• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kornea Mufakat Pendidikan Lomba esai Nas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kornea Mufakat Pendidikan Lomba esai Nas"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

KORNEA MUFAKAT PENDIDIKAN

Negeri seribu pulau, satu dari jutaan julukan yang diberi oleh dunia untuk disandang Indonesia menjadi bukti bahwa negeri ini bukan hanya tempat mengayunkan kaki saja, bukan hanya sekedar sebagai alternatif destinasi wisata pelepas penat atau sasaran empuk negara maju untuk berinvestasi. Tapi juga menunjukan bahwa bumi pertiwi ini menjadi tanah di mana semua unsur biotik maupun abiotik dengan berbagai keunikannya masih bisa utuh meski sifat pluralisme tidak dapat lepas dari rekatan. Sederhana memang alasannya, sama, sama arah hidup, sama menghentakan kaki kanan, sama melirik sudut kiri, sama menggelengkan kepala jika ada fenomena anomali yang terjadi. Banyak hal yang membentuk poin untuk menjadi pembahasan yang tidak pernah basi, selalu diperbaharui hanya karena jika topik tersebut tersapu angin, maka sedikitnya ada saja bagian dari identitas negara yang tertelan globalisasi.

Kaum muda dan masa depannya. Ya, itu dia yang selalu jadi isu hangat disetiap kesempatan perbincangan. Kaum muda, bukan hanya mereka yang sedang mengenyam pendidikan di bangku sekolah, atau mungkin sedang sibuk menyusun skripsi, tapi usia produktif yang harus mampu meninjau, mengelola serta memperbaharui atau setidaknya mengemas ulang sebuah produk agar menjadi lebih unggul dan mampu bersaing lebih. Hal seperti ini umumnya selalu terjadi disetiap negara, dengan prioritas yang berbeda dan cara masing-masing untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan hal itu, tidak melihat bahwa itu negara berkembang, maju, berpaham liberalis, komunis, pancasila bahkan, atau mungkin dalam segi bentuk pemerintahannya, ya, layaknya negara demokrasi.

(2)

demokrasi. Demokrasi, kata dengan arti dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat yang tercantum dalam kamus sederhana warga negara Indonesia memang “diaku” sebagai bentuk pemerintahan Indonesia.

Berdalih bahwa rakyat sebagai penyelenggara, pengawas, dan pelaksana pemerintahan, Indonesia menjadi salah satu negara yang mengaagendakan pemilihan umum sebagai pesta lima tahunan. Tiap periode yang bergulir, selalu saja ada perubahan yang signifikan, baik itu perolehan suara partai politik atau daftar pemilih tetap yang kian bertambah. Tahun ini menjadi bonus demografi Indonesia, di mana usia produktif bertambah, dan secara otomotis bertambah pula hak suara yang dapat disumbangkan.

Banyak elite politik yang gencar mencari sekaligus mencuri perhatian rakyat, khususnya kaum muda yang kali ini menjadi “sasaran empuk” untuk menebar janji atau hanya sekedar iming-iming. Sebut saja para remaja, kadang dengan usia yang sudah berhak menentukan pilihan secara langsungpun ada beberapa diantara mereka yang masih saja bingung dengan sistem yang ada di negeri ini. Baik itu harus memilih pemimpin yang seperti apa, wakil rakyat yang bagaimana sifatnya, atau mungkin partai politik dengan ciri khas warna apa yang mengantongi visi misi yang tidak muluk-muluk dalam pelaksanaan pemerintahannya nanti.

(3)

terjadi sebelumnya batanglah yang menjadi hasil mutlak dari perbedaan tadi, namun seiring perkembangan zaman, nampaknya hasil mutlakpun akan menjadi acuan untuk lahir ide-ide baru, ya, si batang yang bercabang, dari situ mulai kembali terjadi pembaharuan berkaitan dengan kebutuhan, karena beda zaman, makin banyak pula persoalan yang harus terjawab, setelah menemui titik temu berupa hasil yang baru atau kita sebut saja daun jika dalam bagian pohon, namun lagi-lagi, ada saja ketidakpuasan sudut pandang lahir dan alhasil lahirlah “buah” sebagai puncak dari demokrasi tadi. Dan tugas dari stakeholder (kaum muda) selanjutnya yaitu membuat varian buah yang ada tadi menjadi keberagaman dalam satu wadah. Dan pada intinya, demokrasi merupakan proses dalam sebuah pencarian yang terjadi sejak dulu, dan hasil yang didapat, sekarang menjadi acuan untuk pembaharuan. Dan itu berlaku dalam semua hal dan berkesinambungan.

Dan apabila mengacu pada konteks yang lebih merinci, demokrasi tidak hanya berlaku pada sebuah pembentukan atau pembaharuan pemerintahan, namun pada setiap hal yang memang butuh beberapa opini dalam pengambilan keputusan. Itu terjadi dan berlangsung setiap hari. Dalam keluarga, lingkungan masyarakat, sekolah, dan atau organisasi.

Kali ini kaum muda bertugas sebagai pemegang tongkat estapet budaya demokrasi. Jika ada kesalahan atau ketidakselarasan akan hal ini, mungkin ada saja yang mengira bahwa ada sistem yang salah, entah itu dari kaum mudanya sendiri, dari lingkungan di mana mereka tinggal, atau mungkin kesalahan pemerintah. Asumsi jika ada kesalahan yang terjadi pada kaum muda, pasti ini tidak akan terlepas pada aspek lingkungan di mana kaum muda itu berdomisili atau bergaul, bahkan peran pemerintah atau sebaliknya. Hanya saja yang jadi pertanyaan, aspek mana yang paling banyak berkontribusi dalam pemebentukan karakter kaum muda guna menjadi generasi yang berbudaya demokratis, namun tetap etis dan selalu berpikir logis.

(4)

pembekalan ilmu yang berkaitan menjadi modal mereka dalam eksekusi tingkat lanjut mengenai salah satu bentuk pemerintaha ini (demokrasi).

Acap kali kaum muda ingin merasa bebas dalam setiap tindakan, ya meski dalam tanda kutip tidak mengekang apa yang sudah menjadi aturan. Terkenal dengan kaum masa transisi, pikiran yang labil dan bahkan ada saja diantara mereka yang mengambil keputusan tanpa berpikir panjang. Ini tandanya, budaya demokrasi belum melekat pada diri mereka. Demokrasi bukan hanya musyawarah, bukan hanya diskusi, tapi juga dapat diartikan penuh pertimbangan. Saat seseorang harus memutuskan dengan cepat tanpa ikut campur sumbang pikiran orang lain, maka orang tersebut mesti memikirkan risiko, atau kejadian apapun yang terjadi nantinya, tidak merugikan orang lain dan jelas menguntungkan dirinya. Hal ini juga dapat dijadikan langkah awal dalam pembentukan karakter kaum muda guna menjadi pribadi yang demokratis.

Kembali pada arti demokrasi dalam skala besar yang menyangkut pada urusan ketatanegaraan. Saat pemerintah dibentuk oleh sistem demokrasi, dengan rakyat yang memiliki peran sangat penting, ada rasa bingung yang muncul setelahnya. Apabila Indonesia masih menganut sistem musyawarah dalam setiap pencapaian mufakat ini, lalu mengapa rasanya negara maritim ini bagai penganut okhlokrasi? Kata “rasanya” bisa saja diartikan sebagai “perasaan” atau belum tentu terjadi pada Indonesia, namun faktanya, tak mengenal wakil rakyat, pajabat daerah, atau bahkan aparat penegak hukum sangat akrab dengan korupsi, kolusi juga nepotisme, bukan sebagai pemeberantas, melainkan eksekutor. Bukan hanya itu, ketidak akraban mereka, khusunya wakil rakyat kepada rakyatpun seolah menegaskan bahwa mereka bukan sebagai jembatan aspirasi. Masih demokrasikah Indonesia?

(5)

Mau tidak mau, antara kaum muda dan demokrasi hubungannya begitu erat. Hidupnya demokrasi dalam lingkungan mereka merupakan sebuah identitas, sebuah keputusan atau bahkan sebuah alternatif, misalnya dalam menentukan pendidikan. Jelas terjadi hubungan kausal antara demokrasi dan pendidikan itu sendiri. Demokrasi sebagai “kornea”, dapat diartikan sebagian bagian terluar, terpenting dan bersifat kuat karena memiliki proses yang hasil ahkitnya cukup, di mana kaum muda atau katakanlah remaja dengan tekad mengenyam pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi lagi, dibarengi dengan kemampuan akademis yang mumpuni, disertai keahlian nonakademis, dan juga ketepatan dalam menentukan pilihan jurusan pendidikan. Karena hal ini sering menjadi sebuah dinding kegagalan atau setidaknya kekeliruan, hanya karena antara penentuan pendidikan, musyawarah dengan orang tua (demokrasi), keinginan dan gengsi tidak sinkron.

Referensi

Dokumen terkait

Opini mengacu pendapat dari setiap individu yang berasal dari pandangan pribadi mereka. Gambaran dimensi opini sebagai berikut: 1)indikator pertama, kedua dan

Rakyat kecil masih tetap merasa tertindas, seolah-olah tidak jauh beda pada masa penjajahan dahulu (Fazlurrahman, 2000: 29-30). Pendapatan kaum tani, buruh, nelayan dan

- Guru meminta siswa untuk memberikan tanda pada bacaan tersebut yang tidak ia pahami, kemudian guru menganjurkan kepada siswa untuk memberi tanda sebanyak mungkin

Menurut Illyas (2000) dalam Pratiwi (2009) perilaku tidak aman adalah perilaku yang dilakukan oleh pekerja yang menyimpang dari prinsip-prinsip keselamatan atau tidak sesuai

Sebaliknya jika seseorang mempunyai nilai body image yang rendah, yakni mempunyai sebuah persepsi yang kurang baik akan bentuk dan ukuran tubuh mereka, cemas tentang

Kedekatan antara orang tua dengan anak akan memiliki pengaruh positif terhadap kemandirian remaja, kelekatan memiliki peran penting dalam membantu anak dalam

Yang menyediakan petunjuk dari aspek kesehatan, keselamatan dan lingkungan saat menangani produk dengan cara yang aman dan tidak boleh ditafsirkan sebagai garansi atas performa

Tahapan akhir adalah pascaproduksi. Menata semua elemen-elemen video dengan menggabungkan dan menghasilkan satu kesatuan karya isual video meteri pembelajaran yang utuh. Tim