• Tidak ada hasil yang ditemukan

DISFUNGSI KOMUNIKASI MASSA DALAM MERAWAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "DISFUNGSI KOMUNIKASI MASSA DALAM MERAWAT"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

DISFUNGSI KOMUNIKASI MASSA DALAM MERAWAT KEINDONESIAAN : ACARA BERITA DALAM

LEMBAGA TELEVISI BERKOALISI DALAM ERA PILPRES 2014 Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Terstruktur

Matakuliah Komunikasi Massa

Oleh

Evan Christian 362015082 Fajar Topo 362015063 Gusti Setiawan 362015050 Wisnu Kismoro 362015801

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

(2)

Pendahuluan

Dalam kehidupan manusia memiliki hak untuk berkembang, dan kualitas berfikir menjadi salah satu hal yang sangat berpengaruh terhadap bentuk perilaku individu dalam suatu masyarakat, dan hal ini tentu dipengaruhi oleh adanya informasi yang dikonsumsi oleh suatu individu dalam kehidupan sehari-hari. Era modern adalah awal dimana informasi menjadi hal yang bersifat komoditas layaknya produk-produk konsumsi lainnya. Era dimana revolusi industri menjadi awal sebuah pembangunan dan menjadi pelatuk atas terjadinya perkembangan secara pesat atas segala hal. Dalam dunia komunikasi misalnya, melalui poster hingga surat kabar yang hanya dapat dicerna melalui indra penglihatan secara visual, menjadi salah satu produk awal dalam perkembangan komunikasi massa dan kini televisi menjadi salah satu media yang terlahir dari revolusi industri dimana media ini mampu mengantarkan sebuah pesan secara visual dan audio secara bersamaan. Jika dalam era modern televisi menjadi komoditas kelas atas, dalam era postmodern televisi telah menjadi barang yang mampu dijangkau hampir oleh semua kalangan, dan yang jelas bersifat mayoritas dalam kelompok masyarakat. Sehingga akses informasi bersifat umum hampir setiap kalangan mampu mengaksesnya. Hal ini tanpa disadari pun dapat dianalogikan seolah menjadi gerbang atas terjadinya dinamika kebudayaan.

(3)

disfungsi media massa dalam merawat ke Indonesiaan di negara ini pada era pemilihan calon presiden era tahun 2014 ?. Dalam penulisan ini, dilakukan studi pustaka sebagai metode pengumpulan data.

Kampanye Politik Dalam Ruang Publik

Kampanye tabiatnya tidak jauh berbeda dengan mengiklankan sebuah produk kepada publik sasaran, dengan maksud menggaet kepercayaan agar publik memilih. Beriklan dalam lingkup politik, seolah beriklan tentang prodak komersial. Sepak terjang dalam iklan politik merupakan bagian dari fenomena bisnis modern, tidak ada perusahaan yang ingin maju dan memenangkan kompetisi bisnis tapa mengandalkan iklan (Tinarbuko, 2009 : 1). Maka sangat penting mengejar bonafiditas dalam sebuah kampanye politik yang memang didalamnya cenderung menyampaikan citra-citra semu dengan maksud tampil menarik didepan publik atau mempersuasi publik agar mau percaya terhadap produk politik dalam sebuah kampanye politik. Ruang publik dimana sebuah kebebasan berekspresi menjadi lahan yang tidak luput dari wilayah yang disasar oleh para pelaku politik. Dalam musimnya, kampanye politik seolah menganggap semua tempat merupakan wilayah yang memang harus ditempati oleh kampanye atau iklan politik. Toilet, tembok kosong, warung makan, terminal, pinggiran jalan, hingga tempat peribadahan, tidak jarang menjadi tempat kalangan politik mengiklankan diri baik melalui poster, stiker, selebaran, spanduk, koran, televisi, hingga new media yaitu internet.

Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa

(4)

kemampuan dalam mempresentasikan citra sebuah gagasan atau ide secara audio dan visual, menjadi salah satu media komunikasi yang efektif jika digunakan dalam menkomunikasikan pesan. Melalui TV komunikan tidak lagi disulitkan ketika harus mengimajinasikan pesan, secara praktis TV dapat menuntun imajinasi audience dalam mencerna tiap tanda yang ada pada pesan sehingga dalam presepsi yang di dapat oleh komunikan oleh komunikan cenderung tepat. A.Hidayat dalam bukunya “menggugat modernism” menjelaskan bahwa TV adalah adalah dunia yang sebenarnya dari kebudayaan postmodern, dengan hiburan sebagai ideologinya, tontonan sebagai tanda emblematis komoditasnya, iklan gaya hidup sebagai psikologi populernya, tayangan serial yang kosong sebagai pengikat yang menyatukan simulacrum para penontonnya, citra-citra elektronik sebagai sifatnya yang paling dinamis, dan wujud ikatan sosial, media politik tingkat tinggi sebagai formula ideologisnya, aktivitas jual-beli abstrak sebagai dasar rasionalitas pasarnya, sinisme sebagai tanda budayanya yang dominan, dan penyebaran jaringan kekuasaan yang saling berhubungan sebagai produk yang utama (Turner, 1990 :169). TV tanpa disadari telah menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari suatu masyarakat, yang kemudian tanpa disadari melalui tanda – tanda yang dipresentasikan oleh TV menkontrusi perilaku baru dalam kehidupan masyarakat. Perubahan perilaku dalam hal ini adalah berbicara mengenai efek psikologis dalam presepsi yang kemudian membentuk karakter baru individu dimasyarakat dalam berperilaku.

Komunikasi Massa yang Merawat ke Indonesiaan

(5)

undang-undang tentang pers, sehingga terjadinya sebuah pemberitaan menjadi keharusan atas adanya pertanggung jawaban oleh lembaga pers yang bersangkutan (sudibyo, 2009 :151).

Pancasila merupakan dasar negara dan menjaga nilai-nilai dasar yang melekat pada kemasyarakatan Indonesia menjadi salah satu tanggung jawab setiap komponen negara. Keberagaman akan selalu melekat dan tidak dapat dihilangkan jika menyoroti kemasyarakatan di Indonesia, dan persatuan Indonesia sebagai sila ketiga dari pancasila menaungi keberagaman menjadi suatu hal yang bukan terpisah melainkan adalah suatu kesatuan. Berkaitan dengan merawat keindonesiaan, selama komunikasi massa kemudian tidak menimbulkan keretakan, atau segala hal yang negatif kaitannya dengan pemberitaan, maka secara tidak langsung ke Indonesiaan sedang terjaga dengan baik.

Disfungsi Komunikasi Massa Dalam Merawat Ke – Indonesiaan : Acara Berita Dalam Lembaga Televisi Berkoalisi Dalam Era PILPRES 2014

Ketika SBY telah harus pensiun dari kepresidenannya, berbagai kalangan partai politik mengacungkan diri dan mengusung seorang vigur elit politik untuk diperadukan sebagai calon presiden. Berbagai cara dalam berkampanye melalui iklan cetak, hingga non cetak membanjiri ruang publik yang tanpa disadari meciptakan fanatik kaitannya dengan masyarakat memilih untuk memilih siapa dalam pemungutan suara nanti. Media massa sebagai pihak yang memiliki fungsi memberikan informasi, kemudian menjadi salah satu pihak yang terlibat dalam bentuk pemberitaan-pemberitaan yang atas apa yang sedang terjadi.

(6)

keberpihakan diri masyarakat terhadap elit politik yang sedang atau sering diberitakan. Dalam kampanye calon persiden pada tahun 2014 menjadi contoh yang menarik. Tahun dimana partai politik digolongkan menjadi dua kubu saja dengan vigur politik yang diusung yakni Joko Widodo dan Prabowo. Dalam berkegiatan politik tersebut tidak jarang media massa khususnya televisi menjadi media yang paling berpengaruh terhadap perubahan perilaku fanatik atas kompetisi dua kubu partai. Pemberitaan atas kemenangan dari kubu Prabowo oleh lembaga pers (TV One) yang memang pemiliknya merupakan koalisi prabowo, dikoarkan kepada publik melalui acara berita (Breaking News) TV One, seolah menjadi minyak tanah yang disiramkan kepada api untuk mansyarakat yang telah menetapkan diri memilih prabowo dan mencapai level fanatik. Begitujuga beberapa lembaga yang memang dimiliki oleh Surya Paloh yang memang koalisi Jokowi. Sebuah pernyataan dalam berita online Oleh British Broadcasting Corporation (BBC) mengakatakan “berdasarkan data Komisi Penyiaran Indonesia, sepanjang periode 19-25 Mei saja, Metro TV yang dimiliki oleh politisi Partai Nasdem Surya Paloh, menyiarkan 184 kali berita tentang pasangan capres nomor dua Joko Widodo-Jusuf Kalla dengan durasi total 3.577 detik. Sementara itu, berita tentang Prabowo-Hatta hanya diputar 110 kali dengan durasi 14.561 detik. Sebaliknya pada periode yang sama TVOne yang dimiliki oleh politisi Golkar Aburizal Bakrie menyiarkan 153 kali pemberitaan tentang Prabowo-Hatta dengan durasi 36.561 detik. Pemberitaan tengang Joko Widodo-Jusuf Kalla hanya ada 77 kali dengan durasi 10.731 detik. Pada 9 Juni lalu, KPI telah menurunkan surat teguran untuk kedua stasiun televisi tersebut. Namun KPI bukan menyoroti porsi pemberitaan yang tidak berimbang, melainkan menekankan adanya pelanggaran atas perlindungan kepentingan publik dan netralitas isi program siaran jurnalistik pada tanggal 4 Juni terkait dua pasang kandidat.”

(7)

(KPU) diera tersebut telah dikumandangkan dan persaingan politik dimenangkan oleh kubu Jokowi, fanatikisme masyarakat atas capres mereka tidak bisa hilang begitu saja. Dan tanpa disadari seolah masyarakat negeri ini terbelah menjadi dua kubu atau bagian layaknya negara Korea. Saling caci antara pendukung melalui new media yang memang memberi ruang kebebasan dalam bersuara menjadi secuil bukti atas adanya keretakan persatuan Indonesia. Memberitakan perkembangan pemilu memang dalam hal ini adalah tujuan atas adanya berita-berita pada media massa, pemberitaan secara sering dan terus menerus kemudian menjadi akar atas adanya rasa fanatik terhadap partai yang kelompok masyarakat pilih. Hal ini kemudian menimbulkan adanya disfungsi kaitannya dengan merawat keindonesiaan.

Adanya UU tentang pers menjadi salah satu bukti bahwa pada dasarnya kebebasan yang bertanggung jawab menjadi hal harus diperhatikan dalam dunia pemberitaan atau informasi yang bersifat massa. Ketika UU tentang pers di dikesampingkan akibat dari kinerja politik partai khususnya, secara tidak langsung tentu akan meretakkan ke-Indonesiaan, dikarenakan masyarakat sebagai konsumen atas informasi yang bersifat konsumtif tentu akan bereaksi atas apa yang diberitakan, dan untuk menngatasi hal yang demikian UU pers dibentuk.

Daftar Pustaka

Tinarbuko, S. 2009, Iklan Politik Dalam Realita Media. Jogjakarta : Jalasutra Aginta Hidayat, Mehdy : 2012. MENGGUGAT MODERNISM.

Yogyakarta : Jalasutra

Morissan, dkk. 2010, Teori Komunikasi Massa. Bogor :Ghalia Indonesia Sudibyo, Agus. 2014, Strategi Media Relation. Jakarta : Gramedia Sumber internet diakses pada tanggal 14 September 2016

Referensi

Dokumen terkait

Salah satunya bidang sarana prasarana yang mengurusi segala sesuatu yang berkaitan dengan sarana prasarana di sekolah kabupaten Sleman, baik untuk pendidikan dasar

Soeharto menyatakan kembali pandangannya tentang pancasila bahwa, dengan dasar falsafah negara Pancasila Indonesia dapat menentukan pendiriannya terhadap segala macam masalah

Sebagai dasar negara Pancasila dipergunakan untuk mengatur seluruh tatanan kehidupan bangsa dan negara Indonesia, artinya segala sesuatu yang berhubungan

Makna “Ketuhanan Yang Maha Esa” dalam Kehidupan Bernegara Negara Pancasila mengakui tentang ketuhanan, sebagai dasar negara dan sumber dari segala sumber hukum yang

Penempatan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum negara adalah sesuai dengan Pembukaan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 alinea

Penempatan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum negara adalah sesuai dengan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 alinea

Peraturan tersebut disusun berdasarkan pertimbangan: Pertama, bahwa Pancasila sebagai dasar, ideologi, dan filosofis negara merupakan sumber dari segala sumber hukum

Pada masa awal kemerdekaan 1945 – 1949, penerapan Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa mengalami berbagai masalah.. Salah satunya adalah pemberontakan PKI di Madiun