• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Politeknik Negeri Bandung Untuk Me

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Peran Politeknik Negeri Bandung Untuk Me"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Peran Politeknik Negeri Bandung Untuk Mewujudkan Indonesia

Menjadi Negara Kepulauan yang Mandiri, Maju, Kuat, dan Berbasiskan

Kepentingan Nasional

Oleh:

Dr. Yackob Astor, ST., MT

Dosen Politeknik Negeri Bandung, dan Peneliti Marine Cadastre

I. Definisi Negara Kepulauan

Istilah Negara Kepulauan (Archipelagic State) adalah hasil keputusan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut Internasional Tahun 1982 (United Nations on the Law of the Sea/ UNCLOS ke-2). Konsep kepulauan (archipelago) dituangkan dan diatur dalam Pasal 46 (b) yang dijelaskan sebagai suatu gugusan pulau, temasuk bagian pulau, perairan diantaranya dan lain-lain wujud alamiah yang hubungannya satu sama lain demikian erat sehingga pulau-pulau, perairan dan wujud alamiah lainnya itu merupakan suatu kesatuan geografi, ekonomi dan politik yang hakiki, atau yang secara historis/kesejarahan dianggap demikian. Sedangkan dalam Pasal 1 Ayat 1 UU RI No. 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia disebutkan bahwa Negara Kepulauan adalah negara yang seluruhnya terdiri dari satu atau lebih kepulauan dan dapat mencakup pulau-pulau lain.

Definisi negara kepulauan di atas masih berorientasi pada wilayah darat yakni dengan menitikberatkan pada kata pulau. Perlu dilakukan pendefinisian kembali mengenai negara kepulauan, yakni Negara Kepulauan adalah negara yang mempunyai laut demikian luas, pada laut tersebut tersebarlah pulau-pulau yang demikian banyak (Astor, 2016). Hakekat sebagai Negara Kepulauan adalah suatu kesatuan utuh wilayah (ruang darat, ruang laut, ruang udara) yang batas-batasnya ditentukan oleh laut, dimana rasio wilayah laut lebih besar dari rasio wilayah darat dan di dalamnya terdapat pulau-pulau dan gugusan pulau-pulau (Gambar 1).

(2)

II. Keunggulan Indonesia sebagai Negara Kepulauan

Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki potensi fisik dan geografis sumber daya alam yang jauh lebih baik daripada negara-negara lain. Sebagai negara yang beriklim tropis, Indonesia merupakan negara yang sangat subur, dipenuhi oleh berbagai spesies unik dan varietas tumbuhan yang beraneka ragam. Letak Indonesia yang berada di jalur cincin api Pasifik menyebabkan Indonesia kaya akan mineral logam seperti emas, perak, tembaga dan nikel, batubara, minyak serta energi panas bumi yang sangat besar.

Sebagai negara kepulauan (archipelagic state), Indonesia memiliki wilayah laut seluas 3.374.668 km2 yang lebih luas dari wilayah darat yang hanya 1.922.570 km2, 13.466 pulau dan garis pantai sepanjang 99.093 km (Badan Informasi Geospasial, 2013) menjadikan Indonesia memiliki sumber daya alam laut yang lebih banyak dibandingkan dengan sumber daya alam di darat. Kondisi potensi sumber daya laut ini dipandang sebagai peluang Indonesia sebagai negara berkembang untuk membangun keunggulan berbasiskan sumber daya pesisir dan laut.

(3)

III. Permasalahan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Kelautan di Indonesia sebagai

Negara Kepulauan

Selama 71 tahun bangsa ini merdeka, sektor kelautan ternyata belum dapat menunjukkan sebagai sektor yang dapat diunggulkan oleh bangsa dan diandalkan oleh rakyat Indonesia. Sistem pemerintahan dan manajemen pembangunan yang diterapkan di Indonesia selama ini masih berbasis pada daratan, padahal negara kepulauan Indonesia memiliki wilayah laut yang lebih luas dari wilayah darat.

Fokus pembangunan di kelautan sejak tahun 2001 masih diberikan pada sektor perikanan saja, sehingga pembangunan kelautan secara utuh sebagai penghubung antar pulau dan sumberdaya non-hayati yang sangat potensial masih sangat tertinggal (Oetomo, 2015). Kondisi ini dibuktikan bahwa sejak Indonesia merdeka hingga sebelum diterbitkan UU RI No.32 Tahun 2014, Indonesia belum memiliki undang-undang khusus kelautan. Penyelenggaraan pengelolaan sumber daya kelautan pada saat itu hanya mengacu pada UUD RI Tahun 1945 Pasal 33 (3): Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasasi oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat; dan UU RI No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil yang sama sekali tidak membahas konsep pembangunan kelautan nasional.

Permasalahan yang timbul di Indonesia sebagai negara kepulauan tidak terlepas dari konflik penyelenggaraan pengelolaan pesisir dan laut antar sektor, antara pemerintah pusat dan daerah, antar pemerintah daerah, dan antar pemangku kepentingan.

(4)

Implementasi dari Undang Undang Pemerintahan Daerah ternyata belum dapat diwujudkan oleh tiap-tiap provinsi dan kabupaten/kota yang terletak di wilayah pesisir dan laut Indonesia. Implikasi dari batas laut yang belum ditetapkan adalah terjadi tumpang tindih klaim (overlapping claim) wilayah laut yang akan memicu konflik sengketa batas wilayah laut antara pusat dan daerah (provinsi, kabupaten/kota), maupun antar pemerintah daerah (provinsi, kabupaten/kota).

Selain dikelola oleh daerah, sumber daya laut nasional juga dikelola secara sektoral. Bahwa terdapat sekitar 12 kementerian yang terlibat dalam pengelolaan sumber daya kelautan di Indonesia. Jika masing-masing kementerian memiliki sistem dan kebijakan yang berdiri sendiri (tidak terintegrasi), cara pandang dan tujuan pengelolaan yang berbeda serta tidak terarah (dikelola tanpa perencanaan bersama yang jelas) maka akan menyebabkan batas-batas kegiatan pengelolaan dan pemanfaatan ruang laut yang saling tumpang tindih., misalnya ruang laut untuk budidaya ikan tumpang tindih dengan alur pelayaran sehingga menyebabkan terganggunya hasil pendapatan budidaya ikan.

Berikut adalah beberapa permasalahan pengelolaan wilayah pesisir dan laut di perairan Selat madura Jawa Timur, ditunjukkan pada Gambar 2.

(5)

Dari aspek kebudayaan, NKRI sebagai negara kepulauan memiliki etnik multikultural. Terdapat sekitar 10.640 desa (lebih dari 14%) dari jumlah desa di Indonesia (69.249 desa, BPS 2012) merupakan desa pesisir dengan luas 35.949.021,30ha atau 19% dari luas keseluruhan desa-desa di Indonesia. Sekitar 92% desa pesisir di wilayah timur Indonesia adalah desa adat yang mempraktikan pengelolaan sumber daya alam berbasis budaya lokal (Grand Design Pembangunan Desa, 2009) dimana penyelenggaraan pengelolaan laut di wilayah Indonesia bagian timur lebih sering dihadapkan pada eksistensi pengelolaan laut secara adat (ulayat laut). Persoalan yang terjadi adalah adanya eksklusifitas wilayah ulayat laut yang batas-batasnya ditentukan berdasarkan peraturan adat yang berlaku di wilayah tersebut. Implikasi penetapan batas laut dapat menimbulkan konflik batas ulayat antar desa adat, konflik batas ulayat laut desa dengan pihak luar, maupun konflik batas ulayat laut dengan batas kewenangan laut daerah. Persoalan adat dan kearifan lokal tidak dapat dihindari karena adat dan kearifan lokal merupakan bagian dari sistem kebudayaan di Indonesia.

IV. Pemerintahan di Laut (Ocean Government)

UU RI No. 32 Tahun 2014 tentang Kelautan diundangkan pada bulan Oktober tahun 2014 merupakan undang-undang pertama yang membahas mengenai penyelenggaraan kelautan. Tema besar Kemaritiman yang dimunculkan oleh pemerintahan saat ini yang tertuang di dalam UU RI No.32 Tahun 2014 tentang Kelautan sesungguhnya membahas mengenai konsep Pemerintahan di Laut (Ocean Government) melalui Penyelenggaraan Kelautan Indonesia (Pasal 4) dan Kebijakan Pembangunan Kelautan (Pasal 13).

Pemerintahan di laut adalah segala kegiatan badan-badan publik yang meliputi kegiatan legislatif, eksekutif dan yudikatif dalam usaha mencapai tujuan negara yakni mewujudkan kedaulatan di laut. Pemerintahan di laut tidak sekedar membahas pembangunan infrastruktur di laut. Fungsi pemerintahan di laut lebih dari itu, yakni bagaimana setiap kabupaten/kota membangun dan menjalankan peraturan dan perundang-undangan terkait hak dan kewajiban di wilayah lautnya berdasarkan batas kewenangan laut wilayah (menegakkan kedaulatan), serta mampu mengatur kegiatan-kegiatan pengelolaan laut di dalamnya (aspek pembangunan dan pelayanan publik).

(6)

1. Wilayah Laut;

2. Pembangunan Kelautan; 3. Pengelolaan Kelautan; 4. Pengembangan Laut;

5. Pengelolaan Ruang Laut dan Pelindungan Lingkungan Laut;

6. Pertahanan, Keamanan, Penegakan Hukum, dan Keselamatan di Laut; 7. Tata Kelola dan Kelembagaan Laut; dan

8. Peran Serta Masyarakat.

Delapan komponen tersebut dihubungkan dengan makna kedaulatan di laut adalah bahwa kedaulatan di laut Indonesia dapat terwujud jika masing-masing komponen saling terintegrasi. Begitu pula sebaliknya, belum dapat terwujud kedaulatan di laut jika salah satu komponen tidak berfungsi (Gambar 3).

Konsep kebijakan Pembangunan Kelautan pada Pasal 13 (1) UU RI No.32 Tahun 2014 menjelaskan bahwa Pembangunan Kelautan merupakan bagian dari pembangunan nasional untuk mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional. Pasal 13 (2) UU RI No.32 Tahun 2014 bahwa Pembangunan Kelautan diselenggarakan melalui perumusan dan pelaksanaan kebijakan:

a. Pengelolaan Sumber Daya Kelautan b. Pengembangan Sumber Daya Manusia

c. Pertahanan, Keamanan, Penegakan Hukum, dan Keselamatan di laut.

(7)

d. Tata Kelola dan Kelembagaan. e. Peningkatan Kesejahteraan. f. Ekonomi Kelautan

g. Pengelolaan Ruang Laut dan Pelindungan Lingkungan Laut h. Budaya Bahari

V. Peran Politeknik Negeri Bandung untuk mewujudkan Indonesia menjadi Negara

Kepulauan yang Mandiri, Maju, Kuat, dan berbasiskan Kepentingan Nasional

Dalam upaya mewujudkan tujuan pembangunan kelautan Indonesia, yakni menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional, maka pemerintah saat ini telah melakukan perubahan-perubahan di beberapa aspek, diantaranya adalah aspek pemerintahan dan aspek pendidikan.

Di dalam aspek pemerintahan, kabinet pemerintahan saat ini terdapat satu kementerian koordinator (Kemenko) yang baru sebagaimana tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 165 Tahun 2014, yaitu Kementerian Koordinator Kemaritiman. Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian urusan Kementerian dalam penyelenggaraan pemerintahan di bidang kemaritiman. Pasal 4 Perpres ini menyebutkan, Kemenko Kemaritiman mengkoordinasikan:

a. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral; b. Kementerian Perhubungan;

c. Kementerian Kelautan dan Perikanan; d. Kementerian Pariwisata; dan

e. Instansi lain yang dianggap perlu.

(8)

Aspek pemerintahan dan aspek pendidikan memiliki korelasi yang tinggi dan saling mempengaruhi di dalam upaya mewujudkan pembangunan kelautan. Aspek pemerintahan dapat dimaknai sebagai wadah (tempat untuk menaruh, menyimpan, berhimpun) bagi para civitas akademik untuk ikut terlibat aktif dalam memberikan masukan akademis (input), terlibat di dalam proses pendidikan/penelitian, dan memberikan output dari penelitian yang telah dilakukan.

Politeknik Negeri Bandung (Polban) sebagai politeknik ternama di Indonesia dan bagian dari unsur yang dapat mencerdaskan bangsa sebaiknya melibatkan diri di dalam upaya mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional. Walapun saat ini di Polban tidak terdapat jurusan maupun program studi kelautan, namun Visi Polban yakni menjadi institusi yang unggul dan terdepan dalam pendidikan vokasi yang inovatif dan adaptif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terapan, sesungguhnya dapat ditempatkan di dalam tema besar kemaritiman maupun pembangunan kelautan dengan cara memperluas pandangan dan ruang lingkup Misi Polban, yaitu:

1. Menyelenggarakan pendidikan untuk menghasilkan lulusan yang kompeten, memiliki semangat terus berkembang, bermoral, berjiwa kewirausahaan dan berwawasan lingkungan.

Unsur berwawasan lingkungan tidak hanya terbatas di darat saja, tetapi dapat lebih luas meliputi Lingkungan Pantai Indonesia (LPI) dan Lingkungan Laut Nasional (LLN) mengingat bahwa dua pertiga wilayah negara Indonesia adalah laut.

2. Melaksanakan penelitian terapan dan menyebarluaskan hasilnya untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Unsur penelitian terapan tidak hanya dilakukan berdasarkan objek materi yang ada di darat (tanah permukaan dan unsur-unsur di dalam tanah), ruang (udara) di atas darat maupun perairan pedalaman (sungai, waduk, dsb). Objek materi yang terdapat di wilayah pesisir, permukaan laut, kolom laut, maupun dasar laut dapat digunakan sebagai objek kegiatan penelitian terapan.

(9)

3. Melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat melalui pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mendukung peningkatan mutu kehidupan.

Unsur pengabdian kepada masyarakat untuk mendukung peningkatan mutu kehidupan dapat dilakukan pada masyarakat yang ada di wilayah pesisir di Indonesia. Kenyataannya adalah nelayan yang mendiami pesisir dari seluruh penduduk Indonesia berada di bawah garis kemiskinan dan selama ini menjadi golongan yang paling terpinggirkan karena kebijakan dalam pembangunan yang lebih mengarah kepada daratan. Pengelolaan dan pemanfaatan potensi sumberdaya wilayah pesisir dan kelautan selalu beriringan dengan kerusakan lingkungan dan habitat seperti terumbu karang dan hutan mangrove, dan hampir semua eksosistim pesisir Indonesia terancam kelestariannya.

Perluasan pandangan dan ruang lingkup pada Misi Polban sebaiknya dapat dipandang positif sebagai pengkayaan objek materi untuk kegiatan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang akan diselenggarakan oleh Polban. Perluasan pandangan dan ruang lingkup pada Misi Polban selanjutnya dapat diturunkan pada visi dan misi di 10 jurusan yang ada di Polban, yakni Teknik Sipil, Teknik Mesin, Teknik Refrigerasi dan Tata Udara, Tenik Konversi Energi, Teknik Elektro, Teknik Kimia, Teknik Komputer dan Informatika, Akuntansi, Administrasi Niaga, Bahasa Inggris.

Berikut adalah jenis kegiatan dan obyek pemanfaatan sumber daya pesisir dan kelautan yang dapat dijadikan sebagai pintu masuk Polban (melalui kegiatan pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat) untuk terlibat di dalam mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional.

Kegiatan Pemanfaatan Sumber Daya Pesisir dan Kelautan:

1. Produksi garam 2. Biofarmakologi laut 3. Bioteknologi laut

4. Pemanfaatan air laut selain energi 5. Wisata bahari

6. Pemasangan pipa dan kabel bawah laut 7. Pengangkatan benda muatan kapal tenggelam 8. Konservasi

(10)

Peran Polban untuk mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional memang tidak sebesar Perguruan Tinggi lain yang memiliki fakultas/jurusan/program studi kelautan. Namun, memilih maju untuk ikut berperan merupakan tindakan yang lebih baik dibandingkan sekedar menonton dari kejauhan, apalagi memutuskan untuk tidak terlibat sama sekali.

10. Penelitian dan pengembangan 11. Budi daya laut

12. Pariwisata

13. Usaha perikanan dan kelautan serta industri perikanan secara lestari 14. Pertanian organik

15. Peternakan

16. Pertahanan dan keamanan negara

Objek Pemanfaatan Sumber Daya Pesisir dan Kelautan:

1. Perikanan

2. Energi dan Sumber Daya Mineral

3. Sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil a. Sumber daya hayati

b. Sumber daya nonhayati c. Sumber daya buatan d. Jasa lingkungan

4. Sumber daya nonkonvensional

Objek Pengusahaan Sumber Daya Pesisir dan Kelautan:

(11)

Daftar Pustaka

Astor, Y.(2016): Pola Penyelenggaraan Kadaster Kelautan di Indonesia Dalam Perspektif Indonesia Sebagai Negara Kepulauan (Wilayah Studi: Selat Madura Provinsi Jawa Timur), Disertasi, Insitut Teknologi Bandung.

Grand Design Pembangunan Desa, 2009

Oetomo, A.(2015): Pemerintahan di Laut, Buku Induk Perkuliahan, Akademi Keamanan dan Keselamatan Laut.

SULASDI, W.N. (2010): Tingkat Realisasi Pemetaan Komponen-Komponen Integralistik dalam Perekayasaan Wilayah Pesisir dan Lautan di Indonesia, Pidato Ilmiah Guru Besar Institut Teknologi Bandung.

United Nations on the Law of the Sea

UUD RI Tahun 1945

UU RI No. 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia UU RI No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

UU RI No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

UU RI No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil

UU RI No. 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil

UU RI No.32 Tahun 2014 tentang Kelautan.

Perda Provinsi Jawa Timur No 5 Tahun 2012

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 106/PMK.02/2016 Tentang Standar Biaya Keluaran Tahun Anggaran 2017

www.big.go.id

www.bps.go.id

Gambar

Gambar 1.  Peta batas wilayah NKRI (www.big.go.id)
Gambar 2. Peta permasalahan pengelolaan wilayah pesisir dan laut di Selat Madura                   (Sumber Peta: Perda Provinsi Jawa Timur No 5 Tahun 2012)
Gambar 3.  Visualisasi komponen makna kedaulatan di laut menurut UU RI No.32 Tahun

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian yang dilakukan mengenai keanekaragaman plankton dan kualitas air di Kali Surabaya dapat disimpulkan, bahwa keanekaragaman plankton di Kali

Perlakuan pada embrio bulu babi (Gambar 2) ternyata fraksi larut etil asetat, heksan, kloroform dan ekstrak metanolik memiliki aktivitas sitotoksik dengan tingkat

Pada penelitian pengamatan satelit altimetri dengan data tahun 2008 nilai sea level rise di Laut Utara Jawa per tahunnya

Nilai ITK Jawa Tengah pada triwulan II-2015 diperkirakan sebesar 109,60, artinya kondisi ekonomi dipersepsikan oleh konsumen lebih baik dibandingkan triwulan

Tanda koefisien yang positif (+) sebesar 0,413 menunjukkan bahwa pengaruh kualitas produk terhadap kepuasan pelanggan adalah positif atau berbanding lurus, artinya semakin

Berdasarkan dari hasil Uji T atau hasil pengujian secara parsial terbukti bahwa likuiditas tidak berpengaruh secara tidak signifikan terhadap yield obligasi pada BEI periode

Kegiatan intensifikasi pemungutan pajak hiburan diharapkan mampu mendorong penerimaan pajak hiburan di Kota Malang, dikarenakan walaupun jumlah objek dan subjek

Di SLB Negeri Pembina Yogyakarta, diukur dari hasil belajar, proses pembelajaran IPA pada di kelas VII SMPLB anak tunagrahita ringan cenderung masih perlu ditingkatkan karena