• Tidak ada hasil yang ditemukan

Psikologi Islam dalam Pembelajaran Matem

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Psikologi Islam dalam Pembelajaran Matem"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pengetahuan awal seorang anak bermula dari orang tua dan masyarakat yang secara tidak langsung memberikan berbagai pengetahuan dasar kepadanya, meskipun bentuknya belum sistematis. Pengetahuan itu diperoleh sang anak melalui berbagai cara, misalnya melalui peniruan, pengulangan, atau pembiasaan. Tetapi, ketika sang anak sudah semakin beranjak besar, keluarga dan lingkungan tidak mampu lagi memenuhi rasa keingintahuannya. Maka dari itu, orang tua memerlukan sebuah lembaga khusus yang disebut “sekolah” (dalam Antonio, Muhammad Syafii : 30). Namun, peran pendidikan di sekolah dalam membentuk manusia yang bertakwa seperti yang diamanatkan dalam Undang-Undang, masih jauh dari harapan. Upaya pemerintah memasukkan pendidikan karakter sebagai bagian kurikulum pendidikan nasional belum mampu mengatasi problem moral anak bangsa. Tauran antarpelajar dan mahasiswa yang semakin meningkat, minuman keras, narkoba, seks bebas di kalangan para pelajar adalah bukti kegagalan pendidikan, termasuk dalam pembelajaran matematika.

(2)

Untuk menjawab persoalan tersebut, ada baiknya kita kembali ke masa lampau menggali kesuksesan Luqman dalam mendidik anaknya dan Nabi Ibrahim ‘alaihi salam dalam mendidik anak, keluarga, dan umatnya.

Bagaimana proses pendidikan Luqman dan Nabi Ibrahim ‘alaihi salam itu terjadi akan menjadi fokus dalam tulisan ini. Oleh karena itu, dalam tulisan ini akan membahas tentang “Konsep Pendidikan Luqman dan Nabi Ibrahim ‘alaihi salam”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dijelaskan sebelumnya, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana konsep pendidikan Luqman?

2. Bagaimana konsep pendidikan Nabi Ibrahim ‘alaihi salam ?

3. Bagaimana penerapan konsep pendidikan Luqman dalam pembelajaran matematika?

4. Bagaimana penerapan konsep pendidikan Nabi Ibrahim ‘alaihi salam dalam pembelajaran matematika?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan penulisan makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui konsep pendidikan Luqman.

2. Untuk mengetahui konsep pendidikan Nabi Ibrahim ‘alaihi salam. 3. Untuk mengetahui penerapan konsep pendidikan Luqman dalam

pembelajaran matematika.

4. Untuk mengetahui penerapan konsep pendidikan Nabi Ibrahim ‘alaihi salam dalam pembelajaran matematika.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

(3)

Luqman adalah seorang laki-laki yang bijaksana dan saleh, bukan seorang nabi. Berdasarkan hadis yang diriwayatkan Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu., “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, “Luqman bukanlah seorang nabi, tetapi dia adalah seorang hamba yang banyak berpikir, yang memiliki keyakinan yang bagus, dan mencintai Allah subehanahu wa ta’ala, sebab itu Allah subehanahu wa ta’ala mencintainya. Kemudian Dia anugerahkan kepadanya hikmah (kebijaksanaan). Yang dimaksud dengan hikmah (kebijaksanaan) adalah mengetahui hakikat sesuatu dengan sebenar-benarnya. Kebijaksanaan Luqman tergambar dalam perkataannya yang sangat bagus dalam mengungkapkan sesuatu. Perkataannya ini sering dikutip oleh para pendidik dan para ulama.

Ada yang mengatakan bahwa Luqman disuruh memilih antara hikmah dan kenabian, dia memilih hikmah. Ketika dia tengah tidur, malaikat jibril mendatanginya dan menyebutkan hikmah kepadanya atau menyiramkan hikmah kepadanya sehingga dalam pembicaraannya selalu mengandung hikmah. Kemudian ada seseorang yang bertanya kepada Luqman, “Mengapa kamu memilih hikmah, sedangkan Allah subehanahu wa ta’ala memerintahkanmu untuk memilih antara hikmah dan kenabian?”.

(4)

Al-Qur’an dalam Surah Luqman, memberikan beberapa kaidah penting berkaitan dengan pendidikan anak-anak. Di antara kaidah itu adalah sebagai berikut:

a. Mendidik berbekalkan hikmah. Dalam Surah Luqman ayat 12 Allah subehanahu wa ta’ala menjelaskan bahwa Luqman telah dikaruniai

hikmah. Imam Ibnu Katsir menafsirkan hikmah sebagai “pemahaman, ilmu, tadbir (yaitu pengaturan yang baik)”.

                “Dan sungguh, telah Kami berikan hikmah kepada Luqman, yaitu:

"Bersyukurlah kepada Allah! Dan barangsiapa bersyukur (kepada

Allah), maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan

barangsiapa tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya,

Maha Terpuji".(Luqman: 12)

Untuk itu, orang tua harus menguasai dan memahami ilmu, terutama ilmu agama berlandaskan Al-Qur’an dan As-Sunah. Perkataan ini harus diikuti dengan mengatur hidup secara baik. Tanpa ilmu dan pemahaman, orang tua akan menjadi musafir yang berjalan tanpa peta. Luqman menyuruh anaknya untuk bertauhid dan beriman hanya kepada Allah subehanahu wa ta’ala dan melarangnya berbuat sirik dan kufur dengan menjelaskan keburukan akibatnya,

(5)

“... Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah,

sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar

kezaliman yang besar.” (Luqman:13)

b. Komunikasi yang baik. Luqman menasihati anaknya secara terus-menerus tanpa rasa bosan. Ini menunjukkan bahwa bapak memainkan peran yang sangat penting dalam pendidikan anak-anak. Ketika memberikan nasihat, Luqman menggunakan perumpamaan (Surah Luqman ayat 16 dan 19) untuk memudahkan pemahaman. Hal tersebut menunjukkan bahwa Luqman mempunyai kemahiran berkomunikasi. Di antara aspek penting yang harus ada ketika berkomunikasi adalah kelembutan.

c. Penekanan terhadap akidah. Berkaitan dengan ini, Luqman menjelaskan, jika ada suatu benda yang kecil, seperti biji sawi, disembunyikan di langit dan dalam bumi, dalam batu besar atau di tempat-tempat lain, Allah subehanahu wa ta’ala tetap akan mengetahuinya. Hal ini disebutkan dalam Surah Luqman ayat 16.

                     

(Luqman berkata): "Wahai anakku! Sungguh jika ada

(sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada

dalam batu atau di langit atau di bumi, niscaya Allah

akan memberinya (balasan). Sesungguhnya Allah Maha

(6)

Pendidikan Luqman ini bertujuan untuk melahirkan perasaan muraqabah, yaitu merasakan bahwa Allah subehanahu wa ta’ala

senantiasa melihat gelagat hambanya di mana saja hamba itu berada. Jika perasaan ini menguasai hati seseorang, ia akan menjadi penasihat dan penyelamat bagi orang itu.

d. Shalat itu penting. Dalam Surah Luqman ayat 17, Luqman menyuruh anaknya menegakkan shalat.

                

“Wahai anakku! Laksanakanlah shalat dan suruhlah (manusia)

berbuat yang makruf dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang

mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu,

sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting.”

(Luqman: 17).

Menegakkan shalat maksudnya adalah shalat secara terus-menerus dengan memelihara waktu-waktu dan tata caranya, di samping mementingkan khusyuk ketika shalat. Shalat ada pengaruhnya terhadap anak-anak. Dalam Surah Al-Ankabut ayat 45 Allah berfirman,

                    

(7)

e. Berdakwah dan berperan serta. Anak-anak harus dididik agar ikut berperan serta dengan mengajak rekan-rekan mereka kepada makruf dan mencegah mereka dari kemungkaran. Hal ini disebutkan dalam Surah Luqman ayat 17. Dengan nilai dan sikap yang benar ini, anak-anak tidak akan menjadi golongan yang terpengaruh, sebaliknya menjadi golongan yang memengaruhi.

f. Sabar dalam ujian. Dalam Surah Luqman ayat 17 Luqman mengingatkan anaknya tentang pentingnya sabar dalam hidup. Sabar berkaitan erat dengan sikap yang positif. Dengan penekanan ini, anak-anak akan mampu menghadapi zaman yang penuh ujian dan liku-liku dalam kehidupan. Anak-anak juga perlu diingatkan bahwa sabar adalah proses menuju keberhasilan. Nabi bersabda, “Sesungguhnya, keberhasilan bersama dengan kesabaran, kelapangan bersama

dengan kesusahan dan sesungguhnya kepayahan bersama dengan

kesenangan.” Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Tirmizi.

g. Mementingkan akhlak. Dalam surah Luqman ayat 14 dan 15 Luqman menasihati anaknya agar berbuat baik kepada kedua orang tua, sopan santun kepada keduanya, menaati perintahnya, dan memperlakukannya dengan baik.

(8)

“dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah

yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun.

Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu, hanya

kepada Aku kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk

mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai

ilmu tentang itu, maka janganlah engkau menaati keduanya, dan

pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang

yang kembali kepada-Ku. Kemudian hanya kepada-Ku tempat

kembalimu, maka akan Aku beritahukan kepadamu apa yang telah

kamu kerjakan.” (Luqman: 14-15). Tampak bahwa wasiatnya untuk

berbuat baik kepada ibu bapak merupakan salah satu tata krama dalam bermasyarakat.

Dalam surah Luqman ayat 18 dan 19 Luqman menasihati anaknya agar bersikap tawadu dan tidak sombong ketika bergaul dengan manusia. Beliau juga mengingatkan anaknya agar bersifat sederhana dalam hidup dan tidak meninggikan suara ketika berbicara.

                        

“Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia

(karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi

(9)

orang-orang yang sombong dan membanggakan diri. Dan

sederhanakanlah dalam berjalan dan lunakkanlah

suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah

suara keledai.” (Luqman: 18-19)

Akhlak yang mulia berkaitan erat dengan iman seseorang. Sehubungan dengan ini, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah ditanya, “Ya Rasulullah, mukmin manakah yang lebih utama imannya?” Nabi menjawab, “Yang terbaik akhlaknya.”

Apabila kita menganalisis konsep pendidikan Luqman, dapat disimpulkan bahwa konsep ini mengandung tujuh ciri penting, yaitu penekanan terhadap ilmu, komunikasi, akidah, ibadah, pikiran positif, akhlak mulia, dan dakwah.

2. Konsep Pendidikan Nabi Ibrahim ‘alaihi salam

Nabi Ibrahim ‘alaihi salam dalam mendidik keluarga dan umatnya, sangat mengutamakan aqidah dan ketauhidan. Tauhid menjadi landasan pertama dakwah nabi Ibrahim ‘alaihi salam karena memang tauhid harus menjadi tujuan hidup manusia didunia, yaitu tidak menyembah sesuatu selain Allah subehanahu wa ta’ala yang menciptakan, mengatur, dan memelihara alam semesta. Hal ini

semakin urgen karena ini menjadi penggerak terhadap cara berpikir manusia, bertindak serta berprilaku.

Dalam upaya transfer pengetahuan dan internalisasi ajaran agama, Nabi Ibrahim ‘alaihi salam menggunakan beberapa pendekatan:

(10)

Keteladanan merupakan salah satu metode dalam pendidikan Islam yang pengaruhnya luar biasa bagi peserta didik. Allah subehanahu wa ta’ala menjadikan Nabi Ibrahim ‘alaihi salam sebagai teladan bagi

keluarga, anak, dan umatnya dalam menunaikan perintah-perintah Allah subehanahu wa ta’ala dan menjauhi larangan-Nya, demikian juga akhlak

kesehariannya. Keteladan yang diberikan oleh Nabi Ibrahim ‘alaihi salam bagi keluarganya, umatnya, dan juga umat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang tersebar di berbagai surah dalam Al-Qur’an,

diantaranya:

1) Keteladanan dalam kesabaran, 2) Keteladanan dalam keimanan,

3) Keteladanan dalam bersyukur tehadap nikmat-nikmat yang Allah berikan,

4) Keteladanan dalam kehanifannya. b. Nasihat

Metode nasihat dalam Al-Qur’an digunakan untuk menyentuh hati supaya manusia mengarah kepada tujuan yang diharapkan. Metode ini juga menempati posisi yang sangat penting dalam proses pendidikan Islam dan penanaman nilai-nilai sebagaimana firman Allah subehanahu wa ta’ala: Q.S. An Nahl: 125

                   

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pengajaran yang baik dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang

(11)

sesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui siapa yang

mendapat petunjuk. (Q.S An Nahl: 125)

Hikmah yang dimaksud adalah perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang batil. Nasihat atau juga bisa dengan sebutan wasiat atau pesan yang baik dengan cara yang baik dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang tepat akan sangat berpengaruh pada diri peserta didik. Nabi Ibrahim ‘alaihi salam menggunakan metode ini dalam pendidikan anak-anaknya tergambar dalam firman Allah subehanahu wa ta’ala QS. Al Baqarah:132

             

Dan Ibrahim mewasiatkan (ucapan) itu kepada anak-anaknya,

demikian pula Ya’kub. (Ibrahim berkata): Wahai anak-anakku!

Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini untukmu, maka janganlah

kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim.” (QS Al Baqarah:132)

Demikian juga nasihat beliau kepada bapak dan juga kaumnya. Firman Allah:

                 

“(ingatlah) ketika dia berkata kepada ayahnya dan kaumnya:

“Apakah yang kamu sembah itu? Apakah kamu menghendaki kebohongan

dengan sembahan selain Allah itu? Maka bagaimana anggapanmu

(12)

Salah satu metode yang digunakan Nabi Ibrahim ‘alaihi salam adalah metode dialog. Metode ini digunakan untuk mengetahui dan memantapkan pengetahuan peserta didik yang ia miliki. Dialog yang begitu mengharukan sekaligus sarat dengan pendidikan sekaligus menggambarkan tingkat keimanan yang sangat tinggi dari pendidik (Nabi Ibrahim) dan peserta didik (Nabi Ismail).

                            

“Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha

bersamanya, (Ibrahim) berkata: “Wahai anakku!Sesungguhnya aku

bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana

pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawab: “Wahai ayahku! Lakukanlah apa

yang diperintahkan (Allah) kepadamu; Insya Allah engkauakan

mendapatiku termasuk orang yang sabar”.(QS Ash Shaffat: 102)

Subhanallah terlihat jelas, sang ayah yang salih ini menuntun dan

mendidik anaknya dengan cara yang bijak agar sama-sama patuh kepada semua perintah Allah betapapun beratnya. Beliau menggunakan metode dialogis dengan seolah-olah meminta pendapat putranya, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah

bagaimana pendapatmu!”. Kebijakan sang ayah ini pun dijawab dengan

ketegasan dan kesabaran seorang anak, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; Insya Allah engkau akan

(13)

bagaimana seorang anak dapat memahami betapa ayahnya mendapat perintah Allah subehanahu wa ta’ala yang begitu berat. Lalu dengan segala kerendahan hatinya dan tak lupa menyebut kata Insya Allah, Ismail berusaha meyakinkan ayahnya bahwa ia siap membantu ayahnya untuk mentaati perintah Allah subehanahu wa ta’ala tersebut.

d. Doa

Keberhasilan proses pendidikan yang dilakukan oleh manusia tidak telepas dari intervensi Allah subehanahu wa ta’ala Oleh karena itu, dalam menjalankan dakwahnya, Nabi Ibrahim ‘alaihi salam selalu menyertainya dengan doa. Seperti dalam QS. Ibrahim:40.

        

“Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang yang tetap

melaksanakan shalat. Ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku. (QS.

Ibrahim:40)

Doa memiliki kedudukan yang tinggi dalam agama. Doa adalah kunci kebaikan dan penutup pintu kejelekan, mendatangkan manfaat, dan menolak berbagai malapetaka. Doa adalah kekuatan terbesar di muka bumi. Doa adalah obat yang paling manjur. Doa sebagaimana kesimpulan pakar psikologi merupakan kekuatan terbesar yang tersedia bagi seseorang dalam memecahkan masalah pribadinya, baik dalam keadaan sempit maupun lapang.

Begitu pentingnya doa, maka kita para orang tua maupun guru hendaknya menjadikan doa bagian tak terpisahkan dari proses pendidikan.

(14)

“Dan Tuhanmu berfirman, “Berdoalah kepada-Ku niscaya akan

Kuperkenankanbagimu’.” (QS Al Ghafir: 60)

Di samping doa, Nabi Ibrahim ‘alaihi salam juga mengajarkan agar doa selalu diikuti dengan usaha yang maksimal, ketika Nabi Ibrahim ‘alaihi salam berdoa agar anak keturunannya istiqomah mendirikan shalat, beliau

mengambil langkah-langkah konkret untuk merealisasikan harapannya, langkah selanjutnya yang beliau ambil adalah memilih lingkungan yang kondusif yang dapat mendukung nilai-nilai keagamaan, dan merenovasi Ka’bah sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah subehanahu wa ta’ala

B. Penerapan dalam Matematika

1. Penerapan konsep pendidikan Luqman dalam pembelajaran matematika.

Komunikasi yang baik perlu dilakukan oleh pendidik dalam proses pembelajaran sebagaimana Luqman menasihati anaknya secara terus-menerus tanpa rasa bosan. Pendidik perlu menerapkan ‘proses ulangi’ dalam pembelajaran. Salah satu cara yakni dengan memberikan soal-soal untuk dikerjakan secara individu oleh peserta didik setelah demonstrasi dilakukan oleh pendidik dan setelah peserta didik berdiskusi dengan teman kelompoknya. Pendidik harus menyampaikan materi pelajaran dengan komunikasi yang baik. Diantara aspek penting yang harus ada ketika berkomunikasi adalah kelembutan, sehingga situasi dalam pembelajaran, khususnya matematika, tidak menegangkan.

(15)

pembelajaran. Peserta didik harus telibat aktif dalam proses penemuan dalam pembelajaran matematika. Selain itu, bisa juga dengan menerapkan tutor sebaya yakni peserta didik yang telah memahami materi pelajaran, diminta untuk mengajari temannya yang belum memahami materi.

Metode tersebut sesuai dengan kisah Luqman dalam mendidik anaknya untuk berhadapan dengan pandangan manusia. Luqman al Hakim telah membawa anaknya dan keledai ke pasar tempat orang ramai. Mulanya, Luqman al Hakim telah menaiki keledai itu, anaknya pula yang mengendalikan keledai itu sambil berjalan kaki, maka orang ramai berkata : "Inilah orang tua yang tidak mengasihani anaknya, dia bersenang senang di atas keledai, anaknya pula berjalan kaki!"

Berikutnya, Luqman al Hakim menaikkan anaknya ke atas keledai dan beliau sendiri pula yang mengendalikan keledai dengan berjalan kaki, maka orang ramai berkata :"Sungguh biadap anak itu, orang tua dibiarkan berjalan kaki, dia pula bersenang senang di atas keledai!".

Seterusnya, Luqman al Hakim bersama anaknya menaiki keledai itu bersama sama, maka berkata pula orang ramai : "Lihat!, seekor keledai membawa dua orang!, alangkah siksanya keledai itu membawa beban berganda! "

Akhirnya, Luqman al Hakim dan anaknya tidak menaiki keledai itu dan membiarkan ia kosong saja, orang ramai berkata lagi :"Alangkah anehnya, keledai dibiarkan kosong tidak ditunggangi, tuannya pula berjalan kaki saja!"

(16)

"Sesungguhnya tiada terlepas seseorang itu dari percakapan manusia. Maka orang yang berakal tiadalah dia mengambil pertimbangan melainkan kepada Allah subehanahu wa ta’ala saja. Barangsiapa mengenal kebenaran, itulah yang menjadi

pertimbangannya dalam tiap-tiap satu" (dalam Anonim : belajar dari Luqman al-hakim).

Pendidik juga perlu mengajarkan sikap positif terhadap peserta didik. Dengan mengajarkan peserta didik sabar dalam mengerjakan tiap langkah atau proses untuk mendapatkan hasil akhir dari pertanyaan matematika. Kesabaran dibutuhkan dalam proses menuju keberhasilan. Selain itu, mementingkan akhlak dalam pembelajaran matematika sangat penting agar peserta didik yang telah memahami materi matematika tidak sombong, tetapi mau membagi kepada temannya, membantu temannya memahami materi dengan tutur kata yang baik.

(17)

Dari contoh soal di atas siswa dapat menemukan sendiri luas persegi panjang, yaitu:

2. Penerapan konsep pendidikan Nabi Ibrahim ‘alaihi salam dalam pembelajaran matematika.

Dalam pembelajaran matematika, konsep pendidikan Nabi Ibrahim ‘alaihi salam dapat diterapkan. Pendidik dalam mengajarkan suatu materi harus

memberikan langkah kerja yang benar, dalam hal ini menerapkan konsep keteladanan terhadap peserta didik. Selanjutnya, pendidik dapat memberi arahan kepada peserta didik dengan menerapkan konsep ‘nasihat’, misalnya seorang peserta didik mengerjakan soal cerita berkaitan dengan luas persegi panjang, maka pendidik mengarahkan peserta didik untuk menulis apa yang diketahui, apa yang ditanyakan dari soal, dan mengarahkan prosedur atau langkah kerja apa yang bisa digunakan untuk menyelesaikan soal cerita tersebut.

Adapun salah satu contoh materi yang dapat diberikan sesuai dengan kisah nabi Ibrahim ‘alaihi salam (dalam Khalid, amru:160) yang menceritakan tentang nabi Ibrahim ‘alaihi salam yang merusak patung-patung berhala dan hanya meninggalkan patung yang paling besar dengan kapak di atasnya. Kemudian penduduk negeri sangat marah dan mencurigai nabi Ibrahim ‘alaihi salam sebagai pelakunya karena perkataannya yang pernah mencela berhala. Akhirnya, nabi Ibrahim ‘alaihi salam diinterogasi oleh penduduk dan nabi Ibrahim ‘alaihi salam hanya menjawab dengan logikanya bahwa “Silahkan anda tanya patung yang paling besar, siapa pelakunya”. Berdasarkan kisah tersebut salah satu materi

(18)

matematika yang sesuai adalah logika matematika dengan pengajaran langsung. Sebagai contoh negasi (ingkaran) dari pernyataan-pernyataan berikut:

 p : Semua dokter memakai baju putih saat bekerja.  p : Semua jenis burung bisa terbang

 p : Semua anak mengikuti ujian fisika hari ini.

Pernyataan yang memuat kata "Semua" atau "Setiap" negasinya memuat kata "Beberapa" atau "Ada" seperti berikut:

 ~p : Ada dokter tidak memakai baju putih saat bekerja.  ~p : Beberapa jenis burung tidak bisa terbang

 ~p : Beberapa anak tidak mengikuti ujian fisika hari ini.

(19)

peserta didik untuk mengekspresikan apa yang ada dalam pikiran peserta didik. Selain itu, juga merangsang peserta didik mempersoalkan berbagai substansi pembelajaran yang mereka terima secara kritis.

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan berdasarkan kajian pustaka pada bab II adalah:

1. Konsep pendidikan menurut Luqman mengandung tujuh ciri penting, yaitu penekanan terhadap tauhid (melarang berbuat syirik), ilmu, komunikasi, akidah, ibadah, pikiran positif, akhlak mulia, dan dakwah.

2. Nilai-nilai pendidikan Nabi Ibrahim ‘alaihi salam yaitu tujuan utama pendidikan yakni penanaman nilai akidah dan tauhid dengan menggunakan empat metode pendidikan, yaitu keteladanan, nasihat, dialog, dan doa.

3. Penerapan konsep pendidikan Luqman dalam pembelajaran matematika dengan komunikasi yang baik, melibatkan peserta didik dalam proses belajar, tutor sebaya, dan pendekatan induktif-deduktif. 4. Penerapan konsep pendidikan Nabi Ibrahim ‘alaihi salam dalam

pembelajaran matematika dengan menanamkan konsep yang benar, dan dengan dialog atau diskusi dan salah satunya dengan menggunakan pengajaran langsung.

B. Saran

(20)

gunakan dalam proses belajar mengajar. Dengan menggunakan konsep pembelajaran yang islami, salah satunya dengan menggunakan konsep pembelajran Luqman dan Nabi Ibrahim‘alaihi salam, diharapkan peserta didik tidak hanya bisa mengetahui materi pembelajaran matematika khususnya tetapi juga dapat mengaplikasikan nilai-nilai islam dalam sikap dan perilakunya.

Jadi dengan menggunakan konsep pembelajaran islam ini diharapkan bukan hanya kebutuhan IQnya saja terpenuhi tapi kebutuhan ESQnya insya Allah bisa terpenuhi jika peserta didik dapat mengaplikasikan nilai-nilai islam dalam kehidupan sehari-harinya baik di lingkungan sekolah, keluarga, maupun lingkungan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Abduh, M. Pendidikan ala Nabi Ibrahim ‘alaihi salam. Artikel diakses tanggal 11/10/2014.

Abidin, D.Z. 2008. Alquran for Life Excellence. Jakarta: Hikmah.

Al-Khadili, S. 2000. Kisah-kisah Alquran: pelajaran dari orang-orang dahulu. Jakarta: Gema Insani Press.

Antonio, Muhammad Syafii. 2010. Ensiklopedia Leadership & Manajemen Muhammad Shallallahu ‘alahi wasallam The Super Leader Super

Manager”. Jakarta : Tazkia

Halim, A.M. A. 2007. Kisah Bapak Anak dalam Alquran. Jakarta: Gema Insani. Khalid, Amru. 2007. Membaca Kisah Mengungkap Hikmah Teladan para Nabi”.

(21)

Riyah, F.N. 2011. Konsep Pendidikan Agama Islam untuk Anak dalam Keluarga Muslim. Jakarta: Skripsi UIN Syarif Hidayatullah.

http://khotimhanifudinnajib.blogspot.com/2012/05/konsep-pendidikan-dalam-surat-lukman.html. Diakses tanggal 11/10/2014.

http://supervisiaceh2012.blogspot.com/2013/12/konsep-pendidikan-dalam-surat-ash.html. Diakses tanggal 11/10/2014.

Referensi

Dokumen terkait

Mengklasifikasikan aktivitas-aktivitas pengelolaan lingkungan yang ada di rumah sakit ke dalam komponen biaya lingungan berdasarkan International Guidance Document -

Melalui proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran demonstrasi maka peserta didik diharapkan dapat menjelaskan konsep perubahan entalpi reaksi pada tekanan

Tetapi bila berasal dari mereka yang tidak termasuk salaf (yang kemudian oleh mazhab Hanbali dibatasi hanya kepada angkatan sahabat Nabi dan para pengikut mereka, kaum tābi‘ūn,

Sebagaimana telah dijelaskan di depan, bahwa suasana kehidupan beragama di desa Sitiarjo menunjukkan suasana yang menggembirakan, dimana antara agama satu dengan yang lain

Pokja V Unit Layanan Pengadaan (ULP) Kabupaten Indragiri Hilir akan melaksanakan Pelelangan Sederhana dengan pascakualifikasi secara elektronik untuk paket pekerjaan pengadaan

Buku harian adalah buku yang berisi catatan seluruh transaksi keuangan secara kronologis. Dalam melakukan pencatatan transaksi keuangan ke dalam buku harian harus disertai dengan

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah wanita usia 30 - 50 tahun, bersedia menjadi subjek penelitian, belum mengalami menopause, tidak memiliki riwayat

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai hubungan dampak hospitalisasi anak dalam hal ini lama rawat anak, diagnosa penyakit anak, tingkat pendidikan