LAPORAN MAGANG
DI PERUSAHAAN YUASAFOOD BERKAH MAKMUR,
WONOSOBO, JAWA TENGAH
(SANITASI INDUSTRI PENGOLAHAN MANISAN CARICA)
Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Mencapai Gelar Ahli Madya di Bidang Teknologi Hasil Pertanian
Disusun Oleh : ARIF WIDIANTO
H 3107039
PROGRAM DIPLOMA III TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
ii
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN MAGANG
DI PERUSAHAAN YUASAFOOD BERKAH MAKMUR, WONOSOBO, JAWA TENGAH
(SANITASI INDUSTRI PENGOLAHAN MANISAN CARICA)
Yang Disiapkan dan Disusun Oleh :
ARIF WIDIANTO H 3107039
Telah dipertahankan di hadapan Dosen Penguji Pada Tanggal : 21 Juli 2010
Dan dinyatakan memenuhi syarat
Menyetujui,
Pembimbing/Penguji I
Ir. Basito, M.Si NIP. 19520615 198303 1 001
Penguji II
Ir. Windi Atmaka, M.P NIP. 19610831 198803 1 001
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
iii MOTTO
Dari Abu Hurairah, Rosululloh SAW bersabda: “Barang siapa yang mempelajari suatu ilmu yang seharusnya untuk mencari keridhaan Allah, tetapi dia mempelajarinya kecuali untukmendapatkan keuntungan dunia, maka dia tidak
akan mendapatkan bau wangi surga pada hari kiamat”. (HR. Ahmad dan Abu Daud).
“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.” (QS. Al- Insyirah (94): 6)
Jagalah Kebersihan
“Empat perkara yang harus dimiliki seseorang. Maka engkau tidak akan kehilangan dunia seisinya. Menjaga Amanah, jujur dalam bicara, berbudi pekerti
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
· ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan magang ini dengan baik
· Nabi Muhammad SAW sebagai rahmat bagi seluruh alam
· Bapak dan ibuku tersayang yang senantiasa memberikan doa, dukungan, dan motivasi.
· Semua teman- teman DIII THP angkatan 2007 terimakasih atas bantuan dan kerjasamanya
v
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Magang di Perusahaan Yuasafood Berkah Makmur Wonosobo, Jawa Tengah (Sanitasi Industri Pengolahan Manisan Carica) dengan baik sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan.
Dalam pelaksanaan magang mahasiswa dan penulisan laporan tugas akhir ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Sebelas Maret Surakarta
2. Ir. Bambang Sigit A, M.Si, selaku Ketua Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
3. Ir. Basito, M.Si selaku Dosen Pembimbing kegiatan magang dan Penguji I
atas bantuan dan pengarahannya selama penyusunan laporan magang.
4. Ir. Windi Atmaka selaku Penguji II dan Pembimbing Akademik atas segala
bantuan dan pengarahannya selama mengikuti perkuliahan.
5. Staf dan Karyawan Program Studi DIII Teknologi Hasil Pertanian yang telah
membantu kelancaran dalam pelaksanaan kegiatan magang dan penulisan laporan.
6. Bapak Trisila Juwantara selaku Pimpinan Perusahaan Yuasafood Berkah
Makmur Wonosobo.
7. Seluruh staf dan karyawan di Perusahaan Yuasafood Berkah Makmur atas
bimbingan dan kerja sama yang baik dalam proses kegiatan magang.
8. Keluarga yang telah memberikan semangat dan dukungannya sejak proses
awal sampai akhir penulisan laporan ini.
9. Teman-teman DIII Teknologi Hasil Pertanian UNS angkatan 2007 yang telah
memberikan semangat dan dukungan.
vi
Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan Laporan Magang ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk kritik dan saran yang bersifat membangun bagi penulis.
Sebagai penutup, penulis berharap agar laporan tugas akhir ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis pribadi dan pihak lain yang telah membaca laporan ini. Semoga dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu dan teknologi khususnya dalam bidang teknologi pengolahan hasil pertanian.
Surakarta, 21 Juli 2010
vii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...i
HALAMAN PENGESAHAN...ii
MOTTO ...iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...iv
KATA PENGANTAR...v
DAFTAR ISI...vii
DAFTAR TABEL ...x
DAFTAR GAMBAR...xi
BAB I : PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang... 1
B. Tujuan Magang... 3
C. Manfaat Magang... 4
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ... 5
A. Buah Carica ... 5
B. Kandungan Gizi dan Manfaat Buah Carica ... 6
C. Bahan Tambahan Makanan ... 8
D. Prinsip Pengolahan Manisan Carica ... 9
E. Sanitasi Industri Pengolahan Manisan Carica ... 14
BAB III : TATA PELAKSANAAN MAGANG ... 17
A. Tempat Pelaksanaan magang... 17
B. Waktu Pelasanaan Magang... 17
C. Metode Pelaksanaan ... 18
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN ... 19
A. Keadaan Umum Perusahaan ... 19
1. Sejarah Berdirinya Perusahaan ... 19
2. Lokasi Pabrik ... 20
3. Tujuan Pendirian Perusahaan... 21
4. Keadaan Lingkungan Sekitar Pabrik ... 21
viii
1. Struktur dan sistem organisasi ... 22
2. Hak dan kewajiban karyawan ... 25
3. Ketenagakerjaan... 26
4. Kesejahteraan karyawan ... 27
C. Penyediaan Bahan Dasar ... 28
1. Bahan dasar dan bahan pembantu yang digunakan ... 28
2. Sumber bahan dasar ... 29
3. Jumlah dan penyediaan ... 29
4. Spesifikasi bahan dasar ... 30
5. Penanganan bahan dasar ... 31
E. Mesin dan Peralatan yang Digunakan ... 42
1. Mesin ... 42
2. Peralatan Umum ... 44
3. Peralatan analisis... 44
F. Produk Akhir ... 46
1. Spesifikasi produk akhir ... 46
2. Penanganan produk akhir... 46
G. Sanitasi Industri ... 49
1. Sanitasi bangunan ... 50
2. Sanitasi pekerja ... 52
3. Sanitasi mesin dan peralatan... 56
4. Sanitasi selama proses produksi ... 57
5. Sanitasi lingkungan dan pengendalian hama ... 58
6. Sanitasi sosial... 59
7. Kondisi air... 59
ix
H. Pemasaran Produk ... 61
1. Metode pemasaran produk... 61
2. Cara distribusi ... 62
3. Harga jual produk ... 62
4. Lokasi pemasaran ... 62
I. Quality Control ... 63
1. Pengendalian mutu bahan dasar... 63
2. Pengendalian proses produksi... 63
3. Pengendalian mutu produk akhir ... 65
4. Kandungan gizi produk akhir ... 66
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN... 67
A. Kesimpulan... 67
B. Saran ... 68
DAFTAR PUSTAKA... 70
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Klasifikasi Buah Carica ... 5
Tabel 2. Standar Penerimaan Bahan Baku Buah Carica ... 30
Tabel 3. Standar Bahan Tambahan Gula Pasir ... 30
Tabel 4. Standar Bahan Tambahan Asam Sitrat ... 31
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Tanaman Carica ... 5
Gambar 2. Struktur Organisasi Perusahaan tahun 2010 ... 21
Gambar 3. Diagram Alir Produksi Manisan Carica ... 33
Gambar 4. Mesin Manual Plastic Cup Sealer ... 42
Gambar 5. Mesin plastik sealer kemasan Pouch... 43
Gambar 6. Timbangan untuk pengemasan (kapasitas 1 kg) ... 43
Gambar 7. Timbangan bahan baku (kapasitas 20 kg) ... 44
Gambar 8. Kertas pH Universal ... 45
Gambar 9. Refraktometer... 45
Gambar 10. Fasilitas Sanitasi antar Ruangan Pabrik ... 52
Gambar 11. Perlengkapan Kerja ... 53
Gambar 12. Wastafel/tempat cuci tangan ... 55
Gambar 13. Proses pembersihan peralatan produksi ... 56
Gambar 14. Proses Pembersihan Peralatan Produksi (panci) ... 57
Gambar 15. Lampu Serangga... 59
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 SNI 01-3834-2004, Cocktail Buah Dalam Kaleng Lampiran 2 Layout Ruang Produksi
Lampiran 3 Layout Alur Produksi Manisan Carica Lampiran 4 Sertifikat HACCP
xiii BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang memiliki jumlah lahan pertanian yang sangat luas. Dengan adanya sumber daya yang sangat banyak, memungkinkan munculnya bermacam-macam produk hasil pertanian yang bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi masyarakat dan berpotensi mendongkrak perekonomian bangsa. Secara sederhana, pertanian (agriculture) dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk memanfaatkan lahan sehingga dapat menghasilkan produk hasil pengolahan yang dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan manusia. Pemanfaatan hasil pertanian yang dilakukan saat ini belum mampu meningkatkan perekonomian bangsa khususnya para petani, hal ini
dikarenakan kebanyakan petani masih belum mengetahui cara-cara memanfaatkan/mengolah hasil pertanian yang dimiliki sehingga dapat menambah nilai ekonomis dari produk itu sendiri. Dengan melakukan rekayasa terhadap produk hasil pertanian, harapannya dapat ikut mendorong pertumbuhan ekonomi bangsa yang masih terpuruk (Trubus, 2000).
Banyak sekali tanaman-tanaman di Indonesia yang belum dijamah oleh manusia, sehingga potensi yang ada di dalamnya belum tereksplorasi dengan maksimal. Salah satu contohnya adalah buah Carica, buah yang mirip dengan pepaya tetapi buah ini hanya bisa tumbuh di dataran tinggi seperti Dieng. Buah Carica memiliki kandungan gizi yang cukup besar dibandingkan dengan buah-buah lainnya. Salah satu kelemahan buah-buah ini adalah tidak bisa dinikmati secara langsung karena mengandung getah yang bisa menyebabkan rasa gatal jika mengenai kulit. Selain itu, kandungan enzim papain yang cukup banyak pada kulit buah carica menyebabkan rasanya menjadi agak pahit. Hal ini tentu menjadi tantangan bagi manusia bagaimana untuk bisa memanfaatkan buah ini agar lebih mudah dikonsumsi tanpa memberikan efek samping.
xiv
ketinggian di atas 1500 m dpl dengan curah hujan 2000-3000 mm/th ini cocok untuk areal di mana pepaya biasa tidak hidup normal dan tahan terhadap virus (ringspot virus) yang biasa menyerang pepaya (Van Balgooy, 1998).
Menurut Syamsul Hidayat (2000), daerah Dieng sering dilanda fenomena alam seperti salju yang disebut “Bon Upas”, sering mengakibatkan panen komoditi utama mereka kubis dan kentang mengalami kegagalan. Alternatif usaha tani tumbuhan pepaya gunung merupakan prospek yang tepat bagi petani di pegunungan Dieng yang rata-rata memiliki lahan seluas 3,5 ha. Hal ini dikarenakan tumbuhan pepaya gunung tahan terhadap dingin/salju dibandingkan jenis pepaya lain dan tumbuhan sayur-sayuran. Prospek penjualan buah pepaya gunung baik secara lokal maupun nasional bahkan skala internasional cukup menjanjikan seiring dengan meningkatnya trend buah-buahan luar negeri serta meningkatnya teknik pengolahan dan pengawetan buah-buahan. Bentuknya yang unik dan aromanya yang harum menjadi daya
tarik tersendiri buah carica.
Arti penting buah carica adalah buah carica merupakan sumber vitamin yang sangat diperlukan oleh tubuh, buah carica mempunyai kandungan vitamin dan mineral yang belum dimanfaatkan secara maksimal oleh manusia. Selain itu pada perkembangan selanjutnya usaha pengolahan buah carica ini akan memiliki masa depan yang cerah. Buah carica tidak begitu disukai jika dikonsumsi dalam kondisi segar. Meskipun satu keluarga dengan pepaya, buah carica memiliki rasa dan arome yang berbeda dengan buah pepaya. Jika dimakan dalam kondisi segar, buah carica akan menimbulkan rasa gatal di mulut akibat getah dari buah carica itu sendiri. Dengan diolah menjadi manisan dalam sirup akan menambah nilai ekonomis buah carica sendiri dan menjadi salah satu usaha diversifikasi pangan.
xv
yang masih dalam skala industri rumah tangga biasanya belum menerapkan sistem sanitasi secara maksimal dalam proses pengolahan makanan. Akibatnya mutu produk yang dihasilkan juga tidak maksimal. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan mengenai tindakan sanitasi dalam memproduksi pangan. Dengan dilakukannya magang di perusahaan ini diharapkan nantinya dapat memberikan masukan yang bisa digunakan untuk kemajuan perusahaan dan memberikan tambahan pengetahuan dan pengalaman bagi mahasiswa terkait dengan usaha sanitasi industri pengolahan pangan terutama pengolahan manisan carica. Sehingga dapat menjadi bekal kelak ketika terjun di dunia kerja.
B.Tujuan Magang
1. Tujuan umum dari kegiatan magang ini adalah :
a. Mengembangkan wawasan dan pengalaman mahasiswa dalam
melakukan pekerjaan yang sesuai dengan keahlian yang dimiliki.
b. Agar mahasiswa memperoleh keterampilan dan pengalaman kerja praktis
sehingga secara langsung dapat memecahkan permasalahan yang ada dalam kegiatan di bidang pengolahan hasil pertanian.
c. Agar mahasiswa dapat melakukan dan membandingkan penerapan teori
yang diterima di jenjang akademik dengan praktek yang dilakukan di lapangan.
d. Meningkatkan pemahaman mahasiswa mengenai hubungan antara teori
dan penerapannya sehingga dapat memberikan bekal bagi mahasiswa untuk terjun ke masyarakat.
e. Meningkatkan hubungan kerja sama yang baik antara perguruan tinggi,
pemerintah, dan perusahaan.
2. Tujuan khusus dari kegiatan magang ini adalah untuk mengetahui proses
xvi C.Manfaat Magang
Manfaat dari pelaksanaan magang di perusahaan Yuasafood Berkah makmur ini adalah :
1. Memperoleh gambaran tentang perusahaan dari segi proses produksi,
manajemen, pemasaran, sanitasi, dan penanganan limbah.
2. Memperoleh pengalaman kerja secara langsung sehingga dapat digunakan
sebagai bekal bagi mahasiswa ketika terjun di dunia kerja.
3. Meningkatkan pengetahuan mahasiswa mengenai hubungan antara teori
dengan penerapannya dalam dunia kerja.
xvii BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Buah Carica
Pepaya gunung atau carica (Vasconcellea cundinamarcensis, syn. Carica
pubescens) adalah kerabat pepaya yang hidup baik di dataran tinggi basah,
1.500-2.000 di atas permukaan laut. Carica berasal dari dataran tinggi Andes, Amerika
Selatan. Pepaya mini ini banyak tumbuh di Dataran Tinggi Dieng, Wonosobo, Jawa
Tengah. Tinggi pohon carica dapat mencapai 5 m dengan 4-7 cabang. Buahnya
berbentuk seperti granat dengan panjang 6-15 cm dan lebar diameter 3-8 cm, dengan
lima sudut memanjang dari pangkal ke ujung. Daging buah carica harum dan
berwarna kuning kepucatan jika dimakan rasanya asam. Carica jarang dimakan
langsung karena dapat menimbulkan rasa gatal di lidah dan lebih aman dan enak jika
dibuat manisan (Anonima, 2009).
Pepaya Gunung Carica pubescens Lanne & K. Koch
Sinonim Carica candamarcencis Hook f.
Tabel 1. Klasifikasi Buah Carica
xviii Famili
Genus
Species
: Caricacae
: Carica
: Carica pubescens Lanne & K. Koch
Gambar 1. Tanaman Carica
(Anonimb, 2010).
Pepaya gunung atau karika (sering ditulis carica, Vasconcellea
cundinamarcensis, syn. Carica pubescens) adalah kerabat pepaya yang menyukai
keadaan dataran tinggi basah, 1.500-3.000 m di atas permukaan laut. Daerah asalnya
adalah dataran tinggi Andes, Amerika Selatan. Tumbuhan mirip pohon walaupun
sesungguhnya adalah terna raksasa, karena batangnya tidak membentuk jaringan
kayu (lignin). Tinggi dapat mencapai 10m dengan sedikit cabang. Buahnya berbentuk
peluru dengan panjang 6-15cm dan lebar diameter 3-8cm, dengan lima sudut
memanjang dari pangkal ke ujung; sewaktu muda berwarna hijau dan menjadi kuning
atau jingga di saat masak. Buahnya (mesokarp) dapat dimakan segar walau agak
sepat, namun biasanya diawetkan dalam cairan sirup atau dimasak sebagai sayuran
(Anonimc, 2009).
B. Kandungan gizi dan manfaat buah Carica
Mengandung berbagai jenis enzim, vitamin dan mineral. Malah kandungan
vitamin A-nya lebih banyak daripada wortel, dan vitamin C-nya lebih tinggi daripada
xix
papain, enzim ini sangat aktif dan memiliki kemampuan mempercepat proses
pencernaan protein. Mencerna protein merupakan problem utama yang umumnya
dihadapi banyak orang dalam pola makan sehari-hari. Tubuh mempunyai
keterbatasan dalam mencerna protein yang disebabkan kurangnya pengeluaran
asam hidroklorat di lambung.
Kadar protein dalam buah pepaya tidak terlalu tinggi, hanya 4-6 gram per
kilogram berat buah. Tapi jumlah yang sedikit ini hampir seluruhnya dapat dicerna
dan diserap tubuh. Ini disebabkan enzim papain dalam buah pepaya mampu
mencerna zat sebanyak 35 kali lebih besar dari ukurannya sendiri. Papain bisa
memecah protein menjadi arginin. Senyawa arginin merupakan salah satu asam
amino esensial yang dalam kondisi normal tidak bisa diproduksi tubuh dan biasa
diperoleh melalui makanan seperti telur dan ragi. Namun bila enzim papain terlibat
dalam proses pencerbaan protein, secara alami sebagian protein dapat diubah
menjadi arginin. Proses pembentukan arginin dengan papain ini turut mempengaruhi
produksi hormon pertumbuhan manusia yang populer dengan sebutan human
growth hormone (HGH), sebab arginin merupakan salah satu sarat wajib dalam
pembentukan HGH. Nah, HGH inilah yang membantu meningkatkan kesehatan otot
dan mengurangi penumpukan lemak di tubuh. Informasi penting lain, uji
laboratorium menunjukkan arginin berfungsi menghambat pertumbuhan sel-sel
kanker payudara.
Papain berfungsi membantu pengaturan asam amino dan membantu
mengeluarkan racun tubuh. Dengan cara ini sistem kekebalan tubuh dapat
ditingkatkan. Mempercepat pencernaan karbohidrat dan lemak. Enzim papain
mampu memecah serat-serat daging, sehingga daging lebih mudah dicerna. Memiliki
sifat antiseptik dan membantu mencegah perkembangbiakan bakteri yang merugikan
di dalam usus. Membantu menormalkan pH usus sehingga keadaan flora usus pun
menjadi normal (Anonimd, 2010).
Buah pepaya gunung atau pepaya mini merupakan sumber kalsium, gula,
vitamin A, vitamin C dan G. Buah ini dapat dijadikan sebagai minuman sirup dan jus
atau makanan seperti manisan dan selai (Dorothy and Hargreaves, 1964). Buah ini
cocok dimakan oleh orang yang perutnya lemah terhadap buah-buahan lain, karena
xx
2000). sementara di Amerika Selatan, selain sebagai bahan pembuatan selai buah
pepaya ini dibuat sebagai minuman non alkohol.
Buah yang masih muda dikeringkan untuk dibuat serbuk sebagai bahan
pembuatan obat penyakit kulit di Eropa dan Amerika, atau sebagai obat peluruh
cacing dan bahan kosmetik (Neal, 1965). Sedangkan daunnya seperti halnya jenis
pepaya biasa dapat dimanfaatkan sebagai pelunak daging karena kandungan zat
papain, yaitu suatu senyawa protein yang bersifat mencerna.
C. Bahan Tambahan Makanan
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/88, BTP
adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan atau minuman dan
biasanya bukan merupakan ingredien khas makanan, mempunyai atau tidak
mempunyai milai gizi yang dengan sengaja ditambahkan ke dalam makanan untuk
maksud teknologi pada pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan, pengepakan,
pengemasan, penyimpanan atau pengangkutan makanan, untuk menghasilkan atau
diharapkan menghasilkan suatu komponen atau mempengaruhi sifat khas pangan
tersebut (BPOM Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan Dan Bahan
Berbahayaa, 2002).
Penggunaan zat warna dapat membantu dalam produksi makanan karena
dapat memberikan nilai tambah dan keuntungan. Menurut NAS (1971) penggunaan
warna dapat digunakan untuk:
1. Membantu memperbaiki warna alami yang berubah selama proses dan
penyimpanan.
2. Menekan atau mengidentifikasi aroma secara normal dari berbagi jenis makanan
3. Memperbaiki perbedaan dan ketidaksamaan dari makanan yang dihasilkan
setelah disimpan, diproses, dikemas, dan dipasarkan.
4. Membantu memberikan identitas berbagai jenis makanan.
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata pewarna yang digunakan orang
Amerika di atas usia 2 tahun adalah sebanyak 3,1mg/kg sampai 100 mg/kg per orang.
Untuk penggunaan pewarna tertentu yang dibebaskan penggunaannya rata-rata
xxi
Penggunaan pengawet benzoat dimaksudkan untuk mencegah kapang dan
bakteri khususnya pada produk sirup, selai, jeli, dan cider. Benzoat sejauh ini
dideteksi sebagai pengawet yang aman. Di AS benzoat temasuk senyawa kimia
pertama yang diizinkan untuk makanan. Senyawa ini tergolong dalam Generally
Recognized as Safe (GRAS). Bukti-bukti menunjukkan, pengawet ini mempunyai
toksisitas sangat rendah terhadap hewan maupun manusia. Ini karena hewan dan
manusia mempunyai mekanisme detoksifikasi benzoat yang efisien (Afriantib, 2008).
D. Prinsip Pengolahan Manisan Carica
Pengolahan buah dilakukan agar buah menjadi awet atau tahan lama. Salah
satu bahan yang digunakan adalah gula, gula sebagai pemanis juga sebagai bahan
pengawet. Kandungan air pada bahan yang akan diawetkan akan ditarik dari sel buah
sehingga mikroba menjadi tidak cocok lagi tumbuh disana. Gula banyak digunakan
untuk pengawetan bahan makanan yang berasal dari buah-buahan. Untuk produk
olahan yang menggunakan gula sebagai pengawet antara lain sari buah, buah kaleng,
jem, jelly, manisan basah, manisan kering dan lain sebagainya (Furia, 1968).
Proses pengolahan manisan buah carica sangat mudah dengan menggunakan
penggulaan. Tahapan-tahapan proses pembuatannya cukup mudah yaitu : Sortasi,
Trimming, Pengecilan ukuran, Perendaman CaCl2, Perendaman larutan gula (secara bertahap), Pengemasan, dan Pelabelan. (Anonime, 2009).
Proses produksi pada industri pengawetan buah carica dalam sirup:
1. Pengupasan
Buahnya yang sangat banyak mengandung getah, pada saat pengupasan sangat
dianjurkan untuk mengenakan sarung tangan supaya tidak gatal.
2. Pemisahan buah dari bijinya
Setelah dikupas, biji buah dikeruk dan dipisahkan dengan daging buahnya. Biji
buah inilah yang nantinya diperas untuk membuah sirup yang memberi cita rasa
xxii 3. Pemotongan
Setelah dipisahkan dengan bijinya, buah dipotong-potong dengan bentuk yang
menarik dan supaya dapat dikemas dalam botol.
4. Penggaraman dan pencucian
Pada tahap pencucian tersebut selalu disertakan kurang lebih dua sendok makan
garam. Gunanya adalah untuk menghilangkan rasa pahit yang berasal dari getah.
5. Pembuatan sirup buah
Caranya adalah biji beserta selaput yang melapisinya dengan ditambah sedikit air
diperas, sampai keluar cairan kental yang berbau khas buah carica. Pemerasan
dapat dilakukan berkali-kali sampai aroma khas tersebut hilang. Setelah diberi air
dan gula pasir secukupnya, sirup tersebut direbus sampai mendidih. Setelah
mendidih, sirup yang sudah jadi harus disaring untuk dipisahkan dengan
ampasnya.
6. Pengemasan
Prosesnya adalah sebagai berikut :
a. Botol dan tutup yang akan digunakan terlebih dahulu dicuci bersih.
b. Kemudian panci/dandang berisi air yang akan digunakan juga terlebih dahulu
dipanaskan sampai airnya mendidih.
c.Selanjutnya buah yang telah dipotong-potong terlebih dahulu dimasukkan ke
dalam botol-botol.
d. Setelah itu, botol yang telah berisi potongan buah ditimbang.
e. Kemudian ditambahkan sirup sampai botol penuh dan dikukus selama kurang
lebih 15 menit.
f. Setelah dikukus, botol diambil dari dandang, kembali dipenuhi dengan sirup,
dan ditutup rapat-rapat.
g. Sedangkan proses pengawetan dilakukan dengan sederhana. Yaitu botol yang
telah ditutup direbus di dalam panci bermulut lebar selama kurang lebih 10
menit. Cara pengawetan ini bisa membuat buah carica dalam sirup bertahan
xxiii 7. Packing
Proses packing tidak langsung dilakukan. Setelah buah carica dan sirup
dimasukkan dalam botol dan diawetkan, ditunggu dulu sampai sekitar 7 hari
supaya sirupnya bisa meresap ke dalam buah, baru dipacking dan dikirimkan
kepada pelanggan. Cara packing adalah dengan memasukkan botol-botol tersebut
ke dalam kotak khusus.
(Soni P Abdullah, 2009).
Beberapa bahan tambahan yang digunakan dalam pengolahan buah-buahan
adalah sebagai berikut :
1. Pemanis
Berfungsi sebagai pemanis atau penambah cita rasa terhadap produk olahan,
disamping itu juga sebagai pengikat komponen flavor. Pemanis yang umum
digunakan adalah sukrosa (gula pasir) karena manisnya yang bersifat murni dan
tidak menimbulkan cita rasa kedua yang timbul cita rasa pertama.
2. Asam sitrat
Dalam pengolahan digunakan dalam jumlah sedikit, berfungsi sebagai penguat
rasa, memberikan rasa asam, mengimbangi rasa manis dan pengawet.
3. Pewarna
Fungsi pewarna adalah untuk mempertajam warna dari hasil olahan,
menyamakan warna dari produk aslinya, dan untuk menarik perhatian konsumen.
Dalam industri pengolahan umumnya yang digunakan adalah pewarna sintetik
(buatan). Jenis pewarna yang digunakan adalah yang khusus untuk
makanan/minuman. Beberapa jenis pewarna yang diizinkan untuk digunakan
adalah pewarna hijau (Foodgreen S, Cl Foodgreen 4, Cl No. 44090), pewarna
kuning (sunset yellow FCF).
4. Pengawet
Pengawet digunakan untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme yang
merusak, sehingga hasil olahan dapat bertahan lebih lama disimpan pada suhu
ruang. Penambahan pengawet ini lebih ekonomis jika dibandingkan melalui
proses pendinginan. Beberapa bahan pengawet yang biasa digunakan adalah
xxiv 5. Penstabil
Digunakan untuk menstabilkan (menghindari terjadinya pemisahan antara
padatan dan cairan) atau mengentalkan hasil olahan. Beberapa bahan penstabil
yang digunakan adalah gelatin, agar-agar, CMC dan pektin (Khairani, 2007).
Manisan buah adalah buah yang diawetkan dengan gula. Tujuan pemberian
gula dengan kadar yang tinggi pada manisan buah, selain untuk memberikan rasa
manis, juga untuk mencegah tumbuhnya mikroorganisme (jamur, kapang). Dalam
proses pembuatan manisan buah ini juga digunakan air garam dan air kapur untuk
mempertahankan bentuk (tekstur) serta menghilangkan rasa gatal atau getir pada
buah. Ada 2 macam bentuk olahan manisan buah, yaitu manisan basah dan manisan
kering. Manisan basah diperoleh setelah penirisan buah dari larutan gula, sedangkan
manisan kering diperoleh bila manisan yang pertama kali dihasilkan (manisan basah)
dijemur sampai kering. Buah-buahan yang biasa digunakan untuk membuat manisan
basah adalah jenis buah yang cukup keras, seperti pala, mangga, kedondong,
kolang-kaling, dan lain-lainnya. Sedangkan buah-buahan yang biasa digunakan untuk
membuat manisan kering adalah jenis buah yang lunak seperti pepaya, sirsak, dan
lain-lainnya. Hasil samping dari proses pembuatan manisan buah ini ialah sirup dari
larutan perendamannya. Manisan buah yang baik berwarna kekuning-kuningan,
kenyal bila digigit, dan tahan di simpan selama dua minggu sampai satu bulan
(Anonimf, 2010).
Penambahan gula berpengaruh dalam memberikan stabilitas mikroorganisme
jika diberikan pada konsentrasi yang cukup, ini pun umum bagi gula dipakai sebagai
salah satu kombinasi dari teknik pengawetan bahan pangan. Kadar asam tinggi (pH
rendah) dan perlakuan pemanasan merupakan teknik pengawetan yang penting. Jika
gula ditambahkan pada bahan pangan dengan konsentrasi tinggi maka sebagian dari
air yang tersedia untuk pertumbuhan mikroorganisme akan diserap oleh gula dan aw -nya akan berkurang. Otomatis pertumbuhan mikroorganisme dapat dikendalikan.
Selain itu penggunaan sampel yang berbeda tetapi dengan aw yang sama dapat menunjukan ketahanan yang berbeda terhadap kerusakan mikrobia (Anonimg, 2009).
Gula mampu memberi stabilitas mikroorganisme pada suatu produk makanan
jika diberikan dalam konsentrasi yang cukup (diatas 70% padatan terlarut biasanya
xxv
teknik pengawetan bahan pangan. Kadar gula yang tinggi bersama dengan kadar
asam yang tinggi (pH rendah), perlakuan dengan pasteurisasi dengan pemanasan,
penyimpanan pada suhu rendah, dehidrasi dan bahan-bahan pengawet kimia (seperti
belerang dioksida, asam benzoat) merupakan teknik-teknik pengawetan yang penting
(Buckle et al, 1985).
Gula biasanya digunakan sebagai bahan pembuatan beraneka ragam produk
makanan seperti selai, jeli, marmalad, sirup, buah-buahan bergula, dan sebagainya.
Penambahan gula selain untuk memberikan rasa manis, juga berfungsi dan terlibat
dalam pengawetan. Apabila gula ditambahkan ke dalam bahan pangan dalam
konsentrasi yang tinggi (paling sedikit 40% padatan terlarut), maka sebagian air yang
ada terikat oleh gula sehingga menjadi tidak tersedia untuk pertumbuhan
mikroorganisme dan aktivitas air (aw) dari bahan pangan berkurang. Padahal
mikroorganisme memiliki kebutuhan aw minimum untuk pertumbuhannya.
Kemampuan gula untuk mengikat air itulah yang menyebabkan gula dapat berfungsi
sebagai pengawet.
Dalam pengolahan pangan, pengecilan ukuran memiliki manfaat sebagai
berikut:
1. Meningkatkan rasio luas permukaan terhadap volume dari bahan pangan
sehingga dapat meningkatkan kecepatan pengeringan, pemanasan, atau
pendinginan.
2. Memperbaiki efisiensi dan kecepatan ekstraksi dari komponen terlarut (sebagai
contoh estraksi jus dari potongan-potongan buah).
3. Menyebabkan pencampuran bahan-bahan lebih sempurna, contohnya dalam sup
kering dan campuran kue.
Blanching merupakan suatu cara pemanasan pendahuluan pada sayur-sayuran
dan buah-buahan dalam air panas atau uap air. Tujuan blanching terutama untuk
menginaktifkan enzim diantaranya enzim peroksidase dan katalase. Kedua jenis
enzim ini paling tahan terhadap panas. Disamping menginaktifkan enzim-enzim,
perlakuan blansing bertujuan untuk membersihkan bahan dari kotoran dan
mengurangi jumlah bakteri dalam bahan, memperluas bahan, memudahkan
pengisian bahan ke dalam wadah, mengeluarkan gas-gas yang terdapat dalam ruang
xxvi
baik. Suhu blanching biasanya mencapai 82°C-93°C selama 3–5 menit (Hudaya dkk,
1982).
Pasteurisasi merupakan perlakuan panas di bawah titik didih air atau di bawah
suhu sterilisasi yang bertujuan untuk membunuh mikroorganisme patogen tetapi
tidak membunuh mikroorganisme pembusuk dan nonpatogen. Pasteurisasi
dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Low Temperature Long Time: suhu 63 oC selama 30 menit. 2. High Temperature Short Time: suhu 72 oC selama 15 detik.
Pasteurisasi biasanya disertai dengan cara pengawetan lain, misalnya setelah
dipasteurisasi makanan disimpan pada suhu dingin. Dengan demikian daya simpan
makanan tersebut akan lebih lama (Sri Rini D, 2008).
Pasteurisasi merupakan proses pemanasan yang dapat membunuh atau
memusnahkan sebagian tetapi tidak semua mikroba yang ada pada pangan dengan
menggunakan suhu di bawah 100°C. Pemanasan dilakukan dengan uap air, air panas,
panas kering dan arus listrik. Pesteurisasi dilakukan jika:
1. Pangan tidak tahan terhadap panas tinggi.
2. Bertujuan untuk membunuh mikroba patogen (penyebab keracunan yang
berakibat fatal).
3. Bertujuan untuk menghambat pertumbuhan khamir.
4. Bertujuan agar mikroba yang tidak dikehendaki mati.
(Medikasari, 2009).
E. Sanitasi Industri Pengolahan Manisan Carica
Pengolahan pangan selain bertujuan untuk membuat produk pangan olahan,
meningkatkan citarasa dan daya tarik, juga bertujuan untuk mengawetkan pangan
sehingga tahan lama disimpan. Melalui pengolahan, berbagai cemaran fisik, kimia
dan biologis yang membahayakan kesehatan manusia dikurangi sebanyak mungkin
atau dihilangkan dengan berbagai cara. Dengan demikian produk pangan yang
dihasilkan menjadi bermutu dan aman untuk dikonsumsi. Jika tidak dilindungi dengan
xxvii
cemaran-cemaran fisik, kimia atau biologis. Pencemaran kembali produk pangan
yang sudah bermutu dan aman ini oelh cemaran cemaran fisik, kimia atau biologis
disebut pencemaran silang atau kontaminasi silang.
Kontaminasi silang sangat merugikan dihitung dari segi waktu dan biaya,
karena upaya yang telah diberikan untuk membuat produk pangan menjadi mubazir
sebab produk pangan tidak dapat dipasarkan karena rusak. Yang lebih merugikan
adalah jika produk pangan yangterkontaminasi silang telah terlanjur dijual dan
menimbulkan keracunan pada konsumen (BPOM Bidang Pengawasan Keamanan
Pangan Dan Bahan Berbahayab, 2002)
Sanitasi merupakan persyaratan mutlak bagi industri pangan sebab sanitasi berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap mutu pangan dan daya awet produk serta nama baik dan citra perusahaan. Sanitasi juga menjadi salah satu tolok ukur teratas dalam menilai keberhasilan perusahaan yang menangani produk pangan. Terjadinya kasus-kasus peracunan makanan sebagian besar diakibatkan oleh kondisi sanitasi yang tidak memadai. Pengertian sanitasi dalam industri pangan atau juga disebut sanitasi pangan tidaklah sempit melainkan cukup luas yaitu mencakup kebiasaan, sikap hidup, dan tindak aseptik dan bersih terhadap benda termasuk manusia yang akan kontak langsung dan tidak langsung dengan produk pangan. Keadaan aseptik yaitu kondisi tidak menghendaki adanya mikroba, sedangkan keadaan bersih yaitu kondisi tidak adanya kotoran (Soewarno, 1990).
Sanitasi makanan adalah salah satu usaha pencegahan yang menitik
beratkan kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dan
minuman dari segala bahaya yang dapat menganggu atau memasak kesehatan, mulai dari
sebelum makanan diproduksi, selama dalam proses pengolahan,
penyimpanan, pengangkutan, sampai pada saat dimana makanan dan minuman
tersebut siap untuk dikonsumsikan kepada masyarakat atau konsumen. Sanitasi
makanan ini bertujuan untuk menjamin keamanan dan kemurnian makanan,
mencegah konsumen dari penyakit, mencegah penjualan makanan yang akan
xxviii
Sanitasi makanan meliputi kegiatan usaha yang ditujukan kepada kebersihan
dan kemurnian makanan agar tidak menimbulkan suatu penyakit. Usaha-usaha
sanitasi tersebut meliputi tindaka-tindakan saniter yang ditujukan pada semua
tingkatan, sejak makanan mulai dibeli, disimpan, diolah, dan disajikan untuk
melindungi agar konsumen tidak dirugikan kesehatannya (Erik P. Eckhholm, 1985).
Proses pembersihan dilakukan untuk menghilangkan sisa-sisa makanan,
sumber zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan mikroorganisme. Selain itu
proses pembersihan juga dapat menghilangkan sebagian besar populasi
mkroorganisme, melalui kerja fisik dari pencucian dan pembilasan. Oleh karena itu
proses pembersihan harus dilakukan sedemikian rupa agar efektif dalam
mengendalikan pertumbuhan mikroorganisme. Faktor-faktor yang sangat
berpengaruh dalam keberhasilan proses pembersihan adalah sifat permukaan yang
kontak dengan sisa makanan. Permukaan benda yang tidak dapat ditembus, misalnya
baja tahan karat (stainless steel) akan lebih mudah dibersihkan dari pada permukaan
benda berpori-pori, misalnya kayu (Lukman S, 1986).
Sanitasi didefinisikan sebagai usaha pencegahan penyakit dengan cara
menghilangkan atau mengatur faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dalam rantai
perpindahan penyakit tersebut Penerapan dari prinsip-prinsip sanitasi adalah untuk
memperbaiki, mempertahankan atau mengembalikan kesehatan yang baik pada
manusia. Dalam industri pangan, sanitasi meliputi berbagai kegiatan secara aseptik
dalam persiapan, pengolahan dan pengkemasan produk makanan; pembersihan dan
xxix BAB III
TATA PELAKSANAAN KEGIATAN
A.Tempat Pelaksanaan Magang
Kegiatan magang mahasiswa ini dilaksanakan di pabrik pengolahan manisan Carica Yuasafood Berkah Makmur, Jln. Dieng Km. 3,5 Krasak, Mojotengah, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Telp. 0286-324657/081 392 193 618, Fax. 0286 321960.
B.Waktu Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan magang mahasiswa ini dilaksanakan pada hari Senin tanggal 05 April 2010 sampai dengan hari Selasa tanggal 27 April 2010. Kegiatan magang ini dilaksanakan setiap hari kecuali hari Minggu dan hari libur. Kegiatan
magang dimulai sejak pukul 08.00 WIB sampai pukul 16.00 WIB.
C.Metode Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan mahasiswa yang dilaksanakan di Yuasafood Berkah Makmur ini menggunakan beberapa metode, antara lain :
a. Pengumpulan data secara langsung 1. Wawancara
Melaksanakan wawancara dengan pihak dari Yuasafood Berkah Makmur, antara lain dengan pimpinan perusahaan, kepala bagian, dan karyawan yang berhubungan dengan proses produksi, pengendalian mutu, sanitasi, pemasaran, dan sistem manajemen perusahaan.
2. Observasi
Melaksanakan pengamatan secara langsung mengenai kondisi dan kegiatan produksi yang dilaksanakan di Yuasafood Berkah Makmur. b. Pengumpulan data secara tidak langsung
xxx
xxxi 2. Dokumentasi dan Data-Data
Mendokumentasikan dan mencatat data atau hasil-hasil yang diperoleh dari lapangan pada pelaksanaan magang. Metode ini dilakukan dengan cara mencatat data sekunder dan informasi yang diperoleh dari sumber-sumber yang dapat dipertanggung jawabkan.
c. Praktik dan Aktivitas Langsung
xxxii BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.Keadaan Umum Perusahaan 1. Sejarah Berdirinya Perusahaan
Perusahaan Yuasafood Berkah Makmur didirikan secara resmi oleh Bapak Trisila Juwantara pada tanggal 21 Juni 2001. Industri ini didirikan dengan tujuan awal untuk memperoleh kemandirian finansial dalam keluarga. Visi yang cukup sederhana itu dilatarbelakangi oleh kondisi dari pendiri perusahaan yang mendapatkan PHK dari tempatnya bekerja di PT. Dieng Jaya. Dengan bekal pengalaman yang diperoleh sewaktu masih bekerja di PT. Dieng Jaya, Bapak Trisila dengan gigih mencoba mengembangkan lagi potensi Buah Carica (buah khas Pegunungan Dieng) agar kembali dikenal masyarakat.
xxxiii
Pengambilan nama “Yuasafood Berkah Makmur” didasarkan pada singkatan nama keluarga Bapak Trisila yang jika disambungkan akan membentuk nama Yuasa, memang latar belakang pendirian usaha ini berawal dari dorongan keluarga. Sedangkan “food” diartikan sebagai usaha pengolahan makanan, dan “Berkah Makmur” merupakan doa dan harapan dari pendiri perusahaan agar usahanya ini mendatangkan keberkahan dan kemakmuran bagi keluarganya sendiri maupun untuk orang lain.
Gagasan mengenai pendirian perusahan Yuasafood Berkah Makmur adalah berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:
a. Ingin mengenalkan potensi buah Carica khas Dieng agar lebih dikenal masyarakat luas.
b. Melakukan inovasi pengolahan pangan agar tanaman Carica bisa lebih mudah dan nikmat dikonsumsi.
c. Lokasi dekat dengan sumber bahan baku.
d. Adanya semangat untuk memperoleh kemandirian finansial, karena
sebelumnya telah mengalami pemutusan hubungan kerja di salah satu perusahaan besar kala itu yang telah mengalami kebangkrutan.
Seiring berjalannya waktu, perusahaan Yuasafood Berkah Makmur juga melebarkan sayapnya untuk melakukan pengolahan berbagai macam produk pangan seperti pengolahan keripik jamur, pengolahan salak, pembuatan sirup, pembuatan jus buah, dan sebagainya.
2. Lokasi Pabrik
Perusahaan pengolah makanan manisan Carica (Carica in Syrup) Yuasafood Berkah Makmur terletak di Jln. Dieng Km. 3,5 Krasak, Mojotengah, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Letak pabrik bersebelahan dengan rumah pemilik sekaligus pimpinan utama perusahaan Yuasafood Berkah Makmur, yaitu Bapak Trisila Juwantara.
xxxiv 3. Tujuan Pendirian Perusahaan
Berdasarkan Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) perusahaan, tujuan didirikannya perusahaan Yuasafood Berkah Makmur adalah :
a. Memperoleh kemandirian finansial.
b. Meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar perusahaan.
c. Mengangkat potensi buah Carica agar lebih dikenal masyarakat luas.. d. Membantu pemerintah dalam upaya mengurangi jumlah pengangguran
dengan memberikan kesempatan kerja. 4. Keadaan Lingkungan Sekitar Pabrik
Kondisi lingkungan di sekitar pabrik sangat mendukung proses pengembangan usaha pengolahan buah Carica. Di samping letaknya yang dekat dengan sumber bahan baku, posisi pabrik berada pada jalur strategis kawasan wisata kota Wonosobo. Sehingga untuk pemasaran pun akan
semakin mudah.
xxxv B.Manajemen Perusahaan
1. Struktur dan Sistem Organisasi
Yuasafood Berkah Makmur saat ini masih dalam bentuk Usaha Dagang (UD), dan sudah merintis untuk mengubah status perusahaan menjadi CV walaupun pada prosesnya mengalami banyak hambatan pada birokrasi. Perusahaan ini dipimpin seorang pimpinan tunggal yang juga merangkap sebagai pemilik. Sehingga semua kebijakan-kebijakan terkait dengan perkembangan dan proses industri berada di tangan 1 orang, yaitu Bapak Trisila Juwantara.
Berikut adalah struktur organisasi yang ada di perusahaan Yuasafood Berkah Makmur:
Gambar 2. Struktur Organisasi Perusahaan tahun 2010 (Sumber: Yuasafood Berkah Makmur, 2010) SEKRETARIS
xxxvi
Tugas dan wewenang masing-masing jabatan pada struktur organisasi di atas adalah sebagai berikut :
a. Pimpinan Perusahaan
Tanggung jawab pimpinan perusahaan adalah sebagai berikut : 1) Memimpin dan mengkoordinir seluruh kegiatan yang ada di
perusahaan baik ke dalam/ke luar perusahaan.
2) Bertanggungjawab secara keseluruhan atas mekanisme jalannya perusahaan.
3) Menentukan kebijakan perusahaan, baik bersifat umum maupun khusus.
4) Bertindak atas nama perusahaan dalam kegiatan perusahaan maupun luar perusahaan, baik berhubungan dengan instansi lain maupun segala sesuatu yang menyangkut keperluan perusahaan.
5) Mendelegasikan sebagian tugas dan tanggung jawab kepada
masing-masing bagian.
6) Secara teratur menerima dan memeriksa keuangan dari bagian
Bendahara. b. Sekretaris
Tugas dan tanggung jawab seorang sekretaris adalah:
1) Melaksanakan tugas-tugas administrasi perusahaan dalam kegiatan
perusahaan termasuk semua perencanaan dan pelaksanaan kebijakan internal.
2) Memiliki tanggung jawab secara langsung kepada pimpinan
perusahaan untuk ikut membantu mengawasi dan mengontrol jalannya proses produksi setiap harinya.
c. Bendahara
Adapun tugas bagian bendahara adalah sebagai berikut:
1) Bertanggung jawab mengatur pengeluaran keuangan perusahaan yang
terkait dengan semua proses produksi.
xxxvii
4) Membuat laporan keuangan secara berkala sebagai bentuk tanggung
jawab kepada pimpinan perusahaan. d. Kepala Bagian Produksi
Adapun tugas dari kepala bagian produksi adalah:
1) Bertanggung jawab atas jalannya proses produksi, pemantauan
produksi dan stok produk.
2) Membuat rencana produksi sesuai target pemasaran
3) Mengkoordinir jalannya proses produksi meliputi kualitas atas produk
yang dibuat.
4) Membuat jadwal produksi.
5) Melakukan kontrol terhadap karyawan yang bertugas di bagian produksi dan memastikan tugas yang dikerjakan sesuai dengan standar SOP.
e. Kepala Bagian Gudang
Adapun tugas kepala bagian gudang adalah:
1) Bertanggung jawab atas jumlah stok bahan baku dan bahan pembantu
yang ada di dalam gudang.
2) Bertanggung jawab atas stok persediaan produk jadi yang siap
dipasarkan.
3) Menjaga sanitasi gudang bahan baku dan gudang produk akhir. 4) Mengatur efisiensi input dan output material.
5) Mengadministrasi dan memelihara barang-barang dalam gudang. f. Kepala Quality Control (QC)
Adapun tugas dari QC (Quality Control) adalah sebagai berikut: 1) Bertanggung jawab atas pengendalian mutu produk.
2) Melakukan analisa pengujian mutu produk.
3) Memberikan label lolos uji pada produk yang lolos dalam pengujian
xxxviii g. Kepala Pengadaan dan Umum
Adapun tugas kepala pengadaan dan umum adalah:
1) Bertanggung jawab terhadap pengadaan kebutuhan pabrik terkait
dengan proses produksi dan kelengkapannya.
2) Bertanggung jawab melakukan perawatan dan pemeliharaan fasilitas,
mesin dan peralatan, serta kebutuhan lainnya. h. Sales dan Marketing
Adapun tugas bagian sales dan marketing adalah: 1) Bertanggung jawab terhadap proses pemasaran produk.
2) Memilih metode pemasaran dan promosi yang tepat guna meningkatkan pemasaran produk.
3) Menjadi penghubung antara perusahaan dengan konsumen terkait dengan keinginan konsumen terhadap produk.
2. Hak dan Kewajiban Karyawan a. Hak
1) Gaji sesuai UMK (Upah Minimum Kota atau Kabupaten) ataupun
ketetapan yang ditentukan oleh perusahaan. 2) Mendapatkan uang makan.
3) Mendapatkan uang lembur.
4) Mendapatkan tunjangan untuk hal-hal yang bersifat khusus (THR,
sakit, kematian, melahirkan, menikah, dan sebagainya). b. Kewajiban
1) Mematuhi peraturan dalam perusahaan.
2) Melaksanakan dan tunduk pada perjanjian kerja yang telah disepakati. 3) Mengindahkan dan mentaati perintah atasannya serta melaksanakan
tugas yang diberikan dengan penuh rasa tanggung jawab.
4) Menjunjung tinggi nama baik perusahaan serta memegang
kerahasiaan tentang segala sesuatu yang bersifat internal. 5) Datang tepat pada waktunya atau tidak terlambat.
xxxix
7) Memelihara dan menjaga dengan sebaik-baiknya semua peralatan dan
perlengkapan kerja yang dipercayakan kepada pekerja.
8) Mengindahkan dan mentaati semua ketentuan-ketentuan peraturan
hukum positif dan peraturan perusahaan. 3. Ketenagakerjaan
a. Jumlah tenaga kerja
Menurut data statistik perusahaan memiliki karyawan sebanyak 25 orang, dengan jumlah karyawan laki-laki adalah 3 orang dan karyawan perempuan 22 orang. Jumlah ini terbagi atas beberapa divisi, yaitu divisi pengolahan Carica, divisi pengolahan Jamur, dan divisi pengolahan Salak.
b. Pembagian tugas kerja
Sebagai staf perusahaan ada 3 orang, sedangkan tenaga kerja produksi khusus pengolahan Carica ada 7 orang. Dari 7 orang tenaga pengolah
Carica dibagi menjadi 2 golongan, yaitu tenaga kerja borongan sebanyak 5 orang dan tenaga kerja harian berjumlah 2 orang. Tenaga kerja harian ini hanya dipanggil jika tenaga borongan yang ada tidak mampu menangani proses pengolahan Carica dikarenakan kelebihan bahan baku. c. Jam kerja
Untuk semua bagian, baik staf maupun karyawan memiliki jam kerja yang sama. Jam kerja yang telah ditetapkan perusahaan adalah 7 hari seminggu, dimulai sejak pukul 08.00 WIB hingga pukul 16.00 WIB. Dengan waktu istirahat selama satu jam dimulai pukul 13.00-14.00 WIB. Kecuali untuk hari Jumat, waktu istirahat dimulai pukul 11.30-13.00 WIB. Jam lembur diberlakukan jika stok bahan baku sedang melimpah dan perusahaan mendapatkan banyak permintaan dari konsumen.
d. Rekruitmen karyawan
xl
juga mengambil orang-orang yang memiliki hubungan internal dengan karyawan dan telah berpengalaman.
4. Kesejahteraan Karyawan a. Upah
Upah dibedakan berdasarkan jenis karyawan, yaitu staf, karyawan borongan, dan karyawan harian. Pemberian upah dilakukan secara teratur setiap 2 minggu sekali pada tanggal 1 dan 16. Besaran upah sesuai dengan standar UMK Kota Wonosobo.
Setiap pekerja yang melakukan kerja lembur diberi tambahan uang lembur, dan diberikan bersamaan ketika pemberian gaji tiap 2 minggu. b. Tunjangan
Tunjangan yang diberikan oleh perusahaan kepada karyawannya meliputi tunjangan hari raya, tunjangan karena mengalami kecelakaan, dan tunjangan karena meninggal dunia.
c. Cuti
Perusahaan tidak menetapkan berapa batasan waktu bagi karyawan untuk mengambil cuti. Libur bersama biasanya diberikan ketika memperingati Hari Raya Idul Fitri dan hari-hari tertentu, sesuai kondisional pabrik misalnya karena kekosongan stok bahan baku.
Karyawan yang mengambil cuti harus minta ijin kepada perusahaan, dan jika pengambilan cuti terlalu lama akan berakibat pada pengurangan besaran upah.
d. Fasilitas
xli e. Uang makan
Setiap karyawan baik staf, karyawan borongan, maupun karyawan harian mendapatkan jatah uang makan setiap harinya. Dan diberikan bersamaan dengan pemberian upah setiap 2 minggu sekali.
f. Keselamatan kerja karyawan
Perusahaan memberikan perlindungan tenaga kerja dari potensi bahaya saat bekerja dengan pemberian perlengkapan kerja seperti pakaian kerja, sepatu kerja, masker, dan sarung tangan.
C.Penyediaan Bahan Dasar
1. Bahan Dasar dan Bahan Pembantu yang Digunakan
Dalam pembuatan manisan Carica (Cocktail Buah Carica), bahan utama yang digunakan adalah Buah Carica, yaitu salah satu keluarga buah Pepaya yang tumbuh di Dataran Tinggi Dieng. Buahnya berbentuk seperti
granat dengan panjang 6-15 cm dan lebar diameter 3-8 cm (sebesar kepalan tangan orang dewasa), dengan lima sudut memanjang dari pangkal ke ujung. Buah ini memiliki aroma khas yang harum, dan biji yang rasanya sedikit masam. Buah ini tidak bisa dinikmati secara langsung karena kulitnya mengandung enzim papain yang cukup banyak sehingga menyebabkan rasanya menjadi pahit, selain itu getah yang dihasilkan buah Carica juga dapat menyebabkan kulit terasa gatal. Oleh karena itu buah potensial ini hanya bisa dinikmati setelah mengalami pengolahan. Salah satunya dengan diolah menjadi manisan.
Bahan tambahan yang digunakan dalam pembuatan manisan Carica antara lain:
a. Air
b. Gula Pasir c. Asam Sitrat d. Natrium Benzoat
xlii 2. Sumber Bahan Dasar
Bahan baku Buah Carica diperoleh dari supplier yang tinggal di Dataran Tinggi Dieng. Supplier ini terdiri dari petani Carica dan para pemborong. Buah Carica yang disetorkan oleh supplier akan diterima oleh perusahaan apabila memenuhi standarisasi bahan baku yang ditetapkan oleh perusahaan.
Sedangkan untuk penyediaan bahan tambahan berupa gula pasir, Asam Sitrat, Natrium benzoat, dan pewarna makanan, perusahaan memilih untuk membeli bahan tambahan tersebut di toko yang sudah menjadi mitra kerja perusahaan sejak lama, karena mitra tersebut bisa menyediakan kebutuhan perusahaan akan bahan tambahan tertentu sesuai dengan ketentuan yang dibuat perusahaan. Air yang digunakan untuk proses produksi menggunakan air dari PDAM.
3. Jumlah dan Penyediaan
Dalam penyediaan bahan baku buah Carica, perusahaan tidak menetapkan jumlah persediaan buah Carica yang harus ada tiap harinya. Hal ini dikarenakan pertumbuhan tanaman Carica yang menyesuaikan kondisi cuaca setempat. Tanaman Carica akan menghasilkan buah maksimal pada saat musim penghujan, dan berbuah sedikit ketika musim kemarau. Perusahaan juga mempertimbangkan kelangkaan jumlah buah Carica yang ada di Dataran Tinggi Dieng. Tanaman Carica belum begitu populer di kalangan petani Dieng, kultur masyarakat Dieng adalah petani sayuran yang menganggap tanaman Carica tidak mempunyai nilai ekonomi tinggi seperti kentang dan kol. Menanggapi hal ini perusahaan melakukan pendekatan secara terus menerus kepada petani agar mau menanam Carica, dengan memberikan jaminan bahwa Carica yang mereka hasilkan nantinya akan dibeli oleh perusahaan.
xliii
Untuk penyediaan bahan pembantu gula pasir dan Asam Sitrat, perusahaan melakukan penyediaan bahan setiap hari. Perusahaan sudah memiliki mitra kerja yang bisa menyediakan gula pasir dan Asam Sitrat sesuai kebutuhan perusahaan setiap harinya. Alasan perusahaan menggunakan sistem penyediaan gula pasir dan Asam Sitrat setiap hari adalah menyesuaikan dengan kondisi finansial/perputaran modal setiap harinya. Biasanya dalam sehari perusahaan bisa menghabiskan 50 – 200 kg gula pasir.
Sedangkan untuk penyediaan bahan tambahan makanan seperti Natrium benzoat dan pewarna makanan, perusahaan menyediakan stok bahan untuk waktu yang lama. Karena setiap harinya penggunaan bahan-bahan tambahan-bahan ini sangat sedikit sekali, sehingga dalam sekali pembelian bisa digunakan untuk beberapa bulan produksi.
4. Spesifikasi Bahan Dasar
Bahan baku Carica yang diinginkan sesuai dengan ketetapan yang disyaratkan oleh perusahaan adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Standar Penerimaan Bahan Baku Buah Carica
No. Parameter Keterangan
1 Asal Dari dataran tinggi Dieng
2 Proses Matang Tua/matang di pohon
3 Ciri fisik - Kulit berwarna hijau kekuningan-kuningan - Tidak terlalu muda
- Tidak terlalu tua - Tidak pecah
4 Tekstur Keras-agak lunak/kenyal
5 Aroma Harum khas Carica
6 Diameter Buah Minimal 4 cm
7 Warna buah Kuning alami (tidak diperam)
Sumber: Yuasafood Berkah Makmur, 2010.
Untuk bahan tambahan gula pasir, peryaratan yang diinginkan adalah: Tabel 3. Standar Bahan Tambahan Gula Pasir
xliv
1 Jenis Gula Kristal Putih (Rafinasi)
2 Warna Putih
3 Ukuran Ukuran kristal gula halus-agak kasar
4 Kenampakan Bersih
5 Kontaminasi 0 – 1 %
6 Status Halal
Sumber: Yuasafood Berkah Makmur, 2010.
Dan untuk standar Asam Sitrat yang digunakan adalah: Tabel 4. Standar Bahan Tambahan Asam Sitrat
No. Parameter Keterangan
1 Label Memiliki merk tertentu yang berijin
2 Warna Putih
3 Kenampakan Kondisi kemasan utuh dan tidak bocor 4 Kontaminasi 0 %
5 Status Halal dan belum Kadaluarsa
Sumber: Yuasafood Berkah Makmur, 2010. 5. Penanganan Bahan Dasar
Buah Carica yang dibawa oleh supplier ditimbang terlebih dahulu untuk memastikan beratnya. Selain berat, kualitas buah Carica juga mempengaruhi harga yang ditetapkan perusahaan. Buah yang mutunya baik harga jualnya lebih tinggi dari yang kualitasnya rendah. Pada saat penerimaan juga dilakukan pengamatan awal untuk menganalisa kondisi buah yang dibawa supplier, jika kurang memenuhi standar akan dijadikan evaluasi bagi supplier. Buah yang telah ditimbang kemudian dimasukkan gudang penerimaan bahan baku untuk diperam hingga buah menjadi layak untuk diproduksi. Jika kondisi buah sudah matang maka keesokan harinya
xlv
yang tidak memenuhi standar kelayakan proses produksi seperti buah yang masih mentah, busuk, dan pecah, maka perusahaan tidak memberikan harga kepada supplier terhadap buah yang tidak bisa diproses tersebut. Namun biasanya dalam waktu 3 – 5 hari buah yang disetorkan oleh supplier telah habis diproses.
Buah yang sudah matang dipisahkan dari buah yang masih mentah dan ditempatkan pada keranjang plastik agar esok harinya bisa langsung diproses. Ciri-ciri buah yang layak produksi adalah:
a. Tekstur buah empuk (matang) atau padat (mengkal) b. Warna kulit buahnya kuning atau hijau tua
c. Tidak ditumbuhi kapang d. Tidak busuk
e. Berbau khas buah Carica 6. Bahan Pengemas
Untuk pengemasan produk, perusahaan menggunakan kemasan berbahan baku plastik dan gelas kaca. Kemasan ini diperoleh dari Semarang dan Jakarta.
xlvi D.Proses Produksi/Pengolahan
Proses produksi manisan Carica dibedakan menjadi 3 tahap, yaitu pembuatan manisan, pembuatan sirup, dan pengemasan. Diagram alir proses produksi manisan Carica adalah sebagai berikut:
xlvii
Manisan yang dimaksud dalam proses ini adalah pengolahan daging buah Carica. Dalam pembuatan manisan, tahapan yang dilalui adalah: a. Sortasi bahan baku
Proses sortasi adalah proses seleksi bahan baku, agar dapat dibedakan mana produk yang dapat digunakan untuk proses produksi dan mana produk yang belum masuk kualifikasi layak produksi. Hal ini perlu dilakukan karena tidak semua bahan memenuhi kriteria layak produksi. Bahan baku yang bisa dimanfaatkan untuk pengolahan adalah buah yang berada pada rentang antara mengkal dan matang. Buah yang terlalu muda atupun yang sudah terlalu tua bahkan busuk tidak bisa dimanfaatkan, karena buah tersebut akan merusak kualitas produk manisan.
Selain dipisahkan dari buah yang tidak layak produksi, sortasi juga berfungsi untuk memisahkan bahan baku dari kotoran-kotoran yang secara sengaja/tidak sengaja tercampur dalam buah. Contohnya adalah
ranting, batu, kotoran, dan sebagainya.
Proses sortasi ini dilakukan sehari sebelum proses pengolahan lebih lanjut, buah Carica yang memenuhi kriteria produksi ditempatkan dalam keranjang plastik kemudian beratnya ditmbang. Dalam 1 keranjang bisa menampung 18 – 20 kg buah Carica.
b. Pengupasan
xlviii c. Pencucian I
Setelah dikupas buah Carica dicuci dalam bak berisi air dengan tujuan untuk menghilangkan kotoran yang menempel pada buah akibat proses pengupasan. Selain itu pencucian pada tahap ini juga bertujuan untuk melarutkan getah yang masih menempel pada daging buah Carica.
d. Pemisahan daging buah dengan biji
Buah Carica dibelah menjadi 2, kemudian bijinya dipisahkan dari daging buahnya. Biji dari buah Carica nantinya akan diolah menjadi sirup sebagai pelengkap pembuatan manisan Carica atau diolah menjadi jus buah.
e. Pencucian II
Daging buah yang telah dibelah dan dipisahkan dari bijinya kemudian dicuci lagi dalam air bersih untuk menghilangkan sisa-sisa getah yang masih menempel pada daging buah dan mungkin belum larut saat
pencucian yang pertama. f. Pengecilan ukuran
Tujuan dari pengecilan ukuran adalah untuk mempercepat proses pemasakan, memudahkan proses pengemasan, dan memudahkan konsumen saat mengkonsumsi produk. Pengecilan ukuran ini disesuaikan dengan kebutuhan, biasanya dipotong dengan ukuran kecil atau memanjang (sesuai dengan kemasan).
g. Perendaman larutan Ca(OH)2 (kapur)
xlix h. Pencucian III
Setelah perendaman dengan larutan kapur, daging buah Carica kemudian dicuci lagi dengan air mengalir untuk membersihkannya dari butiran kapur yang digunakan untuk perendaman. Cara pencuciannya adalah dengan memindahkan potongan buah Carica ke dalam keranjang besar, yang kemudian dialiri air sambil digosok-gosok agar larutan kapur yang menempel larut bersama air sehingga produk menjadi bersih. Pada tahap ini juga dilakukan proses sortasi terhadap potongan daging buah Carica yang masih belum bersih pengupasannya, terutama daging buah yang masih ada kulit buahnya.
i. Blansing
Blansing (blanching) adalah perlakuan panas pada bahan pangan yang dapat dilakukan dengan merendam bahan dalam air panas atau pemberian uap air pada bahan pangan. Tujuan dari pemblansingan adalah:
1) Menonaktifkan enzim, terutama enzim polifenoloksidase (penyebab
pencoklatan enzimatis pada buah), ascorbic acid oksidase (penyebab penguraian vitamin C), enzim katalase, dan enzim peroksidase.
2) Mengurangi jumlah mikroba yang mencemari buah.
3) Melenturkan jaringan buah sehingga memudahkan proses
pengemasan.
4) Mengeluarkan udara dari jaringan buah, untuk mencegah oksidasi dan
terjadinya peningkatan tekanan dalam kemasan akibat proses pasteurisasi nantinya.
Proses blansing ini akan menjaga kualitas bahan pangan karena bahan menjadi bersih dan mengurangi populasi bakteri. Bahan pangan yang diberi perlakuan blansing tidak menyebabkan semua mikroba mati, tetapi hanya sebagian saja.
l
Pada tahap ini juga dilakukan penambahan bahan pewarna sintetis untuk memperbaiki dan memantapkan warna produk. Bahan pewarna sintetis yang digunakan adalah pewarna kuning (Sunset Yellow FCF). Berdasarkan keterangan dari pihak perusahaan, penggunaan bahan pewarna ini telah sesuai dengan standar SNI (dosis penggunaan bahan pewarna dirahasiakan oleh perusahaan). Penambahan pewarna ini juga hanya diberikan untuk pembuatan produk manisan Carica yang dikemas menggunakan kemasan plastik, sedangkan untuk kemasan gelas kaca tidak menggunakan bahan pewarna apapun. Perbedaan perlakuan ini dilakukan berdasarkan pengalaman eksperimen yang telah dilakukan oleh pendiri perusahaan selama 1 tahun lebih yang menghasilkan kesimpulan bahwa produk manisan Carica yang dikemas menggunakan kemasan plastik lebih cepat mengalami pemudaran warna jika dibandingkan dengan kemasan gelas kaca. Karena itulah pemberian zat pewarna
sintetis hanya diberikan pada produk kemasan plastik, itupun dalam formulasi yang jauh di bawah ambang batas yang diperbolehkan oleh pemerintah terkait penggunaan bahan pewarna sintetis.
Pemblansingan dilakukan sedikit lebih lama dari metode pemblansingan pada umumnya (kurang dari 10 menit) dikarenakan tekstur buah yang padat membuat panas dari air membutuhkan waktu lebih lama untuk mencapai pusat daging buah agar pemanasan yang dilakukan merata. Setelah pemblansingan akan diperoleh tekstur buah yang empuk dan kenyal, dan daging buah Carica juga menjadi bersih dan terbebas dari enzim-enzim penyebab kerusakan buah.
j. Perendaman
li
Selain itu dengan adanya perendaman ini dimaksudkan untuk memudahkan proses pemasukan produk dalam kemasan, karena jika terlalu panas akan membahayakan keselamatan. Proses perendaman ini juga berbeda untuk proses produksi kemasan yang berbeda. Untuk kemasan plastik yang pada proses pemblansingan menggunakan penambahan bahan pewarna akan dilakukan 2 kali perendaman untuk mengurangi kepekatan warna daging buah akibat penambahan zat pewarna sintetis yang dilakukan sebelumnya. Sedangkan untuk kemasan gelas kaca yang pada saat pemblansingan tidak ditambahkan zat pewarna hanya dilakukan 1 kali perendaman.
Tujuan lain dari perendaman air hangat ini adalah untuk memantapkan tekstur buah agar tidak mudah hancur. Setelah perendaman, produk ini selanjutnya siap untuk diproses ke dalam kemasan dengan penambahan larutan sirup.
2. Pembuatan Sirup
Pembuatan sirup dalam pengolahan manisan Carica dibuat dengan memanfaatkan biji dari buah Carica, yang memiliki kandungan gizi tinggi dan memiliki aroma yang harum. Biji buah Carica memiliki bentuk hampir mirip seperti buah Pepaya, tetapi biji buah Carica memiliki banyak sekali selaput-selaput putih yang melekat pada bijinya. Selaput ini jika dimakan langsung akan terasa agak masam dan aroma yang harum. Proses pembuatan sirup sebagai campuran manisan buah Carica adalah sebagai berikut:
a. Ekstraksi
lii
tersaring, dan jika biji masih terdapat selaput putih yang masih melekat dan aroma biji Carica masih harum akan dilakukan pengulangan proses ekstraksi. Proses ini dilakukan sampai sari-sarinya terambil semuanya, yang ditandai dengan hilangnya serat-serat putih pada biji Carica dan aroma harum biji Carica tidak tercium lagi. Setelah proses ekstraksi selesai biji Carica langsung dibuang ke tempat pembuangan.
b. Pemasakan/Perebusan.
Sari-sari buah Carica kemudian ditambahkan air sebelum direbus, agar tidak terlalu kental. Setelah ditambahkan air sesuai formulasi yang ditentukan, selanjutnya sari buah tersebut dimasak sampai mendidih (+suhu 100oC). Tujuan dari pemasakan ini adalah untuk membunuh mikroorganisme yang masih hidup di dalam sirup.
c. Penambahan Gula dan Bahan Tambahan Makanan.
Pada tahap perebusan ini dilakukan penambahan bahan-bahan pembantu
seperti gula yang berfungsi sebagai pemanis, Asam sitrat yang berfungsi sebagai penguat rasa asam dan pengawet, serta penambahan bahan pengawet sintetis Natrium benzoat.
Khusus untuk penambahan bahan pengawet hanya diberikan pada pembuatan produk manisan Carica kemasan plastik, untuk kemasan gelas kaca tidak diberi penambahan bahan pengawet. Karena konsentrasi gula pada pembuatan manisan Carica kemasan plastik dan kemasan gelas kaca berbeda. Sehingga untuk kemasan plastik memerlukan penambahan bahan pengawet agar umur simpannya lebih lama, sedangkan kemasan gelas kaca hanya menggunakan gula konsentrasi tinggi untuk pengawet alaminya, karena gula pada konsentrasi tertentu juga berfungsi sebagai pengawet yang bisa menghambat bahkan membunuh mikroba yang ada di dalam produk.
liii
plastik, sehingga udara lebih sulit untuk masuk menembus kemasan gelas kaca daripada kemasan plastik.
Penambahan bahan-bahan pembantu ini dilakukan ketika sirup sudah hampir mendidih, agar bahan-bahan yang ditambahkan cepat larut dan cepat tersebar homogen di dalam sirup. Penggunaan bahan pengawet dan Asam Sitrat sudah memenuhi kriteria yang ditetapkan pemerintah terkait penggunaan BTM (dosis dirahasiakan oleh perusahaan).
Sebagai tindakan pengendalian mutu, pada tahap ini dilakukan pengecekan pH dan kadar gula dari larutan sirup. Pengecekan ini dilakukan beberapa menit setelah semua bahan pembantu dimasukkan dalam larutan sirup.
d. Penyaringan
Setelah melalui proses pemasakan, larutan sirup selanjutnya disaring terlebih dahulu menggunakan kain saring agar terbebas dari
kotoran-kotoran yang terikut saat proses pemasakan atau yang tercampur dalam bahan-bahan pembantu dan ikut larut saat dimasukkan ke dalam sirup. Selanjutnya larutan sirup dicampurkan dengan manisan Carica dengan kemasan yang dikehendaki oleh perusahaan, sehingga menjadi produk Carica in Syrup (manisan Carica dalam sirup).
3. Pengemasan
Tahap akhir dari pembuatan manisan Carica ini adalah pencampuran manisan Carica dan sirup ke dalam satu kemasan. Proses yang dilakukan antara lain:
a. Penimbangan
Potongan buah Carica yang selesai diblansing dan telah direndam dalam air hangat ditimbang beratnya sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan perusahaan.
1) Untuk kemasan cup mangkok plastik : +75 gr 2) Untuk kemasan cup gelas plastik : 50 – 60 gr