• Tidak ada hasil yang ditemukan

5 PERAN PENGAJIAN ANTARA MAGHRIB ISYA (PAMI) DALAM MENGATASI BUTA AKSARA AL-QUR’AN DI DESA OLAK KECATAMAN MUARA BULIAN-BATANG HARI JAMBI Ansori Dosen Tetap Prodi Pendidikan Agama Islam STAI Muara Bulian ansori1183yahoo.co.id Abstract - View of PERAN PENGA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "5 PERAN PENGAJIAN ANTARA MAGHRIB ISYA (PAMI) DALAM MENGATASI BUTA AKSARA AL-QUR’AN DI DESA OLAK KECATAMAN MUARA BULIAN-BATANG HARI JAMBI Ansori Dosen Tetap Prodi Pendidikan Agama Islam STAI Muara Bulian ansori1183yahoo.co.id Abstract - View of PERAN PENGA"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

DALAM MENGATASI BUTA AKSARA AL-QUR’AN DI DESA OLAK KECATAMAN MUARA BULIAN-BATANG

HARI JAMBI

Ansori *

* Dosen Tetap Prodi Pendidikan Agama Islam STAI Muara Bulian ansori1183@yahoo.co.id

Abstract

(2)

obstacles found in the field is that there are some children who lack the discipline to chant, in some places there is a lack of teachers PAMI for pretty much his cause children to feel tired of waiting for their turn.

anak tinggal ornamen orang tua, kuasa dan kemuliaan serta benteng orang tua. Memberikan pendidikan dan pembekalan agama untuk anak-anak dari usia dini adalah tugas yang sangat penting, karena anak-anak adalah obat penenang jiwa dan penenang hati. Oleh karena itu, orang tua harus memperhatikan pendidikan agama anak-anak mereka karena perkembangan agama di masa kecil, terjadi melalui pengalaman hidupnya sejak kecil, baik dalam keluarga, sekolah dan masyarakat lingkungan. Semakin banyak pengalaman yang baik agama (sesuai dengan ajaran agama), akan menjadi elemen yang lebih religius dalam pribadi anak. Jika banyak unsur keagamaan pribadi anak, sikap dan perilaku tindakan dan cara anak akan menghadapi hidup sesuai dengan ajaran agama. Mendidik anak adalah tanggung jawab orang tua. Sebagaimana diatur dalam Q.S. At-Tahriim ayat 6. Fokus masalah dalam penelitian ini adalah untuk menentukan peran dan Pami guru kendala dalam mengatasi buta huruf Al Qur'an di Desa Olak Kecamatan Muara Bulian serta upaya untuk mengatasi hambatan tersebut. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui peran dan kendala yang dihadapi guru Pami di Desa Olak Kecamatan Muara Bulian Kabuapten Batang Hari. Kesimpulannya, pertama: Peran Pami dalam mengatasi buta huruf Al-Qur'an di Desa Olak Kecamatan Muara Bulian sudah berjalan cukup baik, hal ini terbukti dengan munculnya anak-anak yang secara teratur datang ke rumah setelah matahari terbenam setiap guru untuk membaca / belajar al- Quran. Kedua: hambatan yang ditemukan di lapangan adalah bahwa ada beberapa anak-anak yang kurang disiplin untuk menyanyi, di beberapa tempat ada kurangnya guru Pami untuk cukup banyak penyebabnya anak merasa bosan menunggu giliran mereka

(3)

Pendahuluan

Anak adalah perhiasan hidup orang tua, kekuatan dan keagungan serta benteng pertahanan orang tua. Memberikan pendidikan dan pembekalan agama bagi anak anak sejak dini merupakan tugas yang sangat penting, karena anak-anak adalah penenang jiwa dan penenang hati. Oleh sebab itu, seharusnya orang tua memperhatikan pendidikan agama anak-anaknya karena perkembangan agama pada masa anak terjadi melalui pengalaman hidupnya sejak kecil, baik dalam keluarga, di sekolah dan lingkungan masyarakat. Semakin banyak pengalaman yang bersifat agama (sesuai dengan ajaran agama), akan semakin banyak pula unsur agama dalam pribadi anak. Apabila dalam pribadi anak banyak unsur agama, maka sikap dan tindakan kelakuan dan cara anak menghadapi hidup akan sesuai dengan ajaran agama. Mendidik anak merupakan tanggung jawab orang tua. Sebagaimana Allah SWT berfirman yang artinya:

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.1 (Q.S. At Tahriim : 6)

Berdasarkan ayat di atas Allah SWT memerintahkan orang-orang beriman untuk menjaga diri dan keluarga dengan cara mendidik keluarga dan diri mereka dengan baik, sehingga menjadi sebuah keluarga yang benar-benar menjalankan syari’at Islam (keluarga muslim). Dalam kaitan dengan pendidikan agama Bahwa anak sebagai amanah Allah harus dibina dan dididik dengan benar, sehingga kelak anak menjadi orang yang memiliki kepribadian dan berakhlak mulia. Termasuk diantaranya adalah meningkatkan kemampuan membaca dan menulis huruf Al-Qur’an selanjutnya memahami dan mengamalkannya.

Memasyarakatkan Al-Qur’an merupakan kelaziman yang perlu dikembangkan dan perlu digalakkan sejak dari kanak-kanak sampai dewasa, seperti telah berjalan dikalangan masyarakat muslim sesuai dengan perkembangan budaya yang semakin maju, dan menurut Kementrian Agama Provinsi Jambi bahwa ada + 18.024 anak Se-Provinsi Jambi yang buta aksara Al-Qur’an dan dari 18.024 anak diantaranya 126 anak ada di Kabupaten Batang Hari yang buta aksara Al-Qur’an.2 Oleh sebab itu, sangat perlu adanya suatu pendidikan dan pengajaran mengenai metode dan cara-cara

1

Anonim, Al-Qur’an dan Terjemahnya. 1994. Jakarta : Depag RI, hal 951.

2

(4)

pemahaman membaca Al-Qur’an, terutama dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an kepada para murid-murid PAMI.

Berdasarkan grand tour atau pengamatan penulis, sebagaimana Peraturan Daerah Kabupaten Batang Hari Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Kewajiban Mampu Baca Tulis Al-Qur’an Dan Melaksanakan Shalat Fardlu Bagi Siswa Yang Beragama Islam.3 Kegiatan PAMI di Desa Olak sudah berjalan dengan baik dan diterapkan sejak lama sampai sekarang ini. Di Desa Olak Kecamatan Muara Bulian ada banyak terdapat PAMI, kegiatan pengajian diadakan di rumah-rumah yang diasuh oleh para guru PAMI. Anak-anak tidak hanya mempelajari cara membaca Al-Qur’an tetapi juga diajarkan cara shalat, do’a pendek dan aqidah-akhlaq. Para guru PAMI pada umummya menggunakan beberapa metode dalam mendidik peserta didik mereka diantaranya metode iqra’ dan metode baghdadiyah. Di samping itu, orang tua juga ikut serta dalam mengawasi.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas penulis merasa tertarik meneliti tentang “Peran Pengajian Antar Magrib dan Isya (PAMI) dalam Mengatasi Buta Aksara Al-Qur’an di Desa Olak Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batang Hari”.

Metode Penelitian

Penelitian ini berbentuk deskriptif kualitatif, yaitu memaparkan apa adanya kondisi di lapangan melalui sudut sosio-kultural. Subjek penelitian terdiri dari Kepala Desa, guru PAMI, Orang tua murid, dan anak murid PAMI khususnya PAMI ar-Rasyid bertempat di RT. 02 Desa Olak Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batanghari.

Teknik sampling dengan menggunakan purpossive sampling. Metode Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Data dianalisis dengan teknik reduksi (reduction) data, penyajian (display) data dan penarikan kesimpulan (conclusion). Proses pengabsahan data dengan trianggulasi data sumber dan metode.

Pengertian Pengajian Antara Maghrib dan Isya (PAMI)

Pengajian Antara Maghrib dan Isya (PAMI) merupakan sistem pembelajaran dan pengajian Al-Qur’an yang waktunya dilaksanakan ba’da sholat Maghrib sampai menjelang sholat Isya. Sistem pengajian seperti ini banyak menyebar di kalangan masyarakat khususnya yang beragama Islam, pengajian ini dilakukan di masjid-masjid atau mushola dan dibina secara langsung oleh seorang atau beberapa orang ustad. Pengajian berasal dari kata ngaji

3

(5)

atau mengaji yang merupakan pengakuan dan penerimaan secara berangsur-angsur ditanamkan kepada manusia.4

Pengajian atau dalam bahasa tarbiyah disebut ta’lim adalah suatu kegiatan yang bergerak dibidang keagamaan dengan mengajarkan nilai-nilai dan dasar-dasar agama kepada anak. Dari segi bahasa (ethymologi) Al-Qur’an adalah isim masdar dari kata “qara’ah” dengan makna isim maf’ul yang artinya dibaca. Pengertian ini sejalan dengan maksud diturunkannya Al-Qur’an itu, yakni agar dibaca.5

Al-Qur’an adalah sumber ajaran pertama dan utama, menurut keyakinan umat Islam yang diakui kebenarannya oleh penelitian ilmiah. Al-Qur’an merupakan kitab suci yang memuat firman-firman Allah, sama benarnya yang disampaikan malaikat jibril kepada nabi Muhammad SAW sebagai rasul Allah sedikit demi sedikit selama 22 tahun 2 bulan 22 hari, yang pada mulanya diturunkan di Mekah kemudian di Madinah.6

Berdasarkan uraian di atas, PAMI adalah suatu kegiatan yang mempelajari Al-Quran sebagai wahyu dari Allah SWT. PAMI merupakan bagian dari pendidikan Islam non formal yang mempunyai kedudukan penting karena langsung berada di tengah-tengah masyarakat dan mereka mengikuti PAMI serta menerima ilmu untuk mempelajari al-Quran. Penanaman ilmu agama kepada anak sejak dini akan menjadikan ilmu itu sebagai pengawas diri dalam berbuat. pelaksanaannya sesudah maghrib dan selesai sebelum isya’. PAMI merupakan implementasi dari syiar Islam dengan tujuan untuk membentuk dan membina generasi Qur’ani berbalut akhlakul karimah.

Muhammad Zuhaili mengatakan tanggung jawab pendidikan Islam, sesuai dengan dasar-dasar pendidikan modern, terletak pada tiga pihak utama, yaitu keluarga, masyarakat dan sekolah. Ini pada masa balita dan kanak-kanak. Ditambah dengan tangung jawab yang harus dipikul oleh anak terhadap dirinya sendiri, yakni ia mencapai usia baligh. Saat itu, tumbuhlah pohon yang ditanam orang tua dan para pengajar, serta tersiramilah tanaman yang ditanam oleh masyarakat dengan berbagai cara yang berbeda.7

Muhammad Zuhaili, Di antara kurikulum Islam dalam pendidikan adalah mengajari anak-anak menghafal Al-Qur’an dari

4

Poerwadarminta. 1999. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai

Pustaka.

5

LBIQ.Belajar Membaca Al-Qur’an dengan Lagu. Jakarta : Jaya Raya.

1991, hlm 6

6

M.Daud Ali, Pendidikan Agama Islam . Jakarta: Raja Grafindo Persada.

1998, hlm. 93

7

Muhammad Zuhaili, 2002. Pentingnya Pendidikan Islam Sejak Dini.

(6)

kecil. Karena Al-Qur’an membangun perilaku dan akhlak, juga memelihara lisan, mengokohkan aqidah serta menjamin masa depan pemuda.8

Adapun periode yang terpenting dalam pendidikan anak termasuk di dalamnya dalam mengajarkan Al-Quran menurut Athiyah Al-Abrosyi ada sebagai berikut :

Periode yang terpenting dalam pendidikan anak ialah masa anak-anak. Apabila anak-anak kurang mendapat perhatian pada permulaan hidupnya, sebagian besarnya menjadi besar dengan akhlak yang rusak, suka pembohong, dengki, pencuri, pencela, mengijak dan suka campur tangan dalam urusan orang lain, anak yang seperti itu akan cenderung kepada membuat konspirasi-konspirasi tipu daya dan menjerumuskan orang lain. Untuk menghindarkan anak-anak dari sifat-sifat ini tidak sukar, yaitu dengan pendidikan dan pengajaran yang baik, dengan mengisi waktu kosongnya, menyuruh dia belajar Al-Qur’an, mempelajari riwayat hidup orang-orang besar hikayat orang-orang besar hikayat orang-orang saleh, orang-orang baik serta prilaku mereka itu, agar menjadi pedoman anak-anak tadi rasa cinta pada orang-orang yang taqwa dan saleh.9

Keberhasilan mengajarkan anak dalam menghafal Al-Qur’an adalah melalui tindakan:

1. Orang tua selalu mengarahkan anak untuk belajar Al-Qur’an 2. Memilih pendidikan yang baik bagi anak, mulai dari guru

ngajinya, tempatnya dan lain sebagainya.

3. Memberikan hadiah dan hukuman kepada anak yang belajar Al-Qur’an.10

Tujuan dari PAMI sebagaimana yang dijelaskan dalam buku yang diterbitkan oleh Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji adalah yaitu:

1. Agar murid mampu membaca Al-Qur’an dengan baik, benar dan tepat makhraj hurufnya, panjang pendeknya, ghunnah dan lain sebagainya

2. Agar murid suka dan senang membiasakan diri membaca Al-Qur’an dengan baik.

3. Agar murid dapat menghapal sejumlah surah-surah pendek dalam Al-Qur’an yang ditetapkan dalam shalat-shalat sehari-hari.

4. Agar murid taat dan patuh kepada Allah SWT dalam melaksanakan ibadahnya, seperti salat, puasa dan sebagainya

8

Ibid,. 78

9

Attiyah Al-Abrasy. 1978. Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam. Jakarta:

Bulan Bintang, hal.117

10

(7)

sehingga merupakan sebagian dari pengamalan dan penghayatan isi kandungan Al-Qur’an.11

Setiap Muslim yang beriman kepada Allah SWT dan kitab-Nya diharuskan mempelajari isi kandungan Al-Qur’an. Sedangkan untuk dapat mempelajari dan memahami kandungan itu haruslah dimulai dari membaca kemudian mengamalkannya sebagaimana dalam hadits dinyatakan:

Menurut Muhammad Suwaid, seyogyanya setiap orang tua mengajarkan Al-Qur’an kepada putra-putrinya sejak kecil. Tujuannya, mengarahkan mereka kepada keyakinan bahwa Allah adalah Rabb mereka dan bahwa ini merupakan firman-Nya, sehingga ruh Al-Qur’an bisa berhembus dalam jiwa mereka, serta cahayanya bersinar dalam pemikiran dan intelektualitas mereka. Dengan demikian mereka akan menerima aqidah Al-Qur’an sejak kecil dan kemudian tumbuh dan berkembang di atas kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya dan mempunyai keterkaitan erat dengannya. Selanjutnya mereka akan melaksanakan perintah-perintah Al-Qur’an dan menjauhi larangan-larangannya, berakhlakkan Al-Qur’an dan berjalan di atas manhaj Al-Qur’an.13

Menurut Syaikh Khalid Abdul Mun’im Ar Rifa’i ” Usia yang afdhal untuk mulai untuk mulai mengajarkan Al-Quran kepada anak adalah sejak tiga tahun. Karena ketika itu akalnya mulai berkembang, memorinya masih bersih murni, ia masih senang dengan kisah-kisah dan ia masih mudah menuruti apa yang diperintahkan”.14

Menurut Ahsin Sakho Rektor Institut Ilmu Quran (IIQ) Jakarta, anak sudah bisa diajarkan membaca Alquran sejak ia bisa bicara. "Usia tiga hingga empat tahun sebaiknya memang sudah diajarkan membaca Alquran atau paling tidak diajarkan melafalkan huruf-huruf Alquran.15

11

Anonim. 1983. Pedoman Pengajian Al-Qur’an bagi Anak-Anak. Jakarta:

Dirjen Bimas Islam, hal. 4-5

12

Imam Nawawi. 1999. Riyadhus Sholihin, Jilid II. Jakarta: Pustaka Amani,

hal. 115

13

Muhammad Suwaid. 2004. Mendidik Anak Bersama Nabi. Solo: Pustaka

(8)

Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa cara yang dapat digunakan untuk memberantas buta huruf dalam membaca Al-Qur’an salah satunya adalah dengan menitipkan anak ditempat Pengajian Antara Magrib Isya (PAMI) untuk diajarkan ilmu cara membaca al-Quran.

Untuk membiasakan anak membaca Al-Qur’an harus dimulai dari kecil saat usia 4 tahun supaya anak dapat lancar membaca Al-Qur’an. Dan yang menjadi dasar belajar membaca adalah karena membaca merupakan satu fungsi tertinggi otak manusia. Dan dari semua makhluk di dunia ini hanya manusia yang dapat membaca dan semua proses belajar juga didasarkan kemampuan membaca.

Hasil Penelitian Dan Pembahasan

1. Peran Pengajian Antara Magrib dan Isya (PAMI) dalam Mengatasi Buta Aksara Al-Qur’an Di Desa Olak

Proses pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan dan menumbuhkan seluruh aspek pribadi dalam mempersiapkan suatu kehidupan yang mulia dan berhasil dalam suatu masyarakat. Proses pendidikan di sekolah yang terpenting dilakukan adalah kegiatan pembelajaran, karena kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan tergantung pada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. Pembelajaran perlu memperhatikan minat dan kebutuhan sebab keduanya penyebab timbulnya perhatian. Sesuatu yang menarik minat dan kebutuhan anak akan menarik perhatiannya dengan demikian mereka akan bersungguh-sungguh dalam belajar.

Kegiatan PAMI dalam mengatasi buta aksara Al-Quran di Desa Olak kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batanghari, dilaksanakan sudah puluhan tahun dan mendapat dukungan dari para orang, juga guru dan para tokoh masyarakat setempat. Tujuan kegiatan pengajian tersebut adalah untuk meningkatkan kemampuan anak-anak untuk membaca Al-Qur’an.

Wawancara Penulis dengan Kepala Desa Olak Bapak Sumardi sebagai pembina PAMI di Desa Olak, mengatakan :

(9)

seperti MTQ yang dilaksanakan di dalam maupun diluar Desa Olak. Dengan begitu, PAMI dianggap sudah memenuhi kebutuhan rohaniah sebagai transfer ilmu cara membaca al-Qur’an dengan baik dan benar.16

Wawancara penulis dengan guru PAMI yaitu bapak Sayuti yang mengatakan sebagai berikut.

Peran PAMI di desa Olak ini sangat banyak, yaitu sebagai wadah atau tempat berkumpulnya anak-anak desa Olak untuk mendapatkan pendidikan berupa pengajian al-Quran , mulai dari mengenal huruf, membaca, menghafal hingga membawakan ayat-ayat dengan baik dengan lantunan suara yang baik pula. Selain itu peran PAMI di sini bukan hanya belajar membaca al-Quran saja, akan tetapi di tempat ini juga para anak-anak diajarkan pendidikan Islam seperti belajar sholat, pidato dan juga do’a-do’a pendek, serta ditanamkan nilai-nilai akhlakul karimah bagi anak-anak sesuai dengan ajaran Islam.17

Pernyataan di atas dibenarkan oleh informan lainnya yaitu bapak Abu Bakar selaku Imam Desa Olak yang mengatakan sebagai berikut.

Sangat banyak peran PAMI bagi masyarakat desa Olak, terutama bagi anak-anak, dan bagi orang tua yang belum tentu mampu memberikan pendidikan atau mengajarkan al-Quran dengan baik bagi anak mereka. Di sinilah peran PAMI yang sesungguhnya menjadi tempatnya anak-anak belajar mengaji yang diyakini jika tidak di PAMI ini belum tentu mereka belajar dengan baik dirumah dengan keterbatasan kemampuan orang tua mereka. Selain mereka bisa mengaji di sini juga diajarkan tatacara sholat, barjanzi serta ilmu-ilmu agama Islam dengan baik. Dan para orang tua bersyukur dengan adanya PAMI ini bisa meringankan beban mereka dalam menanamkan nilai-nilai agama Islam serta menjauhi anak-anak mereka dari buta aksara Al-Quran .18

Selain pernyataan di atas, penulis juga mendapatkan tambahan informasi dari beberapa orang tua murid yang belajar di PAMI ini yang mengatakan bahwa peran PAMI sangatlah mendukung dalam mengatasi buta aksara al-Qur’an di desa Olak, karena dengan adanya PAMI ini masyarakat desa Olak bisa mengantarkan anak-anak mereka untuk belajar mengaji dan belajar ilmu agama di sini, dengan diajarkan oleh guru yang benar-benar mampu untuk memberikan yang terbaik dalam membaca al-Quran bagi anak mereka.19

16Wawancara,

29 Agustus 2015

17Wawancara

, 29 Agustus 2015

18

Wawancara, 29 Agustus 2015

19

(10)

Kemudian hasil wawancara Penulis dengan Zalfa, seorang murid PAMI yang mengatakan bahwa : “Saya lebih senang mengaji bersama teman-teman di tempat PAMI, karena hal ini membuat saya merasa sangat senang mengikuti pengajian. Jika mengaji di rumah sendiri, orang tua kurang memperhatikan karena kesibukannya”.20

Berdasarkan hasil temuan di atas dapat penulis pahami bahwa peran PAMI sangatlah banyak dan didukung oleh seluruh unsur masyarakat desa Olak karena peran PAMI sebagai tempat anak-anak mendapatkan ilmu pengetahuan seperti belajar mengaji membaca al-Qur’an dengan baik, belajar sholat dan do’a-do’a pendek serta belajar tentang adab dan akhlak.

Pelaksanaan kegiatan Pengajian Maghrib dan Isya (PAMI) ini mendapat dukungan dari para orang tua sehingga anak-anak termotivasi untuk belajar mengaji di PAMI tersebut. Peran PAMI di Desa Olak Kecamatan Muara Bulian jelas sangat dibutuhkan oleh masyarakat Desa Olak, karena selain anak-anak belajar mengaji, para guru PAMI juga memberikan pengajaran berupa nilai-nilai pendidikan Islam yang akan di dapatkan di PAMI tersebut berupa tata cara berwuduk, praktik shalat dan pelajaran akhlak.

2. Kendala Guru Pengajian Antara Magrib dan Isya (PAMI) dalam Mengatasi Buta Aksara Al-Qur’an di Desa Olak

Kendala yang dihadapi oleh guru PAMI dalam meningkatkan kemampuan anak membaca Al-Qur’an beragam dan dalam berbagai bentuk kegiatan terutama masalah pengajian PAMI khususnya di Desa Olak. kendala-kendala dalam pelaksanaan kegiatan pengajian tersebut adalah:

Pertama, anak yang kurang disiplin untuk belajar Al-Qur’an. Kendala dalam pelaksanaan belajar Al-Qur’an di Desa Olak adalah adanya sebagian anak yang kurang aktif. Hal ini sebagaimana hasil observasi Penulis terhadap pelaksanaan pengajian di PAMI, bahwa kendala dalam pelakanaan pengajian di Desa Olak ini adalah ada sebagian anak-anak yang kurang aktif, sehingga mempengaruhi sekali bagi anak-anak yang lainnya. Sedangkan orang tua mereka tidak memberikan dorongan dan semangat serta motivasi bagi anak-anak mereka tersebut.21

Hal yang sama Penulis temukan sebagaimana hasil wawancara dengan guru PAMI Ibu Zaimah A.Ma, mengatakan bahwa: “Anak-anak kadang-kadang tidak mengaji karena ada kesibukan belajar untuk sekolah, sehingga mereka tidak mengaji dengan alasan mengerjakan PR dari sekolah yang sangat sulit, sehingga mereka lebih memilih mengerjakan tugasnya disekolah

20

Wawancara, 30 Agustus 2015

21

(11)

ketimbang untuk mengaji, seperti Matematika, pelajaran ini merupakan pelajaran sulit sehingga mereka tidak masuk”. 22

Berdasarkan temuan di atas, dapat dipahami bahwa masalah kurangnya kedisiplinan anak-anak PAMI dikarenakan berbagai sebab yaitu karena ada kesibukan lain seperti mengerjakan tugas sekolah. Dan orang tuapun tidak mendorong atau memberikan arahan kepada anak-anaknya.

Kedua, kurangnya tenaga pengajar PAMI

Masih kurangnya tenaga pengajar dibidang pembelajaran Al-Qur’an ini akan sangat mempengaruhi tingkat kemampuan dan kelancaran para siswa-siswi untuk memahami cara-acara membaca Al-Qur’an.

Hal ini sebagaimana pengamatan Penulis terhadap pelaksanaan pengajian di PAMI sebagai bahwa pada saat pembelajaran PAMI antrian antara murid pertama dan kedua cukup lama, sehingga terlihat sedikit membosankan bagi murid yang menunggu giliran belajar tersebut.

Sebagaimana hasil wawancara Penulis dengan guru PAMI yaitu bapak Sayuti, mengatakan bahwa:

“Pada PAMI kami masih kekurangan tenaga pengajar, sebab anak yang mengaji sebanyak 24 orang sementara guru hanya 2 orang. 1 orang guru PAMI mengajar 12 orang proses sehingga pembelajaran kurang efektif disebabkan terlalu banyak murid untuk satu orang guru. Waktu belajar untuk satu orang anak berkisar 7-10 menit perorang. dan juga anak-anak di sini semakin tahun terus bertambah jumlahnya, sehingga diperlukan penambahan tenaga pengajar di PAMI”.23

Berdasarkan hasil temuan di atas bahwa jika dilihat dari jumlah anak dan waktu belajar memang kekurangan guru PAMI.

Ketiga, Keterbatasan waktu belajar PAMI.

Masalah waktu ini akan sangat menjadi masalah, karena itu hanya 1 jam, ini akan sangat menjadi kendala dan permasalahan. Karena paling tidak waktu disediakan lebih dari 1 jam dengan jumlah anak-anak yang cukup banyak dalam satu PAMI, agar kemahiran dan kemampuan para anak dapat tercapai.

Sebagaimana pengamatan terhadap pelaksanaan pengajian di PAMI sebagai berikut “waktu yang dipergunakan dalam pembelajaran pengajian pada PAMI di Desa Olak ini masih sangat sedikit sekali dan kurang sekali, karena hanya satu jam dalam satu kali pertemuan untuk kegiatan pembelajaran. Proses belajar lembaga pendidikan yang hanya memiliki waktu 1 jam sangat minim sekali

22

Wawancara, 5 September 2015

23

(12)

dengan bentuk membaca secara bergiliran dan satu murid hanya 7-10 menit mereka untuk membacakan ayat-ayat Al-Qur’an”.24

Senada dengan hasil wawancara Penulis dengan murid pengajian PAMI bernama Haris mengatakan: Bila kami perhatikan waktu yang digunakan untuk belajar Al-Qur’an di PAMI kami masih kurang waktunya, karena bila jumlah teman-teman banyak, sehingga kami hanya belajar sebentar dalam belajar Al-Qur’an.25

Berdasarkan temuan di atas, memang nampak bahwa waktu belajar mengaji PAMI sangat kurang, jika dipaksakan untuk menambahkan waktu sampai malam juga tidak memungkinkan. Karena yang namanya anak jika belajar malam sangat mungkin akan mengantuk.

Penutup

Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : pertama: Peran PAMI dalam mengatasi Buta Aksara Al-Qur’an di Desa Olak Kecamatan Muara Bulian telah berjalan dengan cukup baik, hal ini terbukti dengan maraknya anak-anak yang secara rutin datang kerumah guru setiap sesudah magrib untuk mengaji / belajar al-Quran. Kedua: kendala yang ditemukan dilapangan adalah ada beberapa orang anak yang kurang disiplin untuk mengaji, dibeberapa tempat PAMI terdapat kurangnya tenaga pengajar karena muridnya cukup banyak yang menyebabkan anak merasa bosan menunggu giliran.

Saran-saran

Dalam penelitian ini, ada beberapa saran yang penulis kemukakan, sebagai berikut:

1. Kegiatan PAMI harus terus dipertahankan dan dilestarikan dengan meningkatkan metode pembelajaran dan SDM gurunya. 2. Untuk para orang tua diharapkan selalu memberikan dorongan,

motivasi dan dukungan serta selalu memperhatikan anak-anaknya untuk belajar al-Qur’an dan mendisiplinkan anak -anaknya untuk belajar mengaji. Mendayagunakan anak-anak yang sudah pintar mengaji untuk ikut membantu mengajar agar kekurangan tenaga pengajar dapat teratasi. Para guru mengaji khususnya harus selalu bekerja sama dengan pihak orang tua, keluarganya dan pemuka masyarakat lainnya dalam meningkatkan mutu dan prestasi para anak dan mengatasi kedisiplinan belajar anak-anak ditempat pengajiannya.

24

Observasi, 6 September 2015

25

(13)

Daftar Pustaka

_____. (2013) Pedoman Penulisandan Penelitian Skripsi, Jambi: Penerbit Kopertais.

_____. (1983) Pedoman Pengajian Al-Qur’an bagi Anak-Anak. Jakarta: Dirjen Bimas Islam.

_____. (2003) Fatwa Syaikh Khalid Abdul Mun’im Ar Rifa’i

hafizhahullah, sumber : http://ar.islamway.net/fatwa/40439

_____. (2013) Dr Ahsin Sakho Muhammad, sumber: Jakarta, http://www.republika.co.id/berita/humaira/samara

_____. (2013) Peraturan Daerah Kabupaten Batang Hari No. 17,

Muara Bulian: Salinan Peraturan Daerah Kabupaten Batang Hari

_____. (2014) Data Kementrian Agama Provisi Jambi. Jambi, http://jambi.kemenag.go.id

Abd Bin Nuhdan Oemar Bakry. (1998) Kamus Indonesia-Arab, Arab-Indonesia, Jakarta: Bentara Antar Asia.

Ahmad Syarifuddin. (2004). Mendidik Anak Membaca, Menulis dan Mencintai Al-Qur’an. Jakarta: GemaInsani.

Anonim. (1989), Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta :Penerbit Pengadaan Kitab Suci Al-Qur’an, Depag RI.

Athiyyah al Abrasyi. Prinsip-Prinsip Dasar Pendidikan Islam.

Bandung : Pustaka Setia 2003

Attiyah Al-Abrasy. (1978). Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam. Jakarta: Bulan Bintang.

Hamka. (1967) Tafsir Al-Azhar. Jakarta: Pustaka Agung.

Huberman, Michael A. dan Matthew B Miles. (1992) Analisis Data Kualitatif, Jakarta: UI.

Imam Nawawi. (1999). Riyadhus Sholihin, Jilid II. Jakarta: Pustaka Amani.

LBIQ.Belajar Membaca Al-Qur’an dengan Lagu. Jakarta : Jaya Raya. 1991

M.Daud Ali, SH, Pendidikan Agama Islam . Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1998

(14)

Muhammad Zuhaili (2002) Pentingnya Pendidikan Islam Sejak Dini.Jakarta: Ba’adillah Press.

Poerwadarminta. (1999) Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Sanapiah Faisal, (1990), Metode Penelitian Kualitatif dan dasar-dasar Aplikasinya, Jakarta: Penerbit Pustaka KaryaCipta. Sugiyono. (2013). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R &

D. Bandung: Alfabeta.

Suharsimi Arikunto. (1998) ProsedurPenelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Referensi

Dokumen terkait