipil bertindak sebagai perantara netral antara para pihak yang berperang

(20)

penghormatan HAM baik dalam kondisi perang, konflik, bencana, maupun dalam kondisi normal. Berbagai tindakan riil yang telah diambil yaitu dengan melakukan berbagai seminar, workshop, diskusi, peluncuran buku, dan berbagai kegiatan kemanusiaan lainnya (operasi katarak, kunjungan ke berbagai tahanan, dan lain-lain) demi memajukan dan menyebarluaskan penghormatan HAM, khususnya dalam Hukum Humaniter Internasional. Kegiatan ICRC tentu saja tidak dapat dilaksanakan tanpa kerja sama dengan berbagai Perhimpunan Nasional, pemerintah, LSM, dan komunitas-komunitas lain. Selain itu, kegiatan ICRC tidak hanya ditujukan ke angkatan bersenjata, tapi juga ke pelajar, bahkan masyarakat umum. Selain bekerja sama dengan pihak berwenang di Indonesia, ICRC juga melakukan berbagai kegiatan lainnya dengan Perhimpunan Nasional Indonesia (dikenal dengan Palang merah Indonesia/PMI). Berbagai bantuan kemanusiaan telah dilakukan dan diberikan oleh ICRC melalui kordinasi dengan PMI. Bantuan kemanusiaan operasi Pembebasan Sandera di Aceh dalam konflik bersama GAM, memberikan bantuan dan pertolongan kepada korban konflik baik secara materi maupun jasa, menjadi mediator yang netral, penanggulangan bencana tsunami di Aceh melalui program yang disebut Restoring Family Links, dan lain-lain juga turut dilaksanakan oleh ICRC bekerja sama dengan PMI. Selain kunjungan ke tahanan, memeriksa kesehatan lingkungan penjara, sanitasi, makanan, dan kesehatan tubuh tahanan. Bantuan lain yang juga diberikan oleh ICRC juga berupa seminar, workshop, diskusi, lomba debat, International Humanitarian Law Moot Court Competition (IHL MCC), dan berbagai kegiatan lainnya untuk mempromosikan HHI baik kepada pasukan TNI, POLRI, mahasiswa, maupun masyarakat umum. Dalam kaitannya untuk melindungi manusia dalam situasi konflik, atau kekerasan bersenjata, misi ICRC ialah untuk memperoleh penghormatan. sepenuhnya terhadap isi dan jiwa HHI. ICRC berupaya untuk: i. Memperkecil bahaya yang mengancam orang-orang dalam situasi semacam itu.

ii. Mencegah dan menghentikan perlakuan semena-mena terhadap mereka. iii. Mengupayakan agar hak-hak mereka diperhatikan dan suara mereka didengar.

(21)

A.Buku

Haryomataram. 2005. Pengantar Hukum Internasional. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

I Wayan Parthiana. 1990. Pengantar Hukum Internasional. Bandung: Penerbit Mandar Maju

Kusumaatmadja,Moctar.2002.Konvensi-Konvensi Palang Merah 1949,Mengenai Perlindungan

Korban Perang. Bandung : Penerbit Alumni.

Kusumaatmadja,Mochtar.2003.Pengantar Hukum Internasional. Bandung:Penerbit Alumni.

Mauna, Boer. 2001. Hukum Internasional; Pengertian, Peranan&Fungsi Dalam Era Dinamika

Global. Bandung : Penerbit Alumni.

May, Rudi T.2001. Hukum Internasional I. Bandung : Refika Aditama.

Sefriani. 2009. Hukum Internasional Suatu Pengantar. Jakarta : Rajawali Pers. B.Jurnal

Abd Latif Bustami. 2014.Palang Merah Di Negeri Bulan Bintang: Sebuah Kajian tentang

Strategi Kebudayaan International Comittee Of The Red Cross (ICRC) di Indonesia.

Malang : Jurnal Sejarah dan Budaya. Vol.1, No.1: 41-53.

Hany Farika. 2015. Peran International Committee Of The Red Cross (ICRC) Dalam Mengatasi

Masalah Kemanusiaan Di Aceh Tahun 2004-2006. Riau : Jurnal FISIP. Vol.2, No.2: 1-7.

Marlina. 2013. Perlindungan Hak Buruh Migran Oleh Negara Dalam Kedudukannya Sebagai

Subjek Hukum Internasional. Semarang : Jurnal Pandecta. Vol.8, No.2: 182-195.

Sergey Sarapin. 2009. The International Committee of The Red Cross and International

Gambar

Gambar 1. Gambaran Umum Metode Library Research

Referensi

Dokumen terkait

Hasil uji t seperti yang terlihat pada tabel 8 berikut menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan dari variabel manajemen risiko terhadap kinerja perbankan.. Hal

Furthermore, the lower market share was mainly due to higher growth from other brands, which showed that domestic 4W market is growing in a positive course during 1H13

Morfem yang bersifat replasif yaitu morfem-morfem berubah bentuk atau berganti bentuk dari morfem asalnya. Perubahan bentuk itu mungkin disebabkan oleh perubahan

Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa secara keseluruhan penelitian penerapan metode pembelajaran Quiz Team pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan siswa

Oleh karena itu dalam rangka kemajuan pendidikandikalangan muslim pada masa kolonial itu harus ditanganioleh orang Islam sendiri yang memiliki kesadaran mengenaipentingnya

Hijab adalah selembar kain yang menutupi aurat rambut wanita dari pandangan yang bukan mukhrimnya, dan pemakaian hijab merupakan salah satu ketentuan yang berlaku dalam

bahwa dalam rangka pemantapan ketahanan pangan, kendala yang dihadapi antara lain adalah terjadinya anomali iklim (bencana alam) dan/atau serangan organisme pengganggu

Adapun tujuan penelitian ini yaitu untuk mendapatkan respon terbaik kontrol PID dengan metode trial and error pada nilai kc,ti, dan td pada alat reaktor CSTR pabrik