• Tidak ada hasil yang ditemukan

17 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Kadar Residu Pestisida pada Sayuran Serta Tingkat Perilaku Konsumen Terhadap Sayuran yang Beredar di Pasar Tradisional Pringgan Kecamatan Medan Baru Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "17 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Kadar Residu Pestisida pada Sayuran Serta Tingkat Perilaku Konsumen Terhadap Sayuran yang Beredar di Pasar Tradisional Pringgan Kecamatan Medan Baru Tahun 2015"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pestisida telah lama digunakan oleh para petani untuk mengendalikan hama tanaman buah-buahan, dan sayur-mayur. Dalam upaya untuk meningkatkan produksi dengan tujuan agar tanaman tidak dirusak oleh hama dan penyakit adalah dengan menggunakan pestisida. Penggunaan pestisida pada tanaman sayuran di dataran tinggi tergolong sangat intensif, hal ini disebabkan karena kondisi iklim yang sejuk dengan kelembaban udara dan curah hujan yang tinggi menciptakan kondisi yang baik untuk perkembangbiakan hama dan penyakit tanaman.

Pada tahun 1984, sekitar 20% produksi pestisida dunia diserap oleh Indonesia. Pemakaian pestisida dalam periode 1982-1987 meningkat sebesar 236% dibandingkan periode sebelumnya. Sementara itu, pemakaian insektisida meningkat sebesar 710% pada periode yang sama. Pada tahun 1986 total pemakaian insektisida mencapai 17.230 ton atau setara dengan 1,69 kg insektisida setiap hektar lahan pertanian. Pada dekade 1990-an pemakaian insektisida telah mencapai 20 ribu ton/tahun dengan nilai Rp 250 milyar (Novizan, 2002).

(2)

sehingga muncul kondisi ketergantungan bahwa pestisida adalah faktor produksi penentu tingginya hasil dan kualitas produk, seperti yang tercermin dalam setiap paket program atau kegiatan pertanian yang senantiasa menyertakan pestisida sebagai bagian dari input produksi (Wahyuni, 2010).

Serangan hama dan penyakit merupakan salah satu penyebab utama kegagalan panen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa serangan hama pada tanaman sayuran cukup tinggi, diantaranya pada kubis yang menyebabkan kehilangan hasil sampai 100% (Ameriana et.al., 2000). Aplikasi penyemprotan pestisida untuk mengendalikan hama dan penyakit biasanya pada bagian tanaman terutama daun. Dengan harapan hama akan datang dan makan daun yang sudah disemprot dengan insektisida tersebut dan mati. Ada juga yang diaplikasikan pada tanah agar bahan aktif insektisida diserap oleh akar tanaman dan diedarkan ke seluruh bagian tubuh tanaman. Sehingga bila suatu saat hama datang dan memakan bagian tanaman yang sudah mengandung bahan aktif insektisida tersebut akan mati (Djojosumarto, 2008).

(3)

Berdasarkan peraturan yang dikeluarkan badan Standar Nasional Indonesia (SNI) tahun 2008, tentang batas maksimum residu (BMR) pestisida pada tanaman. Residu pestisida untuk golongan organofosfatmasih diperbolehkan ada di dalam tanaman dalam konsentrasi yang telah ditentukan, khusus untuk sayuran batas konsentrasi residu yang diperbolehkan yaitu 0,5 mg/kg.

Hasil penelitian Sudewa dkk (2008), ditemukan bahwa, residu pestisida diazinon, klorpirifos, fentoat, karbaril, dan BPMC yang terdapat pada krop kubis dan polong kacang panjang yang dijual di pasar Badung Denpasar dipengaruhi oleh jumlah penggunaan insektisida tersebut, dimana insektisida klorpirifos 60-65%, karbaril 40% digunakan oleh petani, nilai residu pada kubis dan kacang panjang klorpirifos sebesar 0,0525ppm dan 1,296 ppm, karbaril sebesar 0,303 ppm dan 0,471 ppm. Dimana nilai residu klorpirifos pada kubis dan kacang panjang melebihi nilai MRL (Maximum Residue Limit) pada sayuran yaitu 0,5 ppm.

(4)

Residu pestisida merupakan zat tertentu yang terkandung dalam hasil pertanian bahan pangan atau pakan hewan, baik sebagai akibat langsung maupun tidak langsung dari penggunaan pestisida. Istilah ini mencakup juga senyawa turunan pestisida seperti senyawa hasil konversi, metabolit, senyawa hasil reaksi dan zat pengotor yang dapat bersifat toksik. Residu pestisida menimbulkan efek tidak langsung terhadap konsumen namun, dalam jangka panjang dapat menimbulkan gangguan kesehatan, diantaranya, berupa gangguan syaraf dan metabolisme enzim. Residu pestisida yang terbawa bersama makanan akan terakumulasi dalam jaringan tubuh yang mengandung lemak. Akumulasi pestisida ini pada manusia dapat merusak fungsi hati, ginjal, sistem syaraf, menurunkan kekebalan tubuh, menimbulkan cacat bawaan, alergi dan kanker (Sakung, 2004).

Pestisida yang banyak direkomendasikan untuk bidang pertanian adalah golongan organofosfat, karena golongan ini lebih mudah terurai di alam. Organophosphat adalah golongan pestisida yang disukai petani, karena mempunyai daya basmi yang kuat, cepat, dan hasilnya terlihat jelas pada tanaman. Departeman Pertanian menganjurkan pemakaian pestisida ini karena sifat organofosfat yang mudah hilang di alam. Meskipun demikian, residu pestisida organofosfat pada manusia dapat menimbulkan keracunan baik akut, maupun kronis, hal ini disebabkan oleh sifat akumulatif dari residu pestisida organofosfat (Alegentina, 2005).

(5)

berkurang. Manifestasi nikotinik, sepeti sesak napas, kram, pada otot tertentu dan cynosis.Manifestasi susunan syaraf pusat seperti rasa cemas, sakit kepala, kesukaran tidur, depresi, tremor, kejang, gangguan pernafasan, dan peredaran darah. Sedangkan keracunan kronis yang disebabkan pestisida organofosfat, yaitu:carsinogenik (pembentukan kelenjer kanker), teratogenik (kelahiran anak cacat dari ibu yang keracunan insektisida), myopathi (penyakit otot) (Mukono, 2011).

(6)

1.2 Rumusan Masalah

Pasar Pringgan merupakan pasar tradisional yang menjual berbagai macam kebutuhan sehari-hari, termasuk sayuran. Sayuran yang di peroleh pedagang langsung dari petani yang menjual hasil kebunnya kepada pedagang. Para pedagang yang menjual sayuran tidaklah membersihkan sayuran yang hendak dijual terlebih dahulu, sehingga dikhawatirkan sisa-sisa pestisida yang digunakan para petani masih menempel pada sayuran. Sayuran yang mengandung residu pestisida didalamnya tidaklah aman untuk dikonsumsi. Berdasarkan permasalahan diatas, penulis ingin mengetahui kemungkinan ada tidaknya kadar residu pestisida pada sayuran serta tingkat perilaku konsumen, terhadap residu pestisida pada sayuran yang di jual di pasar tradisional Pringgan Kecamatan Medan Baru, karena dengan mengetahui perilaku konsumen dapat diketahui bagaimana kepedulian konsumen terhadap sayuran yang aman untuk dikonsumsi.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui residu pestisida serta tingkat perilaku konsumen terhadap residu pestisida pada sayuran yang beredar di pasar tradisional Pringgan, Kecamatan Medan Baru.

1.3.2 Tujuan Khusus

(7)

2. Untuk mengetahui kadar residu pestisida golongan organofosfat pada sayuran kol/kubis (Brassica oleracea), tomat (Solanum lycopersicum), wortel (Daucus sarota), dan kacang panjang (Vigna sinensis) apakah memenuhi syarat atau tidak sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan berdasarkan SNI No 7313 : 2008.

3. Untuk mengetahui perilaku (pengetahuan, sikap, dan tindakan) para konsumen terhadap residu pestisida pada sayuran.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sebagi informasi agar lebih teliti dalam memilih dan mengkonsumsi sayuran.

2. Sebagai bahan masukan bagi BPOM dalam melakukan pemeriksaan lebih lanjut terhadap sayuran yang dijual di pasar tradisional.

3. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis tentang residu pestisida golongan organofosfat.

Referensi

Dokumen terkait

Apabila disimak secara cermat kedua unsur tersebut, unsur pertama dapat digunakan sebagai dasar permohonan peninjauan kembali tanpa putusan hakim pidana yang

5 Tahun 2019 tentang Program Profesi Advokat (PPA) dalam pelaksanaanya Perguruan Tinggi harus memiliki kerjasama sesuai Pasal 7 ayat (1) Permenristekdikti No.5 Tahun 2019

Asas-asas umum penyelenggaraanpemerintahan yang baik menurut Undang- Undang Nomor 28 Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas KKN dalam perpanjangan

Seiring dengan naiknya angle of attack, terjadi perbedaan yang signifikan pada kedua kondisi ini, seperti terlihat pada gambar 7(c) dan 7(d) Pada sudut sebesar 16.00°, posisi

Sekali lagi kasus mutasi gen kenapa bisa mengarah ke terjadinya variasi individu jawabnya karena terjadi suatu reaksi fusi antara mutagen kimia dengan basa nitrogen yang ada

Tambahkan field baru NamaMember pada table Kembali, klik dua kali Kembali pada Object TreeView untuk membuka Field Editor, klik kanan dan pilih New Fields, lengkapi

Pengelolaan Dana BOS harus dikelola oleh sekolah itu sendiri tidak boleh ada campur tangan dari yayasan apabila sekolah tersebut berstatus swasta, nantinya dalam

Peningkatan kemampuan kognitif dalam pengenalan konsep bilangan berbantuan media kartu angka bergambar pada anak kelompok B1 melalui penerapan metode bermain berbantuan