• Tidak ada hasil yang ditemukan

Memudarnya Sitem Kerja Bearian Pada Petani Padi Etnis Banjar(Di Desa Kota Datar, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Memudarnya Sitem Kerja Bearian Pada Petani Padi Etnis Banjar(Di Desa Kota Datar, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang)"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT, atas segala limpahan rahmad dan hidayahn-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “ Memudarnya Sitem Kerja Bearian Pada Petani Padi Etnis Banjar” (Di Desa Kota Datar,

Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang). disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Segenap rasa bersyukur di panjatkan ke hadirat Allah SWT.

(2)

iv

Dalam penulisan ini penulis menyampaikan penghargaan yang tulus dan ucapan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

2. Rasa hormat dan terimakasih yang sebesar-besarnya juga saya ucapkan kepada Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.Si, selaku ketua departemen Sosiologi sekaligus dosen pembimbing dan dosen penasehat akademik saya yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam memberikan kritik serta saran yang sangat membangun selama penelitian hingga akhir penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Drs. Muba Simanihuruk, M.Si selaku Sekretaris Departemen Sosiologi. 4. Seluruh dosen di Departemen Sosiologi yang telah memberikan ilmu,

bimbingan, maupun arahan selama di dalam maupun di luar perkuliahan. 5. Seluruh pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera

Utara. Kak Fenni Khairifa dan Kak Betty yang telah cukup banyak membantu penulis selama masa perkuliahan dalam hal administrasi.

6. Ayahanda Alm. Misran dan Ibu Maymunah yang saya sayangi, cintai dan sangat saya hormati, yang telah mencurahkan kasih sayangnya tiada terhingga dan tiada batasnya kepada saya, selalu memberikan doa dan nasehat, dan mendidik saya serta dukungan moril maupun materil kepada saya selama perkuliahan.

(3)

v

memberikan doa dan nasehat, dukungan moril maupun materil serta keponakan – keponakan saya yang sangat saya sayangi.

8. Keluarga besar saya yang saya sayangi yang selalu memberikan doa dan semangat.

9. Saudara-saudara dan sahabat-sahabat baik penulis yang senantiasa bekerja sama selama perkuliahan, Mira (Sos 10), Julia (Sos 10), Uty (Sos 10) dan Yoga (Sos 10) yang selalu memberi dukungan dan doanya.

10. Teman-teman “Begumit” (Marlina (Sos 10), Evi (Sos 10), Melisa (Sos 10), Nurma (Sos 10), Seha Dinggit (Sos 10), Adian (Sos 10), Debora (Sos 10), Heppy (Sos 10), Yohana (Sos 10), Agusta (Sos 10), dan Angel (Sos 10) yang telah memberi warna baru kepada saya selama perkuliahan dengan semua canda dan tawa yang ada.

11. Teman-teman Sosiologi 2010, terkhusus Linda (Sos 10), Terangta (Sos 10), Ismi (Sos 10), Syarifah (Sos 10), Alaudin (Sos 10), Elisabet (Sos 10) dan teman-teman Sosiologi 2010 yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu terimakasih atas kebersamaannya selama perkuliahan.

12. Kepada abang, kakak senior 2007, 2008, 2009 serta adik-adik junior 2011, yang memberikan semangat dan motivasi dalam penulisan skripsi ini.

(4)

vi

14. Kepada para informan yaitu bapak dan ibu selaku masyarakat petani padi etnis Banjar yang berbaik hati mau meluangkan waktunya untuk memberikan semua informasi selama penelitian.

15. Kepada seluruh pihak kantor Kepala Desa Kota Datar yang telah memberikan informasi berupa data dan ijin sehingga peneliti bisa melakukan penelitian di Desa Kota Datar.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi terdapat berbagai kekurangan dan keterbatasan, untuk itu penulis mengharapkan kritik, dan saran yang sifatnya membangun. Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, semoga tulisan ini bisa bermanfaat bagi para pembaca, dan akhir kata penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini.

Medan, Februari 2015 Penulis,

ROHANA

(5)

vii

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... I

KATA PENGANTAR ... II

DAFTAR ISI ... VI

DAFTAR TABEL ... IX

DAFTAR SKEMA ... ix

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 ... Latar Belakang ... 1 1.2 ... Peru musan Masalah ... 11 1.3 ... Tujua n Penelitian ... 11 1.4 ... Manf

aat Penelitian ... 11 1.5 ... Defin

isi Konsep ... 12

(6)

viii

di Indonesia ... 15

2.2. Sistem Pengerjaan Lahan dengan Gotong Royong ... 16

2.3. Modernisasi di Sektor Pertanian ... 20

2.4. Pergeseran Tenaga Manusia pada Tenaga Mesin di Sektor Pertanian ... 22

2.5. Pergeseran Nilai – nilai Sistem Kerja Lokal Pada Pedesaan ... 24

2.6. Komersialisasi di Sektor Pertanian ... 28

2.7. Solidaritas Sosial ... 29

2.8. Penelitian Terdahulu ... 31

BAB III. METODE PENELITIAN ... 33

3.1. Jenis Penelitian... 33

3.2. Lokasi Penelitian ... 33

3.3. Unit Analisis dan Informan ... 33

3.4. Karakteristik Informan ... 34

3.5. Teknik Pengumpulan Data ... 34

3.6. Interpretasi Data ... 36

3.7. Jadual Kegiatan ... 37

3.8. Keterbatasan Penelitian ... 37

BAB IV. DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA ... 39

4.1. Deskripsi Desa Kota Datar... 39

4.2. Distribusi Pemakaian Tanah ... 40

4.3. Jenis dan hasil Produksi Pertanian ... 42

(7)

ix

4.5. Kondisi Penduduk ... 44

4.5.1. Kondisi Sosial Ekonomi Penduduk ... 44

4.5.2. Kondisi Sosial Budaya ... 44

4.5.3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 45

4.5.4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 45

4.5.5. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama ... 46

4.5.6. Komposisi Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa ... 47

4.6. Sarana dan Prasarana Desa Kota Datar ... 48

4.8.1. Informan Petani Padi Etnis Banjar yang Masih Memakai Sistem Kerja Bearian ... 55

4.8.2. Informan Petani Padi Etnis Banjar yang Sudah Tidak Memakai Sistem Kerja Bearian ... 64

4.8.3. Informan Tokoh Masyarakat Etnis banjar ... 68

4.9. Sistem Kerja Bearian di Desa Kota Datar ... 69

4.9.1. Sistem Pengerjaan Lahan dengan Sistem Kerja Bearian.. 73

4.9.2. Modernisasi Pada Sektor Pertanian ... 82

4.9.3. Solidaritas Sosial ... 92

(8)

x

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 104

5.1. Kesimpulan ... 104

5.2. Saran ... 105

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Luas Lahan Petani Banjar Berdasarkan Tata Guna Air ... 5

Tabel 2. Jumlah Luas Lahan Milik Petani Banjar Berdasarkan Luas Lahan Sawah... 6

Tabel 3. Komposisi Petani Padi Berdasarkan Etnis di Desa Kota Datar ... 7

Tabel 4. Distribusi Pemakaian Tanah di Desa Kota Datar ... 41

Tabel 5. Jenis dan Jumlah Hasil Pertanian di Desa Kota Datar Tahun 2013 ... 42

Tabel 6. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin... 45

Tabel 7. Komposisi Penduduk Berdasarkan jenis Pekerjaan ... 46

Tabel 8. Komposisi penduduk Berdasarkan Agama ... 47

Tabel 9. Komposisi Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa ... 47

Tabel 10. Sarana Pendidikan ... 50

Tabel 11. Sarana Kesehatan ... 50

Tabel 12. Sarana Tempat Ibadah ... 51

(9)

xi

DAFTAR SKEMA

(10)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia memiliki beragam Sistem Kerja atau Sistem Kerja yang unik, diantaranya yang sangat terkenal adalah Sistem Kerja gotong royong yang selalu dibanggakan oleh bangsa indonesia yang merupakan Negara Agraria. Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena sebagian besar penduduk Indonesia mempunyai pencaharian di bida pada tahun 2010 menunjukkan bahwa 45% penduduk Indonesia bekerja di bidang agrikultur

Dari seluk beluk daerah yang ada di Indonesia, daerah pedesaan adalah daerah yang menarik dan unik untuk dikaji. Karena di dalamnya banyak terdapat keunikan seperti masyarakatnya dan berbagai macam kebiasaan-kebiasaan yang ada di dalam suatu desa yang biasanya tampak dalam perilaku keseharian mereka. (https://www.google.com/search?q=data+satatisti+tahun+2010+masyarakat+beke rja+dibidang+agrikultur).

(11)

2

menghormati dan mempunyai hak tanggung jawab yang sama terhadap keselamatan dan kebahagiaan bersama di dalam masyarakat.

Desa Kota Datar adalah desa berkembang. Sejarah awal terbentuknya pada zaman dahulu Etnis Banjar yang berasal dari kepulauan Kalimantan selatan berdagang rempah dan kain dengan cara berlayar melalui pulau – pulau untuk disinggahi dan sampailah mereka di pulau sumatera, tepatnya di dermaga Belawan yang kemudian menyebar ke daerah pelosok – pelosoknya. Kemudian Etnis Banjar menetapkan untuk bertempat tinggal di sebuah hutan rimba yang kemudian dengan susah payah mereka membuka sebuah tempat pemukiman untuk ditempati yang kemudian dinamakan Desa Kota Datar, karena letak geografisnya yang datar (Data sejarah Desa Kota Datar diambil dari unit pemerintahan Desa Kota Datar, juni 2005 ).

Penduduk yang ada di desa Kota Datar terdapat masyarakat majemuk atau multietnik yang jumlah keseluruhan Penduduknya adalah 6.752 jiwa. Etnis Banjar 58,87%, Jawa 29,96%, Batak Toba 4,38%, Batak Karo dan Simalungun 2,62%, Batak Mandailing 103%, Melayu 1,71%, Minang 0,13%, Tapanuli 0,35% dan lainnya 0,95%. Data tersebut menunjukkan masyarakat Etnis Banjar adalah yang paling mendominasi dari etnis lainnya.

(12)

3

Meskipun selain mengharapkan dari hasil panen padi, untuk memenuhi kehidupan sehari – hari mereka mempunyai profesi sampingan seperti buruh, pedagang dan wiraswasta. Selain memiliki sawah sebagian petani Etnis Banjar juga memiliki kebun sawit dan kelapa. Dari penghasilan sampingan itulah masyarakat Etnis Banjar menuhi kebutuhan sehari – hari mereka.

Sektor pertanian hingga kini masih memiliki peranan yang strategis dalam pembangunan nasional, baik bagi pertumbuhan ekonomi maupun untuk memperkuat solidaritas masyartakat petani. Seperti Sistem Kerja bearian yang berbasis gotong royong sejak dahulu menjadi Sistem Kerjanya petani Etnis Banjar yang ada di Desa kota Datar. Kec. Hamparan Perak, Kab. Deli Serdang. Sistem Kerja bearian adalah salah satu bentuk kekuatan solidaritas pada petani padi yang hanya dianut oleh Etnis Banjar (internal etnis) di Desa Kota Datar, selain itu untuk menjalin kerjasama antar petani Etnis Banjar serta untuk memudahkan dan melestarikan Sistem Kerja kearifan lokal untuk mempererat kekeluargaan serta meringankan beban petani dalam mengelola lahan sawahnya untuk penanaman padi.

(13)

4

Contoh konkritnya : Dahulu didalam menanam padi ladang selalu dikerjakan secara bersama-sama. Misalnya, terdapat 5 orang petani mengerjakan menanam padi pada lahan milik si A. (salah satu dari 5 org itu). Pada hari lain mereka mereka juga membantu menanam padi pada milik si B, si C hingga semua selesai menanam padi. Kebutuhan untuk membantu sesama masyarakat itu (terutama tenaga fisik) tidak terkendala pada jenis pekerjaan yang sama. Yang unik, didalam Sistem Kerja bearian ini adalah terdapat kepentingan pribadi yang dikerjakan secara bersama-sama tanpa ada istilah upah.

Dalam menjalankan Sistem Kerja itu adalah menyiapkan makan minum dari mulai pelaksanaan hingga selesainya pekerjaan itu. Tidak ada hal lain yang disyaratkan guna menjalankan Sistem Kerja bearian. Kerjaan yang di lakukan dalam Sistem Kerja bearian yaitu menanam benih padi dan memanen yang dilakukan oleh petani padi perempuan, sedangkan petani laki-laki (suami), mengerjakan pekerjaan yang berat seperti membersihkan lahan sawah, menyemprot, memupuk, mengangkat padi dan lain-lainnya.

(14)

5

Aspek demografi petani menghasilkan budaya maupun Sistem Kerja yang berbeda-beda dalam masyarakat petani. Namun, belakangan ini banyak Sistem Kerja yang pudar dan semakin meredup gaungnya. Salah satu yang mulai dan terbiaskan oleh perkembangan zaman adalah Sistem Kerja bearian pada masyarakat petani padi Etnis Banjar. Sistem Kerja bearian merupakan suatu kebiasaan Sistem Kerja petani padi Etnis Banjar di desa Kota Datar hanya di lakukan 2 kali dalam 1 tahun, karena Di Desa ini hanya dapat menanam padi 1-2 kali dalam satu tahun karena tipe kondisi sawah yaitu sawah tadah hujan dan sawah pengairan setengah teknis mempengaruhi pola tanam. Di Desa Kota Datar terdapat luas lahan sawah 655 Ha yang terbagi – bagi atas kepemilikan petani dari berbagai etnis, namun dalam hal ini lahan sawah petani padi Etnis Banjar seluas 225 Ha yang terbagi atas 194 Ha lahan sawah tadah hujan dan 31 Ha lahan sawah pengairan setengah teknis. Seperti pada tabel di sbawah ini.

Tabel 1

Luas Lahan Petani Banjar Berdasarkan Tata Guna Air

No Lahan Pertanian Sawah Luas (Ha)

1 Sawah tadah hujan 194

2 Sawah Pengairan setengah teknis 31

Jumlah 225

Sumber: ( Data PPL Desa kota Datar tahun 2014)

(15)

6

saluran air untuk jalan aliran air di sawah. Karena petani di Desa Kota Datar dengan sistem sawah yang demikian, mereka menyesuaikan pola tanam dengan keadaan geografisnya, dimana petani Etnis Banjar menanam benih padi lokal dengan masa panen 6 bulan. Dengan demikian sistem tanam padi pada sawah tadah hujan petani hanya bisa sekali saja menanam padi dalam satu tahun.

Tabel 2

Jumlah Luas Lahan Milik Petani Banjar Berdasarkan Luas Lahan Sawah

No Luas Lahan

(Ha)

Jumlah pemilik (orang)

2 Kurang Dari 0,2 30

3 0,2 – 0,5 43

4 0,6 -1,0 60

5 1,1 – 2,0 26

6 3 – 5 14

7 6 – 8 20

8 9 – 10 16

9 Lebih dari 10 1

Jumlah 210

Sumber: ( Data PPL Desa kota Datar tahun 2014)

(16)

7

Tabel 3

Komposisi Petani Padi Berdasarkan Etnis di Desa Kota Datar

No Etnis Jumlah (Orang) Persentase (%)

Sumber: ( Data PPL Desa kota Datar tahun 2014)

Kepemilikan lahan sawah petani Etnis Banjar di klasifikasikan berdasarkan luas atau tidaknya suatu lahan sawah petani Etnis Banjar. Dimana masyarakat desa Kota Datar memiliki lahan sawah yang beragam luasnya, mulai dari 10 Ha hingga kurang dari 0,2 Ha. Di mana berdasarkan kepemilikan lahan sawah petani padi Etnis Banjar di Desa Kota Datar berjumlah 210 orang. Hal ini dapat di lihat pada tabel di bawah ini.

(17)

8

Meskipun demikian, Sistem Kerja yang berbasis gotong royong pada petani padi di Desa Kota Datar ini masih ada. Walaupun hanya segelintir petani saja yang sampai saat ini masih memakai atau melakukan Sistem Kerja ini. Untuk itu pada petani padi di Desa Kota Datar merupakan mayoritas Etnis Banjar dan yang lainnya beretnis Jawa. Hal ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Seiring perkembangan zaman, sedikit demi sedikit Sistem Kerja bearian mulai memudar dikarenakan adanya faktor penghambat yang ada dilapangan. Faktor – faktor yang mempengaruhi memudarnya Sistem Kerja bearian yang saat ini mempengaruhi perubahan pola sistem pertanian di Desa Kota Datar akan semakin memperburuk tatanan sistem yang telah ada. Seperti sistem gotong royong, partisipasi, kekerabatan dan tali silaturahmi yang dahulu di junjung tinggi kini pun mulai ikut terbawa arus perubahan dan semakin memudar.

Masyarakat petani Etnis Banjar yang pada dasarnya mempunyai sifat ramah tamah dikhawatirkan berubah menjadi sifat individualis, dampak dari adanya faktor – faktor yang dapat mmpengaruhi Sistem Kerja bearian pada petani Etnis Banjar ini semakin lama akan semakin memperburuk rasa solidaritas dari masyarakat itu sendiri. Namun hal ini masih bisa di perbaiki dengan kesadaran akan kekerabatan yang sebagai mana semestinya dijalin dengan baik antar petani etnis padi agar tetap terjaga rasa solitaritas yang tinggi antar sesama.

(18)

9

Kerja bearian tersebut. Karena walau bagaimanapun Sistem Kerja bearian pada petani Etnis Banjar harus tetap terjaga walaupun telah memudar, terkikis seiring kemajuan perkembangan oleh zaman.

Akan tetapi, masih ada segelintir petani padi Etnis Banjar yang menjaga serta melestarikan Sistem Kerja bearian. Mereka masih terikat dengan nilai – nilai Sistem Kerjaonal kearifan lokal yang diyakini dan sudah menjadi suatu ciri khas yang kuat pada petani padi di desa Kota Datar. dan mereka menganggap Sistem Kerja ini bukan hanya sekedar proses pengerjaannya dengan gotong royong , akan tetapi ada nilai lain yang terkandung yaitu nilai kekerabatan yang di ajarkan oleh para leluhur terdahulu yang harus dijunjung tinggi.

Diantara gambaran – gambaran yang bersifat diferensiatif pada kalangan masyarakat petani umumnya, adalah perbedaan antara petani bersahaja (petani miskin), yang juga sering disebut petani Sistem Kerjaonal (termasuk golongan peasant) dan petani moderen (petani kaya) (termasuk Farmer atau agricultural entepenuer). Secara garis besar golongan pertama adalah kaum petani miskin yang masih tergantung dan dikuasai alam karena rendahnya tingkat pengetahuan dan teknologi mereka.

(19)

10

menjalankan usahanya. Petani yang tidak memakai Sistem Kerja bearian pada umumnya adalah petani Etnis Banjar yang mempunyai sawah yang tergolong luas daripada petani Etnis Banjar yang memakai Sistem Kerja bearian.

Walaupun menurut wawancara pra observasi yang dikatakan oleh salah satu informan yaitu, dahulu tidak ada yang namanya petani kaya dan petani miskin karena luas lahan sawah masing – masing petani Etnis Banjar yang memakai Sistem Kerja bearian ± 0,2 – 0,72 Ha. Namun seiring perkembangan zaman ada beberapa petani Etnis Banjar yang membeli lahan sawah sehingga menjadi bertambahlah luas lahannya. Dan hal ini yang menyebabkan pergeseran pandangan yang menjadi sebuah status sosial seorang petani tersebut.

Adapun yang menjadi indikator kategori petani padi yang ada di Desa Kota Datar. Kec, Hamparan Perak. Kab, Deli Serdang yaitu :

Petani Etnis Banjar yang Memakai Sistem Kerja bearian 1. Memiliki lahan sawah maksimal 0,2-0,72 Ha 2. Penyewa/penggarap

3. Mengolah lahan dengan cara Sistem Kerjaonal 4. Buruh tani

Petani Etnis Banjar yang Tidak Memakai Sistem Kerja bearian 1. Memiliki lahan sawah maksimal ± 1-10 Ha

2. Memakai jasa buruh tani

3. Mengolah lahan sawah dengan cara moderen 4. Memakai sistem upah

(20)

11

aduk dengan Sistem Kerja yang lain. hal itu dikarenakan adanya globalisasi. Dalam perkembangannya globalisasi menimbulkan berbagai masalah dalam bidang kebudayaan, seperti pudarnya rasa kekeluargaan dan gotong royong antar masyarakat.

1.2 Perumusan Masalah

Untuk mempermudah penelitian dan agar penelitian memiliki arah yang jelas dalam menginterpretasikan fakta dan data ke dalam penulisan laporan , maka terlebih dahulu dirumuskan permasalahannya.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:

Mengapa sistem pertanian bearian memudar pada masyarakat Etnis Banjar di desa kota Datar, Kec.Hamparan Perak, Kab. Deli Serdang?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan Latar Belakang di atas tujuan penulisan penelitian ini adalah Untuk mengetahui dan menjelaskan mengapa sistem pertanian bearian memudar pada masyarakat Etnis Banjar di desa kota datar, Kec. Hamparan Perak, Kab. Deli Serdang.

1.4 Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

(21)

12

umumnya pada kajian Sosiologi khususnya dalam bidang Sosiologi Pedesaan.

2. Untuk menambah referensi hasil penelitian yang juga dijadikan sebagai bahan rujukan untuk penelitian bagi mahasisiwa sosiologi selanjutnya, serta diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan memperluas ilmu pengetahuan.

b. Manfaat Prktis

1. Menjadi sumbangan pemikiran kepada masyarakat agar mampu menjaga Sistem Kerja kearifan lokal yang masih ada saat ini.

2. Menjadi referensi penunjang bagi pihak – pihak yang berkompeten, serta dapat menjadi bahan masukan atau pertimbangan bagi kepemerintahan desa, pejabat dan tokoh masyarakat setempat dalam mengambil keputusan dan membuat kebijakan terkait dengan Sistem Kerja petani padi yang berbasis gotong royong.

3. Untuk memberikan masukan-masukan kepada pihak-pihak atau lembaga-lembaga yang membutuhkannya, terutama bagi para pemerintah Desa dan tokoh masyarakat.

1.5 Definisi Konsep

(22)

13

dipakai dalam penelitian ini. Adapun yang menjadi konsep-konsep dalam penelitian ini adalah:

1. Bearian, yaitu suatu Sistem Kerjasama yang bersifat gotong royong, Sistem Kerja ini dipakai atau dianut oleh petani Etnis Banjar. Bearian adalah Sistem Kerja yang tidak mengenal upah atau bayaran pada petani yang bekerja disawah/ladang petani lain, melainkan memakai sistem bergantian. Sesuai dengan seberapa lama proses waktu yang di lakukan dengan kesepakatan bersama.

2. Pertanian, yaitu kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya.

3. Petani,yaitu individu yang bekerja disektor prtanian secara menetap yang menjadikan hasil pertaniannya sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan dapat dijual atau dipasarkan.

4. Jaringan sosial, yaitu suatu rangkaian atau susunan yang dibentuk melalui hubungan sosial dan interaksi sosial terhadap individu-individu atau kelompok untuk dapat mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan.

5. Solidaritas sosial yaitu suatu sikap kebersamaan, kekerabatan, dan kepedulian antar individu satu dengan individu lainnya.

(23)

14

yang luas, yaitu sekelompok individu yang menyelesaikan suatu tugas atau proses.

7. Gotong royong yaitu, suatu kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama dan bersifat sukarela agar kegiatan yang dikejakan dapat berjalan dengan lancar, mudah dan ringan.

8. Komersialisasi yaitu, adanya suatu unsur saling menguntungkan seperti sitem upah. Dimana tuan tanah dan buruh/penggarap sama-sama mendapatkan keuntungan.

Gambar

Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3

Referensi

Dokumen terkait

Rencana Penarikan Dana dan Perkiraan Penerimaan yang tercantum dalam Halaman III DIPA diisi sesuai dengan rencana pelaksanaan kegiatan.. Tanggung jawab terhadap penggunaan anggaran

Untuk mengetahui perilaku hama, dilakukan dengan cara mengambil sampel hama yang ditemukan pada lahan penelitian, kemudian masukan ke dalam gelas plastik, setelah itu

Dari Tabel 10 tampak bahwa relative seluruh kawasan hutan pinus di Jawa Timur, yang merupakan daerah kerja Perum Perhutani Divisi Regional II, sudah terinfestasi pathogen

Pertimbangan fakta berdasarkan fakta-fakta yang diperoleh dari keterangan saksi-saksi dan keterangan terdakwa di dalam persidangan, pertimbangan hukum

Berdasarkan uraian diatas maka telah dilakukan penelitian dengan judul; Pengaruh Pemberian Bio - Slurry Sebagai Pupuk Cair dengan Level Berbeda Terhadap Kandungan

Dalam aturan adat Kenegerian Rumbio terdapat dua bentuk aturan dalam menjaga kelestarian hutan adatnya, yaitu peraturan berupa larangan dan peraturan berupa hal

Kulit biji mete mengandung cairan yang dikenal dengan CNSL ( Chasew Nut Shell Liquid /CNSL) sekitar 18 – 23%.[6] Komposisi kimia CNSL tersebut dipengaruhi oleh asam

2 Penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi dan acuan untuk melakukan penelitian selanjutnya mengenai obat yang diberikan pada pasien Benign Prostatic Hyperplasia