• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nota Kesepahaman Helsinki untuk Mengakhi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Nota Kesepahaman Helsinki untuk Mengakhi"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

Nota Kesepahaman Helsinki untuk

Mengakhiri Konflik Aceh:

Telaah Sosiologi Politik dan Histori

Suadi Zain al1

ABS TRACT:

The protected con flict betw een Free Aceh M ovem en t (GAM ) an d Gov ernm en t of In don esia (GoI) lasted n early 30 y ears (1976-20 0 5). It w as solved w ith M em oran dum of Un derstan din g (M oU) sign ed on 15 August 20 0 5 in H elsin ki Fin lan d w hich m ediated by Crisis Man agem en t In itiative (CM I). Con se-quen tly GoI should establish a n ew law on the governing Aceh (LoGA) as a follow up of the MoU. But som e articles of LoGA are con tra on M oU an d m an y issues rem ain un solved. N ev ertheless, this reality created oppor-tun ities for econ om ic an d socio-politic dev elopm en t in Aceh. On e great chan ge is GAM tran sform ed to political party and being the ruler in Aceh since 20 0 6. H ence peace accord (MoU) has been lasting for 9 y ears, although Aceh is fragile right n ow . This paper explain s the con flict settlem en t an d con stitution reform , an d the im pact on authority arran gem en t and relation ship betw een Aceh-In don esia after M oU Helsin ki.

Ka ta Ku n ci: Kon flik, In don esia, GAM , Aceh

PEN D AH U LU AN

Kon flik an tara Aceh dan Pem erin tah In don esia sudah berlaku dua kali sejak diben tuk Negara Kesatauan Republik In don esia (NKRI), yaitu kon flik DI/ TII pada tahun 1953-1962 dan kon flik GAM pada tahun 1976-20 0 5. Nam un tujuan dari dua konflik tersebut berbeda, yaitu; konflik pertam a tujuannya adalah oton om i dan yan g kedua adalah m erdeka, walaupun pada akhirn ya kedua kon flik in i dapat diselesaikan den gan cara n egosiasi yan g m en ghasilkan satu kesepaham an dan kesepakatan untuk dam ai. Nam un dem ikian, konflik DI/ TII m enam pakkan hubungan asim etris dalam m en capai kesepakatan dam ai, karena Pem erintah Indonesia lebih m on dom in asi, bahkan pen yelesaian -n ya diwakili oleh Pem erintah Daerah Aceh. Sedan gkan kon flik GAM, kesepakatan dam ai (MoU H elsin ki) yang dicapai adalah m elalui

(2)

perun din gan dalam hubungan yang seim bang (sim etris), dan dim ediasi oleh pihak ketiga ekstern al. Oleh sebab itu, im plem en tasi kesepakatan dam ai di m asa transisi m asih m elibatkan pihak In tern asion al dari Un i Eropa dan Asia yan g bergabun g dalam satu wadah, yan g diken al den gan Aceh Monitorin g Mission (AMM).

Sebagai pelaksan aan perdam aian jan gka panjang, MoU H elsinki telah ditafsirkan ke dalam satu Un dan g-Un dan g In don esia, yan g din am ai Un dang-Un dan g Pem erin tahan Aceh (UUPA), tetapi sebagian isi atau pasaln ya tidak sesuai dengan ketentuan MOU. Selain itu, tidak sem ua ketentuan yan g telah disepakati dapat dijalan kan secara autom atis (langsun g) oleh Pem erin tah Aceh, karena sebagian pasal undang-undan g tersebut m em erlukan Peraturan Pem erin tah In don esia lain n ya untuk dapat dilaksana-kan. Akibatnya transform asi konflik ke arah hubungan dam ai (positif) belum dapat diwujudkan . H ubungan Aceh – In donesia m asih tetap asim etris sebagaim an a sebelum MoU H elsin ki ditan datan gani, walaupun kesepakatan dam ai sudah berlan gsung ham pir satu dekade. H al ini sekaligus m enunjukkah bahwa perdam aian Aceh telah terbebas dari 50 persen kesepakatan dam ai yang dilakukan di kawasan konflik, nam un kem bali kepada konflik setelah lim a atau sepuluh tahun perdam aian tersebut dijalan kan .

D IN AMIKA KON FLIK ACEH D AN PEN YELES AIAN N YA

1. Ko n flik D a ru l Is la m ( D I/ TII)

(3)

Walau bagaim an a pun , pada awaln ya respon Pem erin tah In don esia terhadap Gerakan DI/ TII Aceh adalah dengan kekuatan tentara, yaitu; pem berlakuan Militaire Bijstan d (Daerah Berban tuan Militer) bukan Staat v an Oorlog en Beleg (Keadaan Darurat Peran g) (Daud, et.al., 20 10 ). Selan jutn ya m en ggun akan pen dekatan m iliter dan perseuasif dialogis. Nam un setiap kabin et kerajaan m em punyai cara yang berbeda dalam m en gkom bin asikan dua pen dekatan tersebut. Nam un dem ikian, pen yelesaian kon flik in i han ya dapat dilakukan den gan dialog perdam aian pada tan ggal 25 Mei 1959 yan g diken al den gan MISI H ARDI, yang dikukuhkan den gan Keputusan Perdana Menteri Republik In donesia tan ggal 26 Mei, Nom or 1/ Misi/ 1959 (Syam suddin , 1990 ; Gade, et al., 1994; El Ibrahim y; 20 0 1).

Selan jutn ya Pem erin tah Aceh m elaksan akan satu m usyawarah rakyat, yaitu Musyawarah Kerukun an Rakyat Aceh (MKRA) di Blan g Padan g, Banda Aceh pada tanggal 22 Mei 1962, yang m enghasilkan satu ikrar bersam a, “Mem elihara dan m em bina kerukunan serta m em ancarkan persatuan dan persahabatan”. Ikrar ini dim asyhurkan dengan “Ikrar Blang Padan g2 yan g dilan dasi pada n ilai dan norm a; “N ibak tje-bre, get

m eusaboh, tam eudjroh-droh n gon sjeedara” (Daripada berpecah belah, lebih baik bersepaduan, kita berbaik-baikan sesam a saudara”); “Beuthat tam eh suran g suren g, asai puten g roh lam bara” (Bagaim anapun ben gkokn ya tian g rum ah, yan g pen ting ujun g pahatan m asuk ke dalam luban g kayu pen yan ggah); “Buet m upakat beu tadjundjon g, bek m eukon g-kong ngon sjeedara” (H asil m ufakat harus kita junjung dan jangan berkelahi dengan sesam a saudara) (Daud, et.al., 20 10 ). Sebagai legal yuridis m engenai pelaksan aan Syari’at Islam , Aceh ditetapkan sebagai Daerah Istim ewa m enerusi Un dan g-undan g Republik In don esia Nom or 18 Tahun 1965 (El Ibrahim y, 20 0 1).

Ikrar Blang Padang m erupakan sim bol kerelaan seluruh m asyarakat Aceh atas berlaku reintegrasi dan rekonsiliasi yang dapat dijadikan san daran bagi pem bentukan perdam aian yan g berterusan di Aceh. Oleh sebab itu, walaupun perdam aian yang berlaku bersifat asim etris, ertin ya berakhir pem beron takan DI/ TII adalah den gan m en yerah3. Nam un perlakuan

2 Kenyataan ini boleh dipahami bahwa; (1) Hukum Syari’at Islam dengan automatik sudah boleh berlaku di Aceh; (2) Aceh boleh membentuk undang-undang bagi pemeluk agama Islam yang sesuai dengan Syari’at Islam; (3) Keistimewaan Aceh yang telah dijelaskan dalam Missi Hardi boleh dijalankan sesuai dengan kebijakan pelaksanaan unsur-unsur Syari’at Islam, sepanjang tidak bercanggahan dengan undang-undang yang lebih tinggi (Ariwiadi, 1986).

3 DI/TII tidak dianggap menyerah karena kalah, tetapi karena ada kesepakatan

(4)

Pem erin tah In donesia terhadap bekas pem beron tak tidak seperti orang kalah perang. Bekas anggota DI/ TII tidak ada yang dihukum m ati, bahkan m ereka diberikan am nesti. Majoritinya bekas anggota DI/ TII m elebur lan gsun g dengan sen dirinya ke dalam m asyarakat. Sebagiannya diterim a kem bali sebagai Ten tera Negara In don esia (TNI), seperti H asan Saleh (Panglim a Tertin ggi TII) tetap m em peroleh pangkat kolonel di jajaran TNI (Pan e, 20 0 1). Bahkan diperkirakan lebih dari 50 persen an ggota kom ando m iliter Aceh pada 1970 -an adalah bekas pejuang DI/ TII dan begitu pula pegawai n egeri sipil yang ikut m em berontak dibolehkan kem bali ke dinas-dinas pem erintahan (Syam suddin, 1990 ). Adapun kepada Daud Beureueh sen diri, Pem erin tah In don esia m en awarkan satu un it rum ah di Banda Aceh dan satu un it m obil, tetapi Beliau m en olakn ya, dan m em ilih kem bali ke kam pun gn ya di Beureun eun Sigli-Pidie un tuk bertan i (Kawilaran g, 20 0 8 ).

Kenyataan ini telah m em beri dam pak kepada bertahannya ‘kedam aian Aceh’ selam a belasan tahun. Rakyat Aceh boleh hidup am an dan tenteram , tidak ada lagi pertum pahan darah sem asa ini. Nam un karena keistim ewaan in i tidak boleh direalisasikan den gan sem estin ya, bahkan awal kepem im pinan Soeharto pada era Orde Baru sum ber daya alam Aceh dieksploitasi tanpa distribusi yang adil antara Pem erintah Indonesia dan Aceh. Kerajaan Pusat bukan sajai tidak m em en uhi jan ji-jan jinya, tetapi apabila diin gatkan m en gen ai jan ji-jan jin ya dan tokoh-tokoh Aceh m ahu m elibatkan diri dalam pem bangunan Aceh direspon den gan cara tidak wajar atau n egatif (Patji, et.al, 20 0 4). Keistem ewaan Aceh lebih bersifat sim bolik berbandin g substan si politik yan g oton om i. Oleh sebab itu, kon flik perlawan an m un cul kem bali di Aceh pada tahun 1976, yan g diken al den gan GAM.

2 . Ko n flik GAM

Konflik GAM (kon flik pem bebasan Aceh) yang dideklarasi pada 24 Desem ber tahun 1976, dian ggap sebagai gerakan pen gacau stabilitas keam anan atau pem berontak oleh Pem erin tah In don esia. GAM dilabelkan den gan Gerakan Pen gacau Keam an an (GPK), Gerakan Pen gacau Liar Keam anan (GPLK), atau Gerakan Pengacau Liar H asan Tiro (GPLH T) (Patji, 20 0 4). GAM m uncul boleh dikatakan karena pengabaian dan pen gkhian atan terhadap identiti Aceh yan g ditun tut di era DI/ TII serta pen guasaan sum ber daya alam Aceh oleh Pem erin tah In don esia, yang distribusinya kepada Aceh tidak adil (Sulaim an, 20 0 0 & 20 0 6; Djafar, 20 0 8 ). Sem entara proses penyelesaikannya dapat dibagikan kepada dua,

(5)

yaitu secara in tern al dan m elibatkan pihak ekstern al.

a . Pe n ye le s a ia n In te rn a l

a .1. Me n e w a s ka n ( w in -lo o s e s o lu t io n ) d e n ga n Milite r

Pada zam an kepem im pinan Soeharto, penyelesaian konflik GAM m en ggun akan pen dekatan m iliter. Pada tahun 1976-1979 tekan an m iliter sangat efektif un tuk m engelim anisir m ereka. Pem erintah In don esia tidak perlu m enghantarkan m iliternya dar pulau J awa ke Aceh untuk m elum puhkan GAM, cukup dibantu oleh m iliter (TNI-AD) yan g bertugas di Kodam Bukit Barisan I Medan . Nam un GAM kem bali m enam pakkan kekuatannya m elawan Pem erin tah In don esia sejak tahun 198 9 den gan kekuatan sen jata. Pem erintah Indonesia kem bali m enggunakan pedekatan m iliter (Sulaim an, 20 0 0 ). Aceh ditetapkan sebagai Daerah Operasi Militer (DOM) utam an ya di wilayah basis GAM, yaitu; Aceh Tim ur, Aceh Utara dan Pidie. Nam un Operasi DOM tidak m em buahkan hasil yang diinginkan , GAM tidak lum puh. Malahan m en jadi lebih besar, jum lah an ggotan ya dan struktur organ isasin ya m eluas. GAM m em peroleh sim pati yang lebih banyak dari kalangan m asyarakat sipil. Terutam a organisasi sipil yang pro kepada penegakan H AM. In i karen a tin dakan aparat m iliter (TNI dan Polri) yan g sewen an g-wen an g. Keganasan m ereka tidak sajai berlaku terhadap aktivis GAM, tetapi juga rakyat sipil yang dekat dengan m ereka, sam a ada keluarga m ahupun sahabat. Oleh sebab itu, aparat keam an an tidak han ya m elan ggar H AM rin gan , tetapi telah m elakukan kejahatan terhadap kem an usiaan . Bahkan sesebagian oran g m en ilain ya sebagai tin dakan kejahatan penghabisan etnis (the crim e of gen ocide) (Gade, et al., 20 0 1).

Pada era Soeharto boleh dikatakan pen an gan an GAM lebih ban yak dilakukan dengan pendekatan keam anan n egara (n ation al security approach). Pen yelesaian m elalui cara n egosiasi atau soft pow er tidak pernah berlaku. Kecuali hanya untuk m erebut hati rakyat supaya tidak m en sokon g GAM. Itu pun kadang-kadan g dilakukan den gan cara teror dan in tim idasi serta shock therapy. Sikap politik Soeharto dan TNI-nya yang keras terhadap GAM dirasionalisasi dengan sem boyan “NKRI harga m ati”, dan tidak ada ideologi selain Pan casila di In don esia (Djum ala, 20 13).

a .2 . Me n e w a s ka n ( w in -lo o s e s o lu t io n ) d e n ga n Milite r d an Ke s e ja h te ra a n Eko n o m i

(6)

pen gun gkapan pelan ggaran H AM yang dilakukan TNI pun sem akin terbuka dan m eluas di kalangan m asyarakat sipil, sam a ada di Aceh m ahupun di luar Aceh. Oleh sebab itu, Pan glim a An gkatan Bersen jata Republik In don esia (ABRI) J en deral Wiran to dan Presiden Habibie m en cabut status DOM di Aceh pada tan ggal 7 Ogos 1998 dan m em in ta m aaf atas perilaku kegan asan yan g dialkukan oleh person il TNI (Aspin al & Crouch, 20 0 3).

Nam un dem ikian, tindakan m iliter dengan pelbagai nam a operasi dan pasukan lainnya m asih berlaku di Aceh, seperti Operasi Wibawa (berm ula pada 2 J anuari 1999); Operasi Sadar Rencong I (Mei 1999 – J anuari 20 0 0 ); Operasi Sadar Rencong II (Februari 20 0 0 – Mei 20 0 0 ); dan Operasi Sadar Rencong III (J uni 20 0 0 – 18 Februari 20 0 1); Operasi Cinta Meunasah (J uni 20 0 0 - 20 0 1); dan Operasi Cinta Dam ai (20 0 1 – 20 0 2). Nam un ken yataan in i tidak m em buat keam an an Aceh lebih baik. Keadaan Aceh sem akin m em an as, kegan asan fisik dan darah insan tetap m engalir setiap harinya. Pem bunuhan, penyiksaan, pen culikan , dan pem erkosaan sem akin parah, serta gelom bang pen gun gsian pun m enin gkat (Marzuki & Warsidi, 20 11).

Selain itu, juga dilaksan akan pem ulihan ekon om i dan kesejahteraan rakyat Aceh (prosperity approach), m em berikan am nesti kepada tahan an politik yan g berhubung kait den gan GAM, ban tuan dan a kepada an ak yatim dan jan da korban konflik serta kesem patan kerja kepada an ak bekas an ggota GAM. Selain itu juga dipertegaskan kem bali pem berlakuan keistim ewaan bagi Aceh di bidan g agam a, budaya dan pen didikan m enerusi Undang-undang Negara RI Nom or 44 tahun 1999. Nam un dem ikian , tin dakan kegan asan m iliter Indonesia tetap m asih sangat m enonjol. Akibatnya, pelanggaran H AM berlaku secara berterusan , tan pa pen gadilan untuk m ewujudkan keadilan dan pen ghen tian kegan asan (Djum ala, 20 13).

(7)

oleh jutaan m asyarakat Aceh (Fasya, 20 0 5). Realiti politik sem acam in i direspon baik oleh Panitia Khas daripada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI untuk Perm asalahan Aceh. Pada tanggal 16 Disem ber 1999 m ereka m em inta kepada pihak Pem erintah Indonesia supaya segera m en gin ten sifkan dialog den gan sem ua elem en m asyarakat Aceh. Bahkan dengan lem baga legislatif, eksekutif dan yudikatif Aceh supaya m em peroleh kesepakatan m en gen ai lan gkah-langkah pen yelesaian konflik secara kom prehensif dan secepat m ungkin (Nurhasim , 20 0 8 ). Men urut Djum ala (20 13) sem asa in ilah ‘em brio’ n egosiasi (soft pow er)

m ulai m un cul, yang kem udian ditin dak lan jutkan oleh kerajaan -kerajaan setelahnya.

b. Pe liba ta n Pih a k Ke tiga Eks te rn a l

b.1. H e n ry D u n a n t Ce n tre ( H D C) d a n Co H A

H ard pow er (pen dekatan m iliter) telah m em buktikan tidak efektif m en gelim in asi GAM, kecuali hilan g, datan g kem bali dan m em besar. Un tuk itu, Presiden Indonesia (Abdurrahm an Wahid) pada tahun 1999 m en ggan tikan pen dekatan m iliter den gan dialog (n egosiasi), den gan m elibatkan pihak ketiga, Intern asion al NGO H en ry Dun ant Center (H DC). Secara in form al H asan Wirajuda (Duta Besar Indonesia untuk PBB di J enewa) m enem ui H asan Ditiro pada tanggal 27 J anuari 20 0 0 . Selain itu, H DC juga m en jum pai pim pin an elit GAM di luar n egara, seperti H asan Ditiro dan Malik Mahm ud, serta H usain i H asan (Fraksi MP-GAM) un tuk m enawarkan negosiasi dengan RI (H uber, 20 0 4; Zulkarnain, 20 0 8 ). Ekoran itu, pada tanggal 12 Mei tahun 20 0 0 kedua pihak (RI-GAM)4

secara form al m en an datan gan i satu kesepaham an bersam a “Join t Un derstan din g on H um an itarian Pause for Aceh” di J en ewa, Swiss (H arish, 20 0 5), lebih dikenal den gan “J eda Kem an usian”. Matlam atnya; pen yediaan bantuan kem an usiaan ; persiapan peran gkat keam an an; pen guran gan ten si keganasan ; dan prom osi n ilai-n ilai untuk m em bina kepercayaan diri yang m engarah kepada perdam aian (Djohari, 20 11). J eda Kem anusiaan (J K) efektif dijalan m ulai tanggal 2 J uni 20 0 0 , dengan ditubuhkan Tim Modaliti Keselam atan Bersam a (TMKB) dan Kom ite Bersam a untuk Aski Kem anusiaan (KBAK) atau Join t Security Com m ittee

(J SC) yan g bertugas m en gkoordin asi pen yaluran bantuan kem an usiaan dan pen urunan ketegangan dan pen ghen tian keganasan (Tippe, 20 0 1). Di sam ping itu, juga dibentuk tim pem antau bagi kedua badan berkenaan

4 RI diwakili oleh Hassan Wirajuda (Menteri Luar Negeri Indonesia) dan GAM

(8)

yan g m elibatkan elem en aktivis sipil (Darm i, 20 0 8 ). H asiln ya J K berjaya m en guran gi tin dakan kegan asan . Oleh sebab itu, J K yan g m ulan ya disepakati untuk m asa tiga bulan , diperpan jan g tiga bulan lagi (m enjadi en am bulan ). Nam un J K kuran g berjaya dalam m en yelesaikan perm asalahan kem an usiaan lain n ya yang m enjadi tuntutan korban pelan ggaran H AM, seperti pen gun gkapan kegan asan dan pen gadilan terhadap pelaku pelanngaran. Pada sisi lain , perm asalahan ekon om i dan kesejahteraan m asyarkat sem akin terpuruk, dan belum m en dapat perhatian serius daripada pihak kerajaan (Elsam , 20 0 3). Bahkan kegan asan pun m ulai m eningkat kem bali. Diperkirakan sekitar 30 0 orang m ati antara J anuari-Ogos 20 0 0 . Pada perm ulaan Ogos J afar Siddiq, Kepala In ternasion al Forum for Aceh (IFA) dibun uh di Medan . Pada bulan yang sam a pegawai Oxfam ditangkap dan disiksa di Aceh Selatan (Large & Aguswan di, 20 0 8 ).

Akibatnya kepercayaan m asyarakat Aceh kepada Pem erin tah In don esia belum boleh dipulihkan . Sebalikn ya GAM sem akin m en guat, yan g m an a sejak pertengahan 1999 m ereka sudah terorganisir den gan baik. Pada m asa in i m ereka telah m am pu m en gin tern asionalisasi perm asalahan Aceh den gan Indon esia, dan m em perluas basis sokongan penduduk (di pedesaan ) serta m en in gkatkan kon solidasi kekuatan m ilitern ya (Djum ala, 20 13). GAM m em aknai J K adalah satu langkah yang m em bawa Aceh lebih dekat kepada kem erdekaan (Todd, 20 11).

(9)

Kom andan m iliter di lapangan, yang m enilai J K hanya m em beri keun tun gan bagi perkem ban gan kekuatan GAM (H uber, 20 0 8 ).

Oleh yang dem ikian , Presiden Abdurrahm an Wahed (Gusdur) m en geluarkan satu Instruksi Presiden (Im pres) Nom or 0 4 tahun 20 0 1. Dalam hal in i, Polri diberi otoritas sebagai pem egan g kom ando pelaksan a pem ulihan keselam atan . Akan tetapi ken yataan n ya yan g berlaku TNI tetap lebih m em iliki otoritas dan kesan yan g san gat besar. Akibatn ya perilaku kegan asan terus m en in gkat (Elsam , 20 0 3). Men urut catatan Kon tras (20 0 6) in tensiti peristiwa kegan asan ; tiga bulan sebelum In pres han ya 79 peristiwa, n am un setelah dikeluarkan In pres berken aan (April– Agustus) m en in gkat 1216 peristiwa kegan asan .

Selan jutn ya pada era Presiden Megawati, Pem erin tah In don esia m enawarkan kem bali form at otonom i khusus bagi Aceh, yang m elebihi kekhasan sebelum nya. Ianya m erangkum i agam a, budaya, pendidkan, politik dan ekon om i, yang dilegalkan den gan Un dan g-un dan g Republik In don esia Nom or 18 tahun 20 0 1 ten tan g Oton om i khusus bagi Provin si Nanggroe Aceh Darussalam5. Aceh diberi kewen an gan yan g luas untuk

m enjalankan pem erintahannya sendiri. Ekoran itu, H DC m enjem put kem bali pihak RI dan GAM untuk m elakukan negosiasi, dengan m elibatkan “w ise m en6 sebagai tim m ediator. H asilnya pada pertem uan

tan ggal 9-11 Mei 20 0 2 GAM m en erim a oton om i khusus sebagai keran gka asas dialog. Dalam hal ini, Indonesia m enilai sebagai tawaran final (m aksim a) bagi penyelesaian konflik Aceh. Manakala GAM m elihatnya sebagai pem buka (lan gkah awal) bagi perjuan gan selan jutn ya dalam usaha m em erdekakan Aceh dengan cara diplom asi (Kay, 20 0 3). Nam un, H DC berjaya m en yakin kan kedua pihak un tuk terus m en ggun akan jalan dialog bagi pen yelesaian kon flik yan g sudah berlarut-larut. Akhirnya pada tanggal 9 Disem ber 20 0 2 RI dan GAM sepakat un tuk m en an datan gai satu perjan jian pen ghen tian perm usuhan , “Cessation of H ostilities Agreem en t (CoH A)”, yan g m eran gkum i; pen ghen tian perm usuhan , dem iliterisasi, rehabilitasi dan rekonstruksi serta reform asi politik (Zulkarnain, 20 0 8 ). Yan g juga boleh dim akn ai m elibatkan 4 perkara, iatu; keam anan ,

5 Undang-undang ini sudah dicadangkan sejak era Habibie, disetujui oleh DPR RI pada era Gusdur tanggal 19 Juli 2001 dan disahkan oleh Megawati pada tanggal 9 Ogos 2001 (Parera, et.al., 2001; Zulkairnain, 2008)

(10)

kem an usiaan, rekon struksi, dan reform asi sipil:

a. Keam anan , bererti pen ghen tian kontak sen jata dan tin dak kegan asan , pen en tuan zon a dam ai, dem iliterisasi (relokasi m iliter In donesia dan pen ggudan gan sen jata GAM), dan reform ulasi peran an Brim ob m enjadi polis sipil.

b. Kem anusiaan, ialah penyaluran bantuan kepada pengungsi

c. Rekon struksi m en cakup rehabilitasi dan rekon struksi saran a yang han cur dan rusak akibat daripada kon flik bersenjata.

d. Reform asi sipil, yakni penyelenggaraan dialog un tuk m em perkuatkan proses dem okrastisasi di Aceh (Elsam , 20 0 3).

Nam un dem ikian, dalam im plem entasinya, m enurut laporan J SC pada pen ghujun g J an uari 20 0 3 bahwa han ya jum lah peran g sejata yan g m en galam i pen urunan, m anakala kegan asan ke atas m asyarakat sipil belum m em beri kesan yang sign ifikan (Elsam , 20 0 3). Dan Akhirnya COH A gagal dilan jutkan . Pertem uan Tokyo 17 Mei tidak m em bawakan RI dan GAM kepada satu kesepakatan untuk m elaksanakan CoH A lebih lan jut. In i berawal daripada pen an gkapan en am oran g an ggota GAM7

yan g duduk di J SC apabila m ahu beran gkat ke Tokyo m en gikuti pertem uan bersam a. Selanjutn ya pen olakan GAM terhadap otonom i khusus dalam NKRI dan m eletakkan senjatanya. Akibatnya diberlakukan kem bali darurat m iliter di Aceh den gan n am a Operasi Terpadu8 m elalui

Keputusan Presiden Megawati yan g diterbitkan pada tan ggal 18 Mei, Nom or 28 tahun 20 0 3 (YLBH I, 20 0 3).

Menurut Perez (20 0 9) kegagalan CoH A disebabkan oleh tiga faktor, yaitu: (1) Lem ah kepem im pinan politik un tuk m endesak dilaksanakan dialog

“peace talk”, yang m em iliki im pak ke atas kontrol terhadap m iliter; (2) Lem ahn ya kapasiti H DC dalam m enyelenggarakan negosiasi, karena pen galam annya yan g m asih m in im a dalam pengurusan kon flik pada perin gkat intern asion al. Aceh adalah m erupakan kes pertam a yang ditangani; (3) Tidak m elibatkan pihak intern asional yang am at besar dan m assive sepertim ana yang berlaku dengan CMI.

Pem berlakuan operasi m iliter pasca CoH A berjaya m en ekan kekuatan

7 Muhammad Usman Lampoh Awe, Kamaruzzaman, Ibrahim Tiba, Amni bin Ahmad

Marzuki ditahan oleh polis Indonesia di airport Sultan Iskandar Muda apabila mahu berangkat Ke Tokyo (Zulkarnain, 2008).

8 Operasi Terpadu adalah kombinasi operasi militer dan non militer yang

(11)

m iliter GAM. Pem erin tah In don esia m em perkirakan en am bulan pelaksanaan Operasi Militer, telah berjaya m engurangi kekuatan m iliter GAM 55% (Sukm a, 20 0 4). Posisi GAM m en jadi lem ah (Shaw, 20 0 8 ), walaupun sebelum n ya telah m en guasai 75% dari keseluruhan wilayah Aceh dan di Aceh telah berlaku dua pem erin tahan sem asa itu (Djuli, 20 11). Kem udian status darurat m iliter diturunkan m enjadi darurat sipil m elalui Keputusan Presiden Nom or 43 Tahun 20 0 4. Akan tetapi operasi terpadu tidak dihen tikan dan jum lah TNI-Polri belum dikuran gkan .

b.2 . Cris is Ma n a ge m e n t In itia tive ( CMI) d a n Mo U H e ls in ki

Walaupun Operasi Militer telah berjaya m elem ahkan kekuatan GAM. Nam un pem im pin an In don esia tahun 20 0 4, Susilo Bam ban g Yodhoyon o (SBY) dan J usuf Kalla (J K) m elakukan kem bali proses n egosiasi den gan GAM, yang m enghasilkan satu Nota Persefaham an m engenai perdam aian In don esia-Aceh (MoU H elsin ki) yan g ditan datan gani pada 15 Ogos 20 0 5. Berhasil ditan datan gan i MoU in i, di an taran ya disebabkan oleh para aktor yan g terlibat di dalam n ya, yaitu:

1. Ke ra ja a n Re p u blik In d o n e s ia ( RI)

Pem erin tah In don esia SBY-J K m em iliki visi yan g sam a dalam m endekati m asalah Aceh, m ereka m enyakini bahwa pendekatan m iliter hanya boleh m elem ahkan GAM, bukan m enyelesaikan m asalah Aceh secara tun tas dan perm an en . Oleh sebab itu, dialog dam ai harus diusahakan sekuat m un gkin sebagai m edia pen yelesaian sengketa. Akibatnya adalah m uncul persepaduan polisi di peringkat tertin ggi Pem erin tah Indon esia yan g m am pu m en gatasi para oposisi-oposisi politik yang tidak suka dengan pen dekatan n egosiasi (Morfit, 20 13). Oleh sebab itu, SBY-J K berani dan bersedia m em berikan oton om i yang lebih luas lagi kepada Aceh berban din g autotom i sebelum n ya, yaitu dengan m en am bahkan bidan g politik ke atas keistim ewaan Aceh yang telah diberikan sebelum n ya (Djum ala, 20 13).

(12)

(Morfit, 20 13).

Dalam m elakukan n egosiasi J usuf Kalla m em in takan kepada tim , terutam a H am id Awaludin un tuk m en jalan kan nya seperti berdialog den gan sahabat yan g diken al baik, dan m em an dang lawan (GAM) sederajat, tidak lebih rendah daripada Pem erin tah In don esia. Bahkan secara tekn is dim inta un tuk selalu duduk berhadapan den gan Malik Mahm ud dan m en atap m atan ya tanpa berkedip sem asa berbin cang un tuk m em peroleh kepercayaan dari GAM. Man akala Presiden SBY m em berikan sokongan pen uh kepada tim m en erusi Awaludin , bahkan Beliau m en yatakan bahwa kesepakatan dam ai yan g ditan datan gan i oleh Awaluddin adalah sam a pentingn ya dengan proklam asi kem erdekaan (Awaludin , 20 0 9).

2 . Ge ra ka n Ace h Me rd e ka ( GAM)

GAM bersedia m elakukan dialog dengan Kerajaan RI (SBY-J K yang dipilih lan gsun g oleh rakyat tahun 20 0 4) den gan dim ediasi oleh CMI. Walaupun sem asa dialog dilakukan m iliter RI m asih pun m enyeran g dan m em bun uh an ggota-an ggota GAM di Aceh. Mereka tetap m elan jutkan n egosiasi tan pa m em batalkan n ya kecuali m en gajukan protes sajai kepada Ahtisaari. Karen a m elihat tan da-tanda kesungguhan dan keseriusan Kerajaan RI ingin m enyelesaikan perm asalahan konflik Aceh m enerusi dialog dam ai, (Kin gsbury, 20 0 6; H usain, 20 0 7).

Selain itu, GAM juga bersedia m elepaskan tun tutan m erdeka dan m elakukan negosiasi dalam koredor otonom i, karena wujud perubahan sikap dariapada Pem erintah Indonesia. Menurut GAM m ereka lebih fleksibel berbandin g kerajaan sebelum n ya. “If Aceh can get w hat it w an ts peacefully w ithout separatin g itself from In don esia, w hy should w e go to w ar? So, that is w hat I said at the tim e, that w e had the right people at the right tim e an d the right place to achiev e peace” (Daly & H iggin s, 20 10 ).

3 . Cris is Ma n a ge m e n t In itia tive ( CMI)

(13)

perun din gan , sepertim an a yan g berlaku pada m asa CoH A; harus ada lem baga pengawas untuk m em antau im plem entasi hasil perundingan; RI juga harus m en guasakan cara-cara yan g tepat un tuk m en gin tegrasikan m an tan kom batan GAM kedalam m asyarakat; dan RI m esti m em beri tawaran baru yan g m en arik dan m em bahagiakan bagi GAM. Man akala kepada GAM, CMI m enegaskan kem bali bahwa jika ingin dibantu un tuk m en yelesaikan konflik Aceh, GAM jangan m en un tut kem erdekaan karen a dun ia in tern asion al belum ada yan g m en sokon g perkara berken aan . Perun din gan m esti dibincangkan dalam had kerangka otonom i. GAM boleh m enjelajahi opsi-opsi perluasan otoritas Aceh m elebihi oton om i luas/ khas yan g sudah pernah diterim a sebelum nya (Morfit, 20 13).

Selain itu, supaya negosiasi berlaku hingga m em peroleh hasil yang kom prehensif Ahtisaari m enegakkan satu prinsip dasar “tak ada yang disepakti sam pai sem uan ya disepakati”, dengan kata lain “tidak satupun diterim a sebelum sem ua diterim a” (Kivim aki & Gorm an, 20 0 8 ). J ika berlaku deadlock m engenai satu perkara, sepertim ana gen jatan sen jata sem asa negosiasi yan g dicadan gkan oleh GAM, m aka n egosiasi dihentikan un tuk m asa sem en tara dan kepada kedua pihak dim intakan fokus sahja pada apa-apa yang telah disepakati (Husain, 20 0 7).

Selan jutn ya n egosiasi pun dilakukan secara kom prehen sif, tidak partsial dan berfase sebagaim an a perundin gan yan g berlaku sebelum n ya; gen catan sen jata, jeda kem an usian , dan pen ghentian perm usuhan. Untuk itu, gencatan senjata yang diusulkan oleh GAM pada putaran pertam a ditolak oleh delegasi RI. H al sem acam ini tentu m em iliki kesam aan prinsip dengan Ahtisaari, “tak ada yang disepakti sam pai sem uanya disepakati”. Selain itu, supaya perundingan cepat m em peroleh hasilnya, CMI juga m en entukan had m asa perun dingan yang m esti diakhiri, yaitu J uli 20 0 5 (H usain, 20 0 7).

4 . Akto r d i Lu a r Me ja Pe ru n d in ga n

Perlu dipaham i bahwa huraian di atas adalah perkara yang berlaku di m eja n egosiasi rasm i. H al in i ten tu tidak akan berwujud jika salin g percaya antara kedua pihak tidak kuat. Terutam anya adalah kepercayaan GAM kepada Pem erintah Indonesia yang telah pudar ham pir 30 -an tahun . Untuk itu, n egosiasi di luar m eja9 perun dingan

(14)

rasm i juga dilakukan. Farid H usain dalam m em bina kem bali kepercayaan GAM kepada Kerajaan RI, Beliau m elakukan kom unikasi dengan pelbagai elem en m asyarakat Aceh. Daripada rakyat awam sam pai kepada tokoh GAM dan keluarganya serta orang-orang yang m em iliki hubun gan dekat den gan GAM. Mereka diharapkan boleh m em beri kesan kepada perubahan m inda dan hati tokoh-tokoh GAM10

terhadap Pem erintah In donesia, sam ada di Aceh, luar Aceh m ahupun di luar n egara. Beliau m en un jukkan rasa em patinya kepada oran g Aceh den gan m en gatakan bahwa oran g Aceh dan Beliau adalah sam a-sam a kecewa kepada Pem erintah In don esia. Oran g Bugis juga pernah m em berontak dua kali untuk m ewujudakan negara federal. Nam un tan pa sokongan dari luar n egara, perjuan gan akan sia-sia (H usain , 20 0 7).

Dalam usaha m enyakinkan GAM bahwa Kerajaan RI serius ingin berdialog kem bali den gan GAM, Farid H usain diban tu oleh J uha Christen sen . Un tuk lebih m en yakin kan GAM m en gen ai ren can a in i, J uha m en em ui negosiator GAM yan g ditahan oleh Kerajaan RI di Sukam iskin atas perm in taan GAM di Swedia. Selain itu, J uha juga m em bantu m elobi Martti Ahtisaari untuk bersedia m enjadi m ediator perun din gan . Proses m em ban gun kepercayaan ini m enghabiskan m asa sekitar satu setengah tahun sebelum perundingan rasm i dim ulai pada tanggal 27 J anuari 20 0 5. Bahkan sem asa negosiasi berlaku, Farid H usain dan J uha m en gam bil peran m en cairkan keadaan yan g tegan g di m eja perun din gan dengan cara m en jum pai para delegasi GAM di luar m eja perun dingan dan m en jem put m ereka un tuk m akan bersam a. Di sam ping itu, untuk m em udahkan dan m em percepat proses perundingan, Farid H usen m enggunakan prin sip m enjum pai dan m en gajak bicara sem ua yan g terlibat dalam perun dingan (GAM). Oleh sebab itu, Dam ien Kin gsbury sebagai pen asehat GAM pun dijem put ke In don esia secara diam -diam oleh Wakil Presiden In don esia J usuf Kalla untuk m em bincan gkan pen yelesaian kon flik Aceh, dan Irwan di Yusuf dijum pai oleh Farid H usain di Sin gapura

(2007); Peace in Aceh, Hamid Awaludin (2008) dan Peace in Aceh, Damien Kingsbury (2006).

10 Farid Husen mejumpai Abu Abdullah pada Ogos 2003, kakak Hasan Ditiro dan

(15)

sebelum ia m elibatkan diri dalam an ggota delegasi GAM pada putaran kedua (H usain, 20 0 7).

TAFS IRAN MOU H ELS IN KI KE D ALAM U U PA: MEN GAKH IRI KON FLIK ATAU MEN TRAN S FORMAS I KON FLIK KE ARAH PERD AMAIAN POS ITIF

MoU Helsin ki telah m em batasi otoritas Pem erin tah In don esia ke atas Aceh, yaitu han ya pada en am perkara; hubun gan luar n egeri, pertahan an luar, keam an an n asion al, hal ihwal m on eter dan fiskal, kekuasaan kehakim an dan kebebasan beragam a (MoU, poin 1.1.2,a). Karen anya pada poin 1.1.1 MoU disebutkan “Undang-un dang baharu ten tan g Pen yelen ggaraan Pem erintahan di Aceh akan diun dangkan dan akan sesegera m un gkin dijalankan , dan selam bat-lam batn ya tan ggal 31 March 20 0 6”, sebagai pen ggan ti Un dan g-Un dan g Nan ggroe Aceh Darussalam (UU-NAD) Nom or 18 tahun 20 0 1, yan g ditolak oleh GAM sem asa kon flik. Dalam hal in i Pem erintah In don esia telah m en afsirkan MoU ke dalam Un dan g-Un dan g Pem erin tahan Aceh (UUPA) Nom or 11 tahun 20 0 6. Nam un , sebagian n ya tidak sesuai den gan MoU H elsin ki. Bahkan sebagian poin UUPA m asih m em erlukan Peraturan Perlaksan a (PP) dari Pem erin tah In donesia supaya boleh diim plem entasikan oleh Pem erin tah Aceh, seperti m engen ai wewen ang (otoritas) pen gelolaan m in yak dan gas, pertan ahan , pem ben tukan Kom isi kebenaran dan Rekon siliasi.

UUPA diharapkan Aceh tidak saja m en ggan tikan status Oton om i Khusus kepada Otonom i Seluas-luasnya11, akan tetapi juga m enem patkan Aceh

sebagai Daerah Self Goverm en t (Pem erintahan Sendiri)12. Ini m erupakan

kom prom i politik sebagai jalan ten gah an tara oton om i khusus dan m erdeka yan g dim in takan oleh GAM dalam negosiasi MoU H elsin ki (Sugen g, et.al., 20 10 ). Den gan dem ikian , diharapkan Aceh akan m engurus dirinya sendiri bagi m em ban gun dan m em bin a Aceh supaya “m erdeka” secara substan si, yaitu sejahtera, adil dan berm aruah. Di m an a m asyarakat Aceh dapat m erasa dam ai positif secara berterusan .

11Undang-Undang No. 18 Tahun 2001 belum memadai untuk menampung aspirasi,

kepentingan pembangunan ekonomi, dan keadilan politik. Oleh sebab itu, pembentukan UU No. 11 Tahun 2006 dengan prinsip otonomi seluas-luasnya (Djojosoekarto, et.al., 2008), yang dihadkan pada enam perkara (MoU, poin 1.1.2,a).

(16)

UUPA dilihat secara sekilas nam paknya Pem erintah Aceh telah m em iliki otoritas yang lebih luas berbanding dengan undang-undang oton om i khusus sebelum nya (tahun 20 0 1). Karena di dalam nya telah diatur otoritas Aceh atas pelbagai perkara, kecuali enam perkara. Akan tetapi pada kenyataan nya yan g seben ar tidak dem ikian, bahkan UUPA sekaligus telah m enguran gi otoritas Aceh ke atas perkara berkenaan. Karen a pada pasal 7 dan pasal 8 telah disebutkan :

Pa s a l 7:

(1) Pem erin tahan Aceh dan kabupaten / kota berwen an g (otoritas)

m en gatur dan m en gurus urusan pem erin tahan dalam sem ua sektor publik kecuali urusan pem erin tahan yan g m en jadi kewen angan Pem erin tah (Pem erin tah In don esia).

(2) Kewen an gan Pem erintah sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) m eliputi u ru s a n p e m e rin ta h a n ya n g be rs ifa t n a s io n a l, politik luar n egeri, pertahan an , keselam atan , yustisi, m on eter dan fiskal nasional, dan urusan tertentu dalam bidang agam a.

Pa s a l 8 :

(1) Ren can a persetujuan intern asion al yan g berkaitan lan gsun g den gan Pem erin tahan Aceh yang dibuat oleh Pem erin tah dilakukan den gan kon sultasi dan p e rtim ba n ga n DPRA.

(2) Ren can a pem ben tukan un dan g-un dan g oleh Dewan Perwakilan Rakyat yang berkaitan lan gsung den gan Pem erintahan Aceh dilakukan den gan kon sultasi dan p e rtim ba n ga n DPRA.

(3) Kebijakan adm in istratif yan g berkaitan langsun g dengan Pem erin tahan Aceh yan g akan dibuat oleh Pem erintah dilakukan den gan kon sultasi dan p e rtim ba n ga n Gubernur.

(4) Ketentuan lebih lan jut m en gen ai tata cara kon sultasi dan pem berian pertim ban gan sebagaim ana dim aksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) d ia tu r d e n ga n Pe ra tu ra n Pre s id e n .

Ayat urusan pem erin tahan y an g bersifat n asion al, tidak disebutkan dalam MoU H elsinki, dan kata pertim bangan m erupakan pergantian daripada “persetujuan” yang disepakati dalam MoU. Dua perkataan ini telah m em beri im pak besar kepada pem batasan otoritas Aceh. Boleh dipastikan sam a den gan otoritas provin si lain n ya yan g tidak m em iliki keistim ewaan. Sepertim ana yang berlaku pada provinsi-provinsi sum atera pada am nya.

(17)

m en yebabkan keten tuan perun dang-un dangan in i san gat am at kabur (a v ery , v ery obscure stipulation ), n am un undan g-un dan g in i lebih baik daripada tidak ada un dan g-un dan g bagi Aceh (Shaikh, 20 0 8 ). Selan jutn ya pem batasan otoritas Aceh atas pentadbiran dirin ya oleh Pem erin tah Indon esia lagi diperkuat m en erusi poin 1 daripada Pasal 11 UU PA “Pem erin tah (Pem erin tah In don esia) m en etapkan n orm a, stan dar, dan prosedur serta m elakukan pen gaw asan terhadap pelaksanaan urusan yang dilaksan akan oleh Pem erin tah Aceh dan pem erin tah kabupaten / kota”.

Sedar akan im pak negatif yang dem ikian , perkara tersebut m ulanya telah ditolak oleh para pen gawal selia pem ben tukan UUPA, terutam a oleh elem en m asyarakat sipil apabila ditem patkan pada pasal 7. Nam un tern yata dim un culkan kem bali pada pasal 11. Afrizal (ADF) yan g m erupakan seoran g pengawal selia terhadap pem bahasan Ran can gan UU PA di Parlim en In don esia m en yebutkan :

“kita sudah san gat bahagia dan m en epuk tan gan sem asa pen olakan terhadap ayat in i diterim a. Sebelum n ya sem pat berlaku diskusi alot dan panas m engenai perkara ini. Bahkan anehnya kam i harus berargum en keras den gan seoran g anggota Parlim en RI asal daripada Aceh sem asa m en olak ayat in i. Tetapi karen a m un gkin sudah sangat bahagia dan eforia terhadap kejayaan, kam i tidak m em antau lagi pada ayat-ayat selan jutn ya m engenai perkara serupa ini” (Wawancara 29 Oktober 20 13 di Banda Aceh).

Ken yataan ini telah m en yebabkan Aceh “kehilan gan ” keistim ewaan n ya. Aceh m em erlukan en ergi ban yak un tuk m elakukan n egosiasi lan jut den gan Pem erin tah In don esia. J ika tidak m am pu, berpoten si besar kon flik akan m uncul kem bali, yaitu sebagaim ana yan g pernah berlaku pada tahun 1976, di m an a satu sebabn ya adalah gagal dalam diplom asi (n egosiasi) keistim ewaan yan g dijan jikan dan disepakati dalam “Ikrar Lam teh” (Yusn i Sabi, Perbin can gan 19 Disem ber 20 13) pada pen yelesaian kon flik DI/ TII tahun 1962.

Selain itu, poin -poin MoU yan g m en jelaskan bahwa Kerajaan dan Parlim en In don esia dalam m em buat satu kebijakan atau keputusan In tern asion al yan g berhubun g-kait den gan Aceh m esti “berkonsultasi dan m em peroleh persetujuan ” daripada Kerajaan dan Parlim en Aceh (Poin 1.1.2. b,c,d), dalam UUPA telah digan tikan dengat kata “kon sultasi dan pertim ban gan ”. Akibatn ya sem angat Aceh m em beri kepada Indonesia berubah m enjadi sem angat m en erim a dan m em in ta-m in ta.

(18)

Saifuddin m en yatakan bahwa 70 % Aceh m asih dikuasai oleh Pem erintah In don esia (Perbin cangan , 18 Disem ber 20 13). J auh lagi Chairul Fahm i m en yebutn ya bahwa MoU H elsin ki adalah sam a den gan perjanjian dam ai “Ikrar Lam teh”, yang pada prakteknya tidak ada keistim ewaan bagi Aceh. Sem ua keten tuan yan g dibuat m esti m en gikut perun dan g-un dan gan Indon esia yan g Pan casilais (Perbincangan, 28 Disem ber 20 14).

Lebih buruk lagi keistim ewaan Aceh, selain akibat dari pergan tian tem in ologi

p e r s e t u ju a n kepada k o n s u lt a s i adalah Peraturan Presiden (Perpres) No.75/ 20 0 8 , disebutkan bahwa kebijakan adm in istratif pem erin tah pusat antara lain seperti pem ekaran wilayah, harus m elalui ko n s u lta s i d a n p e rtim ba n ga n Gubern ur Aceh. Sedan gkan bagi provin si lain n ya harus m enerusi p e rs e tu ju a n Gu be rn u r d an D PRD provinsi yang bersangkutan (Am rizal, 20 10 ). Pada pasal 5 UU No.32/ 20 0 4, poin 2 disebutkan, “Syarat adm in istratif sebagaim an a dim aksud pada ayat (1) untuk provinsi m eliputi

a d a n ya p e rs e tu ju a n D PRD ka bu p a te n / ko ta d a n Bu p a ti/ W a liko ta

yan g akan m en jadi cakupan wilayah provin si, p e rs e tu ju a n D PRD p ro vin s i in d u k d a n Gu be rn u r, serta rekom endasi Men teri Dalam Negeri”.

Oleh sebab itu, keistim ewaan Aceh dipastikan hanya dalam hal m enerim a dan a/ uang lebih ban yak dari Pem erin tah In don esia. Itu pun m ekan ism e pen gelolaan dan pem an faatan m esti m en gikut ketentuan yan g berlaku um um bagi seluruh provin si di In don esia. Misalnya koreksi Anggaran Pendapatan Belanja Aceh (APBA) tahun 20 13 yan g dilakukan oleh Gum awan Fauzi (Men teri Dalam Negeri In don esia), karen a m en ilai berten tangan den gan keten tuan (Peraturan Menteri Keuan gan ) (Warsidi, 20 13). In i berlaku karen a Pem erin tah Pusat belum paham UUPA (Zaini Abdullah, Gubernur Aceh, 20 13). Ken yataan in i m en urut Nurzahri, An ggota Parlim en Aceh, bahwa Pem erin tah In don esia m asih m en gon trol pen galokasian an ggaran Aceh seraca pen uh m enerusi Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuan gan . Mereka akan m en gatakan ‘ya’ atau ‘tidak’ terhadap usulan an ggaran daripada Pem erin tah Aceh (Perbincan gan 18 Disem ber 20 13). Pen gesahan APBA 20 13 m isaln ya, disahkan setelah dievalusi dan dikoreksi oleh Mendagri, alasan nya adalah m enyesuaikan den gan regulasi (MedanBisn is, 0 6 March 20 13).

(19)

Uraian di atas m en jelaskan bahwa MoU H elsin ki yan g m em erlukan un dan g-un dan g baru tidak ban yak m em beri kesan positif kepada perluasan otoritas Aceh un tuk m engurus dirinya sendiri. Nam un telah m em beri kesan positif kepada pen ingkatan pen dapatan (uan g) bagi Aceh, terutam a yan g bersum ber daripada dana alokasi khas yang tidak pernah diperoleh sebelum nya, dan dan a bagi hasil pertam ban gan m in yak dan gas tan pa pen guran gan peratusannya. Dua sum ber pendapatan in i dim iliki oleh provin si lain yan g tidak m em peroleh hak istim ewa daripada Pem erintah Indonesia (Kem itraan, 20 0 8 ). Akibatnya pendapatan Aceh m en in gkat secara sign ifikan . Daripada bilion an (sebelum MoU) kepada triliunan (pasca perdam aian)13.

Ken yataan in i berlaku, karen a n egosiasi lan jutan (proses pem bentukan UUPA) tidak lagi m elibatkan pihak ketiga sebagai m ediator. Akibatnya proses n egosiasi belaku dalam hubungan tidak seim ban g (asim etris), karen a Aceh telah disahkan sebagai bahagian sub-state daripada Negara Indon esia, dan Pem erin tah In don esia lebih ban yak m erujuk kepada un dan g-un dan g oton om i daerah, berban din g kepada MoU H elsinki (Baldan, 20 0 7). Akibatnya perkara-perkara prinsipil dihapuskan, sem isal otoritas Pem erintah Indonesia yang disepakti han ya 6 perkara m en jadi kabur, dan sebagian poin -poin UUPA telah m en yim pan g dari keten tuan MoU H elsin ki. Oleh sebab itu, reform asi hubun gan asim etris kepada hubungan yan g seim ban g tidak berlaku. Padahal perkara ini adalah core daripada pem binaan perdam aian (Lederach, 1999). Ini satu kelem ahan MoU H elsin ki yan g sifatnya tidak im plem en tatif keseluruhannya, tetapi m en syaratkan negosiasi lan jutan , m en an ggalkan tahapan ceasefire serta lan gsung m elakukan pelucutan senjata

(disarm am ent) pihak GAM sebelum negosiasi lanjutan diselesaikan. Walaupun GAM tidak din yatakan dibubarkan, tetapi kekuatannya sudah tiada lagi, m ereka tidak m em iliki senjata yang dapat m engan cam eksistensi Pem erin tah In don esia. Padahal Rom bostham , et al (20 0 5) dan Fisher (20 0 7) m en yatakan bahwa ceasefire m erupakan bagian dari proses fase perdam aian n egatif sebelum pen andatan gan kesepakatan dam ai.

Pada sisi lain, Pem erintah Indonesia dengan sengaja m engabaikan pelaksanaan hak keistim ewaan Aceh yan g telah disepakati, seperti Peraturan Pem erin tah (In don esia) yan g m engatur ten tan g otoritas atau kewen an gan Aceh, Peraturan ten tan g Min yak dan Gas, Peraturan ten tan g Pertan ahan , sem ua aturan in i belum dibuat atau diselesaikan sehin gga kini. Padahal sepatutnya tahun 20 0 8 sudah harus diselesaian sem ua aturan turunan pelaksaksan aan UUPA. Ini m en un jukkan akan berlaku kem bali pen gkhiatan Pem erin tah In don esia terhadap Aceh sebagaim ana yan g telah berlaku

13 Lihat World Bank (2006) “Aceh Public Expenditure Analysis Spending For Reconstruction

(20)

terhadap Perjanjian Dam ai Konflik DI/ TII 1962, yang pada akhirnya m uncul kem bali konflik Aceh (GAM 1976) setelah 14 tahun perjanjian perdam aian. Akibat daripada punca konflik yang tidak diselesaikan .

KES IMPU LAN

(21)

BIBLIOGRAFI:

Am rizal, J . (20 10 ) Mengupas Perpres Kon sultasi dan Pertim ban gan dalam Zain , F., et al. eds. Geun ap Aceh: Perdam aian Bukan Tan da Tan gan.

Ban da Aceh: Aceh In stitute Press.

Ariwiadi, (198 6) Gerakan Operasi Militer VII: Pen jelesaian Peristiw a Atjeh. J akarta: Mega Bookstore

Aspin al, Edward (20 0 6) Sejarah konflik Aceh, http:/ / www.acehinstitute.org/ id/ index. Diakses tanggal 29 Disem bir 20 10 .

Aspin all, Edward an d Crouch, H arold (20 0 3) The Aceh Peace Process: W hy it Failed, Policy Studies 1, Washin gton : East-West Cen ter.

Awaludin, H . (20 0 9) Peace in Aceh, Yogyakarta: Kanisius Printing H ouse

Baldan , Ferry M. (20 0 7). Pon dasi Men uju Perdam aian Abadi. J akarta: Suara Bebas

Basyar, H am dan, Nurhasim , Asvi, WA., Zuhro, S., Ichwanuddin, W., (20 0 8 )

Aceh Baru: Tan tan gan Pern dam aian dan In tegrasi. J akarta: Pustaka Pelajar.

Daly, B. an d H iggin s, N. (20 10 ) The Use an d Effectiv en ess of M ediation as a Con flict R esolution Tool. Working Papers in International Studies Cen tre for In tern ation al Studies, No. 8 ., Dublin City Un iversity, Ireland

Dam anik, A. Taufan (20 10 ) H asan Tiro: From the Im agin ation of an Islam ic State to the Im agin ation of Ethnonation alism . J akarta: Friedrich Ebert Stiftun g (FES) dan Acheh Future In stitute (AFI).

Darm i, Afridal (20 0 8 ) Keterlibatan Masyarakat Sipil dalam Proses Perdam aian dalam Aguswandi & Large. J . Eds. R ekon figurasi Politik: Proses Dam ai Aceh, Accord. Lon don : Con ciliation Resources.

Daud, A., H usda, H ., Um ar, M., Al Chaidar (20 10 ) Aceh dari Kon flik ke Dam ai. Banda Aceh: Bandar Publishing

Djafar, M. (20 0 8 ) Pilkada dan Dem okrasi Kon sosiasion al di Aceh, POELITIK J urnal Kajian Politik, dan Masalah Pem bangunan , J urnal Poelitik Volum e 4/ No.1/ 20 0 8 , hal. 20 3, http:/ / sps.un as.ac.id:8 0 8 0 / publikasi/ P%20 195-217%20 Dem okratisasi.pdf. Diakses 15 Septem bir 20 12.

(22)

Djojosoekarto, A., Sum arwono, R., Suryam an , C. (Eds) (20 0 8 ) Kebijakan Oton om i Khususdi In don esia:Pem belajaran dari Kasus aceh, papua, Jakarta, dan Yogy akarta. J akarta: Kem itraan.

Djuli, Nur, M. (20 11) R esearch Question : Does Lack of Em ploy m en t Am on g Ex-Com batan s Lead to An In crease of Violen ce in Post-Con flict Societies. http:/ / projects.iq.harvard.edu/ files/ fellows/ files/ djuli.pdf, Diakses 5 Septem bir 20 12.

Djum ala, D. (20 13) Soft Pow er un tuk Aceh: Resolusi Kon flik dan Politik Desen tralisasi. J akarta: PT Gram edia Pustaka Utam a.

El Ibrahim y, Nur M. (20 0 1) Peran an Tgk. M . Daud Beureu-eh dalam Pergolakan Aceh, J akarta: Media Dakwah

Elsam (20 0 3) Men gapa Kesepakatan Pen ghentian Perm usuhan Sulit Dipertahan kan.http:/ / www.elsam .or.id/ down loads/ 127330 68 8 7_ Brief ing_ Paper_ Elsam _ No_ 2.pdf. Diakses 21 J ulai 20 12

Fasya, Kem al, T. (20 0 5) R itus Kekerasan dan Libido N asionalism e. Yogyakarta: Elsam .

Fischer, D. (20 0 7). “Peace as a Self-regulating Process”, in Charles Webel and J ohan Galtung, eds., Han dbook of Peace an d Con fl ict Studies Lon don : Routledge.

Gade, M., Ism ail, Otto S., Ishak dan Yusn i S. (20 0 1) Akar Perm asalahan dan Alternatif Proses Pen y elesaian Kon flik di Aceh dalam Aceh Jakarta Papua. J akarta: YAPPIKA.

H arish, S.P. (20 0 5) Tow ards Better Peace Processes: A Com parativ e Study of Attem pts to Broker Peace w ith M N LF an d GAM , Sin gapore: In stitute of Defen ce an d Strategic Studies Sin gapore, http:/ / w w w .rsis.edu.sg/ publication s/ W orkingPapers/ W P77.pdf. Diakses 3 J ulai 20 10

H uber, K (20 0 4) The H DC in Aceh: Prom ises an d Pitfalls of N GO M ediation an d Im plem en tation . http:/ / w w w .eastw estcenterw ashington.org/ Publication s/ publication s.htm . Diakses 20 Pebruari 20 14

H usain, Farid, 20 0 7, To See the Un seen ; Kisah di Balik Dam ai di Aceh,

J akarta: H ealth and H ospital Indonesia.

Kawilaran g, H (20 0 8 ) Aceh dari Sultan Iskan dar M uda ke H elsin ki. Banda Aceh: Ban dar Publishin g

(23)

 

 

 

 

This

 

article

 

is

 

part

 

of

 

 

 

 

Volume IV, No. 1, January 2015 

Visit: 

www.konfrontasi.co 

Referensi

Dokumen terkait

• cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah industri untuk usaha pengolahan limbah industri.. Premi untuk asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan,

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa pelaksanaan ekstrakurikuler pramuka penggalang di SD Jaranan Banguntapan Bantul dapat dilihat dari 1) perencanaan pihak

dimana mendalami pengetahuan kode etik yang mendapatkan hasil bahwa secara umum responden masih jarang yang mendalami kode etik diluar bangku kuliah seperi kursus

Hasil penelitian adalah ruang tradisional Desa Adat Penglipuran terdiri dari tiga tingkatan ruang yang berdasarkan konsep Tri Mandala, yaitu Utama, Madya dan

Berdasarkan tuntutan kemampuan fisik Prajurit maka bagaimana mengembangkan suatu metode agar para Prajurit semakin tertarik untuk melakukan latihan aerobik dalam

Pengetahuan yang baik tentang menarche akan mempengaruhi kesiapan remaja putri dalam menghadapi menarche , hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Klasifikasi agregat menjadi kasar, halus dan filler adalah berdasarkan ukurannya yang ditentukan menggunakan saringan. Mutu agregat mempengaruhi kekuatan dan ketahanan konkrit. Adapun

Permasalahan didalam subsistem katalog adalah ketika aplikasi memproses permintaan user untuk mendownload data yang dipesan, aplikasi download handler memproses