• Tidak ada hasil yang ditemukan

KUDA DARI KUNINGAN SEBAGAI GAGASAN BERKARYA SENI GRAFIS CETAK TINGGI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KUDA DARI KUNINGAN SEBAGAI GAGASAN BERKARYA SENI GRAFIS CETAK TINGGI."

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Seni Rupa

Oleh:

SITI SYARI’ATUL MAULIA 0901517

JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

(2)

KUDA DARI KUNINGAN SEBAGAI SUMBER GAGASAN BERKARYA SENI GRAFIS CETAK TINGGI

Oleh

Siti Syari’atul Maulia

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

© Siti Syari’atul Maulia 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Desember 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH :

Pembimbing I

Dr. Tri Karyono, M.Sn NIP. 196611071994021001

Pembimbing II

Drs.Moch.Oscar sastra, M.Pd NIP. 195810131987031001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Seni Rupa

(4)

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI Siti Syari’atul Maulia

0901517

KUDA DARI KUNINGAN SEBAGAI SUMBER GAGASAN BERKARYA SENI GRAFIS CETAK TINGGI

Disetujui dan Disahkan oleh: Penguji I,

Drs. Harry Sulastianto, M.Sn NIP. 196605251992021001

Penguji II,

Drs. Untung Supriyanto, M.Pd NIP. 195210151985011001

Penguji III,

(5)

ABSTRAK

SITI SYARI’ATUL MAULIA, 2014. “KUDA DARI KUNINGAN SEBAGAI GAGASAN BERKARYA SENI GRAFIS CETAK TINGGI”

Jurusan Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni, Universitas Pendidikan Indonesia

Kuningan merupakan daerah yang memiliki nilai budaya dan sejarah, dan kuda menjadi ciri khas kota ini, kuda di daerah Kuningan dahulunya adalah tunggangan pangeran arya adipati kuningan. Yang dikenal dengan sebutan kuda si Windu, Seiring berjalannya waktu kuda tunggangan yang terkenal dengan kelincahannya semakin hari semakin musnah, maka pada tahun 1962 masyarakat kuningan mengusulkan untuk mengabadikan kuda tersebut, dan oleh bupati Aruman Wirananggapati kuda tunggangan tersbut dijadikan Ikon kota kuningan, dijadikanlah monumen kuda yang sekarang berada di tengah-tengah kota Kuningan, sejak saat itu pula kuda di Kuningan tidak lagi menjadi tunggangan pribadi, dan sekarang beralih fungsi menjadi kuda sebagai alat transfortasi yaitu kuda delman yang banyak di pakai masyarakat kuningan, penulis sebagai putra daerah tertarik untuk menjadikan sebuah ide atau gagasan berkarya seni grafis cetak tinggi dalam tugas akhir skripsi penciptaan dengan judul “KUDA DARI KUNINGAN SEBAGAI GAGASAN BERKARYA SENI GRAFIS CETAK TINGGI”. Rumusan masalah penciptaan ini adalah Bagaimana mengembangkan konsep berkarya seni grafis sebagai gagasan kuda kuningan?, Bagaimana proses visualisasi konsep gagasan kuda kuningan dalam bentuk karya grafis?.Tujuan penciptaan ini adalah Menelaah bentuk dari patung kuda kuningan itu sendiri berupa dokumentasi Selanjutnya diaplikasikan ke dalam proses pembuatan karya grafis. metode penciptaan yang digunakan adalah ide berkarya, kontemplasi, stimulus berkarya dan pengolahan ide. Teknik atau proses pembuatan berkarya yang penulis lakukan adalah menggunakan teknik grafis cetak tinggi dengan media karet lino, pemilihan teknik disesuaikan dengan karakter objek yang ingin dicapai. Bentuk visual seni grafis yang dihasilkan beragam ukuran bentuk dan komposisi, hasil dari penciptaan ini adalah enam karya seni grafis. warna yang ditampilkan adalah coklat yang mengesankan tenang, kuning jingga berarti terbuka, hijau untuk tenang, merah ungu untuk tekanan, merah berarti menarik dan biru untuk lembut. Pada keenam karya, penulis konsisten dengan warna biru untuk langit, warna coklat untuk objek kuda, baik patung kuda maupun kuda delman, dan warna hijau untuk tumbuhan baik itu pepohonan dan tumbuhan lainnya, Adapun rekomendasi yang dapat penulis sampaikan bagi pemerintah daerah setempat ialah diharapkan untuk meningkatkan kembali pengaplikasian ikon kuda kuningan terhadap berbagai seni lainnya khususnya seni grafis.

(6)

Siti Syari’atul Maulia, 2014

ABSTRACT

SITI SYARI’ATUL MAULIA, 2014. HORSES FROM KUNINGAN AS AN IDEA TO CREATE HIGH PRINT GRAPHIC ARTWORK.

Art Education Department, The Faculty of Language and Art, The Indonesian University of Education.

Kuningan is a region which have so many cultures and histories. Horses are the icon of Kuningan. Kuningan horses used to be Prince Arya Adipati Kuningan’s ride. The Horses are called Windu horses. In line with time, the horses are getting extinct. To prevent the horses from extinction, in 1962, Kuningan people are proposing Horses to be the icon of Kuningan and then the regent of Kuningan, Aruman Wirananggapati makes it official. After that, a monumental horse statue is made in the center of Kuningan to remind the people of horses as the icon of Kuningan. Since then, the horses in Kuningan become the main transportation of Kuningan as Delman or horse cart. As the native of Kuingan, the writer is interested to make horses as an idea to create a high print graphic artwork as the creation final assignment with the title “HORSES FROM KUNINGAN AS AN IDEA TO CREATE HIGH PRINT GRAPHIC ARTWORK”. The research question is how to develop the concept of horses as an idea to create high graphic art? And How to visualize the concept into a high graphic art?. The purpose of this study is to analyze the shape of the horse sculpture trough photographs and pictures and the applied it to the creation of the artwork. The methods used are idea creation, contemplation, working stimulus and idea processing. The technique or the process of the artwork creation used by the writer is high print graphics techniques with lino rubber media, the selection of techniques customized to the character of the object. The visual forms of graphic arts that are produced different in size, shape and composition. The result of the creation are six graphic artworks. The brown color that is produced connotes relaxation, orange connotes openness, green connotes calmness, purple connotes tense, red connotes attractiveness and blue connotes softness. In the six artworks, the author is consistent with blue color for the sky, brown color for horses object, either the horse statue or the Delman or horse cart, and green color for trees and other plants. Lastly the writer convey a recommendation to the local government, the government is expected to improve the application of horses as the icon of Kuningan to the various other arts, especially graphic arts.

(7)

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

LEMBAR PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR BAGAN ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penciptaan ... 3

D. Manfaat Penciptaan ... 3

E. Definisi Operasional ... 4

F. Kajian Sumber Penciptaan ... 5

G. Konsep/Landasan Penciptaan ... 9

H. Metode/Proses Penciptaan ... 10

I. Sistematika Penulisan ... 10

BAB II LANDASAN PENCIPTAAN ... 12

A. Tinjauan Seni Grafis ... 12

1. Seni Grafis ... 12

2. Seni Grafis Cetak Tinggi/Relief print ... 26

B. Tinjauan Faktual (Empirik) ... 30

1. Riwayat Singkat Sejarah Kuningan ... 30

2. Asal-usul Kuda menjadi icon Kota Kuningan ... 33

C. Unsur dan Prinsip Seni Rupa ... 35

1. Unsur-unsur Seni Rupa ... 35

2. Prinsip-prinsip Seni Rupa ... 43

D. Konsep Penciptaan ... 45

BAB III METODE PENCIPTAAN ... 47

A. Ide Berkarya ... 47

B. Kontemplasi ... 47

C. Stimulasi Berkarya ... 48

(8)

Siti Syari’atul Maulia, 2014

E. Proses Berkarya ... 51

1. Persiapan Alat dan Bahan ... 51

2. Tahap pewarnaan objek ... 61

3. Tahap Pemotongan Bahan ... 62

4. Tahap Perekaman Gambar Kepada Karet Lino ... 63

5. Tahap Penorehan ... 64

6. Tahap Pewarnaan plat ... 65

7. Tahap Pencetakan ... 68

8. Tahap Pengeringan ... 69

BAB IV VISUALISASI DAN ANALISIS KARYA ... 70

A.Karya I ... 71

1. Konsep Berkarya ... 72

2. Visualisasi dan Analisis Karya ... 72

a. Titik ... 72

b. Garis ... 72

c. Bidang ... 73

d. Bentuk ... 73

e. Tekstur ... 73

f. Warna ... 73

g. Kesatuan ... 74

h. Keseimbangan ... 74

i. Irama ... 74

j. Penekanan ... 74

k. Proporsi ... 75

l. Kesederhanaan ... 75

B. Karya II ... 76

1. Konsep berkarya ... 77

2. Visualisasi dan Analisis Karya ... 77

a. Titik ... 77

b. Garis ... 77

c. Bidang ... 77

(9)

e. Tekstur ... 78

f. Warna ... 78

g. Kesatuan ... 78

h. Keseimbangan ... 79

i. Irama ... 79

j. Penekanan ... 79

k. Proporsi ... 79

l. kesederhanaan ... 79

C.Karya III... 80

1. Konsep Berkarya ... 81

2. Visualisasi dan Analisis Karya ... 81

a. Titik ... 81

b. Garis ... 81

c. Bidang ... 82

d. Bentuk ... 82

e. Tekstur ... 82

f. Warna ... 82

g. Kesatuan ... 83

h. Keseimbangan ... 83

i. Irama... 83

j. Penekanan ... 83

k. Proporsi ... 83

l. Kesederhanaan ... 84

D.Karya IV ... 85

1. Konsep Berkarya ... 86

2. Visualisasi dan Analisis Karya ... 86

a. Titik ... 86

b. Garis ... 87

c. Bidang ... 87

(10)

Siti Syari’atul Maulia, 2014

e. Tekstur ... 87

f. Warna ... 88

g. Kesatuan ... 88

h. Keseimbangan ... 88

i. Irama ... 88

j. Penekanan ... 88

k. Proporsi ... 89

l. Kesderhanaan ... 89

E. Karya V ... 90

1. Konsep Berkarya ... 91

2. Visualisasi dan Analisis Karya ... 92

a. Titik ... 92

b. Garis ... 92

c. Bidang ... 92

d. Bentuk ... 92

e. Tekstur ... 92

f. Warna ... 93

g. Kesatuan ... 93

h. Keseimbangan ... 93

i. Irama... 93

j. Penekanan... 93

k. Proporsi ... 94

l. Kesederhanan ... 94

F. Karya VI ... 95

1. Konsep Berkarya ... 96

2. Visualisasi dan Analisis Karya ... 97

a. Titik ... 97

b. Garis ... 97

c. Bidang ... 97

(11)

e. Tekstur ... 97

f. Warna ... 98

g. Kesatuan ... 98

h. Keseimbangan ... 98

i. Irama... 99

j. Penekanan... 99

k. Proporsi ... 99

l. Kesederhanaan ... 99

BAB V PENUTUP ... 100

A. Kesimpulan ... 100

B. Saran ... 101

(12)

Siti Syari’atul Maulia, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Indonesia memiliki ragam kebudayaan yang sangat banyak, seperti dalam hal

ciri khas serta keunikan dari wilayahnya masing-masing. Keunikan tersebut

dijadikan sebagai ikon atau Simbol untuk kota atau daerahnya yang mengusung

benda budaya Kota Kuningan yaitu patung kuda kuningan sebagai artefaknya.

Kuda kuningan mempunyai ciri khas tersendiri, selain bentuknya lebih kecil,

juga mempunyai sejarah tersendiri bagi masyarkat Kota Kuningan. Saying,

masyarakat Indonesia belum begitu banyak mengetahui tentang keunikan dari

ikon kota ini, bahkan ada masyarakat Indonesia yang belum mengetahui letak

geografis kota kuningan.

Tujuan mengenalkan ikon Kota Kuningan ini pencipta tergerak untuk

menjadikannya beberapa buah karya grafis yang dibuat dengan menggunakan

teknik cukil lino. Teknik ini memang biasa dipakai pada teknik grafis pada

umumnya, sebagai teknik awal dalam pembuatan seni grafis.

Karya grafis dijadikan wadah atau media oleh pencipta untuk lebih

mengenalkan kuda kuningan yang tadinya berbentuk 3 dimensi menjadi karya 2

dimensi dengan harapan adanya apresiasi lebih tentang icon Kota Kuningan.

Alasan pencipta memilih seni grafis adalah untuk memberi pengetahuan baru

pada masyarakat luas khususnya pada masyarakat kuningan bahwa icon kotanya

tidak hanya bisa di lihat berupa patung tetapi juga bisa dinikmati dengan karya

grafis, dengan grafis pencipta sekaligus bisa mempelajari lebih lagi tentang

pengetahuan berkarya seni grafis khususnya cetak tinggi karena teknik yang akan

digunakan pencipta dalam karyanya adalah cetak tinggi, seni grafis cetak tinggi

menggunakan cetakan yang memiliki bentuk gambar yang menonjol (relief )

jadi bentuk atau pola gambar yang akan dicetak atau diterapkan pada kertas harus

(13)

Gambar 1.1

Haryadi, Slamet “Clair Voyance” (Sumber: dokumentasi pribadi)

Karya milik Slamet Haryadi tema Clair Voyance media hardboard cut

kanvas, 170 x 120 cm, masa edisi ½, mungkin edisi 1 dari 2 edisi. Karya tidak

sepenuhnya mengangkat tema kuda tetapi sedikitnya dalam karya ini pencipta bisa

melihat contoh karya grafis yang menggambarkan kuda yang sedikitnya memberi

ide dalam pembuatan karya.

Karakter dari penggambaran kuda dalam karya grafis ini atas dasar

ketertarikan penulis terhadap kuda kuningan yang menjadikan kuda sebagai objek

utama dalam karya grafis, sehingga penulis memutuskan untuk menciptakan karya

dengan judul: “KUDA DARI KUNINGAN SEBAGAI GAGASAN

(14)

3

Siti Syari’atul Maulia, 2014

B. Rumusan Masalah Penciptaan

Berdasarkan uraian, penulis merumuskan masalah penciptaan yang akan di

bahas sebagai berikut :

1. Bagaimana mengembangkan konsep berkarya seni grafis sebagai gagasan

kuda kuningan?

2. Bagaimana proses visualisasi konsep gagasan kuda kuningan dalam bentuk

karya grafis?

C. Tujuan Penciptaan

Tujuan dari pembuatan karya tugas akhir ini adalah sebagai salah satu untuk

memperkenalkan karya baru untuk icon kuda kuningan dalam bentuk karya seni

grafis khususnya untuk masyarakat kuningan, Penciptaan karya seni rupa ini

bertujuan :

1. Mengenalkan kepada masyarakat dalam bentuk dua dimensi yaitu karya grafis

bahwa, Kuningan mempunyai ikon kuda

2. Menelaah bentuk dari patung kuda kuningan itu sendiri berupa dokumentasi

Selanjutnya diaplikasikan ke dalam proses pembuatan karya seni grafis

3. Memperlihatkan karya seni grafis, cetak tinggi di atas kertas berbagai ukuran

dengan objek patung kuda kuningan.

D. Manfaat Penciptaan 1. Bagi Penulis

a. Memperdalam seni grafis, khususnya seni grafis cetak tinggi, serta dapat

menambah kreativitas dalam mengaplikasikan benda-benda yang ada di

sekeliling kita ke dalam bentuk karya, salah satunya karya seni grafis cetak

tinggi

b. Menambah wawasan tentang kuda kuningan serta sejarahnya begitu juga

dengan keunikan lainnya tentang Kota Kuningan.

2. Bagi Jurusan Pendidikan Seni Rupa

a. Sebagai literatur di bidang seni murni dan pembelajaran baru untuk

(15)

3. Bagi Pembaca Umum:

a. Menambah ilmu pengetahuan tentang patung kuda dari Kuningan sebagai ciri

khas yang unik sebagai ikon kota Kuningan.

b. Memperluas wawasan tentang apresiasi seni khususnya apresiasi seni murni

grafis.

4. Bagi Dunia Pendidikan Seni Rupa

Diharapkan dengan adanya gagasan baru dari pencipta yaitu menjadikan yang

ada disekeliling kita menjadi ide untuk berkarya, dapat menjadi media

pembelajaran baru di bidang pendidikan seni rupa sehingga ketertarikan anak

muda untuk menjaga dan lebih bisa menghargai lagi yang ada disekeliling kita

5. Bagi Pemerintah daerah Kota Kuningan

Menambah apresiasi masyarakat terhadap keindahan karya seni yang tercipta

melalui karya seni grafis.

E.Definisi Operasional

1. Kuda

Kuda adalah binatang menyusui, berkuku tunggal, biasa dipelihara orang

sebagai kendaraan (tunggangan, angkutan) atau penarik kendaraan dan

sebagainya, hewan ini sudah menjadi peranan penting bagi sebagian manusia dari

dahulu sampai sekarang.

2. Kuningan

Nama Kuningan juga diartikan sebagai bentuk kiasan dari “Kuning Yang Agung”. memandang warna kuning memang akan memberikan efek orang yang melihatnya akan terpesona oleh kecerahan dan ke”gebyaran” warna kuning tadi.

Warna kuning yang mungkin mirip dengan warna emas sebagai simbol logam

mulia ini, kiranya menjadi unsur sugesti agar daerah yang disebut kuningan ini

menjadi daerah yang mempunyai daya pikat atau kekuatan seperti warna kuning

yang melambangkan keagungan ini

3. Seni Grafis

Seni grafis adalah karya seni rupa dua dimensi yang proses pembuatannya

(16)

5

Siti Syari’atul Maulia, 2014

4. Cetak Tinggi

Proses pembuatan cetak tinggi menggunakan cetakandari bahan yang dicukil

sehingga menghasilkanpermukaan tinggi dan rendah (bagian yang menonjoldan

yang tenggelam)

F. Kajian Sumber Penciptaan 1. Kajian Pustaka (Teoretik)

a. Seni Grafis

Seni grafis mulai digiatkan oleh para seniman indonesia setelah masa

kemerdekaan. Merasa bosan dengan bentuk-bentuk seni yang dirasakan banyak

menggambarkan objek-objek indah dan bukan penderitaan rakyat, kalangan

seniman ingin melukiskan masyarakat sebagaimana yang mereka lihat,maka seni

grafis menjadi salah satu media yang digunakan dalam menciptakan salah satu

karyanya. Menurut pendapat Hilda Soemantri dalam Indonesian Heritage yang

membahas tetntang seni grafis, bahwa:

Mochtar Apin (1923-1994 ), Pada tahun 1946. Keduanya mengkaitkan 36 karya. Karya mereka yang berisikan 19 karya seni itu, dikirimkan ke berbagai negara yang telah mengakui kemerdekaan Indonesia. Peristiwa itu menandai kelahiran seni grafis modern Indonesia. Sejak itu seni grafis secara bertahap masuk ke dalam dunia seni visual dan mendapat pengakuan. Berlainan dengan para perintisnya,seniman-seniman sepeti Suromo dan Abdul salam dari Yogyakarta menghasilkan cetak kayu tahun 1950-an. (Soemantri, Hilda:90)

Meskipun pada tahun 1946 telah digunakan beberapa teknik, namun seni

grafis bukanlah sebuah sarana untuk berekspresi secara bebas pada saat itu.

Keadaan politik dan ekonomi yang genting mengarahkan penggunaan seni grafis

terutama untuk penggandaan poster politik atau bahan propaganda.

Kebangkitan kembali seni grafis muncul bersamaan dengan pendirian

lembaga-lembaga seperti ITB di Bandung, ASRI di Yogyakarta, dan IKJ di

Jakarta. Seni grafis selanjutnya berkembang sebagai bagan dari kurikulum

lembaga-lembaga pendidikan tersebut.

Sejak tahun 1960-an seniman grafis seperti Mochtar Apin, Suadi bersaudara

Kaboel dan Haryadi, A.D. Pirous, dan T. Sutanto dari Bandung serta Suromo,

(17)

meng hasilkan karya grafis yang bukan hanya rapi secara teknis namun juga

kaya ungkapan keindahan. Walaupun kemajuannya lambat, namun karya-karya

seperti itu bermunculan berdampingan dengan berbagai karya lukis dan patung

dalam pameran–pmeran seni murni Indonesia.

Selanjutnya beberapa seniman grafis yang berasal dari Bandung seperti

Mochtar Apin, Suadi bersaudara, Pirous dan T.Sutanto, pertama kali

memamerkan karya-karya mereka secara berkelompok pada Pameran Grafis

Bandung 1971, Pameran mereka beerkeliling di beberapa kota,menyajikan 45

karya yang mempergunakan teknik-teknik seperti etsa ,cukil kayu, cukil lino,

cetak saring dan litografi.

Sesuai perkembangannya, di Bandung berdirii studio Decenta, yang

mengkhususkan diri pada penciptaan seni grafis dengan teknik cetak saring, para

pegiat diantaranya A.D. Pirous, Sunaryo, G.Sidharta, T. Sutanto, Priyanto, dan

Diddo Kusdinar, Penguasaan teknik yang terakhir ini terjadi karena sarana

teknisnya didapat secara mudah. Menghususkan diri dalam teknik yang terakhir

menjadi menguntungkan karena fasilitas teknisnya mudah diperoleh. Penggunaan

warna-warna cerah menarik pencinta dan kolektor seni.

Para seniman merasa bahwa melalui perkembangan dan publisitas cetak

saring, Seni grafis lain yang berhubungan nantinya akan memperoleh

penghargaan lebih besar. Selanjutnya hal ini akan membantu menjembatani jarak

yang ada antara seni modern dan masyarakat. Untuk mencapai tujuan ini, para

seniman tersebut menyediakan sarana studio untuk melakukan percobaan dengan

teknik cetak saring, memamerkan karya-karya mereka di Galleri Decenta, dan

mengadakan pameran di kota-kota penting. Disamping itu, mereka memasarkan

karya-karya itu ke kantor-kantor dan hotel-hotel. Pada akhirnya usaha mereka

berbuah karena apresiasi seni grafis meningkat secara berarti.

Pada tahun 1970-an para mahasiswa semakin tertarik mempelajari seni grafis

di perguruan tinggi seni dan para seniman dari bidang lain juga melakukan

percobaan dengan menggunakan bentuk ini. Pada tahun 1978 generasi grafis di

bentuk di Bandung. Anggota-anggotanya adalah lulusan ITB yang terdaftar

(18)

7

Siti Syari’atul Maulia, 2014

murni. Diddo Kusdinar, Djodjo gozali, dan Setiawan sabana merupakan inti

kelompok itu yang bersama dengan kawan-kawan mereka bertekad untuk

mempopulerkna seni grafis melalui pameran.

Pada akhir tahun 1970-an muncul beberapa seniman muda, seperti Eka

Supardi, dan Andang Suprihadi di Yogyakarta, serta Sukamto dan Wagiono di

Jakarta. Perkembangan dan penghargaan seni grafis di Indonesia di dukung oleh

sejumlah pameran internasional dan bengkel kerja yang diadakan oleh perwakilan

dunia,seperti Goethe institute, The Japan Foundation, Erasmus Huis, dan Pusat

kebudayaan Perancis.

Sejumlah seniman grafis yang baru berkembang seperti Tisna sanjaya, Nuning

Damayanti, Isa perkasa, Chairin Hayati, dan Hidayat dari Bandung, Agung

Kurniawan dari Yogyakarta, serta Marida Nasution dan Firman dari Jakarta telah

mendapat tempat.

Sejak kelahiran seni grafis di Indonesia, para seniman terutama menerapkan

teknik-teknik yang menggunakan sarana yang dengan mudah dapat diperoleh.

Usaha-usaha untuk membuat teknik-teknik lain seperti etsa dan litografi tersedia

di luar kampus tidak begitu berhasil. Setelah bertahun-tahun beruji coba, seni

grafis kini memiliki sosok yang kuat dan memperoleh ketentuan di kancah

nasional maupun internasional dan banyak seniman telah mendapat pengakuan

b. Proses Cetak Tinggi

Cetak tinggi menggunakan cetakan yang memiliki bentuk gambar yang

menonjol (relief) jadi bentuk atau pola gambar yang akan dicetak/diterakan pada

kertas harus lebih tinggi dari latar. cara ini terkenal pada abad XIV.

Proses pencetakan cetak tinggi adalah Membuat acuan cetak/cetakan, Jenis

cetakan tinggi adalah Cukilan kayu dan goresan kayu,dengan menggunakan acuan

cetak kayu. Cukilan linolium, dengan menggunakan acuan cetak linoleum.

Cukilan metal atau relief metal, dengan menggunakan acuan cetak plat besi.

c. Pembuatan Cukil Kayu

Tahap pertama buatlah gambar dengan pensil di papa kayu. Sambil

memegang pisau pada sudut 45%, buatlah cukilan sepanjang garis-garis yang

(19)

warnailah cetakan dengan roll yang dimasukan ke dalam tinta cetak percobaan.

Tempatkan cetakan menghadap ke atas dan letakan sehelai kertas di atasnya,

tekan dengan penggulung. Kemudian dapat melihat kesalahan dan

memperbaikinya dengan menggoreskan garis lebih dalam atau menuutup garis

yang salah dan memotong kembali kayu pencetak .Untuk membuat cetakan

berwarna, sebagian besar pola tampak pada papan utama yang ditutupi dengan

warna yang dikehendaki dan dicetak. Papan kedua dengan sisa pola rancangan

ditutupi dengan warna berbeda dan dibalik menghadap ke bawah untuk dicetak di

atas cetakan sebelumnya.begitupun dengan pembuatan dengan menggunakan

media karet Linolium

2. Tinjauan Faktual (Empirik)

a. Riwayat Singkat Sejarah Kuningan

Menurut data dari buku kerja Pemerintah Kabupaten Kuningan pada tahun

2001 mengatakan bahwa:

Diperkirakan bahwa pada Tahun 732 M yaitu permulaan ke 8 di Kuningan sudah ada kerajaan yang dipimpin Seuweukarma dengan gelar Rahiyangtangkuku dan mempunyai ajian Dangiangkuning agama yang dianut ialah agama hindu/ agama sanghiang. (Buku kerja, 2001:vi)

Kutipan diatas merupakan salah satu penjelasan bahwa kota kuningan berawal dari adanya suatu kerajaan yang beragama hindu yang dipimpin oleh Prabu Siliwangi Syeh Syarief Hidayattullah yang mempunyai keturunannya yakni Ki Gedeng Kuningan dan Ki Gedeng Luragung. Sedangkan pada tahun 1481 M datanglah Ratu Ontin Nio istrinya dari Syeh Syarief dalam keadaan hamil dari Negri Cina yang melahirkan seorang putra yang tampan dan gagah berani yang di beri nama Pangeran Kuningan. Pangeran kuningan tersebut dinobatkan oleh ayahnya agar menjadi seorang yang gagah berani mnyimpan amanat menjadi Adipati Kuningan hingga kelak dewasa nanti.

(20)

9

Siti Syari’atul Maulia, 2014

Pada zaman pemerintahan Pangeran Arya Adipati Kuningan, Pangeran Kuningan dengan kuda tunggangnya yang diberi nama si windu, betempur untuk menundukan galuh, serta membantu mendirikan pemerintahan wiralodra di indramayu di bawah pimpinan Fatahillaah Cirebon, pasukan dari kuningan pun telah menggempur Sunda Kelapa dan turut serta mendirikan Pemerintahan Jayakarta. Sehingga pasukan dari kuningan ada yang terus menetap di Jayakarta dan sekarang terukir Nama kuningan menjadi kelurahan kuningan yang berada di Jakarta selatan.

Berkat nilai-nilai jiwa juang para leluhur kuningan yang diwariskan ke anak cucunya pada jaman Hindia Belanda. Karena perlawanannya seorang ulama besar dari Lengkng Kuningan yaitu Ajengan Maolani oleh pemerintahan Hindia Belanda telah dibuang/diasingkan ke Gorontalo Sulawesi utara, sampai meninggal di Gorontalo pada waktu merebut kemerdekaan Republik Indonesia di tangan penjajah, semangat juang masyarakat kabupaten Kuningan sangat tinggi, begitu pula pada waktu mempertahankan kemerdekaan, Daerah kuningan telah dijadikan basis geriliya melawan pasukan Belanda, Pemerintahan darurat propinsi Jawa Barat, dan Pemerintahan darurat Karesidenan Cirebon, begitu pula Markas Besar komando Jawa Madura dibawah pimpinan jenderal Abdul Haris Nasution pernah berkedudukan di daerah Kabupaten Kuningan. Dengan demikian sedikit banyaknya komando perjuangan pernah dikumandangkan dari daerah kabupaten kuningan.

Dalam rangka mengisi Kemerdekaan masyarakat kabupaten Kuningan, dengan semangat juang yang tinggi berkiprah meaksanakan pembangunan, menuju masyarakat adil,makmur sejahtera lahir dan batin berdasarkan pancasila.

G. Konsep / Landasan Penciptaan

Berdasarkan tinjauan fakta empirik maka disusun sebuah penciptaan karya

seni murni, keunikan patung kuda Kuningan menjadi inspirasi agar penciptaan

karya seni murni ini bisa lebih bermanfaat tidak untuk pencipta tapi untuk daerah

yang mempunyai ciri khas yang dijadikan objek dalam karya seni grafis tersebut.

Keunikan patung kuda kuningan yang belum banyak dikenal masyarakat luas

lah yang menjadi ide bagi pencipta untuk mengangkat keunikan kuda dalam

(21)

H. Metode /Proses Penciptaan

Dalam penciptaan karya tugas akhir ini, pencipta terlebih dahulu melakukan

observasi langsung ke lapangan tentang kuda kuningan,sedikit mengulas tentang

sejarahnya mengapa kuda menjadi icon kota kuningan.

1. Proses cetak tinggi

Langkah-langkah dalam pembuatan karya grafis sebagai berikut :

a. Membuat rancangan (desain gambar)

b. Gambar rancangan diletakan pada acuan cetakan

c. Rancangan bentuk dikerat dengan alat-alat khusus yaitu pisau pengerat kayu

d. Selanjutnya acuan cetakan diberi tinta dengan menggunakan rol karet

e. Kemudian letakan kertas khusus pada acuan cetak tersebut

f. Setelah merata gosokannya, angkatlah kertas tersebut, maka jadilah hasil

cetakan

g. Bagian sisi cetakan biasanya dibuat inskripsi untuk menunujukkan nomor dan

jumlah cetakan.

I.Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN, yang berisi tentang Latar Belakang Penciptaan,

Masalah Penciptaan, Tujuan Penciptaan, Manfaat Penciptaan, Kajian Sumber

Penciptaan, Metode Penciptaan, serta Sistematika Penulisan.

BAB II LANDASAN PENCIPTAAN, berisi tentang

Kajian Pustaka, yang menjelaskan tentang Seni grafis, kuda dari Kuningan,

Kajian Empiris, menjelaskan tentang kuda dari Kuningan. Konsep Penciptaan,

menjelaskan bagaimana kuda kuningan pada media grafis.

BAB III METODE PENCIPTAAN, menjelaskan tentang metode dan

langkah-langkah yang penulis gunakan dalam membuat karya ini :

a. Ide Berkarya

b. Kontemplasi

c. Stimulasi Berkarya

(22)

11

Siti Syari’atul Maulia, 2014

e. Proses Berkarya : Persiapan Alat dan Bahan, Tahap Editing Foto, Tahap

Penjiplakan Gambar Kepada Karet Lino, Tahap Penorehan, Tahap Pewarnaan,

Tahap Pencetakan, Tahap Pengeringan.

BAB IV ANALISIS VISUALISASI KARYA, berisi analisis dan pembahasan

karya grafis yang diciptakan membahas kuda kuningan.

BAB V PENUTUP, berisi kesimpulan hasil penciptaan karya dan saran atau

(23)

BAB III

METODE PENCIPTAAN

A.Ide Berkarya

Kuda adalah hewan yang sangat berguna dalam keseharian sebagian besar

manusia, baik itu tenaga, daging bahkan susunya, sejak dahulu memang kuda

sudah diandalkan oleh manusia terutama dalam masa peperangan ,misalnya

sebagai tunggangan para raja untuk melawan para musuhnya. Seperti halnya

dengan kuda Kuningan, bahwa kuda di daerah Kuningan dahulu juga sebagai

hewan tungggangan milik raja.

Alkisah Kuda Kuningan, yang diberi nama Siwindu adalah kuda tunggangan

pangeran Kuningan dan pangeran Dipati Ewangga pada masa memperjuangkan

daerah Kuningan, berdasarkan sejarah tersebut maka kuda Kuningan dijadikan

simbol kota Kuningan, penulis tertarik menciptakan simbol kota Kuningan untuk

dijadikan karya seni grafis, disamping penulis tertarik dengan sejarahnya secara

historis kehidupan penulis juga tinggal di sekitar daerah Kuningan dan cukup

mengenal daerah Kuningan, jadi secara tidak langsung penulis ingin

memperkenalkan kota Kuningan kepada masyarakat luas. Sebagai putra daerah

penulis berkeinginan memperkenalkan kota Kuningan melalui pengenalan simbol

kuda yang dianggap unik bagi penulis, seni grafis cetak tinggi yang akan

dikerjakan penulis menggunakan media karet lino dan berwarna.

B.Kontemplasi

Kata kontemplasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah renungan dan

sebagainya dengan kebulatan pikiran atau perhatian penuh, begitupun dengan

proses berkarya seni, baik seni lukis, seni patung termasuk seni grafis itu sendiri

perlu melakukan kontemplasi atau renungan agar menemukan ide/gagasan.

Dalam tahap kontemplasi ini penulis merenungkan dimana harus memilih

objek-objek kuda yang tepat untuk dijadikan karya seni grafis yang akan penulis

ciptakan. Penulis memilih warna agar sesuai dengan apa yang ada di objek, objek

(24)

48

gambar langsung, terkadang foto objek yang diambil hanya sekedar alat

pebanding, dimana komposisi yang baik gelap terang maupun sisi elemen rupa

lainnya, pengambilan gambar langsung yang baik belum tentu ketika dijadikan

karya grafis bisa baik seperti objek aslinya. pengolahan objek penulis tuangkan ke

dalam karya seni grafis dengan menghadirkan patung kuda, Kuningan ataupun

lingkungan sekitarnya.

Gambar 3.1 Patung kuda kuningan (Sumber: dokumentasi pribadi)

C.Stimulasi Berkarya

Stimulasi dorongan, rangsangan. Dalam proses penciptaan karya seni,

stimulasi adalah sesuatu yang mendorong seseorang dalam menciptakan sebuah

karya seni. Dorongan penulis dalam hal teknik timbul ketika mata kuliah seni

grafis III, pada saat itu karya penulis mendapat pujian dari teman-teman dan dosen

mata kuliah tersebut,dalam hal gagasan penulis sering berkeliling kota kuningan

dan melihat keunikan patung kuda yang berada di taman kota dan mendengar

sejarah yang beredar di masyarakat kuningan bahwa Kuda Kuningan berbeda

dengan kuda yang lainnya beberapa kegiatan ini yang memacu penulis untuk

(25)

D.Pengolahan Ide

Pengolahan ide adalah proses pengolahan konsep dan gagasan,ditambah teori

dan referensi yang didapat seperti buku, majalah, dokumentasi pribadi, internet,

dan konsep serta ide tersebut kemudian dijadikan sebuah karya. Proses ini diawali

dengan penulis mengambil objek berupa dokumentasi foto dan setelah itu tahap

selanjutnya penulis mewarnai ulang dengan bantuan pensil gambar dan pensil

dermatograf untuk mencapai maksud penulis.

Proses pengolahan ide langkah pertama, penulis memilah objek foto kuda

yang tepat untuk dijadikan karya, kemudian oleh penulis diwarnai ulang setelah

itu penulis memperbanyak dengan cara di fotocopy bermaksud untuk merekam

jejak gambar ke dalam karet lino, langkah kedua, penulis mencukil gambar yang

sudah direkam diatas karet lino dan memilih objek yang mana yang harus ditoreh

terlebih dahulu, setelah penulis merasa cukup gambar mana yang harus ditoreh,

langkah ketiga mewarnai karet yang sudah di cukil ke atas kertas, setelah diwarnai

langkah keempat karet dicetak dengan cara di gosok menggunakan batu marmer,

dan langkah terakhir kertas yang sudah dicetak dikeringkan dengan cara dijemur

(26)

50

©

Daftar Bagan 3.1

Proses Berkarya (dokumentasi pribadi) Eksternal

Studi Bentuk Pra Ide

Ide Gagasan

Kontemplasi

Stimulasi

Eksternal

Melihat,Mengamati Lingkungan, daerah

Hasil Karya Grafis Ujian Sidang

Penyajian Karya Internal

Kuda Kuningan

Proses berkarya

(27)

E.Proses Berkarya

1. Persiapan Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada pembuatan karya grafis cetak tinggi ini

adalah :

a. Karet Lino

Gambar 3.2 Karet Lino

( sumber: dokumentasi pribadi )

Karet lino adalah sebagai bahan utama dalam membuat karya seni grafis

cetak tinggi, karet linoleum yang terbuat dari bahan alami yang terukur dan

dihasilkan dari sumber daya yang bisa diperbaharui. Terdapat setidaknya enam

bahan utama, linseed oil, rasin, woodfloor, limestone, pigment, jute atau ini

memiliki tebal berukuran sekitar 2 mm yang bisa dipotong-potong sesuai

kebutuhan.

b. Alat Cukil

Gambar 3.3 Alat Cukil

(28)

52

Pahat cukil sangat berbeda dengan pahat untuk membuat ukiran atau patung.

Pahat ini memiliki bentuk yang lebih kecil dan memiliki banyak variasi mata

pahat.

Terdapat beberapa jenis mata pahat pada pahat cukil, diantaranya:

1) pahat bermata lengkung seperti bentuk U dengan berbagai ukuran

2) Pahat bermata lancip seperti bentuk V dengan berbagai ukuran

3) Pahat bermata datar seperti pahat biasa

4) Pahat bermata datar lancip

c. Roll

Gambar 3.4

Roll

( sumber: dokumentasi pribadi )

Roll untuk mencetak grafis ada yang terbuat dari besi dan ada yang terbuat

dari karet, tetapi biasanya yang di pakai dalam berkesenian grafis adalah roll yang

terbuat dari karet, roll grafis memiliki ukuran yang berbeda-beda. Terdapat roll

dengan diameter silindernya sekitar, 1cm, 3-5 cm dan panjang silinder sekitar

6-15 cm tergantung kebutuhan. roll digunakan untuk melapisi cetakan dengan cat

(29)

d. Kape

Gambar 3.5 Kape

( sumber: dokumentasi pribadi )

Kape disini berfungsi untuk mencampur tinta warna yang akan di aplikasikan

kepada karet lino

e. Tinta Cetak Offset

Gambar 3.6 Tinta Cetak Offset ( sumber: dokumentasi pribadi )

Bahan utama utama dalam berkesenian grafis yang selanjutnya adalah tinta

cetak offset, komposisi tinta cetak offset terdiri atas pigmen,vernis,dan juga

additive berupa dryer dan beberapa bahan penolong lainnya, tinta cetak offset ini

(30)

54

[image:30.595.252.374.153.331.2]

f. Thinner

Gambar 3.7

Thinner

( sumber: dokumentasi pribadi )

Thiner biasa ditemukan di toko-toko bangunan, thiner disini berfungsi untuk

membersihkan sisa-sisa tinta yang menempel pada karet lino, atau pada

permukaan kaca yang ingin dibersihkan.

g. Pensil gambar

Gambar 3.8 Pensil Warna (sumber: dokumentasi pribadi )

Pensil gambar digunakan untuk mewarnai kembali objek yang sudah diambil

penulis, baik pewarnaan objek patung kuda ataupun objek yanga ada

[image:30.595.234.392.433.623.2]
(31)
[image:31.595.247.379.133.351.2]

h. Minyak kayu putih

Gambar 3.9 Minyak kayu putih (sumber: dokumentasi pribadi )

Minyak kayu putih digunakan untuk merekam gambar kepada karet lino, dengan cara di oleskan bersamaan dengan kapas.

i. Kapas

Gambar 3.10 Kapas

(sumber: dokumentasi pribadi)

Kapas digunakan untuk memoleskan dan meratakan minyak kayu putih

[image:31.595.221.404.423.614.2]
(32)

56

j. Bedak Powder

Gambar 3.11 Bedak powder (sumber: dokumentasi pribadi)

Dalam proses pembuatan karya bedak tabur digunakan untuk tahap

pewranaan dan proses pencetakan agar tinta tidak menempel sembaranga kepada

kertas yang akan di cetak.

k. Batu Marmer

Gambar 3.12 Batu Marmer (sumber: dokumentasi pribadi)

Penulis menggunakan batu marmer untuk menggosok plat yang sudah di

toreh kepada kertas kosong, umumnya pencetakan manual menggunakan sendok

[image:32.595.243.398.132.351.2]
(33)

nyaman dan menemukan penekanan yang lebih kuat dibandingkan dengan

sendok.

l. Amplas

Gambar 3.13 Amplas

(sumber: dokumentasi pribadi)

Amplas digunakan untuk memperhalus permukaan karet lino agar tidak kasar

dan agar tinta fotocopy menempel pada karet lino.

m.Sarung Tangan

Gambar 3.14 Sarung tangan (sumber: dokumentasi pribadi)

Sarung tangan berfungsi melindungi tangan agar tidak terkena tinta, selain

itu sarung tangan juga melindungi penulis saat menoreh bermaksud agar tangan

[image:33.595.241.386.172.344.2] [image:33.595.215.412.432.625.2]
(34)

58

n. Cutter

Gambar 3.15

Cutter

(sumber: dokumentasi pribadi)

Cuter digunakam untuk memotong karet lino, kertas, hamplas agar sesuai

ukuran yang diinginkan,

o. Kaca

Gambar 3.16 Kaca

(sumber: dokumentasi pribadi)

Kaca berfungsi untuk mengolah dan mencampur warna tinta agar sesuai

dengan warna yang dikehendaki, menggunakan kaca karena kaca tidak dapat

menyerap tinta cetak dan permukaannya datar sehingga ketika mengolah dan

[image:34.595.218.409.152.337.2] [image:34.595.224.401.412.580.2]
(35)

p. Kain Lap

Gambar 3.17 Kain Lap

(sumber: dokumentasi pribadi)

Kain lap digunakan untuk membersihkan sisa-sisa tinta di karet lino,kaca dan

lain-lain.

q. Koran

Gambar 3.18 Koran

(sumber: dokumentasi pribadi)

Koran digunakan untuk alas selama proses mencetak berlangsung agar alat

cetak yaitu marmer kotor tidak terekam kepada kertas, selain itu Koran juga

digunakan saat mewarnai agar tinta tidak tercecer dan tidak mengotori kertas yang

[image:35.595.224.401.134.303.2] [image:35.595.216.407.378.559.2]
(36)

60

r. Kertas akasia

Gambar 3.19 Kertas akasia

(sumber: dokumentasi pribadi)

s. Kertas drawing

Gambar 3.20 Kertas drawing (sumber: dokumentasi pribadi)

Untuk mengaplikasikan gambar yang sudah ditinta adalah kertas, sebaiknya

kertas yang digunakan berwarna cerah dan bersifat netral seperti warna putih dan

[image:36.595.218.405.140.310.2]
(37)

2. Tahap pewarnaan ulang objek foto.

Pada tahap ini penulis mewarnai kembali objek yang diinginkan sesuai

dengan warna yang dikehendaki, objek yang diambil diedit oleh penulis

menjadi gambar berupa hitam putih selanjutnya penulis mewarnai kembali

dengan pensil warna.

Gambar 3.21 Foto kuda

(sumber: dokumentasi pribadi)

Gambar 3.22

[image:37.595.229.412.230.426.2] [image:37.595.229.411.482.696.2]
(38)

62

Gambar 3.23 Proses Pewarnaan (sumber: dokumentasi pribadi)

3. Tahap pemotongan Bahan

Gambar 3.24 Pemotongan Karet Lino (sumber: dokumentasi pribadi)

Pada proses awal berkarya seni grafis cetak tinggi diperlukan bahan baku,

ada yang menggunakan MDF, karet lino dan lain-lain, disini penulis menggunakn

karet lino, sebelum karet ditoreh dan dicetak terlebih dahulu karet dipotong sesuai

[image:38.595.223.416.110.298.2] [image:38.595.235.404.358.527.2]
(39)

4. Tahap perekaman gambar kepada karet lino

Gambar 3.25

Penghalusan karet lino memakai ampelas (sumber: dokumentasi pribadi)

Sebelum tahap perekaman gambar, karet lino terlebih dahulu dihaluskan

dengan amplas, proses ini bertujan selain untuk menghaluskan karet lino supaya

pada tahap penjiplakan warna tinta fotocopy menempel dengan baik di atas karet

lino sehingga penulis tidak terlalu sulit untuk menoreh objek yang diinginkan.

Gambar 3.26

[image:39.595.204.434.143.327.2] [image:39.595.200.439.476.667.2]
(40)

64

Gambar 3.27

Fotocopy kuda yang sedang direkam diatas karet lino (sumber: dokumentasi pribadi)

Perekaman kertas fotocopy kuda ini menggunakan minyak kayu putih yang

dioleskan dengan kapas, agar minyak kayu putih merata dan tinta fotocopy tidak

melebar. Penulis menggunaan minyak kayu putih karena merasa cocok

dibandingkan menggunakan tiner, minyak tanah, dan bensin.

5. Tahap penorehan

Gambar 3.28 Tahap penorehan (sumber: dokumentasi pribadi)

Proses selanjutnya yaitu menoreh objek gambar kuda menggunakan alat

[image:40.595.233.408.111.306.2] [image:40.595.239.402.463.685.2]
(41)

akan ditoreh karena salah menoreh objek dalam proses ini maka dalam proses

selanjutnya tidak akan berhasil, selain itu proses penorehan ini harus sangat

hati-hati karena jika cara penorehannya salah akan mencederai penulis.

Gambar 3.29 Tahap pencukilan (sumber: dokumentasi pribadi)

6. Tahap pewarnaan plat

Gambar 3.30 Pencampuran warna tinta (sumber: dokumentasi pribadi)

[image:41.595.232.408.192.375.2] [image:41.595.231.409.427.603.2]
(42)

66

Gambar 3.31 Proses pewarnaan plat (sumber: dokumentasi pribadi)

[image:42.595.198.442.108.331.2] [image:42.595.199.441.381.579.2]
(43)

Gambar 3.33

Karya 1, plat ke 1 dan hasil cetakan ke 1 (sumber: dokumentasi pribadi)

Gambar 3.34 Karya 1, hasil cetakan ke 2 (sumber: dokumentasi pribadi)

[image:43.595.254.387.112.271.2]
(44)

68

7. Tahap pencetakan

Gambar 3.36 Pencetakan karya (sumber: dokumentasi pribadi)

Gambar 3.37 Pencetakan karya (sumber: dokumentasi pribadi)

Batu marmer digunakan untuk menggosok karet lino yang sudah ditoreh ke

atas kertas agar tinta pindah ke kertas. Penulis merasa nyaman menggunakan batu

marmer karena penekanannya lebih kuat di bandingkan dengan alat lain seperti

[image:44.595.186.439.134.621.2] [image:44.595.190.437.139.335.2]
(45)

8. Tahap pengeringan

Gambar 3.38 Pengeringan karya (sumber: dokumentasi pribadi)

Tahap pengeringan dilakukan dijemur sejajar, bertujuan agar tinta yang

menempel diatas kertas tidak menempel kepada karya yang lainnya dan tahap

penjemuran ini agar karya mengering dengan bantuan angin setelah kering proses

[image:45.595.187.454.141.375.2]
(46)

100

Siti Syari’atul Maulia, 2014

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Seni grafis adalah seni yang proses pembuatannya menggunakan cetak

mencetak. Ada beberapa teknik seni grafis anatara lain teknik cetak tinggi, cetak

datar, dan cetak dalam. dari ketiga teknik dalam seni grafis, penulis merasa

tertarik menggunakan teknik cetak tinggi untuk dijadikan salah satu teknik dalam

proses pembuatan penciptaan ini.

Pembuatan karya cetak tinggi yang baik tidak terlepas dari gambar yang baik

pula, entah itu gambar dari pengambilan objek langsung ataupun gambar yang di

desain sendiri, kemudian diolah lagi sehingga menjadi karya yang baik. Objek

sangat beragam dalam seni rupa, objek yang diambil tergantung pada ketertarikan

seniman, pada pembuatan karya tugas akhir ini penulis tertarik kepada objek kuda

yang ada di Kuningan, baik itu kuda yang fungsional maupun hiasan,yaitu patung

kuda kuningan. Ketertarikan penulis untuk menggagas objek kuda Kuningan ini

adalah faktor internal penulis yang berlatar belakang sebagai putra daerah

Kuningan dan penulis merasa tertarik untuk icon daerahnya diangkat menjadi

sebuah karya seni grafis.

Dalam pembuatan karya ini, penulis berusaha memvisualisasikan patung kuda

Kuningan dan Kuda delman ke dalam bentuk karya seni grafis cetak tinggi. Untuk

mencapai hasil yang diinginkan, penulis melakukan observasi dan pencarian

sumber-sumber gagasan melalui wawancara dengan sesepuh daerah Kuningan.

Untuk mendapatkan dan memahami gambaran akan latar belakang kisah dan

bentuk kuda Kuningan dahulu yang konon dijadikan kuda tunggangan para raja

yang gagah dan lincah, setelah itu penulis mengolah ide yang sudah didapat

dengan tahap awal pengambilan objek langsung patung kuda dan kuda delman

yang ada di daerah kuningan, tahap selanjutnya penulis mewarnai ulang objek

yang sudah didapat agar mempermudah penulis untuk merancang warna yang

(47)

Dalam pembuatan karya grafis ini, penulis mengalami beberapa kesulitan,

diantaranya dalam proses penorehan terkadang penulis salah menoreh objek,

sehingga penulis harus mengulang kembali penorehan dari awal, pada tahap

penorehan pun penulis seringkali terkena cidera ringan saat menoreh karena

kurang hati-hati, selanjutnya tahap pewarnaan terkadang pada tahap ini gambar

yang tidak diinginkan terekam dalam kertas, tahap terakhir yaitu tahap pencetakan

warna pada plat ke atas kertas,terkadang plat kedua ataupun ketiga objek tidak pas

seperti objek dalam plat sebelumnya sehingga gambar objek yang sudah dicetak

seperti tergeser.

B. Saran

Saran dan kritik yang membangun tentu penulis harapkan agar terciptanya

karya-karya yang lebih bagus lagi. Dari pengalaman dalam menciptakan karya-karya penulis

memberikan saran kepada pihak yang terkait yaitu:

1. Bagi jurusan seni rupa

Selain sebagai bahan perbandingan dalam mengkaji ulang mengenai seni

grafis cetak tinggi yang menggunakan media karet lino, juga diharapkan

dapat lebih mengapresiasi kembali seni grafis cetak tinggi.

2. Bagi pemerintah daerah Kuningan.

Menambah apresiasi masyarakat terhadap keindahan karya seni yang tercipta

melalui karya seni grafis.

3. Bagi pendidik dan seniman grafis

Kurangnya informasi tentang seni garfis sebaiknya di adakan pameran seni

grafis tidak hanya di kalangan seniman tapi juga di kalangan masyarakat dan

pendidik, agar seni grafis khususnya seni grafis teknik cetak tinggi tidak asing

(48)

Siti Syari’atul Maulia, 2014

DAFTAR PUSTAKA

Aji, W, K. (2012). Makhluk Mitologi Yunani Sebagai Ide Gagasan Berkarya Seni

Grafis Teknik Cetak Saring. (Skripsi). FPBS, Universitas Pendidikan

Indonesia, Bandung.

Buku kerja pemerintah kabupaten kuningan (2001)

Darmaprawira, S. (2002). Warna: Teori dan Kreativitas Penggunaannya. Bandung : ITB.

F. Andrews, Michael. (1964).Creative Printmaking. Prentice-hall.inc., new jersey.

Herchenhahn, Mary. (2006) “LUSCIOUS LINOLEUM” Boston University,

Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa.

Mayer, Ralph. (1940) . The Artist’s Handbook : of Materials and Techniques.

Ramadhan, M, S. (2011). Transportasi Di Kota Bandung Sebagai Ide Gagasan

Berkarya Video Art (Aplikasi Teknik Animasi Stop-Motion Dan Cetak Tinggi Teknik Woodcut Pada Pembuatan Karya Video Art). (Skripsi). FPBS,

Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung

RedPoint. (1997). Tentang Seni Grafis: Sebuah Pameran Proses. Bandung : RedPoint.

Sanyoto, Ebdi, Sadjiman. 2009. NIRMANA Elemen-elemen Seni dan Desain. Jalasutra Anggota IKAPI. Jl. Mangunnegara Kidul No. 25 Yogyakarta 55131 Sastra, M,Oscar (1994). Dikti,Bandung.

Soebadyo, H. dkk. (2002). Indonesia Heritage. Jakarta : Buku Antar Bangsa.

Sumber skripsi:

Thresnawaty, S, E. dkk. (2005). Sejarah Berdirinya Kabupaten Kuningan.

Bandung : Departemen Kebudayaan dan Pariwisata.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Wahyuni, T. (2013). Eksplorasi Bentuk Kupu-Kupu Sebagai Gagasan Berkarya

Seni Lukis Abstrak Melalui Teknik Flicked Painting (Cipratan). (Skripsi).

FPBS, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Sumber Surat Kabar:

Santosa, T. (2013). Berkat Gotong Royong Kuningan Lebih Maju. Pikiran

Rakyat, 1 September 2013, hlm.____.

Sumber internet:

Gulendra, I, W. (2013) pengertian warna dan tekstur .

http://id.wikipedia.org/wiki/Seni_grafis#Engraving

http://keithmallett.com/

(49)

http://upi.edu/

http://www.akuainks.com/

http://www.debbymason.com/

http://www.hughbryden.com/

http://www.malaspinaprintmakers.com/

http://www.nontoxicprint.com/

http://www.tfsimon.com/

(50)

Siti Syari’atul Maulia, 2014

RIWAYAT HIDUP

Nama : Siti Syari’atul Maulia

Tempat/tanggal lahir : Cirebon, 03 Maret 1992

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jln Raya Beber Rt 01 Rw 01 Kampung

Palinggihan Desa Wanayasa Kecamatan Beber Kabupaten Cirebon 45172

Pendidikan Formal :

SD : SDN Wanayasa, Cirebon

SMP : SMP Islam Cipasung, Tasikmalaya

SMP : SMA ITUS Jalaksana, Kuningan

Perguruan Tinggi : Universitas Pendidikan Indonesia 2009

Nama Orang Tua :

Ayah : H. Syamchuri, S.Ag,

Ibu : HJ. Tuti Susilawati, S.Pd,

Kakak : Ahmad Zaenal Muttaqin, S.Kep.Ners,

(51)

Pengalaman Mengajar :

 SD Sukasari 123 Geger Kalong Bandung  SMPN 12 Bandung

 SMP Alfalah Bandung  SMA PGII 1 Bandung  SMA Alfalah Bandung

Pengalaman Berkesenian :

 Pameran Bersama angkatan 2009 dalam acara “kARTdus” Gedung PKM UPI. Bandung. 2011

 Pameran dalam rangka HUT LB ke-9 In The Name of Glord Politeknik pos Indonesia 2011

 Workshop seni rupa dalam acara kegiatan Pekan Seni dan Budaya” Smp Al

Falah Dago 2011

 Workshop wayang kontemporer dan Seminar dalam acara “Art Educare#2 Taman Budaya Surakarta, Solo. 2011

 Workshop dan Seminar dalam acara “Art Educare#3” Taman Budaya Surakarta, Solo. 2012

 Workshop Kesenirupaan dalam acara “Himasra Go To School” dikampus UPI dan SMA PGII 1 Bandung. 2011

Gambar

Gambar 3.1 Patung kuda kuningan
Gambar 3.2 Karet Lino
Gambar 3.4 Roll
Gambar 3.6 Tinta Cetak Offset
+7

Referensi

Dokumen terkait