• Tidak ada hasil yang ditemukan

Contoh soal dan jawaban persediaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Contoh soal dan jawaban persediaan"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS LAB.AKUNTANSI PAJAK

Aktiva Lancar: Persediaan Barang

Disusun Oleh:

Aiman Ihsanul Akbar

(A0D012010)

Novitasari

(A0D013141)

Ovillyah Rizky

(A0D013147)

Rizka Maulida Dewi

(A0D013165)

Sulhaini Mariatun

(A0D013182)

Yunia Zulaida

(A0D013200)

PROGRAM STUDI D3 PERPAJAKAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MATARAM

(2)

Latihan Soal

BAB 7 Aktiva Lancar: Persediaan Barang

1. Jumlah persediaan perusahaan pada tanggal 31 Desember 1991 adalah sebagai berikut:

(a)Saldo barang dagangan dengan 15% di atas harga perolehan Rp 245.000,00

(b)Barang titipan dengan komisi 24% Rp 4.000,00

(c)Barang yang dititipkan kepada pihak lain dengan keuntungan sebesar 15% Rp 6.000,00

(d)Barang dalam perjalanan dengan biaya transpor Rp 600,00 Rp 5.000,00

Diminta:

Hitung jumlah persediaan menurut fiskal pada akhir tahun.

Jawaban:

Jumlah persediaan tgl 31 desember 1991

(a) Rp 245.000 x (100/115 ) = Rp. 213.043

(b) Barang titipan

(c) Rp 6.000 x (100/115) = Rp. 5.217

(d) Rp 5.000 – Rp. 600 = Rp.4.400

(3)

2. Wajib Pajak XYZ menyajikan data persediaan dalam pembukuannya sebagai berikut:

Tanggal Volume Biaya

01 Januari

Jumlah yang tersedia 5.500 Rp 17.050.000,00

Diminta:

a) Hitung koreksi fiskal jika perusahaan menggunakan metode LIFO untuk menghitung harga pokok penjualannya.

b) Apa pengharuhnya terhadap perhitungan Penghitungan Kena Pajak?

Jawaban:

Koreksi fiskal

a. Metode Lifo

**Saldo awal 2.000 x 2.500 = 5.000.000

Pembelian

6) 1.000 x 3.000 = 3.000.000

14) 500 x 6.100 = 1.550.000

22) 1.000 x 3.500 = 3.500.000

30) 1.000 x 4.000 = 4.000.000 12.050.000

BD siap jual 17.050.000

Persediaan akhir

(4)

500 x 3.000 = 1.500.000 (6.500.000)

Harga pokok penjualan 10.550.000

metode Fifo (menyrut fiscal)

Barang tersedia untuk dijual 17.050.000

Persediaan akhir

100 unit x 4.000 = 4.000.000

1.000unit x 3.500= 3.500.000

500unit x 3.100 = 1.550.000 9.050.000

HPP 8.000.000

** koreksi fiskal positif

10.550.000 – 8.000.000 = 2.550.000

b. Penghasilan kena pajak bertambah, sehingga pph menjadi bertambah juga.

3. Pada tanggal 31 Desember 1991, Wajib Pajak melakukan investarisasi

persediaan yang besarnya adalah Rp 35.600.00,00. dalam pemeriksaan pajak oleh fiskus diketahui kesalahan yang memerlukan koreksi, yaitu:

a) Barang seharga Rp 1.550.000,00 diterima pada tanggal 6 Januari 1992. dari faktur diketahui bahwa barang dikirim berdasarkan frangko pabrik pada tanggal 20 Desember 1991. Barang tersebut tidak dibukukan sebagai persediaan.

b) Faktur pembelian barang seharga Rp 3.000.000,00 yang diterima tanggal 27 Desember 1991, belum diterima barangnya sampai tanggal 5 Januari 1992. Barang tersebut telah dibukukan sebagai persediaan.

c) Barang seharga Rp 8.000.000,00 yang dititipkan dalam suatu pameran pada tanggal 31 Desember 1991 diterima kembali pada tanggal 25 Januari 1992. Barang tersebut tidak dibukukan sebagai persediaan.

(5)

Diminta:

(a) Susunlah daftar persediaan yang benar yang harus disajikan oleh pemeriksa pajak.

(b) Apa pengaruh koreksi ini terhadap Penghasilan Kena Pajak pada tahun 1991?

Jawaban:

a. susunan daftar persediaan

Persediaan awal Rp. 35.600.000

barang yang tidak dibukukan Rp. 1.550.000

Barang belum diterima Rp. (3.000.000)

Barang yang belum dibukukan Rp. 8.000.000

Barang konsinyasi Rp. (3.570.000)

nilai persediaan yang benar Rp. 38.580.000

b. Jika nilai persediaan akhir makin bertambah maka HPP semakin rendah sehingga PKP semakin tinggi.

4. Perusahaan PT SBS mempunyai saldo persediaan pada tanggal 1 Januari 1991 dengan harga Rp 5.000.000,00. Pembelian selama tahun ini adalah:

Pembelian Volume Biaya Biaya per unit

1

(6)

Berdasarkan inventarisasi persediaan pada akhir tahun sebanyak 100 unit.

Diminta:

Berdasarkan keterangan di atas, hitung besarnya nilai persediaan akhir dan harga pokok persediaan dengan menggunakan:

(a) metode FIFO (b) metode LIFO, dan (c) metode rata-rata.

Jawaban:

Pembelian

120 x 110.000 = 13.200.000

100 x 115.000 = 11.500.000

130 x 120.000 = 15.600.000

150/500 x 125.000 = 18.750.000

59.050.000

a. FIFO

Persediaan awal = 5.000.000

Pembelian = 59.050.000

BD siap juan = 64.050.000

Persd akhir(125.000x100) = (12.500.000)

HPP = 51.550.000

b. LIFO

Persediaan awal = 5.000.000

Pembelian = 59.050.000

BD siap juan = 64.050.000

(7)

HPP = 53.050.000

c. AVERAGE

Persediaan awal = 5.000.000

Pembelian = 59.050.000

BD siap juan = 64.050.000

Persd akhir(59.050.000/500x100) = (11.180.000)

HPP = 52.870.000

5. Suatu perusahaan menandatangani perjanjian pembelian bahan baku pada tanggal 1 September 1991 seharga Rp 560.000.000,00. Ternyata pada saat penyerahan barang pada tanggal 29 Desember 1991 harga barang yang sama telah turun drastis menjadi Rp 500.000.000,00.

Diminta:

Hitung kerugian menurut akuntansi dan fiskal.

Jawaban:

Kerugian menurut akuntansi dan fiskal

Perjanjian pembelian bahan baku 560.000.000

Harga bahan baku saat penyerahan 500.000.000

Selisih 60.000.000

 Berdasarkan akuntansi penurunan harga bisa diakui sebagai kerugian dengan menjurnal

Kerugian perubahan harga 60.000.000

persediaan 60.000.000

(8)

6. Pembukuan PT Hemat menunjukkan data keungan pada tanggal 15 April 1991 yaitu sebagai berikut.

Persediaan, tgl, 1 Jan. Rp 50.000.000,00

Pembelian, tgl, 1 Jan s/d 15 Apr Rp 110.000.000,00 Penjualan bersih, 1 Jan s/d 15 Apr Rp 100.000.000,00

Laba kotor yang diperoleh selama ini rata-rata 25% dari penjualan. Pada tanggal 15 April 1991 terjadi kebakaran atas persediaan tersebut

Diminta:

a. Berapa nilai persediaan yang terbakar?

b. Apakah fiskus mau menerima perhitungan ini dan mengapa?

Jawaban

Persediaan yang terbakar

 Jumlah barang tersedia dijual

Persediaan awal 50.000.000

Pembelian 110.000.000

160.000.000

 Laba kotor

25% x jumlah penjualan= (25%x 100.000.000) = 25.000.000

 HPP

= Penjualan – laba kotor

= 100.000.000 – 25.000.000 = 75.000.000

 Persediaan saat kebakaran

=jumlah barang tersedia dijual - HPP

=160.000.000 – 75.000.000 = 85.000.000

 HPP yang terbakar

(9)

b. Perhitungan persediaan ini tidak dapat dipertanggung jawabkan untuk keperluan fiskal karena metode ini biasa digunakan apabila inventarisasi fisik tidak mungkin dilakukan dan pencatatan perpetual tidak

dilaksanakan.

7. PT Ria menjual barang dengan laba kotor 30% dari penjualan. Berikut ini terdapat data penjualan dan pembelian selama tiga bulan terakhir. Persediaan pada tanggal 1 Oktober 1991 adalah Rp 50.000.000,00.

Diminta:

(a) hitung besarnya saldo persediaan pada akhir tiap bulan. (b) apakah cara perhitungan persediaan ini dapat dipertanggungjawabkan untuk keperluan fiskal dan mengapa?

Jawaban

a. Saldo persediaan akhir pada akhir tiap bulan.

 Oktober

Persediaan awal 50.000.000

Pembelian 65.000.000

Penjualan 100.000.000

Persentase laba 30%

Persediaan awal =50.000.000

Pembelian =65.000.000

BD siap jual =115.000.000

HPP (70%x100.000.000) =70.000.000

Taksiran persed akhr = 45.000.000

 November

Persediaan awal 50.000.000

Pembelian 75.000.000

(10)

Persentase laba 30%

Persediaan awal =50.000.000

Pembelian =75.000.000

BD siap jual =125.000.000

HPP (70%x120.000.000) =84.000.000

Taksiran persed akhr = 41.000.000

 Desember

Persediaan awal 50.000.000

Pembelian 90.000.000

Penjualan 150.000.000

Persentase laba 30%

Persediaan awal =50.000.000

Pembelian =95.000.000

BD siap jual =140.000.000

HPP (70%x150.000.000) =105.000.000

Taksiran persed akhr = 35.000.000

b. Perhitungan persediaan ini tidak dapat dipertanggung jawabkan untuk keperluan fiskal karena metode ini biasa digunakan apabila inventarisasi fisik tidak mungkin dilakukan dan pencatatan perpetual tidak dilaksanakan.

8. PT Konstruksi Abadi mengerjakan suatu proyek yang direncanakan

diselesaikan dalam dua tahun dengan nila 5,4 miliar rupiah. Sesuai dengan data tersebut di bawa hitung pendapatan yang dapat direalisasikan dengan:

(a) metode peresentasi penyelesaian, dan (b) metode kontrak selesai.

Tahun Biaya yang terjadi sampai dengan

(11)

1991

1992 Rp 1.500 juta Rp 3.660 juta Rp 2.100 juta -

Dari kedua metode tersebut jelaskan metode yang mana sesuai dengan ketentuan perpajakan dan akuntansi.

Jawaban

a. persentase penyelsaian

Laba bruto tahun 1991

Harga kontrak Rp 5,4 miliar

Akumulasi biaya perakhir tahun Rp 1.500 juta

Taksiran biaya penyelsaian Rp 2.100 juta Rp 3,6 miliar

Selisih Rp 1,8 miliar

Laba bruto tahun 1991

Rp 1.500 juta / Rp 3,6 miliar x Rp 1,8 miliar = 0,75 miliar

 Laba bruto tahun 1992

Harga kontrak Rp 5,4 miliar

Akumulasi biaya perakhir tahun Rp 3.660 juta

Taksiran biaya penyelsaian Rp -

Rp 3,66 miliar

Selisih Rp 1,74 miliar

Laba bruto tahun 1991

Rp 3,66 miliar / Rp 3,66 miliar x Rp 1,74 miliar = 1,74 miliar

b. Metode kontrak selsai

 Tahun 1991 Tidak ada penghasilan dari tahun 1991  Tahun 1992

Harga kontrak Rp 5,4 miliar

(12)

1992 Rp 3.660 juta Rp.5.160 juta

Rp. 0,24 miliar

 Metode yang sesuai dengan ketentuan perpajakan dan akuntansi adalah metode persentasi penyelsaian, karena metode kontrak selsai tidak dianjurkan oleh akuntansi dalam perhitungan laba usaha konstruksi, karena tidak sesuai dengan prinsip akuntansi, alasan penolakan metode ini adalah karena sifatnya mendistorsi perhitungan laba perusahaan dan atas dasar itu pula ketentuan perundang undagan perpajakan tidak membolehkan penggunaannya dalam perhitungan penghasilan kena pajak perusahaan konstruksi.

9. CV Konstruksi Jaya membangun suatu gedung pertokoan dengan kontrak pembangunan sebesar 450 miliar rupiah. Biaya yang terjadi pada tanggal 31 Desember 1991 sebesar 270 miliar rupiah dan biaya penyelesaiannya ditaksir sebesar 90 miliar.

Diminta:

hitung laba kotor yang diperoleh dari proyek tersebut dengan metode persentase penyelesaian.

Jawaban

a. Metode persentase penyelsaian

Harga kontrak

Rp. 450 miliar

Akumulasi biaya akhir tahun Rp. 270 miliar

Taksiran biaya penyelsaian Rp. 90 miliar Rp. 360 miliar

Selisih Rp. 90 miliar

Laba Bruto tahun 1991

(13)

10.PT Tambang Emas mempunyai persediaan barang emas batangan pada awal Januari 1991 sebesar Rp 180 juta (yang dinilai berdasarkan harga perolehan dan harga pasar). Jumlah penjualan dan persediaan dari tahun 1991 s/d 1993 adalah sebagai berikut:

(dalam jutaan ) 1991 1992 1993

Penjualan Pembelian Persediaan akhir

- Dengan harga peroleh

- Harga pasar

(a) Menyusun Laporan Perhitungan Rugi Laba berdasarkan

a. Metode harga perolehan atau harga pasar mana yang lebih rendah, dan b. harga perolehan

(b) Jelaskan apa pandangan akuntansi komersial dan perpajakan terhadap laporan tersebut.

Jawaban

A. a. harga pasar yang lebih rendah

Tahun 1991

Penjualan 1.125

Persediaan awal BJ 180

Pembelian 780

960

Per.akhir BJ (135)

HPP (825)

(14)

Tahun 1992

Penjualan 975

Persediaan awal BJ 210

Pembelian 675

885

Per.akhir BJ (210)

HPP (675)

Laba kotor 300

Tahun 1993

Penjualan 1.275

Persediaan awal BJ 225

Pembelian 900

1125

Per.akhir BJ (165)

HPP (960)

Laba kotor 315

b. Harga perolehan

Tahun 1991

Penjualan 1.125

Persediaan akhir BJ 180

Pembelian 780

960

Per.akhir BJ (180)

(15)

Laba kotor 345

Tahun 1992

Penjualan 975

Persediaan akhir BJ 210

Pembelian 675

885

Per.akhir BJ (210)

HPP (675)

Laba kotor 300

Tahun 1993

Penjualan 1.275

Persediaan akhir BJ 225

Pembelian 900

1.125

Per.akhir BJ (225)

HPP (900)

Laba kotor 375

 Menurut akuntansi laporan perhitungan laba rugi berdasarkan metode harga

Referensi

Dokumen terkait