• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of Pengaruh Nisbah Bagi Hasil terhadap Penghimpunan Dana Bank Syariah (Studi Kasus Pada Produk Tabungan di BPR Syariah Kota Bekasi)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "View of Pengaruh Nisbah Bagi Hasil terhadap Penghimpunan Dana Bank Syariah (Studi Kasus Pada Produk Tabungan di BPR Syariah Kota Bekasi)"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Pendahuluan

Bank sebagai lembaga keuangan pada dasarnya mempunyai fungsi sebagai pelaksana proses interme-diasi dana dari unit surplus ke unit defisit. Sehingga jika proses ini ber-jalan lancar, maka akan tercipta suatu pemerataan pendapatan yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejah-teraan secara umum.

Kurang berjalannya proses inter-mediasi ini akan berakibat macetnya pertumbuhan sektor riil sehingga akan menekan laju pertumbuhan

eko-nomi serta dapat memperlambat pro-ses pemerataan kesejahteraan. Oleh karena itu bank memiliki fungsi yang sangat strategis dalam perekonomian suatu negara. Bank dituntut untuk terus menjalankan perannya sebagai lembaga intermediasi dana namun tetap pada koridor kehati-hatian un-tuk mengurangi berbagai resiko yang dapat ditimbulkan.

Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip Islam yakni bank dengan tata cara dan operasinya mengikuti

keten-Pengaruh Nisbah Bagi Hasil terhadap Penghimpunan Dana

Bank Syariah (Studi Kasus Pada Produk Tabungan di BPR

Syariah Kota Bekasi)

Eliza Fitriah dan Nur S. Buchori

Abstract. This study aims to determine and analyze the effect of profit sharing ratio of fund raising as well as to determine the effect of profit sharing ratio of Islamic banks mobilize funds Bekasi. The method used in this research is descriptive quantitative analysis. From this study it can be concluded that based on the F test showed that the ratio for the outcome variable is jointly significant effect on

the variables of Islamic banks mobilize funds. Based on the results of

(2)

tuan-ketentuan syariah. Bank syariah didirikan dengan tujuan untuk mem-promosikan dan mengembangkan pe-nerapan prinsip-prinsip Islam, syariah dan tradisinya kedalam transaksi ke-uangan dan perbankan serta bisnis lain yang terkait. Salah satu prinsip utama yang ada di bank syariah ada-lah adanya pelarangan riba1. Riba dalam perbankan identik dengan bu-nga bank. Bubu-nga bank dilarang dalam Islam karena mengandung pengambil-an tambahpengambil-an ypengambil-ang batil dpengambil-an spengambil-angat bertentangan dengan prinsip muama-lah dalam Islam. Sebagaimana dije-laskan dalam firman Allah :2

    

     

  



“Hai orang-orang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan cara berdagang atas suka sama suka, dan janganlah ”

Keberadaan bank syariah dalam perekonomian Indonesia dalam bebe-rapa tahun ini telah menjadi salah sa-tu alternatif bagi masyarakat

1

Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen

Bank syariah, (Jakarta: Alvabet, 2002), h.12

2

Q.S An-nissa: 29

sia pasca krisis awal tahun 1998. Aki-bat dari krisis tersebut banyak bank-bank konvensional yang dilikuidasi ka-rena tidak mampu membayar tingkat suku bunga dan hal ini berakibat atas terjadinya kredit macet dan Non Performing loan perbankan Indonesia telah mencapai 70%. Akibat dari hal tersebut, dari bulan juli 1997 sampai dengan 13 maret 1999, pemerintah telah menutup sebanyak 55 bank, disamping mengambil alih 11 bank (BTO) dan 9 bank lainnya untuk mela-kukan rekapitulasi. Sedangkan bank BUMN dan BPD harus ikut direkapi-tulasi.

Dari 240 bank yang ada sebelum krisis moneter hanya tinggal 73 bank swasta yang dapat bertahan tanpa bantuan pemerintah dan dinyatakan sehat, sisanya pemerintah terpaksa harus melikuidasinya. Salah satu dari 73 bank tersebut Bank Muamalat Indonesia yang merupakan bank sya-riah yang pertama kali didirikan di Indonesia mampu bertahan dari ter-paan krisis ekonomi yang nyata memi-liki sistem tersendiri dari bank-bank lain yaitu dengan memberlakukan sis-tem operasional bank dengan sissis-tem bagi hasil.

(3)

Indo-nesia secara keseluruhan mengalami penurunan bahkan mengakibatkan beberapa bank harus dilikuidasi, ki-nerja perbankan syariah justru tetap menunjukkan kinerja yang positif.

Berkembangnya bank syariah di Tanah Air pasca krisis 1997 mendapat pijakan yang kokoh setelah adanya Undang-undang No.10 tahun 1998 tentang perbankan yang memuat secara rinci landasan operasi bank syariah dan member arahan bagi bank-bank konvensional untuk mem-buka cabang syariah atau menkon-versi diri secara total menjadi bank syariah. Perkembangan perbankan syariah di Indonesia semakin diper-kokoh dengan adanya Undang-un-dang terbaru yaitu UnUndang-un-dang-unUndang-un-dang No. 21 tahun 2008 tentang per-bankan syariah yang diterbitkan pada tanggal 16 juli 2008. Undang-undang No. 21 tahun 2008 pasal 1 memiliki beberapa ketentuan umum mengenai perbankan syariah yaitu

1. Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip Syariah dan me-nurut jenisnya terdiri atas bank umum syariah dan bank pembiayaan rakyat syariah.

2. Bank Umum Syariah adalah bank syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

3. Bank Pembiayaan Rakyat

Syariah adalah bank syariah yang

dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

4. Unit Usaha Syariah, yang selanjutnya disebut UUS, adalah unit kerja dari kantor pusat bank umum konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah, atau unit kerja di kantor cabang dari suatu Bank yang berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor ca-bang pembantu syariah dan/atau unit syariah.

5. Kantor Cabang adalah kantor cabang bank syariah yang bertang-gung jawab kepadakantor pusat Bank yang bersangkutan dengan alamat tempat usaha yang jelas sesuai dengan lokasi kantor cabang tersebut melakukan usahanya.

6. Prinsip Syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbank-an berdasarkperbank-an fatwa yperbank-ang dikeluar-kan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah.

7. Akad adalah kesepakatan

tertulis antara bank syariah atau UUS dan pihak lain yang memuat adanya hak dan kewajiban bagi masing-ma-sing pihak sesuai dengan prinsip syariah.

(4)

na-sional semakin memiliki landasan hukum yang memadai dan menja-dikan bank syariah sebagai salah satu perbankan nasional yang memiliki landasan hukum dan profitabilitas yang tinggi.

Sebagai satu industri baru ber-kembang dengan tingkat partum-buhan yang relatif cepat, telah terjadi kecenderungan semakin meningkat-nya pelaku per bankan untuk ma-suk kedalam perbankan syariah. Hal ini ditandai dengan bertumbuhnya bank-bank baru yang berprinsip syariah di Indonesia.

Pada tahun 2008 jumlah bank yang melakukan kegiatan usaha

sya-riah bertambah dengan adanya

konversi usaha 2 Unit Usaha Syariah (UUS), yaitu UUS BRI Syariah dan UUS Bukopin Syariah menjadi Bank Umum Syariah. Jumlah Unit Usaha Syariah mengalami perubahan oleh karena adanya spin off 2 UUS diatas, serta adanya penutupan 3 UUS masing-masing karena likuidasi (UUS Bank IFI) dan merger induknya (UUS Bank Lippo dan UUS Bank Niaga menjadi UUS Bank CIMB Niaga), serta adanya peralihan bank induknya menjadi lembaga keuangan non-bank (UUS BEI). Sementara itu, hingga November 2009 terdapat penambahan 1 BUS baru, yaitu Bank Panin Syariah, serta penambahan 2 UUS baru yaitu, UUS OCBC-NISP dan UUS Sinarmas, serta penambahan 7 BPRS.

Sedangkan dari sisi jumlah ja-ringan kantor bank syariah mengalami peningkatan yang signifikan sampai dengan November 2009 dibandingkan periode yang sama pada tahun 2008. Kondisi ini terjadi dikarenakan pe-nambahan outlet layanan syariah dikantor layanan bank konvensional hingga mencapai 701 kantor pada Bank Umum Syariah dan adanya penambahan kantor layanan syariah mencapai 286 kantor layanan syariah pada Unit Usaha Syariah serta terdapat 1790 layanan syariah dikan-tor syariah (Office Channeling). Dengan demikian, per November 2009 terdapat 1.211 kantor bank syariah yang dioperasikan oleh 6 BUS dan 24 UUS, serta 139 BPRS.

Pesatnya perkembangan bank sya-riah sangat dipengaruhi oleh kinerja bank syariah dalam mengelola dana-dana dan sangat bergantung pada jumlah nasabah yang menempatkan dana-dananya di bank syariah. Jumlah nasabah di bank syariah mengalami kenaikan setiap tahunnya. Pada tahun 2006 jumlah nasabah baik BUS dan UUS maupun Bank Pembiayaan Rak-yat Syariah di Indonesia pada produk penghimpunan dana pihak ketiga se-besar 2.279 655 nasabah, hingga November 2009 mencapai 4.885.057 nasabah.3

Salah satu aspek yang memegang peranan penting dalam kinerja bank

(5)

adalah kemampuan bank tersebut da-lam menghimpun dana pihak ketiga, yang dapat berupa tabungan, depo-sito, ataupun giro. Dalam hal ini, bank syariah menggunakan instrument nis-bah bagi hasil dalam menarik nasanis-bah untuk menyimpan dananya di bank syariah. Instrumen nisbah bagi hasil di bank syariah tentunya berbeda de-ngan bunga di bank konvensional yang bersaing dengan sangat kom-petitif dalam menetapkan suku bunga simpanan yang sangat menarik dalam menggaet calon nasabah dan pem-bagian keuntungannya ditentukan diawal yaitu dengan menghitung jum-lah beban bunga dari dana yang disimpan atau dipinjam dan sangat dipengaruhi oleh tingkat suku bunga. Semakin tinggi tingkat suku bunga akan diikuti dengan naiknya bunga simpanan dan bunga pinjaman.

Sedangkan nisbah bagi hasil ke-tentuan keuntungan ditentukan be-sar-kecilnya hasil suatu usaha. Pem-bagian porsi keuntungan dihitung sesuai nisbah bagi hasil didasarkan jumlah keuntungan yang diperoleh. Semakin besar tingkat keuntungan yang diperoleh semakin besar jumlah pembagian laba yang dibagikan kepa-da nasabah4.

Faktor utama masyarakat memilih bank syariah karena keuntungannya

4

Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah,

(Jakarta: Raja Grafindo Perkasa, 2007),h.26

bersifat emotional benefit. Hal ini ter-cermin dari dua alasan terbesar ma-syarakat, yaitu kesesuaian dengan syariat Islam dan keinginan agar terhindar dari riba.

Hal ini mungkin menjadi suatu keunggulan, karena dengan begitu bank syariah memiliki massa loyalis

yang memiliki komitmen penuh

terhadap syariah. Namun massa me-ngambang, dimana pada segmen ini calon nasabah lebih memperhatikan keuntungan yang diperoleh. Nasabah pada segmen ini kerap berpindah-pindah rekening untuk mengejar pe-ngembalian yang tinggi dari pihak bank. Nasabah akan membandingkan secara cermat antara expected rate of return yang ditawarkan bank syariah dengan tingkat suku bunga yang ditawarkan oleh bank konvensional, dimana selama ini fakta membuktikan bahwa ternyata rate of return bank syariah lebih tinggi bila dibandingkan dengan interest rate yang berlaku di bank konvensional. Sehingga akan menjadi faktor pendorong mening-katnya jumlah nasabah. Apakah bank-bank syariah sudah turut serta dalam persaingan tersebut, masih harus di-teliti.

(6)

se-dangkan bank syariah menggunakan instrument bagi hasil. Apabila pe-ngembalian bagi hasil bank syariah lebih besar dari pengembalian bunga bank konvensional, maka nasabah-nasabah mengambang tersebut dapat ditarik menjadi nasabah bank syariah.

Oleh karena itu, persaingan yang dialami bank syariah saat ini tidak hanya sesama bank syariah saja, na-mun juga terhadap bank-bank kon-vensional. Untuk terus merebut pasar mengambang yang sangat besar jum-lahnya, bank syariah harus mampu berkompetisi secara sehat, yaitu me-netapkan bagi hasil yang dapat bersaing dengan bunga bank konven-sional.

Berdasarkan uraian di atas, maka identifikasi permasalahannya seba-gai berikut: Semakin kompetitifnya per-saingan dunia perbankan secara umum dan perbankan syariah secara khusus, sehingga menuntut bank sya-riah untuk meningkatkan kinerja bank dalam menghimpun dana pihak ke-tiga. Semakin besar dana pihak ketiga yang dihimpun bank syariah semakin memperkuat fungsi bank sebagai pe-nyalur dana yang bertujuan memp-eroleh profit yang tinggi. Selain itu,

Ekuivalen rate nisbah bagi hasil merupakan indikasi tingkat imbalan dari suatu penanaman dana yang ditanamkan nasabah. Untuk menjaga kepercayaan nasabah penanam dana tentunya bank syariah harus menjaga tingkat ekuivalen rate agar tidak

terjadi penurunan. Tingginya Ekuiva-len rate sangat bergantung pada keuntungan yang diperoleh bank sya-riah. Oleh sebab itu, bank syariah harus berupaya menjaga kualitas aktiva produktifnya agar senantiasa lancar. Kualitas aktiva produktif yang lancar akan mencegah adanya Non Performing Financing ( NPF). Semakin rendah Non Performing Financing

semakin tinggi ekuivalen rate nisbah bagi hasil yang akan diberikan kepada nasabah penanam dana.

Landasan Teori

1. Penelitian Terdahuku Penulis menemukan penelitian yang sebelumnya juga telah dilakukan oleh Mhd. Taqwa Audiansyah (2008) mengenai nisbah bagi hasil yang berjudul “Pengaruh Ekuivalen Rate

Terhadap Tabungan Mudharabah

pa-da BTN Syariah”. Dalam penelitian ini

menunjukkan bahwa ekuivalen rate

berpengaruh signifikan terhadap ta-bungan. Berdasarkan uji regresi dida-patkan persamaan Y= 21551260372, 085-2543392436,021X yang berarti kedua variabel tersebut memiliki hu-bungan pengaruh yang negatif. Na-mun ternyata setelah dilakukan uji signifikansi, persamaan tersebut ku-rang layak untuk dilakukan ramalan atau forecasting.5

5

Mhd. Taqwa Audiansyah, Pengaruh

(7)

Penelitian yang dilakukan oleh Erik Rio Indrawan mengenai nisbah bagi hasil dengan judul “Pengaruh Tingkat Bagi Hasil dan Suku Bunga Terhadap Simpanan Mudharabah Pada BPRS

Bangun Drajat Warga Yogyakarta.”

Penelitian ini menjelaskan mengenai pengaruh tingkat bagi hasil dan suku bunga terhadap simpanan mudha-rabah. Dalam penelitian ini digunakan dua alat analisis yaitu analisis regresi dan uji kausalitas Granger. Hasil reg-resi dengan model linier menyatakan bahwa variabel tingkat bagi hasil berpengaruh tidak signifikan terhadap volume simpanan mudharabah, se-dangkan variabel tingkat suku bunga berpengaruh negatif dan signifikan terhadap volume simpanan mudhara-bah. Untuk variabel tingkat bagi hasil dan tingkat suku bunga secara ber-sama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap volume simpanan mudharabah. Hasil uji kausalitas Gra-nger dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan dua arah atau simultan antara tingkat bagi hasil dan tingkat suku bunga. Artinya variabel tingkat bagi hasil tidak mempengaruhi perubahan-perubahan yang terjadi pada variabel tingkat suku bunga, dan sebaliknya.6

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008.

6

Erik Rio Indrawan, Pengaruh Tingkat

Bagi Hasil dan Suku Bunga Terhadap Simpanan Mudharabah Skripsi Fakultas

Penelitian lain dilakukan oleh Lili Liliana dan Munrhokim Misanam me-ngenai nisbah bagi hasil yang berjudul

”Bagi Hasil, Bunga Bank dan

Relijiusitas: Suatu Investigasi Loyalitas Nasabah Terhadap Perbankan

Sya-riah” Dalam penelitian ini membahas

pengaruh tingkat kereligiusan masya-rakat, presepsi terhadap bunga bank, presepsi terhadap tingkat bagi hasil, dan presepsi terhadap atribut-atribut bank syariah terhadap loyalitas nasa-bah terhadap bank syariah. Hasil reg-resi menunjukkan bahwa variabel tingkat relijiusitas masyarakat tidak signifikan mempengaruhi keputusan nasabah untuk bergabung dengan bank syariah. Hal ini dapat menim-bulkan pengaruh yang ambigu dalam artian bahwa pengaruh yang ditim-bulkannya bisa bersifat positif atau-pun negatif terhadap perkembangan bank syariah itu sendiri. Dikatakan berpengaruh positif karena tingkat kereligiusan masyarakat yang tidak signifikan berarti nasabah yang mela-kukan transaksi di bank syariah tidak selalu nasabah yang memiliki tingkat relijiusitas yang tinggi, sehingga ma-syarakat awam, bahkan yang non muslim sekalipun dapat menjadi nasa-bah bank syariah. Sehingga pangsa pasar bank syariah dapat lebih meluas lagi. Adapun penafsiran yang negatif, yaitu dengan tidak signifikannya

(8)

bel tingkat relijiusitas masyarakat maka dapat dijelaskan bahwa dalam konteks penelitian ini, faktor penentu yang muncul dalam keputusan untuk

bergabung dengan bank syari’ah atau

tidak adalah faktor bunga bank kon-vensional. Selain itu, penentu yang lain adalah tingkat bagi hasil yang

ditawarkan oleh bank syari’ah. Se -makin tinggi tingkat bagi hasil yang ditawarkan maka semakin besar ke-cenderungan masyarakat dalam me-mutuskan bergabung dengan bank

syari’ah.

Hal ini menunjukkan bahwa dalam melakukan transaksi di bank syariah, nasabah hanya mempertimbangkan faktor bagi hasil. Ketika tingkat bagi

hasil bank syari’ah lebih tinggi dari

tingkat bunga bank konvensional, maka nasabah akan bergabung

de-ngan bank syari’ah. Selebihnya, jika situasinya terbalik maka dikhawa-tirkan nasabah akan memilih untuk bergabung dengan bank konven-sional.7

Selain itu, penelitian juga dilaku-kan oleh Nedi mengenai bagi hasil

yang berjudul “Pengaruh Profitabilitas

Sistem Bagi Hasil Terhadap Minat Nasabah Berinvestasi di Bank

Sya-riah.” Penelitian ini membahas pe -ngaruh profitabilitas sistem bagi hasil terhadap minat nasabah berinvestasi ke bank syariah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa profitabilitas

7

Sinergi, www.google.co.id, 2007

tem bagi hasil berpengaruh cukup signifikan terhadap keputusan

nasa-bah berinvesatasi di Bank syari’ah.8

Bank syariah menurut Undang-un-dang No.21 2008 adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya ber-dasarkan pinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas bank umum sya-riah dan bank pembiayaan rakyat syariah.

Bank syariah pada dasarnya sama dengan komersial lainnya yang sudah ada selama ini, perlu waktu untuk semua lapisan masyarakat, hanya saja pada kegiatan operasionalnya bank syariah itu berdasarkan pada prinsip syariah itu. Menurut ensiklopedia Islam, bank Islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya mem-berikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya dise-suaikan dengan prinsip-prinsip sya-riah.

Berdasarkan rumusan tersebut, bank Islam berarti bank yang tata cara beroperasinya didasarkan tata cara bermuamalah secara Islam yang me-ngacu pada Al-Quran dan Al-Hadits.

Sedangkan pengertian muamalah

adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur hubungan manusia dengan manusia, baik hubungan pribadi mau-pun antara perorangan dengan ma-syarakat.

8Nedi’s Site, www.google.co.id

(9)

Didalam operasionalnya bank Islam harus mengikuti dan atau

ber-pedoman kepada praktik-praktik

usaha yang dilakukan di zaman Rasullullah atau bentuk-bentuk usaha baru sebagai bentuk ijtihat para ulama atau cendikiawan muslim yang tidak menyimpang dari ketentuan Al-Quran dan Hadits.9

2. Nisbah Bagi Hasil

Nisbah bagi hasil merupakan fak-tor penting dalam menentukan bagi hasil di bank syariah. Sebab, aspek nisbah merupakan aspek yang dise-pakati bersama antara kedua belah pihak yang melakukan transaksi. Ada-pun pengertian nisbah adalah per-bandingan antara aspek-aspek kegiat-an ykegiat-ang dapat dinyatakkegiat-an dengkegiat-an angka misalnya perbandingan antara nisbah nasabah dengan nisbah bank pada akad wadiah dan deposito mudharabah.

Sedangkan bagi hasil terdiri dari dua kata yaitu bagi dan hasil. Bagi ar-tinya sepenggal, pecahan bagian dari sesuatu yang utuh. Sedangkan hasil adalah akibat dari sesuatu tindakan, baik disengaja maupun tidak dise-ngaja, baik menguntungkan maupun yang merugikan. Kata hasil juga dapat disamakan dengan pendapatan yang pengertiannya adalah uang yang

9

Warkum, Sumitro, Asas-asas Perbankan

Islam dan Lembaga Terkait( Jakarta: Rajawali Persindo, 2004), h.5-6

rima oleh perorangan perusahaan dan organisasi dalam bentuk upah, gaji, sewa bunga, komisi, ongkos, laba10. Angka nisbah bagi hasil merupakan angka hasil negosiasi shahibul maal dan mudharib dengan memper-timbangkan potensi dari proyek yang akan dibiayai.11

Faktor-faktor penentu tingkah nisbah adalah unsur “iwad

(counter-value) dari proyek itu sendiri, yaitu risiko (ghurmi), nilai tambah dari kerja dan usaha (kasb), dan tanggungan

(daman).. Jadi angka nisbah bukanlah suatu angka keramat yang tidak diketahui asal-usulnya, melainkan suatu angka rasional yang disepakati bersama dengan mempertimbangkan proyek yang akan dibiayai dari berbagai sisi.12

Sistem bagi hasil merupakan suatu sistem yang meliputi tata cara pem-bagian hasil usaha antara penyedia dana (shahibul maal) dan pengelola dana (mudharib) yang terjadi antara bank dan nasabah penyimpan dana maupun bank dengan nasabah pene-rima dana.

10Gunawan Tri Cahyo,”

Pengaruh Rasio Profitabilitas Perbankan Syariah Terhadap Penentuan NIsbah Bagi hasil(Studi Pada PT. Bank Muamalat Indonesia),” (Skripsi

Fakultas Syariah dan Hukum,UIN Syarifhidayatullah Jakarta,2008),h.23-24)

11

Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah,

( Jakarta: PT. Raja Grafindo Perkasa, 2007), h. 67

12

(10)

Bagi hasil merupakan langkah ino-vatis lembaga keuangan syariah yang tidak hanya sesuai dengan etos bu-daya bangsa. Namun lebih dari itu bagi hasil merupakan langkah kese-imbangan sosial dalam memperoleh kesempatan pendapatan ekonomi. Dengan demikian, sistem bagi hasil dapat dikatakan sebagai konsep yang mempunyai unsur keadilan, dimana tidak ada suatu pihak yang

diun-tungkan sementara pihak lain

dirugikan antara pemilik dana dan pengelola dana sehingga besarnya benefit yang diperoleh deposan sa-ngat tergantung kepada kemampuan bank dalam menginvestasikan dana-dana .

3. Ekuivalen Rate

Ekuivalen rate nisbah bagi hasil adalah indikasi tingkat imbalan dari suatu pananaman dana atau peng-himpunan dana bank pelapor13. Ekui-valen rate juga berarti tingkat pe-ngembalian atas investasi yang telah ditanamkan. Ekuivalen rate ini pe-rannya sama dengan bunga pada bank konvensional, yaitu memberikan gambaran seberapa besar tingkat pengembalian atas investasi yang di-tanam. Bedanya, bunga langsung diperjanjikan diawal kontrak sebelum investasi berjalan. Sedangkan ekui-valen rate dihitung oleh pihak bank

13

Statistik perbankan syariah Oktober

2009, www.go.id, 2009

setiap akhir bulan setelah investasi yang dijalankan memberikan hasil. Jadi, nasabah dapat melihat berapa

ekuivalen rate bank bulan yang lalu untuk memberikan perkiraan berapa

ekuivalen rate bank pada bulan berjalan.

Dalam penerapannya, tidak boleh menyamakan bagi hasil dengan ekui-valen rate, kecuali ekuivalen rate

tersebut merupakan hasil masa lalu. Jadi misalnya jika suatu bank me-nyatakan bahwa bagi hasil bulan kemarin setara dengan 12% tetap saja tidak dapat menentukan berapa be-saran bagi hasil pada bulan yang akan datang. Jika nisbah bagi hasil misalnya 60:40, hasil dari bagi hasil dimasa datang kemungkinan bisa kurang atau bisa lebih dari 12%, semuanya ter-gantung dari pendapatan bank. Hal seperti ini merupakan praktek yang umum dibank syariah di Indonesia. Penyebutan ekuivalen rate hanya untuk mempermudah nasabah dalam memperkirakan bagi hasil saja, dan bukan bagi hasilnya. Jika ekuivalen rate sama dengan bagi hasil dimasa yang akan datang berarti bagi hasil tersebut sudah dipastikan diawal, hal tersebut berarti riba.

(11)

Namun kondisi tersebut berbeda de-ngan bank syariah. Posisi ekuivalen rate sebenarnya bisa disamakan de-ngan bunga, dalam arti ekuivalen rate

dapat dijadikan faktor utama alasan nasabah dalam menggunakan produk tabungan dan juga sebagai instru-ment dalam mempromosikan tingkat pengembalian seperti bunga dalam bank konvensional. Berdasarkan hu-bungan tersebut, maka penelitian ini mencoba untuk mencari pengaruh

ekuivalen rate terhadap penghim-punan dana tabungan.

Jadi dapat dilihat bahwa penen-tuan ekuivalen rate adalah setelah hasil dari usaha pada bulan tersebut didapatkan untuk kemudian dihitung. Bukan diperjanjikan diperjanjikan dari awal seperti yang dilakukan bank konvensional yang biasa dikenal bu-nga. Walaupun ekuivalen rate tidak dapat dijadikan patokan dalam me-nentukan ekuivalen rate yang akan datang, namun setidaknya ekuivalen rate dapat memberikan gambaran pada nasabah tentang kinerja bank dalam mendapatkan keuntungan pa-da setiap investasinya. Nasabah juga dapat menaksir dan memperkirakan berapa berapa besaran ekuivalen rate

yang akan datang dengan melihat

ekuivalen rate yang lalu. Karena bia-sanya dalam kondisi ekonomi yang stabil, pergerakan ekuivalen rate dari bulan kebulan hanya berkisar pada nol, sampai satu persen saja.

Hal ini dikarenakan pada kondisi ekonomi yang stabil, prediksi-prediksi perekonomian dapat ditentukan de-ngan akurat. Dalam artian tidak ada hal-hal yang dapat mengganggu ke-lancaran perputaran sendi pereko-nomian. Sehingga apabila suatu usaha berjalan pada suatu kondisi per-ekonomian yang stabil, maka hasil usaha tersebut akan stabil, tidak terjadi fluktuasi yang ekstrim.

Kerangka Konseptual

Bank sebagai salah satu lembaga keuangan memiliki fungsi meng-himpun dana masyarakat. Dana yang dihimpun kemudian disalurkan kem-bali kepada masyarakat. Kegiatan bank dalam menghimpun dana dise-but dengan kegiatan funding sedang-kan kegiatan bank dalam

menya-lurkan dana disebut kegiatan

financing/lending. Kunci keberhasilan manajemen bank syariah sangat ditentukan oleh bagaimana bank ter-sebut dapat merebut hati masyarakat, sehingga peranan bank syariah terse-but sebagai financial intermediary berjalan baik.

(12)

Instrumen nisbah bagi hasil di bank syariah tentunya berbeda dengan bunga di bank konvensional yang bersaing dengan sangat kompetitif

dalam menetapkan suku bunga

simpanan yang sangat menarik dalam menggaet calon nasabah dan pem-bagian keuntungannya ditentukan diawal yaitu dengan menghitung jumlah beban bunga dari dana yang disimpan atau dipinjam dan sangat dipengaruhi oleh tingkat suku bunga. Semakin tinggi tingkat suku bunga akan diikuti dengan naiknya bunga simpanan dan bunga pinjaman.

Sedangkan nisbah bagi hasil ketentuan keuntungan ditentukan be-sar- kecilnya hasil suatu usaha. Pembagian porsi keuntungan dihitung sesuai nisbah bagi hasil didasarkan jumlah keuntungan yang diperoleh. Semakin besar tingkat keuntungan yang diperoleh semakin besar jumlah

pembagian laba yang dibagikan

kepada nasabah penyimpan dana. Dengan demikian kemampuan mana-jemen untuk melaksanakan fungsinya sebagai penyimpan harta dan pe-ngelola investasi yang baik akan sangat menentukan kualitas usahanya sebagai lembaga intermediary dan kemampuan untuk menghasilkan la-ba.

Nasabah tabungan bank syariah terbagi menjadi dua macam yaitu na-sabah emosional dan nana-sabah ra-sional. Nasabah emosional adalah nasabah yang menabung dibank

sya-riah karena faktor kesesuaian syasya-riah sedangkan nasabah rasional adalah nasabah yang memilih bank syariah karena ingin mendapatkan keun-tungan yang lebih tinggi. Nasabah rasional cenderung berpindah-pindah rekening karena nasabah ini lebih memperhatikan keuntungan yang di-peroleh. Nasabah rasional lebih besar jumlahnya daripada nasabah emo-sional. Dalam hal ini menuntut bank syariah untuk bersaing kompetitif bersaing dengan sesama bank syariah dan bank konvensional untuk mem-berikan tingkat pengembalian yang tinggi. Semakin besar ekuivalen rate nisbah bagi hasil yang diberikan semakin besar jumlah nasabah peng-himpunan dana yang menabung di bank syariah dan sebaliknya.

Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Gambaran Umum PT. BPRS Kota Bekasi

(13)

Bekasi yang bernuansa Ihsan. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi Kota Bekasi, peran strategis yang diemban perusahaan milik Pemda Kota Bekasi ini menunjukan peningkatan kinerja yang baik berdasarkan hasil penilaian dari Bank Indonesia untuk periode tahun 2006 – 2007.

Perkembangan Ekonomi Kota Be-kasi ditahun 2007 mengalami pe-ningkatan secara pesat, Hal ini dapat dilihat dari perkembangan industri perbankan Kota Bekasi dari tahun ke tahun yang mengalami peningkatan, sebagaimana dilaporkan Bank Indo-nesia melalui Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Barat menunjukan peningkatan setiap tahunnya. Kinerja perbankan di Kota Bekasi mengalami kemajuan, sehingga mengindikasikan pertumbuhan ekonomi kota Bekasi semakin membaik serta adanya pe-ningkatan kesejahteraan masyarakat kota Bekasi membaik pula.

Pertumbuhan perbankan di Kota Bekasi ini hampir setiap tahun terus meningkat dan memungkinkan bagi

industri perbankan untuk

mem-perluas usahanya seiring dengan perkembangan arus migrasi pen-datang.

BPRS Kota Bekasi merupakan sa-lah satu indikator yang turut me-nyumbang pertumbuhan perbankan di Kota Bekasi. Pada tahun 2007, hal ini tercermin dari Performance kinerja keuangannya. Berdasarkan hasil pe-meriksaan team pengawas BI PD.

BPRS Kota Bekasi memperoleh Pre-dikat Sehat dengan Skor TKS sebesar 92,82 dan membukukan laba bersih setelah pajak per 31 Desember se-besar Rp 404.518.979,00 sehingga mampu menyumbang PAD kota Bekasi sebesar Rp 161.807.591,00 . Sebagai perusahaan Milik Daerah

(BUMD) BPR Syari’ah Kota Bekasi

berkomitmen untuk menggerakan pembangunan ekonomi daerah mela-lui pembinaan dan pengembangan UKM diberbagai sektor. Pada tahun 2007 bekerjasama dengan BAPPEDA Kota Bekasi melalui SATLAK PPKIPM bersama-sama meningkatkan daya belimasyarakat melalui perkuatan permodalam UKM dalam bentuk Plasma dan Inti Plasma yang terdiri dari Inti dan Plasma Ikan Hias, Inti dan Plasma Boneka serta Inti dan Plasma Sampah Plastik

2. Data Deskripsi Responden

(14)

Berdasarkan hasil penyebaran kuisioner terhadap 100 nasabah yang bersedia menjadi responden dapat diketahui jumlah nasabah laki-laki sebanyak 56 orang atau 56% dari total responden dan 44 orang perempuan atau 44% dari total responden

Berdasarkan lima klasifikasi

ting-kat usia/umur responden dapat

dijelaskan bahwa nasabah di dominasi oleh tingkat usia 30-39 th yaitu se-banyak 33 orang atau 33% dan tingkat terendah dari golongan usia res-ponden adalah pada tingkat usia <20 th sebanyak 3 orang atau 3% dari total responden.14

Berdasarkan tingkat pendidikan-nya, dapat diketahui bahwa jumlah responden/nasabah Bank Pembiaya-an Rakyat Syariah Kota Bekasi paling banyak pendidikan terakhir yaitu SMA sederajat sebanyak 52%, kemudian diikuti SMA sederajat sebesar 41%, tingkat pendidikan lain-lain sebesar 4 %,serta SMP Sederajat sebesar 3%.

Mayoritas pekerjaaan nasabah Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Kota Bekasi didasarkan tabel diatas

adalah Pegawai Swasta dengan

jumlah mencapai 53 orang atau 53% dari total responden, kemudian nasabah yang berprofesi sebagai wiraswasta sebanyak 18 orang atau

14

Nur Syamsudin Buchori, Pengaruh Karakteristik Demografi, Sosial dan Ekonomi Terhadap Pengetahuan, Sikap Interaksi dan Praktek Perbankan Di DKI Jakarta dan Sumatera Barat, Jakarta, 2008.

18% dari jumlah responden. Nasabah yang bekerja sebagai PNS sebanyak 12 orang atau 12% dari total res-ponden, sedangkan dari pelajar dan mahasiswa terdapat 4 orang atau 4% dari total responden. Serta 13 orang responden menyatakan dirinya ber-profesi sebagai lain-lain.

Responden/nasabah Bank Pem-biayaan Rakyat Syariah Kota Bekasi 56 0rang atau 56% berstatus kawin dari total responden, kemudian nasabah yang berstatus belum kawin sebanyak 34 orang atau 34% dari total responden. Sedangkan nasabah yang berstatus pernah kawin sebanyak 10 orang atau 10% dari total responden.

Responden/nasabah Bank Pem-biayaan Rakyat Syariah Kota Bekasi yang memiliki pendapatan kurang dari satu juta rupiah 23 orang atau 23% dari total responden, responden yang berpenghasilan diantara satu juta sampai dua juta lima ratus ribu sebanyak 63 orang atau 63% dari total

responden, sedangkan responden

yang berpenghasilan diantara dua juta lima ratus ribu rupiah sampai lima juta sebanyak 14 orang atau 14% dari total responden.

(15)

atau 69% dari total responden, sedangkan responden yang memiliki pengeluaran diantara dua juta lima ratus ribu rupiah sampai lima juta sebanyak 4 orang atau 4% dari total responden.

3. Deskripsi Jawaban Respon-den Terhadap Variabel Penelitian

a. Variabel X Nisbah Bagi Hasil

Berdasarkan hasil penyebaran kuisioner mengenai variabel nisbah bagi hasil dengan mengajukan dela-pan pernyataan sebagai indikator nisbah bagi hasil, dapat dideskripsikan bahwa dari total 100 nasabah yang bersedia menjadi responden 12%

menyatakan sangat setuju, 44%

menyatakan setuju, 30,25% menya-takan netral, 10,5% tidak setuju dan 3,25% menyatakan sangat tidak setu-ju. Secara keseluruhan dari gambaran jawaban responden terhadap nisbah bagi hasil dengan delapan indikator yang selanjutnya menjadi pertanyaan dalam kuisioner, maka dapat dilihat bahwasannya 44% dan 12 % ponden atau lebih dari 50% res-ponden menyatakan setuju bahwa nisbah bagi hasil merupakan salah satu faktor yang mendorong respon-den untuk manjadi nasabah bank syariah oleh Bank Pembiayaan Rakyat Syariah sehingga nasabah berkenan tetap bertahan menjadi nasabah serta

merekomendasikan kepada pihak

lain.

Berdasarkan hasil wawancara per-sonal sebelum dilakukan atau setelah dilakukan pengisian kuisioner oleh

responden didapatkan informasi

alasan yang dikemukakan oleh res-ponden adalah karena sistem bagi hasil lebih sesuai dengan syariah agama yang dianut, sistem bagi hasil lebih adil dan saling menguntungkan. Untuk kelompok responden yang tidak setuju dengan sistem bagi hasil disebabkan karena kurang mengerti terhadap operasionalnya, dirasakan kurang menguntungkan, belum ada bukti, dan sulit dalam perhitungan-nya.

b. Variabel Y Penghimpunan Dana

Berdasarkan hasil penyebaran kuisi-oner dapat dideskripsikan bah-wa dari total 100 nasabah yang bersedia menjadi responden 11,9% menyatakan sangat setuju, 58,4% menyatakan setuju, 26,0% menyata-kan netral, 3,1% tidak setuju dan 0,6% menyatakan sangat tidak setuju.

(16)

tinggal atau dari tempat aktivitas ekonominya (67%). Selain itu, sekitar 61 % responden memilih menyimpan uangnya di bank syariah karena motif keamanan dan 60% responden memi-lih bank syariah karena kelengkapan fasilitas yang tersedia di bank syariah.

Berdasarkan hasil wawancara per-sonal sebelum dilakukan atau setelah dilakukan pengisian kuisioner oleh responden didapatkan informasi bah-wa nasabah pada umumnya peda-gang pasar mengungkapkan bahwa mereka memanfaatkan jasa bank syariah tersebut juga lebih banyak pertimbangan kemudahan atau pela-yanan yang cepat. Dengan sistem

“jemput bola”, yaitu dengan sistem

setoran harian atau mingguan, mere-ka tidak perlu membuang waktu maupun biaya transportasi mencapai bank syariah

4. Analisis Korelasi Pearson Product Moment

Analisis Korelasi Pearson Product Moment digunakan untuk menge-tahui derajat hubungan dan kontri-busi variabel bebas dengan variabel terikat. Teknik analisis ini termasuk teknik statistik parametrik yang menggunakan data interval dan ratio dengan persyaratan tertentu.

Berdasarkan hasil penelitian, bah-wa nilai yang diperoleh sebesar 0,565 berarti terdapat hubungan yang cu-kup kuat antara variabel nisbah bagi hasil dan variabel penghimpunan. Angka koefisien korelasi bertanda (+)

menunjukkan bahwa hubungan anta-ra kedua variabel berbanding lurus, sehingga peningkatan satu variabel akan diikuti peningkatan variabel lain, sehingga semakin besar nisbah bagi hasil akan semakin membuat jumlah nasabah dan jumlah dana yang dihimpun bank syariah meningkat pula.

Berdasarkan hasil penelitian, nilai

signifikansi sebesar 0,000 dibawah = 0,05 (Sig<0,05 maka dapat dikatakan H0 ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa nisbah bagi hasil berpengaruh secara signifikan terhadap penghimpunan dana. Artinya semakin tinggi nisbah bagi hasil maka semakin tinggi peng-himpunan dana.Setelah melalui ta-hapan pengujian korelasi maka se-lanjutnya dianalisis dengan meng-gunakan metode analisis regresi sederhana yang merupakan model analisis kontribusi tersebar dari variable bebas terhadap variable terikat. Analisis regresi sederhana digunakan untuk mengukur pengaruh antara nisbah bagi hasil dengan penghimpunan dana.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa diperoleh nilai R Square

sebe-sar 0,619 menunjukkan bahwa

(17)

1.Pemilihan lokasi berpengaruh terhadap peningkatan penghimpunan dana Bank Pembiayaan Rakyat Sya-riah Kota Bekasi. Kantor BPRS Kota Bekasi yang terletak di pusat Kota Bekasi tepatnya di Pasar Baru Bekasi merupakan salah satu faktor pendo-rong bagi nasabah yang berprofesi sebagai pedagang untuk menjadi nasabah BPRS Kota Bekasi. Hal ini dikarenakan lokasi BPRS Kota Bekasi mudah dijangkau oleh nasabah.

2.Pelayanan

Sebagai penyedia jasa keuangan, pelayanan merupakan faktor penting yang menentukan keberhasilan bank dalam menghimpun dana dari masya-rakat. Pelayanan yang baik dan me-muaskan membuat nasabah memper-cayakan dananya kepada sebuah bank. Sebaliknya, nasabah enggan berurusan dengan sebuah bank yang pelayanannya kurang baik. Nasabah BPRS Kota Bekasi pada umumnya pe-dagang pasar mengungkapkan bahwa nasabah memanfaatkan jasa BPRS Kota Bekasi lebih banyak pertim-bangan kemudahan dan pelayanan yang baik. Di BPRS Kota Bekasi menggunakan sistem layanan Prima atau yang sering disebut sistem

”jemput bola” yaitu sistem setoran

harian atau mingguan. Dengan

adanya layanan ini nasabah tidak perlu membuang waktu maupun biaya transportasi mencapai BPRS Kota bekasi.

3.Persepsi Masyarakat terhadap Layanan syariah

Persepsi masyarakat berpengaruh terhadap citra sebuah bank. Jika masyarakat bepersepsi buruk kepada sebuah bank atau produk bank misalnya, maka dapat dipastikan bank tersebut tidak akan bertahan lama. Oleh karena itu, semua bank senan-tiasa menjaga nama baiknya agar terhindar dari stigma negatif dari masyarakat. Persepsi masyarakat terhadap BPRS Kota Bekasi sangat baik selain kemudahan dalam pela-yanan, nasabah merasakan adanya hubungan kekeluargaan antara nasa-bah dengan karyawan bank karena

keramahtamahan karyawan BPRS

Kota Bekasi dalam melayani nasabah. Selain itu, nasabah merasakan adanya kesesuaian terhadap kebutuhan nasa-bah dan nasanasa-bah merasakan adanya jaminan keamanan yang diberikan oleh BPRS kota Bekasi.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Berdasarkan uji F

menun-jukkan bahwa variabel nisbah bagi hasil secara bersama-sama berpe-ngaruh signifikan terhadap variabel penghimpunan dana bank syariah.

2. Berdasarkan hasil uji korelasi

(18)

yang diperoleh sebesar 0,565 berarti terdapat hubungan yang cukup kuat antara variabel nisbah bagi hasil dan variabel penghimpunan dana bank syariah.

3. Hasil uji regresi diperoleh persamaan Y: 2.229+0,435X . Persa-maan tersebut menunjukkan bahwa ada pengaruh antara nisbah bagi hasil terhadap penghimpunan dana Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Kota Bekasi

4. Berdasarkan uji R Square se-besar 0,619 menunjukkan bahwa penghimpunan dana (Y) dipengaruhi sebesar 61,9% oleh nisbah bagi hasil (X). Sedangkan sisanya sebesar 38,1% disebabkan oleh variabel lain.

Daftar Pustaka

Antonio, Muhammad Syafi’I, Bank

Syariah Dari Teori ke Praktik, Jakarta : Gema Insani, 2001.

Antonio, Muhammad Syafi’I, Bank

Syariah Bagi Bankir dan Praktisi

Keuangan, Jakarta: Tazkia

Institute, 1999.

Arifin, Zainul, Dasar-dasar Mana-jemen Bank Syariah, Jakarta: Alvabet, 2007.

Aruf, Moch. Thohir, Kemitraan dan Pembagian Profit Menurut Hu-kum Islam, Jakarta: PT. Prestasi Pustaka, 2009

Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2007.

Dewan Syariah Nasional, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional Untuk Lembaga Keuangan Syari-ah, Edisi Pertama, Diterbitkan atas Kerjasama Dewan Syariah Nasional - MUI dengan Bank Indo-nesia, 2001.

Firdaus, Muhammad, dkk, Konsep dan Implementasi Bank Syariah, Ja-karta: Renaisan, Cet. Pertama 2005.

Furchan, Arief, Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.

Kurniawan, Albert, Belajar Mudah SPSS, Cetakan Pertama, Yogya-karta: MediaKom,Cet. Pertama 2009.

Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, Yogyakarta :UPP AMP YKPN, Edisi Pertama 2002. Muhammad, Manjemen Bank Syariah,

Yogyakarta: UPP AMP YKPN, Edisi Revisi 2005.

Muslehudin, Sistem Perbankan Dalam Islam, Jakarta: Rineka Cipta, 2004. Nabhan, Faqih, Dasar-Dasar Akuntasi Bank Syariah , Yogyakarta: Lumbung Ilmu, 2008.

Ridwan dan Sunarto, Pengantar

Statiska Untuk Penelitian

Pendidikan, Sosial, Ekonomi, Komunikasi dan Bisnis, Bandung: Alfabeta, Cet. Kedua 2009. Rio Indrawan, Erik, Pengaruh Tingkat

(19)

Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, 2006.

Senduk, Safir, www.TabloidNova. co.id, 2000.

Statistik Perbankan Syariah Oktober

2009, WWW.BI.go.id

Sumitro, Warkum, Asas-asas Perbank-an Islam dPerbank-an Lembaga Terkait, Jakarta: Rajawali Persindo, 2004. Sunyoto, Danang, Analisis Regresi dan

Uji Hipotesis, Yogyakarta: Media Pressindo, Cet. Pertama, 2009. Supangat, Andi, Statiska : Dalam

Kajian Deskriptik, Inferensi dan Nonparametrik, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, Edisi Pertama, 2007.

Syamsudin Buchori, Nur, Pengaruh Karakteristik Demografi, Sosial

dan Ekonomi Pengetahuan, Sikap Interaksi dan Praktek Perbankan di DKI Jakarta dan Sumatera Barat)Tesis Jurusan Kajian Kepen-dudukan dan Ketenagakerjaan Universitas Indonesia, Jakarta, 2008.

Taqwa Audiansyah, Mhd., Pengaruh Ekuivalen Rate Terhadap Tabung-an Mudharabah (Studi Kasus Pada BTN Syariah) Skripsi Jurusan Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008.

Tri Cahyo, Gunawan, Pengaruh

Referensi

Dokumen terkait

Pada hakikatnya teori-teori tentang masuknya Islam ke Indonesia memiliki keunggulan dan keterbatasan. Tidak ada teori yang baku dan pasti. Pendapat ini disandarkan

Sisi negatif, orang yang malas untuk berjuang bisa eksis dalam ruang sosial, akan melakukan hal-hal yang keluar dari norma dan ajaran moral ketuhanan.. Seperti

Daerah penelitian terletak di Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Daerah sebelah utara adalah Kecamatan Tanggulangin, sebelah timur adalah Selat Madura,

Tidak sah apabila wakaf yang dilakukan oleh seorang budak karena dia pada dasarnya tidak memiliki harta. Begitu pula, tidak sah mewakafkan harta orang lain dan harta

Kegiatan berkomunikasi dalam berbagai tujuan sudah cukup terlihat selama proses pembelajaran, terlihat pada pembelajaran berkelompok dan ketika tutor teman

Beberapa isi dan ketentuan dalam formu- lir tersebut telah ditentukan secara sepihak oleh Dinas Pengelolaan Pasar Kota Sura- karta terlebih dahulu yang berisi data-data

Populasi penelitian ini seluruh guru di sekolah dan lembaga layanan bagi anak berkebutuhan khusus di kota Yogya- karta berjumlah 10 sekolah luar biasa (SLB) dan 35

Ke arah itu, kajian ini yang berjudul &#34;Rekabentuk Kerangka Piawaian Nasional Program Kejurulatihan Guru/Pensyarah TVET: Perspektif Institusi Pengajian Tinggi (IPT) di