Agritek Volume 11 Nomor 1 Maret 2010 PENGARUH JARAK SIRIP..……… 24
Analisis Pengaruh Jarak Sirip Vertikal Dan Kecepatan Angin Terhadap Perpindahan Panas Pada Motor 4 Tak
Mustafa 1
1 adalah Dosen Fakultas Teknik Universitas Merdeka Madiun
Abstract
One of the problems in the operation of the vehicle engine is the problem of heat transfer to the stability of the machine to work. In the air-cooled engine, the heat transfer process is done by providing surfaces shaped fins are positioned in the direction of motion of the vehicle. This fin designs are being developed to obtain maximum heat transfer and efficient. In this research to test the influence of fin spacing and wind speed on heat transfer.
Research object is a motorcycle engine was 4. Research conducted by the fin 4 variation distance of 5 mm, 7 mm (the standard distance of the fin object of research), 9 mm and 13 mm. Varied wind speed level 3 is 3.5 m / sec; 4.0 m / s and 4.5 m / sec. Temperature measurements performed on cooling time 5 minutes, 10 minutes and 15 minutes. Any combination of variations performed 5 repetitions. Further research data statistically tested with ANOVA test. Data processing results show that the distance between the fin does not have a significant influence on heat transfer. Wind speed is very influential on heat transfer in which the greater the wind speed the rate of heat transfer is growing.
Keywords: heat transfer, fins, temperature, wind speed, the motor 4 stroke
PENDAHULUAN
Pendinginan mesin dapat dilakukan dengan menggunakan air dan udara.
Pendinginan air banyak digunakan pada kendaraan roda empat. Meskipun ada mesin sepeda motor yang menggunakannya tetapi kebanyakan sepeda motor menggunakan pendinginan udara.
Metode pendinginan udara pada sepeda motor dilakukan dengan cara memberikan sirip berbentuk vertikal pada blok silinder dan kepala silinder. Kinerja sirip tersebut dalam membantu penyerapan panas dan membuangnya dipengaruhi oleh bahan, ukuran dan jarak sirip, dan banyaknya panas yang akan diserap dengan laju aliran udara.
Untuk meningkatkan kinerja sirip, faktor- faktor diatas dapat dimodifikasi sedemikian rupa untuk mendapatkan kondisi optimum.
Umumnya bahan dan ukuran sirip berhubungan langsung dengan biaya pembuatan sementara panas yang ditimbulkan oleh motor sulit untuk dimodifikasi. Penelitian yang dapat
dilakukan secara mudah untuk mendapatkan kinerja sirip yang optimum diarahkan pada pengaruh jarak sirip vertikal dan dapat diukur pada berbagai variasi kecepatan aliran udara.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah menentukan jarak sirip vertikal terbaik pada mesin sepeda motor 4 tak.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini diharapkan :
1. Dapat meningkatkan pendinginan pada mesin sepeda motor 4 tak yang cenderung panas akibat penggunaan dengan waktu yang lama, sehingga dapat mengurangi masalah over head pada mesin.
2. Memberikan sumbang saran untuk rancang bangun kendaraan dan pengembangan teknologi terutama pada
1)
Dosen Teknik Mesin UNMER Madiun
Agritek Volume 11 Nomor 1 Maret 2010 PENGARUH JARAK SIRIP..……… 25 aplikasi pendinginan yang menggunakan
sirip.
LANDASAN TEORI 1. Perpindahan Panas
a. Perpindahan Panas Konduksi
Perpindahan energi dari temperatur tinggi ketemperatur rendah. Suatu energi berpindah secara konduksi (conduction) atau hantaran, jika laju perpindahan panas berbanding dengan gradien suhu normal :
x T A
q
∂
≈ ∂
Jika dimasukkan konstanta proporsionalitas (proportionality constant) atau tetapan kesebandingan maka:
x kA T
q ∂
− ∂
= Dimana :
q = laju perpindahan panas
x T
∂
∂ = Gradient suhu
b. Perpindahan Panas Konveksi
Sebuah plat logam panas akan menjadi dingin lebih cepat, bila diletakkan di depan kipas angin dibandingkan dengan diletakkan di udara yang tenang. Sehingga dapat dikatakan kalau panas dari plat dikonveksi.
Adapun persamaan yang digunakan adalah :
( − ∞ )
= hA T T
q w
c. Perpindahan Panas Radiasi
Radiasi dalam hal ini hanya berbentuk radiasi thermal (thermal radiation). Teori thermodinamika menunjukkan bahwa radiator (penyinar) ideal memancarkan energi dengan laju yang sebanding dengan pangkat empat suhu absolut benda tersebut dan berbanding langsung dengan luas permukaan. Sehingga :
q pancaran = σAT 4
2. Perpindahan Panas di Ruang Bakar Mesin
Campuran udara bahan bakar yang masuk ke ruang bakar pada saat langkah kerja mungkin bersuhu lebih tinggi atau
lebih rendah dibanding suhu dinding silinder.
Pada saat langkah kompresi, suhu bahan bakar naik dan pembakaran dimulai, telah terjadi perpindahan panas secara konveksi dari bahan bakar ke dinding silinder.
Beberapa panas hasil kompresi berkurang karena pendinginan melalui penguapan yang terjadi ketika tetesan kecil (dropet) bahan bakar yang tersisa menguap.
Pada saat puncak pembakaran, temperatur bahan bakar dan dinding silinder dapat mencapai 3000 K dan perpindahan panas yang efektif diperlukan untuk menjaga dinding silinder mengalami kelebihan panas (overheating). Konveksi dan konduksi adalah jenis perpindahan panas yang memindahkan energi dari ruang pembakaran dan menjaga dinding silinder agar tidak meleleh. Perpindahan panas sebuah dinding silinder dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Mesin berpendingin fluida cair
Mesin berpendingin udara
Gambar 1. Perpindahan panas melalui dinding silinder (Sumber: Pulkrabek, WW; 1999; hal. 319)
Perpindahan panas tiap satuan luas permukaannya adalah :
( )
+
+ ∆
= −
=
c g
c g
h k
x h
T T A
q Q
1 1
&
&
(Sumber : Pulkrabek, WW; 1999; hal. 319) dimana :
T g = temperatur bahan bakar di ruang bakar T c = temperatur pendinginan
h g = koef. perpindahan panas konveksi bahan bakar
h c = koef. perpindahan panas konveksi pendingin
∆x = ketebalan dinding ruang bakar k = konduktivitas panas dinding silinder
Perpindahan panas pada persamaan di
atas adalah sebuah siklus. Temperatur bahan
Agritek Volume 11 Nomor 1 Maret 2010 PENGARUH JARAK SIRIP..……… 26 bakar T g di ruang bakar sangat bervariasi
selama siklus langkah kerja mesin dengan nilai maksimum pada saat pembakaran dan nilai minimum pada saat masuknya bahan bakar. Bahkan temperatur bahan bakar saat masuk lebih rendah daripada temperatur dinding silinder yang dan terjadi perpindahan panas dari dinding ke bahan bakar secara sementara. Temperatur pendingin T c relatif konstan dengan sedikit perubahan pada saat siklus mesin telah mencapai waktu relatif lama. Media pendinginnya adalah udara untuk mesin dengan pendinginan udara (air colled) dan bahan yang tidak mudah beku untuk mesin berpendingin air. Koefisien perpindahan panas konveksi bahan bakar h g sangat bervariasi terhadap siklus kerja mesin karena terjadi perubahan-perubahan pada bahan bakar seperti perubahan dalam hal gerakan, kecepatan, turbulensi dan lain-lain. Koefisien untuk dinding silinder juga memiliki variasi yang luas dengan alasan yang sama.
Koefisien perpindahan panas pendingin relatif konstan dan tergantung pada kecepatan media pendinginnya.
Konduktivitas panas dinding silinder k adalah fungsi temperatur dinding dan relatif konstan.
Perpindahan panas konveksi permukaan dalam silinder adalah :
( g w )
g T T
A h
q = Q & = −
&
(Sumber : Pulkrabek, WW; 1999; hal. 320) dimana T w adalah temperatur dinding dan seharusnya tidak lebih dari 180 o -200 o C untuk kestabilan panas minyak pelumas dan kekuatan struktur bahan dinding.
Perpindahan panas secara radiasi antara bahan bakar dan dinding ruang bakar adalah
: ( )
( ) ( )
∈
∈ + −
+
∈
∈
−
= −
=
− w
w g
g
w g
F T T A
q Q
1 1 1
2 1
4
σ 4
&
&
(Sumber : Pulkrabek, WW; 1999; hal. 321) dimana :
T g = temperatur bahan bakar di ruang bakar
T w = temperatur dinding
σ = konstanta Stefan-Boltzmann
∈ g = emisivitas bahan bakar
∈ w = emisivitas dinding
F 1-2 = faktor pandangan antara bahan bakar dan dinding
Meskipun temperatur bahan bakar sangat tinggi, radiasi terhadap dinding hanya sekitar 10% dari total perpindahan panas di ruang bakar. Hal ini mengacu pada sifat emisi bahan bakar yang hanya beradiasi pada panjang gelombang tertentu. N 2 dan O 2 yang menjadi bagian utama bahan bakar sebelum mengalami proses pembakaran beradiasi sangat kecil, sementara CO 2 dan H 2 O sebagai hasil pembakaran beradiasi sedikit lebih besar.
3. Mesin Berpendingin Udara (Air- Cooled Engine)
Mesin berpendingin udara menggunakan aliran udara di permukaan luar mesin untuk memindahkan panasnya. Pada kendaraan seperti sepeda motor dan pesawat, gerak maju kendaraan menyebabkan gerakan udara di permukaannya. Aliran udara ini seringkali juga diarahkan sesuai keinginan dengan perlengkapan tambahan. Permukaan luar mesin dibuat dari logam dengan sifat penghantar panas yang baik dan umumnya permukaannya dibentuk bersirip (fin) untuk mendapatkan perpindahan panas yang maksimum. Beberapa mesin berukuran kecil bahkan dilengkapi dengan baling-baling dan pengarah angin yang dapat meningkatkan perpindahan panas pada sirip-siripnya.
Pendinginan bagian depan mesin umumnya lebih mudah dan lebih efisien dibanding bagian belakang mesin karena sisi depan sesuai dengan arah gerak kendaraan.
Hal ini dapat menyebabkan terjadinya beda temperatur dan masalah ekspansi panas.
Untuk mendapatkan pendinginan yang seragam pada mesin jenis ini lebih sulit dibanding mesin berpendingin fluida cair.
Aliran pendingin cair lebih mudah dikontrol dan disalurkan pada bagian-bagian yang membutuhkan pendinginan maksimum.
Pendingin cair juga memiliki sifat panas
yang lebih baik daripada udara seperti
Agritek Volume 11 Nomor 1 Maret 2010 PENGARUH JARAK SIRIP..……… 27
h T∞,
A Ts,
(
− ∞)
=hAT T
q s
h T∞,
A
Ts
(a) (b)