• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROS Rossy AM, Yusuf Latief A State of The Art fulltext

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROS Rossy AM, Yusuf Latief A State of The Art fulltext"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

269

KONSTRUKSI

Rossy Armyn Machfudiyanto dan Yusuf Latief

Fakultas Teknik, Universitas Indonesia email: rossyarmyn@gmail.com

ABSTRACT

This study reviews the literature on safety culture that focuses on research conducted from 2000 onwards. The term "culture" is defined as a characteristic that is applied to the safety organization and especially on the safety of the construction. Some explanations in the case of a positive safety culture, safety culture model, the level of aggregation and safety given by presenting empirical evidence and theoretical developments as appropriate. In general, so-called safety culture has influenced the behavior of workers and measures relating to occupational health and safety organizations that are carrying out the task. Given a few years now safety has been the center of much attention in all industries, including the construction, aimed lah implications for future research.

Keywords: Safety Culture, Cultural Organization, Construction Accident, Safety Management Systems

PENDAHULUAN

Dalam rangka berkontribusi untuk me-ngurangi kecelakaan kerja, keselamat-an kerja telah diteliti dari sudut pkeselamat-an- pan-dang yang berbeda (Silva, dkk; 2004). Secara teknis maupun psikologi, sudut pandang tersebut menuntun naiknya budaya keselamatan yang positif – sebuah konsep yang dihubugkan secara intrinsik pada budaya organisasi yang telah menarik perhatian banyak kalangan industri. Meskipun peran utama dalam menentukan kesuksesan atau kegagal-an suatu orgkegagal-anisasi terletak pada budaya organisasi, nampaknya tidak ada

(2)

270

kritis yang berhubungan dengan pene-litian yang sudah disebarluaskan (dari 2000 dan seterusnya), tulisan ini meng-analisis pemikiran dan pandangan dari beberapa tempat belajar yang berbeda dalam konteks keselamatan konstruksi. Walaupun perkembangan dari model budaya keselamatan diluar dari jang-kauan tulisan ini, sebuah model kon-septual ditawarkan untuk menguji budaya keselamatan secara umum dan sisi konstruksi secara khusus. Poin selanjutnya akan merangkum budaya organisasi sebagaimana sebuah ulasan dari budaya keselamatan bisa saja tidak lengkap tanpanya ketika operasi-nya dipengaruhi oleh karakteristik organisasi (Sawacha, dkk; 1999). 1. Budaya Keorganisasian

Menurut Reason (1997, hal.192), definisi Uttal (1983) mengenai budaya keorganisasian diambil paling dekat dari intinya yaitu: “nilai-nilai (apa saja yang penting) dan kepercayaan (bagai-mana sesuatu bekerja) yang disebar-luaskan yang berinteraksi dengan perusahaan, struktur keorganisasian dan system kendali untuk meng-hasilkan norma-norma perilaku (cara kita bekerja disini)”. Cooper (2000) mendefinisikan budaya yang bekerja-sama sebagaimana untuk

mere-fleksikan tindakan, kepercayaan, peri-laku dan nilai-nilai dengan melihat tujuan, fungsi dan prosedur keorgani-sasian”. Secara singkat, budaya keor-ganisasian adalah hubungan antara organisasi dan individu dimana tindak-an para pekerja bisa berubah melalui interaksi timbal balik.

(3)

271 Beliau menjelaskan bahwa borma dan

nilai telah dikulturasikan semenjak masa kanank-kanak melalui asuhan orang tua dan sekolah dan tetap seperti itu sepanjang hidup manusia. Guldenmund (2000) merangkum budaya keorganisasian sebagai “sebuah pemahaman yang tetap, multidimensi dan menyeluruh yang disebarluaskan oleh kelompok-kelompok dari anggota keorganisasian yang memberikan kerangka acuan dan yang memaknai dan atau yang diungkapkan khusus dalam penerapan tertentu”.

Menurut Hofstede (1990), budaya keorganisasian dianggap sebagi bisnis managemen yang tertinggi. Schein (1992) mendefinisikan budaya keor-ganisasian merupakan sebuah “pola dasar asumsi-asumsi yang ditanamkan, ditemukan dan dikembangkan oleh kelompok yang ditentukan seagaimana kelompok tersebut belajar untuk me-ngatasi masalah-masalahnya dari adap-tasi luar dan integrasi dalam. Hal ter-sebut berjalan cukup lancar dan pantas disebut valid, oleh karena itu hal tersebut juga pantas diajarkan pada para anggota baru sebagai cara yang tepat dalam memandang, berfikir dan merasakan hal yang berhubungan dengan

masalah-masalah tersebut”. Schein (1992) menggunakan istilah budaya keorganisasian sebagai “ketetapan tin -dakan yang diamati ketika orang ber-interaksi (Bahasa, adat, tradisi dan ritual) dengan norma-norma kelom-pok, nilai-nilai yang mendukung, filo-sofi formal, aturan main, iklim, ke-terampilan yang masuk, kebiasaan berpikir/model mental/paradigm linguis-tik, makna-makna yang disebarluas-kan, perumpamaan atau symbol per-paduan” yang menunjukkan kerumitan makna dari sebuah budaya.

(4)

272

Guldenmund, 2000, hal. 223) menyarankan analisis budaya harus spesifik pada konteks dan berkaitan dengan isu pokok yang mana kasus kita adalah tentang isu keselamatan. Richter dan Kotch (2004) berpendapat bahwa budaya keorganisasian merupa-kan pemahaman yang tersebarluas oleh organisasi yang sudah disepakati. Gledon dan Stanton (2000) mengung-kapkan bahwa budaya keorganisasian tidak dimiliki oleh kelompok apapun, naum diciptakan oleh semua anggota organisasi tersebut.

2. Budaya Keselamatan

Konsep budaya keselamatan sering kali disajikan terpisah dengan karak-teristik keorganisasian yang lain seperti jadwal kerja, teknologi, strategi bisnis dan pengambilan keputusan keuangan (Reiman dan Oedewald, 2004). Reiman dan Oedewald (2004) mengungkapkan pemisahan konsep budaya keselamatan ini mengurangi istilah yang hanya mengacu pada faktor0faktor yang sangat jelas berhubungan dengan keselamatan seperti keselamatan tingkah laku dan nilai-nilai keselamatan. Meskipun konsep tersebut telah banyak digunakan selama bertahun-tahun, hal tersebut tidak begitu jelas. Dalam

rangka memahami budaya keselamatan dengan lebih baik, sejumlah penelitian di masa lampau telah diuji. Tabel 1 mendaftar rangkuman penelitian tentang budaya keselamatn yang dilakukan sejak tahun 2000. Hal tersebut menunjukkan dua puluh tujuh penelitian yang terpilih sebagai ulasan kritis benar-benar mewakili konsep tersebut.

Kecelakaan Chernobyl pada bulan April tahun 1986 memberikan bukti kerawanan teknologi dan menekankan kebutuhan untuk memahami keselamatan keorganisasian. Istilah budaya keselamatan pertama kali dikenalkan pada Summary Report on the Post-Accident Review Meeting on

the Chernobyl Accident INSAG yang dipublikasikan oleh IAEA dalam Safety Series No. 75-INSAG-1 tahun 1986 dan diperluas dalam Basic Safety Principles for Nuclear Power Plants,

(5)

273 teori dari budaya keorganisasian.

INSAG-3 (1988) menjelaskan bahwa “frasa ‘budaya keselamatan’ merupa -kan masalah yang sangat umum, dedikasi pribadi dan tanggung jawab seluruh individu yang terlibat dalam aktivitas apapun yang memiliki pengaruh pada keselamatan PLTN”. Akan tetapi, makna dari istilah tersebut dibiarkan terbuka untuk diinterpretasi-kan dengan kurangnya panduan dalam bagaimana ‘budaya keselamatan’ dapat dinilai. Banyak definisi tentang budaya keselamatn yang ada dalam literatur akademik dan contoh-contoh definisi yang terpilih ditunjukkan dalam table 2. Hanya delapan dari dua puluh tujuh penelitian yang terpilih mendefinisikan

budaya keselamatan. Kebanyakan defi-nisinya memiliki perspektif keperca-yaan yang sama dengan setiap focus-nya dan derajat yang berbeda-beda dalam bagaiman orang berpikir dan bertingkah laku yang berhubungan dengan keselamatan. Definisi-definisi tersebut cenderung mencerminkan pandangan bahwa budaya keselamatan lebih mengacu pada apa itu organisasi dari pada sesuatu yang organisasi miliki. Definisi yang diambil oleh Hale (2000) dan Cooper (2000) merupakan definisi yang paling utala sebagaimana definisi- definisi tersebut menjabarkan isi dari budaya keselamatan secara eksplisit.

Tabel 1.Daftar dan Ringkasan dari literature reviews tentang Budaya Keselamatan

Referensi Ringkasan Penelitian

Hale (2000) Menguraikan aspek-aspek budaya keselamatan yang rumit dan menyarankan elemen-elemen dari budaya keselamatan yang baik

Pidgeon dan O’Leary

(2000)

Mengarah pada hasil kerja yang merupakan pelopor dari Barry Turner yang bukunya Man-made Disasters (Turner, 2978) merupakan buku pertama yang menarik perhatian pada proses keorganisasian yang dibutuhkan untuk mempelajari kejadian dan kesalahan masa lampau demi mencapai budaya keselamatan yang baik

Rundmo (2000) Menyajikan gambaran mental dari resiko dan hasil survey yang menunjukkan isu-isu seperti budaya keselamatan, perilaku pekerjapersepsi tentang resiko dan tindakan di kalangan para karyawan dalam perusahaan industri Norsk Hydro. Model yang disajikan menghubungkan faktor-faktor budaya keselamatan dengan tindakan-tindakan yang berhubungan dengan pengendalian resiko.

Lee dan Harrison (2000)

(6)

274

McDonald, dkk. (2000)

Menyelidiki hubungan dari aspek-aspek budaya keselamatan dan sistem managemen keselamatan yang berbeda dan menyajikan model sistem managemen keselamatan yang telah direvisi

Glendon dan Stanton (2000)

Menyajikan perbedaan yang bermanfaat antara proses top-down yang strategis, perspektif fungsionalis dan proses bottom-up berbasis data, pendekatan yang interpretif dengan budaya keselamatan

Guldenmund (2000) Mengemukakan budaya sebagai obyek sentral dari budaya keorganisasian dan menyajikan ulasan luar biasa dari 15 penelitian yang mengindikasikan kerumitan konsep iklim keselamatan Clarke (2000) Menjelaskan istilah buaday keselamatan san mengusulkan model

teori dimana budaya keselmatan mempengaruhi tindakan keselamatan dalam organisasi

Cooper (2000) Menyajikan sebuah model timbal balik dari buadaya keselamatan untuk memahami sifatnya yang dinamis, multi sisi dan menyeluruh Glendon dan

Litherland (2001)

Menyajikan struktur faktor budaya keselamatan dan mengembangkan ukuran observasi tindakan dari kinerja keselamatan. Akan tetapi, penelitian ini gagal dalam mencari hubungan antara iklim keselamatan dan ukuran observasi tindakan dari kinerja keselamatan

O’Toole (2002) Mengidentifikasi budaya keselamatan sebagi faktor penting yang

mengatur pola dari pentingnya keselamatan dalam sebuah organisasi

Mohamed (2002) Menyajikan sebuah model dimana tindakan kerja yang aman meruakan konsekuensi dari iklim keselamatan yang ada dalam lingkungan konstruksi

Mohamed (2003) Mempromosikan penggunaan rubric yang seimang untuk membandingkan dan mengukur budaya keorganisasian dengan sistem yang terbaik dalam penbangunan dan berpendapat bahwa memilih dan mengevaluasi pengukuran dalam empat perspektif, yaitu: managemen, operasional, pelanggan, dan pembelajaran memungkinkan organisasi menggapai kemajuan kinerja keselamatan

Silva, dkk. (2004) Menguji keandalan dan validitas dari kuisioner OSCI (organization and safety climate inventory) untuk menunjukkan karakteristik iklim keorganisasian dan iklim keselamatan dalam 15 organisasi industri

Richter dan Koch (2004)

Mendiskusikan perspektif dari integrasi, perbedaan dan ketidakjelasan dalam budaya keselamatan

Cooper dan Phillips (2004)

Menentukan hubungan antara iklim dan tindakan keselamatan Fang, dkk. (2006) Mengidentifikasi dimensi iklim keselamatan untuk memperbaiki

budaya keselamatan dalam konstruksi

Chinda (2007) Menemukan dinamika budaya keselamatan kerja pada proyek konstruksi

Choudry dkk(2007) Mengembangkan model budaya keselamatan kerja berbasis perilaku, iklim keselamatan dan sistem pada industry konstruksi Moolenar (2009) Mengidentifikasi karakteristik budaya keselamatan kerja sebagai

pengaruh dari kinerja suatu perusahaan konstruksi yang diukur menggunakan EMR

(7)

275 Ismail dkk (2012) Memahami faktor-faktor pembentuk budaya keselamatan kerja

pada industry konstruksi di malaysia

Fang (2013) Integrasi antara pembentuk budaya keselamatan kerja dengan para pemain kunci pada proyek konstruksi meliputi owner, kontraktor dan sub kontraktor

Zhang (2014) Mengetahui persepsi dari stakeholder akan kesesalamatan kerja dengan menganalisa bentuk fasad bangunan dengan Q metodologi

Pelopor penelitian seperti International Atomic Energy Agency (IAEA, 1991) terbitan Safety Culture: A Report by yhe International Nuclear Safety Advisory Group (INSAH-4) mengam-bangkan konsep budaya keselamatan secara detail. Pelopor tersebut men-definisikan budaya keselamatan seba-gai “pertemuan antara karekteristik dan tingkah laku dalam organisasi dan individu yang menimbulkan suatu hal seperti, sebuah prioritas utama, isu tentang PLTN mendapatkan perhatian yang dibenarkan oleh kepentingan mereka”. Definisi tersebut menggaris-bawahi dua poin utama: (1) budaya keselamatan selain merupakan tingkah laku keselamatan yang baik, hal tersebut juga merupakan managemen keselamatan yang baik yang dibangun oleh organisasi; (2) budaya keselamat-an ykeselamat-ang baik adalah ykeselamat-ang menetapkkeselamat-an prioritas tertingginya pada keselamat-an. Laporan tersebut kemudian

men-jelaskan bahwa budaya keselamatan kaitannya dengan organisasi dan individu merupakan sikap sebagai-mana struktural dan menyangkut kebu-tuhan untuk memadukan semua isu keselamatan dengan tindakan dan perepsi yang cocok”. Laporan tersebut (INSAG-

(8)
[image:8.595.87.504.105.625.2]

276

Table 2 Definisi Budaya Keselamatan

Referensi Definisi Budaya Keselamatan Kennedy dan

Kirwan (1998)

Konsep abstrak yang didukung oleh penggabungan persepsi individu dan kelompok, proses berpikir, perasaan dan tindakan yang memberikan peningkatan secara bergantian pada cara tertentu dalam bekerja di organisasi. Definisi ini merupakan sub elemen dari seluruh budaya keorganisasian

Hale (2000) Mengarah pada perilaku, kepercayaan dan persepsi yang disebarkan oleh kelompok asli yang mendefinisikan norma dan nilai yang menentukan bagaimana mereka bertindan dan bereaksi terkait dengan resiko dan sistem pengendali resiko

Glendon dan Stanton (2000)

Melibatkan perilaku, tindakan, norma dan nilai, tanggung jawab pribadi dan juga fitur sumber daya manusia seperti pelatihan dan pengembangan

Guldenmund (2000) Aspek-aspek budaya keorganisasian yang akan memberikan dampak pada perilaku dan tindakan yang berhubungan dengan meningkatkan dan menurunkan resiko

Cooper (2000) Budaya merupakan “hasil dari interaksi yang memiliki banyak tujuan anatara manusia (psikologi), pekerjaan (tindakan), dan organisasi (situasi); sedangkan budaya keselamatan merupakan tingkat usaha yang dapat diamati yang mana semua anggota organisasi mengarahkan perhatian dan tindakan mereka pada meingkatkan keselamatan dalam sesuatu yang biasa dilakukan sehari-hari

Mohamed (2003) Sub sisi dari budaya keorganisasian yang mempengaruhi perilaku dan tindakan para pekerja berkaita dengan kinerja keselamatan yang sedang berproses pada organisasi

Ritcher dan Koch (2004)

Membagikan dan mempelajari tentang makna, pengalaman, dan intepretasi dari pekerjaan dan keselamatan - yang sebagian diekspesikan menggunakan symbol-simbol – yang menuntun tindakan manusia terhadap resiko, kecelakaan dan pencegahan Gang, dkk. (2006) Serangkaian indicator umum, kepercayaan dan nilai yang organisasi

(9)

277 Lee dan Harrison (2000)

mengungkap-kan bahwa pada dasarnya setiap sistem managemen keselamatan merupakan sistem sosial yang seluruhnya bergan-tung pada karyawan yang meng-operasikannya. Kesuksesannya ber-gantung pada tiga hal: cakupan sistem itu, apakah karyawan memiliki pe-ngetahuan tentang sistem tersebut; dan apakah mereka mau menjalakan sistem tersebut. Konsep tersebut berkembang untuk membentuk dan membahas fokus baru tersebut. Kaitannya dengan hal tersebut, Advisory Committee on the Safety of Nuclear Installations (ACSNI, 1993) mendefinisikan bahwa “budaya keselamatan dari satu organi-sasi merupakan hasil dari nilai-nilai individu dan kelompok, persepsi ting-kah laku, kompetensi dan pola tingting-kah laku yang menentukan komitmen untuk dan gaya serta kemampuan kesehatan organisasi dan managemen keselamatan”. Sebuah model budaya keselamatan memeparkan sikap yang mana budaya keselamatan diduga tertanam dalam ptaktik-praktik organi-sasi dan sistem-sistem managemen keselamatan. Sesi berikutnya mengulas tentang model-model budaya kesela-matan.

3.1 Model budaya keselamatan

Kelemahan utama sebagian besar model budaya keselamatan adlah kurangnya integrasi dengan model- model umum budaya keorganisasian. Menurut Schein (1992) budaya keorganisasian dipahami sebagai asusmsi yang sangat berakar dari sifat manusia, kegiatan manusia dan hubungan sosial yang disebarkan oleh anggota-anggota organisasi dan ekspresi mereka dalam nilai-nilai, pola tingkah laku, dan artefak yang ditentu-kan dalam organisasi tersebut. Pada kesempatan tertentu, model budaya keselamatan menyiratkan keselamatan dapat dipandang dan dipromosikan sebagai sesuatu yang terlepas dari susunan system sosio- teknis. Menurut Grote dan Kunzler (2000) menyajkan sebuah sosio-teknis model budaya keselamatan yang menghubungkan system managemen dan budaya keselamatan dengan struktur organisasi umum. Akan tetapi, model tersebut merupakan skema dan tidak memiliki sarana untuk menilai secara objektif bdaya keselamatan.

(10)

278

menyajikan sepuluh prinsip yang membentuk pondasi untuk budaya keselamatan seluruhnya. Sepuluh prinsip tersebut untuk meraih budaya keselamatan total dalam tempat kerja, yaitu: karyawan didorong aturan dan presedur keselamatan; pendektan berbasis tingkah laku; fokus pada proses bukan hasil; pandangan tingkah laku diarahkan oleh aktivator dan dimotivasi oleh konsekuensi; fokus pada meraih suskses bukan meng-hindari kegagalan; observasi dan umpan balik dalam praktik kerja; umpan balik yang efektif elalui pelatihan berbasis tingkah laku; observasi dan pelatihan sebagai aktivitas kunci; pentingnya penghar-gaan diri; kepemilikan dan pember-dayaan dan keselamatan sebagai prioritas dari pada sebuah nilai. Tiga tahun kemudian, Geller (1997) menge-mukakan sebuah model Budaya Kese-lamatan Total yang meliputi tiga rangkaian keselamatan dan melihat hubungan dinamis dan interaktif antara manusia, lingkungan dan tingkah laku. Sekali lagi, beiau mengemukakan sepuluh prinsip atau nilai yang mem-0bentuk dasar dari budaya keselamatan total.

Sebuah model yang disajikan oleh

(11)

279 sebuah kombinasi. Model Geller

(1997) sama dengan model timbal balik Cooper, perbedaannya hanyalah pada istilah linkungan yang digunakan dari pada istilah situasi. Menurut Maloney dan Smith (2003), pengaruh timbal balik tidak bekerja secara serempak dan tidak juga perlu kekuatan yang sama. Ada suatu proses aksi reaksi atau yang disebut dengan ‘interaksi dinamis yang abadi’ (Cooper, 2000). Alhasil, hubungan antara budaya, iklim dan kinerja keselamatan diteliti (Gledon dan Litherland, 2001; Neal dkk., 2000). Fokus dari model-model tersebut adalah pada tingkah laku – kerelaan dan pastisipasi. Setiap orang dalam sebuah organisasi berhak memulih untuk patuh atau tidak, untuk berpartisipasi atau tidak. Akan tetapi, memahami faktor psikologi dalam sisi pekerjaan dan kinerja keselamatan dapat mempermudah perkembangan strategi untuk belajar, desain ulang pekerjaan dan pelatihan yang akan mengurangi aspek pekerjaan yang menimbulkan tekanan, yang mana hal tersebut akan memperbaiki tingkah laku keselamatan. Secara ringkas, lebih banyak penelitian dibutuhkan untuk mengenal sebuah model budaya keselamatan yang memuaskan.

Model terbaru dari budaya keselamat-an kerja yaitu Safety Culture Interaction (SCI). Pada model SCI ini, Interaksi antara pemilik, kontraktor dan subkontraktor berjalan dengan seimbang sebagai pemegang peran penting atau pemain utama dalam membangun budaya keselamatan untuk proyek konstruksi dengan ruang lingkup lingkungan, persepsi dan perilaku (Fang,2013) . Dimana pemain utama ini menangani atribut tenaga kerja, manajemen dari proyek budaya keselamatan. Pada model ini menggunakan metode survei iklim kerja dan BBS (Behavior Based Safety) yang artinya perilaku berbasis keselamatan yang digunakan untuk mengevaluasi budaya keselamatan yang terjadi.. Sehingga SCI ini merupakan model budaya keselamatan yang perlu dikembangkan untuk me-ningkatkan interaksi stakeholder budaya keselamatan pada proyek konstruksi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

(12)

280

mengembangkan sebuah budaya yang baik menuju kinerja keselamatan yang baik pula. Hale (2000) telah mendaftar sejumlah elemen tentang budaya keselamatan yang baik, elemen tersebut adalah pentingnya keselamatan, keter-libatan pekerja pada semua tingkatan, peran staf keselamatan, kepedulian (bahwa semua pihak memiliki mata selalu waspada dan tangan yang siap membantu untuk mengatasi kesalahan kecil dan kekeliruan yang terelakkan), keterbukaan dalam komunikasi, ke-percayaan akan meningkatnya kese-lamatan, dan integrasi keselamatan dalam organisasi. Budaya keselamatan sangat krusial untuk konstruksi (Gang, dkk. 2006), khususnya bagi industri konstruksi yang buruk catatan kese-lamatannya (Mohamed, 2002). Cons-truction Industry Review Committee (CIRC, 2001) yang dilaksanakan oleh Hong Kong SAR (wilayah adminis-trative khusus) merekomendasikan sejumlah strategi membangun dengan baik dimana salah satu dari strategi utamanya memperhatikan kebutuhan penting untuk mengembangkan budaya keselamatan dalam industri pada semua tingkat. Penelitian baru-baru ini sangat-lah penting untuk melihat bagaimana budaya keselamatan dibangun dan

diukur. Pandangan para penulis me-nyatakan bahwa bagian dari komitmen managemen terhadap keselamatan me-libatkan tekanan pengelolaan produksi dimana karyawan seharusnya tidak ditekan untuk mengambil jalan pintas dan bekerja secara tidak aman.

KESIMPULAN DAN

REKOMENDASI

(13)

281 keselamatan pada proyek konstruksi.

Akan tetapi untuk mencapai level zero accident para peneliti harus lebih memperhatikan konsep budaya kesela-matan sebagai sesuatu yang harus dilaksanakan bukan hanya berupa gagasan atau ide.

Penulis merekomendasikan hubungan antara stakeholder sebagai bagian dari suatu sistem manajemen keselamatan konstruksi harus terbangun dengan ideal. Sehingga untuk penelitian yang akan dating model budaya keselamatan kerja dapat diintegrasikan dengan model stakeholder sebagai satu kesatuan dalam membentuk Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi.

DAFTAR PUSTAKA

Advisory Committee on the Safety of Nuclear Installations (ACSNI), 1993. Study Group on Human Factors, Third report: Organizing for safety, HMSO, London. Biggs, Sarah E., et al. "Safety leaders’

perceptions of safety culture in a large Australasian construction organisation." Safety science 52 (2013): 3- 12.

Choudhry, M.R., 2002. Management of change for organizations. Science Technology and Development 21 (4), 51–55.

Choudhry, M.R., Fang, D.P., 2005. The nature of safety culture: a survey of the state-of-the-art and impro-veing a positive safety cul-ture. In: Proceedings of the 1st

Inter-national Conference on Construc-tion Engineering and Mana-gement, 16–19 October, Seoul, Korea, 480–485.

Choudhry, M.R., Fang, D.P., Moham-med S., submitted for public-cation. Developing a model of construction safety culture. Journal of Management in Engineering. Chinda, Thanwadee, and Sherif

Moha-med. "Structural equation model of construction safety culture." Engineering, Construction and Architectural Management 15.2 (2008): 114-131.

Construction Industry Review Committee (CIRC), 2001. Report on: Construct for Excellence, Hong Kong SAR, 207 p.

Clarke, S., 2000. Safety culture: under-speciWed and overrated? Inter-national Journal of Management Review 2 (1), 65–90.

Cooper, M.D., 2000. Towards a model of safety culture. Safety Science 36, 111–136.

Cooper, M.D., Phillips, R.A., 2004. Exploratory analysis of the safety climate and safety behavior relationships. Journal of Safety Research 35, 497–512.

Davies, G.F., Powell, W.W., 1992. Organization – environment relations. In: Dunnette, M.D., and Hough, L.M. (Eds.), Handbook of Industrial and Organizational Psy-chology, 315–375.

Fang, Dongping, and Haojie Wu. "Development of a Safety Culture Interaction (SCI) model for construction projects." Safety science 57 (2013): 138-149.

(14)

282

Safety climate in construction industry: a case study in Hong Kong. Journal of Construction Engineering and Management 132 (6), 573–584.

Geller, E.S., 1994. Ten principles for achieving a Total Safety Culture. Professional Safety (September), 18–24.

Geller, E.S., 1997. The Psychology of Safety: How to Improve Behaviors and Attitudes on the Job. CRC Press, LLC, Florida. Glendon, A.I., Litherland, D.K., 2001.

Safety climate factors, group diVerences and safety behavior in road construction. Safety Science 39, 157– 188.

Glendon, A.I., Stanton, N.A., 2000. Perspectives on safety culture. Safety Science 34, 193–214.

Grote, G., Kunzler, C., 2000. Diagnosis of safety culture in safety management audits. Safety Science 34, 131–150.

Guldenmund, F.W., 2000. The nature of safety culture: a review of theory and research. Safety Science 34, 215–257.

Hale, A.R., 2000. Editorial: culture’s confusions. Safety Science 34, 1– 14. Hale, A.R., 2004. Letters to the editor. Safety Science 42, 979–983.

Health and Safety Executive, 1999. Health and Safety Climate Survey Tool, HSE Books, UK. Hinze, J.W., 1997. Construction Safety. Prentice-Hall Inc., Upper Saddle River, New Jersey.

Hinze, J.W., 2000. Incurring the costs

of injuries versus investing in safety. In: Coble, R.J., Hinze, J.W., Haupt, T.C. (Eds.), Cons-truction Safety and Health Mana-gement. Prentice Hall, Princeton, New Jersey (Chapter 2).

Hinze, J.W., 2005. A paradigm shift: leading to safety. In: Proceedings of the CIB W 99, 4th Triennial International Conference: Re-thinking and Revitalizing Cons-truction Safety, Health, Environ-ment and Quality, 17–20 May, Port Elizabeth, South Africa, 01– 11.

Hofstede, G., 1990. Cultures and Organization: Software of the Mind. McGraw-Hill, London.

International Atomic Energy Agency (IAEA), 1991. Safety Cultures (Safety Series No. 75-INSAG-4), A Report by the International Nuclear Safety Advisory Group, Vienna.

International Nuclear Safety Advisory Group (INSAG), 1988. Basic Safety Principles for Nuclear Power Plants (Safety Series No 75-INSAG-3).

International Atomic Energy Agency, Vienna.

Ismail, Faridah, et al. "Assessing the Behavioural Factors’ of Safety Culture for the Malaysian Cons-truction Companies." Procedia-Social and Behavioral Sciences 36 (2012): 573-582.

(15)

Engi-283 neering and Management 124 (5),

418–428.

Kennedy, R., Kirwan, B., 1998. Development of a hazard and operability-based method for identifying safety management vulnerabilities in high risk sys-tems. Safety Science 30, 249–274.

Langford, D., Rowlinson, S., Sawacha, E., 2000. Safety behavior and safety management: its inXuence on the attitudes in the UK construction industry. Engineer-ing Construction and Architec-tural Management Journal 7 (1), 133–140.

Lee, S., Halpin, D.W., 2003. Predictive tool for estimating accident risk. Journal of Construction Engineer-ing and Management 129 (4), 431–436. Lee, T., Harrison, K., 2000. Assessing safety culture in nuclear power stations. Safety Science 34, 61–97.

Lingard, H., Holmes, N., 2001. Understanding of occupational health and safety risk control in small business construction Wrms: barriers to implementing technological controls. Construc-tion Management and Economics 19 (2), 217–226.

Maloney, W.F., Smith, G.R., 2003. Reciprocal determinism model of safety, In: Proceedings of Construction Research Congress, March 19–21, Honolulu, Hawaii, USA.

Martin, J., 1992. Cultures in Organi-zation: Three Perspectives. Oxford University Press, New York.

McDonald, N., Corrigan, S., Daly, C., Cromie, S., 2000. Safety mana-gement systems and safety culture in aircraft maintenance organi-zations. Safety Science 34, 151– 176.

Mearns, K., Whitaker, S., Flin, R., 2001. Benchmarking safety climate in hazardous environ-ments: a longitudinal, inter-organizational approach. Risk Analysis 21 (4), 771–786.

Mohamed, S., 2002. Safety climate in construction site environments. Journal of Construction Engineer-ing and Management 128 (5), 375–384. Mohamed, S., 2003. Scorecard approach to bench-marking organizational safety culture in construction. Journal of Construction Engineering and Management 129 (1), 80–88.

Molenaar, Keith R., Jeong-Il Park, and Simon Washington. "Framework for measuring corporate safety culture and its impact on cons-truction safety performance." Journal of Construction Engineer-ing and Management 135.6 (2009): 488-496.

Neal, A., GriYn, M.A., 2002. Safety climate and safety behavior. Austra-lian Journal of Management, Vol. 27 Special Issue, 67–75.

Neal, A., GriYn, M.A., Hart, P.M., 2000. The impact of organizational climate on safety climate and individual behavior. Safety Science 34, 99– 109.

(16)

284

of safety and organizational culture. Journal of Safety Research 33, 231–243. Pidgeon, N., 1998. Safety culture: key theoretical issues. Work and Stress 12, 202–216. Pidgeon, N., O’Leary, M., 2000. Man

-made disasters: why technology and organizations (sometimes) fail. Safety Science 34, 15–30. Reason, J.T., 1997. Managing the Risks of Organizational Accidents. Ashgate, Alder shot.

Reiman, T., Oedewald, P., 2004. Mea-suring maintenance culture and maintenance core task with CULTURE questionnaire – a case study in the power industry. Safety Science 42, 859–889. Richter, A., Koch, C., 2004. Integration,

diVerentiation and ambiguity in safety cultures. Safety Science 42, 703–722. Rundmo, T., 2000. Safety climate, attitudes and risk perception in Norsk Hydro. Safety Science 34, 47–59.

Sawacha, E., Naoum, S., Fong, D., 1999. Factors aVecting safety performance on construction sites. International Journal of Project Management 17 (5), 309–315. Schein, E.H., 1992. Organizational

Culture and Leadership, second ed. Jossey-Bass, San Francisco. Schein, E.H., 1996. Three cultures of

management: the key to organi-zational learning. Sloan Mana-gement, Fall, 9–20. Schein, E.H., 2004. Organizational Culture and Leadership, third ed. Jossey-Bass, San Francisco.

Silva, S., Lima, M.L., Baptista, C., 2004. OSCI: an organizational and safety climate inventory. Safety Science 42, 205–220. Sorensen, J.N., 2002. Safety culture: a survey of the

state-of-the-art. Reliability Engineering and System Safety 76, 189–204. StrickoV, R.S., 2000. Safety per-formance measurement: identifying prospective indicators with high validity. Professional Safety, 45.

Thompson, R.C., Hilton, T.F., Witt, L.A., 1998. Where the safety rubber meets the shop Xoor: a conWrmatory model of management inXuence on workplace safety. Journal of Safety Research 29 (1), 15–24.

Uttal, B., 1983. The corporate culture vultures. Fortune (Oct. 17), 66–72. Van Maanen, J., Barley, S.R., 1985.

Cultural organizations, fragments of a theory. In: Frost, P.J. (Ed.), Organizational Cultures. Sage, Beverly Hills. Vecchio-Sudus, A.M., GriYths, S., 2004. Marketing strategies for enhancing safety cul-ture. Safety Science 42, 601– 619. Zhang, Peihua, et al. "Work-health and

safety-risk perceptions of cons-truction-industry stakeholders using photograph-based Q metho-dology." Journal of Construction Engineer-ing and Management 141.5 (2014): 04014093.

Gambar

Table 2 Definisi Budaya Keselamatan

Referensi

Dokumen terkait

Mata kuliah ini memberikan ilmu pengetahuan mengenai konsep dasar tentang bank sentral, serta bagaimana bank sentral merepakan kebijakan moneter dan kebijakan fiskal

Transnasional panggung.- Perusahaan mulai mendominasi pasar di seluruh dunia (global).- Sumber daya Menggabungkan global dengan pasar global untuk keuntungan.- Untuk

Pembelajaran Pkn dengan Project Citizen Berpengaruh Signifikan Terhadap Keterampilan Parisipatoris ( Partisipatory Skill ) Siswa .... Pembelajaran Project Citizen

Hasil yang diharapkan dari desain interior desain berupa konsep dan penerapannya pada desain interior Four Points Hotel Solo yang mampu mengakomodir kegiatan

penyimpangan yang terjadi antara anggaran biaya operasional dan realisasinya serta menganalisis anggaran biaya operasional sebagai alat perencanaan dan pengendalian

Selama melakukan kegiatan kerja praktik di Hotel Ciputra Semarang pada 15 Desember 2015 sampai 17 Maret 2016, Peneliti telah mengikuti beberapa kegiatan internal karyawan yang

[r]

164 Hasil wawancara dengan Raihan Nabil, Akmal Firza, Raihan Adzka selaku siswa yang tergabung dalam grup hadroh MI Ma’arif Giriloyo 1 Imogiri Bantul pada tanggal 2