• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH FISIOLOGI PRODUKSI SUSU BUBUN 20

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH FISIOLOGI PRODUKSI SUSU BUBUN 20"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH FISIOLOGI PRODUKSI “Fisiologi Produksi Susu”

Oleh : BUBUN 200110140148

Kelas B

FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanna Wa Ta’ala yang

telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

makalah yang berjudul “Fisiologi Produksi Susu” Kemudian shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad Salallahi Alaihi

Wassalam yang telah memberikan pedoman hidup yakni Al-Qur’an dan sunnah

untuk keselamatan umat di dunia.

Makalah ini merupakan salah satu tugas dari matakuliah Fisiologi Produksi

diprogram studi Ilmu Peternakan Fakultas Peternakan pada Universitas

Padjadjaran. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama

penulisan makalah ini.

Penyusun menyadari bahwa masih sangat banyak terdapat

kekurangan-kekurangan dalam penulisan makalah ini, oleh karena itu penulis mengharapkan

kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah

ini.

Jatinangor, Mei 2017

(3)

I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Ternak sapi perah memegang peranan penting dalam penyediaan gizi bagi

masyarakat. Produk utama yang dihasilkan dari ternak sapi perah adalah susu. Susu

merupakan cairan bukan kolostrum yang dihasilkan dari proses pemerahan ternak

perah, baik sapi, kambing maupun kerbau secara kontinyu dan tidak merubah

komponennya sebagai bahan pangan yang sehat. Susu sapi merupakan susu yang

sebagian besar dikonsumsi oleh manusia, karena kandungan zat gizinya dapat

diserap sempurna oleh tubuh. Oleh karena itu, ada makanan empat sehat lima

sempurna, dan untuk mendapatkan sempurna itu harus melalui susu.

Pertumbuhan populasi sapi perah dari tahun-ketahun rata-rata meningkat,

akan tetapi peningkatannya tidak setinggi pada ternak unggas. Saat ini dibutuhkan

suatu metode yang tepat dalam membangun subsektor peternakan khususnya

mengenai komoditas sapi perah. Selain itu peningkatan produksi juga dapat

ditingkatkan dengan mempelajari fisiologi produksi pada sapi perah itu sendiri.

Oleh karena itu pada makalah ini akan dipaparkan mengenai fisiologi reproduksi

dari sapi perah.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana anatomi dan fisiologi dari ambing sapi perah ?

2. Bagaimana fisiologi laktasi dan proses terjadinya pembentukan susu ?

3. Bagaimana proses biosintesis susu ?

1.3 Maksud dan Tujuan

1. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi dari ambing sapi perah.

(4)
(5)
(6)

II

PEMBAHASAN 2.1 Sapi Friesian Holstein (FH)

Sapi perah FH berasal dari Belanda dengan ciri-ciri khas yaitu warna bulu

hitam dengan bercak-bercak putih pada umumnya, namun ada yang berwarna

coklat ataupun merah dengan bercak putih, bulu ujung ekor berwarna putih, bagian

bawah dari kaki berwarna putih, dan tanduk pendek serta menjurus kedepan

(Makin, 2011). Sapi FH adalah sapi perah yang produksi susu paling tinggi dengan

kadar lemak susu rendah dibandingkan dengan bangsa-bangsa sapi perah lainnya di

daerah tropis maupun subtropis. Bobot badan ideal sapi FH betina dewasa adalah

682 kg dan jantan dewasa 1000 kg (Sudono et al., 2003). Sapi FH memiliki

kemampuan berkembang biak yang baik, rata-rata bobot badan sapi FH adalah 750

kg dengan tinggi bahu 139,65 cm. Kemampuan produksi susu sapi FH lebih tinggi

dibandingkan bangsa sapi perah lain. Suhu lingkungan yang optimum untuk sapi

dewasa berkisar antara 5-21 oC, sedangkan kelembaban udara yang baik untuk

pemeliharaan sapi perah adalah sebesar 60% dengan kisaran 50%-75% (Ensminger,

1995). Di tempat asalnya produksi susu per masa laktasi rata-rata sebanyak 7.245

liter atau sekitar 20 liter per hari (Putranto, 2006).

2.2 Susu Segar

Susu segar merupakan cairan yang berasal dari ambing sapi sehat dan bersih,

yang diperoleh dengan cara pemerahan yang benar, yang kandungan alaminya tidak

dikurangi atau ditambah sesuatu apapun dan belum mendapat perlakuan apapun

kecuali pendinginan (BSN, 2011). Persyaratan mutu susu segar dapat dilihat pada

Tabel 1. Kandungan terbesar susu adalah air. Lemak susu mengandung vitamin

(7)

2012). Kadar lemak susu mulai menurun setelah satu sampai dua bulan masa

laktasi. Masa laktasi dua sampai tiga bulan kadar lemak susu mulai konstan,

kemudian naik sedikit (Sudono et al., 2003). Kandungan gizi yang terdapat dalam

susu yaitu, laktosa berfungsi sebagai sumber energi, kalsium membantu dalam

pembentukan massa tulang, lemak menghasilkan energi, protein kaya akan

kandungan lisin, niasin dan ferum, serta mineral-mineral lain seperti magnesium,

seng dan potasium (Susilorini dan Sawitri, 2006). Susu mengandung berbagai

macam protein, dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu kasein (80%) dan

laktoglobulin (20%). Rasa manis susu karena adanya laktosa berkontribusi sekitar

40% kalori dari susu penuh (whole milk). Laktosa terdiri atas dua macam gula

sederhana yaitu glukosa dan galaktosa. Secara alami laktosa hanya terdapat pada

susu (Hasim dan Martindah, 2012).

2.3 Ambing pada Sapi Perah

Apabila kita ingin mengenal anatomi ambing pada sapi perah, mari kita lihat

arti dari ambing itu sendiri. Ambing merupakan alat penghasil susu pada sapi yang

dilengkapi suatu saluran ke bagian luar yang disebut puting. Pada puting ini akan

mengeluarkan susu sewaktu diperah.

A. Gambaran Eksternal Ambing

Ambing/kelenjar susu sapi terdiri dari empat (4) bagian terpisah. Bagian kiri

dan kanan terpisah jelas, bagian ini dipisahkan oleh sulcus yang berjalan

longitudinal yang disebut sulcus intermammaria. Kuartir depan dan belakang jarang

memperlihatkan batas yang jelas. Jika dilihat dari samping, dasar ambing sebaiknya

rata, membesar ke depan dan melekat kuat ke dinding tubuh perut. Pertautan pada

bagian belakang sebaiknya tinggi dan lebar, dan tiap kuartir sebaiknya simetris.

(8)

kriteria penting yang digunakan untuk menilai sapi perah pada pameran ternak dan

penilaian klasifikasi

Berat ambing tergantung umur, masa laktasi, banyaknya susu di dalam

ambing, dan faktor genetik. Beratnya berkisar antara 11,35–27,00 kg atau lebih

tidak termasuk susu. Kapasitas ambing adalah 30,5 kg. Berat dan kapasitasnya naik

sesuai dengan bertambahnya umur.Setelah sapi mencapai umur 6 tahun berat dan

kapasitas ambing tidak naik lagi.Terbesar kapasitasnya pada laktasi yang kedua dan

ketiga. Normalnya, kuartir belakang lebih besar dari kuartir depan dan

menghasilkan susu sekitar 60 persen produksi susu sehari. Susu dari tiap kelenjar

disalurkan ke luar melalui puting, puting susu berbentuk silindris atau kerucut yang

berujung tumpul. Puting susu belakang biasanya lebih pendek dibandingkan puting

susu depan. Bila menggunakan mesin perah putting susu yang pendek lebih

menguntungkan dibanding dengan yang panjang, karena milk-flow rate-nya lebih

cepat, dengan perkataan lain sapi dengan puting panjang diperah lebih lama dari

pada putting pendek. Sifat terpenting puting untuk pemerahan efisien adalah (1)

ukuran sedang, (2) penempatan baik, dan (3) cukup tegangan pada otot spinkter

sekitar lubang puting agar memudahkan pemerahan dan susu tidak menetes. Antara

25 sampai 50 persen sapi mempunyai puting berlebih (tambahan), keadaan ini

disebut supranumerary teat.Puting berlebih ini biasanya terletak di sebelah

belakang.Sebaiknya puting berlebih ini dihilangkan sebelum pedet mencapai umur

satu tahun, hal ini untuk mencegah terjadinya mastitis.

B. Gambaran Internal Kelenjar Susu/Ambing

(9)

penunjang ini adalah darah, limfe dan pasokan syaraf, sistem saluran untuk

menyimpan dan mengangkut susu, serta unit epitel sekretori bakal alveoli. Tiap

komponen ini berperan langsung atau tidak langsung terhadap sintesis susu,

C. Jaringan Penunjang

Kulit. Walaupun perananan kecil sebagai jaringan penunjang dan stabilisator

ambing, namun kulit ini sangat besar peranan sebagai jaringan pelindung bagian

dalam ambing dari luka dan bakteri. Ligamen suspensori lateral. Ligamen

suspensori lateral merupakan salah satu jaringan penunjang utama ambing. Jaringan

ikat ini sangat berserabut, tidak lentur (non-elastis), dan berasal dari perluasan otot

atas dan belakang ke ambing. Ligamen suspensori lateral membesar sepanjang

kedua sisi ambing dan bagian ujung jaringan masuk ke dalam ambing untuk

menopang bagian dalam ambing.

Ligamen suspensori lateral membesar ke bagian tengah dasar ambing dimana

jaringan bergabung dengan ligamen suspensori median. Ligamen suspensori

median.Jaringan ikat ini juga merupakan jaringan penunjang utama ambing.

Jaringan disusun dari jaringan lentur (elastik) yang timbul dari tengah dinding perut

dan membesar di tengah ambing yang menyatukan ligamen suspensori lateral di

dasar ambing. Kelenturan ligament suspensori median berguna agar ambing dapat

membesar bila berisi susu.

D. Sistem Pembuluh Darah.

Darah yang mengandun O2 meninggalkan jantung melalui aorta dan

kemudian melalui cabang-cabang arteri yang lebih kecil darah dibawa ke ambing

melalui dua buah arteri : arteri pudenda externa (kanan dan kiri). Kedua arteri ini

menembus dinding perut melalui canalis inguinalis masing-masing kanan dan kiri

(10)

menjadi arteria mammaria yang segera bercabang menjadi arteriamammaria

cranialis dan caudalis.Kedua cabang ini bercabang-cabang lagi menjadi arteria yang

lebih kecil, kemudian membentuk kapiler yang member darah ke sel-sel ambing.

Venula yang berasal dari kapiler-kapiler dan saling beranastomosa

membentuk vena yang menampung darah dari ambing.Pada bagian atas/puncak

ambing vena membentuk lingkaran vena. Pada tempat ini darah meninggalkan

ambing melalui tiga jalan, yaitu :

1. Jalan utama pertama tediri atas dua buah vena pudenda externa yang

sejajar dengan arteria pudenda externa berjalan melalui canalis inguinalis dan

akhirnya menggabungkan diri dengan vena cava yang membawadarah ke jantung.

2. Jalan utama kedua terdiri atas dua buah vena yaitu :vena abdominalis atau

vena mammae kanan dan kiri yang terdapat pada tepi anterior dariambing. Kedua

vena ini berjalan di sepanjang dinding ventral perut beradalangsung di bawah kulit.

Vena ini masuk ke dalam cavum thoracis padasumber susu dan akhirnya

menggabungkan diri dengan vena cava anterior ke dalam jantung.

3. Jalan ketiga yaitu vena perinealis, walaupun kecil merupakan jalan masuk

ke dalam tubuh dari ambing melalui velvis. Pada saat sapi berdiri sebagian

besar darah kembali ke jantung melalui vena susu. Tetapi dalam keadaan sapi

berbaring aliran darah yang melalui vena susu terhenti. Walaupun demikian

produksi susu tidak terganggu karena adanya jalan ketiga tersebut. Terdapat

kenaikan aliran darah ke ambing (+ 180 persen) pada beberapa hari setelah sapi

beranak. Kenaikan ini dapatlah dihubungkan dengan penurunan aliran darah uterus

setelah beranak dan ini mungkin mengambil peranan penting dalam inisiasi dari

sekresi susu karena lebih banyak bahan-bahan pembentuk susu serta hormon

(11)

Tiap-tiap satu volume susu yang dibentuk memerlukan 500 volume darah

yang mengalir ke dalam ambing. Secara singkat dikatakan Blood flow rate

merupakan determinan yang penting dalam mengatur produksi susu.

E. Sistem Limfatik

Limfe (getah bening) adalah cairan kelenjar tanpa warna yang dialirkan dari

rongga jaringan oleh pembuluh limfe berdinding tipis. Limfe mempunyai

komposisi yang sama dengan darah kecuali limfe tidak mengandung sel darah

merah. Nodula limfe ambing dan nodula limfe lainnya yang tersebar di seluruh

tubuh penting untuk pertahanan sapi terhadap penyakit.Nodula limfe membentuk

limfosit, sejenis sel darah putih yang berperan pada imunitas.Nodula juga

menghilangkan bakteri dan benda asing lainnya. Respon terhadap infeksi mastitis,

nodula meningkatkan hasil limfositnya ke dalam pembuluh limfe yang akhirnya

menyebarkan limfosit ke dalam vena cava anterior. Limfosit kemudian dibawa ke

ambing untuk memerangi infeksi.

F. Sistem Syaraf

Lapisan dalam ambing terdiri atas dua tipe syaraf, yaitu serabut syaraf

afferent (sensoris) dan serabut syaraf efferent (para simphatis). Fungsi utama dari

serabut syaraf simpatis pada ambing adalah untuk mengontrol penyediaan darah

pada ambing dan mendinnervasi otot-otot polos yang mengelilingi saluran-saluran

susu dan otot-otot spinkter dari puting susu.

Rangsangan pada sapi menyebabkan sistem simpatetik menghentikan

hormon syaraf epineprin, yang mengecilkan pembuluh darah dan mengurangi

produksi susu.

(12)

Sistem saluran ambing terdiri atas serangkaian saluran alir yang berawal pada

alveoli dan berakhir pada saluran keluar. Puting. Puting tertutup oleh kulit tak

berambut yang tidak memiliki kelenjar-keringat. Pada dasar puting terdapat saluran

pengeluaran tempat susu mengalir ke luar. Panjang saluran pengeluaran biasanya

8-12 mm dan merupakan garis dengan sel yang membentuk serangkaian lipatan

serta akan menutup saluran pengeluaran selama selang pemerahan.

Sisterne Kelenjar. Sisterne puting terletak tepat setelah saluran pengeluaran

bersatu dengan sisterne kelenjar pada dasar ambing. Sisterne kelenjar berfungsi

sebagai ruang penyimpanan terbatas karena menerima tetesan dari jaringan

sekretori. Umumnya sisterne kelenjar berisi 1 pint (473,18 cc) susu yang

kemampuan nyatanya berbeda pada tiap-tiap sapi.

Saluran Ambing. Percabangan sisterne ambing ada 12 sampai 50 atau lebih

saluran, yang kembali bercabang beberapa kali dan akhirnya membentuk duktul

terminal yang mengalir ke tiap alveolus. Alveoli.Alveoli dan duktul terminal terdiri

dari lapisan tunggal sel epitel. Fungsi sel-sel ini memindahkan makanan dari darah

dan mengubah menjadi susu serta mengeluarkan susu ini ke dalam tiap alveolus.

Dalam keadaan berkembang penuh saat laktasi, beberapa alveoli berkelompok

menjadi lobuli, dan beberapa lobuli bersatu menjadi lobus.

H. Perkembangan dan Pertumbuhan Ambing Normal

Jumlah sel pembentuk susu adalah faktor utama yang membatasi tingkat

produksi susu. Estimasi korelasi antara hasil susu dan jumlah sel ambing terentang

antara 0,50 sampai 0,85. Perkembangan Fetal dan Embrionik. Rudimen ambing

tampak jelas dari penebalan sel ektodermal pada permukaan ventral (perut) embrio

di antara kaki belakang. Perkembangan ini terjadi waktu panjang pedet antara 1,4

(13)

pedet umur tiga bulan, sistem saluran ambing belum terlihat dewasa. Sistem saluran

tumbuh mengelilingi lapisan lemak ambing secara proporsional sesuai dengan

pertambahan berat badan. Setelah tiga bulan, pertumbuhan ambing kira-kira 3,5 kali

lebih cepat dari pada pertumbuhan tubuh. Kecepatan pertumbuhan ini berlanjut

hingga umur sembilan bulan.Sel-sel saluran ambing berakumulasi selama 3 sampai

5 siklus estrus pertama setelah pubertas.Jumlah sel terlihat jelas menurun saat fase

kebuntingan. Antara umur 9 bulan dan konsepsi, pertumbuhan dan regresi kelenjar

susu selama estrus mencapai suatu keseimbangan.

Peningkatan murni jumlah sel ambing sesuai dengan peningkatan bobot

badan. Jumlah tebesar pertumbuhan saluran ambing sebelum konsepsi terjadipada

umur sembilan bulan.Karena itu, sebaiknya peternak memperhatikandara tumbuh

baik dan segera siap kawin. Selama Kebuntingan. Alveoli tidak terbentuk hingga

terjadi kebuntingan pada sapi dara. Kemudian alveoli mulai menggantikan jaringan

lemak seluruh ambing.

Selama Laktasi. Jumlah sel ambing terus meningkat selama laktasi awal.

Perkembangan ini mungkin berlanjut sampai puncak laktasi.Sebagai

hasilnya,alveoli hampir seluruhnya terbungkus pada laktasi awal. Setelah itu,

tingkatpenurunan sel ambing melebihi tingkat pembelah sel. Hasilnya

menunjukkansecara nyata ambing mengandung lebih sedikit sel,pada akhir laktasi

daripadaawal laktasi. Mastitis juga menyebabkan kehilangan sel ambing. Secara

alami,kehilangan sel sekretori apakah dari fisiologis atau sebab

patologis,menurunkan jumlah produksi susu. Oleh karena itu pemeliharaan

jumlahmaksimal sel ambing sangat dianjurkan terutama bagi sapi dengan

(14)

Selama Laktasi dan Kebuntingan. Kebanyakan sapi dikawinkan antara 40

sampai 90 hari setelah beranak. Tingkat awal kebuntingan relatif

sedikitberpengaruh terhadap produksi susu atau jumlah sel ambing.

Perkembangankebuntingan terjadi setelah lima bulan. Perkembang-an ini

menyebabkan hasilsusu dan jumlah sel ambing menurun pada sapi laktasi bunting

dibandingkanyang tidak bunting.

Selama Masa Kering. Pemerahan setiap hari biasanya dihentikan setelah sapi

perah berlaktasi 10 sampai 12 bulan (dengan rentangan 6 hingga 18 bulan).Jika sapi

bunting, periode nonlaktasi ini (periode kering) diawali biasanyasekitar 60 hari

sebelum tanggal beranak. Mengikuti penghentian pemerahantiap hari, ambing

induk tidak bunting menjadi dipenuhi dengan susu selamabeberapa hari. Walaupun

begitu, aktivitas metabolik menurun cepat.Kemudian, tampak jelas degenerasi dan

kehilangan sel epitelial alveoler.Selmio-epitelial dan jaringan pengikat masih ada

biarpun alveoli menghilang.

Secara histologis, jaringan pengikat dan sel lemak menjadi lebih menonjol

selama periode ini. Setelah involusi lengkap ambing makan hanya terdapatsistem

saluran. Sistem saluran induk sapi, akan tetapi, lebih banyak dari padasapi dara.

Walaupun penelitian pada sapi perah belum dilaporkan, involusi lengkap alveoli

membutuhkan 75 hari pada kambing tidak bunting.

Sapi yang bunting normal selama periode kering, dan karena

kebuntinganmerangsang pertumbuhan ambing, involusi lengkap tidak terjadi pada

sapibunting.Umur kebuntingan paling sedikit 7 bulan sejak awal periode

keringmenyebabkan jumlah sel ambing tidak berubah terutama selama

periodekering. Induk yang tidak mendapat periode kering normal menghasilkan

(15)

antaralaktasi-laktasi. Karena itu, periode kering di antara laktasi-laktasi penting

untukproduksi susu maksimal. Ketidakhadiran periode kering bergabung

denganpeningkatan jumlah sel yang terjadi selama tingkat awal laktasi

berikutnya.Halini terutama menjelaskan kebutuhan periode kering pada sapi.

I. Kontrol Hormonal Perkembangan Ambing

Perkembangan ambing nyata tidak terjadi karena ketidakhadiran hormon

tertentu. Secara umum, hormon yang merangsang pertumbuhan ambingadalah

hormon yang juga sama mengatur reproduksi. Karena itu, sebagianbesar

pertumbuhan ambing terjadi pada peristiwa reproduksi tertentu saja, misalnya saat

pubertas, kebuntingan, dan sesaat setelah beranak.

Ovari. Hormon ovari merangsang perkembangan ambing selama pubertas

dan kebuntingan. Hormon ovari spesifik yang berperan dalam responpertumbuhan

ambing adalah estrogen dan progesterone.Estrogen merangsangpertumbuhan

saluran ambing, sedangkan kombinasi estrogen danprogesterone diperlukan untuk

mencapai perkembangan lobuli-alveoler.

Pituitari Anterior. Hormon dari pituitari anterior diperlukan untuk

pertumbuhan ambing. Bekerjasama dengan hormon ovari (estrogen dan

progesteron) untukmenghasilkan per-kembangan ambing. Laktogen Plasental Sapi.

Plasenta adalah sumber estrogen dan laktogen plasental sapi. Struktur plasental sapi

serupa tetapi lebih besar dari prolaktindan hormon pertumbuhan. Laktogen

plasental sapi mungkin bekerja samadengan pituitary anterior dan hormon ovari

untuk perkembangan ambingselama kebuntingan.

Adrenal dan Tiroid.Pemberian adrenal glukokortikoid dan tiroksin

memulaiperkembangan ambing.Tetapi pengaruh-pengaruh ini mungkin

(16)

dalam menyokong pertumbuhan ambing. Interaksi Hormon dan Keadaan Nutrisi.

Dara yang diberi pakan berlebih ataukurang secara jelas menghasilkan susu lebih

sedikit daripada dara yangtumbuh dengan zat gizi sesuai anjuran.

J. Kontrol Hormonal Laktasi

Sekresi ambing dihasilkan hanya setelah pembentukan sistem lobuli-alveoler.

Karena itu, pada dara bunting sekresi tidak tampak sampai pertengahan

kebuntingan. Berbagai enzim yang diperlukan untuk sintesis susu terdapatdalam sel

ambing yang dibentuk sebelum beranak. Saat beranak, hormone menyebabkan

peningkatan besar produksi susu. Sekresi yang dibentuk sebelum beranak adalah

kolostrum yang alami dan bukan susu murni.

Permulaan Laktasi. Selama kebuntingan, progesteron menghalangi sekresi α-

laktalbumin (salah satu protein susu). Halangan ini cukup untuk mencegahsintesis

susu selama sebagian besar periode kebuntingan dara. Juga, titertinggi progesteron

menghalangi mulainya laktasi pada induk sapi saat periodekering.Progesteron tidak

efektif menghalangi kerjasama kebuntingan danlaktasi namun sebaliknya, laktasi

segera dihalangi bila sapi laktasi menjadibunting.Segera sebelum beranak titer

progesterone menurun, sedangkanestrogen, ACTH, dan level prolaktin

meningkat.Pemberian adrenal kortikoidatau estrogen mengawali laktasi sapi perah.

Pemeliharaan Laktasi. Sesudah sapi beranak, produksi susu meningkat cepat

dan mencapai maksimum pada 2 sampai 6 minggu. Kemudian hasil sususecara

beraturan menurun.Batasan berikut akan digunakan untuk menguraikan laktasi.

Milk secretion /sekresi susu melibatkan sintesis intraseluler susu dan laju alir susu

dari

sitoplasma ke dalam lumen alveoli. Milk removal / pengeluaran susu

(17)

serta pengeluaran aktif susu yang disebabkan oleh kontraksi sel mioepitel sekitar

alveolus sebagai respon terhadap oksitosin. Laktasi terdiri darisekresi susu dan

pengeluaran susu.

K. Mekanisme biologis pada kelenjar ambing

Mekanisme pengaturan kelenjar ambing diinisiasi/ distimulus oleh

rangsangan hormone efektor (prolactin, insulin, glukocorticoid). Hormone dan

substrat bekerja sinergis mempengaruhi laju pembelahan sel pada sel-sel ambing.

Hormon efektor (estrogen ) bekerja pada saat sapi betina menjelang partus.

Hormone bekerja menstimulus sel-sel ambing jika memiliki bahan baku pembuat

susu yaitu nutrient. Dengan meningkatnya pembelahan sel maka mempengaruhi

jumlah sel sekretori pada kelanjar ambing. Jumlah sel sekretori semakin banyak

akan mempengaruhi laju sekresi susu. Ketika laju sekresi susu pada ambing

meningkat maka akumulasi susu pada kelenjar ambing semakin besar, apabila

diperah maka akan segera keluar susu melalui putting (eksresi), dan apabila

pemerahan tidak tuntas, atau tidak diperah maka akan terjadi degradasi sel sekretori.

Hal ini seseuai pendapat Husveth, et.al. (2011) yang menyatakan Stimulasi kelenjar

susu oleh beberapa hormon diperlukan untuk lactogenesis (sintesa susu). Pada

pertengahan kebuntingan, sel-sel ambing memiliki sedikit retikulum

endoplasmatic, aparat Golgi dan protein kasein. Kehadiran progesteron darah

melalui akhir kehamilan secara signifikan menghambat lactogenesis. Pada akhir

kehamilan, korpus luteum yang menyembunyikan progesteron mengalami regresi,

dan kelenjar susu kemudian bebas untuk merespon hormon kompleks lactogenic

(insulin, glukokortikoid, dan prolaktin, efek hormon lactogenic pada sekresi

α-lactalbuminin dalam jaringan mammae sapi. Setelah paparan hormon lactogenic,

(18)

retikulum endoplasma kasar, retikulum endoplasmatic, dan hasil aparatus Golgi

masing-masing berperan dalam sintesis protein susu, lemak susu dan laktosa.

Gambar Mekanisme kelenjar ambing.

2.4 Fisiologi Laktasi

Laktasi adalah Proses produksi, sekresi, dan pengeluaran susu dari sapi yang

diperah secara kontinyu yang ditujukan untuk menghasilkan susu. Pada sapi perah,

kelenjar susu sapi betina mulai berkembang pada waktu kehidupan fetal.

Puting-puting susunya terlihat pada waktu dilahirkan. Bila hewan betina tumbuh, susunya

membesar sebanding dengan besarnya tubuh. Sebelum hewan mencapai dewasa

kelamin, maka hanya terjadi sedikit pertumbuhan jaringan kelenjar. Bila sapi betina

mencapai dewasa kelamin, maka estrogen yang dihasilkan oleh folikel dalam

ovarium akan merangsang perkembangan sistema duktus yang besar.

A. Hormon-Hormon Laktasi

Progesteron: mempengaruhi pertumbuhan dan ukuran alveoli. Tingkat

progesteron dan estrogen menurun sesaat setelah melahirkan. Hal ini menstimulasi

produksi secara besar-besaran.

Estrogen: menstimulasi sistem saluran mammae untuk membesar. Tingkat

estrogen menurun saat melahirkan dan tetap rendah untuk beberapa bulan selama

tetap menyusui.

Follicle stimulating hormone (FSH): perkembangan folikel yang bertujuan

untuk menghasilkan homon estrogen.

Luteinizing hormone (LH): berperan dalam proses ovulasi Prolaktin:

berperan dalam membesarnya alveoil pada masa kebuntingandan sekresi air susu

(19)

Oksitosin: mengencangkan otot halus dalam rahim pada saat melahirkan dan

Setelah melahirkan, oksitosin juga mengencangkan otot halus di sekitar alveoli

untuk memeras susu menuju saluran susu. Oksitosin berperan dalam proses

turunnya susu let-down.

2.5 Biosintesa Susu A. Sintesa Protein Susu

Terdapat 3 sumber utama bahan pembentuk protein susu yang berasal dari

darah, yaitu peptida-peptida, plasma protein, dan asam-asam amino yang bebas.

Kasein, beta laktoglobulin, dan alphalaktalbumin merupakan 90% sampai 95% dari

protein susu. Ketiga macam protein tersebut disintesa didalam kelejar susu. Serum

albumin darah, imunoglobulin dan gamma kasein tidak disintesa didalam kelenjar

susu, tetapi langsung diserap dari darah dalam bentuk yang sama tanpa mengalami

perubahan. Plasma protein merupakan sumber bahan pembentuk susu sebanyak

10% dari yang diperlukan. Asam-asam amino yang bebas yang diserap oleh

kelenjar susu dari darah merupakan sumber nitrogen utama untuk sintesa protein

susu. Hampir semua asam amino yang diserap dari darah diubah menjadi protein

susu.

Sintesa protein dari susu terjadi didalam sel epitel dikontrol oleh gene yang

mengandung bahan genetik yaitu Deoxyribo nucleic acid (DNA). Urut-urutan

pembentukan protein susu yaitu replikasi dari DNA, transkripsi dari Ribonulec acid

(RNA) dari DNA, dan translasi terbentuknya protein menurut informasi RNA.

a. Replikasi

Replikasi termasuk di dalamnya pemisahan dari 2 pita (strand) DNA dan

duplikasi dari kedua strand tersebut. Replikasi terjadi sebelum pembelahan sel, oleh

(20)

Transkripsi termasuk didalamnya pembentukan RNA pada saat strand DNA.

Molekul-molekul RNA bergerak ke sitoplasma dan memegang peranan aktif dan

penting di dalam sintesa protein. Translasi termasuk proses yang terjadi di

ribosome.

b. Transkripsi

Translasi merupakan proses yang kompleks dimana pertama terjadi

perlekatan dari asam-asam amino pada molekul RNA. Tiap-tiap asam amino

mempunyai enzim pengaktif tersendiri. ATP digunakan untuk menaikan tingkat

energi dari asam amino sehingga asam amino dapat digunakan berpartisipasi dalam

reaksi tersebut.

Sintesa protein terjadi di ribosome, sedangkan besar dari ribosome terikat

pada membran rangkap dari endoplasmic reticulum, tetapi sebagian lainnya terletak

bebas di dalam sitoplasma.

B. Sintesa Lemak Susu

Lemak susu merupakan komponen susu yang paling bervariasi. Sebagian

lemak susu terdiri atas trigliserida. Bahan-bahan pembentuk lemak susu yang

terutama adalah : (1) glukosa, asetat, asam beta hidroksibutirat, trigliserida dari

chylomicra, dan low density lipoprotein dari darah, (2) asam-asam lemak yang

berantai pendek, dan (3) beberapa asam palmitat yang disekresi didalam kelenjar

susu. Kelenjar susu ruminansia tidak dapat menggunakan acetyl CoA yang berasal

dari glukose dalam mitokondria. Betahidrosibutirat juga digunakan untuk sintesa

asam-asam lemak. Sebagian dari padanya digunakan untuk rantai karbon

permulaan untuk tambahan unit C2 dan sebagian lagi untuk pembentukan

(21)

C. Sintesa Laktosa

Sebagian besar glukosa dan galaktosa dalam sintesa laktosa berasal dari

substansi-substansi yang mudah dapat diubah menjadi glukosa. Dari perbedaan dari

arteri-vena dapat diketahui bahwa glukosa merupakan bahan utama pembentuk

laktosa pada kambing dan sapi. Beberapa atom karbon dari laktosa terutama residu

galaktosa, berasal dari senyawa lain misalnya asetat dan gliserol.

Perbedaan antara arteri-vena untuk glukosa ± 2 kali yang diperlukan untuk

sintesa laktosa, oleh karena itu kelebihan glukosa akan digunakan untuk energi

membentuk gliserol karena glukosa adalah bahan utama pembentuk laktosa dan

susu harus dipertahankan takenan laktosanya agar supaya isotonis dengan darah,

maka bila terjadi kekurangan laktosa akan mengalami kekurangan kandungan air

dalam susu. Oleh karena itu dikatakan glukosa adalah sebagai faktor pembatas

untuk sekresi susu.

Proses sintesa laktosa adalah 2 molekul glukosa masuk saluran ambimg

kemudian 1 molekul glikosa diubah menjadi galaktosa. Terjadi kondensasi

galaktosa dengan glukosa kemudian terbentuklah laktosa dengan bantuan enzym

lactose syntetase. Dengan adanya lactose ini maka susu akan memberi rasa manis

serta merangsang bakteri tertentu di dalam usus pedet untuk membentuk asam

laktat, sehingga akan merangsang penyerapan Ca dan pospor pada tulang.

D. Sintesa Mineral, Vitamin, dan Air

Vitamin, mineral, air tidak disinsesa oleh sel-sel sekresi ambing melainkan

berasal dari tanah. Mineral yang penting adalah Ca, P, Cl, Na dan Mg. Mekanisme

absorbsi mineral dari darah ke dalam lumen alveoli belum jelas, kemungkinan

(22)

Kadar laktose, Na dan K dalam susu biasanya relatif konstan. Ketiga komponen ini

bersama dengan clorida berperan menjaga keseimbangan osmose dalam susu.

Kandungan vitamin dan mineral susu diatur dalam proses filtrasi, dimana

sel-sel jaringan sekresi ambing bertindak sebagai membran barier atau carrier terhadap

partikel vitamin dan mineral yang berasal dari darah yang akan masuk ke lumen

alveoli. Sel epitil menggabungkan mineral dengan sel organik, dimana 75% Ca

terikat dalam kasein, pospor, dan sitrat, dan dari 75% tersebut 50% terikat dengan

kasein.

Molekul-molekul vitamin ditransfer langsung dari darah ke dalam sel-sel

sekresi ambing, tanpa mengalami perubahan, sehingga langsung masuk menjadi

komponen susu. Konsen;trasi vitamin dalam susu (terutama yang terlarut dalam

lemak) dapat ditingkatkan dengan meningkatkan vitamin dalam plasma darah atau

dengan meningkatkan kandungan vitamin dalam pakan. Dalam pemerahan kita juga

mengetahui masa laktasi, yaitu sebuah konsekuensi dari reproduksi. Fungsinya

adalah menjaga atau mempertahankan keturunannya. Agar puncak produksi tinggi

dan produk setelah pucak itu konsisten, turunnya tidak bertahap atau tidak drastis?

Ada 2 hal yang perlu diperhatikan agar produksi susu tinggi, yaitu :

1. Pabriknya (kelenjar mamae) masuk ke dalam sel sekretori, disiapkan pada

saat kering karena digunakan untuk persiapan pertumbuhan sel sekretori.

2. Satu bulan sebelum melahirkan, terbentuk fetus kelenjar mamae.

Pencernaan pada sapi yang utama adalah fungsinya mencerna serat kasar.

Kelebihan sapi mempunyai rumen. Proses mempertahankan dirinya yaitu pada saat

sapi makan sebanyak-banyaknya, setelah pakan masuk kemudian melakukan

(23)

Laktasi dikontrol oleh hormonal yaitu hipothalamus yang memberikan sinyal

pada oxytosin dan prolactin. Sapi perah setelah melahirkan akan kurus karena sapi

perah lebih suka memberikan cadangan lemak tubuhnya karena induk harus selalu

dekat dengan anaknya, karena takut anaknya terkena predator akhirnya induk tidak

bisa makan secara bebas, bergerak bebas, sehingga tidak bisa makan dengan tenang,

maka induk lebih suka menggunakan cadangan lemaknya agar ia bisa selalu lebih

dekat dengan anaknya. Itulah sebabnya setelah melahirkan sapi perah menjadi

kurus.

Fungsi laktasi yaitu :

1. Sebagai suatu control, yaitu suatu periode yang dibuat control.

2. Susu salah satu fungsi untuk mencegah hypothermia pada anak, yaitu anak

kedinginan.

3. Fungsinya sebagai energi dan mencegah penyakit.

4. Pada saat laktasi, anak dekat dengan induk sehingga mencegah predator.

Peran biologis laktasi yaitu :

1. Pada saat laktasi anak diajari mencari makan

2. Anti body

3. Nutrisi

(24)

III PENUTUP 3.1 Kesimpulan

1. Anatomi ambing terdiri dari bagian eksternak dan internal.

2. Fisiologi laktasi pada sapi betina ketika mencapai dewasa kelamin, maka

estrogen yang dihasilkan oleh folikel dalam ovarium akan merangsang

perkembangan sistema duktus yang besar.

3. Biosintesis pada susu terdiri dari biosintesis protein, lemak susu, laktosa,

(25)

DAFTAR PUSTAKA

Bath, D. L., F. N. Dickinson, H. A. Tucker, and R. D. Appleman. 1985. Dairy

Cattle : Principles, Practices, Problems, Profits. 3rd Edition. Lea & Febiger,

Philadelphia. 291-305.

Foley, R. C., D. L. Bath, F. N. Dickinson, H. A. Tucker, and R. D. Appleman. 1973.

Dairy Cattle : Principles, Practices, Problems, Profits. Reprinted. Lea &

Febiger, Philadelphia. 390-406.

Wikantadi, B. 1978.Biologi Laktasi. Bagian Ternak Perah, Fakultas Peternakan

Referensi

Dokumen terkait

oleh beberapa protein spesifik, kasein merupakan komponen protein yang terbesar dalam susu dan sisanya berupa

Susu merupakan produk peternakan yang dihasilkan oleh sapi perah. Susu memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan karena susu dibutuhkan oleh semua kalangan

Streptococcus thermophilus menghasilkan ATP (adenosin trifosfat) dari respirasi dan menghasilkan senyawa nitrogen dari hidrolisis protein susu. Bakteri Streptococcus thermophilus

Air susu sebagai hasil sekresi dari kelenjar susu sapi perah merupakan bahan makanan yang sangat baik bagi manusia karena hampir semua zat-zat makanan yang dibutuhkan manusia

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara konsumsi protein pakan dengan kandungan protein susu, kadar laktosa susu dan produksi susu di

Protein minor pada Otot yang mengatur jaringan-jaringan Miofibril Disk Z merupakan wujud amorf dan mengandung beberapa protein berserat aktinin (untuk

Karbohidrat, protein dan lemak merupakan molekul-molekul besar yang tidak dapat menembus membran plasma utuh untuk diserap dari lumen saluran pencernaan ke dalam darah atau

Kelenjar endokrin merupakan kelenjar tanpa saluran, produknya langsung masuk ke dalam sistem peredaran darah. Produk tersebut disebut sebagai hormon, yang merupakan