• Tidak ada hasil yang ditemukan

Contoh Makalah Fiqih Zakat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Contoh Makalah Fiqih Zakat"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

Tugas makalah Mata kuliah : fiqih

ZAKAT

Oleh :

Sitti Kamaria

16010108047

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

(2)

KATA PENGANTAR

Atas ridho Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, penulis telah

dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Zakat”.Dalam memperlancar

penyusunan makalah ini, penulis telah banyak memperoleh bantuan, bimbingan dari

beberapa pihak dan penulis mengucapkan banyak terimakasih.

Penulis menyadari bahwa makalah ini banyak kekurangan dan kesalahan

oleh karena itu demi sempurnanya, saran dan kritik yang membangun sangat

diharapkan.Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan

pembaca pada umumnya.Sekian dan terimakasih.

Kendari, 05 Mei 2018

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... 2

DAFTAR ISI... 3

BAB I PENDAHULUAN ... 4

A. Latar Belakang ... 4

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan ... 5

BAB II PEMBAHASAN ... 6

A. Pengertian Zakat... 6

B. Tujuan, Hikmah dan Faidah Zakat... 8

C. Syarat-Syarat Wajib Zakat ... 14

D. Penyaluran Zakat... 16

BAB III PENUTUP ... 20

A. Kesimpulan ... 20

B. Saran... 21

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Semua orang mendambakan hidup berkecukupan, ada pangan, pakaian,

dan ada tempat tinggal. Inilah keperluan pokok minimum manusia yang harus

dipenuhi. Tuntutan kesejahteraan masing-masing orang tentu berbeda, ada yang

sanagt sederhana, menengah, dan lebih tinggi lagi sesuai dengan status sosialnya

dalam masyarakat. Baik dari yang amat sederhana, menengah dan tuntutan yang

lebih tinggi, tentu memerlukan dana. Semua keperluan tersebut harus dicari dan di

usahakan, dan tidak dating tiba-tiba, karena Allah tidak menurunkan hujan emas

dan perak dari langit. Harta harus dicari, bukan dinanti.

Semua benda yang dikaruniakan oleh Allah dalam alam ini, berupa benda

mentah (bahan dasar) yang masih memerlukan pengelolaan sesuai dengan

keinginan pemekainya. Tanpa kerja keras, apa yang didinginkan itu tidak akan

didapatakan. Ada yang dapat diolah sendiri dan ada pula yang harus dibeli, sebab

setiap orang tidak mempunyai keterampilan (skill) yang sama.Perintah mencari

harta (menjadi orang kaya) telah diperintahkan dalam Al-Qur’an, walaupun tidak

secara langsung.Umpamanya perintah berzakat dan berinfak.Bagaimana mungkin

(5)

setiap muslim berusaha menjadi hartawan. Andaikata mungkin belum berzakat,

tetapi sekurang-kurangnya dapat berinfak.

Salah satu agenda sosial yang selalu diperjuangkan oleh islam adalah

terwujudnya keseimbangan ekonomi masyarakat. Zakat merupakan salah satu

instrument untuk mewujudkannya.Zakat menghendaki pemerataan pendapatan

dan kesejahteraan masyarakat sehingga kekayaan tidak hanya terpusat dan

berputar pada kelompok masyarakat tertentu saja.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang ada di atas maka dapat ditarik rumusan

masalah sebagai berikut :

1. Apa itu zakat ?

2. Apa tujuan, hikmah, dan faidah zakat ?

3. Apa syarat-syarat wajib zakat ?

4. Bagaimana penyaluran zakat ?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka dapat tujuan dari makalah ini

yaitu sebagai berikut :

1. Mengetahui zakat

2. Mengetahui tujuan, hikmah dan faidah zakat

3. Mengetahui syarat-syarat wajib zakat

(6)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Zakat

Zakat adalah izim masdar dari kata zaka-yazku-zakah.Oleh karena kata

dasar zakat adalah zaka yang berarti berkah, tumbuh, bersih, baik, dan bertambah.

Dengan makna tersebut, orang yang telah mengeluarkan zakat diharapkan hati

dan jiwanya akan menjadi bersih1, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat

al-Taubah : 103,

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu

membersihkan dan mensucikan mereka dan berdoalah untuk mereka, sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka dan Allah

maha mendengar lagi maha mengetahui ”.

Disamping itu, selain hati dan jiwanya bersih, kekayaannya akan bersih

pula. Dari ayat diatas tergambar bahwa zakat yang dikeluarkan para muzaik

(orang yang mengeluarkan zakat) dapat membersihkan dan mensucikan hati

manusia, tidak lagi mempunyai sifat yang tercela terhadap harta, seperti sifat

rakus dan kikir. Secara etimologi (lughah/bahasa), al-zakah berarti al-numuw wa

al-ziyadah. Terkadang juga diartikan dengan kata al-thaharah (suci).

Menurut Abdurrahman Jaziri, kata zakat secara bahasa bermakna

(7)

pemilikan harta yang dikhususkan kepada mustahiq dengan syarat-syarat

tertentu2. Wahbah al-Zuhaili dalam kitabnya mengungkapkan beberapa defenisi

zakat menurut para ulama’ madzhab :

1. Menurut Malikiyah, zakat adalah mengeluarkan bagian yang khusus dari harta

yang telah mencapai nisabnya untuk yang berhak menerimanya, jika milik

sempurna dan mencapai haul selain barang tambang, tanaman dan rikaz.

2. Hanafiyah mendefenisikan zakat adalah kepemilikan bagian harta tertentu dari

harta tertentu untuk orang/pihak tertentu yang telah ditentukan oleh Syari’

(Allah SWT) untuk mengharapkan keridhaan-Nya.

3. Syafi’iyyah mendefenisikan zakat adalah nama bagi sesuatu yang dikeluarkan

dari harta dan badan dengan cara tertentu.

4. Hanabilah mendefenisikan zakat adalah hak yang wajib dalam harta tertentu

untuk kelompok tertentu pada waktu tertentu3.

Ayat perintah menunaikan zakat dan infak telah dikemukakan dalam

ayat-ayat Al-Qur’an, seperti pada surah Al-Baqarah ayat 43, 83, 110, 195, 254, 267.

Selain itu dijelaskan pula dalam ayat lain, bahwa Allah berfirman :

“dan pada harta mereka ada hak orang miskin yang meminta dan orang yang hidup kekurangan”(adz-Dzaariyaat/51:19).

2Abdurahman al-Jaziiri, al-Fiqh ala Muzzahib al-Arba’ah,Dar al-Kutu al-Ilmiah, Bairut, hlm. 304.

(8)

Sabda Rasulullah yang artinya “diriwayatkan dalam Ibnu Umar r.a.

sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda islam itu dibina dalam lima pilar (dasar): bersaksi, bahwa tiada Tuhan yang patut disembah kecuali Allah, Muhammad hamba-Nya dan Rasul-Nya, mendirikan shalat, manunaikan zakat,

melaksanakan haji kebaitullah (bagi yang mampu) dan puasa ramadhan” (HR.

Muttafaq Alaih).

Berdasarkan ayat dan hadis diatas jelas bahwa, mengeluarkan zakat itu

hukumnya wajib sebagai salah satu rukun islam4. Orang yang enggang

menunaikan zakat, akan mendapat azab diakhirat kelak, sebagaimana firman

Allah, yang artinya :

“…dan orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah pada mereka (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih. Pada hari dipanaskan emas dan perak itu dalam neraka jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung, dan punggung mereka; inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri,

maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu” (at-taubah/9: 34-35).

Demikianlah berat sanksi hukum bagi orang yang enggan menunaika

zakat dan infak.

B. Tujuan, Hikmah dan Faidah Zakat

Zakat merupakan salah satu rukun Islam.Zakat diwajibkan atas setiap

orang Islam yang telah memenuhi syarat. Selain melaksanakan perintah Allâh

Subhanahu wa Ta’ala, tujuan pensyariatan zakat ialah untuk membantu umat

Islam yang membutuhkan bantuan dan pertolongan. Oleh karena itu, syariat Islam

memberikan perhatian besar dan memberikan kedudukan tinggi pada ibadah zakat

(9)

ini.Islam telah menetapkan zakat sebagai kewajiban dan menjadikannya sebagai

salah satu rukunnya serta memposisikannya pada kedudukan tinggi lagi

mulia.Karena dalam pelaksanaan dan penerapannya mengandung tujuan-tujuan

syar’i (maqâshid syari’at) yang agung yang mendatangkan kebaikan dunia dan

akhirat, baik bagi si kaya maupun si miskin. Di antara tujuan-tujuan tersebut

adalah :

1. Membuktikan Penghambaan Diri Kepada Allâh Azza wa Jalla Dengan

Menjalankan Perintah-Nya.Banyak dalil yang memerintahkan agar kaum

Muslimin melaksanakan kewajiban agung ini, sebagaimana Allâh Azza wa

Jalla firmankan dalam banyak ayat, diantaranya :

“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang

yang ruku’.” [al-Baqarah/2:43]

Seorang mukmin menghambakan diri kepada Allâh Azza wa Jalla

dengan menjalankan perintah-Nya melalui pelaksanaan kewajiban zakat

sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan syari’at. Zakat bukan pajak.

Zakat adalah ketaatan dan ibadah kepada Allâh Azza wa Jalla yang dilakukan

oleh seorang Mukmin demi meraih pahala dan balasan di sisi Allâh Azza wa

Jalla . Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

(10)

2. Mensyukuri Nikmat Allâh Dengan Menunaikan Zakat Harta Yang Telah

Allâh Azza wa Jalla Limpahkan Sebagai Karunia Kepada Manusia. Allâh

Azza wa Jalla berfirman :

“Dan (ingatlah juga), tatkala Rabbmu memaklumkan, ‘Sesungguhnya jika

kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”

[Ibrâhim/14:7].

Membayar zakat adalah pengakuan terhadap kemurahan Allâh,

mensyukuri-Nya dan menggunakan nikmat tersebut dalam keridhaan dan

ketaatan kepada Allâh Azza wa Jalla .

3. Menyucikan Orang Yang Menunaikan Zakat Dari Dosa-Dosa.Allâh Azza wa

Jalla berfirman :

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan doakanlah mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allâh Maha mendengar lagi Maha mengetahui”. [at-Taubah/9:103].

Ayat di atas mengumpulkan banyak tujuan dan hikmah syar’i yang

terkandung dalam kewajiban zakat. Tujuan-tujuan dan hikmah-hikmah itu

terangkum dalam dua kata yang muhkam yaitu, “Dengan zakat itu kamu

membersihkan dan mensucikan mereka.”

4. Membersihkan Orang Yang Menunaikannya Dari Sifat Bakhil.Zakat dapat

membiasakan orang menjadi pemurah, melatih menunaikan amanat dan

menyampaikan hak-hak kepada pemiliknya. Semua itu terkandung dalam

(11)

Kikir adalah penyakit yang dibenci dan tercela. Sifat ini menjadikan manusia

berupaya untuk selalu mewujudkan ambisinya, egois, cinta hidup di dunia dan

suka menumpuk harta. Sifat ini akan menumbuhkan sikap monopoli terhadap

semua. Cinta dunia dan harta adalah salah satu sumber dosa dan kesalahan.

Bila seseorang terselamatkan darinya dan terlindungi dari sifat kikir maka dia

akan sukses, sebagaimana firman Allâh Azza wa Jalla yang artinya,

“Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung.” [al-Hasyr/59:9].

Kewajiban zakat adalah terapi tepat dan suatu keharusan untuk melenyapkan

kecintaan kepada dunia dari hati.

5. Membersihkan Harta Yang Dizakati.Karena harta yang masih ada keterkaitan

dengan hak orang lain berarti masih kotor dan keruh. Jika hak-hak orang itu

sudah ditunaikan berarti harta itu telah dibersihkan. Permasalahan ini

diisyaratkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallamsaat beliau n menjelaskan

alasan kenapa zakat tidak boleh diberikan kepada keluarga beliau Shallallahu

‘alaihi wa sallam ? Yaitu karena zakat adalah kotoran harta manusia.

6. Membersihkan Hati Orang Miskin Dari Hasad Dan Iri Hati Terhadap Orang

Kaya.Bila orang fakir melihat orang disekitarnya hidup senang dengan harta

yang melimpah sementara dia sendiri harus memikul derita kemiskinan, bisa

jadi kondisi ini menjadi sebab timbulnya rasa hasad, dengki, permusuhan dan

(12)

Rasa-rasa ini tentu melemahkan hubungan antar sesama Muslim,

bahkan berpotensi memutus tali persaudaraan. Hasad, dengki dan kebencian

adalah penyakit berbahaya yang mengancam masyarakat dan mengguncang

pondasinya. Islam berupaya untuk mengatasinya dengan menjelaskan

bahayanya dan dengan pensyariatan kewajiban zakat. Ini adalah metode

praktis yang efektif untuk mengatasi penyakit-penyakit tersebut dan untuk

menyebarkan rasa cinta dan belas kasih di antara anggota masyarakat.

Dari berbagai hikmah disyariatkannya zakat menurut para ulama’,

maka dapat dibagi menjadi tiga macam atau aspek, yaitu aspek diniyyah,

khuluqiyyah, dan ijtimaiyyah.

1. Faidah diniyyah (segi agama)

Diantara hikma zakat apabila ditinjau dari aspek diniyyah ini adalah :

a. Dengan berzakat berarti telah menjalankan salah satu dari rukun islam

yang menghantarkan seorang hamba kepada kebahagiaan dan

keselamatan dunia akhirat.

b. Merupakan sarana bagi hamba untuk untuk taqarrub (mendekatkan

diri) kepada tuhan-Nya, akan menambah keimanan karena

keberadaannya yang memuat beberapa macam ketaatan.

c. Pembayar zakat akan mendapatkan pahala yang besar yang berlipat

ganda, sebagaimana dijanjikan oleh Allah SWT dalam QS.

(13)

“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran dan selalu berbuat

dosa”.

d. Zakat merupakan sarana penghapus dosa, seperti yang pernah

disabdakan oleh Rasulullah SAW.

2. Faidah Khuluqiyah (segi ahklak)

Diantara hikma zakat apabila ditinjau dari aspek Khuluqiyah ini adalah :

a. Menanamkan sifat kemuliaan, rasa toleran, dan kelapangan dada

kepada pribadi pembayar zakat.

b. Pembayar zakat biasanya identik dengan sifat rahma (belas kasih) dan

lembut kepada saudaranya yang tidak punya.

c. Merupakan realita bahwa menyumbangkan sesuatu yang bermanfaat

baik berupa harta maupun raga bagi kaum muslimin akan

melapangkan dada dan meluaskan jiwa, sebab sudah pasti ia akan

menjadi orang yang dicintai dan dihormati sesuai tingkat

pengorbanannya.

d. Didalam zakat terdapat penyucian terhadap akhlak.

3. Faidah Ijtimaiyyah (segi sosial)

Diantara hikma zakat apabila ditinjau dari aspek ijtimaiyyah ini adalah :

a. Zakat merupakan sarana untuk membantu dalam memenuhi hajat

hidup para fakir miskin yang merupakan kelompok mayoritas sebagian

(14)

b. Memberikan support kekuatan bagi kaum muslimin dan mengangkat

eksistensi mereka. Hal ini bisah dilihat dalam kelompok penerima

zakat, salah satunya adalah mujahidin fi sabilillah.

c. Zakat bisa mengurangi kecemburuan social, dendam dan rasa dongkol

yang ada dalam dada fakir miskin karena masyarakat ekonomi tinggi

menghambur-hamburkan harta untuk sesuatu yang tidak bermanfaat.

d. Zakat akan memacu pertumbuhan ekonomi pelakunya dan yang jelas

berkahnya akan melimpahkan.

e. Membayar zakat berarti memperluas peredaran harta benda atau uang,

karena ketika harta dibelanjakan maka perputarannya akan meluas dan

lebih banyak pihak yang mengambil manfaat.

C. Syarat-Syarat Wajib Zakat

Harta yang akan dikeluarkan zakatnya harus telah memenuhi

persyaratan-persyaratan yang telah ditentukan secara syara’. Wahbah al-Zuhaili membagi

syarat ini menjadi dua, yaitu syarat wajib dan syarat sah. Adapun syarat wajib

zakat adalah :

1. Merdeka

Seorang budak tidak dikenal kewajiban membayar zakat, karena dia tidak

memiliki sesuatu apapun. Semua miliknya adalah milik tuannya.

2. Islam

Seorang non muslim tidak wajib membayar zakat. Adapun untuk mereka yang

(15)

diwajibkan membayar zakat terhadap hartanya sebelum dia murtad. Menurut

Malikiyah islam adalah islam syarat sah, bukan syarat wajib. Oleh karena itu

orang kafir wajib berzakat meskipun tidak menurut islam. Jika dia telah

masuk islam, maka gugurlah kewajibannya tersebut. Hal ini berdasarkan

firman Allah SWT dalam QS. Al-Anfal : 38 yaitu :

“katakanlah kepada orang-orang yang kafir itu, jika mereka berhenti (dari kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni mereka tentang dosa-dosa mereka yang sudah lalu, dan jika mereka kembali lagi, sesungguhnya akan berlaku (kepada mereka) sunnah (Allah berharap) orang-orang dahulu”.

3. Balig dan berakal

Anak kecil dan orang gila tidak dikenai zakat pada hartanya, karena keduanya

tidak dikenai khitab perintah.

4. Harta tersebut merupakan harta yang memang wajib dizakiti, seperti :

naqdaini (emas dan perak) termasuk juga al-auraq al-naqdiyah (surat-surat

berharga), barang tamban dan barang temuan (rikaz), barang dagangan,

tanaman-tanaman dan buah-buahan, serta hewan ternak.

5. Harta tersebut telah mencapai nisab (ukuran jumlah)

6. Harta tersebut adalah milik penuh (al-milk al-tam)

Maksudnya, harta tersebut berada dibawah control kekuasaan pemiliknya,

atau seperti sebagian ulama bahwa harta itu berada ditangan pemiliknya,

didalamnya tidak tersangkut dengan hak orang lain dan ia dapat

(16)

7. Telah berlaku satu tahun atau cukup haul (ukuran waktu, masa). Haul adalah

perputaran harta satu nisab dalam 12 bulan Qamariah.

8. Tidak adanya hutan

9. Melebihi kelebihan dasar atau pokok

10. Harta tersebut harus didapatkan dengan cara yang baik dan halal

11. Berkembang

Adapun syarat sahnya zakat adalah sebagai berikut :

1. Adanya niat muzakki (orang yang mengeluarkan zakat)

2. Pengalihan kepemilikan dari muzakki ke mustahiq (orang yang berhak

menerima zakat).

D. Cara Penyaluran Zakat

Secara formal, pendistribusian zakat langsung di atur oleh Allah SWT.

sendiri, tidak memberikan kesempatan kepada Nabi dan ijtihad para

Mujtahiduntuk mendistribusikannya. Dalam ayat al Qur'an yang menerangkan

tentang zakat ditemukan kata-kata :ﺔ ﻓ ﺪ ﺻ ﻢ ﻬ ﻟ ا ﻮ ﻣ ا ﻦ ﻣ ﺬ ﺧ . Lafal ﺬ ﺧ ini berbentuk

amar yangmenunjukkan adanya perintah untuk memungut zakat. Dalam hal ini

tentunyaorang yang mempunyai kewenangan lah yang dapat melakukannya, yaitu

parapenguasa. Bahkan, terhadap mereka yang enggan membayar zakat,

parapenguasa dapat mengambilnya dengan menggunakan kekerasan. Dan untuk

(17)

badan'amalah atau petugas zakat. Oleh petugas-petugas zakat inilah kemudian

zakatyang telah di ambil dari para muzakki dibagikan kepada yang

berhakmenerimanya. Dan kepada siapa saja zakat itu diberikan secara jelas telah

diatur dalam Surat Al Taubah ayat 60 yang berbunyi :

Artinya : "Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yangdibujuk hatinya, untuk orang-orang yang berhutang, para budak untuk jalan Allah dan orang-orang yang dalam perjalanan,sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah MahaMengetahui lagi Maha Bijaksana". (Q.S. At-taubah ayat 60)29.

Selain itu dijelaskan pula dalam sabda Rasulullah seperti yang tertera

dalam buku Bulugul Maram karangan Al-Hafidh Imam Ibnu Hajar Al-asqalany

dengan nomor hadis 662 yaitu :

“Dari Abu Said Al-Khudry Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Zakat itu tidak halal diberikan kepada orang kaya kecuali lima macam, yaitu: Panitia zakat, atau orang yang membelinya dengan hartanya, atau orang yang berhutang, atau orang yang berperang di jalan Allah, atau orang miskin yang menerima zakat kemudian memberikannya pada orang kaya." Riwayat Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Majah. Hadits shahih menurut Hakim, namun ia juga menilainya cacat karena mursal”5.

Zakat sangat berkaitan erat dengan ekonomi setiap orang, hal itulah yang

menyebabkan mereka bisah dimasukkan dalam golongan yang berhak menerima

zakat.Perbedaan antara idiologi ekonomi yang dibangun Sistem Kapitalis dan

Sistem Sosialis, Islam menganibil jalan yang terbaik di antara keduanya dengan

meletakan sistem ekonomi yang seimbang dan selaras.Seseorang dalam Sistem

Ekonomi Islam tidak sepantasnya diberikan kebebasan yang tidak terbatas untuk

(18)

lain negara sebagai khalifah harus dapat menjaga sektor-sektor ekonomi agar

seimbang antara kepenlingan publik dengan kepentingan individu. Dari konsep

ini Islamsudah lama memiliki konsep ekonomi publik dan ekonomi privat yang

konsep ini dalam ekonomi konvensional belum dimiliki dengan jelas.Sistem

Ekonomi Islam terletak antara keseimbangan antara kebutuhan material dan

kebutuhan etika ekonomi.Kemajuan dibidang ekonomi dan teknologi dalam

Ekonomi Islam selalu didasari kepada sistem moral sebagai satu sistem nilai yang

mengontrol kegiatan stabilitas ekonomi yang aman dan menjamin kesejahteraan

umat manusia6, termasuk didalamnya adalah zakat.

Hal Yang mendorong masyarakat Islam melaksanakan pemungutan zakat di Indonesia ini antara lain adalah: (1) keinginan umat Islam Indonesia untuk meyempurnakan pelaksanaan ajaran agamanya. Setelah mendirikan shalat,berpuasa selama bulan Ramadhan dan bahkan menunaikan ibadah haji ke Mekkah, umat Islam semakin menyadari perlunya penunaian zakat sebagai kewajiban agama; kewajiban yang harus dilaksanakan oleh setiap orang yang mampu melaksanakannya karena telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan. (2) Kesadaran yang semakin meningkat di kalangan umat Islam tentang potensi zakat jika dimanfaatkan sebaik-baiknya, akan dapat memecahkan berbagai masalahsosial di Indonesia. (3) Usaha-usaha untuk mewujudkan pengembangan dan pengelolaan zakat di Indonesia makin lama makin tumbuh dan berkembang7.

Sesuai dengan prinsip yang di atur dalam Surat al- Taubah ayat 60,

ulama' sepakat bahwa distribusi zakat hanya diperuntukkan kepada delapan

asnaf, tidak untuk yang lain. Delapan asnaf itu adalah :

6Mabarroh Azizah, Instrumen Labelisasi dan Sertifikasi Halal Sebagai Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Muslim Dalam Wacana Hukum Ekonomi Islam di Indonesia, Jurnal Al-‘Adl Vol. 10 No. 2, Juli 2017

(19)

1. Fakir dan miskin

2. Amil

3. Muallaf

4. Riqab

5. Gharim

6. Sabilillah

7. Ibnu sabil

Menurut madzhab Syafi'i; jika pada suatu tempat 8 kelompok tersebut ada,

maka zakat wajib dikeluarkan kepada delapan kelompok tersebut, namun jika

hanya ada beberapa saja diantaranya, misalnya yang ada hanya kelompok

faqir, miskin, sabilillah, maka zakat harus diberikan kepada kelompok yang

ada tersebut. Sedangkan menurut jumhur (Hanafi, Maliki dan Hambali) zakat

boleh dibagikan hanya kepada salah satu kelompok dari delapan kelompok

(20)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya

maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut :

1. Menurut Abdurrahman al-Jaziri, kata zakat secara bahasa bermakna al-tathhir

wa al-nama’. Sedangkan secara terminology (istilahan/istilah), zakat adalah

pemilikan harta yang dikhususkan kepada mustahiq dengan syarat-syarat

tertentu.

2. Tujuan dari zakat itu sendiri adalah untuk membuktikan kehambaan diri apada

Allah, mensyukuri nikmat Allah, menyucikan diri dari dosa-dosa, menyucikan

dari sifat bakhil, membersihkan harta yang dizakati, dan membersihkan hati

dari sikap iri. Hikmah dari melakukan zakat terbagi menjadi tiga yaitu aspek

diniyyah (segi agama), khuluqiyyah (segi akhlak), dan ijtimaiyyah (segi

sosial).

3. Syarat-syarat wajib yang harus dipenuhi untuk melakukan zakat yaitu islam,

merdeka, baligh dan berakal, harta yang wajib dizakati, telah mencapai nisab,

harta itu milik penuhnya, cukup haul, tidak adanya hutang, melebihi

(21)

4. penyaluran zakat dapat dilakukan dengan cara menyerahkan harta yang akan

dizakatkan pada badan amalah/petugas zakat. Dan petugas zakat inilah yang

akan menyalurkan zakat dari muzakki kepada orang-orang yang berhak

menerimanya.

B. Saran

Ketika akan berzakat hendak menzakatkan harta yang diperoleh dengan cara

yang halal, dan diberikan dengan cara ihklas sesuai dengan aturan zakat.

Petugas zakat haruslah menjalankan tugas dengan baik. Dan menyalurkan

(22)

DAFTAR PUSTAKA

Al-Jaziiri, Abdurrahman.tt. Al-Fiqh ala Mazahib al-arba’ah. Bairut: Dar al-kutub al-Ilmiah.

asqalany Hafidh Imam Ibnu Hajar. BulughulMaram Min Adillatil Akkam.

Al-asqalany. Tasikmalaya: Pustaka Al-Hidaya.2008.

Al-Zuhaili, Wahbah.Al-fiqh al-Islamy wa Adillatuh, Jilid III.2008.

AzizahMabarroh. Instrumen Labelisasi dan Sertifikasi Halal Sebagai Perlindungan Hukum

Terhadap Konsumen Muslim Dalam Wacana Hukum Ekonomi Islam di Indonesia,Jurnal Al-‘Adl Vol. 10 No. 2, Juli 2017.

Fakhruddin, Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia, 2008.

Hasan, M. Ali. Zakat dan Infak. Jakarta. 2008.

Sartika, Mila. Effect of Zakat Utilization Productive to Empowerment Mustahiq at LAZ Solo

Referensi

Dokumen terkait

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu dia berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Barangsiapa yang membantu seorang muslim (dalam) suatu

Dari Abu Hurairah radliyallahu `anhu, dia berkata: telah bersabda Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam: “Puasa yang paling utama setelah ramadlan adalah bulan Muharram dan

Dari Ibnu Umar Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam b ersabda: “Orang mukmin yang bergaul dengan manusia dan bersabar dengan gangguan m ereka lebih

Dari Ibnu Umar Radliyallaahu 'anhu bahwa Abbas Ibnu Abdul Mutthalib memohon izin kepada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam untuk menginap di Mekkah pada malam-malam yang

Dari Abu Hurairah Radhiallahu 'anhu bahwa Abu Bakar As-shiddiq Radhiallahu 'anhu memohon kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam: " Wahai Rasulullah, perintahkan

Dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “Wahai sekalian manusia, bertakwalah kepada Allah dan carilah

Diriwayatkan oleh At Tabrani dari sahabat Al Muqotthom bin Al Miqdam Radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa aalihi wa shohbihi wa sallam

1585 Dari Syaddad Ibnu Aus Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Permohonan ampunan (istighfar) yang paling utama ialah seorang