• Tidak ada hasil yang ditemukan

SOCIAL INTERACTION: CASE STUDY ON SOCIAL CHANGE IN SULA ISLANDS REGENCY NORTH MALUKU PROVINCE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "SOCIAL INTERACTION: CASE STUDY ON SOCIAL CHANGE IN SULA ISLANDS REGENCY NORTH MALUKU PROVINCE"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

101

Volume 5 No. 2 Juni 2017

INTERAKSI SOSIAL: STUDI KASUS PERUBAHAN SOSIAL

DI KABUPATEN KEPULAUAN SULA

PROVINSI MALUKU UTARA

SOCIAL INTERACTION: CASE STUDY ON SOCIAL CHANGE IN SULA ISLANDS REGENCY NORTH MALUKU PROVINCE

Jakaria S. Masuku, August E. Pattiselanno, Stephen F.W. Thenu

Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Pattimura Jln. Ir. M. Putuhena, Kampus Poka, Ambon, 9723.

E-mail : jakaria_94masuku@yahoo.com augustpattiselanno@gmail.com stevethenu@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses perubahan sosial yang terjadi pada petani Jawa dan petani lokal di Desa Mangoli Kecamatan Mangoli Tengah Kabupaten Pulau Sula Propinsi Maluku Utara. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi yang dibangun antara etnis Jawa dan etnis lokal membawa perubahan terhadap petani Jawa dan masyarakat Mangoli. Dampak interaksi di kalangan etnis jawa yaitu dapat bertani di atas lahan masyarakat lokal. Sedangkan dampak untuk etnis lokal yaitu memperoleh pengalaman dalam berusahatani. Fakta tersebut menunjukkan adanya perubahan sosial sebagai akibat interaksi.

Kata kunci: Interaksi sosial; petani Jawa; petani lokal; perubahan sosial

Abstract

This study was aimed to describe the process of social change occurred on the Javanese and the local farmers Mangoli village, Central Mangoli District, Sula Islands Regency, North Maluku Province. The sampling was taken by using purposive sampling method. The result of the study showed that the interaction which was built between the Javanese and local ethnics brings changes on the Javanese farmers and Mangoli community. The impact of the interaction within the Javanese ethnic was they can do cultivation at the land of the local community. While the impact on the local community was they get the experience of farming and entrepreneurship. The fact showed that there was a social change as the impact of the interaction.

(2)

102 Agrilan : Jurnal Agribisnis Kepulauan

Pendahuluan

Masyarakat merupakan fenomena kehidupan sosial yang dinamis.

Kedinamisan masyarakat itu sendiri merupakan sebuah entitas majemuk yang

terdiri dari golongan atau kelompok yang masing-masing memiliki ciri-ciri atau

identitas tersendiri. Kelompok tersebut dapat terlihat melalui berbagai hal seperti

atribut, nilai, kebiasaan yang muncul ketika interaksi di dalam lingkungan sosial.

Interaksi merupakan alat komunikasi antara satu individu dengan individu yang

lain atau antara individu dengan kelompok, dimana dengan interaksi kita dapat

mengetahui satu dengan yang lainnya, dengan interaksi sehingga hubungan kerja

sama antara petani Jawa dengan petani Lokal dapat terjalin dengan baik dan

mampu merubah pandangan atau pengalaman pertanian yang tradisional menjadi

pertanian yang moderen (Soekanto, 1990 dalam Anggriani, 2013).

Perubahan sosial merupakan perubahan kehidupan masyarakat yang

berlangsung terus-menerus dan tidak akan pernah berhenti, karena tidak ada satu

masyarakatpun yang berhenti pada suatu titik tertentu sepanjang masa. Artinya,

meskipun para sosiolog memberikan klasifikasi terhadap masyarakat statis dan

dinamis, namun yang dimaksud masyarakat statis adalah masyarakat yang sedikit

sekali mengalami perubahan dan berjalan lambat, artinya di dalam masyarakat

statis tersebut tetap mengalami perubahan. Adapun masyarakat dinamis adalah

masyarakat yang mengalami berbagai perubahan yang cepat. (Sayogyo, 1955)

dalam (Shahab, 2013) menunjukkan bahwa perubahan sosial merupakan implikasi

dari hubungan interaksi antara orang, organisasi atau komunitas yang menyangkut

struktur sosial, pola nilai, norma dan perananan. Perubahan-perubahan dalam

masyarakat ditentukan oleh kebutuhan-kebutuhan hidup individu didalamnya.

Penduduk Kabupaten Kepulauan Sula terdiri dari berbagai jenis suku antara

lain: Sula, Buton, Taliabu, Wakatobi, Tomia, Wajo, Bugis, Jawa, Sumatera dan

lain-lain. Suku yang terbanyak adalah suku Sula 48,93 persen dari jumlah

penduduk Kabupaten Kepulauan Sula, bahasa keseharian yang digunakan

sebagian besar penduduk Kepulauan Sula adalah bahasa Melayu Ambon yang

(3)

103

Volume 5 No. 2 Juni 2017

Sebagian masyarakat di Desa Mangoli berprofesi sebagai petani, yang

memanfaatkan tanaman umur panjang seperti kelapa, kakao, dan cengkeh. Banyak

lahan masyarakat yang masih kosong atau tidak dimanfaatkan, padahal berpotensi

untuk holtikultura. Proses interaksi antara penduduk Jawa dan penduduk Lokal

berpeluang terjadi perubahan sosial. Fenomena perubahan sosial tergambar dari

proses interaksi tersebut, antara lain: hubungan kerja, kerjasama, dan hubungan

perkawinan.

Desa Mangoli yang juga merupakan Ibu Kota Kecamatan di Kabupaten

Kepulauan Sula, kehidupan sosial masyarakat tidaklah jauh berbeda dengan

desa-desa lain yang ada di Kabupaten Kepulauan Sula. Mulai dari gaya hidup dan tata

bahasa berkomunikasi, baik tatakrama yang pada umumnya sama. Gaya hidup

yang selalu mengedepankan sistem gotong royong diterapkan dalam kehidupan

sehari-hari, baik dari segi sosial, budaya, ekonomi dan agama. Kehidupan

masyarakat terbangun melalui interaksi yang dilakukan oleh penduduk Lokal

maupun dengan etnis Jawa. Hadirnya petani Jawa berdampak pada perubahan

sistem pertanian dan pola kehidupan sebagian masyarakat.

Anggriani (2013), menyimpulkan bahwa, Interaksi sehari-hari orang

Tanah Toraja dengan masyarakat lokal pada dasarnya berjalan dengan baik,

walaupun kadang konflik terselubung yang tampak pada orang Tolaki Mekongga

sebagai etnis lokal dalam memandang orang Tanah Toraja dalam kehidupan

sehari-hari. Interaksi sosial orang Tanah Toraja dan orang Tolaki Mekongga

berlangsung dalam tiga bentuk kerja sama (cooperation), persaingan

(competition), dan pertentangan atau pertikaian (conflict). Fitriani (2014),

menyimpulkan bahwa, interaksi sosial transmigran Jawa dengan masyarakat lokal

menimbulkan dua proses yaitu asosiatif dan disosiatif. Proses interaksi sosial

yang asosiatif berupa kerjasama dalam bentuk hubungan kerja saling tolong

menolong, gotong royong. Asimilasi yaitu adanya toleransi dan terjadinya

perkawinan campuran (antar suku) serta komunikasi. Asmilasi dipandang sebagai

intreraksi sosial yang asosiatif karena, proses interaksi sosial yang asosiatif

meliputi rasa tolong menolong atau saling membantu sesama makhluk sosial,

(4)

104 Agrilan : Jurnal Agribisnis Kepulauan

satu dengan yang sehingga terjadinya proses asmilasi antara etnis Jawa dengan

etnis lokal atau masyarakat Mangoli. Contohnya seperti yang terjadi di lokasi

penelitian saat ini, awal kedatangan etnis Jawa di desa Mangoli pada tahun 2010

hanya berjualan es, tetapi karena sering berinteraksi dengan masyarakat setempat

sehingga mempoleh kepercayaan dari masyarakat lokal dan akhirnya hidup

menetap di desa Mangoli dan juga menikah dengan masyarakat lokal. Sedangkan

proses disosiatif, hampir tidak pernah. Tidak ada konflik fisik yang terjadi

hanyalah konflik non fisik seperti perbedaan pendapat dalam musyawarah.

,Penelitian ini memfokuskan pada interaksi sosial petani Jawa dan petani

Lokal di Desa Mangoli, Kecamatan Mangoli Tengah, Kabupaten Kepulauan

Sula, Provinsi Maluku Utara, dalam kaitannya dengan perubahan sosial.

Berdasarkan uraian uraian latar belakang, maka permasalahan yang akan

dilihat adalah : Perubahan apa yang terjadi dalam kehidupan sosial antara petani

Jawa maupun petani Lokal ? dan tujuan penelitian ini adalah mendiskripsikan

proses perubahan sosial yang terjadi pada petani Jawa dan petani Lokal ?

Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Mangoli, Kecamatan Mangoli Tengah,

Kabupaten Kepulauan Sula, Provinsi Maluku Utara. Desa Mangoli dipilih sebagai

lokasi penilitian karena banyak masyarakat tani belum memanfaatkan lahan

mereka sebagai sumber penghasilan komoditi pertanian selain tanaman umur

panjang seperti kelapa, cengkeh dan kakao sehingga kebanyakan petani pendatang

yang lebih terampil dalam memanfaatkan sebagian lahan untuk sumber

kehidupan.

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Desa Mangoli, Kecamatan

Mangoli Tengah, Kabupaten Kepulauan Sula. Sebagian besar masyarakat Desa

Mangoli berprofesi sebagai petani. Untuk kebutuhan analisis data maka etnis Jawa

yang diambil adalah 20 responden, dan penduduk lokal 10 responden. Penentuan

responden dalam penielitian ini menggunakan teknik Purpusive Sampling (secara

(5)

105

Volume 5 No. 2 Juni 2017

mengetahui kedekatan antara masyarakat local dan masyarakat pendatang atau

etnis jawa dalam melakukan interaksi sosial. karena kedua Etnis ini dianggap

memiliki interaksi sosial di lingkungan sekitar. Dalam proses wawancara peneliti

akan lebih dulu mewawancarai beberapa responden sebagai informan kunci di

antaranya: Tetua Desa, yaitu Kepala desa, tokoh adat, tokoh pemuda, dan tokoh

agama tentang bagaimana hubungan sosial yang terjadi antara petani Jawa dengan

petani Lokal di Desa Mangoli.

Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode

wawancara secara mendalam dan dilengkapi dengan metode observasi lapangan.

Data sekunder dilakukan pada kantor atau instansi yang terkait untuk melengkapi

dan memperoleh informasi yang lebih komprehensif untuk menunjang data primer

yang telah dikumpulkan.

Dalam penelitian ini analisis yang disajikan berupa analisis deskriptif yakni

dengan melakukan deskripsi secara sistematis dan realitas sesuai dengan fakta

yang ditemukan di lapangan serta mengkaji lebih mendalam tentang interaksi

sosial antara petani Jawa dan petani Lokal dalam perubahan sosial.

Hasil Dan Pembahasan

Proses Perubahan Sosial

Proses perubahan sosial adalah pergeseseran kebiasaan lama untuk satu

invosai yang baru akibat informasi dan komunikasi yang mereka peroleh sehingga

dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Poses perubahan sosial dapat

terjadi akibat adanya pengaruh dari luar maupun dari dalam lingkungan itu

sendiri. Misalnya terjadi ketidaksesuaian pendapat sehingga dapat merubah pola

pikir sebagian masyarakat untuk merubah kebiasaan yang negatif menjadi hal

yang posistif. Proses perubahan sosial juga dapat terjadi akibat pengaruh dari luar,

sehingga mampu merubah tatanan masyarakat seperti yang terjadi di Desa

Mangoli. Adanya etnis Jawa dapat merubah pandangan sebagaian masyarakat

lokal tentang masalah pertanian, seperti pandangan dari komoditas tanaman

(6)

106 Agrilan : Jurnal Agribisnis Kepulauan

persaingan (Competition) yaitu suatu bentuk interaksi sosial, di mana sesorang

individu/anggota keluarga dapat mencapai tujuan yang membanggakan keluarga,

maka anggota keluarga lain ikut terpengaruh dan berusaha untung menyaingi,

baik dibidang ekonomi, kedudukan, budaya, dan bidang lainnya (Yigibalom,

2013).

Dampak Interaksi

Kategori berikut menunjukan bahwa, interaksi yang di bangun antara Etnis

Jawa dan Etis lokal dapat membawa satu perubahan terhadap pelaku interaksi dan

juga terhadap masyarakat Mangoli, diamana dampak interaksi yang terjadi di

kalangan Etnis Jawa adalah mereka dapat bertani diatas lahan masyarakat lokal

dalam hal bekerja sama untuk memenuhi kebutuhan mereka. Sedangkan dampak

interaksi yang dirasakan oleh Etnis Lokal adalah mereka dapat memperoleh

pengalaman pertanian dari hasil kerja sama dengan Etnis Jawa sehingga membuat

sebagian masyarakat Lokal dapat mengolah lahan mereka untuk ditanami tanaman

sayur-sayuran.

Tabel 1. Distribusi responden menurut kategori dampak interaksi

Kategori Jumlah Persentase (%)

Keuntungan 2 6,66

83,34 10,00 Pengalaman 25

Kenal 3

Total 30 100,00

Tabel 1, menunjukan bahwa, sebagian besar responden beranggapan

bahwa dengan melakukan interaksi antar etnis dapat menambah pengalaman kita

dalam hal masalah pertanian. Hal ini terbukti sesuia dengan tujuan penelitian

yang sementara peneliti uraikan, dimana interaksi antar etnis yang terjadi di

Desa Mangoli membawa perubahan khsusunya pertanian, dan umumnya

masyarakat saling kenal. Sebelum hadirnya Etnis Jawa di Desa Mangoli

sebagaian masyarakat hanya menanam tanaman umur panjang dan jarang sekali

mereka menanam tanaman holtikultura tetapi, hadirnya Etnis Jawa kini wajah

lahan pertanian sudah mulai berubah dan membawa dampak besar terhadap

(7)

107

Volume 5 No. 2 Juni 2017

tersebut kini mereka sudah meiliki rumah sendiri dan sudah mempunyai usaha

sendiri di desa yang mereka tempati. Dampak dari interaksi tersebut sehingga

dapat membawa satu perubahan terhadap masalah bisnis, seperti yang dikatakan

salah satu responden:

Saya melakukan komunikasi dengan orang jawa karena saya selalu menjual barang dalam hal ini, seperti sapi untuk di ekspor ke jawa, dan saya membangun komunikasi dengan orang lokal, dalam hal ini saya membeli tanah dan juga membeli sapi kepada orang lokal. (Wawancara dengan Mas T di Rumahnya pada tanggal 05/06/2017).

Kemudian hasil dari interaksi antar etnis dapat menambah informasi dan juga

pengalaman pertanian, seperti yang dikatakan bapak RA selaku Etnis lokal

bahwa:

Interaksi dengan etnis Jawa sangat menguntungkan karena kita dapat belajar banyak pengalaman dari mereka tentang bagaimana cara menanam sayur-sayuran, karena pada dasarnya masyarakat Desa Mangoli hanya mengusahkan tanaman perkebunan dll, hadirnya orang jawa dapat membawa satu perubahan khusunya terhadap pertanian. (Wawancara dengan Bapak RA d Rumahnya pada tanggal 16/06/2017).

Penjelasan di atas menunjukkan bahwa, interaksi yang terbangun

menyebabkan perubahan dalam jenis komoditas yang dipilih. Perubahan ini

merupakan bentuk perubahan sosial akibat interaksi antar etnis. Interaksi sosial

adalah suatu hubungan antara dua individu atau lebih yang saling memengaruhi,

mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya

(Bonner, dalam Mifta F M, 2013).

Gambaran Perubahan Sosial

Kategori berikut menunjukan bahwa perubahan sosial berupa pergeseran

kebiasan lama karena masuknya budaya baru. Perubahan sosial dapat terjadi

karena adanya rasa kerja sama, persaingan dan persesuain. Kategori perubahan

(8)

108 Agrilan : Jurnal Agribisnis Kepulauan

Tabel 2. Kategori responden menurut gambaran perubahan sosial

Kategori Jumlah Persentase (%) Perubahan Jenis Komoditi 7 23,33 Perubahan Kepemilikan 20 66,67 Kemudahan Berbelanja 3 10,00 Total 30 100,00

Berdasarkan tabel 2, gambaran perubahan sosial dari bergantinya tanaman

umur panjang ke tanaman holtikultura atau perubahan jenis komoditi adalah 7

responden atau 23% sedangkan perubabahan dalam kepemilikan 20 responden

atau 67% dan yang paling sedikit adalah kemudahan berbelanja dengan jumlah 3

responden atau 10%. Interaksi antara etnis Lokal dan etnis Jawa membawa

perubahan terhadap usahatani, khususnya perubahan komoditi dalam hal ini

beralihnya tanaman perkebunan ke tanaman holtikultura. Perubahan jenis

komoditi karena pada dasarnya masyarakat Mangoli hanya mengusahkan tanaman

perkebunan tetapi, dengan hadirnya etnis Jawa mereka dapat belajar dan bekerja

sama dengan etnis Jawa sehingga membuat beberapa masyarakat lokal juga sudah

mulai menanam tanaman holtikultura atau sayur-sayuran seperti sawi, kangkung

cabut dan lain-lain.

Kedatangan etnis Jawa di Desa Mangoli pada tahun 2013 dan menyewa

lahan dan rumah etnis lokal, namun karena proses interaksi sehingga terjadinya

jual beli tanah dan kepemilikanpun berpindah dari etnis lokal ke etnis Jawa.

Selain membeli, ada juga etnis Jawa yang menyewa lahan milik etnis lokal.

Perubahan kepemilikan disini adalah, ketika kedatangan etnis Jawa di Desa

Mangoli mereka belum memiliki lahan tetapi, karena faktor interaksi dengan etnis

Lokal sehingga terjadi proses pinjam meminjam dan sewa menyewa lahan etnis

lokal untuk ditanamani dengan komoditas sayur-sayuran atau hortikultura.

Masuknya masyarakat pendatang dalam hal ini etnis Jawa di Desa Mangoli

dapat membawa satu perubahan besar bagi masyarakat dan juga wajah lahan

pertanian. Banyak lahan kosong tidak di manfaatkan oleh etnis Lokal untuk di

tanamani sayur-sayuran kini sudah di manfaatkan oleh etnis Jawa untuk di tanami

sayur-sayuran sehingga ada sebagaian masyarakat lokal mulai termotifasi melihat

(9)

109

Volume 5 No. 2 Juni 2017

menanam tanaman holtikultura atau sayur-sayuran seperti sawi, kangkung cabut

dan lain-lain. Kedatangan etnis Jawa yang dulunya belum memiliki rumah sendiri

namun karena proses interaksi dengan etnis Lokal sehingga mereka dapat

membeli atau membangun rumah dan meiliki lahan sendiri untuk berusaha, dan

karena interaksi jugalah sehingga terjadi pernikahan silang antar etnis Jawa dan

Lokal. Ini merupakan salah satu bentuk perubahan sosial yang terjadi di

masyarakat Desa Mangoli, walaupun mereka hidup dalam perbedaan budaya dan

latar belakang yang juga berbeda, tetapi tidak menjadi faktor penghambat untuk

berinteraksi antara satu dengan yang lain yang mengarahkan proses perubahan

sosial

Adanya interaksi antar etnis dapat membawa perubahan juga terhadap

aksesibilitas pasar. Dulunya banyak masyarakat lokal ketika berbelanja kebutuhan

hidupnya harus ke Ibukota Kabupaten tetapi, karena etnis Jawa juga membangun

Toko Sembako di Desa Mangoli maka masyarakat lokal tidak perlu lagi

berbelanja ke Kota Kabupaten. Hal yang penting kemudian diungkapkan bahwa,

muncul kerjasama antar etnis karena mempunyai kepentingan yang sama.

Masyarakat yang memiliki cukup pengetahuan dan pengendalian diri untuk

memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut, maka kesadaran akan adanya

kepentingan-kepentingan dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta yang

penting dalam kerja sama yang menguntungkan (Syhni, 2012) dalam (Sujarwanto,

2012).

Perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi akibat masuknya

budaya-budaya baru sehingga mempengaruhi budaya-budaya lama. Sejalan dengan hasil

penelitian Pattiselanno dan Sopamena (2017), bahwa perubahan pola konsumsi

dari pangan local ke beras juga didukung oleh adanya interaksi antara penduduk

lokal dengan etnis lain yang pola konsumsinya beras. Artinya perubahan sosial

juga diarahkan oleh adanya interkasi antar individu. Selaras dengan Suryanegara,

Ellen, Suprajaka, dan Irmadi Nahib (2015) yang mempelajari perubahan sosial

komunitas Bajo mengalami perubahan pola perilaku, interaksi sosial, nilai

masyarakat, organisasi sosial, komposisi masyarakat, dan lapisan sosial di

(10)

110 Agrilan : Jurnal Agribisnis Kepulauan

progresif yang harus bermanfaat bagi masyarakat, setidaknya dengan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kota Makassar. Hubungannya dengan

penelitian ini adalah, asdanya perubahan sosial dari setiap pembahasan di atas jadi

penulis gunakan ini sebagai teori pendukung dalam penelitian ini.. Hasil-hasil

penelitian tersebut menunjukkan bahwa, masih ada pertentangan antara hasil

penelitian yang mengarahkan bahwa perubahan sosial dibentuk pula oleh interaksi

dan proses interaksi tidak selalu menyebabkan terjadinya perubahan sosial.

Fakta-fakta perubahan sosial faktanya dapat di lihat di tabel gambaran

perubahan sosial di atas. yang terjadi akibat interaksi antar etnis di Desa Mangoli

yaitu : 1). Perubahan komoditas usahatani dari tanaman perkebunan ke tanaman

pangan dan hortikultura. Salah satunya dari tanaman umur panjang ke tanaman

ssayuran, kangkung cabut, bayam dll. 2). Perubahan pandangan terhadap lahan,

dimana petani local akhirnya memanfaatkan lahan-lahan kecil yang dibiarkan

untuk ditanami komoditas pangan dan hortikultura.3). Perubahan kepemilikan

lahan dari etnis local ke etnis Jawa melaui proses sewa menyewa maupun jual

beli salah satu contohnya dapat di lihat di atas kedatangan etnis jawa pada tahun

2013 dan terjadi proses sewa menyewa maupun jual beli.. 4). Perubahan

aksesibilitas terutama untuk pasar kebutuhan pokok yang sulit dijangkau menjadi

lebih mudah dijangkau sesua realita bahwa sebelum kedatangan etnis jawa di desa

mangoli, belum ada tokoh-tokoh besar yang menjual Sembilan bahan pokok di

desa mangoli, ketika masyarakat local melakukan perbelanjaan masih harus ke

kabupaten untuk membelinya, namun setelah kedatangan etnis jawa dan mendapat

kepercayaan daro etnis local sehingga merekapun dapat melakukan bisnis kecil

hingga akhirnya dapat membangun tokoh ataau kios-kios besar yang dapat

menjual Sembilan bahan pokok, sehingga sudah memudahkan etnis local tidak

lagi belanja ke kabupaten namun suda bisa melakukan perbelanjaan di desa

mangoli.. rantai pasar yang terjadi adaah, masyrakat local tidal lagi harus ke

kabupaten untuk berbelanja karena, sudah banyak tokoh atau kios besar milik etns

(11)

111

Volume 5 No. 2 Juni 2017

Perubahan Interaksi Dan Perubahan Sosial

Dalam kategori ini menunjukan bahwa perubahan interaksi yang terjadi di

Desa Mangoli adalah dimana masyarakat lokal tidak hanya membagun interaksi

sosial sesama etnis tetapi, masyarakat lokal juga membangun interaksi antara etnis

dalam mewujudkan satu prasyarat sebagai mahluk sosial dan interakasi ini terjadi

karena adanya kaeja sama antar etnis. Interaksi yang berlangsung antar etnis juga

terjadi melalui telepon karena ada sebagian dari mereka yang memilki keluarga di

Desa Mangoli. Sedangkan sebagian dari etnis Jawa membangun interaksi dengan

etnis Lokal secara tatap muka sejak mereka bertemu dengan masyarakat lokal.

Tebel 3. Distribusi responden menurut kategori perubahan interaksi dan perubahan sosial

Kategori Jumlah Persentase (%) Interaksi Bertatap Muka 28 94

Interaksi Melalui Telepon 2 6 Total 30 100

Tabel 3, menunjukkan bahwa, perubahan interaksi dan perubahan sosial

yang paling tinggi adalah interaksi bertatap muka dengan jumlah 28 atau 93%

sedangkan yang paling rendah adalah interaksi melalui telepon dengan jumlah 2

responden atau 6%. Responden membangun interaksi melalui telepon, dengan

etnis jawa dalam melakukan kerja sama. Ada juga responden yang melakukan

interaksi berhadapan langsung sejak mereka tiba di Desa Mangoli dan kemudian

menjadi kerjasama sampai saat ini. Hasil interaksi membawa perubahan terhadap

wajah lahan pertanian, yang mana sebelum kedatangan Etnis Jawa sebagian Etnis

Lokal hanya menanam tanaman perkebunan. Tetapi setelah berinterkasi, petani

lokal kini mulai berusahatani komoditas holtikultura atau sudah menanam

sayur-sayuran untuk dikonsumsi. Sebaliknya, Etnis Jawa yang dulunya tidak memiliki

lahan dan rumah sendiri, sekarang sudah memiliki lahan dan rumah sendiri. Hasil

penelitian Andriayani, Hardi & Husnita (2013) menunjukkan bahwa,

pembangunan pantai wisata membawa satu perubahan sosial khusunya perubahan

ekonomi terhadap masyarakat Sesilabu, selain masyarakat dapat membangun

(12)

112 Agrilan : Jurnal Agribisnis Kepulauan

juga masyarakat nelayan dapat menjadi pemandu bagi turis dalam memakai

fasilitas laut seperti perahu. Fenomena ini menunjukan terjadinya interaksi antara

penduduk lokal dengan pengunjung wisata, dari hasil interaksi inilah munculnmya

sebuah perubahan sosial terhadap masyarakat lokal khususnya perubahan

ekonomi. Penelitian lain juga dilakukan oleh Nova (2016) menunjukkan bahwa,

hadirnya transmigrasi atau perpindahan penduduk dari satu Desa ke Desa lain

dapat membawa satu perubahan terhadap masyarakat dan juga pada daerah

tersebut, seperti perubahan sosial yang terjadi akibat hadirnya transmigrasi pada

Desa Timpeh dimana terjadi perubahan di segala bidang misalnya, Bidang

Keagamaan, Bidang Perekonomian dan juga Bidang Pendidikan

Kesimpulan

Perubahan sosial dapat terjadi secara sengaja maupun tidak sengaja,

perubahan sosial yang terjadi secara tidak sengaja yaitu seperti, bencana alam

dan lain sebagainya. Sedangkan perubahan sosial yang terjadi secara sengaja

adanya kesepakatan bersama atau terjadinya kerja sama antara satu dengan yang

lain sehingga dapat merealisasikan tujan bersama. Perubahan sosial yang terjadi

di Desa Mangoli adalah perubahan sosial yang terjadi secara sengaja karena,

adanya saling percaya antara etnis lokal dan etnis Jawa yang membentuk

interaksi antara dua suku dari latar belakang dan budaya yang berbeda.

Perbedaan tersebut tidak menghalangi proses perubahan sosial dalam beberapa

aspek penting kehidupan. Perubahan sosial yang terdiri dari beberapa bentuk

yaitu : perubahan komoditas usahatani, perubahan kepemilikan lahan, dan

perubahan aksesibilitas pasar. Kemudian perubahan sosial juga terjadi di antara

kedua pelaku interaksi, dimana etnis Jawa dapat bertani di atas lahan msyarakat

lokal dan juga sudah mengerti tentang bahasa daerah Desa Mangoli, sedangkan

bagi etnis lokal sendiri yaitu mereka mendapatkan pengalaman bertani yang

dilakukan oleh etnis Jawa sehingga merekapun dapat mengembangkannya di atas

(13)

113

Volume 5 No. 2 Juni 2017

Daftar Pustaka

Andriayani I, Hardi E, & Husnita L. 2012. “Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat Pasca Pengembangan Wisata Bahari Di Kepulauan Siakakap Kabupaten Mentawai”. Jurnal Ilmu Sosial Mamangan, 1 (2): 95 – 101. Anggriani, D. 2013. Interaksi Sosial Orang Tanah Toraja Pada Masyarakat Lokal

Di Kabupaten Kolaka. Jurnal Kanal: Ilmu Komunikasi, 2 (9): 1 – 16. Ellen, S. & Suprajaka, Irmadi, N. (2015). “Perubahan Sosial Pada Kehidupan

Suku Bajo: Studi Kasus Di Kepulauan Wakatobi, Sulawesi Tenggara”.

Majalah Ilmiah Globe, 1 (1): 39 – 57.

Fitriani, C. 2014. “Interaksi Sosial Transmigran Jawa Dengan Masyarakat Lokal Di Desa Kayuagung Kecamatan Mepanga Kabupaten Parigi Mouton”.

Jurnal Geo Todelako, 2 (1): 1 – 13.

Miftah, F. 2013. Pengertian Perubahan Sosial, Contoh, Dampak, Proses, Masyarakat, Bentuk, Teori, Faktor Pendorong dan Penghambat, Pengaruh, Modernisasi, Sosiologi

<http://cantrawayang.blogspot.co.id.> Diakses: 26 Juli 2017.

Mulyadi, M. 2015.”Perubahan Masyarakat Agraris Ke Masyarakat Industri Dalam Pembangunan Masyarakat Di Kecamatan Tamalate Kota Makassar”. Jurnal Bina Praja7 (4): 311 – 322.

Nova, Y. 2016. Dampak Transmigrasi Terhadap Kehidupan Sosial Masyarakat (Studi Sejarah Masyarakat Timpeh Dharmasraya). Jurnal Ilmu Sosial

Mamangan. 5 (1): 23-36

Pattiselanno E, A. & Sopamena F, J. 2017. “The Change Of Local Food Consumption Pattern From Sago To Rice (Case Study Of Social Change

In Central Maluku)”. Jurnal IJCRAR, 5 (4): 17-22 DOI :

https://doi.org/10.20546/ijcrar. 2017.504.004

Salahudin, 2013. Sanitasi Kepulauan Sula. Penerbit, PSSP Kabupaten Kepulauan Sula.

Shahab, K. 2013. Sosiologi Pedesaan. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media

Soekanto, S. 1987. Sosiologi Suatu Pengantar. Penerbit, Jakarta: Grafindo, Sujarwanto, I. 2012. “ Interaksi Sosial Antar Umat Beragama (Study Kasus Pada

Masyarakat Karangmalang Kedung Banteng Kabupaten Tegal)”, Journal

of Educational Social Studies 1 (2): 60-65.

Gambar

Tabel 1. Distribusi responden menurut kategori dampak interaksi
Tabel 3, menunjukkan bahwa, perubahan interaksi dan perubahan sosial

Referensi

Dokumen terkait

Kepada Calon Penyedia Jasa yang diundang wajib hadir 15 (lima belas ) menit sebelumnya dan apabila terlambat kami anggap tidak datang untuk pembuktian kualifikasi dan

Jual beli ‚Mahar‛ benda pusaka merupakan sesuatu yang harus dibayar oleh pembeli kepada penjual, bisa berupa uang, amalan-amalan khusus, atau sesuai kehendak si penjual

Dari aspek sumber, tasawuf sebagai salah satu dari ilmu syariah, menurut Ibn Khaldûn, bersumber dari syariat yakni Alquran dan hadis, dan akal tidak. memiliki peran dalam

Misalnya, kalau kita tulis model (M/M/1) : FIFO// ∞/∞ , ini berarti bahwa model menyatakan kedatangan distribusikan secara Poisson, waktu pelayanan distribusikan secara

The objectives of this research are to analyze the process of Pavlov’s behavior form with stimulus response model (SR) and to describe the result of the changing

Manajemen laba diukur dengan discretionary accruals , struktur kepemilikan manajerial diukur dengan jumlah persentase saham yang dimiliki oleh manajerial, ukuran

'ntuk menahan gaya tarik yang cukup besar pada serat serat balok bagian tepi bawah, maka diperlukan baja tulangan sehingga disebut dengan istilah Beton Bertulang

- Belanja Makanan dan Minuman Rapat Pengadaan Langsung 430 Bok Jakarta Selatan 16,340,000 April 2012 April s/d Desember 2012 1,02,01,040,5,2,2,11,02.. LOKASI PEKERJAAN