Konsep Pengkajian Keperawatan Dengan Masalah Psikososial (Pengkajian Hubungan Sosial)
Dalam melakukan pengkaji hubungan sosial pada klien dengan masalah psikososial, aspek peran dan hubungan yang menjadi hal terpenting untuk dikaji. Kemampuan untuk memenuhi peran atau tidak adanya peran sering menjadi pusat perhatian dalam fungsi psikososial klien. Perubahan peran juga dapat menjadi hal tersulit klien. Ketika berinteraksi dengan klien, perawat harus menyadari luasnya dunia kehidupan klien., memahami pentingnya kekuatan sosial dan budaya bagi klien, mengenal keunikan aspek dan menghargai perbedaan klien. berbagai faktor sosial budaya klien mencakup usia, suku bangsa, gender, pendidikan, penghasilan, dan keyakinan.
Aspek-aspek dalam komunikasi menjadi landasan saat berinteraksi dengan klien. Aspek yang diperhatikan meliputi:
1. Perbedaan budaya
Pada suatu kelompok budaya tertentu memiliki batasan /jarak saat melakukan komunikasi. Misalnya di amerika , dibutuhkan jarak 18 inchi hingga 4 kaki untuk seseorang yang baru dikenal. Jarak ini dikenal dengan jarak personal. Jarak yang lebih dekat ketika berbicara dengan seseorang yang kenal dekat atau lebih intim. Ketika seseorang tidaka dikenal maka memiliki jarak sosial 4 hingga 12 kaki (Susan C.D, 2001).
Secara umumu terdapat empat jarak interaksi: ◦ Jarak intim (sampai dengan 18 inchi)
◦ Jarak personal (18 inchi- 4 kaki), interaksi dengan orang yang dikenal ◦ Jarak sosial (4 kaki- 12 kaki) interaksi untuk suatu urusan
◦ Jarak publik (> 12 kaki), untuk pembicaraan formal 2. Pengalaman masa lalu
contohnya yaitu : sesorang yang memiliki pendidikan yang baik dan mengenal rumah sakit dan terminologi kesehatan akan lebih mengerti bahwa pemasangan katerisasi pada jantung diperlukan untuk melihat arteri koroner yang tersumbat berbeda dengan seseorang yang memiliki pendidikan kurang dan kurang mengenal terminologi kesehatan.
3. Emosi dan suasana hati
Emosi dan suasana hati dapat memberikan efek drastis pada penyampaiaan dan penafsiran pesan. Kecemasan yang tinggi tidak mungkin didengarkan dengan tepat atas apa yang dikatakan atau karena kecemasan mungkin menimbulkan penafsiran yang berbeda dari apa yang dimaksudkan. Seseorang yang mengalami gangguan atau strs mungkin berbicara keras, nada yang kejam atau lebih kasar dari biasanya (Susan C.D, 2001).
4. Sikap
Tingkahlaku seseorang berdampak pada bagaimana pesan yang disampaikan dan bahasa tubuh yang menyertainnya. Seorang perawat harus mencoba terbuka dan perhatian penuh saat berkomunikasi dengan pasien, mempertahankan untuk tidak mengadili tingkah laku dan tidak menunjukkkan perilaku yang tidak menyenangkan kepada pasien ketika pasien terganggu atau ketakutan (Susan C.D, 2001).
5. Persepsi individu
Persepsi individu merupakan proses perlakuan individu yaitu pemberian tanggapan, arti, gambaran, atau penginterprestasian terhadapa apa yang dilihat, didengar, atau dirasakan oleh indra dalam bentuk sikap, pendapat, atau tingkah laku.
6. Konsep diri
Konsepdiri adalah citra subjektif dari diri dan percampuran yang kompleks dari perasaan, sikap, dan persepsi bawah sadar maupun sadar (Potter & Perry, 2005).
Pengkajian hubungan sosial
Hubungan sosial dapat dikaji sebagai berikut:
Peran serta dalam kegiatan kelompok/ masyarakat, kelompok sosial apa saja yang diikuti di lingkungannya dan sejauh mana ia terlibat. Hambatan apa saja dalam berhubungan dengan orang lain/ kelompok tersebut.
Untuk mengkaji komunikasi klien, perawat juga harus menentukan hambatan dalam berkomunikasi serta gaya komunikasi. Hambatan yang mempengaruhi kemampuan klien untuk mengirim, menerima, atau memahami pesan meliputi deficit bahasa, deficit sensorik, gangguan kognitif, defisit structural, dan paralisis (Kozier et al, 2010).
Defisit bahasa
Sebagai perawat harus mengenali bahasa utama yang digunakan oleh klien untuk berkomunikasi, bila perlu dapat menggunakan penerjemah yang fasih untuk membantu berkomunikasi. Ketidak sinkronan bahasa yang digunakan dapat menimbulkan kesalah pahaman. Untuk menghindari hal tersebut maka klien perlu dikaji terlebih dahulu (Kozier et al, 2010).
Defisit sensorik
Defisit sensorik dapat berupa terganggunya kemampuan mendengar, melihat, merasa, dan mencium yang menjadi aspek tambahan penting dalam berkomunikasi. Ketulian dapat mengubah pesan yang diterima klien secara bermakna; gangguan penglihatan menghambat kemampuan untuk mengamati perilaku nonverbal, seperti senyuman dan gesture; ketidakmampuan merasa dan mencium dapat menghambat kemampuan klien untuk melaporkan cedera atau mendeteksi asap akibat kebakaran (Kozier et al, 2010). Pada klien yang mengalami gangguan pendengaran berat dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut:
Lihat adanya gelang ( atau kalung atau tanda pengenal).
Pastikan apakah klien memakai alat bantu dengar dan apakah alat tersebut berfungsi.
Amati apakah klien mencoba menatap wajah anda untuk membaca gerakan bibir.
Amati apakah klien mencoba menggunakan tangan untuk berkomunikasi dengan bahasa isyarat.
Setiap gangguan yang menghambat fungsi kognitif ( mis. Penyakit serebrovaskular, penyakit Alzheimer, dan cedera atau tumor otak) dapat mempengaruhi kemampuan klien untuk menggunakan dan memahami bahasa (Kozier et al, 2010).
Perawat mengkaji apakah klien tersebut berespon saat ditanyakan sebuah pertanyaan dan jika demikian kaji hal-hal berikut:
Apakah klien bicara lancar atau gagap?
Apakah klien menggunakan kata-kata secara tepat?
Apakah klien mampu memahami instruksi yang tertulis dengan mengikuti petunjuk-petunjuk?
Dapatkah klien mengulangi kata-kata atau frase?
Pengkajian klien dalam memahami kata-kata tertulis Dapatkah klien mengikuti petunjuk tertulis?
Dapatkah klien berespons secara tepat dengan menunjuk pada kata-kata tertulis?
Dapatkah klien membaca dengan keras?
Dapatkah klien mengenali kata-kata atau huruf jika tidak dapat membaca keseluruhan kalimat?
Perawat menggunakan kata-kat tertulis yang besar dan jelas saat mencoba mengembangkan kemampuan pada area ini.
Jika klien tidak sadar, perawat berusaha menemukan adanya indikasi yang menandakan pemahaman atas apa yang disampaikan ( seperti mencoba membangunkan klien secara verbal atau sentuhan). Ajukan pertanyaan tertutup seperti “ apa anda bisa mendengar saya?” dan perhatikan adanya respon nonverbal seperti anggukan kepala yang menandakan ya dan gelengan yang menandakan tidak; atau minta klien untuk meremas tangan atau berkedip satu kali untuk ya dan dua kali untuk tidak (Kozier et al, 2010). Defisit struktural
Paralisis
Jika hambatan verbal disertai dengan paralisis ekstremitas atas yang menghambat kemampuan klien untuk menulis, perawat harus menentukan apakah klien dapat menunjuk, mengangguk, mengangkat bahu, berkedip, atau meremas tangan. Salah satu hal tersebut dapat merencanakan awal komunikasi (Kozier et al, 2010)..
Gaya komunikasi
Dapat berupa komunikasi verbal dan nonverbal. Saat mengkaji komunikasi verbal, perawat berfokus pada tiga area: isi pesan, tema, dan emosi yang terucap. Hal yang perlu dipertimbangkan:
Apakah pola komunikasi lambat, cepat, tenang, spontan, ragu-ragu, mengelak, dsb.
Kosa kata individu, khususnya perubahan kosa kata yang biasa digunakan.
Adanya sikap bermusuhan, agresif, asertif, bungkam, ragu-ragu, ansietas atau banyak bicara dalam komunikasi
Adanya kesulitan dalam komunikasi verbal, seperti pelo, gagap, ketidak mampuan melafalkan bunyi tertentu, ucapan yang kurang jelas dsb.
Penolakan atau ketidakmampuan untuk berbicara
Pada komunikasi nonverbal, pertimbangan komunikasi nonverbal dalam kaitannya dengan budaya klien. Berikan perhatian khusus pada ekspresi wajah, gesture, gerakan tubuh, afek, nada suara, postur, dan kontak mata (Kozier et al, 2010).
Guna mencapai kepuasan dalam kehidupan, individu membina hubungan interpersonal ( hubungan sosial) yang positif. Hubungan yang sehat terjadi ketika individu merasakan kedekatan sementara identitas pribadi masih dipertahankan. Kapasitas hubungan sosial dapat digambarkan dalam rentang hubungan sosial yang mencangkup respon adaptif ( solutif, otonomi, kebersamaan, saling ketergantungan, kesepian, menarik diri ) dan respon maladaptive ( manipulasi, impulsive, dan narsisme).
REFERENSI
Potter, Perry. ( 2005). Fundamental keperawatan konsep, proses dan praktik (edisi keempat). Jakarta : EGC.
Dewit, S.C. (20). Fundamental concepts and skill for nursing. United state of America: W.B. Saunders Company.
TUGAS KEBUTUHAN HARGA DIRI
Konsep Pengkajian Keperawatan Dengan Masalah Psikososial (Pengkajian Hubungan Sosial)