• Tidak ada hasil yang ditemukan

MASYARAKAT MEDIA MASSA KAJIAN PENGGIRING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MASYARAKAT MEDIA MASSA KAJIAN PENGGIRING"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

MASYARAKAT MEDIA MASSA

KAJIAN PENGGIRINGAN OPINI BERBASIS MEDIA ONLINE TERHADAP MASYARAKAT DI KABUPATEN WONOSOBO

Proposal Penelitian

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Untuk Memenuhi Persyaratan Tugas

Metode Penelitian Sosial

Dosen Pembimbing: Dr. Ahmad Norma Permata. S. Ag., M.A

Disusun Oleh: Tri Muryani

NIM. 15720018

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

(2)

MASYARAKAT MEDIA MASSA

KAJIAN PENGGIRINGAN OPINI BERBASIS MEDIA ONLINE TERHADAP MASYARAKAT DI KABUTEN WONOSOBO

Oleh: Tri Muryani

Mahasiswa Sosiologi Angkatan 2015 Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Abstrak

Kecanggihan teknologi yang semakin tidak terbendung di Abad ke-21 berdampak besar dalam penyebaran informasi di tengah-tengah masyarakat. Tidak hanya di negara maju seperti Singapura, sebagai negara berkembang, Indonesia juga terkena dampak yang luar biasa dari kecanggihan teknologi. Dampak yang paling terlihat ialah mudahnya masyarakat tergiring oleh opini-opini yang beredar di media sosial berbasis online. Meskipun penyebaran dan dampak penggiringan opini tidak merata terjadi di seluruh wilayah di Indonesia. Karena beberapa daerah yang tidak memiliki akses internet secara cepat, akan cenderung lambat menerima opini dan isu populer yang digiring oleh media massa berbasis online. Penelitian yang berjudul “Masyarakat Media Massa: Kajian Penggiringan Opini Berbasis Media Online Terhadap Masyarakat di Kabupaten Wonosobo” ingin mengkaji seberapa besar dampak dari penggiringan opini oleh media massa terhadap masyarakat di Kabupaten Wonosobo. Pasalnya, Mayarakat di kabupaten ini masih belum secara menyeluruh menerima kecanggihan teknologi. Sehingga, tujuan dari penelitian ini ingin mengkaji sejauh mana masyarakat di Kabupaten Wonosobo tergiring oleh opini media massa berbasis online serta penerimaan masyarakat terhadap perubahan sosial yang terjadi. Jenis penelitian ini menggunakan Field Research atau penelitian lapangan, dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang berupa wawancara, observasi, dan dokumentasi. Metode penelitian yang digunakan adalah Kualitatif, dan menggunakan teori sosiologi modern yang mengkaji tentang informasionalisme dan masyarakat jaringan serta teori komunikasi Jurgen Hebrmas untuk menganalisis persoalan yang ada.

(3)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kecenderungan terjadinya perubahan-perubahan sosial merupakan gejala yang wajar yang timbul dari pergaulan hidup manusia di dalam masyarakat. Perubahan-perubahan sosial akan terus berlangsung sepanjang masih terjadi interaksi antarmanusia dan antar masyarakat. Perubahan sosial terjadi karena adanya perubahan dalam unsur-unsur yang mempertahankan keseimbangan masyarakat, seperti perubahan dalam unsur-unsur geografis, biologis, ekonomis, dan kebudayaan. Perubahan-perubahan tersebut dilakukan untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman yang dinamis.1

Media massa baik cetak maupun elektronik (termasuk di negara berkembang mau tidak mau harus menawarkan sesuatu kepada masyarakat. Baik terkait gaya hidup atau sebagai tempat pembentukan opini mengenai politik dan pesan moral di dalamnya. Media massa telah menggiring masyarakat membentuk kekuatan symbol. Sehingga apa yang diperlihatkan oleh media massa akan membentuk gaya hidup baru masyarakat termasuk kehidupan masyarakat di negera berkembang (Abdurrahman, 2003).

Indonesia sebagai negara berkembang memiliki tingkat yang tinggi dalam menggunakan teknologi modern berbasis internet. Menurut lembaga riset pasar e-Marketer, populasi netter Tanah Air mencapai 83,7 juta orang pada 2014. Angka yang berlaku untuk setiap orang yang mengakses internet setidaknya satu kali setiap bulan. Hal ini mendudukkan Indonesia di peringkat ke-6 terbesar di dunia dalam hal jumlah pengguna internet. Pada 2017, eMarketer memperkirakan netter Indonesia bakal mencapai 112 juta orang, mengalahkan Jepang di peringkat ke-5 yang pertumbuhan jumlah pengguna internetnya lebih lamban. Secara keseluruhan, jumlah pengguna internet di seluruh dunia diproyeksikan bakal mencapai 3 miliar orang pada 2015. Tiga tahun setelahnya, pada 2018, diperkirakan sebanyak 3,6 miliar manusia di bumi bakal mengakses internet setidaknya sekali tiap satu bulan.2

1 http://alfinnitihardjo.ohlog.com/teori-teori-perubahan-sosial.oh112689.html%20pada%20pukul %2022.00. diakses pada tanggal 26 september 2010

(4)

Data di atas menunjukan adanya akses internet yang lumayan tinggi dari masyarakat kita. Sehingga media menjadi rezim baru yang tidak terlihat dan tetulis secara formal akan kekuasaanya. Berbagai isu dan masalah dalam dunia nyata akhir-akhir ini juga dibawa oleh media massa berbasis online. Seperti kasus penistaan agama yang melibatkan Gubernur DKI Jakarta dan berujung pada aksi masa serta beberapa penggiringan opini publik lain seperti fenomena “Om Telolet Om” menjadi fakta bahwa media massa berbasis online memiliki pengaruh yang besar terhadap dunia nyata.

Meskipun begitu, tingkat antusias akan penggiringan opini yang dilakukan oleh media massa berbasis online tidak secara menyeluruh menimpa masyarakat Indonesia. Di Kabupaten Wonosobo misalnya, salah tau kabutapen yang ada di Jawa tengah berbatasan dengan Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Magelang di timur, Kabupaten Purworejo di selatan, Kabupaten Kebumen dan Kabupaten Banjarnegara di barat, serta Kabupaten Batang dan Kabupaten Kendal di utara. Di Kabupaten ini cenderung memiliki evolusi dalam penerimaan kecanggihan teknologi. Meskipun di daerah perkotaan terjadi konflik akibat isu yang digiring oleh media massa berbasis online, masyarakat Kabupaten Wonosobo masih belum secara merata tergiring oleh isu-isu (Trending Topic) yang terjadi di dunia maya.

Meskipun sudah mulai banyak masyarakat yang menggunakan Smart Phone

berbasis android, namun pengaruh penggiringan opini masih sangat minim. Salah satu faktor penghambatnya ialah daerah Wonosobo yang notabene sebagai daerah pegunungan, masih cenderung sulit dalam mengakses internet. Kecepatan internet yang digunakan masyarakat masih belum cepat di banding daerah perkotaan. Sehingga, meskipun daerah ini terletak di pulau Jawa, namun masih belum ada kejelasan apakah penggiringan opini oleh media massa berbasis online mempengaruhi cara pandang masyarakat Wonosobo.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana perkembangan teknologi di Wonosobo?

2. Bagaimana masyarakat Wonosobo menggunakan kecanggihan teknologi seperti internet?

3. Apa dampak penggiringan opini media massa berbasis online terhadap masyarakat Wonosobo?

(5)

1. Mengetahui seberapa besar masyarakat Wonosobo dalam menggunakan dan mengakses internet. Mengingat kecanggihan teknologi yang begitu cepat saat ini. Terutama akses terhadap media massa berbasis online dalam mendapatkan informasi terkait apapun.

2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara mayarakat Wonosobo menggunakan smart phone nya sebagai salah satu sarana dari kecanggihan teknologi. Mengingat meskipun banyaknya masyarakat yang memiliki smart phone, namun akses internet masih sangat terbatas baik kecepatan maupun kemudahannya.

3. Mengetahui apakah masyarakat Wonosobo tergiring oleh opini publik yang terjadi di dunia maya. Baik opini dalam hal politik, ekonomi, budaya, maupun pendidikan.

D. Telaah Pustaka

Dengan mengkaji berbagai buku-buku yang ada, banyak sekali kajian yang membahas mengenai media massa, namun belum secara spesifik membahas pengaruh media massa berbasis online terhadap masyarakat Wonosobo. Penelitian ini menjadi penting mengingat daerah yang teletak di daerah Jawa tengah dengan akses yang mudah ke pusat pemerintahan, namun masih belum tergiring sepenuhnya oleh media massa karena beberapa faktor. Ada beberapa referensi yang digunakan dalam penelitian kali ini.

Pertama, buku karya Dan Nimmo (1989) dengan judul “Komunikasi Politik,” terbitan PT Remaja Rosdakarya Bandung. Buku ini membahas mengenai bagaimana penulis mengamati komunikasi di dunia Politik. Buku ini telah memberi peluang kepadanya untuk mengenal para penyelidik dalam disiplin-disiplin di luar Ilmu Politik dan juga membantu pengembangan apresiasi terhadap dimensi-dimensi komunikasi yang dramatik dan simbolik dalam Ilmu Politik.

Ia juga membahas bagaimana manusia memahami aksi dirinya serta interaski yang melahirkan sebuah transaksi. Selain itu, ia menjelaskan mengenai komunikator politik. Siapa yaja aktor yang biasanya menggunakan komunikasi politik. Pemimpin yang sering membangun opini publik sebagai komunikasi politiknya, baik politikus, profesional, serta aktivis.3

(6)

Kedua, buku karya David Holmes (2012) dengan judul “Teori Komunikasi, Media Ternologi dan Masyarakat”, terbitan Pustaka Pelajar Yogyakarta. Buku ini membahas mengenai teori komunikasi Interdisipliner yang menetapkan seperangkat Implikasi berupa teknologi komunikasi baru untuk studi media dan sosiologi Komunikasi.

Perubahan terbaru dalam infrastruktur media telah mengharuskan pergeseran dalam urutan di mana teori komunikasi diperlukan. Sebagai contoh, teori komunikasi yang sering Pre-figures analisis semiotika bagi media-diperkenalkan dalam buku ini sebagai hal Instruktif bagi Second media age, dimana itu lebih tepat menjadi milik analisis atas internet4.

Membahas mengenai Komunikasi dalam Cyberculture serta mengenai teori-teori media broadcast. Bagaimana media menjadi luas cakupannya, tidak hanya dalam ranah sosial saja tetapi juga mencakup media massa yang juga berperan sebagai Industri budaya, Aparat ideologi, dan bentuk dominan bagi akses terhadap realitas sosial yang dikaji oleh Baudrillard.

Ketiga, buku karya Asa Briggs dan Peter Burke (2006) dengan judul “Sejarah Sosial Media Dari Gutenberg sampai Internet”, terbitan Yayasan Obor Indonesia Jakarta. Dalam buku ini lebih banyak membahas mengenai perjalanan media massa. Bila pada Abad pertengahan dunia masih kekurangan buku maka ledakan informasi yang mengiringi di temukannya mesik cetak bernama Gutenberg mengubah masalah kekurangan menjadi kelebihan buku (abad 16).

Pembahasan mengenai Revolusi percetakan dalam konteks media massa dan ruang publik pada masa awal eropa modern. Proses dan pola pembuatan serta pada akhirnya menuju ruang maya. Dimana pada abad ke 21 ini teknologi semakin canggih dengan berbagai sistem termasuk sistem online5.

4 David Holmes (2012), “Teori Komunikasi, Media Ternologi dan Masyarakat”,

Yogyakarta, Pustaka Pelajar

(7)

Terakhir, Buku berjudul “Rezim Media” karya Iswandi Syahputra, dimana beliau membahas bagaimana media massa mejadi rezim baru di abad ke-21. Pergulatan Demokrasi, Jurnalisme, dan Infotainment dalam Industri Televisi Sebagai pilar demokrasi, media digembar-gemborkan sebagai pihak yang independen dalam menyebarkan nilai kebebasan dan kesetaraan, sehingga masyarakat menyadari dan dapat menyuarakan hak-haknya. Dicitrakan sebagai pembawa kepentingan publik, media dimuliakan sebagai pelopor budaya berkualitas dengan menyajikan informasi kredibel, yang menjadi sarana pendidikan kritis, mandiri, dan menumbuhkan pemikiran mendalam. Sehingga, opini yang digiring oleh media massa seolah-olah menjadi kebenaran tersendiri yang diterima oleh masyarakat.

E. Kerangka Teori

1. Media Massa dan Masyarakat Modern

Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan-pesan dari sumber kepada khalayak (menerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, TV (Cangara, 2002). Dalam sejarahnya, media massa berbasis online berkembang di tengah-tengah masyarakat modern terhitung sejak ditemukannyaInternet pada tahun 1969.

Internet merupakan jaringan komputer yang dibentuk oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat pada tahun 1969, melalui proyek lembaga ARPA yang mengembangkan jaringan yang dinamakan ARPANET (Advanced Research Project Agency Network), di mana mereka mendemonstrasikan bagaimana dengan hardware

dan software komputer yang berbasis UNIX. Tujuan awal dibangunnya proyek itu adalah untuk keperluan militer. Pada saat itu Departemen Pertahanan Amerika Serikat (US Department of Defense) membuat sistem jaringan komputer yang tersebar dengan menghubungkan komputer di daerah-daerah vital untuk mengatasi masalah bila terjadi serangan nuklir dan untuk menghindari terjadinya informasi terpusat, yang apabila terjadi perang dapat mudah dihancurkan.6

Dari sinilah dunia internet mulai berkembang dan akhirnya sampai pada akhir tahun 2016, banyak sekali perangkat yang telah dilahirkan dari dunia internet seperti aplikasi Facebook, Twitter, Instagram, Path, Gmail, Google Plus dan lain-lain. Masyarakat mulai menggunakan aplikasi-aplikasi ini untuk menyebarkan informasi.

(8)

Baik informasi dengan bahasa verbal maupun non verbal. Membagikan tautan berupa gambar, video tulisan serta broadcast untuk menyampaikan pesan kepada orang lain. Bahkan terkadang, trending topic yang terjadi di dunia maya menjadi berita dan dibicarakan di media massa elektronik maupun cetak keesokan harinya. Hal ini sekalgus menjadi ciri dari masarakat modern yang menurut Antony Giddens dalam intuisi dasar sari modernitas salah satunya ialah Industrialisme yang berbicara mengenai penggunaan mesin produksi serta pengaruhnya terhadap transportasi, komunikasi, dan kehidupan rumah tangga.

Castell, berpendapat bahwa abad ini masyarakat berada pada era informasi dan jaringan dimana Paradigma Teknologi Informasi menjadi ciri utamanya dibuktikan dengan banyaknya masyarakat menggunakan teknologi sebagai alat untuk menyebarkan informasi dan memperkuat jaringan. Paradigma ini memiliki lima ciri utama, karena:

 Teknologi informasi adalah semua teknologi yang digerakan oleh informasi.

 Informasi adalah bagian dari aktifitas manusia, maka teknologi memiliki dampak besar.

 Sistem yang menggunakan teknologi informasi di definisikan sebagai “Logika Jaringan” yang memungkinkan mereka memengaruhi berbagai proses dan organisasi.

 Teknologi-teknologi baru ini sangat fleksible dan bisa diakses oleh semua kalangan masyarakat tanpa terkecuali.

 Teknologi-teknologi spesifik yang di asosiasikan dengan informasi menyatu menjadi satu sistem terpadu yang mampu menggiring opini masyarakat.

2. Resiko Dari Masyarakat Media Massa

(9)

terhadap semua hal tentang dunia sangat mudah disalah gunakan oleh kelompok-kelompok tertentu. Inilah yang disebut Beck sebagai masyarakat Resiko. Beck seorang sosiolog dari Jerman menganggap masyarakat pasca industri sebagai modernitas reflektif.

Resiko adalah bahaya yang sebagian besar diciptakan oleh sumber kekayaan oleh masyarakat modern. Resiko modernitas tidak hanya berhenti pada suatu tempat atau waktu saja tetapi mempengaruhi ruang dan waktu yang lain. Sejarah distribusi resiko menunjukan bahwa, seperti kekayaan, resiko melekat pada pembagian kelas. Hanya saja secara terbalik, kekayaan terakumulasi di puncak (kelas atas), sedangkan resiko terakumulasi di dasar (kelas bawah). Dunia modern yang dicirikan oleh resiko menjadi kebutuhan seseorang untuk mencegah dan melindungi diri darinya. 7

Salah satu cara melindungi diri dari pengaruh masyarakat resiko ialah tidak mudah tergiring oleh opini hasil bentukan media. Tentu ilmu pengetahuan menjadi alat yang efektif untuk melawan kecanggihan teknologi. Meskipun tidak menutup kemungkinan, ilmu pengetahuan ikut larut didalam euforia kecanggihan teknologi ditengah-tengah masyarakat, namun setidaknya dengan bekal ilmu pengetahuan, masyarakat mampu menciptakan pilihan untuk setuju atau tidak setuju dengan isu yang dibawa oleh dunia maya. Sehingga, seperti konsep yang usulkan oleh Jurgen Habermas mengenai komunikasi. Bahwa perlu adanya pemanfaatan komunikasi yang baik, supaya kecanggihan teknologi dalam dunia modern tetap bisa diterima.

F. Metode Penelitian

Dalam proses kajian suatu objek penelitian akan dianggap sebagai kegiatan ilmiah ketika terdapat metode yang sesuai dengan objek yang dibicarakan, agar lebih terarah dan rasional dengan tujuan menghasilkan suatu kajian yang objektif empiristik. Pada dasarnya metode merupakan cara yang digunakan dalam suatu penelitian untuk mencari serta memecahkan masalah penelitian8. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian dipetakan sebagai berikut:

7 Ritzer, George. J Goodman, Douglas: Teori Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Post Modern, 2016: Kreasi Wacana, Yogyakarta

(10)

1. Jenis Penelitian

Penelitian kali ini menggunakan jenis penelitian Kualitatif sebagai proses dalam menghasilkan suatu deskripsi berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang yang terlibat atau perilaku yang dapat diamati.9 Hal ini tidak terlepas dari fokus penelitian tentang masyarakat Wonosobo dalam penerimaannya terhadap kecanggihan teknologi dan berusaha menampilkan suatu kajian deskriptif.

Dalam penelitian ini, proses mengidentifikasian terkait dengan kajian masyarakat media massa di kabupaten Wonosobo sepenuhnya dilakukan dengan pendekatan sosiologis. Sehingga kontruksi media massa terhadap masyarakat Wonosobo berusaha dilihat sebagai faktor dalam membentuk opini dan cara pandang masyarakat.

2. Sumber Data

Adapun sumber data yang akan digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder.

Pertama, data Primer adalah data yang berupa wawancara dengan masyarakat di beberapa kelurahan kabupaten Wonosobo terkait dengan kecanggihan teknologi dan pengaruh dari informasi media massa berbasis online yang mampu menciptakan dan membentuk opini publik. Baik dalam isu politik, ekonomi, pendidikan maupun budaya.

Kedua, sumber data sekunder adalah sumber data tambahan yang berupa tulisan baik data statistik penggunaan internet masyarakat kabupaten Wonosobo, artikel dan jurnal. Sumber data lainnya adalah dokumentasi dari hasil penelitian. Dokumentasi dianggap sangat penting dalam penelitian, karena dengan itu dapat memberi gambaran yang digunakan untuk menelaah lebih dalam lagi terkait dengan penelitian masyarakat media massa berbasis online.

3. Metode Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data peneliti menggunakan beberapa teknik yaitu observasi, interview dan dokumentasi.

a. Observasi

Observasi pada hakikatnya merupakan sebuah kegiatan dengan menggunakan panca indra, bisa penglihatan, penciuman, pendengaran untuk memperoleh informasi yang diperlukan untuk menjawab masalah penelitian. Observasi dilakukan untuk

(11)

mendapatkan suatu gambaran alamiah dengan melihat perilaku berdasarkan situasi yang ada dilapangan10, peristiwa atau kondisi yang terjadi dilapangan digunakan sebagai sumber data untuk menjawab pertanyaan penelitan. Sehingga teknik pengumpulan data melalui observasi sebenarnya mengupayakan mencari suatu data dengan pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala-gejala sosial yang tampak pada objek penelitian11. Berangkat dari teknik observasi inilah peneliti dapat mengeksplorasi data dan dapat memperoleh suatu gambaran yang jelas serta mendapatkan petunjuk-petunjuk dalam memecahkan persoalan penelitian.

Dalam hal ini peneliti tidak mengalami kesulitan dalam teknis penggalian dan pengumpulan data melalui observasi, hanya saja untuk melihat bagaiman cara informan atau subjek yang diteliti memilih suatu tindakan tertentu dalam setiap aktifitas. Perlunya seorang peneliti mengamati kembali melalui wawancara terhadap pelaku.12 Peneliti berusaha melakukan pengamatan secara langsung ke beberapa kelurahan di kabupaten Wonosobo dengan mengamati pola perilaku masyarakatnya. b. Indepth Interview (wawancara yang mendalam)

Wawancara mendalam (Indepth Interview) secara umum adalah proses teknik pengumpulan data guna memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau menggunakan pedoman (guide) wawancara.

Dalam wawacara ini, tentunya metode ini memerlukan sebuah konsep untuk mencapai suatu wawancara yang fokus dalam menjawab permasalahan dan pertanyaan penelitian. Mulai dari rumusan pertanyaan walaupun tidak tertulis, namun selalu didasarkan pada tujuan penelitian.13 Kali ini peneliti akan berusaha mencari informan kunci baik dari kalangan masyarakat ketua RT/RW dan pejabat kabupaten yang menangani bagian informasi berbasis online di Kabupaten Wonosobo.

10 Jamis A. Black. Metode dan Masalah Penelitian Sosial. (Bandung: PT Rafika Aditama, 2009). Hlm 285

11 Jonatan Sarjono. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. (Yogyakarta: Graha Ilmu,2006), hlm.224

12 Moh Soehadha. Metodelogi Penelitian Sosiologi Agama (Yogyakarta: Bidang

Akademik, 2008), hlm.106

(12)

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah salah satu teknik pengumpulan data dalam proses penelitian sosial. Pada intinya metode dokumenter adalah yang digunakan untuk penulusuran data jejak sejarah dari pemasalahan penelitian. Dengan demikian sebenarnya pengumpulan data dengan menggunakan teknik dokumentasi sangat amat penting, hal ini tidak terlepas bahwa fakta sosial sebagian besar terdapat dalam bahan yang berbentuk dokumentasi. Selain dari pada itu dokumentasi dapat juga digunakan sebagai bukti untuk suatu pengujian.

Sejauh ini, peneliti melihat adanya data-data yang berbentuk dokumentasi perlu dicari untuk mengungkap realitas interaksi masyarakat yang berkaitan dengan fakta sosial tentang penggunaan internet. Sehingga pengumpulan data akan terlengkapi dengan sempurna ketika dokumentasi ditopang dengan proses teknik observasi dan teknik wawancara.

4. Analisis Data

Analisis data merupakan pengolahan data dari hasil yang didapat dari sumber data yang terkumpul, baik dari observasi, wawancara maupun dokumentasi. Proses pengelolahan data ini memerlukan suatu teknik agar dalam analis data menghasilkan penelitian yang emperis objektif.

Dalam analis data sebagai proses pengelolahan data yang banyak dan padat. Maka penelitian ini memilih teknik analis deskriptif guna mencapai pemahaman terhadap subuah kajian yang kompleks14.

Referensi:

 Asa Briggs dan Peter Burke, 2006, Sejarah Sosial Media Dari Gutenberg sampai Internet, Jakarta, Yayasan Obor Indonesia

 David Holmes, 2012, Teori Komunikasi, Media Ternologi dan Masyarakat, Yogyakarta, Pustaka Pelajar

 Dan Nimmo, 1989, Komunikasi Politik, Bandung, PT Remaja Rosdakarya

 Iswandi Syahputra, 2013, Rezim Media (Indonesia Edition), Jakarta, Gramedia Pustaka Utama

(13)

 Jamis A. Black, 2009, Metode dan Masalah Penelitian Sosial, Bandung, PT Rafika Aditama

 http://alfinnitihardjo.ohlog.com/teori-teori-perubahan sosial.oh112689.html%20pada

%20pukul%2022.00. diakses pada tanggal 26 september 2010

https://kominfo.go.id/content/detail/4286/pengguna-internet-indonesia-nomor-enam-dunia/0/sorotan_media diakses pada tanggal 23 November 2014

 Jonatan Sarjono, 2006, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Yogyakarta, Graha Ilmu

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan budaya sekolah terhadap mutu sekolah yang ada Di S M P Negeri dan Swasta Wilayah Kota Bandung, dari

Permintaan tersebut kemudian dialokasikan ke dalam DRP worksheet menggunakan software Cargowiz sehingga didapatkan jadwal perencanaan distribusi yang optimal.Dari hasil

BANK berhak dengan ketentuan dan syarat-syarat yang dianggap baik oleh BANK untuk menjual dan/atau mengalihkan sebagian atau seluruh hak tagih BANK, baik pokok maupun bunga,

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kebijakan tax amnesty dilakukan pemerintah kepada wajib pajak untuk mengungkapkan atau melaporkan seluruh asetnya dan

Kerangka pikir penelitian menggambarkan hubungan dari variabel bebas, dalam hal ini adalah kualitas produk, persepsi harga dan Word of Mouth terhadap keputusan pembelian

(homogen) setelah dilakukan intervensi berupa pelatihan CCD pada kader dan dilanjutkan konseling oleh kader kepada ibu balita, terjadi peningkatan pada kualitas asuhan ibu dan

pH darah normal adalah 7.3-7.5 asam adalah pH dibawah 7.3 dan basa adalah pH di atas 7.5.pH 7.3-7.5 harus tetap dipertahankan,walaupun banyak senyawa-senyawa metabolit atau

Semakin besar nilai sentralitas keseluruhan, maka saham tersebut adalah saham paling berpengaruh pada topologi jaringan saham di indeks LQ45 pada periode