i
DESKRIPSI KEMUNCULAN SOSIAL EMOSIONAL DALAM DRUM
BAND DI GUGUS RAUDHATUL ATHFAL (RA) KECAMATAN PLERET
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Na’ni Rohmatul Ummah
NIM 12111241040
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
v MOTTO
Kecerdasan emosi adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara afektif
menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi, dan pengaruh yang manusiawi
(Robert K. Cooper)
Hidup di dunia hanya sekali, kita tidak akan kembali lagi. Hanya dua pilihan:
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk almamater Universitas Negeri Yogyakarta
vii
DESKRIPSI KEMUNCULAN SOSIAL EMOSIONAL DALAM DRUM
BAND DI GUGUS RAUDHATUL ATHFAL (RA) KECAMATAN PLERET
Oleh
Na’ni Rohmatul Ummah NIM 1211241040
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemunculan aspek sosial emosional dalam kegiatan drum band pada anak-anak Raudhatul Athfal di Kecamatan Pleret. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kuantitatif dengan subyek penelitian anak-anak di gugus RA Kecamatan Pleret yang mengikuti kegiatan drum band dan obyek penelitian sosial emosioanal pada kegiatan drum band.
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dengan sampel penelitian anak peserta drum band yang dipilih oleh observer secara acak. Data hasil penelitian yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan skor persentase yang nantinya dapat diketahui kategori kemunculanya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemunculan indikator sosial emosional dalam kegiatan drum band di gugus RA Kecamatan Pleret secara keseluruhan tergolong baik dengan persentase kemunculan 73%. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa di RA Masyithoh Melikan muncul 75,09%, RA Masyithoh Mojosari 76,29%, RA Masyithoh Segoroyoso 72,15%, RA Permata Hati Al Mahalli 69,33% , dan di RA Masyithoh Karanganom 72,76%. Data penelitian ini menunjukkan dari ketiga sub indikator pengembangan empati berada pada kategori sangat baik dengan persentase kemunculan sebesar 84,78, afiliasi dan resolusi konflik tergolong baik dengan persentase 73,97% sedangkan kebiasaan positif tergolong cukup dengan persentase kemunculan sebesar 60,67%.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan hidayahnya, sehingga proses penyusunan skripsi yang berjudul “Analisis Indikator
Kecerdasan Emosi dalam Kegiatan Drum Band di Gugus Raudhatul Athfal (RA) Kecamatan Pleret”, dapat terselesaikan. Skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta. Keberhasilan penyusunan skripsi ini dapat terwujud berkat
bantuan, bimbingan dan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karenanya disampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya, kepada :
1. Rektor UNY yang telah memberi kesempatan penulis untuk kuliah di FIP. 2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan UNY yang telah memberikan ijin dalam
pelaksanaan penelitian untuk penyusunan skripsi ini.
3. Ketua Jurusan PAUD UNY atas segala kemudahan yang diberikan untuk terlaksananya penelitian ini.
4. Bapak Dr. Harun Rasyid, M.Pd. dan Ibu Rina Wulandari, M,Pd., Dosen
Pembimbing Skripsi yang telah memberikan arahan dengan sabar kepada penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.
ix
6. Ibu Eka Sapti Cahyaningrum, M.M, M.Pd., Dosen Penasehat Akademik yang
telah membantu penulis dalam permasalahan akademik dan memberikan motivasinya dalam penyelesaian skripsi ini.
7. Bapak/Ibu dosen yang telah memberikan bimbingan dan ilmu yang bermanfaat, serta seluruh staf karyawan FIP UNY yang telah memberikan pelayanan untuk kelancaran penulisan skripsi ini.
8. Ibu Suharyati, Ibu Supriyati, Ibu Wasiyatun, Ibu Muslikah dan Ibu Kun Widayati selaku kepala RA yang telah memberikan ijin untuk penelitian,
bantuan dan kemudahan kepada penulis selama proses penelitian.
9. Ibu guru dan pelatih drum band di RA kecamatan Pleret yang bersedia membantu penulis dalam proses pengumpulan data.
10. Orang tuaku (Bapak Suranto dan Ibu Nuriyah) serta adikku (Ratna dan Azah) yang telah memberikan kasih sayang, motivasi dan dukungan dalam proses
penyusunan skripsi ini.
11. Saudara dan teman-teman (Mas Abu, Mbak Zahroh, Rizki Suryo, Mas Heri Kiswanto, Heri Setiawan, Norman, Una, Yunita, Isma, Diana) atas motivasi
dan masukan-masukan yang diberikan.
Semoga Allah SWT memberikan balasan kepada semua pihak dan skripsi ini
dapat memberikan manfaat kepada para pembaca.
Yogyakarta, November 2016
x DAFTAR ISI
hal
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN... ii
HALAMAN PERNYATAAN... iii
HALAMAN PENGESAHAN... iv
MOTTO... v
PERSEMBAHAN... vi
ABSTRAK... vii
KATA PENGANTAR... viii
DAFTAR ISI... x
DAFTAR GAMBAR... xii
DAFTAR TABEL... xiii
DAFTAR LAMPIRAN... xviii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Identifikasi Masalah... 7
C. Batasan Masalah... 7
D. Rumusan Masalah... 7
E. Tujuan Penelitian... 8
F. Manfaat Penelitian... 8
BAB II KAJIAN TEORI A. Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini... 9
1. Perkembangan Sosial Anak Usia Dini... 9
2. Perkembangan Emosi Anak Usia Dini... 12
3. Perkembangan Sosial Emosional Anak... 14
B. Perkembangan Seni Musik Anak Usia Dini... 20
xi
D. Hubungan Kelompok Sebaya dalam Drum Band... 26
E. Kerangka Pikir... 27
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 29
B. Tempat dan Waktu Penelitian... 30
C. Variabel Pnelitian... 30
D. Populasi dan Sampel Penelitian... 31
E. Teknik Pengumpulan Data... 33
F. Instrumen Penelitian... 33
G. Uji Validitas dan Reliabelitas... 35
H. Teknik Analisis Data... 36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian... 39
B. Pembahasan... 77
C. Keterbatasan Penelitian... 81
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 82
B. Saran... 82
xii
DAFTAR GAMBAR
hal Gambar 1. Keranga Berpikir... 28 Gambar 2. Diagram Kemunculan Sosial Emosional di RA Kecamatan
Pleret dalam Drum Band... 80 Gambar 3. Anak-anak RA Melikan mempersiapkan diri mengikuti
Drum band... 114 Gambar 4. Anak-anak RA Melikan mengikuti kegiatan drum band... 114 Gambar 5. Anak-anak RA Mojosari berusaha mandiri mengambil alat.. 115 Gambar 6. Anak-anak RA Mojosari berbagi peran... 115
Gambar 7. Anak-anak RA Mojosari mengikuti kegiatan drum band... 115 Gambar 8. Anak-anak RA Segoroyoso merespon bantuan/tawaran... 116
Gambar 9. Anak-anak RA Segoroyoso menunggu pelatih (tidak daang terlambat)... 116
Gambar 10. Anak-anak RA Segoroyoso menunggu giliran... 116 Gambar 11. Anak-anak RA Permata Hati mengikuti kegiatan drum band... 117 Gambar 12. Anak-anak RA Permata Hati sedang bertanya bertanya
kepada pelatih... 117
Gambar 13. Anak-anak RA Permata Hati membantu pelatih
mempersiapkan alat... 117
xiii
DAFTAR TABEL
hal
Tabel 1. Indikator sosial emosi... 10
Tabel 2. Ekspresi Emosi Anak Usia Dini... 13
Tabel 3. Tingkat Pencapaian Perkembangan Sosem... 19
Tabel 4. Tahap Perkembangan Musik Anak Usia Dini... 21
Tabel 5. Ragam Gerak pada Alat Musik Perkusi... 25
Tabel 6. Daftar Tempat Penelitian... 30
Tabel 7. Penentuan Sampel Penelitian... 32
Tabel 8. Kisi-kisi Instrumen... 34
Tabel 9. Intepretasi Kualitas Jawaban... 37
Tabel 10. Sub-sub Pengembangan Empati-Tenggang Rasa di RA Masyithoh Melikan... 39
Tabel 11. Sub-sub Pengembangan Empati-Kepedulian di RA Masyithoh Melikan... 40 Tabel 12. Sub-sub Pengembangan Empati-Pengertian di RA Masyithoh Melikan... 40
Tabel 13. Sub Sosial Emosional (Pengembangan Empati) di RA Masyithoh Melikan... 41
Tabel 14. Sub-sub Afiliasi dan Resolusi Konflik-Komunikasi Dua Arah di RA Masyithoh Melikan... 41
Tabel 15. Sub-sub Afiliasi dan Resolusi Konflik-Kerjasama di RA Masyithoh Melikan... 42
Tabel 16. Sub-sub Afiliasi dan Resolusi Konflik-Penyelesaian Konflik di RA Masyithoh Melikan... 43
Tabel 17. Sub Sosial Emosional (Afiliasi dan Resolusi Konflik) di RA Masyithoh Melikan... 43
Tabel 18. Sub-sub Kebiasaan Positif-Tata Krama di RA Masyithoh Melikan... 44
xiv
Tabel 20. Sub-sub Kebiasaan Positif-Tanggung Jawab Sosial di RA
Masyithoh Melikan... 45
Tabel 21. Sub Indikator Sosial Emosional (Kebiasaan Positif) di RA
Masyithoh Melikan... 46
Tabel 22. Sosial Emosional dalam Drum Band di RA Masyithoh
Melikan... 46
Tabel 23. Sub-sub Pengembangan Empati-Tenggang Rasa di RA
Masyithoh Mojosari... 47
Tabel 24. Sub-sub Pengembangan Empati-Kepedulian di RA
Masyithoh Mojosari... 47 Tabel 25. Sub-sub Pengembangan Empati-Pengertian di RA Masyithoh
Mojosai... 48 Tabel 26. Sub Sosial Emosional (Pengembangan Empati) di RA
Masyithoh Mojosari... 48 Tabel 27. Sub-sub Afiliasi dan Resolusi Konflik-Komunikasi Dua Arah
di RA Masyithoh Mojosari... 49 Tabel 28. Sub-sub Afiliasi dan Resolusi Konflik-Kerjasama di RA
Masyithoh Mojosari... 50 Tabel 29. Sub-sub Afiliasi dan Resolusi Konflik-Penyelesaian Konflik
di RA Masyithoh Mojosari... 50 Tabel 30. Sub Sosial Emosional (Afiliasi dan Resolusi Konflik) di RA
Masyithoh Mojosari... 51 Tabel 31. Sub-sub Kebiasaan Positif-Tata Krama di RA Masyithoh
Mojosari... 51
Tabel 32. Sub-sub Kebiasaan Positif-Kemandirian di RA Masyithoh
Mojosari... 52
Tabel 33. Sub-sub Kebiasaan Positif-Tanggung Jawab Sosial di RA
Masyithoh Mojosari... 53
Tabel 34. Sub Indikator Sosial Emosional (Kebiasaan Positif) di RA
xv
Tabel 35. Sosial Emosional dalam Drum Band di RA Masyithoh
Mojosari... 54
Tabel 36. Sub-sub Pengembangan Empati-Tenggang Rasa di RA
Masyithoh Segoroyoso... 54
Tabel 37. Sub-sub Pengembangan Empati-Kepedulian di RA
Masyithoh Segoroyoso... 55
Tabel 38. Sub-sub Pengembangan Empati-Pengertian di RA Masyithoh
Segoroyoso... 55
Tabel 39. Sub Sosial Emosional (Pengembangan Empati) di RA
Masyithoh Segoroyoso... 56 Tabel 40. Sub-sub Afiliasi dan Resolusi Konflik-Komunikasi Dua Arah
di RA Masyithoh Segoroyoso... 56 Tabel 41. Sub-sub Afiliasi dan Resolusi Konflik-Kerjasama di RA
Masyithoh Segoroyoso... 57 Tabel 42. Sub-sub Afiliasi dan Resolusi Konflik-Penyelesaian Konflik
di RA Masyithoh Segoroyoso... 58 Tabel 43. Sub Sosial Emosional (Afiliasi dan Resolusi Konflik) di RA
Masyithoh Segoroyoso... 58 Tabel 44. Sub-sub Kebiasaan Positif-Tata Krama di RA Masyithoh
Segoroyoso... 59 Tabel 45. Sub-sub Kebiasaan Positif-Kemandirian di RA Masyithoh
Segoroyoso... 60 Tabel 46. Sub-sub Kebiasaan Positif-Tanggung Jawab Sosial di RA
Masyithoh Segoroyoso... 61
Tabel 47. Sub Indikator Sosial Emosional (Kebiasaan Positif) di RA
Masyithoh Segoroyoso... 61
Tabel 48. Sosial Emosional dalam Drum Band di RA Masyithoh
Segoroyoso... 62
Tabel 49. Sub-sub Pengembangan Empati-Tenggang Rasa di RA
xvi
Tabel 50. Sub-sub Pengembangan Empati-Kepedulian di RA Permata
Hati... 63
Tabel 51. Sub-sub Pengembangan Empati-Pengertian di RA Permata
Hati... 63
Tabel 52. Sub Sosial Emosional (Pengembangan Empati) di RA
Permata Hati... 64
Tabel 53. Sub-sub Afiliasi dan Resolusi Konflik-Komunikasi Dua Arah
di RA Permata Hati... 64
Tabel 54. Sub-sub Afiliasi dan Resolusi Konflik-Kerjasama di RA
Permata Hati... 65 Tabel 55. Sub-sub Afiliasi dan Resolusi Konflik-Penyelesaian Konflik
di RA Permata Hati... 66 Tabel 56. Sub Sosial Emosional (Afiliasi dan Resolusi Konflik) di RA
Permata Hati... 66 Tabel 57. Sub-sub Kebiasaan Positif-Tata Krama di RA Permata
Hati... 67 Tabel 58. Sub-sub Kebiasaan Positif-Kemandirian di RA Permata
Hati... 68 Tabel 59. Sub-sub Kebiasaan Positif-Tanggung Jawab Sosial di RA
Masyithoh Melikan... 69 Tabel 60. Sub Indikator Sosial Emosional (Kebiasaan Positif) di RA
Permat Hati... 69 Tabel 61. Sosial Emosional dalam Drum Band di RA Permata Hati... 70 Tabel 62. Sub-sub Pengembangan Empati-Tenggang Rasa di RA
Masyithoh Karanganom... 70 Tabel 63. Sub-sub Pengembangan Empati-Kepedulian di RA
Masyithoh Karanganom... 71 Tabel 64. Sub-sub Pengembangan Empati-Pengertian di RA
Karanganom... 71 Tabel 65. Sub Sosial Emosional (Pengembangan Empati) di RA
xvii
Tabel 66. Sub-sub Afiliasi dan Resolusi Konflik-Komunikasi Dua Arah
di RA Masyithoh Karanganom... 72 Tabel 67. Sub-sub Afiliasi dan Resolusi Konflik-Kerjasama di RA
Masyithoh Karanganom... 73 Tabel 68. Sub-sub Afiliasi dan Resolusi Konflik-Penyelesaian Konflik
di RA Masyithoh Karanganom... 74 Tabel 69. Sub Sosial Emosional (Afiliasi dan Resolusi Konflik) di RA
Masyithoh Karanganom... 74 Tabel 70. Sub-sub Kebiasaan Positif-Tata Krama di RA Masyithoh
Karanganom... 75 Tabel 71. Sub-sub Kebiasaan Positif-Kemandirian di RA Masyithoh
Karanganom... 75
Tabel 72. Sub-sub Kebiasaan Positif-Tanggung Jawab Sosial di RA
Masyithoh Karanganom... 76
Tabel 73. Sub Indikator Sosial Emosional (Kebiasaan Positif) di RA
Masyithoh Karanganom... 76
Tabel 74. Sosial Emosional dalam Drum Band di RA Masyithoh
Karanganom... 77
Tabel 75. Indikator Sosial Emosional (Pengembangan Empati) di
Gugus RA Kecamatan Pleret... 77
Tabel 76. Indikator Sosial Emosional (Afiliasi dan Resolusi Konflik) di
Gugus RA Kecamatan Pleret... 78
Tabel 77. Indikator Sosial Emosional (Kebiasaan Positif) di Gugus RA
Kecamatan Pleret... 79 Tabel 78. Indikator Sosial Emosional di Gugus RA Kecamatan Pleret
(Berdasarkan Perhitungan Mean Indikator)... 79 Tabel 79. Indikator Sosial Emosional di Gugus RA Kecamatan Pleret
(Berdasarkan Perhitungan Mean Kemunculan Indikator di
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
hal
Lampiran 1. Surat Izin Penelitian dari Fakultas... 88
Lampiran 2. Surat Keterangan Penelitian dari Bappeda... 89
Lampiran 3. Surat Keterangan Penelitian dari RAM. Melikan... 90
Lampiran 4. Surat Keterangan Penelitian dari RAM. Mojosari... 91
Lampiran 5. Surat Keterangan Penelitian dari RAM. Segoroyoso... 92
Lampiran 6. Surat Keterangan Penelitian dari RA Permata Hati... 93
Lampiran 7. Surat Keterangan Penelitian dari RAM. Karanganom... 94
Lampiran 8. Kisi-kisi Instrumen (STRANAS 2010)... 95
Lampiran 9. Instrumen Penelitian... 97
Lampiran 10. Hasil Observasi di RAM. Melikan... 99
Lampiran 11. Hasil Observasi di RAM. Mojosari... 102
Lampiran 12. Hasil Observasi di RAM. Segoroyoso... 105
Lampiran 13 Hasil Observasi di RA Permata Hati... 108
Lampiran 14. Hasil Observasi di RAM. Karanganom... 111
Lampiran 15. Foto Kegiatan Drum Band di RAM. Melikan... 114
Lampiran 16. Foto Kegiatan Drum Band di RAM. Mojosari... 115
Lampiran 17. Foto Kegiatan Drum Band di RAM. Segoroyoso... 116
Lampiran 18. Foto Kegiatan Drum Band di RA Permata Hati... 117
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tuhan menciptakan manusia sebagai makhluk monodualisme. Yakni sebagai individu dan makhluk sosial. Sebagai individu, manusia memiliki kecenderungan untuk hidup mandiri mencakup pemenuhan kebutuhan jasmani serta rohani berkaitan dengan keterampilan individu tersebut dalam mengatur diri
sendiri. Tidak dipungkiri pula, manusia memerlukan bantuan orang lain guna memenuhi kebutuhan. Dalam hal ini manusia berlaku sebagai makhluk sosial.
Sebagai makhluk sosial, manusia tidak hanya menggunakan aturan eksternal, namun juga menggunakan rasa yang bersifat intrinsik. Untuk dapat mengungkapkan keinginan dan perasaan terhadap sesama, manusia menggunakan
ekspresi yang bersumber dari dalam diri. Oleh karenanya, Tuhan membekali manusia dengan ketrampilan emosi (emotional intellegence) yang dibutuhkan dalam kehidupan. Shapiro dalam prakatanya:
“…..Pengkajian demi pengkajian telah menunjukkan bahwa anak-anak dengan keterampilan emosional lebih bahagia, lebih percaya diri, dan lebih sukses di sekolah. Yang juga penting, keterampilan ini menjadi fondasi bagi anak-anak kita untuk menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab, peduli kepada orang lain,
dan produktif.”
Dari pendapat Shapiro tersebut dapat dipahami bahwa emotional intellegence merupakan hal penting dan dibutuhkan manusia untuk mencapai kesuksesan. Lebih jauh lagi Ary Ginanjar Agustian (2001:276) menyampaikan bahwa nilai-nilai dan watak dasar seseorang berakar pada emosional. Saphiro
2
kecerdasan sosial yang meliputi kemampuan memantau perasaan dan emosi baik
dari diri sendiri maupun pada orang lain, memilah-milah semuanya, dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan. Penjelasan
Saphiro tersebut menunjukkan bahwa ketrampilan emosi yang dimaksudkan, ialah kemampuan mengatur diri yang disebut kemampuan intrapersonal. Sedangkan,
kemampuan interpersonal mencerminkan kemampuan manusia dalam
bersosilaisasi terhadap sesama atau cenderung melihat manusia dari sudut pandang makhluk sosial. Kedua kemampuan tersebut sangat dibutuhkan anak usia dini untuk
melalui tugas-tugas perkembangan dengan baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Parke dan Alison (2011: 142) yang mengatakan bahwa anak menggunakan emosi
sebagai ungkapan perasaan kepada orang lain. Emosi juga berfungsi sebagai perantara bagi anak dalam mengatasi permasalah sosial yang dihadapi.
Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa manusia sebagai monodualisme,
membutuhkan kemampuan emosi dan sosial yang saling mempengaruhi untuk mencapai keseimbangan. Selain dituntut untuk mengendalikan diri, individu juga harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial. Ketidakmampuan
individu dalam berinteraksi dengan lingkungan sosial akan menimbulkan adanya gangguan psikologis seperti social pressure ataupun peer pressure yang umum terjadi pada anak usia dini. Sebaliknya jika individu memiliki kemampuan sosial namun tidak mampu mengendalikan diri maka akan menimbulkan permasalahan sosial.
3
faktor yang paling berpengaruh dalam perkembangan individu ialah faktor
eksternal. Aliran ini berpendapat bahwa setiap individu dilahirkan seperti kertas putih yang selanjutnya dipengaruhi oleh rangsangan dari lingkungan (John Lock
dalam Arif Rohman, 2009: 114). Rangsangan lingkungan inilah yang nantinya akan berguna bagi perkembangan sosial emosional anak. Lingkungan yang dimaksudkan ialah lingkungan pendidikan. Rita Eka Izzaty (2008:6) menyatakan bahwa
tugas-tugas perkembangan individu sangat berhubungan dengan pendidikan yang diterima. Lingkungan pendidikan ini terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah dan masyarakat yang di dalamnya melingkupi lingkungan fisik, sosial budaya, keamanan dan kenyamanan (Arif Rohman, 2009: 195). Adapun lingkungan
sekolah ialah lembaga pendidikan formal yang terbentuk oleh pemerintah dan masyarakat yang setidaknya memiliki dua fungsi yaitu sebagai lembaga untuk mentransmisikan nilai-nilai sosial masyarakat dan juga agen transformasi sosial
(Young Pai, dalam Rohman 2009: 201). Kedua fungsi yang telah disampaikan Young Pai ini memperkuat bahwa manusia tidak bisa dipisahkan dengan kehidupan sosial yang dapat dilalui dengan baik jika individu memiliki kemampuan sosial
emosional.
Banyak cara dilakukan oleh sekolah untuk memberikan layanan untuk
menunjang aspek perkembangan sosial emosional. Diantaranya melalui pendidikan seni yang banyak digunakan. Hal ini dikarenakan, seni dan emosi ialah dua hal yang dekat. Sebab seni sendiri merujuk pada ekspresi jiwa atau ungkapan perasaan
manusia. R.D. (dalam, Jakob Sumardjo 2000: 41) menyampaikan seni sebagai ‘de
4
kelahiran perasaan secara khusus. Dari pendapat ini diketahui bahwa seni memang
mempunyai kaitan dengan emosi. Jakob Sumardjo (2000:45) menjelaskan kata seni sebagai sesuatu yang dapat diindera. Sumardjo berkata:
“Apa yang disebut ‘seni’ memang merupakan suatu wujud yang terindera. Karya
seni merupakan sebuah benda atau artefak yang dapat dilihat, didengar, atau dilihat dan sekaligus didengar (visual, audio, dan audio-visual) seperti lukisan, musik dan teater. Tetapi yang disebut seni itu berada di luar benda seni sebab seni itu berupa
nilai. Apa yang disebut indah, baik, adil, sederhana dan bahagia itu adalah nilai.”
Bentuk pendidikan di TK berkaitan dengan seni yang umum dan banyak
ditemui penulis ialah drumband bagi anak TK. Hampir seluruh TK di Kecamatan Pleret menyelenggarakan ekstrakurikuler drumband. Kesenian pada drum band yang menonjol ialah musik yang dapat dinikmati melalui indra pendengaran. Selain
musik, drumband juga dapat dilihat keindahannya. Drumband juga memuat berbagai nilai yang juga menjadi indikator bahwa drumband merupakan produk seni atau karya seni. Kegiatan musik memiliki dampak positif bagi pengembangan sosial emosional. Dalam buku Psikologi Musik, Djohan (2009:162-163)
memaparkan hasil-hasil penelitian mengenai musik dan intellegensi intra dan interpersonal. Salah satu penelitian tersebut (Harvard Project Zero, 1996) menjelaskan bahwa aktivitas seni musik dapat menurunkan tingkat membolos
siswa. Penelitian lain yang menunjukkan adanya efektifitas musik dan kesenian terhadap pertumbuhan emosional juga dilaporkan dalam hasil penelitian oleh Gilles (1991). Jurnal Aplication of Research in Music Education (1994), menyatakan bahwa pendidikan musik dapat meningkatkan konsep diri, kepercayaan diri, sikap kooperatif, empati serta keterampilan sosial.
5
sosial pada usia 4-6 tahun. Seperti pada lingkup perilaku prososial yang seharusnya
anak menghargai orang lain, namun anak mengganggu teman lain saat kegiatan, menyalahkan teman yang lain. Pada lingkup kesadaran diri yang seharusnya
mampu mengendalikan perasaan, akan tetapi anak tidak mampu mengendalikan perasaan saat pembelajaran. Masih banyak anak yang ribut dan berjalan-jalan dari tempat duduk masing-masing. Selain itu, perilaku anak yang menunjukkan
kurangnya kemampuan sosial emosional ialah ketidakmandirian anak yang nampak pada kondisi orang tua yang masih menunggu anak dari mulai kegiatan belajar
mengajar hingga kegiatan berakhir. Hal ini menunjukkan kurangnya kesadaran diri. Masih ada anak keluar masuk kelas saat kegiatan belajar untuk menunjukkan
hasilnya kepada orang tua dengan menunjukkan ketidakpercayaan diri terhadap hasil pekerjaan bahkan ada anak yang meminta bantuan kepada orang tua untuk menyelesaikan tugas. Kondisi-kondisi tersebut bertolak belakang dengan tingkat
pencapaian perkembangan yang telah di tetapkan dalam Kurikulum 2013 untuk anak usia dini yakni menunjukkan sikap toleran, mampu menyesuaikan diri terhadap situasi, menunjukkan percaya diri, memahami aturan, disiplin dan tingkat
pencapaian lain yang seharusnya pada rentang usia TK (4-6 tahun).
Berbeda ketika anak-anak mengikuti kegiatan drum band yang dilaksanakan dan dihandle oleh pelatih, guru hanya sebagai pendamping, anak-anak dengan antusias mengikuti drum band dan peran orang tua hanya menunggu bagi anak-anak yang masih ditunggu. Anak-anak menunjukan kegigihan dalam berlatih
6
Diantaranya yaitu, anak-anak bekerja sama dengan temannya dalam menciptakan
irama dan mampu bekerja dalam kelompok. Pengendalian diri meliputi anak belajar mengalah, menunggu giliran. Hampir semua anak peserta drum band menunjukkan
kedisiplinan dengan tidak terlambat menyesuaikan diri dalam kegiatan berkelompok. Anak-anak bersegera mengkondisikan dirinya untuk mengikuti kegiatan drum band. Diawali dengan bersegera mengambil alat dan mau menunggu
giliran saat dibantu mempersiapkan alat ataupun memakai peralatan yang dibutuhkan dalam kegiatan tersebut.
Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka dipandang perlu untuk melakukan kajian secara lebih mendalam mengenai kemunculan aspek sosial emosional. Ada
beberapa alasan pertama, ditemukan penelitian yang menunjukkan adanya pengaruh kegiatan musik terhadap aspek sosial emosional dan drum band merupakan kegiatan seni yang banyak dijumpai di RA Kecamatan Pleret. Kedua
adanya kesenjangan kondisi pembelajaran pada saat pembelajaran di dalam kelas dan pada saat kegiatan drum band. Hal inilah yang mendorong dilakukannya kajian mengenai kemunculan aspek sosial emosional dalam drum band di gugus RA Kecamatan Pleret yang banyak dijumpai adanya kegitan seni yakni drum band.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasi permasalahan yang muncul yakni adanya kesenjangan yang terjadi pada pembelajaran di dalam kelas
7
1. Orang tua yang masih menunggu anak dalam kegiatan belajar mengajar di
kelas
2. Guru membiarkan orang tua untuk membatu anak dalam penyelesaian tugas
yang diberikan guru
3. Anak tidak percaya diri karena merasa ada orang tua yang siap membantu
C. Batasan Penelitian
Ada kesenjangan permasalahan sosial emosional pada pembelajaran di kelas
dan kegiatan drum band. Namun penelitian ini membatasi hanya kemunculan aspek sosial emosional dalam drum band.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah kemunculan sosial emosional dalam
drum band di gugus RA se-Kecamatan Pleret?”
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalahu untuk mengetahui “Kemunculan aspek sosial emosional dalam kegiatan drum band
8 F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan kajian pembanding dalam
mengadakan penelitian yang lebih lanjut berkaitan dengan drum band sebagai peunjang perkembangan berbagai aspek khususya ranah emosi.
2. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan dan bahan pertimbangan pada pihak sekolah dalam menstimulasi berbagai aspek perkembangan khususnya sosial emosional dengan kegiatan yang menarik bagi anak.
9 BAB II KAJIAN TEORI
A. Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini 1. Perkembangan Sosial Anak Usia Dini
Okky Candra Puspita, dkk (2013:36) mengatakan bahwa perkembangan
sosial ialah perkembangan perilaku anak dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan sosial pada proses kematangan yang dapat dicapai melalui proses belajar. Femmi Nurmalitasari (2015:105) berkata:
“Perkembangan sosial anak diperoleh dari kematangan dan kesempatan belajar dari berbagai respon lingkungan terhadap anak. Perkembangan sosial yang optimal diperoleh dari respon sosial yang yang sehat dan kesempatan yang diberikan kepada anak untuk mengembangkan konsep diri yang positif. Melalui kegiatan bermain, anak dapat mengembangkan minat dan sikapnya terhadap orang lain. Dan sebaliknya aktivitas yang terlalu banyak mendominasi oleh guru akan akan menghambat sosial emosi anak.”
Muhibin (dalam Liatia Rahmawati, 2016: 26) mengatakan bahwa
perkembangan sosial merupakan proses pembentukan pribadi dalam masyarakat. Femmi Nurmalitasari (2015:105) menyebutkan ciri-ciri perkembangan sosial pada
usia prasekolah (4-6 tahun) ialah: (1) Anak mulai mengetahui atauran-aturan baik dalam lingkungan keluarga tau lingkungan bermain, (2) Mulai tumbuh tunduk pada peraturan, (3) Mulai menyadari kepentingan dan hak orang lain, dan (4) Mulai
dapat bermain dengan teman sebaya (peer group).
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa perkembangan sosial anak usia
10
kelompok bermain atau teman sebaya. Dengan interaksi tersebut perkembangan
sosial anak akan berkembang secara optimal.
Dalam penelitian STRANAS 2009 oleh Farida Agus Setiawati (2009:8)
disampaikan mengenai keterampilan sosial yang diartikan sebagai keterampilan atau strategi yang digunakan untuk memulai ataupun mempertahankan suatu hubungan yang positif dalam interaksi sosial, yang diperoleh melalui proses belajar
dan bertujuan untuk mendapatkan hadiah atau penguat dalam hubungan interpersonal yang dilakukan. Adapun aspek yang dikembangkan pada anak usia
dini ialah, empati yang meliputi penuh pengertian, tenggang rasa serta kepedulian terhadap sesama. Aspek kedua, afiliasi dan resolusi konflik meliputi komunikasi
dua arah, kerjasama dan penyelesaian konflik. Aspek ketiga yaitu kebiasaan positif meliputi tata krama, kemandirian dan tanggung jawab sosial.
Tadkiroatun Musfiroh dkk (STRANAS 2010) mengembangkan
aspek-aspek tersebut (social life skill anak usia dini) untuk kegiatan show and tell dengan item pengamatan sebagai berikut:
Tabel 1. Indikator Sosial Emosi
Indikator Sosial Emosional
Pengembangan Empati
Tenggang rasa 1. Tidak mengejek Teman
2. Tidak Asal menyalahkan
3. Menghibur Teman
4. Mengakui kelebihan teman 5. Menunggu antrean
Kepedulian 1. Berbagi makanan
2. Berdoa untuk teman yang sakit
3. Meminjamkan mainan
4. Membantu teman yang
membutuhkan pertolongan
5. Menemani teman
11
Pengertian 1. Membentu tanpa diminta
2. Memaafkan teman yang mengaku
salah
3. Meminta maaf apabila berbuat salah 4. Bersabar menunggu giliran
5. Memelihara milik orang lain
6. Mendengarkan orang yang berbicara 7. Tidak memaksakan kehendak Afiliasi dan Resolusi
Konflik
Komunikasi dua arah
1. Menyapa teman atau orang lain 2. Saling berkomunikasi dengan teman 3. Meminta tolong dengan sopan 4. Aktif berkomunikasi
5. Mendengar orang yang berbicara 6. Menceritakan apa yang dirasakan
Kerjasama 1. Bergabung dan terlibat dalam
permainan kelompok 2. Kasih sayang dengan teman 3. Berbagi dengan teman 4. Membantu orang lain
5. Merespon tawaran atau pemberian 6. Ikhlas (rela) membantu orang lain Penyelesaian
Konflik
1. Mengucapkan terima kasih setelah dibantu
2. Menerima nasihat orang lain 3. Berusaha sabar
4. Tidak bertengkar dengan teman 5. Merasa saling membutuhkan 6. Berharga dengan apa yang dimiliki 7. Toleransi
Indikator Kebiasaan Positif
Tata Krama 1. Menghargai yang dilakukan teman
lain
2. Menunggu giliran untuk berbicara 3. Mendengarkan orang yang sedang
berbicara
4. Menatap mata orang yang sedang berbicara (memperhatikan intruksi) 5. Menyapa orang saat berpapasan 6. Mengucapkan silakan pada orang
yang meminta ijin
7. Mengucapkan maaf
8. Mengucapkan permisi
9. Menawarkan bantuan pada yang membutuhkan
10. Mengajak teman bermain bersama 11. Memberi komentar baik atau tidak
menyakitkan
12. Menjawab sapaan dengan ramah
12
2. Membantu orang yang membutuhkan
pertolongan
3. Tidak membuang sampah
sembarangan
4. Tidak mencoret-coret sembarangan 5. Tidak datang terlambat
6. Mengerjakan sesuatu sampai selsai 7. Membereskan alat main
8. Menerima tugas 9. Jujur/sportif
10. Bersikap dan berperilaku adil 11. Mengenal agama dan suku Tanggungjawab
social
1. Melaksanakan tugas sehari-hari 2. Teratur dalam berkegiatan
3. Memulai pembicaraan (berinisiatif) 4. Memimpin suatu kegiatan
5. Berani menyatakan kinginan 6. Berani menyatakan perasaan 7. Mengajukan usul
8. Berani bertanya sesuatu yang ingin diketahui
9. Tidak takut mencoba
2. Perkembangan Emosi Anak Usia Dini
Campos dan Sarni (dalam Santrock, 2007: 6-7) mendefinisikan emosi sebagai perasaan atau afeksi yang timbul ketika individu berada pada keadaan
yang dianggap penting terutama well-being. Berk (1994: 390) menjelaskan bahwa ada teori yang mendominasi dalam perkembangan emosi individu. Teori tersebut
ialah teori yang beraliran behaviorisme pembelajaran sosial, kognitif dan teori fungsional. Menurut Watson (dalam Berk, 1994:390) teori behaviorisme berpandangan bahwa setiap individu memiliki emosi bawaaan sejak lahir yakni
ketakutan, marah, dan cinta. Watson menjelaskan bahwa reaksi bawaan tersebut akan muncul sebagai respon atas rangsangan yang diberikan. Bandura (dalam Berk,
13
bahwa pengalaman emosional anak pada masa lalu akan berpengaruh pada
perkembangan emosi selanjutnya dengan mengasosiasikan perasaan terhadap situasi tertentu.
Secara lebih terperinci Santrock (2007: 16-18) membagi tahap perkembangan emosi menjadi tiga fase yaitu fase kanak-kanak awal, madya dan masa kanak-kanak akhir. Lewis (dalam Santrock, 2007: 16-17) menjelaskan
mengenai emosi yang disadari oleh anak pada fase kanak-kanak awal. Pada masa ini anak-anak mulai memahami dan menggunakan peraturan dan norma sosial
untuk menilai perilaku dirinya sendiri. Lewis menerangkan beberapa ekspresi emosi yang muncul serta situasi yang menyebabkannya sebagai berikut:
Tabel 2. Ekspresi Emosi Anak
No Ekspresi Emosi Situasi
1 Bangga Anak merasa senang dan sering diasosiasikan dengan
pencapaian suatu tujuan
2 Malu Anak merasa tidak mampu memenuhi standar atau target
tertentu.
3 Rasa bersalah Anak menilai perilakunya sebagai sebuah kegagalan
Pada fase kanak-kanak awal ada beberapa perubahan diantaranya
peningkatan kemampuan untuk membicarakan emosi diri sendiri dan orang lain serta peningkatan peningkatan pemahaman terhadap emosi (Kuebli dalam
Santrock, 2008: 17). Ridgeway, Water dan Kuczack (dalam Santrock, 2008: 17) menambahkan bahwa pada rentang usia 2-4 tahun terjadi perubahan pesat mengenai jumlah istilah yang digunakan untuk menggambarkan emosi. Menurut Denham
(dalam Santrock, 2008: 17) pada masa ini anak mulai belajar penyebab dan konsekuensi dari perasaan-perasaan yang dialami. Ketika menginjak usia 4-5 tahun.
14
4-5 tahun anak mulai merefleksikan emosi serta mulai memahami bahwa kejadian
yang sama dapat menimbulkan perbedaan perasaan terhadap orang yang berbeda. Selain itu, pada masa ini anak menunjukkan kesadaran bahwa mereka harus
mengatur emosi untuk memenuhi standar sosial.
3. Perkembangan Sosial Emosional Anak
American Academy of Pediatrics (2012) (dalam Femmi Nurmalitasari, 2015:103) menyatakan bahwa perkembangan sosial mengacu pada kemampuan anak untuk: memiliki pengetahuan dalam mengelola dan mengekspresikan emosi
secara lengkap baik emosi positif maupun emosi negatif, mampu menjalin hubungan dengan anak lain dan orang dewasa di sekitarnya, serta mampu
mengeksplorasi lingkungan dalam proses belajar. Dalam konteks sosial emosi dapat dipahami bahwa aspek emosi mempengaruhi keberhasilan perkembagan sosial anak usia dini. Goleman (dalam Femmi Nurmalitasari, 2015: 109-110)
mengemukakan bahwa kunci keberhasilan menjalin hubungan sosial seseorang ialah kematangan emosi yang nampak dari kecakapan pengungkapan perasaan seseorang. Menurut Soetjiningsih (dalam Listia Rahmawati, 2016: 12-13)
perkembangan sosial dan emosi adalah proses berkembangnya kemampuan anak untuk menyesuaikan diri terhadap dunia sosial yang lebih luas. Dalam proses
15
Gardner (1993) (dalam William G. Huitt dan Courtney Dawson, 2011:1)
menefinisikan kecerdasan sosial dengan label kecerdasan interpersonal sebagai kemampuan untuk melihat dan membuat perbedaan di antara individu-individu lain
perbedaan suasana hati, temperamen, motivasi, dan niat. Dalam jurnal yang sama Goleman (2006) mengatakan bahwa kecerdasan sosial bukan hanya hubugan sosial melainkan juga apa yang ada pada pribadi masing-masing mencakup kemampuan
untuk menjadi sadar sosial (dengan komponen empati dasar, attunement, akurasi empati, dan kognisi sosial) serta kemampuan untuk mengembangkan keterampilan
sosial atau fasilitas (termasuk komponen dari sinkroni, pemeliharaan diri, pengaruh, dan perhatian).
Rita Eka Izzaty, dkk (2008:24-25) mengatakan berdasarkan teori psikososial oleh Ericson, pada masa kanak-kanak (3-5 tahun) anak-anak berada dalam fase inisiatif vs rasa bersalah. Pada masa ini anak-anak dituntut untuk
menerima tanggung jawab atas tubuh mereka, perilaku mereka serta meningkatkan prakarsa. Di sisi lain, rasa bersalah anak dapat muncul apabila anak tidak diberi kepercayaan dan dibuat sangat cemas. Pada tahap usia senlanjutnya anak berada
pada masa tekun vs rendah diri yakni pada usia 6 tahun hingga pubertas. Pada masa ini anak terlibat dalam pengalaman-pengalaman baru yang kaya dan antusiasme
16
Dapat dipahami bahwa sosial emosional merupakan dua aspek yang
berhubungan. Hubungan ini mengarah pada konteks sosial emosional di mana aspek emosi dapat tercermin dari hubungan sosial seseorang. Apabila seseorang
memiliki kemampuan sosial yang tinggi dapat dipastikan bahwa seseorang tersebut memiliki kemampuan emosi yang tinggi pula. Sosial emosional dapat dipahami sebagai proses memasyaraktnya individu sebagai makhluk sosial yang di dalamnya
terdapat penyesuaian diri terhadap lingkungan dengan menggunakan kemampuan emosi sebagai bekalnya.
Menurut Roeser, Wolf dan Strobel (dalam Farida Agus Setiawati dkk, 2009: 12) menjelaskan bahwa fungsi-fungsi emosi dan sosial anak banyak dipengaruhi
oleh sistem sekolah. Kemudian, diperkuat dengan penelitian lain oleh Kupperminc, Leadbeater, Blatt pada 2001 yang telah dirujuk pada penelitian yang sama menyatakan bahwa pengaruh sekolah tidak hanya pada kemampuan akademik dan
prestasi saja, tetapi juga berpengaruh pada perkembangan psikososial peserta didik didik itu sendiri. Farida agus Setiawati dkk, memperkuat kembali dengan penelitian Gettinger (2001) bahwa kurikulum pada pendidikan anak usia dini harus
merefleksikan pemahaman pendidikan melalui bagaimana anak belajar dan bagaimana memberikan pengalaman belajar yang penuh makna untuk menstimulasi
pertumbuhan fisik dan perkembangan aspek psikologisnya.
Menurut Permendikas 137 tahun 2014 tentang standar nasional pendidikan anak usia dini di Indonesia, aspek perkembangan sosial emosional terbagi dalam
17
Lingkup Sosial Emosional berdasarkan Permendiknas 137 adalah sebagai
berikut:
1. Kesadaran Diri
Solovey dan Mayer (dalam Anthony Dio Martin, 2003: 27-28) menjelaskan kesadaran diri (self awareness) adalah kemampuan mengobservasi dan mengenali perasaan yang dimiliki diri sendiri. Goleman (1999:42-43) mengatakan bahwa
kesadaran diri merupakan bagian dari kecakapan pribadi dengan indikator mengenali emosi diri dan efeknya, mengetahui kekuatan dan batas-batas diri sendiri
serta kepercayaan diri akan kemampuan dan harga diri yang dimiliki.
Lebih jauh lagi Goleman menjelaskan kecakapan ini merujuk pada
pengaturan diri dengan indikator dapat mengelola emosi dan desakan-desakan hati yang merusak, memelihara norma kejujuran dan integritas, bertanggung jawab atas kinerja pribadi, keluwesan dalam menghadapi perubahan, mudah menerima
gagasan, pendekatan dan informasi-informasi baru. Kesadaran diri mencakup kemandirian individu. Dalam buku ledakan EQ (2004: 105) Stain dan Howard berkata:
“Kemampuan untuk mengarahkan dan mengendalikan diri sendiri dalam berpikir
dan betindak, serta tidak merasa bergantung pada orang lain secara emosinal. Orang yang mandiri mengandalkan dirinya sendiri dalam merencanakan dan membuat keputusan penting. Kendati demikian, mereka bisa saja meminta dan mempertimbangkan pendapat orang lain sebelum akhirnya membuat keputusan yang tepat bagi mereka sendiri. Ingat, meminta pendapat orang laian jangan selalu dianggap pertanda ketergantungan. Orang yang mandiri mampu bekerja sendiri-mereka tidak mau bergantung pada orang lain dalam memenuhi kebutuhan emosional mereka. Kemampuan untuk mandiri bergantung pada tingkat kepercayaan-diri dan kekuatan batin sesorang, dan keinginan untuk memnuhi
harapan dan kewajiban tanpa diperbudak oleh kedua jenis tuntutan itu.”
nilai-18
nilai kerjasama seperti meminta pendapat pada orang lain dalam proses
pengambilan keputusan. Mandiri ialah kepercayaan pada diri sendiri atas dasar kekuatan batin sehingga individu yang mandiri tidak bergantung pada orang lain
dalam pemenuhan kebutuhan emosional. Jadi mandiri tidak diartikan melepaskan diri dari orang lain.
2. Tanggung Jawab
KKBI mengartikan tanggung jawab sebagai kewajiban menanggung segala sesuatunya (kalau terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan, diperkarakan dan
sebagainya), sedangkan bertanggung jawab berarti berkewajiban menanggung, memikul tanggung jawab. Listia Rahmawati (2016: 19), menyatakan bahwa
tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang di sengaja maupun yang tidak di sengaja.tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban mempengaruhi kecerdasan
emosional siswa.
Dari pengertian-pengertian di atas, dapat diketahui bahwa tanggung jawab merupakan kewajiban dengan penuh kesadaran menanggung segala tingkah laku
dan perbuatan. Berdasarkan pendapat Listia, dapat dipahami bahwa dalam konteks pembelajaran aspek sosial emosional terdapat tanggungjawab akan keberhasilan
siswa dalam mencapai tujuan pemebelajaran. 3. Perilaku Prososial
Perilaku prososial ialah tindakan sukarela yang dilakukan sesorang atau
19
mengatakan bahwa perilaku prososial adalah kepedulian dan pertolongan pada
orang lain yang dilakukan secara suka rela dan tidak mengharapkan imbalan apapun. Eisenberg, Fabes, dan Murphy (dalam Papalia dkk, 2014: 354) anak-anak
dengan perilaku prososial cenderung bertindak sesuai situasi sosial, membereskan diri dari emosi-emosi negatif dan mengatasi masalah secara konstruktif. Standar sosional emosional untuk anak usia 4-6 tahun ialah sebagai berikut:
Tabel 3. Tahap Pencapaian Pekembangan Sosem
Lingkup Perkembangan Sosial Emosional
Tingkat Pencapaian Perkembangan
Usia 4 – 5 tahun Usia 5- 6 tahun
Kesadaran Diri 1. Menunjukkan sikap
mandiri dalam memilih kegiatan 2. Mengendalikan
perasaan 3. Menunjukkan
perasaan percaya diri 4. Memahami peraturan
dan disiplin
5. Memiliki sikap gigih (tidak mudah menyerah)
6. Bangga terhadap hasil karya sendiri
1. Memperlihatkan kemampuan diri untuk menyesuaikan dengan situasi
2. Memperlihatkan kehati-hatian kepada orang yang belum dikenal (menumbuhkan kepercayaan pada orang dewasa yang tepat) 3. Mengenal perasaan sendiri
dan mengelolanya secara wajar (mengendalikan diri secara wajar)
Rasa tanggung jawab untuk diri sendiri dan orang lain
1. Menjaga diri sendiri dari lingkungan 2. Menghargai
keunggulan orang lain
3. Mau berbagi, menolong, dan membantu teman
1. Tahu akan haknya 2. Mentaati aturan kelas
(kegiatan, aturan) 3. Mengatur diri sendiri 4. Bertanggungjawab atas
perilakunya untuk kebaikan sendiri
Perilaku prososial 1. Menunjukkan
antusiasme dalam melakukan permainan kompetitif secara positif
2. Menaati aturan yang berlaku dalam suatu permainan
3. Menghargai orang lain
1. Bermain dengan teman sebaya 2. Mengetahui perasaan
temannya dan merespon secara wajar
3. Berbagi dengan orang lain 4. Menghargai
hak/pendapat/karya orang lain 5. Menggunakan cara yang
20
4. Menunjukkan rasa empati
(menggunakan fikiran untuk menyelesaikan masalah) 6. Bersikap kooperatif dengan
teman
7. Menunjukkan sikap toleran 8. Mengekspresikan emosi sesuai
dengan kondisi yang ada (senang-sedih-antusias dsb) 9. Mengenal tata krama dan
soapan santun sesuai dengan nilai sosial budaya setempat
B. Perkembangan Seni Musik Anak Usia Dini
Aspek seni musik yang masuk dalam lingkup perkembangan anak usia dini berdasarkan kurikulum 2013 membagi dua sub bagian yakni lingkup perkembangan seni yang berkaitan dengan kemampuan mengapresiasi melalui kegiatan menikmati
berbagai alunan lagu atau suara dan sub berikutnya ialah kemampuan yang berkaitan dengan ketertarikan anak dalam kegiatan seni. Dari kedua sub lingkup perkembangan seni tersebut, yang termasuk dalam seni musik khususnya dalam
mengeksplorsi alat musik, tingkat pencapaian perkembangan anak pada masa 4-6 tahun ialah memainkan alat musik/instrumen/benda yang dapat membentuk irama
teratur, memainkan alat musik/instrumen/benda bersama teman dan menggunakan berbagai macam alat musik tradisional maupun alat musik lain untuk menirukan suatu irama atau lagu tertentu.
Young Children and Music: The Prekindergarten Years) memaparkan mengenai tahapan-tahapan perkembagan anak dalam bermusik yang di bagi dalam
21
ialah perkembangan gerakan pada rentang usia 9 bulan sampai 5 tahun. Adapun
rincian yang dijabarkan dalam jurnal tersebut dalam setiap sub tahapan perkembangan musik ialah sebagai berikut:
Tabel 4. Tahap Perkembangan Musik Anak
Sub-tahapan Perkembangan
Rentang
(usia) Fase Perkembangan
Stimulasi yang disarankan
Bernyanyi 3 bulan Menyesuaikan pitch yang
dinyanyikan oleh orang dewasa
Menggoyang-goyangkan tubuh anak, menepuk nepuk bagian tubuh anak sesuai dengan pitch
3-9 bulan Mengoceh,
mengikuti/menyesuaikan dengan lagu yang dinyanyikan
Orang dewasa menyanyikan lagu untuk anak yang disesuaikan dengan suara dan irama anak
9-18 bulan Mengembangkan
kemampuan berbicara dan mengulangi beberapa kata yang telah didengar
Merespon, mendorong dan bernyanyi bersama anak
18 bulan -2 tahun
Bernyanyi dengan pitch
yang lebih baik dan
membuat lagu
Menyanyikan sebuah lagu dengan
diulang-ulang, mendorong
membuat lagu 2-3 tahun Menyanyikan bagian lagu
yang telah dikenal dan mengidentifikasi lagu tersebut serta menikmati lagu yang disajikan dengan permainan
Bernyanyi untuk (dengan) anak serta mengajak anak untuk bermain dengan lagu
3-4 tahun Menyanyikan lagu secara utuh dalam sebuah kelompok
Menyanyikan lagu dengan 5-6 pitch dan membentuk
kelompok kecil 4-5 tahun Bernyanyi dengan pitch dan
irama yang lebih akurat
Membangun repertoar lagu; mendorong
bernyanyi ekspresif dan nyanyian dengan sajak dan cerita Bermain
instrument
9 bulan-2 tahun
Menyukai instrument untuk mengeksplor suara
22
alat untuk
mengeksplor suara 2-3 tahun Berimprovisasi pada perkusi
sederhana
Orang tua/pengasuh menyediakan perkusi sederhana sebagai alat untuk
mengeksplor suara 3-4 tahun Mengeksplorasi berbagai
cara untuk membuat suara pada instrument, dimulai untuk mengembangkan koordinasi mata-tangan
Menemani bernyanyi dengan instrumen, memberikan kesempatan untuk mengekplorasi berbagai suara dengan instrument, bermain palu dan instrumen perkusi 4-5 tahun Mengeksplorasi berbagai
perkusi
instrumen; bermain dan improvisasi
iringan lagu dan
cerita; memainkan melodi sederhana pada
instrumen
Mengklasifikasikan dan kelompok perkusi
instrumen tipe; menambahkan instrumen lagu dan cerita; membuat tersedia instrumen untuk menciptakan dan bermain
melodi
Gerakan 9 bulan-2
tahun
Meniru tanggapan berirama; mejaga keseimbngan; berjalan dan berlari
Memainkan musik dan bergerak kaki anak
dan tangan untuk menyesuaikan irama 2-3 tahun Berjalan, melompat,
melompat; bertepuk tangan sesuai irama
Memukul gendering untuk menstimulasi gerakan anak 3-4 tahun Berjinjit; menikmati
permainan musik; gema pola irama dengan bertepuk tangan
Ajarkan memainkan jari, lagu tindakan, dan permainan bernyanyi mudah; bertepuk tangan pola Ajarkan
memainkan jari, lagu tindakan,
23
4-5 tahun Berjalan, berlari, gallop, dan slide
ke musik; mulai melewatkan
Memberi
kesempatan kepada anak untuk bermain marching (berjalan, dan berderap musik)
Adapun pencapain perkembangan kecerdasan musik anak usia 4-6 tahun
berdasarkan Kassner dan Gestwicki (dalam Penelitan Kelompok Kajian oleh Syamsudin dkk, 2011:13) menyebutkan (1) menunjukkan pengertian kontras suara
keras dan lembut, (2) dapat menyanyi dalam wilayah tessitura (dari nada d sampai nada a), (3) memasangkan dan mengelompokkan sumber bunyi, volume bunyi,
pitch dan durasi, (4) anak dapat menggunakan suatu pukulan akurat mantap, nyanyian, dan pengulangan irama di (dalam) bernyayi mereka, (5) anak dapat mengenal pasangan dari paduan suara sebagai persamaan atau perbedaan.
C. Kegiatan Drum Band Anak Usia Dini
Kegiatan adalah aktivitas, usaha, pekerjaan atau kekuatan dan ketangkasan serta kegairahan (KBBI, dalam carapedia.com). Sedangkan, UU RI No. 15 Tahun 2006 menyebutkan kegiatan adalah sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya
baik yang berupa personel (sumber daya manusia), barang modal termasuk peralatan dan teknologi, dana, atau kombinasi dari beberapa atau kesemua jenis
sumber daya tersebut sebagai masukan (input) untuk menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk barang/jasa. Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan ialah aktivitas fisik yang di dalamnya terkandung usaha pengerahan
24
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995:243) drum diartikan sebagai genderang atau tambur. Sedangkan KBBI (2005:276) megartikan drumben ialah kelompok pemusik yang sambil berbaris memperagakan berbagai gerak dan bentuk
dengan memainkan alat-alat musik perkusi, terompet, genderang dan sebagainya di bawah pemimpin gitapati.
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 58
tahun 2009, anak usia dini ialah anak yang berada pada usia 0-6 tahun dengan klasifikasi usia 4 - ≤ 6 tahun adalah anak TK (jalur formal). Sedangakan anak usia dibawahnya masuk dalam jalur non formal dengan kategori usia 0 - ˂ 2 tahun, 2 - ˂ 4 tahun dan 4 - ≤ 6 tahun (bentuk pendidikan di Taman Penitipan Anak). Untuk
Kelompok Bermaian (KB) bentuk lain sederajat untuk anak usia 2 - ˂4 tahun dan 4 - ≤6 tahun. Jadi yang dimaksud dengan anak usia TK dalam penelitian ini ialah anak yang menempuh jalur pendidikan formal (TK) dan berada pada kisaran usia 4 – 6 tahun. Di dalam pelaksanaan pendidikan pada jenjang ini dikategorikan usia 4-5 tahun adalah anak kelompok A dan usia 5-6 tahun adalah anak kelompok B. Sehingga kegiatan drum band anak usia dini yang dimaksudkan dalam penelitian ini yang ialah aktivitas yang dilakukan atau diselenggarakan untuk mengarahkan anak dalam rangka mengembangkan potensinya dalam kaitannya dengan emosional
anak usia 4-6 tahun yang menempuh pendidikan jalur formal (TK).
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa kegatan drum band bagi anak usia TK ialah sebuah kegiatan kelompok yang dilakukan oleh anak usia 4-6 dengan
25
wilayah kecamatan Pleret Kabupaten Bantul yang difokuskan di gugus Raudhatul
Athfal (RA).
1. Nada dan Irama Drum Band AUD
Irama ialah unsur dasar musik berupa rangkaian gerak dalam musik dan tari yang terbentuk dari sekelompok bunyi dan diam dengan bermacam-macam panjang pendeknya, bentuk pola irama, bergerak berdasarkan pulsa dalam ayunan birama
(Rien Safrina, 2002: 62). AT. Mahmud (1995: 11) mengasosiasikan irama sebagai jantung musik. Sehingga dapat dijelaskan bahwa irama ialah komponen musik yang
mengarah pada keteraturan dan merujuk pada harmonisasi bunyi yang dihasilkan. AT Mahmud (1995: 65) menyampaikan bahwa pola irama dimulai dari pola irama
iringan terkecil dan disesuaikan dengan daya nalar anak. 2. Ragam Kegiatan Drum Band AUD
Dalam kegiatan drum band ada beberapa ragam yakni ragam gerak serta
ragam bunyi yang dilakukan tahap demi tahap. AT. Mahmud (1995: 63) mencontohkan tujuh bentuk gerak dengan padan sifat bunyi alat musik perkusi seperti di bawah ini:
Tabel 5. Ragam Gerak pada Alat Musik Perkusi
Gerak Alat musik perkusi
1. Langkah panjang Gendang (tambur) dipukul dengan kuat tempo lambat 2. Langkah pendek cepat Gendang dipukul dengan togkat pada sisinya dengan
tempo cepat beraturan
3. Berhenti tiba-tiba Gendang dipukul dengan kuat, disusul dengan satu kekuatan
4. Gerak atau kaki ringan cepat
Woodblock dipukul secara bebas sesuai dengan sifat yang diinginkan
5. Gerak tangan atau kaki cepat
Seperti di atas dengan tempo cepat
6. Gerak tangan atau kaki ringan lambat
Sepasang simbal salig dipukulkan dengan meninggalkan gaung.
26
AT. Mahmud (1996: 104) memperluas ragam bunyi dan gerak dalam
permainan. Gerak dideskripsikan dalam durasi (lama) bunyi (panjang, pendek), tempo serangkaian bunyi (cepat, lambat), intensitas (keras, halus), kualitas bunyi
(warna bunyi), tnggi bunyi (tinggi, rendah). Sedangkan ragam gerak meliputi cepat-lambat, keras-lunak, halus-kasar da gerak yang diragakan menaik atau menurun.
Jenis alat dalam musik perkusi dikelompokkan menjadi dua macam yakni
(a) alat musik perkusi tanpa nada, dan (b) alat musik perkusi bernada (AT. Mahmud, 1995: 67-68). Alat musik tanpa nada tersebut diantaranya gendang, gong, tambur,
tamborin, basdrum, simbal. Alat-alat musik dalam kategori ini dikelompokkan kembali dalam jenis alat musik berat dan ringan. Alat musik berat dan ringan
merujuk pada kedalaman dan ketinggian dari getar bunyi alat tersebut. Gong masuk dalam kategori alat musik berat dan triangel adalah alat musik ringan. Adapun alat musik perkusi bernada yang digunakan dalam drum band anak usia dini alah bell-lyra.
D. Hubungan Kelompok Sebaya dalam Permainan Drum Band
Drum band ialah sekelompok barisan orang orang yang memainkan satu atau banyak lagu dengan memakai sejumlah kombinasi instrumen (tiup, perkusi,
27
pemain tersebut ialah kelompok sebaya atau dalam rentang usia yang relatif sama
seperti di TK yang umumnya berada pada rentang usia 4-6 tahun).
Papalia, dkk (2014: 366) menjelaskan bahwa hubungan kelompok sebaya
dapat mengembangkan ketrampilan dalam hubungan sosial dan intimasi, keterampilan berkomunikasi, kerjasama, kemandirian dan memahami atauran. Selain itu anak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
E. Kerangka Berikir
Sosial emosional adalah salah satu ranah perkembangan yang penting bagi anak usia dini dan telah ditetapkan standar tingkat pencapaian perkembangannya
dalam PerMenDikNas 137 tahun 2014. Oleh karenanya diperlukan adanya stimulasi yang sesuai dengan perkembangan tersebut memalui kegiatan kegitan yang menarik.
Salah satu kegiatan yang menarik minat anak dan memungkinkan stimulasi aspek sosial emosional ialah kegiatan drum band. Dalam kegiatan tersebut anak saling berinteraksi dan bersosialisasi antara satu dengan yang lain. Interaksi tersebut
nampak dari perilaku anak yang ditunjukkan dalam kegiatan drum band seperti membantu teman mempersiapkan peralatan, terlibat dalam permainan berkelompok
yang memungkinkan adanya komunikasi antara anak, kedisiplinan yang ditandai dengan teraturnya anak dalam mengikuti kegiatan dan jarang ada anak yang terlambat mengkondisikan dirinya.
28
dengan penelitian penelitian dalam Jurnal Aplication of Research in Music Education (1994), menyatakan bahwa pendidikan musik dapat meningkatkan konsep diri, kepercayaan diri, sikap kooperatif, empati serta keterampilan sosial.
Gambar 1 Kerangka Berpikir
Pentingnya pengembangan aspek sosial emosional bagi anak usia dini (penetapan aspek sosial emosional sebagai salah satu
ranah perkembangan AUD)
Perlunya stimulasi aspek sosial emosional dengan kegiatan yang menarik minat anak
Kegiatan drum band memmungkinkan adanya stimulasi perkembangan sosial emosial anak: Anak saling berinteraksi,
anak saling tolong menolong, menumbuhkan kedisiplinan.
29 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian dan Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian diskriptif kuantitatif, menurut Suharsimi Arikunto (2005: 234) penelitianriptif adalah penelitian yang tidak bermaksud
menguji hipotesis tetapi lebih menggambarkan apa adanya tentang suatu variabel, gejala dan keadaan. Sedangkan West (dalam Moh. Nazir, 2003: 54) menjelaskan bahwa penelitian deskriptif merupakan intepretasi atas fakta dalam rangka
mempelajari masalah-masalah berkaitan dengan masyarakat, tata cara yang berlaku dalam masyarakat, serta situasi situasi tertentu termasuk hubungan,
kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari fenomena. Adapun menurut Sugiyono (2007: 29) pendeskripsian ini dapat dikemukakan melalui penyajian data dengan
tabel biasa maupun distribusi frekuensi, grafik garis maupun batang, diagram lingkaran, pictogram, penjelasan kelompok melui modus, median, mean, dan
variasi kelompok melalui rentang dan simpangan baku.
Penelitian ini mendeskripsikan kemunculan sosial emosional dalam drum band pada anak usia TK se-gugus RA Kecamatan Pleret dalam kegiatan drum band. Adapun penyajian data dalam penelitian ini menggunakan tabel dan diagram. Hasil penelitian digambarkan dalam bentuk distribusi frekuensi dan
persentase. Data yang digunakan dalam penelitian ini ialah data primer yakni data yang diperoleh melalui peninjauan lapangan secara langsung dengan
30 B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitin
Penelitian dilaksanakan di gugus Raudhatul Athfal di Kecamatan Pleret
Tabel 6. Daftar Tempat Penelitian
No Nama Raudhatul Athfal (RA) Alamat
1 RA Masyithoh Melikan Melikan, Ploso, Wonolelo, Pleret, Bantul,
DI. Yogyakarta 55791
2 RA Masyithoh Mojosari Mojosari, Wonolelo, Pleret, Bantul, DI.
Yogyakarta 55791
3 RA Segoroyoso Segoroyoso, Pleret, Bantul DI.
Yogyakarta 55791
4 RA Permatahati Almahalli Jln. Imogiri Timur KM. 10, Brajan,
Wonokromo, Pleret, Bantul, DI. Yogyakarta 5591
5 RA Masyithoh Karanganom Jln. Imogiri Timur KM. 11, Karanganom,
Wonokromo, Pleret, Bantul, DI.
Yogyakarta 55791
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada Bulan Juni-September 2016 meliputi persiapan, pengambilan serta pengolahan data.
C. Variabel Penelitian dan Definisi Oprasional 1. Variabel Penelitian
Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh
informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono 2007:2). Variabel dalam penelitian ini ialah variabel tunggal yakni sosial
31 2. Definisi Oprasional
Berikut ini merupakan definisi oprasional untuk memperjelas mengenai apa yang diteliti:
a. Sosial emosional adalah proses berkembangnya kemampuan anak untuk menyesuaikan diri terhadap dunia sosial yang lebih luas. Dalam proses perkembangan ini anak diharapkan mengerti/ memahami orang lain yang
berarti mampu menggambarkan ciri- cirinya, mengenali apa yang dipikirkan, dirasa, dan diinginkan serta dapat mendapatkan diri pada sudut pandang orang lain tersebut tanpa “kehilangan“ dirinya sendiri. Adapun sosial emosional
dalam standar pendidikan PAUD dibagi dalam tiga lingkup pengembangan
yakni kesadaran diri, tanggungjawab dan perilaku prososial.
b. Drum band ialah sekelompok barisan orang orang yang memainkan satu atau banyak lagu dengan memakai sejumlah kombinasi instrumen (tiup, perkusi,
dan sejumlah instrumen dari musik band serta drum) secara serentak.
c. Raudhatul Athfal ialah salah satu satuan atau program pendidikan anak usia dini jalur formal yang bernaung di bawah Kementerian Agama.
D. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono 2007:61). Sedangkan
32
dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiono, 2007:62). Menurut
Suharsimi Arikunto (2006: 134) apabila populasi lebih dari 100, maka sampel yang diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih.
Populasdi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa dalam kegiatan drum band di gugus Raudhatul Athfal (RA) Kecamatan Pleret yang berjumlah 225 anak. Sedangkan penetapan sampel dalam penelitian ini ialah 25% x 225 = 56.25
(dibulatkan 56) sehingga di masing-masing RA anak yang diobservasi sejumlah 11 (dari hasil pembulatan 11.25). Adapun rinciannya ialah:
Tabel 7. Penentuan Sampel Penelitian
No Nama Raudhatul Athfal
(RA)
Jumlah Peserta Drum Band
Penentuan Sampel
1 RA Masyithoh Melikan 45 Anak 45 x 25% = 11.25 (12 anak)
2 RA Masyithoh Mojosari 45 Anak 45 x 25% = 11.25 (11 anak)
3 RA Segoroyoso 45 Anak 45 x 25% = 11.25 (11 anak)
4 RA Permatahati Almahalli 45 Anak 45 x 25% = 11.25 (11 anak)
5 RA Masyithoh
Karanganom
45 Anak 45 x 25% = 11.25 (11 anak)
Jumlah 225 Anak 56 Anak
Metode pengambilan sampling dalam penelitian ini dengan menggunakan metode random sampling, menurut Suharsimi Arikunto (2006: 134) teknik
sampling ini diberi nama demikian karena dalam pengambilan sampelnya peneliti menganggap bahwa semua subyek memiliki hak yang sama untuk memperoleh kesempatan menjadi sampel. Untuk RA Masyithoh Melikan peneliti mengambil
33 D. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah cara memperoleh data yang diperlukan mengenai variabel-variabel penelitian (Suharsimi Arikunto 2006:149). Dalam
pengumpulan data-data yang relevan, penulis menggunakan metode observasi. Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis (Sutrisno Hadi, dalam Sugiyono 2007:
203). Sugiyono (2007: 204) menjelaskan bahwa dalam pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat dibedakan menjadi observasi berperan serta dan observasi non
partisipan. Dalam observasi berperan serta, peneliti terlibat langsung dengan kegiatan sumber data penelitian. Sedangkan observasi nonpartisipan peneliti tidak
terlibat dan hanya sebagai pengamat saja. Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi nonpartisipan dimana peneliti hanya melakukan pengamatan saja. Adapun observasi dalam penelitian ini dilakukan untuk
memperoleh data primer tentang kemunculan aspek sosial emosional pada anak usia dini dalam kegiatan tersebut.
E.Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya baik, dalam arti lebih cermat lengkap dan sistimatis sehingga lebih mudah diolah (Suharsimi Arikunto, 2006:160). Dalam penelitian ini, cara untuk mengukur
34 Tabel 8. Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Pengembangan Empati
Tenggang rasa 1. Tidak mengejek teman
2. Tidak asal menyalahkan 3. Menghibur teman
4. Mengakui kelebihan teman 5. Menunggu antrean
Kepedulian 6. Meminjamkan mainan (tidak
berebut alat drum band dengan teman)
7. Membantu teman yang
membutuhkan
8. Menemani teman
Pengertian 9. Membentu tanpa diminta
10. Memaafkan teman yang mengaku salah
11. Meminta maaf apabila berbuat salah 12. Bersabar menunggu giliran
memainkan alat sesuai peran 13. Memelihara alat yang dipinjamkan
sekolah
14. Mendengarkan orang yang berbicara 15. Tidak memaksakan kehendak Afiliasi dan Resolusi
Konflik
Komunikasi dua arah
16. Menyapa teman, guru atau pelatih drum band pada saat kegiatan 17. Saling berkomunikasi dengan teman 18. Meminta tolong dengan sopan 19. Aktif berkomunikasi (menangkap
dan memahami informasi) 20. Mendengar orang yang berbicara
Kerjasama 21. Bergabung dan terlibat dalam
permainan kelompok
22. Berkasih sayang dengan teman 23. Berbagi peran dengan teman 24. Membantu pelatih dalam
mempersiapkan peralatan drum band
25. Merespon tawaran atau peberian 26. Ikhlas (rela) membentu orang lain Penyelesaian
Konflik
27. Mengucapkan terima kasih setelah dibantu
28. Menerima nasihat orang lain 29. Berusaha sabar
35
Indikator Kebiasaan Positif
Tata Krama 34. Menghargai yang dilakukan teman
lain
35. Menunggu giliran untuk berbicara 36. Mendengarkan pelatih berbicara
(menjelaskan)
37. Menatap mata orang yang sedang berbicara (memperhatikan intruksi) 38. Mengucapkan silakan pada orang
yang meminta ijin 39. Mengucapkan maaf 40. Mengucapkan permisi
41. Menawarkan bantuan pada yang membutuhkan
42. Mengajak teman bermain bersama 43. Memberi komentar baik atau tidak
menyakitkan
44. Menjawab sapaan dengan ramah
Kemandirian 45. Bermain sesuai aturan
46. Membantu orang yang membutuhkan pertolongan 47. Tidak datang terlambat
48. Mengerjakan sesuatu sampai selsai 49. Membereskan peralatan drum band
setelah dipakai
50. Menerima tugas sesuai peran dalam
drum band
51. Sportif dalam bermain drum band
Tanggungjawab social
52. Berinisiatif memulai permainan sambil menunggu teman lain 53. Memimpin suatu kegiatan 54. Berani menyatakan kinginan 55. Mengajukan usul
56. Berani bertanya sesuatu yang ingin diketahui
57. Tidak takut mencoba
F. Uji Validitas dan Reliabelitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument. Jika instrument tersebut memiliki