LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMEN SPEKTROSKOPI PERCOBAAN II
ANALISIS PERLINDUNGAN SINAR UV DARI BEBERAPA JENIS TABIR SURYA YANG ADA DI KOTA KENDARI
Oleh :
Nama : Amrin
NIM : F1C1 14 003
Kelompok : IV (Empat)
Asisten : Iwan Kurniawan Martono
LABORATORIUM KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HALU OLEO
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara alami kulit sudah berusaha melindungi tubuh kita beserta organ-organ dibawahnya dari bahaya sinar UV. Perlindungan tersebut dalam bentuk pigmen-pigmen kulit yang mampu memantulkan kembali sinar matahari. Apabila pembentukan pigmen itu terjadi secara terus-menerus akan menyebabkan noda hitam pada kulit (Rahmawati, 2010).
Besarnya derajat kerusakan kulit tergantung pada frekuensi dan lamanya sinar matahari mengenai kulit, intensitas sinar matahri serta sensitivitas kulit seseorang (Wilkinson dan Moore, 1982). Sebagai contoh, sering kita temukan pada kulit orang yang berjemur. Bila tidak merawat tubuhnya dengan baik, maka pada kulit orang tersebut akan terbentuk flek hitam. Hal ini juga beresiko pada orang yang bekerja dibawah sinar matahari. Sehingga tubuh memerlukan perlindungan yang optimal ketika terpapar langsung sinar matahari. Perlindungan tersebut dalam bentuk pakaian dan sediaan kosmetik. Sediaan kosmetik yang bisa memberikan perlindungan kulit terhadap bahaya sinar UV matahari adalah tabir surya.
Saat ini telah beredar dipasaran produk kosmetik tabir surya dalam bentuk krim dan losio. Umumnya produk tersebut dikombinasikan dengan vitamin E, senyawa penyerap UV-A dan UV-B serta bahan lainnya(Wilkinson dan Moore, 1982). Kandungan tabir surya yang beredar pun ada yang alami dan ada yang sintesis. Tabir surya yang mengadung bahan sintesis yang dominan dipasaran (Tranggono dkk., 2007). Hal ini dikarenakan bahan yang diperlukan mudah didapat, harganya murah dan banyak pilihan sesuai warna kulit. Tapi tidak selalu tabir surya tersebut memberikan efek perlindungan terhadap sinar UV. Contohnya Tabir surya dari oksida logam merupakan partikel anorganik yakni titanium dioksida dan seng oksida memang tidak menimbulkan efek dermal, namun kurang diterima karena dapat membentuk lapisan film penghalang pada kulit dan dapat menimbulkan rasa kurang nyaman (Mitsui, 1997). Pengujian tabir surya yang mampu blocking terhadap sinar UV matahari dapat dilakukan dengan menggunakan spektrootometer UV-Vis (Putri dkk., 2015).
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada percobaan ini adalah:
1. Bagaimana menganalisis efektivitas tabir surya yang beredar di Kota Kendari dalam melindungi tubuh dari paparan sinar UV?
2. Bagaimana memahami cara penggunaan spektrofotometer UV-Vis ?
C. Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah:
1. Untuk mengetahui efektivitas tabir surya yang beredar di Kota Kendari dalam melindungi tubuh dari paparan sinar UV.
2. Untuk memahami cara penggunaan spektrofotometer UV-Vis.
D. Manfaat Percobaan
Manfaat dari percobaan ini adalah:
1. Memberikan informasi kepada peneliti terkait efektivitas tabir surya dan cara penentuanya dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis.
2. Memberikan wawasan kepada masyarakat tentang pemilihan tabir surya yang baiak dalam melindungi tubuh.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tabir Surya
Tabir surya merupakan bahan-bahan kosmetik yang secara fisik atau kimia dapat menghambat penetrasi sinar ultraviolet ke dalam kulit (Oroh dan Harun, 2001). Menurut Shaat (1990) mekanisme kerja tabir surya dibagi menjadi 2 macam, pemblok fisik (Phisical blockers) dan penyerap kimia (Chemical absorber).
Menurut Wilkinson dan Moore (1982) dalam Tranggono dkk. (2007) Keuntungan penggunaan krim tabir surya dengan bahan-bahan kimia adalah mudah didapat, banyak pilihan (ada yang sifatnya menyerap sinar UV ataupun yang memantulkan sinar UV), bisa dipilih sesuai dengan kebutuhan masing-masing pengguna karena orang berkulit hitam kebutuhan akan krim tabir surya berbeda dengan orang yang berkulit putih.
Kerugian penggunaan krim tabir surya dari bahan kimia ialah biasa menyebabkan iritasi dengan rasa terbakar, rasa menyengat, dan menyebabkan alergi kontak berupa reaksi foto kontak alergi. Tabir surya dari oksida logam merupakan partikel inorganik titanium dioksida dan seng oksida memang tidak menimbulkan efek dermal, namun kurang diterima karena dapat membentuk lapisan film penghalang pada kulit dan dapat menimbulkan rasa kurang nyaman (Adnin dkk., 2015).
pada kulit, mampu menahan sinar ultraviolet (SPF) baik, dan tidak menimbulkan kemerahan pada kulit. Jadi krim tabir surya dengan bahan alami akan sangat menguntungkan bila mempunyai nilai SPF yang tinggi (Zulkarnain dkk., 2013).
B. Sinar UV
Sinar ultraviolet (UV) adalah sinar yang dipancarkan oleh matahari yang dapat mencapai permukaan bumi selain cahaya tampak dan sinar inframerah. Sinar UV berada pada kisaran panjang gelombang 200-400 nm. Spektrum UV terbagi menjadi tiga kelompok berdasarkan panjang gelombang UV C (200-290), UV B (290-320) dan UV A (320-400). UV A terbagi lagi menjadi dua subbagian yaitu UV A2 (320-340) dan UV A1 (340-400). Tidak semua radiasi sinar UV dari matahari dapat mencapai permukaan bumi. Sinar UV C yang memiliki energi terbesar tidak dapat mencapai permukaan bumi karena mengalami penyerapan di lapisan ozon (Mokodompit dkk., 2013).
Energi dari radiasi sinar ultraviolet yang mencapai permukaan bumi dapat memberikan tanda dan simptom terbakarnya kulit. Diantaranya adalah kemerahan pada kulit (eritema), rasa sakit, kulit melepuh dan terjadinya pengelupasan kulit. UV B yang memiliki panjang gelombang 290-320 nm lebih efektif dalam menyebabkan kerusakan kulit dibandingkan dengan UV A yang memiliki panjang gelombang yang lebih panjang 320-400 nm (Pratama dan Karim, 2015).
pemakaian tabir surya dari bahan alam yang relatif lebih aman bila dibandingkan dengan tabir surya kimiawi. Tabir surya (sunscreen) adalah suatu zat atau material yang dapat melindungi kulit terhadap radiasi sinar UV. Efektivitas sediaan tabir surya didasarkan pada penentuan harga SPF (Sun Protected Factor) yang menggambarkan kemampuan produk tabir surya dalam melindungi kulit dari eritema (Rejeki dan Sri, 2015).
C.
Spektrofotometer UV-VisMetode spektrofotometri UV-Vis secara umum berdasarkan pembentukan warna antara analit dengan pereaksi yang digunakan. Dengan menggunakan pereaksi warna menjadi lebih peka, menaikkan sensitivitas sehingga batas deteksinya menjadi rendah (Purwanto dan Farida, 2012).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Percobaan analisis perlindungan sinar UV dari beberapa jenis tabir surya yang ada di kota Kendari dilaksanakan pada hari Senin, 17 Oktober 2016, pada pukul 13.00-17.10 WITA dan bertempat di Laboratorium Kimia Analitik, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Halu Oleo, Kendari.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah spektrofotometer UV-Vis, kuvet, gelas kimia 250 mL, pipet tetes dan batang pengaduk.
2. Bahan
C. Prosedur Kerja 1. Preparasi Sampel
2. Pengukuran panjang gelombang sampel tabir surya Krim Tabir Surya
-ditimbang sebanyak 1,1 gram -dimasukan kedalam gelas kimia -ditambahkan etanol 70 % -diaduk hingga homogen
-dimasukan kedalam labu takar 100 ml -ditambahkan etanol 70% hingga tanda tera
Larutan tabir surya 1,9 %
- Sampel A aktif terhadap UV-A, UV-B dan UV-C - Sampel B aktif terhadap UV-A, UV-B dan UV-C - Sampel C aktif terhadap UV-A, UV-B dan UV-C - Sampel D hanya aktif pada UV-A
- Sampel E hanya aktif pada UV-C - Sampel F hanya aktif pada UV-C
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Sampel
Sampel pada percobaan ini merupakan produk kosmetik kecantikan. Ada tujuh produk yang akan diuji kadarnya. Sampel ini diperoleh dari para praktikan yang ingin menguji perlindungan terhadap sinar UV. Sampel A berbentuk krim dan berwarna pink soft. Sampel A memiliki masa penggunaan sampai tanggal 14 Desember 2017. Sampel B, sampel C, sampel D dan sampel G berwarn putih dan berbentuk krim. Tanggal kadaluarsa masing-masing sampel ini berturut-turut, tanggal 10 November 2017 (Sampel B), tanggal 1 juni 2018 (Sampel C), tanggal 29 Maret 2017 (Sampel E) dan tanggal 17 Desember 2017 (Sampel G). Sampel E berbentuk krim dan berwarna kuning serta memiliki expire date tanggal 22 Desember 2016. Sedangkan sampel F berwana blue soft dan berbentuk gel. Tanggal kadaluarsa sampel ini adalah 10 Oktober 2017.
B. Pembahasan
Spektrofotometer UV-Vis yang digunakan pada percobaan ini untuk menentukan panjang gelombang maksimum sampel. Tabir surya akan melindungi kulit dari efek sinar UV. Percobaan dilakukan pada tujuh sampel yang berbeda
dengan kosentrasi yang sama. Sampel A memberikan panjang gelombang 347,1
nm; 310,8 nm; dan 214,4 nm. Hal ini menunjukan bahwa sampel A mampu
melindungi kulit dari pancaram sinar UV baik UV-A, UV-B dan UV-C. Sampel B
memiliki panjang gelombang pada yang berbeda dalam perlindungan sinar UV.
Panjang gelombang sampel ini berada pada rentang 217,7 nm sampai 365,7 nm.
UV berasal dari matahari. Begitu juga pada sampel C dan sampel G, kedua sampel
ini juga mampu memberikan perlindungan sinar UV dikarenakan memiliki
panjang gelombang 369,9 nm; 307,8 nm; dan 289,4 nm untuk sampel C.
Sedangkan panjang gelombang sampel G berada pada rentang 280,9 nm sampai
370,2 nm.
Beberapa sampel yang diuji hanya memberikan perlindungan pada satu
jenis sinar UV. Sampel tersebut adalah sampel D, E dan F. Sampel D hanya
memiliki panjang gelombang 382,3 nm. Sedangkan sampel E dan F memiliki
panjang gelombang 228,8 nm dan 257,1 nm. Hal ini memunjukan bahwa sampel
tersebut tidak maksimal dalam penyerapan sinar UV. Kemampuan sampel tersebut
aktif hanya pada satu jenis UV dikarenakan komposisi dari sampel tersebut. Bila
dalam sampel tersebut memiliki banyak gugus kromofor, maka akan
mempengaruhi serapan pada daerah Ultraviolet-Visibel. Hal inilah yang
menentukan panjang gelombanganya.
Menurut Liony (2014), komposisi umum dalam tabir surya adalah Oktil
ρ-metoksi, TiO2, Asam Stearat, Setil Alkohol, Paraffin cair, Olive Oil, Metyl
Paraben¸ Propyl Paraben, Trietanolamin, Gliseril, Monostearat, Gliserin, BHT
dan akuades. Bila tabir surya mengandung senyawa tersebut, maka efektif
melindungi pada paparan sinar UV. Oktil ρ-metoksi memiliki gugus kromofor
yang mampu menyerap panjang gelombang maksimum. Jadi, sampel A, B, C dan
G mengandung senyawa tersebut, sedangkan sampel D, E dan F mengandung
beberapa senyawa lain (auksokrom) yang membuat sampel ini hanya aktif pada
V. PENUTUP
A. Kempulan
Berdasarkan tujuan dan hasil pembahasan yang diperkuat dengan data pad
ahasil pengamatan dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa sebagian besar produk
tabir surya aktif dan mampu melindungi dari paparan sinar UV (UV-A, UV-B dan
UV-C). Sebagaimana pada sampel A, B, C dan G yang diuji secara
spektrofotometri UV-Vis memberikan data panjang gelombang yang mampu
menghalau paparan UV A dengan masing-masing panjang gelombang (347,1;
365,7; 369,9 dan 370,2) nm, sedangkan UV-B memberikan panjang gelombang
masing-masing (310,8; 295,8; 307,8 dan 294,8) nm dan UV-C (214,4; 217,7;
289,4 dan 280,9) nm. Sampel D hanya mampu melindungi dari paparan sinar
A (383,2) nm sedangkan sampel E dan F hanya mampu melindungi dari sinar
UV-C karena memiliki panjang gelombang 228,8 dan 257,1 nm.
B. Saran
Saran praktikan terhadap percobaan ini adalah agar kedepannya perlu
diadakan percobaan untuk mengetahui kadar SPF yang terdapat pada tabir surya
DAFTAR PUSTAKA
Andari, S., 2013, Perbandingan Penetapan Kadar Ketoprofen Tablet Secara Alkalimetri dengan Spektrofotometri- Uv, Jurnal Eduhealth, 3(2).
Dramogland, V., Hosea J.E. dan Hamidah S.S., 2013, Formulasi Krim Tabir Surya Ekstrak Kulit Nanas (Ananas Comosus L Merr) Dan Uji In Vitro Nilai Sun Protecting Factor (Spf), Jurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT, 2(2).
Harjadi, W., 1990, Ilmu Kimia Analitik Dasar, PT. Gramedia: Jakarta.
Pratama, W.A. dan Karim A.Z., 2015, Uji Spf In Vitro Dan Sifat Fisik Beberapa Produk Tabir Surya Yang Beredar Di Pasaran, Majalah Farmaseutik, 11(1). Purwaningsih, S., Ella S. dan Nur M.A., 2015, Efek Fotoprotektif Krim Tabir
Surya Dengan Penambahan Karaginan Dan Buah Bakau Hitam (Rhizopora Mucronata Lamk.), Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 7(1).
Putri, I. R., Asterina, Laila I., 2014, Gambaran Zat Pewarna Merah pada Saus Cabai yang Terdapat pada Jajanan yang Dijual di Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Padang Utara, Jurnal Kesehatan Andalas, 3(3).
Rahmawati, Noveri, 2010, Optimasi Metoda Isolasi Katekin Dari Gambir Untuk Sediaan Farmasi Dan Senyawa Marker. Jakarta: Universitas Indonesia
Rejeki, S. dan Wahyuningsih S.S., 2015, Formulasi Gel Tabir Surya Minyak Nyamplung (Tamanu Oil) Dan Uji Nilai Spf Secara In Vitro, University Research Colloquium, ISSN 2407-9189.
Setiawan, Tri 2010, Uji Stabilitas Fisik dan Penentuan Nilai SPF Krim Tabir Surya yang Mengandung Ekstrak Daunt Teh Hijau (Camelia Sinensis L.) Oktil Metoksisinamat dan Titanium Dioksida, Skripsi, Fakultas MIPA Program Studi Farmasi. Universitas Indonesia.
Tranggono, Retno. I., dan Latifah, Fatma, 2007, Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta. Gramedia pustaka Utama. Hal 26-27, 55. Wilkinson, J.B., and Moore, R.J., 1982, The Principles and Practice of Modern
Cosmetic 7thEd, Leonard Hill Book, London. page 222, 226-228