• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTUMBUHAN ALGA LAUT Kappaphycus alvarezii DENGAN METODE VERTIKULTUR PADA KEDALAMAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOALEMO JURNAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERTUMBUHAN ALGA LAUT Kappaphycus alvarezii DENGAN METODE VERTIKULTUR PADA KEDALAMAN YANG BERBEDA DI KABUPATEN BOALEMO JURNAL"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PERTUMBUHAN ALGA LAUT Kappaphycus alvarezii DENGAN

METODE VERTIKULTUR PADA KEDALAMAN YANG

BERBEDA DI KABUPATEN BOALEMO

JURNAL

OLEH:

HARIS LADUNTA NIM : 631 411 045

JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

(2)

LEMBAR PERSETUJUAN

ARTIKEL JURNAL

PERTUMBUHAN ALGA LAUT Kappaphycus alvarezii DENGAN METODE VERTIKULTUR PADA KEDALAMAN YANG BERBEDA

DI KABUPATEN BOALEMO

OLEH:

(3)

PERTUMBUHAN ALGA LAUT Kappaphycus alvarezii DENGAN METODE VERTIKULTUR PADA KEDALAMAN YANG BERBEDA

DI KABUPATEN BOALEMO

1.2

Haris Ladunta, 2Hasim, dan 2Yuniarti

1

Haris_bdp2011@mahasiswa.ung.ac.id

2

Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan, Universitas Negeri Gorontalo

ABSTRAK

Haris Ladunta 2015. Pertumbuhan Alga Laut Kappaphycus alvarezii Dengan Metode Vertikultur Pada Kedalaman Yang Berbeda Di Kabupaten Boalemo. Skripsi. Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Negeri Gorontalo. Dibawah Bimbingan Hasim Sebagai Pembimbing I dan Yuniarti Koniyo Sebagai Pembimbing II.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan alga laut Kappaphycus alvarezii dengan metode vertikultur pada kedalaman yang berbeda. Penelitian yang dilakukan menggunakan metode eksperimen. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Deskriptif dengan tiga perlakuan dan tiga kali ulangan. Biota uji yang digunakan adalah alga laut Kappaphycus alvarezii sebanyak 450 gram. Pemeliharaan berlangsung selama 28 hari. Perlakuan yang digunakan kedalaman yang berbeda, yaitu (A) 25 cm, (B) 60 cm dan (C) 95 cm. Wadah yang digunakan berupa 9 buah kantong dengan ukuran tinggi kantong 30 cm dan diameter kantong 20 cm. Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah pertumbuhan mutlak dan laju pertumbuhan spesifik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berat rata rata pertumbuhan mutlak dan laju pertumbuhan spesifik tertinggi diperoleh pada perlakuan A (kedalaman 25 cm) sebesar 16,67 gram dan 1,04 %/hari, disusul perlakuan B (kedalaman 60 cm) sebesar 8,33 gram dan 0,57 %/hari dan terendah pada perlakuan C (kedalaman 95 cm) sebesar 6,33 gram dan 0,43 %/hari. Hasil pengukuran kualitas air yang diperoleh selama penelitian menunjukkan bahwa kualitas air pada lokasi penelitian berada dalam kisaran yang masih dapat ditoleransi oleh alga laut Kappaphycus alvarezii

Kata kunci : Kappaphycus alvarezii, Vertikultur, Kedalaman, Pertumbuhan

1.2

(4)

I. PENDAHULUAN

Rumput laut merupakan salah satu komoditi unggulan dalam perdagangan

dunia dan Indonesia merupakan salah satu negara yang menjadi penyuplai bahan

baku rumput laut bagi negara-negara yang membutuhkan. Produksi rumput laut

Indonesia tahun 2013 adalah sebesar 9,28 juta ton meningkat hampir 3 juta ton

dari sebelumnya pada tahun 2012 sebesar 6,51 ton (Direktorat Jenderal Perikanan

Budidaya, 2014). Peningkatan produksi rumput laut yang demikian tinggi

mencerminkan adanya peluang yang semakin besar di pasar internasional terhadap

rumput laut Indonesia. Salah satu jenis rumput laut yang banyak dibudidayakan

ialah rumput laut jenis Kappaphycus alvarezii.

Kappaphycus alvarezii merupakan salah satu spesis yang memiliki

ekonomi penting dan merupakan komoditas ekspor yang saat ini banyak

dibudidayakan oleh masyarakat pesisir karena pelaksanaan budidayanya mudah

dan tidak memerlukan modal investasi yang banyak serta memiliki nilai jual yang

cukup tinggi. Saat ini permintaan pasar akan rumput laut semakin meningkat,

sehingga untuk memenuhi kebutuhan pasar diperlukan kesinambungan produksi

rumput laut hasil budidaya dari pengembangan usaha budidaya yang

berkelanjutan (Utojo dkk., 2007).

Metode vertikultur adalah budidaya yang dilakukan secara tegak lurus

dengan mengoptimalkan pemanfaatan perairan-perairan atau kolom air yang

relatif dalam (Aslan, 2011). Metode vertikultur dilakukan dengan mengikatkan

(5)

disusun berjajar, selanjutnya (Pong-Masak, 2010) dengan vertikultur juga bisa

memanfaatkan kolom perairan sampai batas kecerahan perairan.

Provinsi Gorontalo merupakan salah satu penyebaran rumput laut yang

ada di Sulawesi, khususnya di Kabupaten Boalemo. Budidaya Kappaphycus

alvarezii banyak dibudidayakan dan sangat diminati oleh petani pembudidaya.

Namun usaha budidaya rumput laut di daerah ini masih belum dikelola secara

optimal, sehingga produksi rumput laut masih rendah. Sehubungan dengan hal

tersebut, untuk meningkatkan produksi rumput laut maka perlu menerapkan suatu

teknologi baru dengan adanya penggunaan kantong dalam pemeliharaan rumput

laut. Bahan jaring dengan mata jaring yang sangat kecil mampu mencegah

masuknya sampah maupun hewan pemangsa adalah prinsip kerja kantong

multifungsi ini (Cahyadi, 2009). Mengingat perlu adanya informasi tentang

kedalaman yang sesuai untuk pertumbuhan rumput laut maka penulis melakukan

penelitian dengan judul “ Pertumbuhan Alga Laut Kappaphycus alvarezii Dengan

Metode Vertikultur Pada Kedalaman Yang Berbeda Di Kabupaten Boalemo”.

II. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai April 2015, di

Perairan Loka Penelitian Dan Pengembangan Budidaya Rumput Laut Desa

Tabulo Selatan, Kecamatan Mananggu, Kabupaten Boalemo, Provinsi Gorontalo.

Prosedur Penelitian

Bibit yang digunakan dalam penilitian ini adalah bibit alga laut Kappaphycus

alvarezii yang berasal dari sekitar lokasi penelitian setempat dengan berat awal 50

(6)

alat dan bahan, metode budidaya yang digunakan yakni metode vertikultur dengan

menggunakan kantong. Pembuatan diawali dengan merangkai tali gantung yang

dilakukan didarat dengan masing-masing panjang tali gantung ± 2 meter. Pada

setiap tali gantung akan memuat 3 gantungan yang akan dibuat pengait pada

masing masing kedalaman guna mengikat kantong dan setiap tali gantung pada

masing masing kedalaman diberikan tanda yang terbuat dari selasban. Kemudian

menyiapkan bibit yang akan digunakan. Bibit alga laut dan kantong yang sudah

disiapkan terlebih dahulu dibersihkan dari kotoran-kotoran atau organisme yang

menempel.

Setelah dibersihkan alga laut yang telah tersedia terlebih dahulu ditimbang

dengan berat bibit awal yang sama yaitu 50 gram/kantong sejumlah 450 gram.

Selanjutnya Memasukan bibit alga laut kedalam kantong yang telah disiapkan,

kemudian mengikat kantong alga laut pada tali ris gantung pada kedalaman 25

cm, 60 cm dan 95 cm, yang sebelumnya pada tali ris gantung tersebut pada

masing masing kedalaman telah tanda pengait untuk mengikat kantong, dimana

masing masing tali ris gantung diikatkan pemberat yang terbuat dari botol agua

ukuran 500 ml yang berisi batu batu kecil. Mengikatkan tali ris gantung pada tali

ris bentang dengan jarak masing-masing tali ris gantung 50 cm, selanjutnya

mengikatkan pelampung berupa botol aqua yang berukuran 500 ml pada tali ris

bentang. Pengontrolan alga laut dilakukan seminggu tiga kali yaitu dengan cara

membersihkan kantong, botol (pelampung), tali gantung serta tali bentang.

Sedangkan untuk pengukuran pengambilan sampling berat bibit dan kualitas air

(7)

Variabel yang diamati

Variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah pertumbuhan mutlak, laju

pertumbuhan spesifik, pertumbuhan rata rata setiap minggu serta pengukuran

kualitas air.

A.Pertumbuhan Mutlak

Untuk menghitung pertumbuhan mutlak menurut Basyari et al., (1987)

dalam Faisal dkk., (2012) sebagai berikut

Keterangan :

G : Pertumbuhan mutlak (g)

Wt : Berat pada akhir penelitian (g)

Wo: Berat pada awal penelitian (g)

B.Laju Pertumbuhan Spesifik (SGR)

Menurut Dawes dkk., (1994) dalam Syahlun (2012), perhitungan laju

pertumbuhan spesifik menggunakan rumus sebagai berikut :

Dimana :

SGR : Laju Pertumbuhan Spesifik (%)

Wt : Bobot Rumput Laut Pada Waktu t (g)

W0 : Bobot rata-rata bibit pada waktu awal (g)

t : Periode Waktu Penelitian (hari) lnWt – lnW0

SGR= --- x 100% t

(8)

C. Pertumbuhan Rata-Rata Setiap Minggu

Pertumbuhan mingguan diamati dengan cara merata-ratakan setiap

perlakuan kemudian membuatnya kedalam grafik garis hingga tampak perubahan

pertumbuhan setiap minggunya.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A.Pertumbuhan Mutlak

Pertumbuhan Mutlak alga laut Kappaphycus alvarezii pemeliharaan

selama 28 hari dapat dilihat pada gambar 1 sebagai berikut :

. Gambar 1. Pertumbuhan Berat Mutlak Alga Laut Kappaphycus

alvarezii Setiap Perlakuan

Penanaman alga laut menggunakan kantong dengan metode vertikultur

pada kedalaman 25 cm akan lebih cepat tumbuh dibandingkan dengan kedalaman

60 dan 95 cm, karena pada kedalaman 25 cm alga laut dapat memanfaatkan sinar

matahari lebih optimal sebagai sumber energi untuk proses fotosintesis dan dapat

membantu alga laut untuk memperoleh unsur hara atau nutrient, hal ini sesuai

dengan yang dikemukakan Santika (1985) dalam Novalina dkk., (2010) bahwa

peningkatan fotosintesis dapat meningkatkan kemampuan alga laut untuk

(9)

bahwa cahaya matahari adalah faktor utama yang sangat dibutuhkan oleh alga

laut. Selain itu pada kedalaman 25 cm masih terjadi pergerakan arus dan

gelombang yang optimal untuk pertumbuhan alga laut Kapphaphycus alvarezii

sehingga memiliki peluang yang cukup besar dalam penyerapan unsur hara, selain

itu pergerakan air juga dapat membersihkan alga laut dari kotoran yang menempel

sehingga tidak menghalangi proses fotosintesis. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Mubarak (1982) dalam Novalina dkk., (2010) pergerakan air yang diakibatkan

arus dan gelombang permukaan sangat membantu dalam mendistribusikan unsur

hara dan fisika kimia air lainnya baik secara horisontal maupun vertikal dalam

suatu wilayah perairan.

B. Laju Pertumbuhan Spesifik

Laju pertumbuhan spesifik alga laut Kappaphycus alvarezii selama 28 hari

pemeliharaan dapat dilihat pada gambar 2 sebagai berikut:

Gambar 2. Laju Pertumbuhan Spesifik Alga Laut Kappaphycus alvarezi Setiap Perlakuan

Perlakuan kedalaman alga laut Kappaphycus alvarezii menggunakan

kantong dengan metode vertikultur menunjukkan rata rata laju pertumbuhan

spesifik yang berbeda, Rata rata laju pertumbuhan spesifik tertinggi diperoleh

(10)

0.57%/hari dan terendah pada perlakuan C sebesar 0,43 %/hari. Hal ini

dikarenkan adanya perbedaan penetrasi cahaya matahari yang diterima oleh setiap

kedalaman sehingga menghasilkan pertumbuhan yang berbeda dengan

kemampuan masing-masing dalam pertumbuhannya. Hal ini sesuai pendapat

Novalina dkk., (2010) menyatakan bahwa setiap perlakuan kedalaman mempunyai

kesempatan untuk memperoleh sinar matahari dan unsur hara yang berbeda

sehingga pertumbuhannya juga berbeda, ada yang cepat dan ada yang lambat.

Pertumbuhan juga disebabkan adanya pergerakan arus dan ombak. Pada

kedalaman 25 cm dan 60 cm masih terjadi pergerakan arus dan ombak yang

membawa unsur hara untuk pertumbuhan alga laut dibandingkan dengan

kedalaman 95 cm pergerakan airnya sedikit. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Serdiati dan Widiastuti (2010) dalam Syahlun dkk., (2012) alga laut yang ditanam

terlalu dalam pergerakan airnya kurang sehingga menyebabkan proses masuknya

nutrient ke dalam sel-sel tanaman dan keluarnya sisa-sisa metabolisme terhambat

serta tertutupnya thallus oleh lumpur yang mengakibatkan terhalangnya proses

fotosintesis sehingga pertumbuhannya menjadi lambat.

Secara umum nilai laju pertumbuhan spesifik hasil penelitian kurang dari

3%/hari, hal ini dapat dikatakan bahwa pertumbuhan alga laut kurang optimum,

dimana laju pertumbuhan rumput laut semakin menurun seiring bertambahnya

kedalaman perairan. Hal ini sesuai dengan Iksan (2005) dalam Mamang (2008)

bahwa laju pertumbuhan bobot rumput laut yang dianggap cukup menguntungkan

(11)

C.Pertumbuhan Berat Setiap Minggu

Hasil pengukuran pertumbuhan berat rata- rata setiap minggu alga laut

Kappaphycus alvarezii dapat dilihat pada gambar 3 sebagai berikut :

Gambar 3. Pertumbuhan Berat Rata Rata alga laut Kappaphycus alvarezii Setiap Minggu

Berdasarkan gambar diatas menunjukan bahwa pertumbuhan berat alga

laut Kappaphycus alvarezii pada minggu pertama dan kedua pada semua

perlakuan kedalaman mengalami peningkatan pertambahan berat yang tidak jauh

berbeda, hal ini dikarenakan ketersediaan nutrien dalam kolom perairan relatif

berdistribusi homogen, sehingga peluang bibit alga laut dalam memperoleh

nutrien juga relatif sama. Hal ini sesuai dengan pendapat Masyahoro dan

Mappiratu (2009) dalam Rujiman dkk.,(2012) alga laut yang memperoleh nutrien

yang banyak akan mempercepat pertumbuhannya. Pertumbuhan alga laut

minggu ketiga pada perlakuan kedalaman 95 cm terjadi penurunan pertumbuhan.

Hal ini dikarenakan adanya penempelan lumut dan teritip dikantong alga laut

Pertumbuhan Berat Rata Rata setiap Minggu

(12)

yang lebih banyak dibandingkan dengan kedalaman 25 cm dan 60 cm, akibat yang

ditimbulkan yaitu terjadi penutupan kantong sehingga akan menghalangi penetrasi

cahaya matahari yang dibutuhkan oleh rumput laut untuk fotosintesis, hal ini

sesuai dengan pernyataan Indriani dan Sumiarsih (1991) Soenardjo (2004) bahwa

lumut dan epifit yang menempel pada tumbuhan alga laut atau pada jaring

kantong dapat menghambat penetrasi cahaya matahari. Selain penepelan lumut

dan teritip penurunan pertumbuhan alga laut pada minggu ketiga juga disebabkan

mulai terkenanya penyakit ice ice pada alga laut yang dipelihara, sehingga

pertumbuhan alga laut menurun. Penyakit ini juga berlangsung sampai minggu

keempat, dimana perlakuan kedalaman 60 cm dan 95 cm yang terkena penyakit

ice ice. Kondisi ini disebabkan karena adanya perubahan lingkungan yang

ekstrem yang ditandai dengan adanya perubahan cuaca yang berubah ubah pada

minggu keempat sehingga tidak mampu ditolerir oleh rumput laut yang

menyebabkan rumput laut terkena penyakit ice ice, akibatnya rumput laut menjadi

lemah atau tidak sehat, hal ini sesuai dengan pernyataan Syahlun, dkk., (2012)

adanya penyakit ice-ice ini diduga berkaitan dengan adanya perubahan kondisi

yang cukup lama dan tidak sesuai untuk pertumbuhan rumput laut, kondisi

tersebut berkaitan dengan curah hujan yang tinggi.

D.Kualitas Air

Hasil pengukuran kualitas air selama penelitian menunjukkan bahwa

kisaran yang diperolah masih pada kriteria kualitas air yang baik untuk

pertumbuhan alga laut Kappaphycus alvarezii. Kisaran kualitas air selama

(13)

Tabel 1. Kisaran Hasil Pengukuran Kualitas Air

No Parameter Kisaran Hasil

Pengukuran Parameter Yang Sesuai 1 Suhu (0C) 29,8 – 31 26-320C (BSNI, 2010)

2 DO (mg/l) 4,2 - 5,4 2 - 4 atau lebih dari 4 (khasanah, 2013) 3 Salinitas (ppt) 31 – 35 28-35 ppt (DKP, 2006)

4 pH 7,5 - 8,1 7,3-8,2

(Indriani dan Sumiarsih, 2001)

5 Kec Arus (cm/detik) 21,25 - 25,97 20-40 cm/detik (Sulma dan Manoppo, 2008)

(14)

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian Pertumbuhan Alga Laut Kappaphycus

alvarezii Dengan Metode Vertikultur Pada Kedalaman Yang Berbeda dapat

disimpulkan bahwa:

1. Perbedaan kedalaman rumput laut yang dipelihara dengan metode

vertikultur menunujukan pola pertumbuhan Kappaphycus alvarezii yang

cenderung berbeda.

2. Kedalaman 25 cm menghasilkan pertumbuhan mutlak dan laju

petumbuhan spesifik yang terbaik yaitu 16,67 gram dan 1,04 %/hari .

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka saran yang dapat diajukan yakni :

1. Perlu dilakukan penelitian yang sama pada musim dan waktu yang

berbeda ditempat yang sama maupun pada lokasi yang berbeda guna

mendapatkan musim tanam yang baik untuk pertumbuhan Kappaphycus

alvarezii.

2. Pada masa yang akan datang ketelitian dalam penimbangan pengukuran

berat perlu diperhatikan, ketidaktelitian dalam pengukuran akan

menghasilkan data yang tidak valid.

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Aslan, L.M, 2011. Strategi Pengembangan Budidaya Rumput Laut Di Indonesia. Pidato Pengukuhan Sebagai Guru Besar dalam Bidang Budidaya Perikanan Tanggal 22 Januari 2011. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Haluoleo. Kendari. 50 Hlm.

Badan Standar Naisional Indonesia, 2010. Produksi Rumput Laut (Euchema cottoni). Badan Standar Nasional Indonesia. Bandung.

Cahyadi, A. 2009. Kantong Rumput Laut. Media Masa Jakarta. Jakarta.

Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, 2014. Produksi Rumput Laut Indonesia. Ditjen Perikanan. Jakarta.

Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, 2014. Produksi Rumput Laut Indonesia. Ditjen Perikanan. Jakarta.

Faisal, L. O., Patadjai, R. S., dan Yusniani. 2012. Pertumbuhan Rumput Laut

(Kappaphycus alvarezii) dan Ikan Baronang (Siganus guttatus) yang Dibudidayakan Bersama di Keramba Tancap. Program Studi Budidaya Perairan FPIK Universitas Haluoleo.

Indriani, H dan Suminarsih, E. 2001. Budidaya, Pengolahan, dan Pemasaran Rumput Laut. Penebar Swadaya. Jakarta.

Khasanah, U. 2013. Analisis Kesesuaian Perairan Untuk Lokasi Budidaya Rumput Laut Eucheuma Cottonii. Jurnal. Jurusan Perikanan Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan Universitas Hasanuddin. Makassar.

Mamang. N. 2008. Laju Pertumbuhan Bibit Rumput Laut Eucheuma cattonii Dengan Perlakuan Asal Thallus Terhadap Bobot Bibit Di Perairan Lakeba, Kota Bau-Bau, Sulawesi Tenggara. Jurnal. Jurusan Ilmu Dan Teknologi Kelautan Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.

Novalina, S., Widiastuti. M. I.,2010. Pertumbuhan Dan Produksi Rumput Laut

Eucheuma cottonii Pada Kedalaman Penanaman Yang Berbeda. Jurnal. Media Litbang Sulteng III.

(16)

Rujiman, L. O. M., Aslan, L. O. M., dan Sabilu, K. 2012. Pengaruh Jarak Tali Gantung dan Jarak Tanam yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut (Kappaphycus alvarezii) Strain Hijau Melalui Seleksi Klon Dengan Menggunakan Metode Vertikultur (Periode I - III). Program Studi Budidaya Perairan FPIK Universitas Halu Oleo. Kendari

Soenardjo, N. 2004. Aplikasi Budidaya Rumput Laut Eucheuma cottonii (Weber van Bosse)Dengan Metode Jaring Lepas Dasar (Net Bag) Model Cidaun. Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro Semarang.

Sulma, S., dan Manoppo, A. 2008. Kesesuaian Fisik Perairan Untuk Budidaya Rumput Laut di Perairan Bali Menggunakan Data Penginderaan Jauh. Pusat Pengembangan Pemanfaatan dan Teknologi Penginderaan Jauh LAPAN. PIT MAPIN XVII, Bandung. 10 hlm.

Syahlun, Rahman, A., dan Rusliani. 2012. Uji Pertumbuhan Rumput Laut (Kappaphycus alvarezii) Strain Coklat dengan Metode Vertikultur. Jurnal. Program Studi Budidaya Perairan FPIK Universitas Haluoleo. Kendari.

Gambar

Gambar 2. Laju Pertumbuhan Spesifik Alga Laut                                 alvarezi Kappaphycus  Setiap Perlakuan
Gambar 3. Pertumbuhan Berat Rata Rata alga laut Kappaphycus alvarezii Setiap    Minggu
Tabel 1. Kisaran Hasil Pengukuran Kualitas Air

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dilakukan proses pengembangan penelitian ini adalah: 1) Mengetahui faktor-faktor penyebab crack pada boom top casting, 2) Mengetahui hubungan antara proses

bahwa untuk memberikan pedoman bagi penyelenggara dan pelaksana penelitian dalam mengelola dan pertanggungjawaban keuangan pelaksanaan pembayaran anggaran penelitian

Yaitu inti vegetatif (inti saluran serbuk sari) dan inti generatif. 4) Inti generatif membelah secara mitosis sehingga membentuk dua inti sperma yang

2) Adanya kelancaran air bagi masyarakat yang ternaungi oleh POSDAYA untuk keperluan kegiatan masjid.. Volume 1, Number 1, Maret 2017 | 5 Pengolahan Sumber

Pada penelitian ini dilakukan pengu- jian stabilitas AgNP- 131 I dari 3 metode pembuatan AgNP yang berbeda, diharap- kan dari penelitian ini diketahui metode

Saya mencari keterangan perusahaan- perusahaan apa saja yang mengembangkan teknologi face recognition hingga kegiatan kantor selesai pada pukul 17.00.. Saya menulis

Tahap terakhir yaitu melakukan rekap hasil data survei dari kuisioner yang telah diisikan oleh penanggungjawab di beberapa tempat perumahan yang penulis kunjungi dan membuat